TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA OLEH JOHAN ISKANDAR • MENJELASKAN PENGERTIAN BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DAN KARAKTERISTIK MASING-MASING SERTA KERAWANANNYA •POKO BAHASAN: -TIPOLOGI EKOSISTEM -PENGERTIAN TENTANG HUTAN HUJAN TROPIKA -KARAKTERISTIK WETLAND: MUDFLAT DAN HUTAN MANGROVE -KARAKTERISTIK WETLAND: TERUMBU KARANG -PENGERTIAN TENTANG EKOSISTEM LAINNYA -KOMPONEN EKOSISTEM KONSEP EKOSISTEM SUMBER: RAMBO DAN SAJISE (1984) EKOSISTEM:SUATU SISTEM EKOLOGI YANG TERBENTUK OLEH HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA. EKOSISTEM TERBENTUK OLEH KOMPONEN HIDUP DAN TAKHIDUP DI SUATU TEMPAT YANG BERINTERAKSI MEMBENTUK SUATU KESATUAN YANG TERATUR. TIPOLOGI EKOSISTEM: TERESTRIAL DAN AKUATIK BERDASARKAN HABITATNYA: EKOSOSTEM TERESTRIAL, SEPERTI HUTAN, DAN EKOSISTEM AKUATIS, SEPERTI WETLAND, CONTOHNYA EKOSISTEM RAWA GAMBUT, EKOSISTEM HUTAN MANGROVE, DAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG. PENYEBARAN HUTAN TROPIS DI DUNIA: ASIA TENGGARA, AMERIKA LATIN, DAN AFRIKA SUMBER: AYENSU, S. (ED), 1980 EKOSISTEM HUTAN SECARA HIRARKI: INDIVIDU, POPULASI, KOMUNITAS, DAN EKOSISTEM (AUT ECOLOGY, POPULATION ECOLOGY, COMMUNITY ECOLOGI, DAN ECOSYSTEM ECOLOGY) SUMBER:KIMMINS (1987) EKOSISTEM KOMUNITAS POPULASI AUTECOLOGY INDIVIDU SPECIES KARAKTERISTIK PENYEBARAN TUMBUHAN DI INDONESIA FITOGEOGRAFI: FLORA MALESIA TERCATAT 25.000 JENIS TUMBUHAN BERBUNGA, 10 % DARI FLORA DUNIA. ORCHIDACEAE TERCATAT 3.000-4.000 JENIS, SUKU TERBESAR LAINNYA DIPTEROCARPACEAE 38 JENIS. JENIS-JENIS EUCALYPTUS, UTAMA TERDAPAT DI INDONESIA TIMUR. SUMBER: DEPHUT (1992) ZOOGEOGRAFI: INDONESIA BARAT (GAJAH, BADAK, MERAK, KUTILANG, MACAN, DLL), TIMUR (BINATANG BERKANTUNG, DLL), TENGAH (BABI RUSA, MALEO DLL.) KARAKTERISTIK KESUBURAN TANAH PADA HUTAN TROPIS DAN HUTAN TEMPERATE TANAH TROPIS TANAH TEMPERATE KESUBURAN TANAH DI HUTAN TROPIS UTAMANYA PADA BIOMASSA VEGETASI, DENGAN LAPISAN ATAS TANAH TIPIS, BERBEDA DENGAN HUTAN TERMPERATE LAPISAN TOP SOIL TEBAL, PERAKARAN POHON DALAM (KIMMINS, 1987) UNSUR HARA PADA HUTAN TROPIS DAN HUTAN TEMPERATE HUTAN TROPIS HUTAN TEMPERATE UNSUR HARA (N, P, K, CA, DAN MG DI HUTAN TROPIS LEBIH UTAMA PADA BIOMASSA VEGETASI, BERBEDA DENGAN HUTAN TEMPERATE, KIMMINS, 1987) EKOSISTEM HUTAN TROPIS: HABITAT DAN RELUNG ANEKA RAGAM SATWA LIAR HUTAN TROPIS MENJADI HABITAT ANEKA RAGAM FAUNA, YANG BIASA AKTIF HIDUP SIANG HARI, MALAM HARI, ATAU SIANG DAN MALAM HARI, HIDUP DI PERMUKAAN TANAH, PEPOHONAN, TANAH DAN PEPOHONAN, SERTA KANOPI DAN PEPOHONAN. SUMBER: JACOBS (1988) EKOSISTEM HUTAN TROPIS: SEBAGAI RELUNG ANEKA RAGAM PRIMATA ANEKA RAGAM PRIMATA MENEMPATI RELUNG DI PEPOHONAN HUTAN TERGANTUNG DARI PROFESI ATAU JENIS MAKANANNYA (SUMBER: JACOBS, 1988). NILAI/FUNGSI HUTAN (JACOBS, 1988) • • • • • • • • • • • • • • PRODUKSI KAYU MEMELIHARA KESUBURAN TANAH MENGATUR ALIRAN AIR HUJAN DI PERMUKAAN TANAH (RUN-OFF)/HIDROLOGI MENSTABILKAN IKLIM MENGHASILKAN ANEKA RAGAM HASIL IKUTAN HUTAN, SEPERTI ROTAN, GAHARU, MADU, ANEKA RAGAM SATWA BURUAN. MENGHASILKAN ANEKA RAGAM KEBUTUHAN MANUSIA, SEPERTI BUAH-BUAHAN, OBAT-OBATAN, BAHAN INDUSTRI, BAHAN KERAJINAN, DLL SEBAGAI SUMBERDAYA PLASMA NUTFAH SEBAGAI