Kanker ovarium - WordPress.com

advertisement
KANKER OVARIUM
Pendahuluan
 Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan selsel yang tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian
indung telur
 Karsinoma ovarium merupakan tumor yang berasal dari
sel-sel yang menyusun ovarium yaitu sel epithelial, sel
germinal dan sel stromal.
 Penderita umumnya terlambat didiagnosis, karena
belum adanya metode deteksi dini yang akurat untuk
karsinoma ovarium, sehingga hanya 25-30% saja yang
terdiagnosis pada stadium awal.
Insidens
 Di Amerika Utara dan Eropa Barat kanker ini 90%
berasal dari karsinoma epitel stroma ovarium.
 Pada beberapa negara Asia, termasuk Jepang, tumor
sel germinal mempunyai perbandingan yang
signifikan (20%) dari karsinoma ovarium
 Di indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke
enam terbanyak dari tumor ganas pada wanita
setelah kanker servix, payudara, kolon rektal, kulit
dan limfoma
Etiologi
Hipotesis Incessant Ovulation
 Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun
1972 yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi,
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk
penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu.
 Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi
atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu
sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi
sel-sel tumor.
Hipotesis gonadotropin
 Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari
percobaan binatang dan data epidemiologi.
 Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar
hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar
hormon gonadotropin akan meningkat.
 Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata
berhubungan dengan makin bertambah besarnya
tumor ovarium pada binatang tersebut.
Hipotesis androgen
 Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun
1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai
peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
 Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen.
 Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel
kanker ovarium epitel dalam kultur sel.
 Dalam penelitian epidemiologi juga ditemukan tingginya
kadar androgen dalam darah penderita kanker ovarium.
Hipotesis progesteron
 Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada
wanita pascamenopause akan meningkatkan risiko
terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian
kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
risikonya.
 Pemakaian depo medrosiprogesteron asetat ternyata
tidak menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.
Paritas
 Penelitian menunjukkan bahwa
wanita dengan paritas tinggi
memiliki risiko terjadinya
kanker ovarium yang lebih
rendah daripada nullipara,
yaitu dengan risiko relatif 0,7.
 Pada wanita yang mengalami 4
atau lebih kehamilan aterm,
risiko terjadinya kanker
ovarium berkurang sebesar
40% jika dibandingkan dengan
wanita nullipara.
Pil kontrasepsi
 Penelitian dari Center for Disease Control menemukan
penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40%
pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil
kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6
Talk
 Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah
perineum dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya
kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan tetapi,
penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita
ternyata tidak mendukung teori di atas.
Ligasi tuba
 Pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko terjadinya
kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3
Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause
 Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa
menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun akan
meningkatkan risiko relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti
hormon dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan
pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan
meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5
Obat-obat yang meningkatkan kesuburan
 Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi
terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi
Faktor herediter
 Dari studi metanalisis tahun 1988 ditemukan risiko relatif
yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis
pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium risiko
relatifnya 1,1, saudara perempuan risiko relatifnya 3,8, anak
dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 6
Faktor risiko
 Riwayat keluarga kanker
ovarium dan kanker
payudara
 Riwayat keluarga kanker
kolon dan kanker
endometrial
 Wanita di atas usia 50 tahun
 Wanita yang tidak memilki
anak (nullipara)
 Wanita yang memiliki anak
lebih dari 35 tahun
Gejala
 Pada stadium dini gejala-gejala
kanker ovarium tidak khas,
lebih dari 70% penderita kanker
ovarium sudah dalam stadium
lanjut
Gejala kanker ovarium yang
sering ditemukan :
 a. Nyeri perut (50,8%)
 b. Perut buncit (49,5%)
 c. Gangguan fungsi saluran
cerna (21,6%)






d. Berat badan turun secara nyata (17,5%)
e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f. Gangguan saluran kencing (16,4%)
g. Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h. Nyeri punggung (4,9%)
i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian
bawah perut (2,8%)
Klasifikasi histologi
1. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
 Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar
ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari
epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka
disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis
tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar
dari jenis kanker ovarium.
 Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas
teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor
borderline atau tumor yang berpotensi ganas.
