BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Belajar 2.1.1. Definisi Gaya Belajar Menurut Deporter dan Hernacki (2011), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Sementara itu menurut Susilo (2009), gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memperoleh informasi tersebut. Gardner (1995) menjelaskan bahwa gaya belajar adalah sebagai cara dan kondisi di mana pelajar paling efisien dan efektif memahami, memproses, menyimpan, dan mengingat apa yang sedang berusaha untuk mereka pelajari. Sementara itu, menurut Smith & Dalton, 2005 (Ramayah et al.,2009), gaya belajar adalah cara yang khas dan kebiasaan memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap melalui belajar atau pengalaman dan gaya pembelajar individu cenderung lebih stabil dalam tugas belajar yang berbeda. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa gaya belajar merupakan cara belajar yang khas yang digunakan oleh seseorang dengan memaksimalkan seluruh modalitas, karakteristik, serta sifat-sifat psikologis yang ada dalam dirinya untuk memperoleh dan mengolah informasi dalam proses belajar. 8 2.1.2. Klasifikasi Gaya Belajar Pendekatan gaya belajar secara umum telah dikembangkan oleh para ahli dengan klasifikasi serta kerangka referensi yang berbeda. Gunawan, 2004 dalam bukunya “Genius Learning Strategy” mengemukakan, bahwa terdapat tujuh pendekatan umum gaya belajar dengan klasifikasi sebagai berikut : 1) Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi, Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty. Merupakan pendekatan holistik dalam gaya belajar berkaitan dengan proses pengolahan informasi yang baru dan bagaimana informasi tersebut diperoleh, disimpan dan disortir dengan cara yang berbeda. 2) Pendekatan berdasarkan kepribadian, Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon & Byram, SingerLoomis, Grey-Whellright, Holland, dan Geering. Pendekatan ini merupakan cara individu memperoleh dan mengorganisir informasi dengan menentukan tipe karakter yang berbeda pada pilihan cara belajarnya. 3) Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori, Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan Messick. Merupakan pendekatan gaya belajar berdasarkan sistem syaraf yang lebih disukai ketika menerima informasi (preferensi sensori) 4) Pendekatan berdasarkan pada lingkungan, Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin dan Eison Canfield. Merupakan model gaya belajar 9 berdasarkan respon kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional yang berbeda. 5) Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial, Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill. Merupakan model gaya belajar tentang bagaimana hubungan antara individu dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sosial. 6) Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan, Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy. Merupakan pendekatan gaya belajar berdasarkan kemampuan serta perbedaan bakat yang dimiliki individu. 7) Pendekatan berdasarkan wilayah otak, Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman. Pendekatan ini merupakan gaya belajar berdasarkan dominansi otak yang dipergunakan (otak kiri atau otak kanan, reflektif atau impulsif). Ketujuh klasifikasi gaya belajar tersebut merupakan pilihan yang dapat digunakan oleh individu sebagai strategi belajar. Secara kognitif, setiap pendekatan gaya belajar tersebut mengakses aspek yang berbeda dalam memperoleh informasi. 2.1.3. Model Gaya Belajar Variansi model gaya belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli telah ada sejak pertengahan hingga akhir 1970-an. Model-model gaya belajar tersebut diantaranya model Dunn, Gregorc, Kolb, Felder-Silverman, Entwistle untuk Pendekatan Revisi dalam gaya belajar, serta Fleming. Berikut adalah model gaya belajar tersebut : 10 Tabel 2.1. Model Gaya Belajar No 1 Model Dimensi Instrumen Dunn and Faktor lingkungan (suara, cahaya, PEPS (Productivity Environmental Preference Dunn suhu, dan desain ruang), Survey) Emosional (motivasi, ketekunan, tanggung jawab, dan struktur), Sosiologis (belajar sendiri, berpasangan, dengan teman sebaya, guru, dan campuran), Fisiologis meliputi kekuatan persepsi (Auditory, Visual, Tactile, Kinesthetic), masukan, waktu dan mobilitas, Psikologis (global atau analitik, otak kiri / kanan, dan impulsif atau reflektif ). 