HABITAT ANEKA TAGAM SATWA LIAR TEMPAT KEHIDUPAN KOMUNITAS PEMBURU DAN PERAMU SUMBER ILMU PENGETAHUAN TEMPAT KERAMAT UNTUK KEPENTINGAN SPIRITUAL UNTUK MEDIA PENDIDIKAN DAN REKREASI/EKOWISATA MENGHASILKAN OKSIGEN SEBAGAI ROSOT KARBON MENYERAP GAS RUMAH KACA, SEPERTI CO2 LAYANAN EKOSISTEM HUTAN: PROVISION, REGULATION, SUPPORTING, KEPENTINGAN BUDAYA (C.F. MA, 2005) LAJU PENURUNAN LUAS HUTAN DI INDONESIA PADA 1980-1990 LAJU DEPORESTASI 0,8 % (995.808 HA/TH) DAN MENINGKAT MENJADI 1 % (1.152.130 HA/TH). 1980-1995 HUTAN BERKURANG DARI 124, JUTA HA MENJADI 109, 7 JUTA, ATAU 14,7 JUTA HA SAMA DENGAN LUAS NEPAL (SUMBER: KARTODIHARDJO DAN JHMANTANI, 2006). KERAWANAN EKOSISTEM HUTAN TROPIS • PADA UMUMNYA KESUBURAN TANAH DI HUTAN TROPIS RASIO KUANTITAS UNSUR HARA LEBIH UTAMA TERDAPAT PADA BIOMASSA VEGETASI HUTAN DIBANDINGKAN DENGAN UNSUR HARA DI TANAH (GEERTZ, 1963). • KARENA ITU, PARA PELADANG BEROTASI, UNTUK MENDAPATKAN KESUBURAN TANAH, MEMPEROLEH UNSUR-UNSUR HARA, BIASA MELAKUKAN PEMBAKARAN VEGETASI HUTAN, DAN UNSUR HARA ITU AKAN BERKURANG DIGUNAKAN OLEH TANAMAN-TANAMAN DI LADANG. • KESUBURAN TANAH AKAN PULIH KEMBALI APABILA LAHAN BEKASA LADANG DIBIARKAN MENGALAMI SUKSESI, SEHINGGA ADA RANTING-RANTING DAN DAUN KERING JATUH (SERESAH) DAN MENJADI KOMPOS DI TANAH. • KARENA ITU, APABILA MASA BERA TERALU PENDEK, KESUBURAN TANAH TERUS MENURUN DAN TIDAK KEMBALI MEMBENTUK HUTAN TUA, TAPI DAPAT MENJADI PADANG ALANG-ALANG. INTERVAL MASA BERA HUTAN TERLALU LAMA, TIDAK ADA PENAMBAHAN KESUBURAN TANAH SECARA SIGNIFIKAN, KARENA SUKSESI HUTAN MANGALAMI CLIMAX. INTERVAL MASA BERA TERLALU PENDEK, BERPENGARUH PADA TIDAK PULIHNYA KESUBURAN TANAH, DAN TERJADINYA PADANG LANG-ALANG KERAWANAN EKOSISTEM HUTAN TROPIS: TEORI PULAU BIOGEOGRAFI • JENIS TUMBUHAN SECARA UMUM TINGGI, TETAPI JUMLAH INDIVIDU TIAP JENIS TIDAK MERATA, JADI BANYAK JENIS TUMBUHAN YANG MEMILIKI INDIVIDU KECIL DAN RAWAN KEPUNAHAN DI ALAM. • SEJALAN DENGAN TEORI PULAU BIOGEOGRAFI DARI MAC ARTHUR DAN WILSON 1967 (GORMAN, 1979; SOEMARWOTO, 1992) KERAWANAN PENURUNAN JUMLAH JENIS BERKAITAN DENGAN LUAS WILAYAH JENIS ITU. JADI PULAU DI TENGAH LAUTAN RENTAN KEPUNAHAN FLORA DAN FAUNA. • HABITAT DI TENGAH WILAYAH YANG MEMPUNYAI SIFAT LAIN JUGA ANALOGI DENGAN SEBUAH PULAU. MISALNYA, HUTAN DI PUNCAK GUNUNG SERTA CAGAR ALAM DAN TAMAN NASIONAL YANG DIKELILINGI OLEH PERKEBUNAN, PERTANIAN, DAN PERMUKINAN, MERUPAKAN SEBUAH PULAU. • CONTOHNYA, HUTAN DI PUNCAK GUNUNG SALAK, GUNUNG SLAMET DAN GUNUNG AGUNG SERTA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON; SEBUAH PADANG RUMPUT DI TENGAH HUTAN; SEBUAH DANAU. • PENURUNAN JUMLAH JENIS AKIBAT PENURUNAN LUAS DAPAT BERSIFAT LOGARITMIK. KARENA ITU, KEANEKAAN HAYATI DI EKOSISTEM PULAU ATAU DAERAH TERISOLASI RENTAN KEPUNAHAN. CONTOH KASUSNYA KEPUNAHAN JENIS-JENIS BURUNG DI KEBUN RAYA BOGOR KARENA KAWASAN KEBUN RAYA MENJADI TERISOLASI/TERPISAH DARI HUTAN SEKELILINGNYA , SEPERTI G.GEDE PANGRANGO, G.SALAK (DIAMOND, J.K.K. D.BISHOP, S. VAN BALEN, 1991). KERAWANAN HUTAN TROPIS:TEORI BERCAK • TEORI BERCAK – TEMPAT YANG TERBUKA DI HUTAN MERUPAKAN BERCAK, AKIBAT TUMBANG ATAU TANAH LONGSOR. • BERCAK DI HUTAN SANGAT DINAMIS. SETELAH POHON TUMBANG, BERCAK LAMBAT LAUN