. 1 PRASANGKA AREMANIA TERHADAP BONEKMANIA OLEH HAPPY PRATAMA [email protected] UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI DESEMBER 2012 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang prasangka yang ada pada Aremania terhadap Bonekmania. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif studi kasus. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: subjek penelitian menunjukkan adanya prasangka negatif terhadap Bonekmania dengan bersikap kurang bersahabat bila bertemu dengan bonekmania. Prasangka yang dilakukan ketiga subjek penelitian dilatar belakangi oleh adanya sejarah permusuhan yang telah berlangsung lama diantara masyarakat Malang dan Surabaya, selain itu ketiga subjek merasa Bonekmania selalu memupuk permusuhan dengan cara memicu bentrokan saat Aremania tour ke luar kota dalam mendukung kesebelasan Arema bertanding di luar kandang. Subjek menunjukkan adanya tindakan strereotip dengan mengganggap semua Bonekmania memiliki perilaku yang sama yaitu brutal serta tidak memiliki modal uang dan hanyalah modal nekat, subjek menunjukkan adanya tindakan diskriminasi dengan cara memusuhi siapa saja yang mengenakan atribut Bonekmania, subjek menunjukkan adanya tindakan jarak sosial dengan menjaga jarak dalam bergaul, bekerja, dan memilih jodoh selama ada atribut Bonekmania. Kata kunci: prasangka, aremania, bonekmania. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara majemuk yang dikenal dengan sebutan negara seribu pulau dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Menurut peneliti, perbedaan tersebut menimbukan berbagai konflik baik konflik antar suku, agama, daerah, ras, etnik, pelajar, dll.Akhir-akhir ini sering ditayangkan berita di televisi yang menayangkan konflik antar pendukung atau supporter sepak bola dari kesebelasan yang berlaga di liga Indonesia. Konflik antar supporter sepak bola adalah salah satu masalah yang telah lama terjadi dan mungkin belum terselesaikan hingga sekarang. Konflik antar suporter telah menjalar . 2 hingga membawa atas nama kota asal klub sepak bola tersebut, sehingga tanda pengenal apapun dari kota asal yang menjadi musuh bebuyutan salah satu supporter dari kota lain maka akan dicap sebagai musuh mereka juga, misalnya seperti plat nomor kendaraan, bahasa, warna, atribut, dan lain-lain. Konflik bebuyutan yang paling dikenal di kancah persepak bolaan nasional dan menjadi pertarungan suporter yang paling sering disorot oleh media massa adalah konflik antara Arek Malang yang lebih sering disebut dengan sebutan Aremania pendukung kesebelasan Arema dari Kota Malang dengan Bondo Nekat yang lebih sering disebut dengan sebutan Bonek pendukung dari kesebelasan Persebaya Surabaya yang sama-sama berada di satu provinsi Jawa Timur,dan belum terselesaikan hingga sekarang. Menurut penelit, dua elemen suporter dari Arema Indonesia dan Persebaya Surabaya ini memiliki tensi rivalitas yang sangat tinggi, dimana perseteruan antar kedua elemen suporter ini tak jarang berakhir dengan bentrokan, kerusuhan, kerusakan material, hingga jatuhnya korban jiwa. Ekspresi saling benci keduanya juga tertumpah ketika mendukung kesebelasan masing-masing, walaupun yang dihadapi adalah tim sepak bola selain Arema Indonesia atau Persebaya Surabaya. Konflik Aremania melawan Bonek sudah menjadi cerita lama dalam diskusi antar-suporter di Indonesia. Pertarungan yang sudah mendarah-daging dalam kedua elemen suporter tersebut menjadi bumbu pedas dalam forum antar-suporter, sehingga aroma panas selalu terasa dalam kehidupan sehari-hari warga Malang dan Surabaya. Fenomena-fenomena kekacauan yang menciptakan prasangka buruk pada Bonekmania antara lain adalah kerusuhan pada pertandingan Copa Dji Sam Soe antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang pada 4 September 2006 di Stadion 10 November, Tambaksari, Surabaya. Selain menghancurkan kaca-kaca di dalam stadion, para pendukung Persebaya ini juga membakar sejumlah mobil yang berada di luar stadion . 