STOCK ASSESSMENT AND DYNAMICS OF THE

advertisement
STOCK ASSESSMENT AND DYNAMICS OF THE Sardinella lemuru (Clupeidae)
RESOURCES IN THE BALI STRAITS
I Nyoman Budi Satriya
1
Abstract
The purpose of this research is to calculate internal conversion and appliance eksternal effort of purse seine (trip) into
appliance catch standard, calculate Catch per unit of effort (CpUE) fish of lemuru as a basic to anticipate Maximum value of
Sustainable Yield ( MSY) and the Total Allowable Catch (TAC), giving recommendation regarding the amount of enabled
effort pursuant to calculation with approach of Equilibrium and Non Equilibrium state model. Data used in this research are
catch data of sardinella lemuru for 31 years (1976-2006), fishing trip data by dominant fishing gears in Bali strait for 31 years
(1976-2006), and the primary data include interviews with local fisherman society mainly in change period of dimensional
measurement of internal purse seine, result of this research are the purse seine become appliance catch standard at all
period (1-4) and the length net of purse seine at period year of fourth ( 2001-2006) representing footage net with conversion
value 1. Result of calculation of mean assess MSY and TAC pursuant to model of Schaefer and fox ( equilibrium state
model) is equal to 27487,87 ton and 21990,32 with level of utilization equal to 89,27 %, while mean assess MSY and TAC
pursuant to model of Walter and hilborn and Schnute is equal to 23447,90 and 18758,32 ton with level of utilization equal
to 104,65 %, hence pursuant to analysis of equilibrium state model, fishery of lemuru in category of under fishing, and
pursuant to non equilibrium state model in category of over fishing.
Keywords : stock;sardinella lemuru; purse seine; MSY;TAC.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
Perikanan lemuru (Sardinella lemuru) termasuk salah satu jenis perikanan yang ekonomis penting
di Indonesia karena peranannya dalam usaha perbaikan menu makanan rakyat dan peningkatan
pendapatan masyarakat cukup besar. Konsentrasi terbesar populasi ikan tersebut terdapat di
perairan selat Bali. Eksploitasi perikanan lemuru di Selat Bali sebagai ikan isu biologis, mulai kritis
dan komposisi hasil tangkapan lebih dari 70 % adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru). Ikan lemuru
ditangkap oleh nelayan dalam berbagai ukuran, yaitu kecil (sempenit dan protolan) dan ukuran
besar (lemuru dan kucing) (Anonymous, 2005).
Kompleksitas kegiatan pengendalian penangkapan ikan menuntut betapa pentingnya kerjasama
antar disiplin ilmu perikanan dan kelautan untuk memperoleh solusi kebijakan yang memadai.
Khususnya kegiatan riset pendugaan stok yang merupakan core kegiatan pengelolaan
penangkapan ikan yang berkelanjutan, adalah mencakup berbagai unsur kegiatan riset biologi dan
teknologi penangkapan ikan (Muhammad, 2001).
Penangkapan ikan berlebihan cenderung mengurangi kemampuan sumberdaya dalam melakukan
pemulihan (recovery) secara alami. Peningkatan effort dari alat tangkap dalam hal ini alat tangkap
Purse seine dengan tujuan untuk meningkatkan produksi Ikan lemuru harus dibatasi. Potensi
perikanan lemuru di Selat Bali perlu diketahui secara periodik dengan tujuan kedepannya untuk
pengelolaan usaha perikanan tangkap ikan lemuru dengan memperhatikan parameter populasi
dan besarnya nilai MSY (Maximum Sustainable Yield) dari ikan lemuru tersebut.
Dalam keadaan data terbatas, sementara tidak jarang kebutuhan akan saran untuk strategi
pemanfaatan dan pengembangan diperlukan dalam waktu singkat sehingga tidak mungkin untuk
menunggu terkumpulnya data-data yang diperlukan untuk pendekatan analitik maka pendekatan
yang ditempuh adalah dengan menggunakan data apapun yang kita miliki akan ada informasi yang
lebih baik daripada dugaan semata, dalam hal ini menggunakan pendekatan holistik (Sparre et.al.,
1989).