TERTUTUP KEMBALI. SEMENTARA ITU, APABILA ADA POHON LAIN YANG TUMBANG DAN TERJADILAH BERCAK BARU. • APABILA LEBIH BANYAK CAHAYA MATAHARI DAPAT SAMPAI KE LANTAI HUTAN. MAKA SUHU TANAH AKAN LEBIH TINGGI. KARENA BERCAK TERBUKA, KELEMBABAN LEBIH RENDAH. • MIKRO IKLIM YANG BERBEDA DALAM BERCAK MENCIPTAKAN MIKRO HABITAT. • MIKRO-IKLIM DALAM MIKRO-HABITAT BERBEDA-BEDA MENURUT BESARNYA BERCAK. KARENA ITU, FLORA DAN FAUNA YANG HIDUP DI BERCAK YANG KECIL JUGA BERBEDA DENGAN YANG HIDUP DI BERCAK BESAR. KERAWANAN HUTAN: TEORI BIOGEOGRAFI WILSON (1989) JUMLAH REPTIL DAN AMPIBI PADA SUATU PULAU YANG MEMPUNYAI LUAS YANG BERBEDA-BEDA. PULAU YANG BESAR MEMPUNYAI JUMLAH JENIS YANG LEBIH BANYAK DARI PADA PULAU KECIL. PADA KURVA LOGARITMIK, HUBUNGAN ANTARA JUMLAH DAN LUAS HABITAT MERUPAKAN GARIS LURUS. SUMBER: WILSON, E.O. 1989. THREATS TO BIODIVERSITY. SCIENTIFIC AMERICAN 261:108-116 (SOEMARWOTO, 1992). SUMBER: SOEMARWOTO (1992) KERAWANAN HUTAN:TEORI PULAU DAN GANGGUAN EFEK TEPI (SOEMARWOTO, 1983) -UKURAN BESAR (A) LEBIH BAIK DARI UKURAN KECIL (B). -BENTUK CAGAR ALAM MEMPUNYAI PENGARUH TERHADAP JUMLAH JENIS. -BENTUK YANG KOMPAK DAN TERATUR DAPAT MENDUKUNG JUMLAH JENIS TINGGI DARI BENTUK YANG MEMANJANG DAN TAK TERATUR. -UKURAN BESAR LEBIH BAIK DARI BEBERAPA YANG KECILKECIL, KARENA KELILINGNYA LEBIH PENDEK. -DIHUBUNGKAN DENGAN KORIDOR LEBIH BAIK. -BENTUK KOMPAK LEBIH BAIK DARI YANG TIDAK KOMPAK PETA PENYEBARANAN HUTAN MANGROVE DAN TERUMBU KARANG KARAKTERISTIK EKOSISTEM HUTAN MANGROVE FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN JENIS TUMBUHAN MANGROVE, KONDISI TANAH TERGENANG, LUMPUR, KONDISI KADAR GARAM, KONDISI OMBAK. -DI DEPAN/PINGGIR PANTAI KE BELAKANG/DARAT, YAITU FORMASI PEDADA, JALUR BAKAU, JALUR TANCANG, DAN JALUR NIPAH FUNGSI HUTAN MANGROVE MANFAAT MANGROVE Kategori Tipe pemanfaatan A.PRODUKSI VEGETASI Bahan Bakar -Kayu bakar -Arang kayu -Alokohol Bahan Bangunan -Kayu, kayu tiang -Konstruksi (jembatan) -Bantalan rel K.A -Pertambangan -Pembuatan Perahu -Alas dok -Atap -Alas Lantai -Pagar, Pipa -Papan -Lem Contoh Jenis yang dimanfaatkan Sebagian besar jenis pohon Sebagian jenis pohon Nypa fruticans Bruguiera, Rhizophora spp berat Bruguiera, Rhizophora spp Rhizovora, Ceriops spp Bruguiera, Rhizovora spp Livistona saribus, Lumnitzera Lumnitzera spp Nypa fruticans, Acrostichum speciosum Cyperus malaccensis, Eleocharis dulcis Scolopia macrophylla terutama Rhizophoraceae Cycas rumphii FUNGSI MANGROVE Perikanan -Tiang pancing -Pelampung -Racun Ikan -Perekat jala -Tali -Jangkar -Penahan perahu Ceriops spp Dolichandrone spathacea, Sonneratia alba Derris trifoliate, Cerbera floribunda Rhizophoraceae Stenochlaena palustris, Hibiscus tiliaceus Pemphisa acidula, Rhizivora apiculata Atuna racemosa, Osbornia octodonta Tekstil, Kulit -Fiber sintesis (mis.rayon) -Pewarna kain -Pengawetan kulit -Pembuatan kain terutama Rhizivoraceae E.indica, Peltophorum pterocarpum terutama Rhizovora, Lumnitzera spp Eleocharis dulcis Pertanian -Pupuk Produk kertas -Berbagai jenis kertas Paspalum esculenta Avicenia schultizi vaginatum, marina, Colocasia Camptostemon FUNGSI HUTAN MANGROVE Keperluan tangga Makanan, dan obat Banyak jenis tumbuhan berkayu rumah -Mebel -Hiasan Xyclocarpus granatum, Scaveola taccada, Nypa fruticans Cycas rumphii Minuman -Lem -Minyak Rambut Xyclocarpus mekongensis -Parfum Phymatodes scolopendria -Peralatan Dolichandrone spathacea, X.grantum -Isi bantal Typha angustifolia -Keranjang Cyperus malaccensis, Scirpus grossus -Mainan Dolichandrone spathacea (topeng), Excoecaria indica -Racun (bijinya) -Tanaman hias Cerbera manghas (insektisida) -Lilin Cryptocoryne cilata, Crinum asiaticum -Obat-obatan Tristellateia australasiae -Anti nyamuk Horsfieldia irya -Kancing Drymoglossum piloselloides, Drynaria rigidula -Gula Osbornia octodonta, Quassia indica -Alkohol Nypa fruiticans -Minyak goreng Nypa fruticans -Minumam ferementasi Nypa fruticans -Daging manis (dari propagula) biji Terminalia catappa -Sayuran (dari propagula, buah atau Rhizovora stylosa daun) Bruguiera cylindica, B.gymnorrhiza -Kertas rokok daun Stenochlaena palustris, Avicenia, buah Inocarpus -Pengganti tembakau fagifer epidermis daun Nypa Loxogramma ivoluta FUNGSI HUTAN MANGROVE B.PRODUKSI HEWANI Lain-lain -Ikan -Krustasea -Kerang -Madu dan lilin -Burung -Mammalia -Reptilia -Lainnya Lates calcarifer, Chanos chanos Penaeus spp, Scylla serrata Kerang-kerangan Apis dorsata Terutama burung air Terutama Sus scrofa Varanus salvator, Crocodylus porosus Rana spp C.EKOLOGIS DAN BUDAYA -Proteksi -Edukasi -Riset -Rekeasi Melindungi abrasi pantai, melindungi ekosistem mangrove termasuk kualitas air, habitat fauna, tempat pemijah ikan dan udang Untuk pendidikan lingkungan Untuk pendidikan tentang ekosistem mangrove dan pengelolaan kawasan konservasi -Untuk obyek ekowisata, dengan kegiatan memancing, birdwatching, observasi margasatwa, fotografi, dll. FUNGSI PADANG LUMPUR/ HUTAN MANGROVE-KAYA ORGANISME, SEPERTI KERANG, KEPITING, UDANG DAN LAIN-LAIN. MIGRASI BURUNG SECARA RUTIN TAHUNAN •GOLONGAN BURUNG WADERS ATAU SHOREBIRDS •ACTITIS HYPOLEUCOS •GALLICREX CINEREA •GLAREOLA MALDIVARUM •PORZANA PUSILLA •PLOVIALIS DOMINICA •TRINGA STAGNALIS •TRINGA NEBULARIA GLAREOLA MALDIVARUM (BURUNG TERIK) BURUNG MIGRASI WADER BURUNG MIGRASI WADER: BIASA DITEMUKAN DI KAWASAN PANTAI BERLUMPUR, SEPERTI DI PANTAI UTARA INDRAMAYU DAN CIREBON, PANTAI SUMATERA SELATAN, JAMBI DAN RIAU. FUNGSI REKREASI HUTAN MANGROVE GANGGUAN HUTAN MANGROVE (DJAMALI DAN POHAN, 1985) KERAWANAN PADANG LUMPUR DAN HUTAN MANGROVE: PENCEMARAN MINYAK BUMI • PENCEMARAN MINYAK BUMI -- TERJADI AKUMULASI RACUN MELALUI RANTAI DAN JARING MAKANAN DI BADAN AIR. • TERJADINYA GANGGUAN PADA MARGASATWA BURUNG– BULU-BULU BURUNG TERTUTUP MINYAK SEHINGGA TERGANGGUNYA SISTEM AERASI, MENYEBABKAN BURUNG MATI. • GANGGUAN PADA VEGETASI PANTAI SEPERTI HUTAN MANGROVE YANG MENJADI HABITAT ANEKA RAGAM ORGANISME PANTAI DAN LAUT. KARAKTERISTIK WETLAND: TERUMBU KARANG (KORDI, M.G.H., 2010) • Terumbu karang (coral reef) merupakan kelompok organism yang hidup di dasar perairan laut dangkal, jernih, hangat, dan memiliki kadar kalsium karbonat tinggi (KLH, 2004; Kordi, 2010). • Terumbu karang dapat dibedakan antara binatang karang/reef coral sebagai individu organisme dan terumbu karang/coral reef sebagai suatu ekosistem, termasuk di dalamnya organisme-organisme karang. • Ada dua tipe terumbu