Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya 2.1. Kondisi Eksisting Industri Kota Surabaya 2.1.1. Jenis Industri Kota Surabaya Data industri dari Disperindag Kota Surabaya terdapat ± 818 Industri yang tersebar di seluruh Kota Surabaya. Penggolongan jenis industri menurut komoditinya oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian Pemerintah Kota Surabaya (untuk daftar industri disajikan dilampiran) terbagi atas : 1. Industri Pulp dan Kertas 2. Industri Kimia 3. Industri Agro 4. Industri Hasil Hutan 5. Industri Logam, Mesin dan Rekayasa 6. Industri Elektronika dan Aneka 7. Industri Tekstil 8. Industri Alat Angkut 9. Industri pengolahan makanan 10. Industri hasil Tambang Kriteria yang kita tentukan dalam survey industri identifikasi Bahan perusak Ozon apabila digolongkan berdasarkan pengolongan Disperindag adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Penggolangan Jenis Industri Kota Surabaya No 1 2 3 Jenis Usaha Industri Pulp dan Kertas Industri Kimia Industri Agro Laporan Akhir Bidang usaha Jumlah Pulp dan Kertas 24 Total 24 kimia, accu, Farmasi 29 Cat kayu dan logam/tinta 25 Detergen 12 kosmetik 9 Lilin 8 Semen, Tanah Liat, kapur 12 Total 95 Minyak goreng 13 RPH 1 Pupuk 2 2- 1 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya 4 5 6 7 8 9 10 Pakan Ternak 4 Total 20 Foam, karet 28 Kayu Lapis, Furniture,Moulding 77 Total 105 seng,alumnium,tembaga 16 Manufaktur mesin /suku cadang 34 Pelapisan logam,baja dan Emas 54 Industri Hasil Hutan Industri Logam, Mesin dan Rekayasa Total 104 Elektonika 48 Plastik 100 Gelas,kaca 8 percetakan 73 Total 229 Tekstil 34 Total 34 Jasa Karoseri dan perakitan 48 packaging 20 Total 68 Gula 4 garam 7 Makanan terbuat dari susu 1 Pembekuan Makanan 11 Pengolahan makanan 92 Industri Elektronika dan Aneka Industri Tekstil Industri Alat Angkut Industri Makanan Industri Hasil Tambang Minuman, Es 26 Total Terminal pengisian BBM 141 1 Minyak BBM 1 Total 2 Total Industri 822 Sumber : Hasil Survey BPO 2010 Berdasarkan data industri datas dapat dilakukan penggolongan industri industri yang berpotensi menggunakan bahan perusak ozon dalam proses produksi maupun bahan pendukung proses produksi Tabel 2.2 Penggolangan Industri dan jasa dalam pemanfaatan BPO Kota Surabaya No Jenis Usaha 1 Industri Elektronika dan Aneka 2 Industri Kimia dan Cat 3 Industri Makanan 4 Industri Hasil Hutan 6 7 8 9 Industri Agro Industri Kimia Alat Tanda Kebakaran (APAR) Jasa Service AC Mobil/Lemari Es 10 Jasa Pest control 11 Penyewaan cold storage 12 Mini Market 13 Jasa Gas Appliances Laporan Akhir Bidang Usaha BPO Yang Digunakan Jumlah Elektonika Solvent dan Resin 48 Penghasil Cat dan Solvent CFC 11 12 Pembekuan Makanan Refrigerant : R 134 204 Foam, karet CFC 11 36 Rokok CFC 11 9 kosmetik CFC 11 9 Distributor Halon 1211 dan 1301 22 Sevice AC Dan Lemari Es R 134 dan R 12 62 Jasa Pembasmi Hama Insektisida / Methyl Bromide 20 Jasa Penyimpanan Bahan Refrigerant : R 134 2 Minimarket Refrigerant : R 135 34 Jasa suplier gas Halon 1211 dan 1301 35 2- 2 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya Industri umum (tdk Berpotensi BPO) 14 Tidak berpotensi BPO 646 Total BPO 493 Total Industri 1139 Sumber : Hasil Survey BPO 2010 Gambar 2.1 Industri dan Bidang Usaha Berpotensi BPO di Kota Surabaya 2.2. Tinjauan Kepustakaan Pencemaran Atmosfer 2.2.1. Atmosfer A. Udara dan komposisinya Udara merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan. Tanpa Udara merupakan campuran dari gas adalah udara kering yang bebada bahan pencemar. Komposisi udara adalah sebagai berikut: Komponen utama 1. Nitrogen (78,09%) 2. Oksigen (20,94%) 3. Komponen yang jumlahbya sedikit: 4. Argon (9,34 x 10 -1%) 5. Karbondioksida (3 x 10 -2 %) Komponen yang jumlahnya sangat sedikit : 1. Neon (1,82 x 10 -3 %) 2. Helium (5,24 x 10 -4 %) 3. Metana (2 x 10 -4 %) 4. Kripton (1,4 x 10 -4 %) 5. Xenon (8,7 x 10 -5% ) 6. Hidrogen (5 x 10 -5%) 7. CO ( 1,2 x 10 -5 %) Laporan Akhir 2- 3 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya 8. NO ( 2,5 x 10 -6 %) 9. Ozon ( 0,1 x 10 -5 %) 10. NO2 (1 x 10 -5 %) 11. Amoniak ( 1 x 10 -6 %) 12. SO2 ( 2 x 10 -8 %) B. Ozon Ozon adalah molekul yang tersusun atas 3 atom O yang secara alami membentuk gas menyerap radiasi ultraviolet pada panjang gelombang tertentu. Molekul ozon dijumpai pada dua lapisan di atmosfer. Sekitar 90% ozon berada pada lapisan stratosfer pada ketinggian 10 hingga 50 km diatas permukaan bumi. Ozon pada ketinggian tersebut terkonsentrasi membentuk lapisan ozon. Sedangkan 10% ozon lainnya berada pada lapisan atmosfer yang lebih rendah atau yang dikenal dengan troposfer. Molekul moekul ozon dikedua lapisan tersebut secara kimiawi sama yaitu mengandung tiga atom oksigen dan memiliki rumus kimia O3. Akan tetapi ozon pada kedua lapisan yang berlainan