2 Gregoric Persepsi konkret-abstrak (concrete-abstract) GSD (Gregoric Delineator) Style Pengaturan sekuensial-acak (sequential-random) 3 Kolb Pengalaman konkrit/Concrete LSI (Learning Experience (CE) Inventory) Observasi Reflektif/Reflective Observation (RO) Style Konseptualisasi Abstrak/Abstract Conceptualization (AC) Eksperimenaktif/Active Experimentation (AE) 4 FelderSilverman ILS (Index of Learning Styles) Active-reflektif, Sensing-Intuitif, Verbal-Visual, Sequential-Global, 11 Intuitif-deduktif. 5 RASI RASI (Revised Approaches to Studying Inventory model) Mendalam (deep) Permukaan (surface) Strategis (strategic) 6 Fleming VARK (Visual, Auditory,Read/write, Khinestetic) Visual Auditory Read/write Khinestetic Sumber : (Ramayah et al.,2009) Model gaya belajar Dunns, (1990) mendefinisikan gaya belajar sebagai cara dimana individu mulai berkonsentrasi pada proses, internalisasi, dan menyimpan informasi baru dan sulit. Di tahun 1979, Gregoric mengembangkan model gaya belajar dengan memberikan wawasan mengenai bagaimana pikiran menerima dan menggunakan informasi. Pada tahun 1984 Kolb mengembangkan model gaya belajar yaitu Kolb Experiential Learning Theory. Model ini cukup populer dikalangan peneliti. Kolb, (Nasution, 2005) “Gaya belajar model Kolb ialah gaya belajar yang melibatkan pengalaman baru siswa, mengembangkan observasi/merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan teori untuk memecahkan masalah”. Pengembangan model gaya belajar berikutnya tahun 1988 dengan FelderSilverman Learning / Teaching Style Model. Felder-Silverman mendefinisikan model gaya belajar untuk mengklasifikasikan individu dengan preferensi yang sesuai pada sejumlah skala yang berkaitan dengan cara-cara individu menerima dan memproses informasi (Felder-Silverman, 1988). 12 Model berikutnya yaitu RASI (Revised Approaches to Studying Inventory model). Duff, 2004 (Ramayah et al.,2009) Mendefinisikan gaya belajar RASI sebagai gabungan dari karakteristik, kognitif, afektif, dan faktor-faktor psikologis yang berfungsi sebagai indikator bagaimana seseorang berinteraksi dengan merespon lingkungan belajar. Yang terakhir adalah model VARK yang dikembangkan oleh Fleming pada tahun 1987 merupakan inventory baru dalam gaya belajar sebagai pengembangan dari Model Neuro-Linguistik (Fleming, 2001). 2.1.4. Preferensi Gaya Belajar VARK Pada tahun 1987, Fleming mengembangkan sebuah Preferensi gaya belajar yaitu VARK (Murphy, Gray & Straja, 2004). VARK merupakan inventory baru dalam modalitas belajar yang bermakna modalitas sensoris Visual (belajar dari apa yang dilihat), Aural (belajar dari apa yang didengar), Read/write (belajar dari apa yang dibaca/ditulis), dan Kinesthetic (belajar dari apa yang dipraktekkan). Pengembangan gaya belajar dari Fleming, yang populer dengan Gaya belajar VARK Sebelumnya dikenal sebagai VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic), Fleming mengembangkan VARK dengan membedakan kategori preferensi visual menjadi dua kategori, yaitu Visual (V) untuk kategori grafis atau representasi bergambar dan Read/write (R) untuk kategori representasi tekstual (Fleming, 1995). 