tipologi ekosistem dan kerawanannya oleh johan

advertisement
TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA
OLEH
JOHAN ISKANDAR
• MENJELASKAN PENGERTIAN BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DAN KARAKTERISTIK
MASING-MASING SERTA KERAWANANNYA
•POKO BAHASAN:
-TIPOLOGI EKOSISTEM
-PENGERTIAN TENTANG HUTAN HUJAN TROPIKA
-KARAKTERISTIK WETLAND: MUDFLAT DAN HUTAN MANGROVE
-KARAKTERISTIK WETLAND: TERUMBU KARANG
-PENGERTIAN TENTANG EKOSISTEM LAINNYA
-KOMPONEN EKOSISTEM
KONSEP EKOSISTEM
SUMBER: RAMBO DAN SAJISE (1984)
EKOSISTEM:SUATU SISTEM EKOLOGI YANG TERBENTUK OLEH HUBUNGAN TIMBAL-BALIK
ANTARA MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA. EKOSISTEM TERBENTUK OLEH
KOMPONEN HIDUP DAN TAKHIDUP DI SUATU TEMPAT YANG BERINTERAKSI MEMBENTUK
SUATU KESATUAN YANG TERATUR.
TIPOLOGI EKOSISTEM: TERESTRIAL DAN AKUATIK
BERDASARKAN HABITATNYA: EKOSOSTEM TERESTRIAL, SEPERTI HUTAN, DAN EKOSISTEM
AKUATIS, SEPERTI WETLAND, CONTOHNYA EKOSISTEM RAWA GAMBUT, EKOSISTEM HUTAN
MANGROVE, DAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG.
PENYEBARAN HUTAN TROPIS DI DUNIA: ASIA TENGGARA, AMERIKA LATIN, DAN AFRIKA
SUMBER: AYENSU, S. (ED), 1980
EKOSISTEM HUTAN SECARA HIRARKI: INDIVIDU, POPULASI, KOMUNITAS, DAN EKOSISTEM (AUT ECOLOGY,
POPULATION ECOLOGY, COMMUNITY ECOLOGI, DAN ECOSYSTEM ECOLOGY) SUMBER:KIMMINS (1987)
EKOSISTEM
KOMUNITAS
POPULASI
AUTECOLOGY
INDIVIDU
SPECIES
KARAKTERISTIK PENYEBARAN TUMBUHAN DI INDONESIA
FITOGEOGRAFI: FLORA
MALESIA TERCATAT 25.000
JENIS TUMBUHAN BERBUNGA,
10 % DARI FLORA DUNIA.
ORCHIDACEAE TERCATAT
3.000-4.000 JENIS, SUKU
TERBESAR LAINNYA
DIPTEROCARPACEAE 38 JENIS.
JENIS-JENIS EUCALYPTUS,
UTAMA TERDAPAT DI
INDONESIA TIMUR.
SUMBER: DEPHUT (1992)
ZOOGEOGRAFI: INDONESIA
BARAT (GAJAH, BADAK,
MERAK, KUTILANG, MACAN,
DLL), TIMUR (BINATANG
BERKANTUNG, DLL), TENGAH
(BABI RUSA, MALEO DLL.)
KARAKTERISTIK KESUBURAN TANAH PADA HUTAN TROPIS DAN HUTAN TEMPERATE
TANAH
TROPIS
TANAH
TEMPERATE
KESUBURAN TANAH DI HUTAN TROPIS UTAMANYA PADA BIOMASSA VEGETASI,
DENGAN LAPISAN ATAS TANAH TIPIS, BERBEDA DENGAN HUTAN TERMPERATE LAPISAN
TOP SOIL TEBAL, PERAKARAN POHON DALAM (KIMMINS, 1987)
UNSUR HARA PADA HUTAN TROPIS DAN HUTAN TEMPERATE
HUTAN TROPIS
HUTAN
TEMPERATE
UNSUR HARA (N, P, K, CA, DAN MG DI HUTAN TROPIS LEBIH UTAMA PADA BIOMASSA
VEGETASI, BERBEDA DENGAN HUTAN TEMPERATE, KIMMINS, 1987)
EKOSISTEM HUTAN TROPIS: HABITAT DAN RELUNG ANEKA RAGAM SATWA LIAR
HUTAN TROPIS
MENJADI
HABITAT ANEKA
RAGAM FAUNA,
YANG BIASA
AKTIF HIDUP
SIANG HARI,
MALAM HARI,
ATAU SIANG
DAN MALAM
HARI, HIDUP DI
PERMUKAAN
TANAH,
PEPOHONAN,
TANAH DAN
PEPOHONAN,
SERTA KANOPI
DAN
PEPOHONAN.
SUMBER: JACOBS (1988)
EKOSISTEM HUTAN TROPIS: SEBAGAI RELUNG ANEKA RAGAM PRIMATA
ANEKA RAGAM PRIMATA MENEMPATI RELUNG DI PEPOHONAN HUTAN TERGANTUNG DARI
PROFESI ATAU JENIS MAKANANNYA (SUMBER: JACOBS, 1988).