Perikanan lemuru di Selat Bali bersifat free entry-out fishery (konsekuensi dari perikanan akses
terbuka). Pada saat hasil tangkapan tinggi maka alat tangkap purse seine meningkat dengan
tekanan effort cukup tinggi, sedangkan pada saat hasil tangkapan rendah jumlah purse seine yang
beroperasi akan menurun untuk mengurangi kerugian operasional. Penurunan effort ini
memberikan peluang dan kesempatan kepada stok induk untuk melakukan pemijahan
(Anonymous, 2000).
1
Mahasiswa Program Magister Teknik Manajemen Pantai Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 93
2.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung Catch per Unit Effort (CpUE) ikan lemuru, menghitung
konversi internal dan eksternal alat tangkap purse seine kedalam alat tangkap standar, menduga
potensi tangkap lestari / Maksimum Sustainable Yield (MSY) perikanan lemuru dan nilai Jumlah
Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB), menduga status dan tingkat pemanfaatan sumberdaya
perikanan lemuru, dan memberikan rekomendasi mengenai jumlah effort yang diperbolehkan
berdasarkan perhitungan dengan pendekatan Equilibrium state dan Non Equilibrium state model.
3.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Model pendugaan stok ikan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara holistic dengan menggunakan
metode surplus atau Biomass Dynamic Models, dalam hal ini yang digunakan adalah Model
Schaefer, Fox, Walter Hilborn dan Schnute.
3.1 Data dan alat 1
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh
secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi dan
wawancara. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
penelitian melalui instansi terkait. Data yang diambil adalah data catch-effort dari laporan statistik
perikanan Laut Propinsi Bali mulai tahun 1976-2006, yang tersebar di instansi-instansi
pemerintahan yaitu DKP Jembrana, DKP Badung, DKP Tabanan, BPS Kabupaten Jembrana, BPS
Kabupaten Tabanan, dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pengambengan. Alat analisis data
adalah dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2003.
3.2 Konversi Eksternal dan Internal Alat Tangkap 2
Alat tangkap yang digunakan sebagai standar dalam perhitungan potensi sumberdaya perikanan
untuk masing-masing jenis ikan berbeda. Pemilihan alat tangkap standar didasarkan pada
dominasi hasil tangkap ikan pada masing-masing alat tangkap.
CpUE 
Qinin 1  C fish
Eiin1
(1)
Dimana : CPUE : hasil tangkapan per unit upaya
Qiin1 : rata-rata porsi alat tangkap 1 terhadap total produksi ikan pelagis
Cfish
n
i 1
Ei
: rata-rata hasil tangkap ikan pelagis oleh alat tangkap ke-I (ton)
: rata-rata effort total dari alat yang dianggap standar (trip)
Setelah diketahui hasil CPUE, maka dapat dilanjutkan untuk mencari nilai RFP (Relatif Fishing
Power) atau konversi tiap jenis alat tangkap.
RFP 
Uiin
U alats tan dar
(2)
Dimana : RFP : indeks konversi alat tangkap I (I=1+n)
U in
: Catch per Unit Effort masing-masing dari semua jenis alat tangkap
UAlat standar : Catch per Unit Effort dari alat standar
Lalu rumus untuk menghitung jumlah effort alat tangkap standar adalah :
E STDt   RFP  Ei t  
n
i 1
(3)
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 94
Dimana : E(STD)t
RFPt
Ei (t)
: jumlah effort alat tangkap standar pada tahun ke-t (trip)
: indeks konversi alat tangkap ke-i (I = 1-n)
: jumlah alat tangkap / jenis yang tertangkap tiap t (trip).
Konversi internal alat tangkap purse seine menjadi bentuk standar dimaksudkan untuk
memperhitungkan perluasan kemampuan penangkapan (q) alat tangkap purse seine yang dinamis
dan untuk memperoleh unit upaya (CPUE) dimana nilai q tidak dianggap konstan, sehingga jumlah
trip standar pada periode tahun pertama tidak sama dengan periode lainnya.