Lanjutan kanker epithelial
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
 1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
 2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran
besar, histologinya bervariasi)
 3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan
dengan endometriosisi)
 4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
 5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
2. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
 Tumor sel germinal berasal dari sel yang
menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal
adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas,
bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma,
disgermioma dan tumor sinus endodermal
Lanjutan germ cell
Germ cell terdiri atas :
 a. Disgermioma
 b. Mixed germ cell tumor
 c. Teratoma imatur
 d. Koriokarsinoma
 e. Endodermal sinus tumor
 f. Embrional karsinoma
3.Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium)
terdiri atas sel granulosa tumor.
Tipe lainnya adalah sertoli-leydig:
 Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan
penyokong ovarium yang memproduksi hormon
estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan
Penyebaran kanker ovarium
Penyebaran transcoelomic
 Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul.
Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan
menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum abdomen
(trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum.
 Aliran cairan peritoneum karena pengaruh gerakan pernapasan
akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang
kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh
karena itu, metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa
paracolica, hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum
usus, dan mesentrium, dan omentum.
Penyebaran limfatik
 Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui
pembuluh getah bening yang berasal dari ovarium.
Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti
pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum,
sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar
getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah
bening interkavoartik.
 Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel
kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di
dinding panggul.
 Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti
ligamentum rotundum, sel-sel kanker dapat mencapai
kelenjar getah bening di daerah inguinalis.
 Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung
pada stadium penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita
kanker ovarium stadium III ditemukan metastasis pada
kelenjar getah bening pelvis.
Penyebaran hematogen
 Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang
sekali terjadi.
 Bila terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di
parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus.
Transdiagfragma
 Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas
dapat menembus diagfragma sebelah kanan sehingga
mencapai rongga pleura.
 Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan
menimbulkan efusi pleura.
 Penemuan sel tumor ganas pada cairan efusi pleura
merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan
penderita kanker ovarium di stadium IV.
Prognosis
 Prognosis tergantung
pada gambaran histologik
dan stadium klinik tumor.
Angka harapan hidup
dalam 5 tahun :
 a. Stadium I
: 90%
 b. Stadium II
: 80%
 c. Stadium III
: 15%
 d. Stadium IV
: 5%
Stadium kanker ovarium menurut
FIGO
Stadium kanker ovarium menurut
International Federation of Obstetrics and
Gynecology (FIGO).
 a. Stadium I
 Pertumbuhan terbatas pada ovarium
 1) Ia : pertumbuhan terbatas pada 1
ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh,
tidak ada pertumbuhan pada permukaan
luar.
 2) Ib : pertumbuhan pada 2 ovarium,
tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada
pertumbuhan pada permukaan luar.
 3) Ic : pertumbuhan terbatas pada 1 atau
2 ovarium dengan tumor pada
permukaan, kapsul ruptur, dan ascites
atau bilasan peritoneum yang
mengandung sel ganas.
Stadium II : Perluasan ke panggul
 1) IIa : penyebaran ke uterus
atau tuba.
 2) IIb : penyebaran ke
jaringan panggul lainnya.
 3) IIc : stadium IIa dan IIb
dengan tumor pada
permukaan, kapsul ruptur, dan
ascites atau bilasan
peritoneum yang mengandung
sel ganas.
Stadium III
 Implantasi peritoneum di luar panggul dan/atau adanya
nodus retroperitoneal atau inguinal.
 1) IIIa : tumor terbatas pada panggul sejati, tanpa nodus,
penyebaran mikroskopis pada peritoneum abdomen.
 2) IIIb : implantasi pada peritoneum abdominal ≤ 2 cm,
tanpa nodus.
 3) IIIc : terdapat implantasi abdominal > 2 cm dengan
adanya nodus retroperitoneal dan inguinal.
Stadium IV
 Metastase jauh
Diagnosis
a. Anamnesis
 Umur pasien
 Jumlah paritas
 Umur pertama kali memiliki
anak
 Riwayat keluarga yang
mengalami kanker ovarium,
kanker kolon, kanker
endometrial, dan dan
kanker payudara.







Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
Nafsu makan dan penurunan berat badan
Nyeri abdomen bagian bawah
Benjolan pada perut bagian bawah
Perdarahan pervaginam
Perkemihan
Nyeri pada punggung
Lanjutan diagnosis
b. Pemeriksaan pelvik
 Teraba tumor padat
 Tumor bersifat ireguler dan terfiksir
 Terdapat asites
Lanjutan diagnosis
c. Radiologi
1. USG transvaginal (Ultrasonografi Transvaginal)
 Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan
ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan
morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor
ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga kategori, yaitu
volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur
septum tumor. Pemakaian USG transvaginal dapat
membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium
ganas.
2. CT Scan (Computed Tomography Scanning)
 Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat
bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor
primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening,
asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan
kurang disenangi karena risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat
kontras, kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan
tumor padat, serta biayanya mahal.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
 Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam
hal diagnostik. CT-scan lebih dianjurkan dalam mengevaluasi
kanker ovarium.
d. Tes darah khusus
 1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel
coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium
fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali
kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami
metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.
2. CA 72-4 atau TAG 72
 Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein
adalah suatu glycoprotein surface antigen yang ditemukan
pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker ovarium.
Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.
3. M-SCF
 Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang
menstimulasi koloni makrofrag) adalah sitokin yang
dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan neoplastik.
4) OVX1
 Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan
OVX1 dengan M-SCF dan CA 125 akan meningkatkan
sensivitas pada penderita kanker ovarium jika disbanding
pemeriksaan CA 125 saja. 5) LPA
5) Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif.
Peningkatan LPA ditemukan pada 9 dari 10 penderita kanker
ovarium stadium I dan pada semua penderita kanker ovarium
stadium IV.
6) Proteasin
 Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan
sensivitas menjadi 92% dan spesifitas menjadi 94% dalam
deteksi kanker ovarium jenis musinosum
7) Osteopontin
8) Inhibin
9) Kallikrein
10) LDH
11) HCG
12) AFP (penanda tumor sel germinal)
Lanjutan diagnosis





e.
f.
g.
h.
i.
Laparoskopi
Laparotomi
Foto rontgen dada dan tulang
Scan kelenjar getah bening
Scan traktus urinarus
Diagnosis banding
Diagnosis banding
 a. Kanker lambung
 b. Kanker kolon
 c. Asites
 d. Kehamilan ektopik
 e. Kandung kemih yang menggembung
Pengobatan
a. Stadium IA dan IB
Pembedahan :
 1) Ooforektomi + reseksi
tumor
 2) Histerektomi +
salpingoooforektomi
bilateral + omentektomi
 Stadium IC
1. Pembedahan
 a) Ooforektomi + reseksi tumor
 b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral +
omentektomi
2. Terapi radiasi : radoisotop intraperitoneal
3. Kemoterapi : kombinasi Cis platinum dan endoxan
c. Stadium II
1. Pembedahan
 a) Ooforektomi + reseksi tumor
 b) Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral +
omentektomi, eksisi,adhesi, biopsi diagfragma dan
pelvis
2. Terapi radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
3. Kemoterapi
d. Stadium III
 1) Pembedahan : sitoreduktif
 2) Terapi radiasi paliatif
 3) Kemoterapi
e. Stadium IV
 1) Pembedahan : debulking
 2) Terapi radiasi paliatif
 3) Kemoterapi
f. Relaps dan rekuren
 1) Pembedahan : second look laparatomy
 2) Terapi radiasi paliatif
 3) Kemoterapi
Pencegahan
 Pemeriksaan klinis ginekologik
untuk mendeteksi adanya kista
atau pembesaran ovarium.
 Pemeriksaan Ultrasonografi
(USG) bila perlu dengan alat
Doppler untuk mendeteksi
aliran darah.
 Pemeriksaan petanda tumor
(tumor marker).
 Pemeriksaan CT Scan/MRI bila
dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut di atas
sangat dianjurkan terutama
terhadap wanita yang
mempunyai risiko akan terjadinya
kanker ovarium, yaitu :
 Wanita yang tidak pernah atau
sulit hamil
 Wanita dengan riwayat
keluarga menderita kanker
ovarium
 Wanita penderita kanker
payudara dan kolon
Download