NILAI/FUNGSI HUTAN (JACOBS, 1988)
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
PRODUKSI KAYU
MEMELIHARA KESUBURAN TANAH
MENGATUR ALIRAN AIR HUJAN DI PERMUKAAN TANAH (RUN-OFF)/HIDROLOGI
MENSTABILKAN IKLIM
MENGHASILKAN ANEKA RAGAM HASIL IKUTAN HUTAN, SEPERTI ROTAN, GAHARU,
MADU, ANEKA RAGAM SATWA BURUAN.
MENGHASILKAN ANEKA RAGAM KEBUTUHAN MANUSIA, SEPERTI BUAH-BUAHAN,
OBAT-OBATAN, BAHAN INDUSTRI, BAHAN KERAJINAN, DLL
SEBAGAI SUMBERDAYA PLASMA NUTFAH
SEBAGAI HABITAT ANEKA TAGAM SATWA LIAR
TEMPAT KEHIDUPAN KOMUNITAS PEMBURU DAN PERAMU
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
TEMPAT KERAMAT UNTUK KEPENTINGAN SPIRITUAL
UNTUK MEDIA PENDIDIKAN DAN REKREASI/EKOWISATA
MENGHASILKAN OKSIGEN
SEBAGAI ROSOT KARBON MENYERAP GAS RUMAH KACA, SEPERTI CO2
LAYANAN EKOSISTEM HUTAN: PROVISION, REGULATION, SUPPORTING, KEPENTINGAN
BUDAYA (C.F. MA, 2005)
LAJU PENURUNAN LUAS HUTAN DI INDONESIA
PADA 1980-1990 LAJU DEPORESTASI 0,8 % (995.808 HA/TH) DAN MENINGKAT MENJADI 1 % (1.152.130 HA/TH).
1980-1995 HUTAN BERKURANG DARI 124, JUTA HA MENJADI 109, 7 JUTA, ATAU 14,7 JUTA HA SAMA DENGAN LUAS
NEPAL (SUMBER: KARTODIHARDJO DAN JHMANTANI, 2006).
KERAWANAN EKOSISTEM HUTAN TROPIS
•
PADA UMUMNYA KESUBURAN TANAH DI HUTAN TROPIS RASIO KUANTITAS UNSUR HARA LEBIH UTAMA
TERDAPAT PADA BIOMASSA VEGETASI HUTAN DIBANDINGKAN DENGAN UNSUR HARA DI TANAH (GEERTZ,
1963).
•
KARENA ITU, PARA PELADANG BEROTASI, UNTUK MENDAPATKAN KESUBURAN TANAH, MEMPEROLEH
UNSUR-UNSUR HARA, BIASA MELAKUKAN PEMBAKARAN VEGETASI HUTAN, DAN UNSUR HARA ITU
AKAN BERKURANG DIGUNAKAN OLEH TANAMAN-TANAMAN DI LADANG.
•
KESUBURAN TANAH AKAN PULIH KEMBALI APABILA LAHAN BEKASA LADANG DIBIARKAN MENGALAMI
SUKSESI, SEHINGGA ADA RANTING-RANTING DAN DAUN KERING JATUH (SERESAH) DAN MENJADI
KOMPOS DI TANAH.
•
KARENA ITU, APABILA MASA BERA TERALU PENDEK, KESUBURAN TANAH TERUS MENURUN DAN TIDAK
KEMBALI MEMBENTUK HUTAN TUA, TAPI DAPAT MENJADI PADANG ALANG-ALANG.
INTERVAL MASA BERA HUTAN TERLALU LAMA,
TIDAK ADA PENAMBAHAN KESUBURAN TANAH
SECARA SIGNIFIKAN, KARENA SUKSESI HUTAN
MANGALAMI CLIMAX.
INTERVAL MASA BERA TERLALU PENDEK,
BERPENGARUH PADA TIDAK PULIHNYA
KESUBURAN TANAH, DAN TERJADINYA
PADANG LANG-ALANG
KERAWANAN EKOSISTEM HUTAN TROPIS: TEORI PULAU BIOGEOGRAFI
•
JENIS TUMBUHAN SECARA UMUM TINGGI, TETAPI JUMLAH INDIVIDU TIAP JENIS TIDAK
MERATA, JADI BANYAK JENIS TUMBUHAN YANG MEMILIKI INDIVIDU KECIL DAN RAWAN
KEPUNAHAN DI ALAM.
•
SEJALAN DENGAN TEORI PULAU BIOGEOGRAFI DARI MAC ARTHUR DAN WILSON 1967
(GORMAN, 1979; SOEMARWOTO, 1992) KERAWANAN PENURUNAN JUMLAH JENIS
BERKAITAN DENGAN LUAS WILAYAH JENIS ITU. JADI PULAU DI TENGAH LAUTAN RENTAN
KEPUNAHAN FLORA DAN FAUNA.
•
HABITAT DI TENGAH WILAYAH YANG MEMPUNYAI SIFAT LAIN JUGA ANALOGI DENGAN
SEBUAH PULAU. MISALNYA, HUTAN DI PUNCAK GUNUNG SERTA CAGAR ALAM DAN
TAMAN NASIONAL YANG DIKELILINGI OLEH PERKEBUNAN, PERTANIAN, DAN
PERMUKINAN, MERUPAKAN SEBUAH PULAU.