Dengan mengacu pada penelitian Wudianto (2001) maka faktor internal purse seine yaitu panjang
jaring digunakan sebagai faktor peubah (konversi) kemampuan penangkapan (q) alat tangkap
purse seine (trip). Karena menurut Wudianto (2001) panjang jaring mempunyai pengaruh langsung
terhadap produksi ikan lemuru, dan memberikan nilai koefisien korelasi negatif, Sehingga panjang
jaring purse seine pada periode tahun terakhir 2001-2006 merupakan panjang jaring standar
(konversi 1), karena ukurannya tidak dimungkinkan bertambah lagi, standarisasi alat tangkap
eksternal (antar alat tangkap) dibagi dalam 4 periode yaitu periode 1 (1976-1984), periode 2 (19851994), periode 3 (1995-2000) dan periode 4 (2001-2006). Koefisien penyetaraannya (konversi)
seperti berikut :
n
Li (t )
i 1
Lt ( std )
Konversi(t )  
(4)
Setelah nilai peubahnya (konversi) diketahui maka jumlah effort (trip) standar dikalikan lagi dengan
hasil konversi standar internal purse seine.
n
E( Std )   Konvi (t ) xE( Std )i (t )
i 1
(5)
Dimana : E(std)
: Jumlah Effort (trip) standar internal purse seine
Konvi(t) : Nilai koefisien peubah panjang jaring standar pada periode ke-t
E(Std)i(t) : Jumlah effort (trip) standar antar alat tangkap pada periode ke-t
3.3 Pendugaan nilai Catch, Effort, dan CPUE pada kondisi MSY 3
Estimasi potensi berimbang lestari (MSY) ikan lemuru dilakukan dengan menggunakan
pendekatan holistik model produksi surplus melalui pendekatan equilibrium state model dari
Schaefer dan Fox, dan non equilibrium state model dari Waltern Hilborn dan Schnute. Sumber data
utama berasal dari data sekunder (time series) yang dikumpulkan dalam pengambilan data,
dikombinasi dengan sampling catch-effort (pencacahan standarisasi effort). Estimasi parameter
populasi dalam Wiadnya (1992) dilakukan dengan pendekatan non equilibrium state menurut
Walter and Hilborn (1976). Hasil analisis akan mendapatkan parameter populasi berupa k (daya
dukung maksimum lingkungan perairan), q (efektivitas alat tangkap), dan r (laju pertumbuhan
intrinsik stok populasi ikan lemuru).
Menurut pendekatan equilibrium state model dalam hal ini model Schaefer bahwa hasil tangkap
per trip upaya penangkapan (U) dan upaya penangkapan (E) mempunyai hubungan linier negatif,
yaitu:
Dimana : U
E
a,b
U = a – b.E
: hasil tangkap per unit upaya (standar purse seine)
: Upaya penangkapan standar (unit payang)
: Konstanta model regresi
(1)
Dari persamaan linear di atas maka upaya penangkapan optimum (Ee) dan hasil tangkap lestari
(Ce) dihitung dengan menggunakan persamaan :
Eopt 
a
2b
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
(2)
A - 95
Copt 
a2
4b
(3)
Sedangkan menurut model fox yang merupakan modifikasi dari model schaefer bahwa antara hasil
tangkap per trip upaya (CPUE) dan Upaya penangkapan (E) mempunyai hubungan eksponensial,
yaitu :
U  ec  d  E
(4)
Dimana : c dan d adalah konstanta yang berbeda dengan a dan b pada model schaefer.