karang, yaitu karang yang dapat menghasilkan terumbu/reef atau membentuk bangunan kapur yang disebut karang hermatifik dan karang arhematifik yang tidak dapat membentuk terumbu atau bangunan karang. Karang ahermatifik atau nonhermatifik terdapat di seluruh dunia, bahkan beberapa di antaranya terdapat pada kedalaman 7.600 m. Kemampuan hermatypic corals membentuk terumbu tidak lepas dari peranan sejenis algae yang dinamakan zooxanthellae. KARASTERISTIK TERUMBU KARANG (KORDI, M.G.H., 2010) • Zooxanthellae melaui proses fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga membantu proses pembentukan karang kapur. Sebaliknya polip karang menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat, dan nitrogen yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan pertumbuhannya. • Karena aktifitas fotosintesis tesebut, maka peran cahaya matahari sangat penting. Jika karang berada dalam tempat yang teduh atau dihindarkan dari cahaya, maka pertumbuhannya akan terhenti dan jika cahaya yang diberikan tidak cukup, maka karang akan mati. Kebutuhan akan cahaya ini adalah untuk kepentingan zooxanthelllae. Zooxanthellae meningkatkan laju proses mengeras menjadi kapur/kalsifikasi yang dilakukan oleh karang dan laju pertumbuhan koloni karang. FUNGSI TERUMBU KARANG Golongan A.IKAN Jenis 1. Kerapu 2. Kakap merah 3. Napoleon 4. Baronang 5. Kembung 6. Ikan hias Contoh mempunyai nilai ekonomi Kerapu bebek (Cromilepes altivelis), kerapu macan (Epinephelus fuscoguttaus), kerapu lumpur (E.suillus), kerapu malabar (E.malabaricus), kerapu sunu (Plectropomus maculates dan P.leopardus). Lutjanus malabaricus, L. gibbus, L.bobar, L.sebae, L.erythropus. Napoleon, lemak, lambe atau siome (Cheilinus undulatus) Siganus guttatus, S.canaliculatus, S.virgatus, S.vermiculatus, S.javus. Rastrelliger kanagurta, R.brachysoma Botana kacamata (Acanthurus glaucopareius), bontana biru (Acanthurus leucosternon), bontana kasur (Acanthurus lineatus), bontana coklat (Acanthurus nigrofuscus), bontana model (Acanthus pyroferus), bontano naso (Naso lituratus). FUNGSI TERUMBU KARANG B.MOLUSKA 1. Kima 2. Keong dan siput 3. Kerang dan Tiram 4. Cotong, Cumi-cumi dan Gurita Kima pasir/fika-fika (Hippopus hippopus), kima cina (H.porcellanus), kima raksasa (Tridacna gigas), kima air (T.derasa), kima sisik (T.squamosa), kima kecil (T.maxima) dan kima lubang (T.crocea). Lola/susu bundar/cege (Trochus niloticus), mata bulan (Turbo marmoratus), congcong raja (Charonia tritonis), kepala kambing/taugu (Cassia cornuta), tedong-tedong/biaraga (Lambis chiragra), keong sisir (Murex tenuispina), kabin (Cypraena mappa, C.argus), keong laut/bila (Conus textile), loklak panjang (Conus gloria maris), dan lapar kenyang (Haliotis assinina). Kerang mutiara; Pinctada fucata, P. margaritifera, P.maxima, P. chimnitzii, dan Pteria penguin. Sotong (Sepia sp), cumi-cumi (Loligo vulgaris), dan gurita (Octopus sp). FUNGSI TERUMBU KARANG G.ALGA Alga Alga merah (Gelidium, Gracillaria, Gigartina) Alga coklat (Macrocystis) Alga merah (Chondry, Gigartina, Iridae) H.KARANG Karang Stylocoeniella, Pocillopora, Seriatopora, Stylopophora, Palaustrea, Arcopora, Montipora, Anacropora, Astreopora. I.SPONGE Sponge