•
CONTOHNYA, HUTAN DI PUNCAK GUNUNG SALAK, GUNUNG SLAMET DAN GUNUNG
AGUNG SERTA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON; SEBUAH PADANG RUMPUT DI TENGAH
HUTAN; SEBUAH DANAU.
•
PENURUNAN JUMLAH JENIS AKIBAT PENURUNAN LUAS DAPAT BERSIFAT LOGARITMIK.
KARENA ITU, KEANEKAAN HAYATI DI EKOSISTEM PULAU ATAU DAERAH TERISOLASI
RENTAN KEPUNAHAN. CONTOH KASUSNYA KEPUNAHAN JENIS-JENIS BURUNG DI KEBUN
RAYA BOGOR KARENA KAWASAN KEBUN RAYA MENJADI TERISOLASI/TERPISAH DARI
HUTAN SEKELILINGNYA , SEPERTI G.GEDE PANGRANGO, G.SALAK
(DIAMOND, J.K.K. D.BISHOP, S. VAN BALEN, 1991).
KERAWANAN HUTAN TROPIS:TEORI BERCAK
•
TEORI BERCAK – TEMPAT YANG TERBUKA DI HUTAN MERUPAKAN BERCAK, AKIBAT
TUMBANG ATAU TANAH LONGSOR.
•
BERCAK DI HUTAN SANGAT DINAMIS. SETELAH POHON TUMBANG, BERCAK
LAMBAT LAUN TERTUTUP KEMBALI. SEMENTARA ITU, APABILA ADA POHON LAIN
YANG TUMBANG DAN TERJADILAH BERCAK BARU.
•
APABILA LEBIH BANYAK CAHAYA MATAHARI DAPAT SAMPAI KE LANTAI HUTAN.
MAKA SUHU TANAH AKAN LEBIH TINGGI. KARENA BERCAK TERBUKA,
KELEMBABAN LEBIH RENDAH.
•
MIKRO IKLIM YANG BERBEDA DALAM BERCAK MENCIPTAKAN MIKRO HABITAT.
•
MIKRO-IKLIM DALAM MIKRO-HABITAT BERBEDA-BEDA MENURUT BESARNYA
BERCAK. KARENA ITU, FLORA DAN FAUNA YANG HIDUP DI BERCAK YANG KECIL
JUGA BERBEDA DENGAN YANG HIDUP DI BERCAK BESAR.
KERAWANAN HUTAN: TEORI BIOGEOGRAFI WILSON (1989)
JUMLAH REPTIL DAN AMPIBI PADA SUATU
PULAU YANG MEMPUNYAI LUAS YANG
BERBEDA-BEDA. PULAU YANG BESAR
MEMPUNYAI JUMLAH JENIS YANG LEBIH
BANYAK DARI PADA PULAU KECIL.
PADA KURVA LOGARITMIK, HUBUNGAN
ANTARA JUMLAH DAN LUAS HABITAT
MERUPAKAN GARIS LURUS.
SUMBER: WILSON, E.O. 1989. THREATS TO
BIODIVERSITY. SCIENTIFIC AMERICAN
261:108-116 (SOEMARWOTO, 1992).
SUMBER: SOEMARWOTO (1992)
KERAWANAN HUTAN:TEORI PULAU DAN GANGGUAN EFEK TEPI (SOEMARWOTO, 1983)
-UKURAN BESAR (A) LEBIH
BAIK DARI UKURAN KECIL (B).
-BENTUK CAGAR ALAM
MEMPUNYAI PENGARUH
TERHADAP JUMLAH JENIS.
-BENTUK YANG KOMPAK DAN
TERATUR DAPAT
MENDUKUNG JUMLAH JENIS
TINGGI DARI BENTUK YANG
MEMANJANG DAN TAK
TERATUR.
-UKURAN BESAR LEBIH BAIK
DARI BEBERAPA YANG KECILKECIL, KARENA KELILINGNYA
LEBIH PENDEK.
-DIHUBUNGKAN DENGAN
KORIDOR LEBIH BAIK.
-BENTUK KOMPAK LEBIH BAIK
DARI YANG TIDAK KOMPAK
PETA PENYEBARANAN HUTAN MANGROVE DAN TERUMBU KARANG
KARAKTERISTIK EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN JENIS
TUMBUHAN
MANGROVE, KONDISI
TANAH TERGENANG,
LUMPUR, KONDISI
KADAR GARAM, KONDISI
OMBAK.