tersebut memiliki pengaruh yang sangat berbeda terhadap manusia dan makhlukhidup lainnya. Ozon stratosfer mempunyai peranan penting karena mampu menyerap sebagaian besar radiasi ultraviolet B dari matahari (UV-B), sehingga hanya sejumlah kecil yang lolos dan sampai permukaan bumi. Tanpa penyaringan oleh lapisan ozon, maka akan lebih banyak lagi UV-B yang melewati atmosfer dan mencapai permukaan bumi 2.2.2. Pencemaran Udara A. Sumber Sumber Pencemaran Emisi merupakan buangan dalam bentuk gas yang terdiri dari bahan-bahan pencemar utama yang penting seperti timbal (Pb), partikel halus, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur dioksida (SO2), dan karbon diokida (CO2) yang berasal dari 4 macam sumber pencemar udara. Secara geografis, emisi dibedakan menjadi Emisi on-site, emisi yang terjadi di lokasi aktifitas atau proyek, contoh: emisi CO2 dari boiler pada cerobong. Emisi off-site, emisi yang dihasilkan dari aktifitas di tempat lain, contoh: konsumsi energi listrik di rumah tangga, industri dan sebagainya. Berdasarkan sumbernya emisi dapat digolongkan menjadi 4 macam sebagai berikut : Sumber bergerak yaitu sumber pencemar yang dapat bergerak seperti kendaraan bermotor, pesawat udara, kereta api dan kapal bermotor. Sumber tidak bergerak yaitu sumber pencemar yang lokasinya permananen di satu titik seperti perumahan, di kawasan perdagangan dan kawasan industri. Proses industri yaitu sumber pencemar yang berasal dari proses kimiawi, metalurgi, mekanik untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Tempat pembuangan sampah yaitu sumber pencemar khas yang menghasilkan misi atau gas buang dari dekomposisi bahan – bahan organik B. Terlepasnya BPO dan Emisi Ke Atmosfer Laporan Akhir 2- 4 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya BPO (Bahan Perusak Ozon) BPO terlepas ke atmosfer dari berbagai cara yaitu dari kegiatan industri manufaktur dan servis peralatan yang mengandung BPO Potensi terbesar pelepasan BPO ke udara adalah berasal dari kegiatan service peralatan pendingin, karena umumnya teknisi melakukan pekerjaan perawatan/perbaikan sistem dengan tidak menggunakan peralatan memadai yang dapat mengambil kembali BPO dari dalam sistem, sehingga BPO langsung terbuang ke udara. Begitu BPO terlepas ke Atmosfer dengan sifatnya yang sangat stabil, BPO akan bercampur dengan udara. Dengan adanya pergerakan udara, proses thermodinamika, serta proses difusi, BPO akan mencapai lapisan stratosfer. Oleh karena BPO umumnya mempunyai umur tinggal yang panjang diatmosfer maka sebagian besar BPO akan mencapai Stratosfer Emisi Emisi industri adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin pembakaran dalam dan mesin pembakaran luar yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran berupa air (H2O), gas CO yang disebut juga karbon monoksida, CO2 yang disebut juga karbon dioksida, NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa Hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas. Hampir sebagian besar emisi yang dibuang pun berupa gas CO2 disamping gas lainnya. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai kegiatan industri berhubungan dengan energi. Sumber emisi utama adalah proses produksi industri yang secara kimia atau secara fisik mengubah bahan. Selama proses ini, banyak gas rumah kaca yang berbeda dihasilkan seperti CO2, CH4, N2O, dan PFC. Sebagian dari gas buang atau emisi yang dikeluarkan adalah beracun, dan sebagian besar berupa gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global. Pada dasarnya emisi yang dihasilkan dari proses industri terlepas bersamaan dengan produksi gas amonia, methanol, karbon hitam. Untuk keseluruhan kegiatan industri total emisi yang dihitung dibedakan dengan pertimbangan keterkaitan dengan proses pemakaian energi dan proses yang berlangsung di industri itu sendiri.(Baldasano,2008). 2.2.3. Dampak Pencemaran Karena Pelepasan BPO dan Emisi CO2 A. Proses Perusakan Ozon Ozon terbentuk di stratosfer ketika energy matahari mengenai molekul O 2 dan menyebabkan 2 atom oksigen terpecah, selanjutnya ato oksigen bebas tersebut bergabung dengan molekul okasigen yang lain dan membentuk ozon (O3) Ozon dapat pecah secara alami di Atmosfer oleh reaksi kimia dari berbagaui campuran bahan kimia yang menagandung Nitrogen, hydrogen dan klorin yang terdapat dialam dalam jumolah sangat kecil, walaupun fonomena alam dapat menyebabkan kehilangan ozon, tetapi klorin dan bromine yang terurai dari senyawa sintetic seperti misalnya Chlorofluorocarbon atau CFC juga telah dilaporkan sebagai penyebab terjadinya perusakan ozon. Dengan adanya sinar Ultraviolet maka molekul CFC akan terurai dan membebaskan atom klorin (Cl). Atom klorin yang terbebas kemudian menyerang ozon melalui proses reaksi sebagai berikut: Cl + O3 = ClO + O2 