Dari persamaan eksponensial di atas maka nilai catch optimum (Ce) dan Effort optimum (Ee)
dihitung dengan menggunakan persamaan :
1
d
 1  c 1
Ce     e
d 
Ee 
(5)
(6)
Pendekatan non equilibrium state model mampu mengestimasi parameter populasi (r,k dan q)
sehingga menjadikan pendugaan lebih dinamis dan mendekati kenyataan di lapang. Walter-Hilborn
menyatakan bahwa biomas pada tahun ke t+1 (Pt+1) bisa diduga dari Pt ditambah pertumbuhan
biomas selama tahun tersebut dikurangi dengan sejumlah biomas yang dikeluarkan melalui
eksploitasi dari effort (E). Pernyataan ini diekspresikan dalam persamaan berikut :


r
Pt 1  Pt  r  Pt     Pt 2   q  Et  Pt
k


Dimana : Pt+1
Pt
r
k
q
Et
(7)
: Besar stok biomas pada waktu t+1;
: Besar stok biomas pada waktu t;
: Laju pertumbuhan intrinsic stok biomas (konstan);
: Daya dukung maksimum lingkungan alami;
: Koefisien catchability
: Jumlah effort untuk mengeksploitasi biomas tahun t
Dan menjadi persamaan Walter Wilborn 1, yaitu :
 r 
U t 1
  U t  q  Et
 1  r  
Ut
kq
(8)
Untuk mengurangi bias karena seringnya ditemukan nilai parameter estimasi untuk r, dan q yang
negatif, maka Walter Hilborn (1976) memodifikasi persamaan diatas menjadi persamaan Walter
Hilborn 2, yaitu :
(U t 1  Ut)  r *Ut(
r
) *Ut 2  q *Ut * Et
k *q
(9)
Jumlah hasil tangkap (Catch, C) upaya penangkapan (effort, E) dan hasil tangkap perunit upaya
penangkapan (CPUE) pada kondisi keseimbangan bisa diduga dengan persamaan berikut :
1
rk
4
r

2 q
CMSY 
Eopt
qk
Ue 
2
(10)
(11)
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
(12)
A - 96
qk
2
Ue 
(13)
Sedangkan menurut Model Schnute (1977) memungkinkan untuk menduga parameter biologis
secara lebih dinamis selain dari pendugaan effort optimum dan hasil tangkapan maksimum yang
mempertahankan stok biomass pada kondisi keseimbangan. Selain itu, modelnya juga
mempertimbangkan estimasi dengan kemungkinan error atau bias yang ditimbulkan dalam
pendugaan. Model Schnute (1977) dapat digunakan untuk mendapatkan ketiga parameter biologi
dari stok biomas populasi dengan metode regresi berganda.
ln(
U t 1
E  E t 1
U  U t 1
r
)  r  [q * ( t
)]  [(
)*( t
)]
Ut
2
q*k
2
(14)
Parameter estimasi pada kondisi keseimbangan bisa diduga dengan persamaan sebagai berikut :
1
C MSY  * r * k
4
r
E opt 
2*q
Ue 
(15)
(16)
q*k
2
(17)
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Standarisasi Alat Tangkap 1
Pukat Cincin (Purse seine) merupakan alat tangkap utama yang menangkap ikan lemuru di Selat
Bali. Alat tangkap lain di Pulau Bali yang menangkap ikan lemuru di Selat Bali selain pukat cincin
(purse seine) adalah pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik, dan alat
tangkap lain-lain (muroami, jala tebar, garpu tombak dll). Standarisasi alat tangkap ke dalam suatu
unit standar dimaksudkan untuk mendapatkan satuan effort dalam hal ini trip yang dianggap
seragam sebelum dilakukan pendugaan kondisi MSY (Maximum Sustainable Yield). Jadi trip dari
masing-masing alat tangkap dikonversi terlebih dahulu menjadi trip standar untuk menangkap ikan
lemuru di Selat Bali.
Purse Sein
2%
Pukat Pantai
1%
Lain-lain
29%
Jaring Insang
Tetap
23%
Jaring Insang
Hanyut
23%
Jaring Klitik
22%
Gambar 1. Grafik Perbandingan Jumlah alat tangkap di paparan Bali (1976-2006)
Standarisasi alat tangkap yang menangkap ikan lemuru dibagi dalam beberapa periode yaitu
periode pertama yaitu selama 8 tahun (1976-1984), periode kedua selama 9 tahun (1985-1994),
periode ketiga selama 5 tahun (1995-2000) dan periode keempat selama 5 tahun (2001-2006).