-DI DEPAN/PINGGIR
PANTAI KE
BELAKANG/DARAT,
YAITU FORMASI
PEDADA, JALUR BAKAU,
JALUR TANCANG, DAN
JALUR NIPAH
FUNGSI HUTAN MANGROVE
MANFAAT MANGROVE
Kategori
Tipe pemanfaatan
A.PRODUKSI
VEGETASI
Bahan Bakar
-Kayu bakar
-Arang kayu
-Alokohol
Bahan Bangunan -Kayu, kayu tiang
-Konstruksi
(jembatan)
-Bantalan rel K.A
-Pertambangan
-Pembuatan Perahu
-Alas dok
-Atap
-Alas Lantai
-Pagar, Pipa
-Papan
-Lem
Contoh Jenis yang dimanfaatkan
Sebagian besar jenis pohon
Sebagian jenis pohon
Nypa fruticans
Bruguiera, Rhizophora spp
berat Bruguiera, Rhizophora spp
Rhizovora, Ceriops spp
Bruguiera, Rhizovora spp
Livistona saribus, Lumnitzera
Lumnitzera spp
Nypa fruticans, Acrostichum speciosum
Cyperus malaccensis, Eleocharis dulcis
Scolopia macrophylla
terutama Rhizophoraceae
Cycas rumphii
FUNGSI MANGROVE
Perikanan
-Tiang pancing
-Pelampung
-Racun Ikan
-Perekat jala
-Tali
-Jangkar
-Penahan perahu
Ceriops spp
Dolichandrone spathacea, Sonneratia
alba
Derris trifoliate, Cerbera floribunda
Rhizophoraceae
Stenochlaena
palustris,
Hibiscus
tiliaceus
Pemphisa acidula, Rhizivora apiculata
Atuna racemosa, Osbornia octodonta
Tekstil, Kulit
-Fiber sintesis (mis.rayon)
-Pewarna kain
-Pengawetan kulit
-Pembuatan kain
terutama Rhizivoraceae
E.indica, Peltophorum pterocarpum
terutama Rhizovora, Lumnitzera spp
Eleocharis dulcis
Pertanian
-Pupuk
Produk kertas
-Berbagai jenis kertas
Paspalum
esculenta
Avicenia
schultizi
vaginatum,
marina,
Colocasia
Camptostemon
FUNGSI HUTAN MANGROVE
Keperluan
tangga
Makanan,
dan obat
Banyak jenis tumbuhan berkayu
rumah -Mebel
-Hiasan
Xyclocarpus granatum, Scaveola taccada, Nypa fruticans
Cycas rumphii
Minuman -Lem
-Minyak Rambut
Xyclocarpus mekongensis
-Parfum
Phymatodes scolopendria
-Peralatan
Dolichandrone spathacea, X.grantum
-Isi bantal
Typha angustifolia
-Keranjang
Cyperus malaccensis, Scirpus grossus
-Mainan
Dolichandrone spathacea (topeng), Excoecaria indica
-Racun
(bijinya)
-Tanaman hias
Cerbera manghas (insektisida)
-Lilin
Cryptocoryne cilata, Crinum asiaticum
-Obat-obatan
Tristellateia australasiae
-Anti nyamuk
Horsfieldia irya
-Kancing
Drymoglossum piloselloides, Drynaria rigidula
-Gula
Osbornia octodonta, Quassia indica
-Alkohol
Nypa fruiticans
-Minyak goreng
Nypa fruticans
-Minumam ferementasi
Nypa fruticans
-Daging manis (dari propagula)
biji Terminalia catappa
-Sayuran (dari propagula, buah atau Rhizovora stylosa
daun)
Bruguiera cylindica, B.gymnorrhiza
-Kertas rokok
daun Stenochlaena palustris, Avicenia, buah Inocarpus
-Pengganti tembakau
fagifer
epidermis daun Nypa
Loxogramma ivoluta
FUNGSI HUTAN MANGROVE
B.PRODUKSI
HEWANI
Lain-lain
-Ikan
-Krustasea
-Kerang
-Madu dan lilin
-Burung
-Mammalia
-Reptilia
-Lainnya
Lates calcarifer, Chanos chanos
Penaeus spp, Scylla serrata
Kerang-kerangan
Apis dorsata
Terutama burung air
Terutama Sus scrofa
Varanus salvator, Crocodylus porosus
Rana spp
C.EKOLOGIS
DAN BUDAYA
-Proteksi
-Edukasi
-Riset
-Rekeasi
Melindungi abrasi pantai, melindungi ekosistem
mangrove termasuk kualitas air, habitat fauna,
tempat pemijah ikan dan udang
Untuk pendidikan lingkungan
Untuk pendidikan tentang ekosistem mangrove
dan pengelolaan kawasan konservasi
-Untuk obyek ekowisata, dengan kegiatan
memancing,
birdwatching,
observasi
margasatwa, fotografi, dll.
FUNGSI PADANG LUMPUR/ HUTAN MANGROVE-KAYA ORGANISME,
SEPERTI KERANG, KEPITING, UDANG DAN LAIN-LAIN.
MIGRASI BURUNG SECARA RUTIN TAHUNAN
•GOLONGAN BURUNG WADERS
ATAU SHOREBIRDS
•ACTITIS HYPOLEUCOS
•GALLICREX CINEREA
•GLAREOLA MALDIVARUM
•PORZANA PUSILLA
•PLOVIALIS DOMINICA
•TRINGA STAGNALIS
•TRINGA NEBULARIA
GLAREOLA MALDIVARUM (BURUNG
TERIK)
BURUNG MIGRASI WADER
BURUNG MIGRASI
WADER: BIASA
DITEMUKAN DI KAWASAN
PANTAI BERLUMPUR,
SEPERTI DI PANTAI UTARA
INDRAMAYU DAN
CIREBON, PANTAI
SUMATERA SELATAN,
JAMBI DAN RIAU.