bioaktif Hyatella intestinalis, Angelas flabelliformis, Hipospongia comunis, Spongia officinalis, Ircinia virabilis, Spongia gracilis. J.PARAWISATA Pandangan alamiah, Keindahan karang, ikan, kima, keong, sponge menyelam, snorkling MANFAAT TERUMBU KARANG C. EKHINODERMATA 1. Teripang 2. Bulu babi Tripang batu (Holothuria nobilis), tripang getah (H.leucospilota), teripang grido (H.vitiensis), tripang pasir (H.scabra), tripang batu keling (H. edulis), teripang hitam (Actinopyga echinites), teripang olok-olok (Bohadschia marmorata). Diadema setosum, Echinometra matchaei, Tripneustes gratilla, Echinotrix sp, Asthenosoma sp D.MAMALIA Duyung/dugong Dugong dugong E.REPTIL Penyu Penyu belimbing (Dermochelys coriecea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Cretta caretta), penyu pipih (Natator depressus). F.KRUSTASE Lobster/udang barong Panulirus homarus, P.penicillatus, P.longipes, P.polyphagus, P.versicolor, P.ornatus, P.dasypus. GAMBAR ARCOPORA DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG LUAS EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN INDONESIA MENCAPAI 85.707 KM2 DAN MEMPUNYAI SPECIES KARANG BERANEKA RAGAM, SEPERTI FAMILI ASTROCOENIIDAE, POCILLOPHORA, ACROPORIDAE DLL. (KORDI, 2010) JENIS-JENIS IKAN HIAS DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG ANEKA RAGAM IKAN HIAS YANG BIASA HIDUP DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG, SEPERTI BONTANA KACAMATA (ACANTHUS GLAUCOPARIEUS), BONTANA BIRU (A.LEUCOSTERNON), BONTANA KASUR (A.LINEATUS) DLL. KERENTANAN TERUMBU KARANG • - BERBAGAI PENYEBAB KERENTANAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG: PENGAMBILAN KARANG UNTUK BANGUNAN, HIASAN, - PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT YANG TIDAK RAMAH LINGKUNGAN - KEGIATAN PARAWISATA YANG MERUSAK EKOSISTEM TERUMBU KARANG - PEMBANGUNAN DI PESISIR YANG MERUSAK EKOSISTEM TERUMBU KARANG - KEGIATAN PERTAMBANGAN - SEDIMENTASI DARI DARAT MASUK KAWASAN PANTAI - PERUBAHAN IKLIM SEPERTI TERJADINYA PEMANASAN GLOBAL SEDIMENTASI DARI AKTIVITAS PENAMBANGAN TIMAH DARAT DAN TIMAH LAUT DAPAT MENGGANGGU EKOSISTEM TERUMBU KARANG KARAKTERISTIK HUTAN GAMBUT • Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lahan hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya dalam kurun waktu lama di masa lampau. • Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik di lantai hutan yang basah/tergenang tersebut (Najiyati dkk, 2005). • Tanah gambut biasanya terbentuk di daerah cekungan atau depresi di belakang tanggul sungai (backswamp) yang selalu jenuh air dengan drainase terhambat sampai sangat terlambat, sehingga proses dekomposisi terjadi sangat lambat (KLH, 2004). . LUAS LAHAN GAMBUT DI INDONESIA Sumatera Penyebaran gambut (dalam juta hektar) Kalimantan Papua Lainnya Penulis/Sumber Total 9,7 8,9 6,84 4,5 6,3 6,5 4,93 9,3 0,1 10,9 5,46 4,6 0,2 <0,1 16,1 26,5 17,2 18,4 Driessen (1978) Puslittanah (1981) Euroconsult (1984) Soekardi & Hidayat (1988) 8,2 6,4 6,9 4,8 8,25 7,16 6,8 5,4 6,4 6,1 6,79 4,34 4,6 3,1 4,2 2,5 4,62 8,40 0,4 0,3 0,1 0,4 0,1 20,1 14,9 17,8 13,5*) 20,1 20,0 Deptrans (1990) Subagyo dkk (1990) Deptrans (1990) Nugroho dkk (1992) Radjagukguk (1993) Dwiyono