Laporan Akhir 2- 5 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya ClO + O = Cl + O2 O + O3 = 2O2 Pada reaksi pertama atom klorin memcah ozon membentuk klorin monoksida (ClO) dan oksogen normal (O2). Pada reaksi kedua, atom Cl di regenerasi dan bebas untuk memulai siklus tersebut secara berulang ulang. Atom oksigen yang hilang pada reasksi yang kedua adalah setara dengan malekul ozon lainnya karena O dan O2 membentuk ozon (O3) F Radiasi sinar ungu C Cl Cl Cl Molekul CFC O O O Cl + O O Atom Khlor Ozon O Cl Khlorin Monoksida O O Molekul Oksigen (O2) O Cl + Cl Atom Oksigen Khlorin Monoksida O Molekul Oksigen (O2) Atom Khlor Gambar 2.2 Proses rusaknya Ozon Oleh CFC Pemecahan molekul ozon terjadi berantai sehingga satu atom khlorin dapat memecah sampai 10.000 – 100.000 molekul atom B. Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global Karena Pelepasan BPO dan Emisi CO2 Efek Rumah Kaca Atmosfer bumi mempunyai fungsi sebagai pelindung utama kehidupan di bumi karena dapat menyerap bahaya sinar kosmik dari angkasa luar, selain itu dapat menyerap radiasi elektromagnetik dari sinar matahari. Hanya radiasi dalam daerah panjang gelombang 300 – 2.500 nm dan 0,01 – 40 m ditransmisikan ke berbagai keadaan yang cocok oleh atmosfer sehingga membuat suhu bumi menjadi hangat dan nyaman untuk makhluk hidup bertempat tinggal termasuk manusia didalamnya. Ketika radiasi sinar matahari sampai di permukaan bumi, sebagian besar energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap panas tersebut dan sebagian dipantulkan kembali dalam wujud radiasi inframerah. Karena di atmosfer terdapat GRK, sebagian radiasi inframerah yang dipantulkan tadi terserap dan terperangkap dalam atmosfer sehingga menghangatkan suhu permukaan bumi. Keadaan inilah yang dikenal dengan efek rumah kaca yang polanya Laporan Akhir 2- 6 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya diterapkan serupa pada rumah kaca. Efek rumah kaca adalah proses masuknya radiasi dari matahari dan terjebaknya radiasi di dalam atmosfer akibat gas rumah kaca sehingga menaikkan suhu bumi. Efek rumah kaca pada proporsi yang tertentu memberikan kehangatan bagi semua makhluk hidup di permukaan bumi. Karena jika tidak ada efek rumah kaca maka suhu rata-rata permukaan bumi diperkirakan mencapai –18oC. Pada suhu serendah itu, kehidupan di bumi ini tidak akan dapat berlangsung. Secara alami gas-gas rumah kaca ini memang diperlukan untuk berada di atmosfer. Dengan temperatur rata – rata sebesar 15o C, bumi sebenarnya lebih hangat 33o C dari temperatur semula tanpa efek rumah kaca yaitu sebesar –18oC. Bertambahnya GRK di atmosfer akan menahan lebih banyak radiasi daripada yang dibutuhkan bumi sehingga akan ada kelebihan panas. Sebagai akibat kelebihan panas ini terjadilah pemanasan global (global warming) yaitu naiknya suhu permukaan bumi. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata– rata permukaan bumi yang disebabkan dan terkait langsung dengan keberadaan gas – gas rumah kaca seperti CO2 yang dihasilkan dari akitifitas manusia. Selama beberapa dekade menunjukkan bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang terjadi di bumi, dan manusia sebagai kontributor terbesar dari terciptanya gas – gas rumah kaca tersebut. Pemanasan Global Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas – gas rumah kaca akibat emisi ke atmosfer menyebabkan semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya sehingga menyebabkan pemanasan global. Apabila konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mengalami peningkatan, maka panas matahari yang terperangkap di atmosfer menjadi lebih banyak. Akumulasi panas inilah yang akan menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi. Itu sebabnya, pada saat gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan global akan terjadi. Gejala ini juga diikuti naiknya suhu air laut, perubahan pola iklim seperti naiknya curah hujan dan perubahan frekuensi dan intensitas badai, dan naik nya permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub. perubahan iklim yang terjadi akan menyebabkan kerugian yang besar bagi kehidupan manusia, seperti krisis air bersih, rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai, penurunnya produktivitas pertanian, dan meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. (Hairiah,2007) Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim serta perubahan jumlah dan pola presipitasi hujan. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Menurut hasil observasi dan publikasi United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), suhu permukaan bumi sudah naik rata-rata sebesar 1°C sejak awal revolusi industri dan kenaikan akan mencapai 2°C pada pertengahan abad ini jika tidak ada langkah-langkah drastis yang diambil untuk mengurangi laju pertambahan emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global akan berujung pada perubahan iklim yang menyebabkan berubahnya faktor-faktor iklim, seperti curah hujan, penguapan dan temperatur. Perubahan perubahan ini juga akan memacu terjadinya bencana lingkungan yang terkait dengan faktorfaktor iklim untuk lebih sering terjadi, dengan besaran yang lebih dari sebelumnya. Kontributor Laporan Akhir 2- 7 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya terbesar bagi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global adalah karbon dioksida. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik – pabrik industri, kegiatan peternakan, deforestasi serta pembangkit tenaga listrik. Rusaknya hutan – hutan yang yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon – pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Dengan pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka dalam kurun waktu 100 tahun mendatang konsentrasi CO2 diduga akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri, yaitu sekitar 580 ppm. Akibat pengaruh peningkatan CO2 di atmosfer, maka selama kurun waktu 100 tahun, suhu bumi telah meningkat sebesar 0,5 oC Menurut IPCC peningkatan suhu global sebesar itu akan disertai oleh naiknya tinggi muka air laut antara 15 hingga 95 cm karena mencairnya es – es yang berada pada kutub bumi (www.ipcc.ch). Gas Rumah Kaca Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas tersebut di atmosfer bumi menyerupai dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalam rumah kaca agar tetap hangat. Gas – gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang sinar matahari yang dipancarkan bumi sehingga akibatnya membuat panas tersebut tersimpan di permukaan bumi. Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia. Gas ini berkemampuan untuk menyerap radiasi matahari di atmosfer sehingga menyebabkan suhu dipermukaan bumi menjadi lebih hangat. Berdasarkan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yaitu sebuah panel antarpemerintahan dunia untuk masalah perubahan iklim disebutkan bahwa terdapat enam jenis gas yang digolongkan sebagai GRK yaitu : Karbondioksida (CO2), Dinitro oksida (N2O), Metana (CH4), Sulfur heksafluorida (SF6), Perfluorokarbon (PFCs), dan Hidrofluorokarbon (HFCs). (dikategorikan Bahan Perusak Ozon) Gas yang dikategorikan sebagai GRK adalah gas-gas yang berpengaruh, baik secara langsung atau tidak langsung terhadap efek rumah kaca. Konsentrasi gas-gas ini dalam skala global secara kumulatif dipengaruhi langsung atau dengan sengaja diperbanyak oleh aktivitas manusia, walaupun kebanyakan dari gas-gas tersebut terjadi secara alamiah. IPCC mengelompokkan sumber emisi GRK dalam enam kategori sumber diantaranya adalah : 1. energi, 2. proses industri, 3. penggunaan zat pelarut dan produk-produk lainnya, 4. pertanian, 5. tataguna lahan dan kehutanan 6. limbah Laporan Akhir 2- 8 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya Gas CO2, CH4 dan N2O dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, transportasi, dan industri. Sementara gas seperti SF6, HFCs, dan PFCs dihasilkan dari penggunaan aerosol. Aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi GRK di atmosfer dari jaman revolusi industri hingga sekarang pada era millenium baru. Dalam kurun waktu 150 tahun konsentrasi GRK di atmosfer mengalami peningkatan sebesar 28 % yang pada setiap tahun laju peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer bumi pada dekade terakhir telah meningkat dua kali lipat dari dekade sebelumnya. Untuk gas rumah kaca sendiri, dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan pemanasan global atau bahkan perubahan iklim bumi. Gas rumah kaca yang sangat kuat efeknya adalah Sulfur Heksafluorida (SF6) yang mempunyai nilai GWP sebesar 23.900 GWP dari CO2. Potensi Pemanasan Global atau Global Warming Potential (GWP) adalah sebuah nilai yang membandingkan potensi gas rumah kaca sebagai penyerap dan penahan sinar matahari untuk memanaskan bumi, dibandingkan dengan potensi karbon dioksida. Angka GWP ini yang dijadikan acuan adalah CO2, karena berdasarkan usia CO2 berada dalam atmosfer sangat lama dan membutuhkan waktu selama 80 – 120 tahun untuk bisa terurai (Killeen, 1996). Dengan menggunakan nilai GWP CO2 sebagai acuan sehingga potensi gas – gas yang lain dapat dihitung. Tabel 2.3 Nilai GWP dari gas – gas rumah kaca Jenis Global Warming Potential Kerangka Perioda (Tahun) Gas (GWP) 20 100 500 CO2 1 1 1 1 CH4 21 56 21 6,5 N2O 310 280 310 170 HFCs 140 - 11.700 460 - 9.100 140 – 11.700 42 – 9.800 PFCs 6.500 - 9.200 6.500 – 9.200 10.000-12.700 SF6 23.900 23.900 34.900 4.400 – 50.000 16.300 Sumber : The Science of Climate Change,1995 2.2.4. Potensi Kontribusi Industri pada Perubahan Sifat Atmosfer (Pencemaran