3 antara lain mobil stasiun televisi milik ANTV, mobil milik Telkom, sebuah mobil milik TNI Angkatan Laut, sebuah ambulans dan sebuah mobil umum. Sementara puluhan mobil lainnya rusak berat.Atas kejadian ini Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan hukuman (sebelum banding) dilarang bertanding di Jawa Timur selama setahun kepada Persebaya, kemudian larangan memasuki stadion manapun di seluruh Indonesia kepada para bonek selama tiga tahun (Djuraid, 2007). Peneliti berpendapat, bahwa dendam lama tersebut menimbulkan prasangka sosial baik bagi saksi atau pelaku yang mengetahui secara lagsung penyebab konflik maupun bagi generasi muda atau orang yang tidak mengetahui sendiri pemicu konflik diantara kedua kubu. Prasangka sebagai sejenis sikap yang ditujukan kepada suatu keompok tertentu berdasar pada ciri keanggotaan pada kelompok itu Beck (Hanurawan, 2007).Prasangka sebagai suatu sikap sering kali mengarah pada evaluasi yang negatif Esses, dkk (dalam Hanurawan 2007).Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional. Fenomena keberadaan prasangka pada masa kini muncul dalam bentuk yang lebih kurang nyata dan lebih tidak terstruktur, lebih jelasnya fenomena prasangka pada masa kini lebih bersifat abu-abu atau memiliki bentuk lebih halus, ketimbang fenomena prasangka yang bersifat terbuka pada masa lalu.Fenomena keberadaan prasangka dalam bentuk yang lebih kurang nyata dan lebih tidak terstruktur yang timbul dari diri seseorang merupakan hasil dari emosi negatif tidak sadar (unconscious negatif emotions) yang diarahkan kepada anggota suatu kelompok yang diyakini memiliki karakteristik tertentu, Esses dkk (dalam Hanurawan 2007). . 4 Baron dan Byrne (dalam Hanurawan, 2007) menemukan bahwa terdapat empat faktor utama penyebab prasangka dalam diri seseorang dan yang pertama adalah konflik antar kelompok secara langsung, yang kedua adalah kategori sosial, yang ketiga adalah pengalaman belajar dimasa awal, dan yang keempat adalah beberapa aspek dalam kognisi sosial. Tindakan prasangka diantaranya adalah (Liliweri, 2005): 1. Stereotip,Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok itu, bisa sifat positif maupun negatif (Liliweri, 2005). 2. Jarak sosial, Deaux (dalam Liliweri, 2005) mengemukakan bahwa jarak sosial merupakan aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukkan tingkat peneriamaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi diantara mereka. 3. Diskriminasi, Menurut Zastrow (dalam Liliweri, 2005), diskriminasi adalah faktor yang merusak kerja sama antar manusia maupun komunikasi diantara mereka. Diskriminasi dibagi menjadi : a. Dimensi-dimensi Diskriminasi, diskriminasi sebagai tindakan dari prasangka sosial meliputi beberapa dimensi antara lain : motivasi, tindakan yang menyatakan diskriminasi, dampak dari tindakan diskriminasi, hubungan antara motivasi dan tindakan diskriminasi, hubungan antara tindakan diskriminasi dan konteks diskriminasi, konteks institusional, konteks masyarakat luas. b. Tipe-tipe Diskriminasi , tipe-tipe diskriminasi terdiri dari : 1) Diskriminasi Isolasi yaitu tindakan tak bersahabat yang dilakukan oleh kelompok ras atau etnik dominan kepada kelompok subordinan, tanpa memberi dukungan segera terhadap kepentingan kelompok. Jadi diskriminator malah megusahakan tindakan mengisolasikan individu atau kelompok sasaran. . 5 2) Diskriminasi Kelompok Kecil adalah tindakan tak bersahabat dari sejumlah anggota kelompok dominan kepada anggota kelompok subordinasi raisal/etnik jadi diskriminator dan sasara diskriminasi adalah kelompok. 3) Diskriminasi Institusional Langsung adalah tindakan tak bersahabat yang terorganisasi dari kelompok dominan dengan tujuan negatifyang berdampak pada kelompok etnik dan ras tertentu. 