Rachman (1996) *) TIDAK TERMASUK GAMBUT YANG BERASOSIASI DENGAN LAHAN ASIN DAN LEBAK (2,46 JUTA HEKTAR) SUMBER: NAJIATI DKK (2005) JENIS-JENIS FLORA PADA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT PADA EKOSISTEM TERDAPAT ANEKA RAGAM JENIS TUMBUHAN KHAS, SEPERTI RAMIN-GONYSTYLUS SP, TERENTANG-CAMMOSPERMA SP, GELAM-MELALEUCA SP, GEMBORALSEDAPHNE UMBELIFLORA, JELUTUNG –DYERA COSTULATA DLL (ADINEGORO DKK, 2005) HUTAN JELUTUNG (DRERA COSTULATA) FUNGSI HUTAN GAMBUT • Ekosistem lahan gambut memiliki fungsi, yaitu pengaturan hidrologi, sarana konservasi keanekaragaman hayati, penjaga iklim global, dan sarana budidaya. • Contoh fungsi hidrologi---Gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga mempunyai daya menyerap air sangat besar. Apabila jenuh, gambut saprik, hemik, dan fibrik dapat menampung air berturut-turut sebesar 450 %, 450-850 % dan lebih dari 850 % dari bobot keringnya atau hingga 90 % dari volumenya. Karena sifat itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat (reservoir) air tawar yang cukup besar sehingga dapat menahan banjir saat musim dan sebaliknya melepaskan air tersebut pada musim kemarau sehingga dapat mencegah intrusi air laut ke darat. • Contoh konservasi kehati--Tumbuhan spesifik lahan gambut yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah jelutung (Dyera custulata), ramin (Gonystylus bancanus), jenis-jenis meranti (Shorea spp), kempas (Kompassia malaccensis), punak (Tetramerista glabra), perepat (Combretocarpusroyundatus), pulai rawa (Alstonia pneumatophor), terentang (Campnospherma spp), bungur (Lagerstroemia speciosa), dan nyatoh (Palaquium spp). FUNGSI HUTAN GAMBUT • Contoh penjaga iklim global--Gambut memiliki kandungan unsur karbon (C) yang sangat besar. Kandungan karbon yang terdapat dalam gambut di dunia sebesar 329-525 Gt atau 35 % dari total C dunia. Sedangkan gambut di Indonesia memiliki cadangan karbon sebesar 46 Gt (1 Gt=109 ton) atau 8-14 % dari karbon yang terdapat dalam gambut di dunia. Dengan demikian gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai penjaga iklim global. • Fungsi budidaya --pemanfaatan lahan gambut sebagai sarana budidaya tanaman, peternakan, dan perikanan sudah sejak lama dikenal oleh petani. Di Indonesia, budidaya pertanian di lahan gambut secara tradisional sudah dimulai sejak ratusan tahun oleh suku dayak, bugis, banjar, dan malayu dalam skala kecil. Mereka memilih lokasi dengan cara yang cermat, memilih komoditas yang telah teruji, dan dalam skala yang masih terdukung oleh alam. KERAWANAN EKOSISTEM GAMBUT-BENCANA KEBAKARAN PENYEBAB KEBAKARAN: -KONVERSI LAHAN -PEMBAKARAN VEGETASI -KETELEDORAN DALAM MEMADAMKAN API -UNTUK MEMPEROLEH KEMBALI HAK-HAK DARI PENDUDUK LOKAL -KEBAKARAN GAMBUT SUSAH DITANGGULANGI KARENA KEBAKARANNYA TERJADI PADA BAGIAN BAWAH (GROUND FIRE) (SUMBER: ADINUGROHO DKK, 2005). EKOSISTEM LAINNYA: EKOSISTEM KARST • KARST– SALAH SATU EKOSISTEM YANG UNIK, TERBENTUK PADA WILAYAH BERBATUAN KARBONAT SEPERTI KAPUR DAN DOLOMIT DIMANA PROSES PELARUTAN OLEH AIR BERJALAN INTENSIF SEHINGGA MEMBENTUK KENAMPAKAN MORFOLOGI YANG UNIK SEPERTI BUKIT BERBENTUK KERUCUT ATAU KUBAH, CEKUNGAN ATAU DOLINE, SUNGAI BAWAH TANAH, GUA BAWAH