Udara) A. Bahan-Bahan Perusak Ozon Senyawa kimia perusak ozon yang biasa disebut sebagai bahan perusak ozon (BPO) adalah bahan bahan kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul molekul ozon di stratosfer. Senyawa tersebut mengandung berbagai kombinas elemen kimia klorin, florin, bromine, karbon, dan hydrogen dari kelompok halikarbon, secara garis besar BPO dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu: CloroFluorocarbons (CFCs) Hydro- CloroFluorocarbons (HCFCs) Halon Hydro- BromoFluorocarbons (HBFCs) Bromochloromethane Laporan Akhir 2- 9 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya Methyl Chloroform Carbon Tetrachloride Methyl bromide Potensi suatu jenis bahan kimia untuk merusak ozon dinyatakan dengan istilah ozone depletion potential (ODP). Masing masing jenis BPO memiliki nilai ODP yang berbeda, mengacu pada nilai ODP yang berbeda, mengacu pada nilai ODP CFC 11/CFC 12 yang diberi indeks angka 1. Tabel berikut menampilkan nilai ODP beberapa jenis BPO. Tabel 2.4 Jenis Jenis BPO dan Potensi kerusakan Ozon Jenis BPO ODP CFC - 11 1.0 CFC - 12 1.0 Halon - 1301 10.0 Carbon Tetrachloride 1.1 Methyl Chloroform 0.1 HCFC - 22 0.055 HBFC - 22B11 0.74 Bromochloromethane 0.12 Methyl bromide 0.6 Sumber : The Science of Climate Change,1995 B. Kegunaan BPO (Bahan Perusak Ozon) Disebagaian besar Negara, sector yang masih menggunakan BPO adalah kegiatan Servis Lemari Es,AC, dan peralatan pendingian dengan BPO yang dignakan adalah jenia CFC dan HCFC yang berfungsi sebagai bahan pendingin . BPO juga digunakan sebagai bahan pengembang untuk pembuatan busa (foam), sebagai cairan pembersih (cleaning Solvent) pada industry elektronika, sebagai bahan pendorong (propelan) untuk aerosol (semprotan), sebagai bahan untuk mensterilkan, sebagai bahan untuk pemadam kebakaran, serta sebagai tambahan fumigasi untuk pergudangan, karantina dan prapengapalan BPO dimanfaatkan untuk pendingin domestic adalah CFC 12, sedangkan pada system pendingin komersial dalam berbagai ukuran dan bentuk seperti ruang penyimpanan makanan dingin/makanan beku biasanya menggunakan CFC 12, R-502 (campuran dari CFC-115 dan HCFC 22) atau HCFC-22. Mobil box, refrigerated container dan AC Mobil, bis atau kereta api juga menggunakan refrigerant CFC-11, CFC-12, CFC-114,HCFC-22 atau CFC campuran R500 (campuran CFC-12 dan HCFC 152a) dan R-502 (campuran CFC- 115 dan HCFC-22) CFC-113 dapat digunakan sebagai cairan pembersih cleaning solvent pada proses pembuatan elektronika, pencucian benda benda presisi dan penghilang lemak (degreasing) Logam selama proses fabrikasi. Selain itu CFC-113 digunakan untuk dry cleaning dan spot cleaing pada industry tekstil. Solvent lainnya yang mengandung BPO adalah methyl chloroform dan carbon tetrachloride Laporan Akhir 2- 10 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya CFC-11 dan CFC-12 digunakan secara luas sebagai propellant untuk semprotan (Hair spray, obat nyamuk, Pewangi, dll) karena kedua sat tersebut tidak mudah terbakar, tidak meledak dan tidak beracun. CFC-114 digunakan untuk mengeluarkan produk produk yang mengandung alcohol. Produk produk yang menggunakan penyemprot contohnya adalah vernis, deodorant, busa cukur, minyak wangi, insektisida, pembersih kaca (jendela), pembersih oven, produk produk farmasi, cat minyak pelumas (lubricant) dan oil Pada pertengahan tahun 1970 penggunaan CFC sebagai propeant dapat produk produk aerosol mencapai 60% dari penggunaa CFC-11 dan CFC-12 diseluruh dunis. Pada akhir tahun 1970an, banyak Negara mulai melarang atau membatasi penggunaan CFC pada produk produk aerosol. Campuran CFC-12 dengan etilen oksida digunakan untuk tujuan sterilisasi medis. Campuran CFC mengurangi resiko kebakaran dan ledakan akibat penggunaan etilen oksida. Campuran yang umumnya dipakai mengandung 88% CFC-12 dan biasa dikenal dengan 12/88 Halon dan HBCF secara luas digunakan untuk pemadaman api. Penggunaan halon telah dapat digantikan dengan bahan pemadam api jenis busa atau karbondioksida Metal bromide selama ini digunakan secara luas sebagai pestisida untuk fumigasi tanah dengan tujuan melindungi tanaman dan mencegah hama. Metal bromide juga banyak digunakan untuk fumigasi di pergudangan, karantina dan prapengapalan dengan tujuan membasmi hama. Bahan alaternatif yag saat sekarang ini dipakai untuk mengganti CFC antara lain HCFC (Hydrochlorofluorocarbons) dan HFC (hydrofluorocarbons atau R-134a) HCFC mempunyai kandungan klorin yang lebih sedikit dibandingkan dengan CFC dan mempunyai sifat tidak terlalu reaktif dalam pelepasan klorin di atmosfer. Dengan demikian HCFC masih mempunyai nilai ODP, namun kemampuan merusak ozonnya lebih rendah dibandingkan dengan CFC. Sebagai contoh CFC-12 mempunyai ODP sebesar 1.0 sedangkan HCFC mempunyai ODP antara 0.02-0.1. Karena