4) Diskriminasi Institusional Tidak Langsung adalah tindakan tak bersahabat dari kelompok dominan melalui peraturan dan perundang-undangan tertentu yang mengontrol para anggota subordinasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, dewasa ini semakin banyak terjadinya konflik yang disertai kerusuhan antar supporter pada dunia sepak bola nasional, sehingga menimbulkan prasangka diantara supporter di Indonesia serta menyebabkan citra sepak bola kita menjadi kurang baik di mata internasioanal. Kitapun tentunya tidak ingin perselisihan ini terus terjadi dan kita harapkan suatu saat nanti suasana stadion bisa seperti di Eropa yang tanpa pagar pembatas antar penonton bahkan bangku penontonpun bisa sampai sentelban. Oleh karena itu peneliti memandang bahwa masalah konflik dan prasangka pada dunia persepak bolaan nasional khususnya, suporter memiliki nilai yang penting untuk diangkat menjadi sebuah penelitian. Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu menciptakan perdamaian di dunia sepak bola kita, sehingga kompetisi liga Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik lagi dan mampu mengangkat prestasi sepak bola nasional yang semakin lama semakin menurun di mata dunia. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah perbendaraan ilmu psikologi sosial tentang fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Dari sekian banyak fenomena yang ada di atas, saya memilih judul “Prasangka Aremania Terhadap Bonekmania”. . 6 LANDASAN TEORI Prasangka sebagai sejenis sikap yang ditujukan kepada suatu keompok tertentu berdasar pada cirri-ciri keanggotaan pada kelompok itu Beck (dalam Hanurawan, 2007). Prasangka sebagai suatu sikap sering kali mengarah pada evaluasi yang negatif Esses, dkk (dalam Hanurawan, 2007). Fenomena keberadaan prasangka pada masa kini muncul dalam bentuk yang lebih kurang nyata dan lebih tidak terstruktur, lebih jelasnya fenomena prasangka pada masa kini lebih bersifat abu-abu atau memiliki bentuk lebih halus, ketimbang fenomena prasangka yang bersifat terbuka pada masa lalu.Fenomena keberadaan prasangka dalam bentuk yang lebih kurang nyata dan lebih tidak terstruktur yang timbul dari diri seseorang merupakan hasil dari emosi negatif tidak sadar (unconscious negatif emotions) yang diarahkan kepada anggota suatu kelompok yang diyakini memiliki karakteristik tertentu, Esses dkk (dalam Hanurawan 2007). Stereotip Menurut Sherif & Sherif (dalam Sobur, 2003) stereotip adalah “kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok teerhadap gambaran tentang kelompok lain berikut anggotaanggotanya. a. Jarak Sosial Deaux (dalam Liliweri, 2005) mengemukakan bahwa jarak sosial merupakan aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukkan tingkat peneriamaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi diantara mereka. . 7 b. Diskriminasi Menurut Zastrow (dalam Liliweri, 2005), diskriminasi adalah faktor yang merusak kerja sama antar manusia maupun komunikasi daiantara mereka. 1) Dimensi-dimensi Diskriminasi Diskriminasi sebagai tindakan dari prasangka sosial meliputi beberapa dimensi antara lain : motivasi, tindakan yang menyatakan diskriminasi, dampak dari tindakan diskriminasi, hubungan antara motivasi dan tindakan diskriminasi, hubungan antara tindakan diskriminasi dan konteks diskriminasi, konteks institusional, konteks masyarakat luas (dalam Liliweri, 2005). 2) Tipe-tipe Diskriminasi Tipe-tipe diskriminasi daiantaranya adalah (dalam Liliweri, 2005): a) Diskriminasi Isolasi yaitu tindakan tak bersahabat yang dilakukan oleh kelompok ras atau etnik dominan kepada kelompok subordinan, tanpa memberi dukungan segera terhadap kepentingan kelompok. Jadi diskriminator malah megusahakan tindakan mengisolasikan individu atau kelompok sasaran. b) Diskriminasi Kelompok Kecil adalah tindakan tak bersahabat dari sejumlah anggota kelompok dominan kepada anggota kelompok subordinasi rasial/etnik jadi diskriminator dan sasara diskriminasi adalah kelompok. c) Diskriminasi Institusional Langsung adalah tindakan tak bersahabat yang terorganisasi dari kelompok dominan dengan tujuan negatif yang berdampak pada kelompok etnik dan ras tertentu. . 