FUNGSI REKREASI HUTAN MANGROVE
GANGGUAN HUTAN MANGROVE (DJAMALI DAN POHAN, 1985)
KERAWANAN PADANG LUMPUR DAN HUTAN MANGROVE: PENCEMARAN MINYAK
BUMI
•
PENCEMARAN MINYAK BUMI -- TERJADI AKUMULASI RACUN MELALUI RANTAI DAN
JARING MAKANAN DI BADAN AIR.
•
TERJADINYA GANGGUAN PADA MARGASATWA BURUNG– BULU-BULU BURUNG
TERTUTUP MINYAK SEHINGGA TERGANGGUNYA SISTEM AERASI, MENYEBABKAN
BURUNG MATI.
•
GANGGUAN PADA VEGETASI PANTAI SEPERTI HUTAN MANGROVE YANG MENJADI
HABITAT ANEKA RAGAM ORGANISME PANTAI DAN LAUT.
KARAKTERISTIK WETLAND: TERUMBU KARANG (KORDI, M.G.H., 2010)
• Terumbu karang (coral reef) merupakan kelompok organism yang hidup di
dasar perairan laut dangkal, jernih, hangat, dan memiliki kadar kalsium
karbonat tinggi (KLH, 2004; Kordi, 2010).
• Terumbu karang dapat dibedakan antara binatang karang/reef coral
sebagai individu organisme dan terumbu karang/coral reef sebagai suatu
ekosistem, termasuk di dalamnya organisme-organisme karang.
• Ada dua tipe terumbu karang, yaitu karang yang dapat menghasilkan
terumbu/reef atau membentuk bangunan kapur yang disebut karang
hermatifik dan karang arhematifik yang tidak dapat membentuk terumbu
atau bangunan karang. Karang ahermatifik atau nonhermatifik terdapat di
seluruh dunia, bahkan beberapa di antaranya terdapat pada kedalaman
7.600 m. Kemampuan hermatypic corals membentuk terumbu tidak lepas
dari peranan sejenis algae yang dinamakan zooxanthellae.
KARASTERISTIK TERUMBU KARANG (KORDI, M.G.H., 2010)
• Zooxanthellae melaui proses fotosintesis membantu memberi
suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga membantu proses
pembentukan karang kapur. Sebaliknya polip karang menghasilkan
sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat, dan nitrogen
yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan
pertumbuhannya.
• Karena aktifitas fotosintesis tesebut, maka peran cahaya matahari
sangat penting. Jika karang berada dalam tempat yang teduh atau
dihindarkan dari cahaya, maka pertumbuhannya akan terhenti dan
jika cahaya yang diberikan tidak cukup, maka karang akan mati.
Kebutuhan akan cahaya ini adalah untuk kepentingan
zooxanthelllae. Zooxanthellae meningkatkan laju proses mengeras
menjadi kapur/kalsifikasi yang dilakukan oleh karang dan laju
pertumbuhan koloni karang.
FUNGSI TERUMBU KARANG
Golongan
A.IKAN
Jenis
1. Kerapu
2. Kakap merah
3. Napoleon
4. Baronang
5. Kembung
6. Ikan hias
Contoh mempunyai nilai ekonomi
Kerapu bebek (Cromilepes altivelis), kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttaus), kerapu
lumpur
(E.suillus),
kerapu
malabar
(E.malabaricus),
kerapu
sunu
(Plectropomus maculates dan P.leopardus).
Lutjanus malabaricus, L. gibbus, L.bobar,
L.sebae, L.erythropus.
Napoleon, lemak, lambe atau siome
(Cheilinus undulatus)
Siganus
guttatus,
S.canaliculatus,
S.virgatus, S.vermiculatus, S.javus.
Rastrelliger kanagurta, R.brachysoma
Botana
kacamata
(Acanthurus
glaucopareius), bontana biru (Acanthurus
leucosternon), bontana kasur (Acanthurus
lineatus), bontana coklat (Acanthurus
nigrofuscus), bontana model (Acanthus
pyroferus), bontano naso (Naso lituratus).
FUNGSI TERUMBU KARANG
B.MOLUSKA
1. Kima
2. Keong dan siput
3. Kerang dan Tiram
4. Cotong, Cumi-cumi
dan Gurita
Kima pasir/fika-fika (Hippopus hippopus), kima
cina (H.porcellanus), kima raksasa (Tridacna
gigas), kima air (T.derasa), kima sisik
(T.squamosa), kima kecil (T.maxima) dan kima
lubang (T.crocea).
Lola/susu bundar/cege (Trochus niloticus), mata
bulan (Turbo marmoratus), congcong raja
(Charonia tritonis), kepala kambing/taugu
(Cassia cornuta), tedong-tedong/biaraga (Lambis
chiragra), keong sisir (Murex tenuispina), kabin
(Cypraena mappa, C.argus), keong laut/bila
(Conus textile), loklak panjang (Conus gloria
maris), dan lapar kenyang (Haliotis assinina).