Masing-masing periode berbeda dalam hal koefisien kemampuan penangkapan (q) alat tangkap
internal purse seine. Setiap awal tahun dalam setiap periode ditentukan oleh perubahan panjang
jaring purse seine yang ditemukan untuk pertama kalinya
Ukuran internal jaring purse seine yang berpengaruh langsung terhadap hasil tangkapan ikan
lemuru adalah panjang jaring, dimana menurut Wudianto (2001) bertambah besarnya ukuran kapal
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 97
diikuti juga semakin bertambah besarnya ukuran purse seine dan kekuatan mesinnya. Ukuran
panjang jaring purse seine bertambah cukup pesat, sedang ukuran dalam jaring relatif tetap, dan
menurut hasil regresi berganda dari faktor teknis penangkapan bahwa panjang kapal dan jaring
memiliki korelasi negatif terhadap hasil tangkapan berarti dengan menambah panjang kapal dan
jaring mengakibatkan hasil tangkap semakin menurun.
Tabel 1. Contoh standarisasi alat tangkap periode 1 (1976-1984)
Alat
Tangkap
Pukat Pantai
Purse Sein
J.I. Hanyut
Jaring Klitik
Catch
Porsi
375,8
158099
1496,3
0
0,00221
0,92873
0,00879
0
J.I. Tetap
Lain-lain
Jumlah
311,8
9948,1
170231
0,00183
0,05844
1
Effort
(trip)
111250
100365
169756
0
468064
431971
CPUE
CPUE
7E-06
1,463
8E-05
0
(%)
0,00051
99,9022
0,00529
0
1E-06
0,0013
1,4644
8,3E-05
0,0919
100
RFP
Ratio
5,1E-06
1
5,3E-05
0
8,34E07
0,00092
196183
1
18882,7
0
1199026
1087,05
Konversi internal alat tangkap Purse seine menjadi bentuk standar dimaksudkan untuk
memperhitungkan perluasan kemampuan penangkapan (q) alat tangkap purse seine yang dinamis
dan untuk memperoleh unit upaya (CpUE) dimana nilai q tidak dianggap konstan, ini karena
perubahan ukuran internal purse seine sendiri digunakan sebagai koefisien penyetaraan sekaligus
koefisien peubah (konversi) terhadap jumlah effort (trip) standar. Ukuran panjang jaring didapatkan
dengan hasil pengukuran secara langsung di lapang dengan membandingkan ukuran panjang
jaring terpanjang, sedang dan terpendek, sedangkan perubahan panjang jaring setiap periode
diperoleh dengan metode wawancara terhadap nelayan yang berpengalaman dan mengetahui
setiap perubahan panjang jaring purse seine pertama kali setiap periode.
Periode
1 (1976-1984)
2 (1985-1994)
3 (1995-2000)
4 (2001-2006)
Tabel 2. Standarisasi internal panjang jaring purse seine
Panjang Jaring (meter)
Jumlah Rata-rata
Konversi
(m)
(m)
I
II
III
IV
200
100
115
150
565
141.25
0.3698
300
250
120
200
870
217.5
0.5695
500
270
170
350
1290
322.5
0.8445
500
427.5
150
450
1527.5
381.875
1
Tabel 3. Perkembangan catch (C), Effort (E) dan Catch per Unit Effort (CpUE).
Tahun
Catch
Effort (trip)
U (ton/trip)
1976
5665.9
2449.473725
2.313109115
1977
15863.1
2953.909963
5.370204305
1978
9326.3
3133.028428
2.976768393
1979
15977.2
9328.620474
1.712707688
1980
10471.5
1829.934664
5.722335451
1981
11888.7
3140.900265
3.785124963
1982
28460.2
4851.787866
5.865920108
1983
39355.7
5178.396652
7.599977879
1984
34192.1
4408.163642
7.756540541
1985
11792.3
3778.841625
3.120612392
1986
2380.1
2650.964567
0.897824147
1987
8823.4
4722.778842
1.868264489
1988
22560.1
5049.91791
4.467419155
1989
15177.7
1897.329925
7.999504883
1990
37923.4
4801.754308
7.897821831
1991
27957.6
5308.015574
5.267053122
1992
25964.8
3310.962122
7.842070989
1993
14202.4
3957.763803
3.588491054
1994
15898.1
4873.30363
3.262283906
1995
13597.1
5986.701178
2.271217419
1996
8880.8
8822.315148