8 d) Diskriminasi Institusional Tidak Langsung adalah tindakan tak bersahabat dari kelompok dominan melalui peraturan dan perundang-undangan tertentu yang mengontrol para anggota subordinasi. METODE Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (Hanurawan, 2001; 2012) . Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah (1) observasi, (2) wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Kedua pedoman ini telah diuji oleh ahli yang bersangkutan. Dalam penelitian ini subjek dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuatu dengan tujuan penelitian, yaitu: Subjek telah mengakui bahwa dirinya adalah Aremania, sudah berusia dewasa sehingga dapat dirasa cukup memiliki pengalaman yang banyak sebagai Aremania, bersedia menjadi partisipan penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga subjek penelitian yang pertama diberi inisial DN, subjek penelitian ke dua diberi inisial SN, dan subjek penelitian ke tiga diberi inisial WN.Peneliti memutuskan menggunakan tiga subjek karena peneliti hanya mengenal tiga orang tersebut yang menurut peneliti dapat dipercaya sebagai Aremania sejati, selain itu peneliti memang sangat mengenal ketiga subjek tersebut dan sudah banyak pengalaman yang dialami peneliti dengan ketiga subjek tersebut dalam mendukung Arema kemanapun bertanding. Lokasi penelitian dalam penelitian ini, lokasi penelitian berada di Dusun Kampung Baru Desa Sukowilangun Kecamatan Kalipare kabupaten Malang. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi,, yaitu pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk . 9 keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2009). Berdasarkan penggunaan dimanfaatkan, Denzin (dalam Moleong, 2009) membedakan triangulasi menjadi empat macam, yaitu sumber / informan, metode, dan teori.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber atau informan. Penelitian kali ini menggunakan sumber-sumber atau informan seorang tokoh masyarakat wilayah Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang yang diharapkan bisa menguji kredibilitas data yang diperoleh peneliti karena peneliti menganggap Beliau memahami karakter masyarakat Malang Raya termasuk juga Aremania. Data yang diperoleh dianalisis dengan mengodekan data. Tahap mengodekan data yaitu memberikan tanda atau kode sesuai dengan rumusan pada data yang telah dipilah-pilah dan pengklasifikasian terhadap rumusan kode pada data yang telah dipilah-pilah. Tahap terakhir yaitu tahap penyajian data. HASIL 1. Hasil Observasi a. Subjek penelitian pertama Dari observasi peneiti terhadap subjek pertama DN, peneliti menemukan adanya tindakan prasangka negatif saat peneliti mendatangi rumah DN yang didapati syal Bonekmania yang dijadikan keset di depan rumah DN. DN juga menyanyikan lagu bahwa Bonekmania adalah gembel-gembel Surabaya saat menggendong anaknya yang masih balita. DN juga menunjukan adanya prasangka negative dengan mengenakan kaos hitam yang bergambarkan logo Bonekmania yang disilang merah betuliskan “anti bonek dunia akhirat” hasil kreasinya sendiri. b. Subjek Penelitian Kedua . 10 Peneliti tidak menemukan adanya hal yang menunjukkan prasangka terhadap Bonekmania saat melakukan observasi terhadap subjek penelitian SN. c. Subjek Peneitian Ketiga Peneliti menemukan adanya hal yang menunjukkan prasangka terhadap Bonekmania saat melakukan observasi terhadap subjek penelitian WN ketika peneliti mendapati keponakan WN yang masih balita dididik oleh WN agar mengatakan “COK” yaitu sebuah kata-kata jorok dalam bahasa jawa. Jadi secara reflek keponakan WN akan mengatakan kata-kata “COK” kepada siapapun yang mengatakan kata-kata Bonek. 