13 2.1.5. Modalitas VARK Dalam proses belajar, terdapat dua kategori utama yang dapat digunakan oleh individu dalam memperoleh informasi. Pertama, dikenal dengan istilah modalitas, yaitu dimana seseorang dapat menyerap suatu informasi dengan mudah. Kedua, informasi diperoleh dengan cara melibatkan dominansi otak untuk mengatur dan mengolah informasi yang masuk (DePorter, 2007). Dalam modalitas belajar, VARK merupakan modalitas sensori yang bermakna Visual lebih menitikberatkan kepada aspek visual (V) seperti gambar, peta pikiran, memberi warna yang berbeda pada teks. Gaya belajar Aural (A) lebih menitikberatkan pada aspek pendengaran, seperti rekaman pembelajaran, mendengarkan penjelasan dari orang lain, Gaya belajar Read / write (R) lebih meitikberatkan pada aspek baca tulis seperti membuat rangkuman, handout dan daftar istilah. Gaya belajar Kinestethic (K) lebih menitikberatkan pada aspek sentuhan fisik seperti praktek dan studi lapangan. Fleming&Mills (1992), merekomendasikan penggunaan keempat modalitas (VARK) tersebut sebagai modalitas belajar yang dapat digunakan dalam memahami informasi serta pengalaman dalam belajar-mengajar. Dari masing-masing modalitas VARK tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut: 1) Visual (V) Modalitas visual mengacu pada informasi-informasi non verbal seperti peta, mind mapping, grafik, diagram alir, dan seluruh simbol - simbol gambar 14 yang digunakan untuk menggantikan informasi non verbal. Adapun strategi belajar Visual yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Menandai bagian penting dalam teks sebagai kata kunci 2. Membatasi jumlah kata/informasi 3. Membuat catatan ringkas dan menerjemahkan kata-kata kedalam simbol, diagram atau gambar 4. Membuat pengingat informasi dalam bentuk visual 5. Latihan mengubah visual kembali ke dalam kata-kata 6. Menggunakan kode, warna, garis bawah, atau menandai informasi penting 7. Kreatif dengan grafik, diagram dan mindmaps 2) Aural /Auditory (A) Modalitas Aural mengacu pada informasi-informasi auditori yang “didengar atau diucapkan.” Pelajar yang memiliki kecenderungan Aural dapat belajar dengan maksimal melalui kegiatan perkuliahan, diskusi kelompok, mendengarkan radio, menggunakan telepon seluler, pidato, web-chat dan obrolan. Seseorang dengan kecenderungan Aural juga termasuk megucapkan sesuatu secara keras seperti sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Seseorang dengan kecenderungan Aural berbicara dahulu sebelum berfikir dalam menyelesaikan masalah. Mengulang kembali kata-kata yang sudah disampaikan dengan maksud untuk meyakinkan diri sendiri tentang informasi yang diterimanya. Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 15 1. Bekerja dalam grup atau belajar bersama teman agar mendapatkan hasil belajar maksimal melalui cara-cara antara lain: berdiskusi, mendengarkan dan berbicara 2. Mengikuti ceramah atau belajar melalui perkuliahan 3. Menyampaikan ide kepada orang lain melalui lisan 4. Rekam catatan, informasi kunci atau bahan kuliah, mendengarkan secara teratur. 3) Read/write (R) Kecenderungan Read / write mengacu pada informasi-informasi yang dibaca/ditulis. Kecenderungan Read / write menekankan text based input-output (stimulus-respon bersifat tulisan), membaca dan menulis dalam berbagai bentuk, khususnya manual, laporan, esai / skripsi, dan tugas-tugas menulis lainnya. Seseorang dengan kecenderungan Read / write memiliki kemampuan lebih dalam belajar dengan menggunakan PowerPoint, Internet, membuat daftar, buku teks, kamus, ensiklopedi, kutipan-kutipan, menulis esai, membaca manual, serta mengikuti perkuliahan dengan model yang sistematis, penyampaian dengan banyak penjelasan berikut dengan catatan. Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Menulis kembali catatan-catatan 2. Membaca/ mengulas kembali catatan 3. Menulis kembali rangkuman catatan kedalam kata-kata sendiri 4. Menuliskan diagram/grafiik, gambar, dalam bentuk kalimat 5. Menulis jawaban ujian 6. Berlatih dengan soal pilihan ganda 16 7. Menulis paragraf awal dan akhir 8. Membuat daftar urutan (a,b,c,1,2,3) 9. Mengatur kata dalam bentuk daftar/list, dan berupa poin-poin. 4) Kinesthetic (K) Modalitas kinestetik mengacu pada “preferensi perseptual sebagai hasil dari pengalaman dan praktek (baik simulasi maupun nyata). Penekanan dari seseorang dengan kecenderungan kinestetik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan realita (pengalaman langsung), baik melalui pengalaman pribadi yang nyata, contoh, praktek atau simulasi. Modalitas kinestetik mengacu pada demonstrasi, simulasi, video dan film dari hal-hal yang nyata, seperti studi kasus, praktek dan aplikasinya. Strategi belajar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Membaca sepintas materi terlebih dahulu agar mengerti tentang tema atau ide utama 2. Menggunakan semua indra seperti penglihatan, sentuhan, rasa, bau, pendengaran 3. Mudah mengingat hal-hal yang dipraktekkan, menggunakan studi kasus dan aplikasi untuk membantu dengan prinsip-prinsip dan konsep-konsep abstrak 4. Berbicara tentang catatan dengan orang kinestetik lain, gunakan gambar dan foto-foto yang menggambarkan ide, kunjungan lapangan, dan praktek menulis jawaban, paragraf, dan ujian bermain peran. 5. Menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide (Fleming & Mills,1992). 17 Selain dari keempat modalitas belajar tersebut, terdapat kombinasi dari dua, tiga atau empat modalitas VARK sekaligus yang dikenal dengan istilah multimodalitas, yang akan dibahas dalam sub bab selanjutnya. 2.1.6. Multimodalitas Setiap orang memiliki modalitas yang berbeda-beda. Dalam preferensi VARK tidak hanya mengacu kepada satu modalitas saja yang digunakan. Kombinasi dari dua, tiga, bahkan empat modalitas sekaligus merupakan kategori dalam multimodalitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa hidup bersifat multimodal, keragaman individu dalam mengakses modalitas sensori yang dimilikinya. Preferensi gaya belajar yang termasuk kedalam kategori Multimodal dibagi dalam tiga kategori yaitu, bimodal merupakan kombinasi dari dua modalitas yang terdiri dari VA (Visual Aural), VR (Visual Read/write), VK (Visual Kinesthetic), AR (Aural Read/write), AK (Aural Kinesthetic), dan RK (Read/write Kinesthetic). Trimodal merupakan kombinasi dari tiga modalitas yang terdiri dari, VAR, VAK, VRK atau ARK. Quadmodal merupakan kombinasi dari empat modalitas sekaligus yaitu VARK (Visual, Aural, Read/write, Kinesthetic) (Fleming & Mills, 1992). 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar Menurut Rita dan Kenneth Dunn (1992), terdapat lima faktor berikut dengan elemen-elemen yang mendukungnya yang dapat mempengaruhi gaya 18 belajar seseorang. Kelima faktor tersebut adalah faktor lingkungan, dukungan emosional, sosiologis, fisiologis serta faktor psikologis. Uraian faktor-faktor tesebut antara lain sebagai berikut: 1) Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi suara, seseorang dapat belajar dengan diiringi musik atau suasana yang tenang, elemen cahaya, untuk mengetahui apakah seseorang lebih suka dengan cahaya yang redup atau terang untuk berkonsentrasi dalam belajar, elemen suhu, lebih suka ruangan dengan temperatur dingin atau hangat sambil terlibat dalam kegiatan pembelajaran, dan desain tempat duduk, lebih suka duduk di bangku dengan meja (formal) atau duduk disofa, tempat tidur, lantai, bantal, dll (informal). 2) Dukungan emosional Faktor dukungan emosional meliputi motivasi, apakah dalam kegiatan belajar seseorang dapat memotivasi diri sendiri atau membutuhkan penguatan dari orang lain, ketekunan, berkaitan dengan ketekunan untuk menyelesaikan tugas, tanggung jawab, apakah lebih suka bekerja secara independen dengan sedikit pengawasan atau memerlukan bimbingan, dan struktur, seseorang dalam belajar berdasarkan instruksi serta langkahlangkahnya atau memutuskan sendiri dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan tujuan ynag telah ditetapkan. 3) Faktor sosiologis Faktor sosiologis meliputi belajar sendiri atau dalam berbagai ukuran kelompok, bekerja dengan bantuan orang dewasa atau dosen, serta 19 melakukan variasi dalam belajar dengan menyukai rutinitas mengikuti pola dan prosedur. 4) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis meliputi kekuatan persepsi (Auditory, Visual, Tactile, Kinesthetic), masukan, waktu dan mobilitas. Karakteristik fisiologis merupakan faktor model gaya belajar yang dapat mempengaruhi belajar. Karakteristik ini mengacu pada kapan dan bagaimana belajar terbaik. lebih suka minum, makan, atau mengunyah permen karet sambil belajar, duduk diam, atau lebih memilih untuk bergerak sambil terlibat dalam tugas belajar. 5) Faktor Psikologis Faktor psikologis meliputi gaya analytical atau global, otak kiri atau otak kanan, reflektif atau impulsif. Dimensi ini mengacu pada strategi umum yang digunakan ketika memecahkan masalah belajar. Pemecahan masalah secara global, melihat gambaran besar, sementara yang lain lebih memilih untuk mengatasi unsur masalah individu secara terpisah. Dua kecenderungan pengolahan lainnya dapat mempengaruhi kemampuan belajar, otak kanan / kiri dan impulsif / reflektif (R. Dunn, Dunn & K., 1992). 20 2.3. Mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana 2.3.1. Mahasiswa Kelas Reguler 1 Menurut Winkel (1997) pada umumnya usia mahasiswa berada pada usia antara 18 atau 19 tahun sampai 24 atau 25 tahun. Lebih lanjut Winkel (1997) membagi usia mahasiswa tersebut menjadi dua periode yaitu : 1) Usia 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun. Periode ini merupakan mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester IV. Pada periode ini, pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut : (1). Mulai meningkatnya stabilitas dalam kepribadian (2). Memiliki pandangan yang lebih objektif mengenai diri sendiri dan lingkungan hidupnya (3). Memiliki kematangan emosional dalam menghadapi permasalahan (4). Memiliki kemampuan dalam mengendalikan perasaan pribadi. Hal tersebut disesuaikan dengan laju perkembangan masing-masing mahasiswa. 2) Usia 21 atau 22 tahun sampai 24 atau 25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII. Pada umumnya usia mahasiswa pada periode ini memiliki perhatian lebih terhadap kebutuhan-kebutuhan psikologis, seperti : (1). Mendapat perhatian dan penghargaan dari teman, dosen, serta anggota keluarga (2). Memiliki makna hidup yang lebih dinamis serta pandangan spiritual 21 (3). Memiliki rasa harga diri, mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenis, dan kepuasan dalam pencapaian kesuksesan dalam studi akademik. 2.3.2. Sistem Pendidikan Kelas Reguler 1 Mahasiswa Kelas Reguler 1 berdasarkan program studi Universitas Mercu Buana adalah mahasiswa yang diterima melalui proses penyeleksian jalur reguler. Pada umumnya mahasiswa Kelas Reguler 1 merupakan mahasiswa yang tidak bekerja serta waktu perkuliahan untuk Kelas Reguler 1 dilaksanakan dari hari Senin sampai dengan hari Jumat serta diberlakukan program E-Learning untuk mata kuliah Etik UMB ( sumber informasi : sistem pendidikan Kelas Reguler Universitas Mercu Buana). 2.3.3. Mahasiswa Kelas Reguler 2 Mahasiswa kelas Reguler 2 adalah mahasiswa yang bekerja. Bekerja sering diidentifikasikan dengan melakukan employment yaitu aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dalam basis kontrak, hal ini menyangkut hubungan pertukaran dimana seseorang memberikan talenta mereka kepada majikan untuk mendapatkan imbalan. Shimmin, (De Klerk, 2005). Kelas Reguler 2 Universitas Mercu Buana adalah Program kuliah Non Reguler bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mempunyai waktu luang mengikuti pendidikan di hari kerja. 22 2.3.4. Sistem Pendidikan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Kelas Reguler 2 Universitas Mercu Buana memiliki sistem pendidikan yang waktu pelaksanaannya pada hari Sabtu & Minggu serta diberlakukannya program E-Learning untuk berbagai pilihan mata kuliah dengan kuliah tatap muka yang dilaksanakan pada hari Senin-Jumat (malam). Mahasiswa dan lulusan mempunyai hak dan kewajiban akademik serta kualitas yang sama dengan Pogram Reguler 1 Universitas Mercu Buana. Bagi mahasiswa Kelas Reguler 2 UMB, memiliki jadwal kuliah yang lebih fleksibel, dengan tidak mengganggu jadwal kerja, serta diijinkannya untuk tidak mengikuti kuliah untuk beberapa pertemuan bila mahasiswa terkait mendapat tugas kerja lembur atau keluar kota / negeri melalui mekanisme tertentu yang sesuai dengan peraturan (sumber informasi: sistem pendidikan Kelas Karyawan Universitas Mercu Buana). 