gaya belajar merupak - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Gaya Belajar
2.1.1. Definisi Gaya Belajar
Menurut Deporter dan Hernacki (2011), gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Sementara itu menurut Susilo (2009), gaya belajar adalah
cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan
dan memperoleh informasi tersebut. Gardner (1995) menjelaskan bahwa gaya
belajar adalah sebagai cara dan kondisi di mana pelajar paling efisien dan efektif
memahami, memproses, menyimpan, dan mengingat apa yang sedang berusaha
untuk mereka pelajari.
Sementara itu, menurut Smith & Dalton, 2005 (Ramayah et al.,2009), gaya
belajar adalah cara yang khas dan kebiasaan memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap melalui belajar atau pengalaman dan gaya pembelajar
individu cenderung lebih stabil dalam tugas belajar yang berbeda.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
gaya belajar merupakan cara belajar yang khas yang digunakan oleh seseorang
dengan memaksimalkan seluruh modalitas, karakteristik, serta sifat-sifat
psikologis yang ada dalam dirinya untuk memperoleh dan mengolah informasi
dalam proses belajar.
8
2.1.2. Klasifikasi Gaya Belajar
Pendekatan gaya belajar secara umum telah dikembangkan oleh para ahli
dengan klasifikasi serta kerangka referensi yang berbeda. Gunawan, 2004 dalam
bukunya “Genius Learning Strategy” mengemukakan, bahwa terdapat tujuh
pendekatan umum gaya belajar dengan klasifikasi sebagai berikut :
1) Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi, Pendekatan ini
dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan
McCharty. Merupakan pendekatan holistik dalam gaya belajar berkaitan
dengan proses pengolahan informasi yang baru dan bagaimana informasi
tersebut diperoleh, disimpan dan disortir dengan cara yang berbeda.
2) Pendekatan berdasarkan kepribadian, Pendekatan ini dikembangkan oleh
Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon & Byram, SingerLoomis, Grey-Whellright, Holland, dan Geering. Pendekatan ini
merupakan cara individu memperoleh dan mengorganisir informasi
dengan menentukan tipe karakter yang berbeda pada pilihan cara
belajarnya.
3) Pendekatan
berdasarkan
pada
modalitas
sensori,
Pendekatan
ini
dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan Messick. Merupakan
pendekatan gaya belajar berdasarkan sistem syaraf yang lebih disukai
ketika menerima informasi (preferensi sensori)
4) Pendekatan berdasarkan pada lingkungan, Pendekatan ini dikembangkan
oleh Witkin dan Eison Canfield. Merupakan model gaya belajar
9
berdasarkan respon kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional yang
berbeda.
5) Pendekatan
berdasarkan
pada
interaksi
sosial,
Pendekatan
ini
dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan
Merill. Merupakan model gaya belajar tentang bagaimana hubungan antara
individu dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sosial.
6) Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan, Pendekatan ini dikembangkan
oleh Gardner dan Handy. Merupakan pendekatan gaya belajar berdasarkan
kemampuan serta perbedaan bakat yang dimiliki individu.
7) Pendekatan berdasarkan wilayah otak, Pendekatan ini dikembangkan oleh
Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman. Pendekatan ini merupakan gaya
belajar berdasarkan dominansi otak yang dipergunakan (otak kiri atau otak
kanan, reflektif atau impulsif).
Ketujuh klasifikasi gaya belajar tersebut merupakan pilihan yang dapat
digunakan oleh individu sebagai strategi belajar. Secara kognitif, setiap
pendekatan gaya belajar tersebut mengakses aspek yang berbeda dalam
memperoleh informasi.