2. Hasil Wawancara a) Kesimpulan dari Wawancara Subjek penelitian 1 (DN) yaitu : 1) DN sebagai Aremania sejati melakukan prasangka terhadap Bonekmania dengan melakukan sikap yang kurang menyenangkan bagi siapapun yang beratribut Bonekmania, dan menganggap semua Bonekmania itu memiliki sifat yang sama terutama dalam memusuhi Aremania serta kebrutalannya. 2) DN menunjukkan tindakan prasangka stereotip dengan menganggap semua bonek pasti rusuh. 3) DN menunjukkan tindakan prasangka jarak sosial dengan cara menjauhi siapapun yang beratribut Bonekmania. 4) DN menunjukkan tindakan prasangka diskriminasi dengan cara mengajak Aremania maupun dari supporter lain untuk menjauhi Bonekmania karena DN menganggap Bonekmania membawa pengaruh yang sangat buruk bagi masyarakat luas maupun supporter lain. 5) DN tidak menunjukkan tindakan prasangka dimensi-dimensi diskriminasi. . 11 6) Tindakan prasangka tipe diskriminasi isolasi akan muncul apabila ada yang mengenakan atribut Bonekmania di Malang Raya. 7) DN tidak menunjukkan tindakan prasangka tipe diskriminasi kelompok kecil dan tindakan prasangka tipe diskriminasi institusional langsung maupun tak langsung kepada Bonekmania karena Aremania bukanlah organisasi resmi atau institusi. b) Kesimpulan dari Wawancara Subjek penelitian 2 (SN) yaitu : 1) SN sebagai Aremania sejati selalu melakukan prasangka terhadap Bonekmania dengan melakukan sikap yang kurang menyenagkan bagi siapapun yang beratribut Bonekmania, dan menganggap semua Bonekmania itu memiliki sifat yang sama terutama dalam memusuhi Aremania. SN akan siap melayani Bonekmania yang memulai kerusuhan karena Aremania harus bersikap lebih dewasa sehingga tidak boleh memulai kerusuhan, hal tersebut menurut SN dikarenakan semua Bonekmania dianggap SN pikirannya seperti anak-anak. 2) SN menunjukkan tindakan prasangka stereotip dengan menganggap semua bonek pasti rusuh, tidak punya modal, dan SN juga meganggap supporter yang bersahabat dengan Bonekmania pasti memiliki perilaku yang sama dengan Bonekmania. 3) SN menunjukkan tindakan prasangka jarak sosial dengan cara menjauhi siapapun yang beratribut Bonekmania baik dalam pergaulan, pekerjaan, maupun jodoh. 4) SN menunjukkan tindakan prasangka diskriminasi dengan cara mengajak Aremania maupun dari supporter lain untuk menjauhi Bonekmania karena SN menganggap Bonekmania membawa pengaruh yang sangat buruk. SN . 12 melakukan diskriminasi kepada Bonekmania dengan cara menghindar dan tidak mau berkumpul dengan Bonekmania. 5) SN menunjukkan tindakan prasangka dimensi-dimensi diskriminasi bahwa hati nurani masing-masing Aremania lah yang memotivasi setiap diri Aremainia untuk membenci Bonekmania sehingga menurut SN hal tersebut bedampak pada amanya situasi dan tidak ada kerusuhan lagi. 6) SN menunjukkan tindakan prasangka tipe diskriminasi isolasi kepada siapa saja yang mengenakan atribut Bonekmania di Malang Raya 7) SN tidak menunjukkan adanya tindakan prasangka tipe diskriminasi kelompok kecil dantindakan prasangka tipe diskriminasi institusional langsung maupun tak langsung kepada Bonekmania karena Aremania bukanlah organisasi resmi atau institusi. c) Kesimpulan dari Wawancara Subjek penelitian 3 (WN) adalah sebagai berikut: 1) WN sebagai Aremania sejati selalu melakukan prasangka terhadap Bonekmania dengan melakukan sikap yang kurang menyenagkan bagi siapapun yang beratribut Bonekmania, dan menganggap semua Bonekmania itu memiliki sifat yang sama terutama dalam memusuhi Aremania dengan memaki-maki Arema baik di kandang maupun diluar kandang, begitu juga disaat ada event apa saja maka Bonekmania akan selalu memaki-maki bahkan membuat onar dengan Aremania . WN akan siap melayani Bonekmania yang memulai kerusuhan. 2) WN menunjukkan tindakan prasangka stereotip dengan menganggap semua bonek pasti rusuh, tidak punya modal, dan selalu membuat masalah dimanapun mereka berada. Namun WN tidak meganggap supporter yang . 13 bersahabat dengan Bonekmania pasti memiliki perilaku yang sama dengan Bonekmania juga. 3) WN menunjukkan tindakan prasangka jarak sosial dengan cara menjauhi siapapun yang beratribut Bonekmania sampai ke anak cucu WN. 4) WN menunjukkan tindakan prasangka diskriminasi dengan cara mengajak Aremania maupun dari supporter lain untuk menjauhi Bonekmania dengan cara sering-sering mengadakan kegiatan yang juga banyak membahas pengaruh buruk dari Bonekmania. Menurut WN Bonekmania membawa pengaruh yang sangat buruk bagi masyarakat luas seperti supporter-suporter lain yang bersahabat dengan Bonek pasti tertular virus rusuh dari Bonekmania dan melakukan hal-hal yang sama dengan apa yang dilakukan Boenakmania.. 5) WN menunjukkan tindakan prasangka dimensi-dimensi diskriminasi bahwa Aremania-Aremania yang lainlah yang memotivasi setiap diri Aremainia untuk membenci Bonekmania karena Bonek tidak memilki itikad baik dengan Aremania. WN mengharap dengan motivasi tersebut Aremania semakin kompak dalam mencapai suatu tujuan yaitu membantu merubah citra buruk Bonekmania. 6) WN tidak menunjukkan adanya tindakan prasangka tipe diskriminasi isolasi dengan syarat tidak ada juga yang mengenakan atribut Bonekmania di Malang Raya, tindakan prasangka tipe diskriminasi kelompok kecil dan tindakan prasangka tipe diskriminasi institusional langsung maupun tak langsung kepada Bonekmania karena Aremania bukanlah organisasi resmi atau institusi. DISKUSI . 14 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti, diketahui bahwa subjek penelitian DN telah melakukan prasangka terhadap Bonekmania.Menurut Harding dkk (dalam Sobur, 2005), prasangka adalah sebagai sikap yang tidak toleran, tidak fair, atau tidak favourable (menyenangkan) terhadap sekelompok orang. Prasangka sebagai sejenis sikap yang ditujukan kepada suatu keompok tertentu berdasar pada ciriciri keanggotaan pada kelompok itu Beck (dalam Hanurawan, 2007). Prasangka sebagai suatu sikap sering kali mengarah pada evaluasi yang negatif Esses (dalam Hanurawan, 2007). DN mengungkapkan prasangka terhadap Bonekmania yang mungkin menurutnya supporter-suporter lain juga memiliki pandangan yang sama mengenai Bonekmania dan perilakunya yang sangat meresahkan warga: “Kalau pendapat sih sama seperti kebanyakan supporter-suporter lain, lihat saja di tivi itu bonek kan selalu rusuh malakmalak gitu”. (Pratama, wawancara P tanggal 11 November 2012). Ungkapan tersebut sesuai dengan observasi peneliti terhadap DN ketika ronda malam di depan rumah Kepala Desa yang didapati DN mengenakan kaos hitam bergambarkan logo Bonekmania yang disilang merah betuliskan “anti bonek dunia akhirat” hasil kreasinya sendiri. (Pratama, Observasi Jumat, 9 November 2012). SN mengungkapkan prasangka terhadap Bonekmania yang mungkin menurutnya Bonekmania dan perilakunya yang sangat meresahkan warga sehingga harus diadakan revolusi pada tubuh Bonek dan penggantian nama Bonek sebagai usaha untuk menghilangkan citra buruk warga Surabaya “Bonekmania itu selalu bikin onar dan harus dimusnahkan diganti saja namanya Bonekmania itu dan diganti nama menjadi Green Force” (Pratama, wawancara Pa Minggu 18 November 2012) WN mengungkapkan prasangka yang agak pedas terhadap Bonekmania yang mungkin menurutnya Bonekmania dan perilakunya yang sangat meresahkan warga, WN . 15 juga menganggap Bonek memiliki fanatime yang terlalu berlebihan dalam mendukung Persebaya ditambahkan lagi oleh WN bahwa Bonek memiliki pemikiran yang primitif “Menurut saya Bonekmania itu ya terlalu brutal, fanatiknya berlebihan, semuanya terlalu primitive, Bonek J****K itu hehehehe…..”(Pratama, wawancara Pa Kamis 22 November 2012). Hasil wawancara peneliti kepada DN, peneliti menemukan tindakan stereotip yang dilakukan DN terhadap Bonekmania. Menurut Lippman (dalam Sobur, 2003:390), stereotip adalah gambar-gambar dalam pikiran yang menyaring berita-berita, mempengaruhi apa yang oleh seseorang, atau mempengaruhi cara seseorang memandang sesuatu. Adanya prasangka sosial bergandengan pula dengan stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan lain yang bercorak negatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa stereotip adalah suatu suatu kecederungan dari seseorang atau kelompok orang untuk menampilkan gambar atau gagasan yang keliru (false idea) mengenai sekelompok orang lainnya. Tindakan stereotip dari DN dalam menggambarkan sifat dan gambaran Bonekmania yang negatif saat wawancara dengan peneliti “Kalau menurut aku ya Bonek itu ya pasti rusuh, namanya aja bondo nekat” (Pratama, wawancara Sa Minggu 11 November 2012) Tindakan stereotip dari SN dalam menggambarkan sifat dan gambaran Bonekmania yang negative saat bertemu Aremania “Ya semuanya kan bisa lihat tidak tahu dikandang apa lagi dikandang lawan selalu buat onar” (Pratama, wawancara Sa Minggu 18 November 2012) Tindakan stereotip dari WN dalam menggambarkan sifat dan gambaran bagi setiap Bonekmania yang negative “Ya selalu rusuh setiap ada event juga dia selalu bikin masalah dan kerusuhan makan gak bayar, minum gak bayar, pokoknya semuanya itu bikin rusuh itu Bonek J****K”. (Pratama, wawancara Sa Kamis 22 November 2012) . 16 Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap subjek DN peneliti menemukan tindakan yang mencerminkan adanya jarak sosial terhadap Bonekmania saat DN di beri pertanyaan oleh peneliti apakah DN anti Bonek selamanya?“Ya iya lah, lha wong saya Aremania kok” (Pratama, wawancara JSa Minggu 11 November 2012)”. SN mengungkapkan bahwa Ia akan membenci Bonek selamanya “Anti Bonekmania selamanya sampek matek (sampai mati)” (Pratama, wawancara JSa Minggu 18 November 2012). WN mengungkapkan bahwa Ia akan membenci Bonek selamanya bahkan tidak tanggung-tanggung sampai ke anak cucu WN “Ya anti Bonekmania selamanya sampai anak dan cucu saya”. (Pratama, wawancara JSa Kamis 22 November 2012) Menurut Zastrow (1989), diskriminasi adalah faktor yang merusak kerja sama antar manusia maupun komunikasi daiantara mereka. Doob (1985) mengetakan bahwa diskriminasi merupakan perilaku yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok lain yang berusaha menguasai, memiliki, atau mendapatkan sumberdaya. Seperti halnya konflik Aremania dengan Bonekmania yang selalu berusaha menguasai elemen suorter di Liga Indonesia. Aremania selalu memojokkan Bonek karena memang kelakuan Bonek yang sering menimbulkan fenomena yang meresahkan masyarakat sehingga diskriminasi terhadap Bonekmania akan banyak bermunculan terutama dari DN yang merupakan salah satu pendukung dari kubu Aremania yang memang musuh bebuyutan Bonek “Ya karena pengaruhnya kan berdampak buruk sekali soalnya gak usah dijelasin kan semua suadah tau tentang bonek” (Pratama, wawancara Db Minggu 11 November 2012) SN menjelaskan alasan perlunya mencegah Aremania ataupun supporter lain agar tidak terpengaruh dengan Bonek karena Bonek adalah contoh yang tidak baik “Iya karena Bonekmania tidak pantas dicontoh” (Pratama, wawancara Db Minggu 18 November 2012). Dari hasil wawancara peneliti terhadap subjek WN, ditemukan tindakan yang mencerminkan ajakan untuk mendiskriminasi Bonekmania “Ya tentu itu kalau memang . 