1.006629195
1997
29716.5
7628.249448
3.89558577
1998
34136.7
8307.95278
4.108918395
1999
6833.3
6952.881918
0.9828011
2000
7245.8
9784.061232
0.740571817
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 98
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah
Rata-rata
7170.1
35075.7
30741.3
14099.2
13753
16954.7
572084.8
18454.34839
10081.89686
7138.349424
9182.635472
36390.46469
13793.94187
13768.66502
215463.963
6950.45042
0.711185613
4.91369894
3.347764386
0.387442153
0.997031895
1.231397523
113.9082786
3.674460601
Data perkembangan effort jumlah alat tangkap (effort standar purse seine) dihitung dalam satuan
jumlah trip (boat-day trip) untuk masing-masing alat tangkap. Boat day trip digunakan sebagai
satuan effort karena ditemukannya pola trip alat tangkap khususnya purse seine yang menyebar
pada kisaran yang berbeda pada setiap tahunnya, sehingga diharapkan pendugaan yang
dihasilkan lebih dinamis dan mendekati kenyataan di lapang, disamping itu kebanyakan perikanan
jaring lingkar didasarkan atas jenis yang bergerombol, dan biasanya rentan terhadap saturasi atau
kejenuhan dari penanganan dan daya tampung kapal, oleh sebab itu CpUE harus dihitung sebagai
hasil tangkapan per tawur, atau hasil tangkapan per jam atau per trip di daerah penangkapan.
4.2 Estimasi Kondisi Maksimum Berimbang Lestari (Maximum Sustainable Yield) 2
Estimasi kondisi maksimum berimbang lestari (Maximum Sustainable Yield) sumberdaya ikan
lemuru di Selat Bali dilakukan berdasarkan 5 model pendekatan, model keseimbangan (Equilibrium
State Model) yaitu Schaefer (1954) dan Fox, dan model non keseimbangan (non equilibrium state
model) yaitu model Walter Hilborn 1 dan 2 (1976), dan model Schnute (1977), ketiga pendekatan
tersebut mengacu pada prinsip model produksi surplus (Surplus Production Model). Model
Schaefer (1954) dan Fox (1974) disebut juga model keseimbangan (equilibrium state model), hasil
perhitungannya hanya bisa memperoleh nilai estimasi kondisi MSY, sedangkan model Walter &
Hilborn dan Schnute (non equilibrium state model), karena estimasinya dilakukan tanpa
memperhatikan kondisi keseimbangan dan dapat memperkirakan stok hingga tahun ke depan.
Tabel 4. Hasil Analisis Kondisi MSY Equilibrium dan Non Equilibrium State Model
Parameter
a
b
c
d
r
q
K (ton)
Ce (ton)
Ee
(trip/tahun)
Ue (ton/trip)
Pe (ton)
JTB (ton)
Equilibrium state model
Schaefer
4,94942136
0,00018344
Fox
Non equilibrium state model
WH 1
WH 2
Schnute
1,6103934
8,528E-05
33386,04
21589,70
1,2517451
1,723E-05
285072,04
89209,37
0,865287
7,49E-05
104085,60
22515,97
0,133858947
1,63176E-05
728523,20
24379,83
13491
11726
36321
5777
4102
2,47
1,84
2,45
142536,02
114028,81
3,89
52042,80
41634,24
5,94
364261,60
291409,28
Gambar 2. Grafik Hubungan CpUE Effort Model Schaefer
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 99
Gambar 3. Grafik Hubungan CpUE Effort model Fox
Pada eksploitasi dengan pendekatan kehati-hatian (precautionary approach), maka studi tentang
jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) mutlak dilakukan pada setiap penelitian pendugaan
status suatu perikanan, JTB sendiri berarti besarnya atau banyaknya sumber daya ikan (SDI) yang
boleh ditangkap dengan memperhatikan keamanan kelestariannya di wilayah perikanan Republik
Indonesia (Kepmentan No.995 /Kpts/IK.210/9/99). Estimasi JTB adalah sebesar 80% dari nilai
Maximum sustainable yield (MSY).