2.1.3. Model Gaya Belajar
Variansi model gaya belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli telah
ada sejak pertengahan hingga akhir 1970-an. Model-model gaya belajar tersebut
diantaranya model Dunn, Gregorc, Kolb, Felder-Silverman, Entwistle untuk
Pendekatan Revisi dalam gaya belajar, serta Fleming. Berikut adalah model gaya
belajar tersebut :
10
Tabel 2.1. Model Gaya Belajar
No
1
Model
Dimensi
Instrumen
Dunn and Faktor lingkungan (suara, cahaya, PEPS (Productivity
Environmental Preference
Dunn
suhu, dan desain ruang),
Survey)
Emosional (motivasi, ketekunan,
tanggung jawab, dan struktur),
Sosiologis
(belajar
sendiri,
berpasangan,
dengan
teman
sebaya, guru, dan campuran),
Fisiologis meliputi kekuatan
persepsi
(Auditory,
Visual,
Tactile, Kinesthetic), masukan,
waktu dan mobilitas,
Psikologis (global atau analitik,
otak kiri / kanan, dan impulsif
atau reflektif ).
2
Gregoric
Persepsi konkret-abstrak
(concrete-abstract)
GSD (Gregoric
Delineator)
Style
Pengaturan sekuensial-acak
(sequential-random)
3
Kolb
Pengalaman
konkrit/Concrete
LSI
(Learning
Experience (CE)
Inventory)
Observasi
Reflektif/Reflective
Observation (RO)
Style
Konseptualisasi Abstrak/Abstract
Conceptualization (AC)
Eksperimenaktif/Active
Experimentation (AE)
4
FelderSilverman
ILS (Index of Learning
Styles)
Active-reflektif,
Sensing-Intuitif,
Verbal-Visual,
Sequential-Global,
11
Intuitif-deduktif.
5
RASI
RASI (Revised
Approaches to Studying
Inventory model)
Mendalam (deep)
Permukaan (surface)
Strategis (strategic)
6
Fleming
VARK (Visual,
Auditory,Read/write,
Khinestetic)
Visual
Auditory
Read/write
Khinestetic
Sumber : (Ramayah et al.,2009)
Model gaya belajar Dunns, (1990) mendefinisikan gaya belajar sebagai
cara dimana individu mulai berkonsentrasi pada proses, internalisasi, dan
menyimpan informasi baru dan sulit. Di tahun 1979, Gregoric mengembangkan
model gaya belajar dengan memberikan wawasan mengenai bagaimana pikiran
menerima dan menggunakan informasi. Pada tahun 1984 Kolb mengembangkan
model gaya belajar yaitu Kolb Experiential Learning Theory. Model ini cukup
populer dikalangan peneliti. Kolb, (Nasution, 2005) “Gaya belajar model Kolb
ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan
observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk
memecahkan masalah”.
Pengembangan model gaya belajar berikutnya tahun 1988 dengan FelderSilverman Learning / Teaching Style Model. Felder-Silverman mendefinisikan
model gaya belajar untuk mengklasifikasikan individu dengan preferensi yang
sesuai pada sejumlah skala yang berkaitan dengan cara-cara individu menerima
dan memproses informasi (Felder-Silverman, 1988).
12
Model berikutnya yaitu RASI (Revised Approaches to Studying Inventory
model). Duff, 2004 (Ramayah et al.,2009) Mendefinisikan gaya belajar RASI
sebagai gabungan dari karakteristik, kognitif, afektif, dan faktor-faktor psikologis
yang berfungsi sebagai indikator bagaimana seseorang berinteraksi dengan
merespon lingkungan belajar. Yang terakhir adalah model VARK yang
dikembangkan oleh Fleming pada tahun 1987 merupakan inventory baru dalam
gaya belajar sebagai pengembangan dari Model Neuro-Linguistik (Fleming,
2001).
2.1.4. Preferensi Gaya Belajar VARK
Pada tahun 1987, Fleming mengembangkan sebuah Preferensi gaya belajar
yaitu VARK (Murphy, Gray & Straja, 2004). VARK merupakan inventory baru
dalam modalitas belajar yang bermakna modalitas sensoris Visual (belajar dari
apa yang dilihat), Aural (belajar dari apa yang didengar), Read/write (belajar dari
apa yang dibaca/ditulis), dan Kinesthetic (belajar dari apa yang dipraktekkan).