masih memiliki nilai ODP, HCFC juga haris dihapuskan produksi dan konsumsinya sesuai jadwal yang ditentukan protocol Montreal. HFC tidak mengandung klorin maupun bromin, sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap perusaan lapisan ozon. Namun perlu diperhatikan bahwa HCFC dan HFC mempunyai nilai potensi pemanasan global (Global Warming potensial) sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim C. Sektor Pengguna Bahan Perusak Ozon Hasil penelitian dan kajian ilmiah para ahli melaporkan beberapa jenis bahan kimia yang dapat merusak lapisan ozon. Tabel berikut memperlihatkan jenis bahan perusak ozon (BPO) yang telah diatur produksi dan konsumsinya secara internasional. Laporan Akhir 2- 11 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya Tabel 2.5 Sektor Bidang Usaha Pengguna Bahan Perusak ozon No 1 Sektor Kegiatan Jenis BPO Bahan Kimia Pendingin udara (refrigeran) Pendingin domestik :lemari CFC – 11 (insulasi & Insulasi : HCFC-141b, air, CO2, pendingin, AC split, AC mobil chiller); CFC-12, R 502 pentana Pendingin komersil : showcase Refrigeran : HFC 134a, HCFC 22, chiller, mesin penjual minuman, HFC 410c, HCFC 123 (chller) cold storage, mesin pembuat es. Pendingin transportasi: thermoking, refer truck Chiller : pendingin kapasitas besar untuk gedung 2 Foam/Busa busa rigid : insulasi peralatan CFC-11 Busa rigid : HCFC 141b, pendingin, insulasi pemipaan, hidrokarbon, HFC 134ª, air, CO2, termos, dll HCFC 142b busa integral skin : sol sepatu, Busa integral skin : HCFC – 22, setir mobil, asesories kendaraan hidrokarbon, CO2, air, HFC 134ª, busa slabstock : busa tempat pentana, dan HCFC 141b Busa slabstock : mutilen florida, tidur, jok kendaraan, kemasan busa molded : arm rest, head rest, saetón, air, CO2, HCFC 141b, pentanan peredam suara. 3. Pemadam Api Halon 1211 dan 1301 Teknologi berbasis air, nitrogen, CO2 4. Tembakau CFC-11 CO2, propane 5. Fumigasi Methyl bromida Nimia : phosphine, carbonyl sulfita, Fumigasi tanah, pre shipping, CO2 HCN karantina, fumigasi produk pertanian Non nimia : pemanasan dan pendinginan, pengelolaan hama gudang terpadu Catatan : pre pengapalan dan karantina belum tergantikan. 6. Aerosol CFC 12 Bahan propalen/pendorong untuk Hidrokarbon, dimetil eter, rollo n, pompa spray, solid stick spray (parfum, pengharum ruangan, dll) 7. Solvent TCA, CTC, CFC 113 Kimia : alcohol, hydrocarbon, HCFC Pelarut kimia, pencuci metal pada & campuran industri elektronik & arloji, Non nimia : supercritical fluid laboratorium, cairan penghapus clearing (SCF), ultraviolet tinta, cairan pembersih kutek, cat (UV)/ozone cleaning, pressurized gasses, plasma cleaning 8. Semi conduktor CFC, CTC 9. Telepon seluler (proses magnesium SF6 alloy) Sumber : Kementrian Negara Lingkungan Hidup Laporan Akhir 2- 12 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya D. Perhitungan Jejak Karbon (Carbon Footprint) Emisi CO2 yang terkait dengan bahan bakar emisi CO2 dihitung langsung dengan pembakaran adalah fungsi dari konten volume karbon dari bahan bakar, kerapatan bahan bakar, kepadatan fraksi karbon dioksidasi untuk setiap bahan bakar, kandungan karbon dari bahan bakar. Emisi CO2 kemudian dapat diperkirakan dari panas isi bahan bakar dan kandungan karbon per unit energi. Konsumsi bahan bakar fosil seperti batubara dan solar secara langsung berkontribusi terhadap emisi CO2 yang berasal dari proses pembakaran mesin maupun kendaraan, akan tetapi yang berperan dalam menghasilkan CO 2 di industri kota merupakan pemakaian bahan bakar fosil jenis solar yang digunakan untuk pendukung operasional seperti alat angkut forklift. Pada sektor energi, sebagian besar emisi CO2 dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil jenis batubara. Selain gas CO2, pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan gas N2O yang merupakan GRK dengan potensi pemanasan global yang tinggi (320 x lipat gas CO2). Jejak Karbon (Carbon Footprint) yang disingkat CFP merupakan satuan ukuran untuk mengukur seberapa besar pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan dan terutama terhadap perubahan iklim. Ini berhubungan dengan banyaknya jumlah gas-gas rumah kaca yang dihasilkan pada saat kita beraktivitas sehari-hari baik itu melalui pembakaran fosil, penggunaan listrik , dan lain sebagainya. CFP dibagi menjadi dua jenis menurut sifat terjadinya pelepasan karbon yaitu : a. Jejak karbon primer yaitu ukuran emisi CO2 yang berifat langsung, yang didapat dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti untuk kendaraan dan transportasi. b. Jejak karbon sekunder yaitu ukuran emisi CO2 yang bersifat tak langsung. Hal ini didapat dari daur hidup dari produk-produk yang kita gunakan, seperti listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin, peralatan elektronik dan sebagainya. Pada