Berdasarkan pendekatan dengan model keseimbangan (Equilibrium state) Schaefer dan Fox,
ditemukan tingkat pemanfaatan (TP) biomass ikan lemuru berdasar studi JTB adalah sebesar
89,27 % dan tingkat eksploitasi 119,43 %. Tingkat pemanfaatan ditentukan dengan
membandingkan hasil tangkapan (catch) ikan lemuru 6 tahun terakhir (2001-2006) dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan (JTB), sedangkan tingkat eksploitasi ditentukan dengan
membandingkan jumlah effort (trip) alat tangkap standar purse seine selama 6 tahun terakhir
(2001-2006) dengan jumlah effort optimum (Ee). Dengan memperhatikan tingkat pemanfaatan dan
tingkat eksploitasi ikan lemuru berdasarkan Equilibrium state model maka kondisi perikanan
lemuru di Selat Bali berada dalam kondisi kurang tangkap (under fishing) dan lebih upaya tangkap
(over eksploitation).
Berdasarkan pendekatan dengan menggunakan model non keseimbangan (non equilibrium state
model) yaitu Walter Hilborn 2 dan Schnute didapatkan bahwa tingkat pemanfaatan (TP) biomass
ikan lemuru berdasarkan studi JTB adalah sebesar 104,65 % dan tingkat eksploitasi sebesar
304,90 %, ini berarti tingkat pemanfaatan dan tingkat eksploitasi ikan lemuru berdasarkan Non
Equilibrium state model berada dalam kondisi lebih tangkap (over fishing) dan lebih upaya tangkap
(over eksploitation).
4.3 Strategi Pengelolaan Perikanan Lemuru 3
Strategi pengelolaan yang diambil yaitu pengurangan upaya penangkapan dan hasil tangkap,
dalam hal ini trip standar alat tangkap purse seine secara berkala hingga mencapai effort optimum,
dan penambahan faktor-faktor dimensi internal purse seine seperti kekuatan mesin, dan kapal
(strategi ekspansi) yang menunjang kegiatan penangkapan lebih efektif dan efisien, sehingga hasil
tangkap yang diperoleh mendekati nilai MSY dan JTB, selain itu diperlukan suatu manajemen
effort yang baik sehingga jumlah effort alat tangkap purse seine dalam setahun beroperasi
mendekati jumlah effort optimum berdasarkan equilibrium state model yaitu sebesar 12608 trip /
tahun.
Status perikanan lemuru berdasarkan hasil penelitian menggunakan model keseimbangan
(equilibrium state model) yang masih under fishing hendaknya tidak membuat para stakeholder
(pihak pengguna) perikanan lemuru di Selat Bali untuk secara gegabah mengeksploitasi ikan
lemuru, mengingat bahwa dugaan MSY yang diperoleh dengan model produksi surplus tersebut
terlalu tinggi, dan menurut Walters yang dikutip oleh Gillet (2000) dalam Badrudin et al, (2002)
tingginya nilai dugaan MSY yang diperoleh dengan model produksi surplus tersebut adalah sekitar
40 %.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 100
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Anonymous,. 2000. Pengelolaan Perikanan Lemuru di Bali. Report on a Workshop of the
Fishery and Management of Bali Sardinella (Sardinella lemuru) in Bali Strait. Denpasar (Bali),
Indonesia. 6-8 April 1999. FAO FISHCODE GCP/INT/648/NOR Field Report F-3-Suppl. (En).
FAO, Rome. 33p. Hal 53.
Badrudin et al. 2002. Laju Tangkap, Hasil Tangkap Maksimum (MSY), dan Upaya Optimum
Perikanan udang di Perairan Laut Arafura. JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan, Vol.
8 No. 4. Hal. 23-29.
Muhammad, Sahri, 2001. Agenda Riset Pengendalian Penangkapan Ikan Dalam Rangka
Otonomi Daerah Di Jawa Timur. Makalah pada Semiloka Pengendalian Penangkapan Ikan
Dalam Rangka Otonomi Daerah di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang, 28
April 2001. Hal 46-60.
Sparre, Per dan Siebren C. Venema, 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1 :
Manual. Alih Bahasa : J.Widodo ; I.G.S. Merta ;S. Nurhakim ;M. Badrudin. FAO Fisheries
Technical. Rome.
Wudianto, Analisis Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853)
Di Perairan Selat Bali : Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. 2001. Disertasi (Tidak diterbitkan).
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 101
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 102
Download