Pengembangan gaya belajar dari Fleming, yang populer dengan Gaya
belajar VARK Sebelumnya dikenal sebagai VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic),
Fleming mengembangkan VARK dengan membedakan kategori preferensi visual
menjadi dua kategori, yaitu Visual (V) untuk kategori grafis atau representasi
bergambar dan Read/write (R) untuk kategori representasi tekstual (Fleming,
1995).
13
2.1.5. Modalitas VARK
Dalam proses belajar, terdapat dua kategori utama yang dapat digunakan
oleh individu dalam memperoleh informasi. Pertama, dikenal dengan istilah
modalitas, yaitu dimana seseorang dapat menyerap suatu informasi dengan
mudah. Kedua, informasi diperoleh dengan cara melibatkan dominansi otak untuk
mengatur dan mengolah informasi yang masuk (DePorter, 2007).
Dalam modalitas belajar, VARK merupakan modalitas sensori yang
bermakna Visual lebih menitikberatkan kepada aspek visual (V) seperti gambar,
peta pikiran, memberi warna yang berbeda pada teks. Gaya belajar Aural (A)
lebih menitikberatkan pada aspek pendengaran, seperti rekaman pembelajaran,
mendengarkan penjelasan dari orang lain, Gaya belajar Read / write (R) lebih
meitikberatkan pada aspek baca tulis seperti membuat rangkuman, handout dan
daftar istilah. Gaya belajar Kinestethic (K) lebih menitikberatkan pada aspek
sentuhan fisik seperti praktek dan studi lapangan. Fleming&Mills (1992),
merekomendasikan penggunaan keempat modalitas (VARK) tersebut sebagai
modalitas belajar yang dapat digunakan dalam memahami informasi serta
pengalaman dalam belajar-mengajar.
Dari masing-masing modalitas VARK tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1) Visual (V)
Modalitas visual mengacu pada informasi-informasi non verbal seperti
peta, mind mapping, grafik, diagram alir, dan seluruh simbol - simbol gambar
14
yang digunakan untuk menggantikan informasi non verbal. Adapun strategi
belajar Visual yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Menandai bagian penting dalam teks sebagai kata kunci
2. Membatasi jumlah kata/informasi
3. Membuat catatan ringkas dan menerjemahkan kata-kata kedalam
simbol, diagram atau gambar
4. Membuat pengingat informasi dalam bentuk visual
5. Latihan mengubah visual kembali ke dalam kata-kata
6. Menggunakan kode, warna, garis bawah, atau menandai informasi
penting
7. Kreatif dengan grafik, diagram dan mindmaps
2) Aural /Auditory (A)
Modalitas Aural mengacu pada informasi-informasi auditori yang
“didengar atau diucapkan.” Pelajar yang memiliki kecenderungan Aural dapat
belajar dengan maksimal melalui kegiatan perkuliahan, diskusi kelompok,
mendengarkan radio, menggunakan telepon seluler, pidato, web-chat dan obrolan.
Seseorang dengan kecenderungan Aural juga termasuk megucapkan
sesuatu secara keras seperti sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Seseorang
dengan kecenderungan Aural berbicara dahulu sebelum berfikir dalam
menyelesaikan masalah. Mengulang kembali kata-kata yang sudah disampaikan
dengan maksud untuk meyakinkan diri sendiri tentang informasi yang
diterimanya. Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
15
1. Bekerja dalam grup atau belajar bersama teman agar mendapatkan
hasil belajar maksimal melalui cara-cara antara lain: berdiskusi,
mendengarkan dan berbicara
2. Mengikuti ceramah atau belajar melalui perkuliahan
3. Menyampaikan ide kepada orang lain melalui lisan
4. Rekam catatan, informasi kunci atau bahan kuliah, mendengarkan
secara teratur.
3) Read/write (R)
Kecenderungan Read / write mengacu pada informasi-informasi yang
dibaca/ditulis. Kecenderungan Read / write menekankan text based input-output
(stimulus-respon bersifat tulisan), membaca dan menulis dalam berbagai bentuk,
khususnya manual, laporan, esai / skripsi, dan tugas-tugas menulis lainnya.
Seseorang dengan kecenderungan Read / write memiliki kemampuan lebih
dalam belajar dengan menggunakan PowerPoint, Internet, membuat daftar, buku
teks, kamus, ensiklopedi, kutipan-kutipan, menulis esai, membaca manual, serta
mengikuti perkuliahan dengan model yang sistematis, penyampaian dengan
banyak penjelasan berikut dengan catatan.
Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Menulis kembali catatan-catatan
2. Membaca/ mengulas kembali catatan
3. Menulis kembali rangkuman catatan kedalam kata-kata sendiri
4. Menuliskan diagram/grafiik, gambar, dalam bentuk kalimat
5. Menulis jawaban ujian
6. Berlatih dengan soal pilihan ganda
16
7. Menulis paragraf awal dan akhir
8. Membuat daftar urutan (a,b,c,1,2,3)
9. Mengatur kata dalam bentuk daftar/list, dan berupa poin-poin.
4) Kinesthetic (K)
Modalitas kinestetik mengacu pada “preferensi perseptual sebagai hasil
dari pengalaman dan praktek (baik simulasi maupun nyata). Penekanan dari
seseorang dengan kecenderungan kinestetik adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan realita (pengalaman langsung), baik melalui pengalaman
pribadi yang nyata, contoh, praktek atau simulasi. Modalitas kinestetik mengacu
pada demonstrasi, simulasi, video dan film dari hal-hal yang nyata, seperti studi
kasus, praktek dan aplikasinya.
Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Membaca sepintas materi terlebih dahulu agar mengerti tentang tema
atau ide utama
2. Menggunakan semua indra seperti penglihatan, sentuhan, rasa, bau,
pendengaran
3. Mudah mengingat hal-hal yang dipraktekkan, menggunakan studi
kasus dan aplikasi untuk membantu dengan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep abstrak
4. Berbicara tentang catatan dengan orang kinestetik lain, gunakan
gambar dan foto-foto yang menggambarkan ide, kunjungan lapangan,
dan praktek menulis jawaban, paragraf, dan ujian bermain peran.
5. Menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide (Fleming &
Mills,1992).
17
Selain dari keempat modalitas belajar tersebut, terdapat kombinasi dari
dua, tiga atau empat modalitas VARK sekaligus yang dikenal dengan istilah
multimodalitas, yang akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.
2.1.6. Multimodalitas
Setiap orang memiliki modalitas yang berbeda-beda. Dalam preferensi
VARK tidak hanya mengacu kepada satu modalitas saja yang digunakan.
Kombinasi dari dua, tiga, bahkan empat modalitas sekaligus merupakan kategori
dalam multimodalitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa hidup bersifat
multimodal, keragaman individu dalam mengakses modalitas sensori yang
dimilikinya.
Preferensi gaya belajar yang termasuk kedalam kategori Multimodal
dibagi dalam tiga kategori yaitu, bimodal merupakan kombinasi dari dua
modalitas yang terdiri dari VA (Visual Aural), VR (Visual Read/write), VK
(Visual Kinesthetic), AR (Aural Read/write), AK (Aural Kinesthetic), dan RK
(Read/write Kinesthetic). Trimodal merupakan kombinasi dari tiga modalitas yang
terdiri dari, VAR, VAK, VRK atau ARK. Quadmodal merupakan kombinasi dari
empat modalitas sekaligus yaitu VARK (Visual, Aural, Read/write, Kinesthetic)
(Fleming & Mills, 1992).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Menurut Rita dan Kenneth Dunn (1992), terdapat lima faktor berikut
dengan elemen-elemen yang mendukungnya yang dapat mempengaruhi gaya
18
belajar seseorang. Kelima faktor tersebut adalah faktor lingkungan, dukungan
emosional, sosiologis, fisiologis serta faktor psikologis.
Uraian faktor-faktor tesebut antara lain sebagai berikut:
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi suara, seseorang dapat belajar dengan diiringi
musik atau suasana yang tenang, elemen cahaya, untuk mengetahui apakah
seseorang lebih suka dengan cahaya yang redup atau terang untuk
berkonsentrasi dalam belajar, elemen suhu, lebih suka ruangan dengan
temperatur
dingin
atau
hangat
sambil
terlibat
dalam
kegiatan
pembelajaran, dan desain tempat duduk, lebih suka duduk di bangku
dengan meja (formal) atau duduk disofa, tempat tidur, lantai, bantal, dll
(informal).
2) Dukungan emosional
Faktor dukungan emosional meliputi motivasi, apakah dalam kegiatan
belajar seseorang dapat memotivasi diri sendiri atau membutuhkan
penguatan dari orang lain, ketekunan, berkaitan dengan ketekunan untuk
menyelesaikan tugas, tanggung jawab, apakah lebih suka bekerja secara
independen dengan sedikit pengawasan atau memerlukan bimbingan, dan
struktur, seseorang dalam belajar berdasarkan instruksi serta langkahlangkahnya atau memutuskan sendiri dalam menyelesaikan tugas sesuai
dengan tujuan ynag telah ditetapkan.
3) Faktor sosiologis
Faktor sosiologis meliputi belajar sendiri atau dalam berbagai ukuran
kelompok, bekerja dengan bantuan orang dewasa atau dosen, serta
19
melakukan variasi dalam belajar dengan menyukai rutinitas mengikuti
pola dan prosedur.
4) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis meliputi kekuatan persepsi (Auditory, Visual, Tactile,
Kinesthetic), masukan, waktu dan mobilitas. Karakteristik fisiologis
merupakan faktor model gaya belajar yang dapat mempengaruhi belajar.
Karakteristik ini mengacu pada kapan dan bagaimana belajar terbaik. lebih
suka minum, makan, atau mengunyah permen karet sambil belajar, duduk
diam, atau lebih memilih untuk bergerak sambil terlibat dalam tugas
belajar.
5) Faktor Psikologis
Faktor psikologis meliputi gaya analytical atau global, otak kiri atau otak
kanan, reflektif atau impulsif. Dimensi ini mengacu pada strategi umum
yang digunakan ketika memecahkan masalah belajar. Pemecahan masalah
secara global, melihat gambaran besar, sementara yang lain lebih memilih
untuk
mengatasi
unsur
masalah
individu
secara
terpisah.
Dua
kecenderungan pengolahan lainnya dapat mempengaruhi kemampuan
belajar, otak kanan / kiri dan impulsif / reflektif (R. Dunn, Dunn & K.,
1992).
20
2.3. Mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana
2.3.1. Mahasiswa Kelas Reguler 1
Menurut Winkel (1997) pada umumnya usia mahasiswa berada pada usia
antara 18 atau 19 tahun sampai 24 atau 25 tahun. Lebih lanjut Winkel (1997)
membagi usia mahasiswa tersebut menjadi dua periode yaitu :
1) Usia 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun. Periode ini merupakan
mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester IV. Pada periode ini,
pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut :
(1). Mulai meningkatnya stabilitas dalam kepribadian
(2). Memiliki pandangan yang lebih objektif mengenai diri sendiri dan
lingkungan hidupnya
(3). Memiliki kematangan emosional dalam menghadapi permasalahan
(4). Memiliki kemampuan dalam mengendalikan perasaan pribadi. Hal
tersebut disesuaikan dengan
laju perkembangan masing-masing
mahasiswa.
2) Usia 21 atau 22 tahun sampai 24 atau 25 tahun, yaitu mahasiswa semester
V sampai dengan semester VIII. Pada umumnya usia mahasiswa pada
periode ini memiliki perhatian lebih terhadap kebutuhan-kebutuhan
psikologis, seperti :
(1). Mendapat perhatian dan penghargaan dari teman, dosen, serta anggota
keluarga
(2). Memiliki makna hidup yang lebih dinamis serta pandangan spiritual
21
(3). Memiliki rasa harga diri, mulai menjalin hubungan secara intim
dengan lawan jenis, dan kepuasan dalam pencapaian kesuksesan
dalam studi akademik.
2.3.2. Sistem Pendidikan Kelas Reguler 1
Mahasiswa Kelas Reguler 1 berdasarkan program studi Universitas Mercu
Buana adalah mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian jalur reguler.
Pada umumnya mahasiswa Kelas Reguler 1 merupakan mahasiswa yang tidak
bekerja serta waktu perkuliahan untuk Kelas Reguler 1 dilaksanakan dari hari
Senin sampai dengan hari Jumat serta diberlakukan program E-Learning untuk
mata kuliah Etik UMB ( sumber informasi : sistem pendidikan Kelas Reguler
Universitas Mercu Buana).
2.3.3. Mahasiswa Kelas Reguler 2
Mahasiswa kelas Reguler 2 adalah mahasiswa yang bekerja. Bekerja
sering diidentifikasikan dengan melakukan employment yaitu aktivitas yang
dilakukan untuk orang lain dalam basis kontrak, hal ini menyangkut hubungan
pertukaran dimana seseorang memberikan talenta mereka kepada majikan untuk
mendapatkan imbalan. Shimmin, (De Klerk, 2005).
Kelas Reguler 2 Universitas Mercu Buana adalah Program kuliah Non
Reguler bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak
mempunyai waktu luang mengikuti pendidikan di hari kerja.
22
2.3.4. Sistem Pendidikan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi
Kelas Reguler 2 Universitas Mercu Buana memiliki sistem pendidikan
yang waktu pelaksanaannya pada hari Sabtu & Minggu serta diberlakukannya
program E-Learning untuk berbagai pilihan mata kuliah dengan kuliah tatap muka
yang dilaksanakan pada hari Senin-Jumat (malam). Mahasiswa dan lulusan
mempunyai hak dan kewajiban akademik serta kualitas yang sama dengan
Pogram Reguler 1 Universitas Mercu Buana.
Bagi mahasiswa Kelas Reguler 2 UMB, memiliki jadwal kuliah yang lebih
fleksibel, dengan tidak mengganggu jadwal kerja, serta diijinkannya untuk tidak
mengikuti kuliah untuk beberapa pertemuan bila mahasiswa terkait mendapat
tugas kerja lembur atau keluar kota / negeri melalui mekanisme tertentu yang
sesuai dengan peraturan (sumber informasi: sistem pendidikan Kelas Karyawan
Universitas Mercu Buana).
2.3.5. Perbedaan Mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas
Psikologi Universitas Mercu Buana
Tabel 2.2.
Perbedaan Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2
Perbedaan
Kelas Reguler 1
Kelas Reguler 2
Status pekerjaan
Status pernikahan
Kemandirian belajar
Aktivitas belajar mengajar
Sebagian besar belum Sebagian besar sudah
bekerja
bekerja
Sebagian besar belum Sebagian besar sudah
menikah
menikah dan memiliki
anak
Memerlukan dukungan Mampu untuk belajar
teman sebaya, orang lebih mandiri
dewasa/dosen
Tatap muka dari hari Tatap muka hari Sabtu
23
Program E-learning
Pengaturan waktu belajar
Usia
Senin sampai dengan dan hari Minggu
hari Jumat
Mata kuliah Etik UMB
Berbagai pilihan mata
kuliah
Waktu belajar lebih Waktu
belajar
lebih
banyak
sedikit
18-25 tahun
20-40 tahun
2.4. Kerangka Berpikir
Tabel 2.3.
Kerangka Berpikir
Kelas Reguler 1
Kelas Reguler 2
Preferensi Gaya Belajar
5.
6.
7.
8.
Preferensi Gaya Belajar
Visual
Aural
Read/write
Khinestetic
1.
2.
3.
4.
Visual
Aural
Read/write
Khinestetic
Gaya belajar merupakan karakteristik yang khas pada setiap individu.
Perbedaan karakteristik antara Kelas Reguler 1 dengan Kelas Reguler 2 dapat
dilihat berdasarkan faktor lingkungan, dukungan emosional, sosiologis, fisiologis
serta psikologis. Selain itu, menurut Fleming (sumber informasi : VARK a guide
to learning style ) menyatakan bahwa Pengalaman hidup seseorang seperti
24
pekerjaan dan hubungan akan memberikan perubahan dalam bagaimana seseorang
memilih untuk belajar.
Perbedan karakteristik antara Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2
tersebut dapat dilihat dari perbedaan status pekerjaan (faktor dukungan
emosional), mahasiswa Kelas Reguler 1 yang sebagian besar belum bekerja, dan
mahasiswa Kelas Reguler 2 yang sebagian besar sudah bekerja, serta jika dilihat
dari hubungan dalam hal ini status pernikahan (faktor dukungan emosional),
mahasiswa Kelas Reguler 1 sebagian besar belum menikah, dan mahasiswa Kelas
Reguler 2 yang sebagian besar sudah menikah dan memiliki anak.
Berdasarkan faktor sosiologis dapat dilihat dari perbedan kemandirian
belajar, bagi mahasiswa Kelas Reguler 1 kemandirian belajar masih memerlukan
dukungan teman sebaya, orang dewasa/dosen, dan pada mahasiswa Kelas Reguler
2, lebih mampu untuk belajar dengan lebih mandiri.
Berdasarkan faktor
sosiologis, dapat dilihat dari perbedaan aktifitas belajar mengajar, pengaturan
waktu belajar serta usia.
Pada mahasiswa Kelas Reguler 1 aktifitas belajar mengajar pada
mahasiswa Kelas Reguler 1 tatap muka dari hari Senin sampai Jumat, dan pada
mahasiswa Kelas Reguler 2 tatap muka hanya Sabtu dan Minggu saja. Pada
mahasiswa Kelas Reguler 1 waktu belajar lebih banyak dan pada mahasiswa
Kelas Reguler 2, waktu belajar lebih sedikit karena harus dapat membagi
waktunya dengan bekerja. Perbedaan usia pada mahasiswa Kelas Reguler 1,
berada pada usia 18 sampai 25 tahun, dan pada mahasiswa Kelas Reguler 2, usia
mahasiswa dari 20 sampai 40 tahun. Berdasarkan perbedaan-perbedaan
25
karakteristik tersebut dimungkinkan dapat memberi pengaruh terhadap perbedaan
gaya belajar diantara kedua kelas tersebut.
Terkait dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nicholas,A
&Christopher,M. Lowery,2007 dengan judul “Self-Selection Into Degree
Programs : Differences In Preferred Learning Styles Between Online Students
And Traditional Students”. Untuk membandingkan apakah ada perbedaan dalam
gaya belajar antara dua kelompok mahasiswa yaitu mahasiswa dalam program
MBA berbasis web dengan mahasiswa dalam program MBA tradisional. Dengan
menggunakan Skala Felder diperoleh hasil bahwa mahasiswa tradisional dan
berbasis web berbeda pada satu dimensi gaya belajar, dengan mahasiswa secara
online menunjukkan gaya belajar yang lebih intuitif dari mahasiswa tradisional.
Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dobson,John L. Dengan
judul “Comparison Between Learning Style Preferences and Sex, Status, and
Course Performance” Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara perceived Sensory Modality Preferences (VARK)
dengan status (sarjana & pascasarjana) dengan data statustik (chi square = 1.55; p
= 0.67)
Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti perbedaan mahasiswa berdasarkan status kelas antara antara Kelas
Reguler 1 dengan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.
2.5. Penelitian Terkait Gaya Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh John,
L.Dobson,(2010) Dengan judul “Comparison between Learning Style Preferences
26
and Sex, Status, and Course Performance” bertujuan untuk membandingkan
mahasiswa dengan status (Sarjana & Pascasarjana), sex (Laki2 & Perempuan),
dan performa belajar (course performance), dengan menggunakan preferensi
modalitas sensoris VARK. Subjek penelitian berjumlah 64 orang mahasiswa
program Fisiologi. Dari 50 orang mahasiswa dan 14 pascasarjana (40 orang
perempuan dan 24 orang laki-laki).
Berdasarkan preferensi modalitas sensorik (sensory modality preferences/
SMP)
hasil yang dirasakan (perceived) responden dengan jumlah terbesar
memilih Visual (V) 36%, diikuti oleh Read/write (R) 28%, Kinesthetic (K) 19%
dan Aural (A) 17%. Sedangkan hasil dari penilaian (assessed) SMP, jumlah
terbesar responden digolongkan sebagai VARK (37%), diikuti oleh R (14%), AK
(11%), dan K (8%). Hampir dua pertiga dari responden sesuai antara yang mereka
rasakan (perceived) dengan hasil dominan (assessed) yang dinilai dengan
menggunakan preferensi modalitas sensorik VARK.
Hasil statistik untuk membandingkan antara perceived sensory modality
(SMP yang dirasakan) dengan sex (laki & perempuan) dan status (sarjana &
pascasarjana) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara perceived
SMP dengan status (chi square = 1.55; p = 0.67) dan juga tidak ada perbedaan
signifikan antara perceived SMP dengan sex (chi square = 7.18; p = 0.06). Hasil
statistik untuk membandingkan antara assessed SMP dengan sex (laki &
perempuan) tidak ada perbedaan signifikan antara assessed SMP dengan sex (chi
square = 17.36; p = 0.09).
Penelitian lain dengan judul“Gender differences in learning style
preferences among undergraduate”. Dengan tujuan untuk melihat perbedaan
27
preferensi gaya belajar
berdasarkan jenis kelamin antar mahasiswa, dengan
menggunakan VARK kuesioner. Didapatkan hasil bahwa mayoritas siswa lakilaki lebih suka multimodal instruksi, khususnya, empat model (VARK),
sedangkan sebagian besar siswa perempuan lebih suka instruksi single-model
dengan preferensi menuju K (Kinestetik). Dengan demikian, siswa pria dan
wanita
memiliki
perbedaan signifikan dalam
gaya belajar.
(Erica A.
Wehrwein,Heidi L. Lujan,and Stephen E. DiCarlo,2006).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Montemayor,E., Aplaten, M.,
Mendoza, G., Perey, G.(2009), menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara gaya belajar mahasiswa dengan nilai rendah dan tinggi. Semua gaya belajar
berpotensi untuk berhasil dan tidak berhasil. Dari hasil penelitian Montemayor et
al.,(2009) dengan menggunakan VARK kuesioner, mengusulkan bahwa
mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kombinasi lebih mudah terfasilitasi
untuk belajar dari pada mahasiswa yang hanya mempunyai satu gaya belajar yang
dominan karena mereka lebih mudah menyesuaikan dengan kegiatan belajar.
2.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah “Ada perbedaan gaya
belajar antara mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana”.
28
Download