2015 Kelompik 8 1b TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUAN FUNGSI NUKLIR DAN PILIHAN MORAL KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmatnya. Sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan, ilmu dan moral, tanggung jawab sosial ilmuan, serta nuklir dan pilihan moral, tidak lupa juga kita panjatkan solawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad SAW. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak hal yang kurang memadai. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang positif dari semua pihak yang membaca untuk perbaikan penyusun dimasa yang akan datang. Jakarta, 28 september 2015 Firda Sadri wahyudi Rahmawati i DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................................. i Daftar Isi ........................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang .......................................................................................................... 1 1.2 rumusan masalah....................................................................................................... 1 1.3 Maksud dan Tujuan................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS 2.1 ILMU DAN MORAL................................................................................................. 2 2.2 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ILMUAN...................................................... 4 2.3 NUKLIR DAN PILIHAN MORAL............................................................................ 9 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 KESIMPULAN ILMU DAN MORAL...................................................................... 13 3.2 KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ILMUAN............................ 13 3.3 KESIMPULAN NUKLIR DAN PILIHAN MORAL................................................ 14 3.4 SARAN ...................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA 14 15 ii Filsafat ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, seiring banyaknya tuntutan keperluan hidup manusia. Di sisi lain, timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu, karena tidak ada seorang pun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari perkembangan ilmu. Era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi yang ditandai dengan beberapa indikator, diantaranya masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat, dari masalah agama hingga masalah gizi, dan masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yang semu. Dalam hal ini makalah akan membahas mengenai cakupan dari pembahasannya yang mana menurut pemakalah sangat luas. Tidak hanya tugasnya mengkaji ilmu pengetahuan atau menemukan suatu disiplin ilmu pengetahuan baru akan tetapi ilmuwan juga memiliki sebuah tanggung jawab yang sangat besar yang melekat pada dirinya. Tanggung jawab itu adalah bagaimana bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, apakh hanya sebagai pengembang, pengkaji atau penemu ilmu pengetahuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia atau menemukan ilmu pengetahuan yang membangun atau bahkan merusak kehidupan manusia. 1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan makalah ini, apa itu tanggung jawab sosial ilmuan serta apa yang di maksud dengan nuklir dan pilihan moral. 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan makalah ini agar mahasiswa mampu memahami tanggung jawab sosial ilmuan yang terkait dengan penemuannya serta dapat memahami fungsi nuklir dan pilihan moral. BAB II PEMBAHASAN DAN ANALISIS 2.1 Ilmu dan Moral 1 Filsafat ilmu Ilmu dan moral merupakan dua unsur yang memiliki hubungan yang sangat erat. Kemajuan ilmu harus bersinergi dengan kemajuan moral. Essai ini akan memaparkan hakikat ilmu dan moral beserta hubungan keduanya. Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungan serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya (das sein), sedang moral pada dasarnya adalah petunjuk-petunjuk tentang apa yang seharusnya dilakukan manusia (das sollen). Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak berasal dari kata mos yang berarti adaptasi kebiasaan. Didalam kamus umum bahasa indonesia dikatakan bahwa moral adalah ajaran baik, buruk terhadap perbuatan, kelakuan dan akhlak (Ali,2006:256). Selanjutnya moral menurut istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik, buruk, benar atau salah. Dari pengertian ilmu maupun moral dapat kita pahami akan pentingnya kedua unsur tersebut. Semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya semakin bermoral seseorang itu. Hal tersebut merupakan harapan semua masyarakat. Namun, setelah melihat realitas yang ada. Masih banyak orang yang berilmu malah mengabaikan batasan-batasan dalam berperilaku atau bisa disebut tidak bermoral. Keadaan pengabaian moral merupakan sesuatu yang berbahaya jika dibandingkan keadaan pengabaian ilmu. Pengabaian moral mengakibatkan terjadinya bahaya-bahaya yang diketahui ataupun tidak diketahui masyarakat. 2 Filsafat ilmu Orang yang berilmu yang dilandasi dengan aturan-aturan dan batasan-batasan dalam berbuat dan berperilaku akan menjadikan ilmu itu menjadi sesuatu yang baik. Namun, jika batasan-batasan tersebut diabaikan maka bahayabahaya seperti ynag disebutkan di atas akan terjadi. Adapun contoh pengabaian moral adalah peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di berbagai sentero wilayah Indonesia. Hal tersebut mustahil dilakukan oleh orang awam. Karena hanya orang-orang yang memiliki ilmu serta pengetahuan khusus yang mampu meracik bom yang akan ia gunakan. Selain itu NASA yang merupakan program agency pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program angkasa dan merupakan organisasi masyarakat yang melakukan riset bagi sistem ruang angkasa masyarakat dan militer. Malah kerap kali memberikan berita hoax kepada masyarakat. Dengan demilikian dapat dikatakan bahwa kecanggilan ilmu dan teknologi yang dipegang oleh orang-orang yang mengabaikan batasan malah dapat memanipulasi kebenaran. Maka dari itu ilmu dan moral harus bersinergi dengan baik. Moral harus tetap dijunjung tinggi dan dipertahankan dengan segala pengorbanan, tawakal, pengekangan dan kontrol diri yang kuat serta mawas diri apabila seseorang sudah berani berketetapan hati untuk tampil menjadi “Panutan dan Suri Teladan” sesamanya, apalagi tidak tanggung tanggung dengan menempatkan diri pada posisi ditengah masyarakat luas (Negara) dengan menampilkan baik pemikiran, kata maupun perbuatan (kelakuan) penuh keteladanan, diikuti, diidolakan serta dikagumi dan dihormati pengikutnya dalam jumlah besar. Moral yang berkembang seiring dengan peradaban manusia, mencoba mengajarkan agar manusia mengetahui hal yang baik dan buruk yang berhubungan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agamanya. Kata moral mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betulsalahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas Sejatinya, peranan moral dalam menghadapi perkembangan ilmu seperti diuraikan di atas sangat dipengaruhi bagaimana pandangan manusia melihat ilmu itu sendiri yang secara terus menerus dikembangkan oleh manusia. 3 Filsafat ilmu 2.2 Tanggung Jawab Sosial dan Ilmuan a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab. menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah kewajiban menanggung, memikul jawab, menaggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menaggung akibat. Tanggung jawab adalah kesadarn manusia akan tinggkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran dan kewajibannya. Sedangkan menurut WJS. Poerwodarmito tanggung jawab adalah salah sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan sebagainya. Dengan demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang di bebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Oleh karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menyatakan diri sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam artimenurut norma umum, sebab baik menurut seseorang belum tentu baik menurut pendapat orang lain atau apa yang dikatakan baik menurut pendapat dirinya ternyata ditolak oleh orang lain. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai kewajiban dalam melakukan tugas tertentu. Dengan perkataan lain, tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban sekaligus yang harus dilaksanakan. Secara demikian tanggung jawab terkait dalam kondisi manusia, khusunya menyangkut segala tingkah laku dan perbuatannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia selain makhluk sosial juga makhluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalamkonteks sosial ataupun teologis. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan kedalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan. Filsafat ilmu 4 Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri, atau pihak lain. Dengan keseimbangan, keserasian, keselarasan ntara sesama manusia, antar manusia dan lingkungn, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruknya perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertnggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Agama Islam sifat tanggung jawab sangat di tekankan karena Orang Islam wajib bertanggung jawab dalam segala hal mulai dari tanggung jawab pada diri sendiri, tanggung jawab pada Allah SWT, tanggung jawab pada Masyarakat dan lain sebagainya. Pada prinsipnya tanggung jawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu sajasebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 38 dalam surah Al-Mudatsir. Menurut Ar-Raghib al-Ashfahani, kasabat di sini bermakna amal yang membawa akibat bagidirinya sendiri maupun orang lain. Jadi, ayat ini kembali menegaskan kaidah pertanggunganjawab secara pribadi di akhirat kelak, di mana setiap manusia akan menghadapi hisab atasperjalanan hidupnya, baik dalam hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri maupun orang lain.Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan seorang pada waktu, tempat dan kondisikondisi tertentu yang mungkin bisa meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain. Oleh sebab itu apakah tanggung jawab seseorang terbatas pada amalannya saja ataukah bisa melewati batas waktu yang tak terbatas bila akibat dan pengaruh amalannya itu masih terus berlangsung mungkin sampai setelah dia meninggal ? 5 Filsafat ilmu Allah SWT berfirman dalam surah Yasin: 12: Yang Artinya: sungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S. Yasiin: 12) Ayat di atas menegaskan bahwa tanggung jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapan pun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya. b. Pengertian Ilmuwan Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini tampak nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses. Seorang yang melakukan rangkaian aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan ilmuwan (scientist ). Kata ilmuwan sekarang tentu bukanlah hal yang asing. Secara sederhana Ia diberi makna ahli atau pakar. Dalam kamus Indonesia, kata ilmuwan bermakna orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu, atau orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan serta orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Ilmuan dalam pandangan McGraw Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms, S e o r a n g y a n g m e m p u n ya i l a t i h a n , k e m a m p u a n , d a n hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu. Mourice Richer, Jr mendevinisikan Ilmuwan adalah mereka yang ikut serta dalammengembangkan ilmu, dengan cara-cara yang kreatif . Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam ilmuwan diartikan orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu. 6 Filsafat ilmu Dari beberapa pemaparan pokok di atas dapat kami simpulkan bahwa Ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktifitas dalam kaitannya dengan bidang keilmuwan. Pada hakikatnya ilmuwan adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti, bukan saja jalan pikirannya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu begitu saja tanpa suatu pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan cara berpikir seorang awam (Suriasumantri Jujun S, 2000 : 243). Tidak hanya itu saja seorang ilmuan harus mempunyai sikap ilmiah Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang dapat di pertanggung jawabkan secara sosial serta dapat di pertanggung jawabkan kepada Tuhan, artinya selaras dengan kehendak manusia dengan kehendak Tuhan. Sedangkan menurut Abbas Hamami Sebagaimana yang dikutip Surajiyo (2007 : 153) c. Tanggung Jawab Ilmuwan Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan adalah: 1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir, melakukan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, professional dan mempublikasikan temuannya); 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang sudah/akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengkomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan kemanusiaan, mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya dan mengembangkan kebudayaan nasional. 7 Filsafat ilmu Selain yang tersebut di atas, sebagaimana yang telah disinggung bahwa ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Dan berikut ini akan di uraikan berbagai tanggung jawab ilmuwan yang berkenaan dengan sosial dan moral 1. Tanggung jawab sosial Tanggung jawab sosial ilmuwan adalah suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. beberapa bentuk tanggung jawab sosial ilmuwan, yaitu : a. Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permasalahn sosial yang sering terjadi dimasyarakat. b. Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana dimasyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut. c. Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial di masyarakat. d. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat prosesintergrasi sosial budaya yang mana integrasi tersebut bertujuan untuk mempererat tali kesatuan antara masyarakat. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik. 2. Tanggung jawab moral Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perspektif atau pandangan yang berbeda (Suriasumantri Jujun S, 2001 : 231). Moral adalah sistem nilai (sesuatu yang di junjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Tujuan moral adalah mengarahkan sikap dan perilaku manusia agar menjadi baik sesuai dengan ajaran dan paham yang dianutnya. Manfaat moral adalah menjadi pedoman untuk bersikap dan bertindak atau berperilaku dalam interaksi sosial yang dinilai baik atau buruk. Tanpa memiliki moral, seseorang akan bertindak menyimpang dari norma dan nilai sosial dimana mereka hidup dan mencari penghidupan (Prawironegoro Darsono, 2010:247). 8 Filsafat ilmu Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ilmuwan harus memiliki dasar moral yang kuat sehingga nantinya dalam Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang ilmuwan. Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu sendiri sebagai seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat.Moral dan etika yang baik perlu kepekaan atas rasa bersalah, kepekaan atas rasa malu, kepatuhan pada hukum dan kesadaran diketahui oleh Tuhan. Ilmuwan juga memiliki kewajiban moral untuk memberi contoh (obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar, berani mengakui kesalahan) dan mampu menegakkan kebenaran. Sehingga ilmu yang dikembangkan dengan mempertimbangkan tanggung jawab moralnya sebagai seorang ilmuwan dapat memberikan kemaslahatan bagi umat manusia dan secara integral tetap menjaga keberlangsungan kehidupan lingkungan di sekitarnya dan dapat tergajanya keseimbangan ekologis. 2.3 Nuklir dan Pilihan Moral Pada tanggal 2 agustus 1939 Albert Einstein menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat Franklin D.Roosevelt yang memuat rekomendsi mengenai serangkaian kegiatan yang kemudian mengarah kepada pembuatan bom atom. Pernyataan ini sangat menarik dan menyentuh landasan moral yang fundametal.Akhir-akhir ini masalah ini di hadapi oleh presiden Carter mengenai pembuatan atom neutron : apakah Amerika Serikat akan memperlengkapi arsenal persenjataan dengan bom neutron? Masalah yang di hadapi oleh Einstein dan presiden Carter adalah sama namun situasinya berbeda. Amerika serikat tidak berada dalam bahaya dan pembuatan atom neutron hanya akan meningkatkan kemampuan strategi militernya. Sedangkan situasi yang di hadapi Einstein waktu itu adalah keadaan perang yang konkret di mana sekutu mungkin kalah, sekiranya Jerman dapat mengembangkan bom atomnya. Inilah yang menyebabkan Einstein memutuskan untuk menulis surat tersebut. Masalahnya adalah : apakah dengan keputusan tersebut Einstein memihak kepada Amerika serikat selaku seorang warga yang baik? Apakah keputusan Einstein di dasarkan pada nasionalisme dan patriolisme? Filsafat ilmu 9 Jawabannya adalah tidak. Keputusan Einstein bukanlah di dasarkan kepada nasionalisme atau patriotisme. Dalam persoalan semacam ini ilmu bersifat netral. Walaupun demikian dalm kasus ini instein tidak memilih pihak manapun seperti pihak ilmuwan lainnya, berpihak kepada kemanusiaan yang besar. Kemanusiaan ini tidak mengenal batas geografis, sistem politi atau sistem kemasyarakatan lainnya. Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannyan di pergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat bahwa para ilmuwan bangkit dan bersikap terhadap politik pemerintahnya yang menurut anggapan mereka melanggar asas-asas kemanusiaan. Ternyata bahwa dalam soal yang menyangkut kemanusiaan para ilmuwan tidak pernah bersifat netral. Mereka tegak dan bersuara sekiranya kemanusian memerlukan mereka. Suara mereka bersifat universal mengatasi golongan, ras, sistem kekuasaan, agama, dan rintangan-rintangan lainnya yang bersifat sosial. Pilihan moral ini kadang-kadang memang getir sebab tidak bersifat hitam atas putih. Di perlukan landasan moral yang kukuh untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara kontruktif. Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan yang di pakai untuk kemaslahatan kemanusiaan atau sebaliknya dapat pula di salahgunakan. Pengetahuan pada dasarnya di tujukan untuk kemaslahatan kemanusiaan. Masalahnya adalah sekiranya seorang ilmuwan menemukan sesuatu yang menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan. Menghadapi masalah tersebut majalah fortune mengadadkan angketyang di tujukan kepada para ilmuwan di Amerika Serikat. Angket tersebut menyimpulkan bahwa 78 persen ilmuwan di perguruan tinggi, 81 persen ilmuwan di bidang pemerintahan dan 78 persen ilmuwan dalam industri berkeyakinan bahwa seorang ilmuwan tidak boleh menyembinyikan hasil penemuan-penemuan apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga yang akan menjadi konsekuensinya. Kenetralan seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah kepada penemuan selanjutnya. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui loncatan-loncatan yang tidak berketentuan melainkan melalui proses kumulatif secara teratur. Demikian selanjutnya dimana usaha menyembunyikan kebenaran dalam proses kegiatan ilmiah merupakan kerugian bagi kemajuan ilmu pengetahuan seterusnya. Dalam penemuan ini maka ilmu pengetahuan itu bersifat netral. kami berkeyakinan bahwa dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang mengikat. Dalam aspek-aspek lainnya seperti apa yang telaah oleh ilmu pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu di pergunakan mau tidak mau seorang ilmuwan terikat secara moral dalam artian 10 Filsafat ilmu mempunyai preferensi dan memilih pihak, dalam menentukan masalah apa yang akan di telaahnya maka seorang ilmuwan secara sadar atau tidak sudah menentukan pilihan moral. Hal ini bahkan menjorok sampai penyusunan hipotesis. Walaupun begitu maka dalam hasil penemuan akhirnya seorang ilmuwan tidak boleh menyembunyikan sesuatu. Bagaimana pahitnya hasil penemuan itu bagi obyek yang kita junjung dalam sistem prefensi moral kita,kebenaran tak boleh di sembunyikan. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang di susun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. Seorang ilmuwan yang di atas landaskan moral memilih untuk membuktikan bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi ( dia terikat kepada generasi muda) atau membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat kepada kebijaksanaan pemerintah)maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netral dan membebaskan diri dari semua keterkaitannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Di sini hitam di katakan hitam dan putih di katakan putih, apapun juga konsekuensinya bagi obyek moral yang mendorong dia melakukan penelaahannya. Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral yang sangat di kutuk dalam masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal di atas itulah yang menjadikan ilmu bersifat universal. Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan ilmuwan untuk bersikap dalam menghadapi bagaiman penemuan itu di gunakan. Pengetahuan bisa merupakan berkah dan mungkin merupakan kutukan, tergantung bagaimana manusia memanfaatkan pengetahuan tersebut. Bila ilmu pengetahuan di pergunakan tidak sebagaimana mestinya, dan merupakan kutukan maka dalam hal ini ilmuwan wajib bersikap dan tampil ke depan. Seorang ilmuwan tidak boleh membiarkan kekeliruan dan bertindak sewenang-wenang, dia harus di tantang bahkan di hancurkan. Pesan Einstein kepada mahasiswa California Institute of Tecnology. Pesan itu di sampaikan pada tahun 1938 atau satu tahun sebelum Einstein menulis surat historis yang melahirkan bom atom. Dia berkata bahwa tidak cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua iktiar teknis. 11 Filsafat ilmu Pesan itu di akhiri dengan kata-kata,”jangan kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram dan persamaan”. Sungguh suatu pesan yang patut kita renungkan karena di tengah tumpukan grafik dan rumus-rumus kadangkadang kita lupa. Jadi,ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluhuran moral. Tanpa itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan menimbulkan malapetaka. 12 Filsafat ilmu BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Ilmu dan Moral Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungan serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. Sedangkan moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik, buruk, benar atau salah. Kehadiran kedua unsur diatas merupakan kebutuhan yang diharapkan dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjadi lebih baik. Namun, kehidupan akan lebih baik jika ilmu dan moral dapat bersinergi dengan baik. Kemajuan ilmu seharusnya berbanding lurus dengan kemajuan moral. Sejatinya kedua unsur tersebut tidak bisa dipisahkan. Ilmu yang baik harus diimbangi dengan batasan-batasan dalam berperilaku dan batasan-batasan dalam menggunakan ilmu tersebut dengan baik pula. 3.2 Kesimpulan Tanggung Jawab Sosial dan Ilmuan Berdasarkan hasil pemaparan yang telah ditulis di atas, kami akan mencoba menarik simpulan yaitu, sebagaimana yang telah kita bahas di atas bahwasanya tanguung jawab tidak bisa dilepaskan dari manusia karena tanggung jawab itu kodrati, yang artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya menyangkut subjek dari tanggung jawab itu sendiri, tetapi juga menyangkut objek yang ditekuni, baik negarawan, budayawan, begitupun Ilmuwan. Secara garis besar dapat di uraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan meliputi, Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu seorang ilmuwn juga memiliki tanggung jawab sosial dan moral. Dimana tanggung jawb sosial Ilmuwan meliputi: a. Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial. b. Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana di masyarakat. c. Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial di masyarakat. 13 Filsafat ilmu d. Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat proses intergrasi sosial budaya. Dan ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat. 3.3 Kesimpulan Nuklir Dan Pilihan Moral Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah negaranya, juga Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian. 3.4 Saran Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna, banyak hal yang kurang memadai. Oleh karenan mengharapkan kritik dan saran yang positif serta membangun dari dari semua pihak yang membaca untuk dijadikan acuan serta perbaikan penulis dimasa yang akan datang. 14 Filsafat ilmu DAFTAR PUSTAKA n Al-Quran Terjemah Indonesia (Kudus: Menara Kudus) n Cheppy Hari Cahyono, Ilmu Budaya Dasar,(Surabaya: Usaha Nasional, 1987) n Drs. H. Ahmad Mustofa, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) n Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT. intermasa, 1994) n Gie The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty, 2000) n Mustofa Habib, Ilmu Budaya dasar manusia dan Budaya, (Surabaya: Usaha Nasional 1983) n Pielke, Roger A, Jr, The Honest Broker, Making Sense of Science in Policy and Politics,(Cambridge: University Press, UK, 2008) n Prawironegoro Darsono, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Nusantara Consulting, 2010) n Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Universitas Multimedia Nusantara Press, 2007) Suriasumantri Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010) Rangkuman bukuu filsafat ilmu Karangan JUJUN S. SURIASUMANTRI NUKLIR DAN PILIHAN MORAL 15 Filsafat ilmu