Kerang
mutiara;
Pinctada
fucata,
P.
margaritifera, P.maxima, P. chimnitzii, dan Pteria
penguin.
Sotong (Sepia sp), cumi-cumi (Loligo vulgaris),
dan gurita (Octopus sp).
FUNGSI TERUMBU KARANG
G.ALGA
Alga
Alga merah (Gelidium, Gracillaria, Gigartina)
Alga coklat (Macrocystis)
Alga merah (Chondry, Gigartina, Iridae)
H.KARANG
Karang
Stylocoeniella,
Pocillopora,
Seriatopora,
Stylopophora, Palaustrea, Arcopora, Montipora,
Anacropora, Astreopora.
I.SPONGE
Sponge bioaktif
Hyatella intestinalis, Angelas flabelliformis,
Hipospongia comunis, Spongia officinalis, Ircinia
virabilis, Spongia gracilis.
J.PARAWISATA
Pandangan
alamiah, Keindahan karang, ikan, kima, keong, sponge
menyelam, snorkling
MANFAAT TERUMBU KARANG
C. EKHINODERMATA
1. Teripang
2. Bulu babi
Tripang batu (Holothuria nobilis), tripang getah
(H.leucospilota), teripang grido (H.vitiensis),
tripang pasir (H.scabra), tripang batu keling (H.
edulis), teripang hitam (Actinopyga echinites),
teripang olok-olok (Bohadschia marmorata).
Diadema setosum, Echinometra matchaei,
Tripneustes gratilla, Echinotrix sp, Asthenosoma
sp
D.MAMALIA
Duyung/dugong
Dugong dugong
E.REPTIL
Penyu
Penyu belimbing (Dermochelys coriecea), penyu
sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang
(Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia
mydas), penyu tempayan (Cretta caretta), penyu
pipih (Natator depressus).
F.KRUSTASE
Lobster/udang barong
Panulirus homarus, P.penicillatus, P.longipes,
P.polyphagus, P.versicolor, P.ornatus, P.dasypus.
GAMBAR ARCOPORA DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
LUAS EKOSISTEM
TERUMBU KARANG
DI PERAIRAN
INDONESIA
MENCAPAI 85.707
KM2 DAN
MEMPUNYAI
SPECIES KARANG
BERANEKA RAGAM,
SEPERTI FAMILI
ASTROCOENIIDAE,
POCILLOPHORA,
ACROPORIDAE DLL.
(KORDI, 2010)
JENIS-JENIS IKAN HIAS DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
ANEKA RAGAM IKAN HIAS YANG BIASA HIDUP DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG,
SEPERTI BONTANA KACAMATA (ACANTHUS GLAUCOPARIEUS), BONTANA BIRU
(A.LEUCOSTERNON), BONTANA KASUR (A.LINEATUS) DLL.
KERENTANAN TERUMBU KARANG
•
-
BERBAGAI PENYEBAB KERENTANAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG:
PENGAMBILAN KARANG UNTUK BANGUNAN, HIASAN,
-
PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT YANG TIDAK RAMAH LINGKUNGAN
-
KEGIATAN PARAWISATA YANG MERUSAK EKOSISTEM TERUMBU KARANG
-
PEMBANGUNAN DI PESISIR YANG MERUSAK EKOSISTEM TERUMBU KARANG
-
KEGIATAN PERTAMBANGAN
-
SEDIMENTASI DARI DARAT MASUK KAWASAN PANTAI
-
PERUBAHAN IKLIM SEPERTI TERJADINYA PEMANASAN GLOBAL
SEDIMENTASI DARI AKTIVITAS PENAMBANGAN TIMAH DARAT DAN TIMAH
LAUT DAPAT MENGGANGGU EKOSISTEM TERUMBU KARANG
KARAKTERISTIK HUTAN GAMBUT
• Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang
dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik
di lahan hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di
atasnya dalam kurun waktu lama di masa lampau.
• Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi
dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik di lantai
hutan yang basah/tergenang tersebut (Najiyati dkk, 2005).
• Tanah gambut biasanya terbentuk di daerah cekungan atau
depresi di belakang tanggul sungai (backswamp) yang selalu
jenuh air dengan drainase terhambat sampai sangat
terlambat, sehingga proses dekomposisi terjadi sangat lambat
(KLH, 2004).
.