TANAH DENGAN STALAKTIT DAN STALAKMIT YANG INDAH DAN UNIK • SIFAT BATUAN KAPUR YANG TIDAK MAMPU MENAHAN AIR MENYEBABKAN SUNGAI DI ATAS PERMUKAAN TANAH JARANG SEKALI DIJUMPAI PERMUKAAN TANAH, SEHINGGA MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MANUSIA, FLORA DAN FAUNA YANG KHAS ADAPTIF DI EKOSISTEM KARST. • FUNGSI EKOSISTEM KARST: -PENYIMPAN AIR TANAH SECARA TETAP DALAM BENTUK AKUIFER SUNGAI BAWAH TANAH, HABITAT FLORA DAN FAUNA KHAS, OBYEK WISATA (EKOWISATA/EKOBUDAYA). • KERAWANANNYA—EKOSISTEM KHAS TAPI DIEKSPLOITASI UNTUK FUNGSI JANGKA PENDEK TIDAK PRO-LINGKUNGAN, SEPERTI PENAMBANGAN. GOA DI EKOSISTEM KARST ANTARA LAIN UNTUK HABITAT KELELAWAR (EONYCTERIS SPELACEA) BERFUNGSI SEBAGAI PENYERBUK TUMBUHAN DURIAN, NANGKA, PETAI, KAPOK DI ALAM •KELELAWAR (EONYCTERIS SPELACEA) DIKENAL SEBAGAI PENYERBUK TANAMAN DURIAN, NANGKA, CAMPEDAK, PETAI, KAPOK/RANDU REFERENSI • AYENSU, S. (ED), 1980. JUNGLES. LONDON: JONATHAN CAPE LIMITED. • DEPHUT, 1992. KONSEVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI & EKOSISTEMNYA. JAKARTA: DEPARTEMEN KEHUTANAN. • DJAMALI, A. & Z.R. POHAN, 1985. STUDI KASUS SOCIAL FORESTRI DI MAYANGAN, PAMANUKAN, JAWA BARAT. DALAM TIM SOCIAL FORESTRY (ED), STUDI KASUS SOCIAL FORESTRY BERBAGAI ASPEK TENTANG HUBUNGAN INTERAKSI MASYARAKAT DENGAN HUTAN JAWA BARAT. JAKARTA: PERUM PERHUTANI-YAYASAN FORD. • DIAMOND, J.K.K. D.BISHOP, S. VAN BALEN, 1991. KELANGSUNGAN HIDUP BURUNGBURUNG DI DALAM WILAYAH HUTAN YANG TERISOLASI DI JAWA: SUATU PULAU ATU CERMIN. KARTAWINATA, K. DAN A.J. WHITTEN (EDS), KRISIS BIOLOGI: HILANGNYA KEANEKARAGAMAN BIOLOGI. JAKARTA: YAYASAN OBOR INDONESIA, PP. 90-106. • GEERTZ, C., 1963. AGRICULTURAL INVOLUTION: THE PROCESS OF ECOLOGICAL CHANGE IN INDONESIA. BERKELEY: UNIVERSITY OF CALIFORNIA PRESS. • GORMAN, M.L. 1979. ISLAND ECOLOGY. LONDON: CHAPMAN AND HALL. REFERENSI • HAMILTON, L.S. AND S.C. SNEDAKER (EDS), 1984. HANDBOOK FOR MANGROVE AREA MANAGENENT. HONOLULU: UNEP-EAST-WEST CENTER, ENVIRONMENT AND POLICY INSTITUTE. • JACOB, M. 1988. THE TROPICAL RAIN FOREST. BERLIN: SPRINGER-VERLAG. • KLH, 1990. KUALITAS LINGKUNGAN DI INDONESIA 1990. JAKARTA: KLH • KLH, 2004. STRATEGI NASIONAL DAN RENCANA AKSI PENGELOLAAN LAHAN BASAH. JAKARTA: KLH. • KIMMINS, J.P. 1987. FOREST ECOLOGY. NEW YORK: MACMILLAN PUBLISHING COMPANY. • KORDI, M.G.H., 2010. EKOSISTEM TERUMBU KARANG. JAKARTA: PENERBIT RINEKA CIPTA. REFERENSI • MACARTHUR, R.H. & W,ILSON E.O., 1967. THE THEORY OF ISLAND BIOGEOGRAPHY. PRINCETON : PRINCETON UNIVERSITY PRESS. • NAJIYATI. S., A.ASMANA, I.N.N. SURYADIPUTRA, 2005. PEMBERDAYAAN MASYRAKARAKAT DI LAHAN GAMBUT. BOGOR: WETLAND INTERNATIONAL-INDONESIA PROGRAMME. • NOOR, Y.R., M.KHAZALI, I.N.N. SURYADIPUTRA, 1999. PANDUAN PENGENALAN MANGROVE DI INDONESIA. BOGOR: WETLANDS INTERNATIONAL INDONESIA PROGRAMME. • RAMBO, A.T. AND P.E. SAJISE, 1984. INTRODUCTION: HUMAN ECOLOGY RESEARCH ON TROPOICAL AGRICULTURE IN SOUTHEAST ASIA. HONOLULU: EAST WEST CENTER. • SOEMARWOTO, O. 1983. EKOLOGI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN. JAKARTA: PENERBIT DJAMBATAN. • SOEMARWOTO, O. 1992. INDONESIA DALAM KANCAH ISU LINGKUNGAN GLOBAL. JAKARTA: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA