PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING TERHADAP SIFAT FISIK, KANDUNGAN N-TOTAL TANAH ALUVIAL DAN HASIL TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum Annum L) GIVING EFFECT OF VERMICOMPOST ORGANIC FERTILIZER FOR PHYSICAL CHARACTERISTIC, CONTENT ALLUVIAL N-TOTAL LAND AND RESULTS OF CHILI PLANTS (Capsicum Annum L) Sulastri1, Junaidi2 dan Asadi2 ABSTRACT Alluvial soil called silt, parent material derived from alluvial soil and koluvial a wide range of origin. Soil reaction varies greatly from acidic, neutral to alkaline. In West Borneo (Kalbar) in Indonesia spread alluvial soil found in Java, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Bali, West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara with area 12,749,000 hectares. Alluvial potential for the expansion of the cultivation of pepper plants. Utilization of alluvial soil for agriculture faced with some constraints of physical and chemical properties. Constraints soil physical properties that are less well with the structure poorly coagulating porosity, low permeability. Besides the content of macro and micro elements that do not meet the needs of low plants. This research aims to study the influence of vermicompost organic fertilizers on soil physical properties of alluvial soil and great chili crop, and to find the optimal dose of vermicompost on alluvial soil physical properties and yield great chili. This research used Completely Randomized Design (CRD) 1 factor, consists of 7 levels vermicompost dose repeated 4 times. k0; 0ton/ha, k1; 12ton/ha, k2; 24ton/ha, k3; 36ton/ha, k4; 48ton/ha, k5; 60ton/ha, k6; 72ton/ha. Overall there are 28 experimental units. The variables measured were soil bulk density, soil water content, porosity, soil aggregate stability, soil N-total, the number of fruit crops, and heavy crop of fresh fruit. Based on the results of the study show that organic fertilizer vermicompost not significant effect on soil bulk density, field moisture content, soil porosity, soil aggregate, Ntotal land, planting fresh fruit weight, and the only significant effect on the amount of fruit crops. In the treatment of suspected k6 for nutrient uptake by plants sufficient. So that the water content increases and support the development of roots besides many flowers before the fruit so the fruit is formed more. Keywords: Kascing, Large Retailers, Alluvial Soil. 1 ABSTRAK Tanah aluvial disebut juga tanah endapan, bahan induknya berasal dari tanah aluvial dan koluvial yang berbagai macam asalnya. Reaksi tanah sangat bervariasi dari masam, netral sampai basa. Di Kalimantan Barat (Kalbar) penyebaran tanah aluvial di indonesia terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar. Tanah aluvial berpotensi untuk perluasan areal budidaya tanaman cabai besar. Pemanfaatan tanah aluvial sebagai lahan pertanian dihadapkan pada beberapa kendala sifat fisik maupun kimia. Kendala-kendala sifat fisik tanah yang kurang baik dengan struktur yang mengumpal porositas kurang baik, permeabilitas yang rendah. Selain itu kandungan unsur mikro dan makro rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk organik kascing terhadap sifat fisik tanah aluvial dan hasil tanaman cabai besar, dan untuk mencari dosis kascing yang optimal terhadap sifat fisik tanah aluvial dan hasil tanaman cabai besar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor, terdiri dari 7 level dosis kascing yang diulang sebanyak 4 kali. k0;0ton/ha, k1;12ton/ha, k2;24ton/ha, k3;36ton/ha, k4;48ton/ha, k5;60ton/ha, k6;72ton/ha. Secara keseluruhan terdapat 28 satuan percobaan. Variabel yang diamati adalah bobot isi tanah, kadar air tanah, porositas, kemantapan agregat tanah, N-total tanah, jumlah buah pertanaman, dan berat buah segar pertanaman. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kascing berpengaruh tidak nyata terhadap bobot isi tanah, kadar air lapang, porositas tanah, agregat tanah, N- total tanah, berat buah segar pertanaman, dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Pada perlakuan k6 diduga karena serapan unsur hara oleh tanaman mencukupi. Sehingga kandungan air meningkat dan menunjang perkembangan akar selain itu banyaknya bunga yang sebelum menjadi buah sehingga buah yang terbentuk lebih banyak. Kata kunci : Kascing, Cabai Besar, Tanah Aluvial. 2 PENDAHULUAN Cabai besar (Capsicum annum L) merupakan tanaman hortikultura yang banyak diminati dan banyak di senangi masyarakat. Cabai yang masih muda banyak digunakan sebagai bahan sayuran, sedangkan yang sudah tua digunakan sebagai bahan bumbu masakan penambah selera nafsu makan serta untuk hiasan dalam menghidangkan makanan, bahan pewarna dan pembuat saos. Kandungan gizi per 100g buah cabai segar 7.3g karbohidrat, 0.03g lemak, 1,01g protein, 4.70g vitamin A dan 18g Vitamin C (Setiadi, 1990:10). Usaha yang dapat di lakukan untuk meningkatkan produksi cabai besar ini antara lain penggunaan benih varietas unggul, penerapan teknologi budaya yang tepat, pemupukan yang secara berimbang dan selalu menggunakan bahan organik merupakan terobosan baru. Untuk meningkatkan produksi tanaman cabai besar, varietas Arimbi yang merupakan salah satu varietas cabai hibrida yang menjanjikan dan sangat tepat untuk digunakan (Nawangsih, Imdad dan Wahyudi 1998 : 13). Di Kalimantan Barat (Kalbar) salah satunya adalah melalui peningkatan hasil persatuan luas areal pertanaman yaitu dengan peningkatan usaha pertanian pada tanah-tanah yang potensial. Salah satu jenis tanah dapat dimanfaatkan adalah tanah aluvial. Penyebaran Aluvial di Indonesia terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000hektar (Munir, 1996). Luas tanah Aluvial di Kalimantan Barat cukup luas yaitu 7,370 km2 atau 6,7 % dari luas keseluruhan tanah di Kalimantan Barat (Badan Pusat Statistik, 2008). Tanah aluvial disebut juga tanah endapan, bahan induknya berasal dari tanah aluvial dan koluvial yang berbagai macam asalnya. Reaksi tanah sangat bervariasi dari masam, netral sampai basa. Pemanfaatan tanah aluvial sebagai lahan pertanian dihadapkan pada beberapa kendala sifat fisik, maupun kimia untuk itu diperlukan adanya suatu imbangan antara penggunaan bahan organik dan pupuk anorganik. Sumber bahan organik yang saat ini cukup potensial dijadikan sebagai pupuk organik selain pupuk kandang dan kompos adalah kascing. Pengaruh Pemberian kascing pada sifat fisik tanah untuk memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Di samping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro serta meningkatkan pH pada tanah masam (Kartini, 2005). Permasalah yang dihadapi dalam kaitannya dengan tanaman cabai besar adalah upaya meningkatkan produksi tanaman, dimana untuk mencapai hasil tanaman cabai besar yang optimal diperlukan kandungan unsur hara yang seimbang dan tersedia di dalam tanah guna 3 menunjang kebutuhan tanaman. Kendala - kendala sifat fisik tanah yang kurang baik dengan struktur yang mengumpal, porositas kurang baik, permeabilitas yang rendah. Selain itu kandungan unsur mikro dan makro rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan tanaman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan dan produksi cabai tidak optimal, karena tanaman ini memerlukan tanah yang subur dan gembur. Pupuk organik kascing merupakan salah satu jenis pupuk organik yaitu pupuk organik yang dibuat dengan stimulator cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kotoran cacing (kascing) yang menjadi kompos merupakan pupuk organik yang sangat baik bagi tumbuhan, karena mudah diserap dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Ashari, 1995). Penggunaan kascing merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sifat fisik tanah meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bertujuan untuk: Mempelajari pengaruh pupuk organik kascing terhadap sifat fisik tanah aluvial dan hasil tanaman cabai besar, Untuk mencari dosis kascing yang optimal terhadap sifat fisik tanah aluvial dan hasil tanaman cabai besar. Kascing merupakan pupuk organik plus yang berasal dari kotoran cacing tanah yang kaya akan unsur hara nitrogen (N), fospor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) serta hormon tumbuh seperti auksin, sitokinin dan giberillin yang sangat di butuhkan tanaman (Radian, 1996 : 6). Kascing dapat menetralkan pH tanah yang terlalu masam, hal ini disebabkan karena unsur-unsur hara yang melewati pencernaan cacing tanah di netralkan oleh Ca-humate yang merupakan hasil sekresi kelenjar kalseferus Purnomoratri (1998 : 7 - 8). Rismunandar (1984 : 50 - 51) menyatakan bahwa salah satu bakteri yang terdapat di dalam kascing adalah Azotokbakter yang merupakan bakteri penambat N2 nonsimbiotik akan membantu memperkaya nitrogen di dalam kascing, selain itu kascing juga dapat meningkatkan populasi mikroflora di dalam tanah. Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Beberapa keunggulan kascing adalah menyediakan hara nitrogen (N), fospor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dalam jumlah yang seimbang dan tersedia, meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan kemampuan tanah, menyediakan hormon pertumbuhan tanaman, menekan resiko akibat infeksi patogen, sinergis dengan organisme lain yang menguntungkan tanaman serta sebagai penyangga pengaruh negatif tanah (Sutanto, 2002). 4 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan di lingkungan kampus Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Jl.Jendral A.Yani Pontianak. Waktu yang diperlukan adalah selama ± 4 bulan, dimulai dari bulan Pebuari sampai Juni 2012. Bahan yang digunakan terdiri dari : Benih cabai besar, Tanah aluvial, Kompos Kascing, Kapur dolomit (CaMg(Co3)2, Pupuk Urea, SP-36 dan KCl yang di berikan sebagai pupuk dasar, polybag berwarna hitam berukuran 40 x 50 cm. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor, terdiri dari 7 level dosis kascing yang diulang sebanyak 4 kali. Secara keseluruhan terdapat 28 Satuan percobaan ; k0: 0ton/ha, k1: 12ton/ha, k2: 24ton/ha, k3: 36ton/ha, k4: 48ton/ha, k5: 60ton/ha, k6: 72ton/ha. Pelaksanaan penelitian adalah : Pembuatan Rumah Plastik Pembuatan rumah plastik dengan ukuran 4m x 3m dengan tinggi naungan 4m, atap yang digunakan adalah plastik transparan. Persiapan Media Tanam Tanah aluvial yang digunakan dalam penelitian ini diambil pada kedalaman 0-20cm, kemudian di bersihkan dari akar, serasah, dan kotoran. Setelah itu ayak dengan ayakan kasa berukuran 0,4 x 0,4cm dan dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 10kg dalam kering udara. Campuran media tadi dimasukkan kedalam gelas aqua. Kemudian disiram dan benih ditanam masing-masing satu dalam gelas aqua. Penyiraman terhadap semaian dilakukan pagi dan sore hari atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Media persamaian diletakkan di tempat terlindung dari sinar matahari langsung. Lamanya persemaian atau pembibitan ± 30 hari atau sudah terdapat 4 helai daun sempurna. Persemaian Benih Cabai Besar Biji yang digunakan sebagai benih diseleksi dengan cara dipilih tidak keriput dan permukaan kulitnya bersih. Kemudian direndam dalam atonik selama 15 menit. Biji-biji yang tenggelam digunakan sebagai benih. Sebelumnya terlebih dahulu dipersiapkan media persemaian yang terdiri dari campuran tanah aluvial, pasir dan pupuk organik kascing dengan perbandingan 1:1:1. Tanah aluvial dan pupuk organik kascing diayak. Pemberian pupuk kascing 5 Pemberian kompos kascing dengan cara mencampurkan kompos kascing dengan tanah sesuai dosis yang di perlukan dan di inkubasi selama dua minggu. Pemupukan Pemberian pupuk dasar SP-36 (1g) dilakukan satu minggu sebelum tanam sedangkan pemberian KCl (0,5g) pada saat tanam dengan cara di tugal. Pengapuran Pengapuran dilakukan bersamaan dengan persiapan media tanam dengan cara mencampur tanah dengan kapur sebanyak 7,34g/polybag dan diinkubasi selama dua minggu pada kondisi kapasitas lapang. Penanaman Bibit dipindahkan ke dalam polybag berukuran 40 × 50cm setelah berumur 17-23 hari. Waktu penanaman bibit dilakukan pada sore hari. Pemeliharaan tanaman Dilakukan pada pagi dan sore hari atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika terdapat serangan atau terdapat gelaja-gejala serangan penyakit ataupun hama, pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang. Pemanenan Tanaman cabai sudah dapat dipanen pada waktu tanaman berumur 90 hari dengan interval panen 2 hari sekali. Pemanenan dilakukan apabila telah ada buah cabai yang masak 85 - 90% buah berwarna merah atau seluruh bagian buah berwarna merah, pemanenan dilakukan sampai ± 8 kali panen. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot isi tanah, kadar air tanah, porositas tanah, kemantapan agregat tanah, N-total tanah, jumlah buah pertanaman, berat buah segar pertanaman. Selain itu dilakukan pula pengamatan lingkungan meliputi, suhu udara, kelembaban dan hama serta penyakit tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat fisik Hasil analisis keragaman tabel 1 di bawah menunjukkan bahwa dari semua variabel sifat fisik tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tabel 1. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Kascing Terhadap Semua Variabel Pengamatan. 6 Ko K1 K2 K3 K4 K5 K6 Nilai Anova Bobot Isi Tanah (g/cm) Kadar Air Tanah (%vol) Porosi tas Tanah (%vo) 0.98 1.02 0.92 0.93 0.99 1.04 1.05 0.99 tn 22.58 24.45 22.28 23.31 25.23 22.5 22.29 23.23 tn 58.59 55.71 59.88 58.48 56.16 54.04 56.9 57.1 tn Keman tapan Agregat Tanah (%) 100 97.5 100 100 95 100 100 98.93 tn 120 Bobot Isi Tanah (g/cm) 100 Nilai sifat fisik Perla kuan 80 Kadar Air Tanah (%vol) 60 Porosi tas Tanah (%) 40 20 0 Ko K1 K2 K3 K4 K5 K6 dosis perlakuan Keman tapan Agregat Tanah (%) Gambar 1. Grafik sifat fisik tanah dan berbagai tingkat dosis pemberian pupuk organik kascing terhadap semua variabel sifat fisik tanah (ko= 0g/polybag; k1=60g/polybag ;k2=120g/polybag; k3=180g/polg; k4=200g/polybag; k5=300g/polyba; k6=360g/polybag). Dari gambar 1 grafik sifat fisik tanah dapat diketahui analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot isi tanah. Bobot isi tanah akhir penelitian berkisar dari 0,92 – 1,05 meningkat dari bobot isi tanah awal yaitu 0,93-1,03. Bobot isi tanah adalah perbandingan antara massa tanah dengan kerapatan atau volume partikel ditambah dengan ruang pori diantaranya (Hardjowigeno, 1995 : 52). Bahan organik dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah, mendukung pertumbuhan mikroba dalam tanah yang membantu proses dekomposisi sehingga memperbaiki keadaan partikel-partikel tanah (Sarief 1986). Hal ini diduga disebabkan karena penyiraman tanah yang dilakukan secara rutin setiap pagi dan sore mengakibatkan pemadatan tanah, Sehingga bobot isi tanah meningkat. Meningkatnya bobot isi tanah dapat menyebabkan ruang pori menurun sehingga aerasi tanah terhambat. Analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik kascing tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tanah, kadar air tanah pada akhir penelitian berkisar dari 22,28 – 25,23 meningkat dari kadar air tanah awal. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik (Islami dan Utomo, 1995 : 63). Pupuk organik kascing dalam tanah berperan untuk meningkatkan pori-pori makro di dalam tanah. Dimana pori makro ditempati oleh udara dan pori-pori mikro ditempati oleh cairan (Poerwowidodo,1991:38). Tanah yang porous akan mampu mengikat air jadi dengan tingginya dosis pupuk organik kascing yang diberikan maka kandungan bahan organik bertambah dan kadar air tanah meningkat. Tanah yang mempunyai tekstur halus dengan luas permukaan per satuan berat lebih besar, akan mampu menahan air lebih banyak dan lebih 7 kuat dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Hal ini terjadi karena tanah bertekstur halus mengandung lebih banyak partikel yang berukuran koloid. Analisis keragaman pemberian pupuk organik kascing tidak berpengaruh nyata terhadap porositas tanah, porositas tanah pada akhir penelitian berkisar dari 54,04-59,88 meningkat dari porositas tanah awal yaitu 54,63-84,66 porositas cenderung meningkat hal ini disebabkan pupuk organik kascing dapat membentuk struktur tanah yang lebih mantap sehingga mampu menurunkan pemadatan tanah. porositas akan menyebabkan meningkatnya nilai bobot isi sehingga menyebabkan makin rendahnya nilai kerapatan jenis dan semakin kecil nilai ruang pori totalnya (Noor 2000). Rendahnya porositas tanah pada perlakuan k5 disebabkan karena bobot isi tanah masih tinggi. Dengan tingginya bobot isi tanah maka porositas tanah rendah, sedangkan pada perlakuan ko, k2 dan k3 pemberian pupuk organik kascing dapat memberikan peningkatan porositas tanah melalui perubahan stuktur tanah dari yang padat menjadi remah sehingga mampu menyediakan ruang pori mikro secara merata di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik dan nilai bobot isi tanah yang tinggi. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik struktur tanah dan tekstur tanah semakin tinggi kandungan bahan organik didalam tanah semakin tinggi juga persentase porositas tanah (Hardjowigeno 1993). Analisis keragaman pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap agregat tanah pada akhir penelitian berkisar 95 - 100, Diduga disebabkan karena kandungan bahan organik tanah pada setiap perlakuan hampir sama. Bahan organik dalam jumlah yang banyak merupakan pengikat terbesar dalam mendorong pembentukan agregat. Selain itu adanya pertukaran ion dari koloid liat menjadi koloid bahan organik yang menyebabkan terjadinya flokulasi sehingga agregat tanah menjadi mantap (Khonke, 1968 : 134). B. Sifat kimia Hasil analisis keragaman tabel 2 dibawah menunjukkan N-total tanah tidak memberikan pengaruh nyata. 8 Perlakuan Ko K1 K2 K3 K4 K5 K6 Nilai Anova N- Total Tanah (%) 0.27 0.35 0.38 0.38 0.35 0.38 0.35 0.35 tn Dari tabel 2 dapat diketahui Nilai N-Total tanah Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Kascing Terhadap N-Total Tanah. 0.4 0.3 0.2 0.1 0 N- Total Tanah (%) ko K1 K2 K3 K4 K5 K6 dosis perlakuan Gambar 2. Grafik N-Total tanah setelah inkubasi dan berbagai tingkat dosis pemberian pupuk organik kascing terhadap N-total (ko=0g/polybag; k1=60g/polybag; k2=120g/polybag; k3=180g/polg; k4=20g/polybag; k5=300g/polyba; k6=360g/polybag). analisis keragaman pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap N-total tanah, N-total dalam tanah pada akhir penelitian berkisar dari 0,27-0,38 nitrogen (N) merupakan salah satu unsur yang banyak mendapat perhatian karena sifat nitrogen yang mobil sehingga mudah tercuci di bawah permukaan akar dan mudah hilang ke atmosfir menyebabkan nitrogen sedikit tersedia bagi tanaman. Rendahnya ketersediaan unsur hara nitrogen dikarenakan kandungan bahan organik pada tanah aluvial tergolong rendah. Ketersediaan unsur hara nitrogen pada tanah alluvial, pada umumnya berada dalam keadaan kurang tersedia bagi tanaman cabai sehingga unsur hara nitrogen belum tersedia di dalam tanah (Hakim, dkk 1986 : 241). Bahan organik yang memiliki nitrogen rasio lebih kecil telah terjadi pelepasan nitrogen dari bahan organik akibat proses dekomposisi terhadap lingkungan misalnya suhu. C. Hasil tanaman Hasil analisis keragaman tabel 3 menunjukkan bahwa hasil produksi tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah pertanaman. 9 Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Kascing Terhadap Hasil Produksi Tanaman. Ko K1 K2 K3 K4 K5 K6 Nilai Anova Jumlah Buah Pertanaman (Buah) 7.5 8.5 9 9.5 8.75 9.5 11 9.10 * Berat Buah Pertanaman (g) 84.22 92.51 77.85 73.81 83.33 85.26 97.75 84.96 tn 120 100 80 60 40 20 0 Nilai hasil produksi Perlakuan jumlah buah pertanaman berat buah pertanaman ko k1 k2 k3 k4 k5 k6 dosis perlakuan Gambar 3. Grafik produksi hasil tanaman dan berbagai tingkat dosis pemberian pupuk organik kascing terhadap produksi hasil semua tanaman ( k0= 0g/polybag; k1= 60g/ polybag; k2= 120g/polybag; k3= 180g/polybag; k4= 240g/polybag; k5= 300g/polybag;k6=360g/polybag) Gambar 3. Hasil Tanaman Cabai Besar Dari gambar 3 dapat diketahui analisis keragaman terhadap pemberian pupuk organik kascing memberian pengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dilakukan dengan cara menjumlahkan buah dari panen pertama sampai panen terakhir setiap tanaman (6 kali panen). Jumlah buah per tanaman berkisar dari 7,5-11buah bahwa perlakuan k6 berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan kecuali pada taraf perlakuan ko dan perlakuan ko tidak berpengaruh nyata. Pemberian pupuk organik kascing pada perlakuan k6 merupakan perlakuan yang terbaik, karena unsur hara P dan K lebih tinggi sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman cabai untuk melakukan metabolisme dengan lancar sehingga dapat meningkatkan jumlah buah per tanaman. Ketersediaan unsur hara dapat meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan oleh tanaman karena unsur hara mineral terutama nitrogen berperan penting dalam komponen utama pembentukan jumlah buah per tanaman (Tidsale dan Nelson, 1975:71). Pada perlakuan k1 merupakan perlakuan yang memiliki jumlah buah tanaman yang paling rendah. Hal ini diduga pada perlakuan tersebut terjadi penurunan kandungan unsur P merupakan memacu pertumbuhan akar dan K yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rendah baik pada jumlah buah maupun berat buah tanaman kandungan K lebih rendah dari kascing. Tanaman mengabsorpsi unsur hara di dalam tanah dalam bentuk ion baik kation maupun anion yang terdapat disekitar akar dan berada dalam bentuk yang 10 tersedia yaitu unsur hara yang diadsorpsi pada permukaan koloid dan garam yang larut dalam larutan tanah (Hakim, dkk, 1986 : 230). Tanaman dapat mengadsorpsi unsur hara baik melalui akar, batang, maupun daun. Selain itu faktor lingkungan yaitu suhu juga mempengaruhi pembentukan buah apabila suhu berada pada kisaran optimum maka proses fisiologis yang berlangsung dalam tanaman akan hancur. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan suplai unsur hara terhambat dan transfirasi tinggi, sedangkan pembentukkan buah memerlukan unsur hara yang cukup selain itu suhu yang tinggi akan mengakibatkan banyaknya bunga yang rontok, sebelum menjadi buah sehingga buah yang terbentuk sedikit dan dengan sendirinya akan lebih banyak unsur hara yang di serap oleh tanaman. Analisis keragaman menunjukkan pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah pertanaman (buah/ tanaman), diduga bahwa nilai berat buah per tanaman yang paling tinggi terdapat pada perlakuan k6 yaitu 97,75g sedangkan nilai yang terendah yaitu pada perlakuan k3 yaitu 73,81g masih tegolong rendah. Jadi dapat disimpulkan perlakuan yang diberikan pada tanaman cabai tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil yang diperoleh. Perubahan kondisi sifat fisik yang dipengaruhi adalah tekstur, struktur, bobot isi tanah, kadar air tanah, porositas tanah serta kemantapan agregat tanah. Ketersediaan air sangat menentukan baik atau tidaknya perkembangan akar tanaman dalam tanah. Tanah yang mengalami pemadatan akan meningkatkan nilai bobot isi dan kadar air, serta penurunan pada porositas tanah dan kemantapan agregat sehingga menyebabkan tanah sukar ditembus oleh akar tanaman. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan. Pemberian pupuk organik kascing berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman (g). Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah, kadar air tanah vol, porositas, kemantapan agregat tanah, nitrogen (N) total tanah, dan berat buah segar per tanaman. Pengaruh jumlah buah per tanaman perlakuan yang baik di dapatkan pada perlakuan k6 dengan nilai rerata 11buah/tanaman. SARAN Pada awal penelitian bobot isi tanah harus di sesuaikan dengan bobot isi tanah pada waktu pengukuran di lapangan, dan selama pemeliharaan tanaman harus berhati-hati terhadap perubahan struktur tanah yang berakibat terjadinya pemadatan pada saat penyiraman. 11 DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek budidaya, Penebar Swadaya. Jakarta. Badan Pusat statistik Kalimantan Barat. 2008. Kalimantan Batar dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. Pontianak. Hakim, N.J. Nyakpa,A.M. Lubis, M.A. Lubis, M.A. Palung, G.H.Amran. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Badan Kerja Ilmu Tanah: Indonesia. Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta. Islami,T dan Utomo W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Press. Semarang. Kartini, N.L. 2005. Pupuk Kascing Kurangi Pencemaran Lingkungan. http:// kascing. com/news/2005/5/pupuk - kascing - kurangi - pencemaran lingkungan. Diakses tanggal 16 Desember 2008. Khonke, Hemult, 1968, Soil physic, Tata Megaw Hill Publishing Co. Ltd : New Dehli. Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia,Karakteristik,Klasifikasi Dan Pemanfaatannnya. Pustaka Jaya. Jakarta. Nawangsih, I. W. 1998. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta. Noor, M. 2000. Pertanian Lahan Gbut, Potensi dan Kendala. Kanisius. Yogyakarta. Poewowidodo,1991, Genesa Tanah, Fakultas Khutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Purnomoratri, S. A., 1998, Pengaruh Pemberian Kascing Terhadap Pertumbuhan Sifat Kimia dan Fisika Tanah serta Hasil Paprika pada Tanah PMK, Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura : Pontianak. Radian, 1996, Kascing dan Peranannya dalam Meningkatkan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura : Pontianak. Rismunandar, 1984, Tanah dan Seluk Belunya Bagi Pertanian, Sinar Baru; Bandung. Setiadi, P. 1990. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Tisdale,S dan Waener Nelson, 1975, Soil Fertility and Fertility and Fertilizers Third Edition, New York, Mc. Milan Publishing Company inc. 12