17 dia memusuhi Arema dan memusuhi teman saya biarpun dari supporter lain”. (Pratama, wawancara Da Kamis 22 November 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian menunjukkan adanya prasangka negatif terhadap Bonekmania dengan bersikap kurang bersahabat bila bertemu dengan bonekmania. Prasangka yang dilakukan ketiga subjek penelitian dilatar belakangi oleh adanya sejarah permusuhan yang telah berlangsung lama diantara masyarakat Malang dan Surabaya, selain itu ketiga subjek merasa Bonekmania selalu memupuk permusuhan dengan cara memicu bentrokan saat Aremania tour ke luar kota dalam mendukung kesebelasan Arema bertanding di luar kandang. Subjek menunjukkan adanya tindakan strereotip dengan mengganggap semua Bonekmania memiliki perilaku yang sama yaitu brutal serta tidak memiliki modal uang dan hanyalah modal nekat, subjek menunjukkan adanya tindakan diskriminasi dengan cara memusuhi siapa saja yang mengenakan atribut Bonekmania, subjek menunjukkan adanya tindakan jarak sosial dengan menjaga jarak dalam bergaul, bekerja, dan memilih jodoh selama ada atribut Bonekmania. Berikut ini adalah saran penelitian: Bagi Subjek Penelitian. Subjek penelitian sebagai Aremania sejati dapat bersikap lebih dewasa dalam memnghadapi musuh bebuyutannya yaitu Bonekmania, sehingga dengan kesabaran dan kedewasaan dari Aremania diharapkan suatu saat mampu menemukan perdamaian antara Bonekmania dan Aremania supaya tidak ada lagi rivalitas antara Malang-Surabaya. Subjek penelitian diharapkan bersedia menghentikan prasangka terhadap Bonekmania sebagai wujud menularkan virus damai kepada Bonekmania maupun supporter lain. Subjek penelitian juga . 18 diharapkan tidak bosan dalam menularkan virus perdamaian baik kepada sesama Aremania maupun supporter lain demi melancarkan Pentas Liga Indonesia dan menghapus citra buruk kebrutalan supporter Indonesia di mata masyarakat Indonesia bahkan Dunia sekalipun. Bagi Bonekmania Saran bagi Bonekmania hendaknya tidak usah malu untuk belajar dari supporter lain yang lebih patut dijadikan contoh demi merubah citra Bonekmania selama ini yang kurang baik di mata masyarakat Indonesia. Bonekmania diharapkan mampu berfikir lebih dewasa dalam mengendalikan emosi, sehingga tidak ada istilah Bondo nekat tapi dirubah menjadi Bondo dan Nekat. Bagi Aremania. Saran bagi Aremania agar menghentikan prasangka terhadap Bonekmania sebagai wujud dari kedewasaan Aremania yang pernah menjadi supporter terbaik di Indonesia.Aremania diharapkan mampu menjadi pelopor terciptanya perdamaian di sepak bola sehingga tidak ada lagi keresahan yang dialami warga Indonesia akibat kebrutalan pendukung sepak bola Nasional. Bagi Sarjana Psikologi Saran bagi Sarjana Psikologi agar bersama-sama psikolog, elemen masyarakat, aparat keamanan, serta kedua belah kubu sebagai pelaku konflik bersedia dan mampu menemukan pemecahan masalah permusuhan antara Aremania dengan Bonekmania yang hingga saat ini belum menemukan kata damai. Peneliti selanjutnya Saran bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat mengambil lebih banyak subjek penelitian dengan aspek yang berbeda seperti agresi, fanatisme, bahkan aspek dari pasangka yang lainnya selain Wujud Dari Tindakan prasangka pada supporter sepak Bola di Indonesia, sehingga diharapkan dapat menemukan solusi untuk menciptakan perdamaian di sepak bola . 19 Nasional seperti di Liga Eropa yang antar suporternya dapat duduk berdampingan pagar pembatas dan tanpa memiliki rasa khawatir . 20 DAFTAR RUJUKAN Djuraid, Husnun. 2007. Arema 3 Tahun Juara. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hanurawan, Fattah,.Thalib, Syamsul Bachri,.Partino, Nugroho, Eko,.Sudarmanta, Anton,.Kartowagiran,.Badrun,.Diponegoro,.Ahmad Muhammad,.Gamayanti,.Laksmi Indria. 2001. Kontroversi Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Hanurawan, Fattah. 2007, Pengantar Psikologi Sosial.Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Hanurawan, Fattah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu Psikologi. Malang Juned. 2011. Sejarah Aremania, (online), (http://junedoyisam.wordpress.com/2011/04/11/sejarah-aremania/). diakses).diakses Selasa, 11 Desember 2012. Liliweri, Alo. 2005. Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.Yogyakarta : LKIS Yogyakarata. Moleong J Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung : CV Pustaka Setia.