2.3.5. Perbedaan Mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Tabel 2.2. Perbedaan Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Perbedaan Kelas Reguler 1 Kelas Reguler 2 Status pekerjaan Status pernikahan Kemandirian belajar Aktivitas belajar mengajar Sebagian besar belum Sebagian besar sudah bekerja bekerja Sebagian besar belum Sebagian besar sudah menikah menikah dan memiliki anak Memerlukan dukungan Mampu untuk belajar teman sebaya, orang lebih mandiri dewasa/dosen Tatap muka dari hari Tatap muka hari Sabtu 23 Program E-learning Pengaturan waktu belajar Usia Senin sampai dengan dan hari Minggu hari Jumat Mata kuliah Etik UMB Berbagai pilihan mata kuliah Waktu belajar lebih Waktu belajar lebih banyak sedikit 18-25 tahun 20-40 tahun 2.4. Kerangka Berpikir Tabel 2.3. Kerangka Berpikir Kelas Reguler 1 Kelas Reguler 2 Preferensi Gaya Belajar 5. 6. 7. 8. Preferensi Gaya Belajar Visual Aural Read/write Khinestetic 1. 2. 3. 4. Visual Aural Read/write Khinestetic Gaya belajar merupakan karakteristik yang khas pada setiap individu. Perbedaan karakteristik antara Kelas Reguler 1 dengan Kelas Reguler 2 dapat dilihat berdasarkan faktor lingkungan, dukungan emosional, sosiologis, fisiologis serta psikologis. Selain itu, menurut Fleming (sumber informasi : VARK a guide to learning style ) menyatakan bahwa Pengalaman hidup seseorang seperti 24 pekerjaan dan hubungan akan memberikan perubahan dalam bagaimana seseorang memilih untuk belajar. Perbedan karakteristik antara Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 tersebut dapat dilihat dari perbedaan status pekerjaan (faktor dukungan emosional), mahasiswa Kelas Reguler 1 yang sebagian besar belum bekerja, dan mahasiswa Kelas Reguler 2 yang sebagian besar sudah bekerja, serta jika dilihat dari hubungan dalam hal ini status pernikahan (faktor dukungan emosional), mahasiswa Kelas Reguler 1 sebagian besar belum menikah, dan mahasiswa Kelas Reguler 2 yang sebagian besar sudah menikah dan memiliki anak. Berdasarkan faktor sosiologis dapat dilihat dari perbedan kemandirian belajar, bagi mahasiswa Kelas Reguler 1 kemandirian belajar masih memerlukan dukungan teman sebaya, orang dewasa/dosen, dan pada mahasiswa Kelas Reguler 2, lebih mampu untuk belajar dengan lebih mandiri. Berdasarkan faktor sosiologis, dapat dilihat dari perbedaan aktifitas belajar mengajar, pengaturan waktu belajar serta usia. Pada mahasiswa Kelas Reguler 1 aktifitas belajar mengajar pada mahasiswa Kelas Reguler 1 tatap muka dari hari Senin sampai Jumat, dan pada mahasiswa Kelas Reguler 2 tatap muka hanya Sabtu dan Minggu saja. Pada mahasiswa Kelas Reguler 1 waktu belajar lebih banyak dan pada mahasiswa Kelas Reguler 2, waktu belajar lebih sedikit karena harus dapat membagi waktunya dengan bekerja. Perbedaan usia pada mahasiswa Kelas Reguler 1, berada pada usia 18 sampai 25 tahun, dan pada mahasiswa Kelas Reguler 2, usia mahasiswa dari 20 sampai 40 tahun. Berdasarkan perbedaan-perbedaan 25 karakteristik tersebut dimungkinkan dapat memberi pengaruh terhadap perbedaan gaya belajar diantara kedua kelas tersebut. Terkait dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nicholas,A &Christopher,M. Lowery,2007 dengan judul “Self-Selection Into Degree Programs : Differences In Preferred Learning Styles Between Online Students And Traditional Students”. Untuk membandingkan apakah ada perbedaan dalam gaya belajar antara dua kelompok mahasiswa yaitu mahasiswa dalam program MBA berbasis web dengan mahasiswa dalam program MBA tradisional. Dengan menggunakan Skala Felder diperoleh hasil bahwa mahasiswa tradisional dan berbasis web berbeda pada satu dimensi gaya belajar, dengan mahasiswa secara online menunjukkan gaya belajar yang lebih intuitif dari mahasiswa tradisional. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Dobson,John L. Dengan judul “Comparison Between Learning Style Preferences and Sex, Status, and Course Performance” Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara perceived Sensory Modality Preferences (VARK) dengan status (sarjana & pascasarjana) dengan data statustik (chi square = 1.55; p = 0.67) Berdasarkan hasil dari kedua penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan mahasiswa berdasarkan status kelas antara antara Kelas Reguler 1 dengan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana. 2.5. Penelitian Terkait Gaya Belajar Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh John, L.Dobson,(2010) Dengan judul “Comparison between Learning Style Preferences 26 and Sex, Status, and Course Performance” bertujuan untuk membandingkan mahasiswa dengan status (Sarjana & Pascasarjana), sex (Laki2 & Perempuan), dan performa belajar (course performance), dengan menggunakan preferensi modalitas sensoris VARK. Subjek penelitian berjumlah 64 orang mahasiswa program Fisiologi. Dari 50 orang mahasiswa dan 14 pascasarjana (40 orang perempuan dan 24 orang laki-laki). Berdasarkan preferensi modalitas sensorik (sensory modality preferences/ SMP) hasil yang dirasakan (perceived) responden dengan jumlah terbesar memilih Visual (V) 36%, diikuti oleh Read/write (R) 28%, Kinesthetic (K) 19% dan Aural (A) 17%. Sedangkan hasil dari penilaian (assessed) SMP, jumlah terbesar responden digolongkan sebagai VARK (37%), diikuti oleh R (14%), AK (11%), dan K (8%). Hampir dua pertiga dari responden sesuai antara yang mereka rasakan (perceived) dengan hasil dominan (assessed) yang dinilai dengan menggunakan preferensi modalitas sensorik VARK. Hasil statistik untuk membandingkan antara perceived sensory modality (SMP yang dirasakan) dengan sex (laki & perempuan) dan status (sarjana & pascasarjana) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara perceived SMP dengan status (chi square = 1.55; p = 0.67) dan juga tidak ada perbedaan signifikan antara perceived SMP dengan sex (chi square = 7.18; p = 0.06). Hasil statistik untuk membandingkan antara assessed SMP dengan sex (laki & perempuan) tidak ada perbedaan signifikan antara assessed SMP dengan sex (chi square = 17.36; p = 0.09). Penelitian lain dengan judul“Gender differences in learning style preferences among undergraduate”. Dengan tujuan untuk melihat perbedaan 27 preferensi gaya belajar berdasarkan jenis kelamin antar mahasiswa, dengan menggunakan VARK kuesioner. Didapatkan hasil bahwa mayoritas siswa lakilaki lebih suka multimodal instruksi, khususnya, empat model (VARK), sedangkan sebagian besar siswa perempuan lebih suka instruksi single-model dengan preferensi menuju K (Kinestetik). Dengan demikian, siswa pria dan wanita memiliki perbedaan signifikan dalam gaya belajar. (Erica A. Wehrwein,Heidi L. Lujan,and Stephen E. DiCarlo,2006). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Montemayor,E., Aplaten, M., Mendoza, G., Perey, G.(2009), menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara gaya belajar mahasiswa dengan nilai rendah dan tinggi. Semua gaya belajar berpotensi untuk berhasil dan tidak berhasil. Dari hasil penelitian Montemayor et al.,(2009) dengan menggunakan VARK kuesioner, mengusulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kombinasi lebih mudah terfasilitasi untuk belajar dari pada mahasiswa yang hanya mempunyai satu gaya belajar yang dominan karena mereka lebih mudah menyesuaikan dengan kegiatan belajar. 2.6. Hipotesis Penelitian Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah “Ada perbedaan gaya belajar antara mahasiswa Kelas Reguler 1 dan Kelas Reguler 2 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana”. 28