umumnya, penghitungan jejak karbon dilakukan dengan mengidentifikasi penggunaan energi yang berupa ukuran emisi yang bersifat langsung hingga penggunaan peralatan elektronik yang berada di lingkup industri yang bersifat tidak langsung. Informasi tentang sumber pencemaran udara atau emisi sangatlah spesifik yaitu tergantung dari rata – rata emisi dan karakterisitik emisi itu sendiri dan bahan bakar penghasil emisi karbon. Penggunaan energi dapat dijadikan indikator global untuk mengukur emisi CO2. Hal ini dikarenakan konsumsi energy memakan bahan bakar minyak yang ketika mengalami pembakaran akan menghasilkan emisi CO2. Estimasi emisi CO2 dari konsumsi energi diperoleh dari hasil kali antara volume penggunaan energi (misalnya, kWh listrik, liter bahan bakar) dengan faktor emisi CO2 rata-rata (contoh, faktor emisi energi listrik dalam satuan kg CO2/kWh). Perhitungan emisi CO2 merupakan cara pencarian jumlah CO2 yang dilepaskan di suatu daerah sebagai konsekuensi kegiatan produksi dengan konsumsi bahan bakar, untuk menghitung emisi CO2 diperlukan data konsumsi atau produksi bahan tertentu dan faktor emisinya. Sebagai contoh maka dapat menggunakan factor emisi yang sudah ditentukan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Menghitung Jejak Karbon merupakan suatu upaya untuk mengetahui berapa besar sumbangan emisi karbon yang telah Laporan Akhir 2- 13 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya diberikan kepada dunia pada satu waktu periode tertentu. Untuk melakukannya, alat bantu seperti karbon kalkulator diperlukan. Idealnya, pengukuran jejak karbon bertujuan untuk mengukur paparan karbon akibat gaya hidup dan konsumsi langsung individual atau kelompok terhadap barang dan jasa. Kadang ada juga yang menghitung dengan pendekatan yang berbeda atau lebih detail. Contoh penghitungan Jejak Karbon yang paling sederhana adalah: a. konsumsi energi, biasanya tenaga listrik b. perjalanan dengan menggunakan motor/mobil c. perjalanan dengan menggunakan pesawat. Beberapa kalkulator karbon sudah banyak dikembangkan oleh banyak organisasi dengan basis internet untuk mempermudah menghitung jejak karbon. Hanya saja, kalkulator karbon yang selama ini bertebaran di dunia maya cenderung didasarkan pada pola hidup, teknologi dan kebiasaan yang ada di negara-negara maju, khususnya negara Eropa dan Amerika Utara. Faktor emisi yang dipakai juga lebih relevan dengan perkembangan teknologi yang ada di negara-negara tersebut. Oleh karenanya, banyak fitur atau aktivitas yang tidak relevan atau sesuai dengan kondisi sehari-hari dinegara-negara berkembang. (www.iesrindonesia. org/carboncalculator) Untuk menghitung besarnya emisi CO2 primer menggunakan metodologi yang standarisasi UNFCCC yaitu A/R Methodological Tools tentang penghitungan emisi gas rumah kaca pada pemakaian bahan bakar fosil. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan jenis langsung yang karena pemakaian bahan bakarnya ditentukan dan digunakan pada kendaraan yang beroperasi di lingkungan industri. Berikut ini adalah rumus yang digunakan oleh IPCC dan UNFCCC: Emisi CO2 = ∑ FC x CEFx NCV Emisi CO2 = jumlah emisi CO2 (satuan massa) Σ FC = jumlah bahan baker fosil yang digunakan (massa/volume) NCV = nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau volume bahan bakar (TJ/ton fuel) CEF = Carbon Emission Factor (ton CO2/TJ) Tabel 2.6 IPCC Indonesia- Spesifik NCVs Fuel Diesel Oil NCV Satuan 43,33 TJ/Kt fuel Sumber:Revised 1996 IPCC Guidelines for National Green house Gas Inventories Tabel 2.7 IPCC Referensi CEFs Fuel Diesel Oil CEF Satuan 20,2 tC/TJ Sumber: Revised 1996 IPCC Guidelines for Nationaal Green house Gas Inventories, 2.2.5. Landasan bagi pelaksanaan perlindungan lapisan ozon Guna menangani kerusakan ozon pada tahun 1985 telah ditetapkan konvensi wina. Pembahasan konvensi wina merupakan kerangkan kerja bagi masyarakat dunis terkait dengan Laporan Akhir 2- 14 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya upaya perlindungan lapisan ozon. Konvensi wina ditandatangani 21 negara termasuk ni eropa pada vulan maret 1985. Konvensi tersebut berisikan komitmen untuk melinsungi kesehatan manusia dan lingkugan hidup dari oengaruh penipisan lapisan ozon Langkah tindak lanjut penanganan kerusakan lapisan ozon adalah dengan penetapan Protokol Montreal pada tahun 1987 berlaku mulai 1 Januari 1989. Dasar hukumnya adalah pasal 6 Protokol Montreal yang menyatakan bahwa mulai tahun 1990 dan sekurang kurangna empat tahun berikutnya, semua pihak harus membuat langkah langkah pengendalian seluruh jenis BPO sebagaman pada pasal 2 dan pasal 2A hingga 21 dengan memperhatikan ketersediaan informasi ilmiah, lingkungan Teknis dan ekonomi berikut ini adalah Jadwal Penghapusan BPO menurut protokol Montreal Tabel 2.8 Jadwal Penghapusan BPO menurut protokol Montreal Jenis BPO CFC – 11, CFC – 12, CFC – 113, CFC – 114, CFC – 115 Pengurangan Konsumsi untuk negara negara Maju Pengurangan Konsumsi untuk negara negara Berkembang Base level : 1986 Base level rata rata dari 1995-1997 1989 : Freeze 1999 : Freeze 1994 : 75 % 2005 : 50 % 1996 : 100 % 2007 : 85 % 2010 : 100 % Halon 1211, Halon 1301, halon 2402 Base level : 1986 Base level rata rata dari 1995-1997 1992 : 20 % 1999 : Freeze 1994 : 100 % 2005 : 50 % 2010 : 100 % Haloganated CFCs Karbon Tetrakhlorida Methyl chloroform HCFC Base level : 1989 Base level rata rata dari 1998-2000 1993 : 20 % 2003: 20 % 1994 : 75 % 2005 : 50 % 1996 : 100 % 2010 : 100 % Base level : 1989 Base level rata rata dari 1998-2000 1995 : 85 % 2005 : 85% 1996 : 100 % 2010 : 100 % Base level : 1989 Base level rata rata dari 1998-2000 1993 : freeze 2003 : freeze 1994 : 50 % 2005 : 30% 1996 : 100 % 2010 : 75 % Konsumsi : Konsumsi : Base lavel : Base lavel : 2015 Konsumsi HCFC tahun 1989 + 2.8% konsumsi tahun 1989 2016 : freeze 2040 : 100 % 1996 : freeze 2004 : 35 % 2010 : 65 % Produksi : Base lavel : 2015 2015 : 90 % 2020 : 99.5 % Laporan Akhir 2- 15 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya 2030 : 100 % Produksi : Base lavel : Konsumsi HCFC tahun 1989 + 2.8% konsumsi tahun 1989 2004 : freeze HBFC 1986 : 100 % 1986 : 100 % Bromochloro methane 1986 : 100 % 1996 : 100 % Metil Bromida Base level : 1991 Base level rata rata dari 1995-1998 1995 : freeze 2002 : freeze 1999 : 25 % 2003 : Review Jadwal Pengurangan 2001 : 50 % 2003 : 75 % 2005 : 100 % 2005 : 20 % Sumber : Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2.2.6. Bahan Bahan Pengganti BPO Program perlindungan lapisan ozon dan pengurangan konsumsi BPO di Indosnesia telah dilaksanakan secara instensif sejak tahun 1994, melalui kegiatan yang bersifat investasi dan non investasi Kegiatan investasi mencakup Alih teknologi yang berupa penyaluran bantuan peralatan atau mesin yang tidak mengunakan BPO dalam operasionalnya Bantuan pendanaan untuk pelaksanaan replacement peralatan lama yang masih menggunakan BPO Bantuan pendanaan bagi perusahaan yang mealkukan proses penghapusan BPO Melakukan pemilihan bahan baku pengganti selain BPO dalam operasional produksi Kegiatan non investasin mencakup Pengembangan kebijakan dan peraturan pendukung Peningkatan kapasitas institusi dan pemangku kepentingan di tingkat pusat/daerah Peningkatan kesadaran masyarakat Penyebaran informasi Berikut ini adalah bidang usaha yang telah melakukan pemilihan bahan baku non BPO dalam operasional Produksinya Tabel 2.9 Usaha dan industri yang tidak mengunakan BPO dalam Proses Produksi No Nama pabrik Jenis Industri/Keg. Usaha Bahan Baku 1 PT. ANGGREK PRATAMA Cat Air, Ammonia, Dispersan, Pigmen & Eksteder 2 PT. ATLANTIK OCEAN PAINT Cat Air, Ammonia, Dispersan, Pigmen & Eksteder 3 PT. INDOPAINT JAYA UTAMA Cat Resin, Pigmen, Ekstender, Pelarut, & plasticizer Laporan Akhir 2- 16 Identifikasi Bahan Perusak Ozon Pada Industri di Kota Surabaya 4 PT. JAYA RAYA PADHUARTA Cat Air, Ammonia, Dispersan, Pigmen & Eksteder 5 UD. MENARA Cat Resin, Pigmen, Ekstender, Pelarut, & plasticizer 6 PT. MIKATASA AGUNG Cat Air, Ammonia, Dispersan, Pigmen & Eksteder PT. PUTRA JAYA ADI SENTOSA Cat Resin, Pigmen, Ekstender, Pelarut, & plasticizer 7 8 PT. MULTI CHEMICALINDO Sol sepatu Karet, piu (semacam plastik - Utk bhn pengembang) PT. AGRICON PUTRA CITRA OPTIMA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) CV. ANEKA JASA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) PT. ETOS SURYANUSA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) 12 CV. PILAR HIGIENE Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) 13 CV. PRIMA Jasa Pest control PH 3 (Phosbine) + Methyl Bromide 14 PT. RENTOKIL INDONESIA Jasa Pest control PH 3 (Phosbine) + Methyl Bromide CV. SARANA AGROTAMA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) CV. SATELIT JAYA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) PT. SINAR JAYA BERLIAN Jasa Pest control PH 3 (Phosbine) + Methyl Bromide CV. SINERGI INDONESIA Jasa Pest control Insektisida/Pestisida + PH3 (phosbine) 9 10 11 15 16 17 18 HIGIENIS ES BATU Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin 20 IGLOO ICE Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin 21 KALIMALANG PABRIK Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin 22 MICKY MOUSE ICE CREAM Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin SANTOSO PABRIK Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin PT. SURESJA MAKMUR UTAMA Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin TIRTAMAYA Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin CV. UMAR Es + Es Krim ammoniak sebagai pendingin 19 23 24 25 26 Sumber : Hasil Survey dan analisa Laporan Akhir 2- 17