LUAS LAHAN GAMBUT DI INDONESIA
Sumatera
Penyebaran gambut (dalam juta hektar)
Kalimantan
Papua
Lainnya
Penulis/Sumber
Total
9,7
8,9
6,84
4,5
6,3
6,5
4,93
9,3
0,1
10,9
5,46
4,6
0,2
<0,1
16,1
26,5
17,2
18,4
Driessen (1978)
Puslittanah (1981)
Euroconsult (1984)
Soekardi & Hidayat (1988)
8,2
6,4
6,9
4,8
8,25
7,16
6,8
5,4
6,4
6,1
6,79
4,34
4,6
3,1
4,2
2,5
4,62
8,40
0,4
0,3
0,1
0,4
0,1
20,1
14,9
17,8
13,5*)
20,1
20,0
Deptrans (1990)
Subagyo dkk (1990)
Deptrans (1990)
Nugroho dkk (1992)
Radjagukguk (1993)
Dwiyono Rachman (1996)
*) TIDAK TERMASUK GAMBUT YANG BERASOSIASI DENGAN LAHAN ASIN DAN LEBAK
(2,46 JUTA HEKTAR)
SUMBER: NAJIATI DKK (2005)
JENIS-JENIS FLORA PADA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT
PADA EKOSISTEM TERDAPAT ANEKA
RAGAM JENIS TUMBUHAN KHAS,
SEPERTI RAMIN-GONYSTYLUS SP,
TERENTANG-CAMMOSPERMA SP,
GELAM-MELALEUCA SP, GEMBORALSEDAPHNE UMBELIFLORA, JELUTUNG
–DYERA COSTULATA DLL (ADINEGORO
DKK, 2005)
HUTAN JELUTUNG (DRERA COSTULATA)
FUNGSI HUTAN GAMBUT
• Ekosistem lahan gambut memiliki fungsi, yaitu pengaturan hidrologi, sarana
konservasi keanekaragaman hayati, penjaga iklim global, dan sarana budidaya.
• Contoh fungsi hidrologi---Gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga
mempunyai daya menyerap air sangat besar. Apabila jenuh, gambut saprik,
hemik, dan fibrik dapat menampung air berturut-turut sebesar 450 %, 450-850
% dan lebih dari 850 % dari bobot keringnya atau hingga 90 % dari volumenya.
Karena sifat itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat (reservoir) air
tawar yang cukup besar sehingga dapat menahan banjir saat musim dan
sebaliknya melepaskan air tersebut pada musim kemarau sehingga dapat
mencegah intrusi air laut ke darat.
• Contoh konservasi kehati--Tumbuhan spesifik lahan gambut yang memiliki nilai
ekonomi tinggi adalah jelutung (Dyera custulata), ramin (Gonystylus bancanus),
jenis-jenis meranti (Shorea spp), kempas (Kompassia malaccensis), punak
(Tetramerista glabra), perepat (Combretocarpusroyundatus), pulai rawa
(Alstonia pneumatophor), terentang (Campnospherma spp), bungur
(Lagerstroemia speciosa), dan nyatoh (Palaquium spp).
FUNGSI HUTAN GAMBUT
•
Contoh penjaga iklim global--Gambut memiliki kandungan unsur karbon (C) yang
sangat besar. Kandungan karbon yang terdapat dalam gambut di dunia sebesar
329-525 Gt atau 35 % dari total C dunia. Sedangkan gambut di Indonesia memiliki
cadangan karbon sebesar 46 Gt (1 Gt=109 ton) atau 8-14 % dari karbon yang
terdapat dalam gambut di dunia. Dengan demikian gambut memiliki peran yang
cukup besar sebagai penjaga iklim global.
•
Fungsi budidaya --pemanfaatan lahan gambut sebagai sarana budidaya tanaman,
peternakan, dan perikanan sudah sejak lama dikenal oleh petani. Di Indonesia,
budidaya pertanian di lahan gambut secara tradisional sudah dimulai sejak ratusan
tahun oleh suku dayak, bugis, banjar, dan malayu dalam skala kecil. Mereka
memilih lokasi dengan cara yang cermat, memilih komoditas yang telah teruji, dan
dalam skala yang masih terdukung oleh alam.
KERAWANAN EKOSISTEM GAMBUT-BENCANA KEBAKARAN
PENYEBAB KEBAKARAN:
-KONVERSI LAHAN
-PEMBAKARAN VEGETASI
-KETELEDORAN DALAM
MEMADAMKAN API
-UNTUK MEMPEROLEH
KEMBALI HAK-HAK DARI
PENDUDUK LOKAL
-KEBAKARAN GAMBUT
SUSAH DITANGGULANGI
KARENA KEBAKARANNYA
TERJADI PADA BAGIAN
BAWAH (GROUND FIRE)
(SUMBER: ADINUGROHO
DKK, 2005).
EKOSISTEM LAINNYA: EKOSISTEM KARST
•
KARST– SALAH SATU EKOSISTEM YANG UNIK, TERBENTUK PADA WILAYAH
BERBATUAN KARBONAT SEPERTI KAPUR DAN DOLOMIT DIMANA PROSES
PELARUTAN OLEH AIR BERJALAN INTENSIF SEHINGGA MEMBENTUK KENAMPAKAN
MORFOLOGI YANG UNIK SEPERTI BUKIT BERBENTUK KERUCUT ATAU KUBAH,
CEKUNGAN ATAU DOLINE, SUNGAI BAWAH TANAH, GUA BAWAH TANAH DENGAN
STALAKTIT DAN STALAKMIT YANG INDAH DAN UNIK
•
SIFAT BATUAN KAPUR YANG TIDAK MAMPU MENAHAN AIR MENYEBABKAN
SUNGAI DI ATAS PERMUKAAN TANAH JARANG SEKALI DIJUMPAI PERMUKAAN
TANAH, SEHINGGA MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MANUSIA, FLORA DAN FAUNA
YANG KHAS ADAPTIF DI EKOSISTEM KARST.
•
FUNGSI EKOSISTEM KARST: -PENYIMPAN AIR TANAH SECARA TETAP DALAM
BENTUK AKUIFER SUNGAI BAWAH TANAH, HABITAT FLORA DAN FAUNA KHAS,
OBYEK WISATA (EKOWISATA/EKOBUDAYA).
•
KERAWANANNYA—EKOSISTEM KHAS TAPI DIEKSPLOITASI UNTUK FUNGSI JANGKA
PENDEK TIDAK PRO-LINGKUNGAN, SEPERTI PENAMBANGAN.
GOA DI EKOSISTEM KARST ANTARA LAIN UNTUK HABITAT KELELAWAR (EONYCTERIS SPELACEA)
BERFUNGSI SEBAGAI PENYERBUK TUMBUHAN DURIAN, NANGKA, PETAI, KAPOK DI ALAM
•KELELAWAR (EONYCTERIS SPELACEA)
DIKENAL SEBAGAI PENYERBUK
TANAMAN DURIAN, NANGKA,
CAMPEDAK, PETAI, KAPOK/RANDU
REFERENSI
•
AYENSU, S. (ED), 1980. JUNGLES. LONDON: JONATHAN CAPE LIMITED.
•
DEPHUT, 1992. KONSEVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI & EKOSISTEMNYA. JAKARTA:
DEPARTEMEN KEHUTANAN.
•
DJAMALI, A. & Z.R. POHAN, 1985. STUDI KASUS SOCIAL FORESTRI DI MAYANGAN,
PAMANUKAN, JAWA BARAT. DALAM TIM SOCIAL FORESTRY (ED), STUDI KASUS SOCIAL
FORESTRY BERBAGAI ASPEK TENTANG HUBUNGAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN
HUTAN JAWA BARAT. JAKARTA: PERUM PERHUTANI-YAYASAN FORD.
•
DIAMOND, J.K.K. D.BISHOP, S. VAN BALEN, 1991. KELANGSUNGAN HIDUP BURUNGBURUNG DI DALAM WILAYAH HUTAN YANG TERISOLASI DI JAWA: SUATU PULAU ATU
CERMIN. KARTAWINATA, K. DAN A.J. WHITTEN (EDS), KRISIS BIOLOGI: HILANGNYA
KEANEKARAGAMAN BIOLOGI. JAKARTA: YAYASAN OBOR INDONESIA, PP. 90-106.
•
GEERTZ, C., 1963. AGRICULTURAL INVOLUTION: THE PROCESS OF ECOLOGICAL CHANGE
IN INDONESIA. BERKELEY: UNIVERSITY OF CALIFORNIA PRESS.
•
GORMAN, M.L. 1979. ISLAND ECOLOGY. LONDON: CHAPMAN AND HALL.
REFERENSI
•
HAMILTON, L.S. AND S.C. SNEDAKER (EDS), 1984. HANDBOOK FOR MANGROVE
AREA MANAGENENT. HONOLULU: UNEP-EAST-WEST CENTER, ENVIRONMENT AND
POLICY INSTITUTE.
•
JACOB, M. 1988. THE TROPICAL RAIN FOREST. BERLIN: SPRINGER-VERLAG.
•
KLH, 1990. KUALITAS LINGKUNGAN DI INDONESIA 1990. JAKARTA: KLH
•
KLH, 2004. STRATEGI NASIONAL DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN LAHAN BASAH.
JAKARTA: KLH.
•
KIMMINS, J.P. 1987. FOREST ECOLOGY. NEW YORK: MACMILLAN PUBLISHING
COMPANY.
•
KORDI, M.G.H., 2010. EKOSISTEM TERUMBU KARANG. JAKARTA: PENERBIT RINEKA
CIPTA.
REFERENSI
•
MACARTHUR, R.H. & W,ILSON E.O., 1967. THE THEORY OF ISLAND BIOGEOGRAPHY.
PRINCETON : PRINCETON UNIVERSITY PRESS.
•
NAJIYATI. S., A.ASMANA, I.N.N. SURYADIPUTRA, 2005. PEMBERDAYAAN
MASYRAKARAKAT DI LAHAN GAMBUT. BOGOR: WETLAND INTERNATIONAL-INDONESIA
PROGRAMME.
•
NOOR, Y.R., M.KHAZALI, I.N.N. SURYADIPUTRA, 1999. PANDUAN PENGENALAN
MANGROVE DI INDONESIA. BOGOR: WETLANDS INTERNATIONAL INDONESIA
PROGRAMME.
•
RAMBO, A.T. AND P.E. SAJISE, 1984. INTRODUCTION: HUMAN ECOLOGY RESEARCH ON
TROPOICAL AGRICULTURE IN SOUTHEAST ASIA. HONOLULU: EAST WEST CENTER.
•
SOEMARWOTO, O. 1983. EKOLOGI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN.
JAKARTA: PENERBIT DJAMBATAN.
•
SOEMARWOTO, O. 1992. INDONESIA DALAM KANCAH ISU LINGKUNGAN GLOBAL.
JAKARTA: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
Download