HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMS DENGAN TANDA-TANDA IMS PADA WANITA USIA SUBUR DI KLINIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG Novia Retno Wardani 1), Eti Salafas, S.SiT 2), Dr. Sugeng Maryanto, M.Kes 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG IMS DENGAN TANDA-TANDA IMS PADA WANITA USIA SUBUR DI KLINIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG Kesehatan wanita merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan wanita dimana target yang akan di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi jumlah resiko penyakit pada wanita khususnya Infeksi Menular Seksual. Kasus (IMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah sekelompok penyakit yang di sebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikro organisme yang mengakibatkan timbul gejala klinik di saluran kemih dan reproduksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang IMS dengan tanda-tanda IMS pada wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas bergas kabupaten semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antar factor risiko (pengetahuan tentang IMS) dan faktor efek (tanda-tanda IMS). Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 2013, sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Quota sampling yaitu semua wanita usia subur di wilayah kerja puskesmas bergas kabupaten semarang. Hasil penelitian dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang IMS dengan tanda-tanda IMS pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji kendall tau juga menunjukkan bahwa kedua variable tersebut memiliki arah hubungan postif dengan kekuatan pada tingkat sedang (nilai r pada rentang 0,4-0,6: kategori sedang). Diharapkan petugas kesehatan lebih memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda IMS kepda wanita usia subur yang mengalami IMS. Kata Kunci: Pengetahuan, Tanda-tanda IMS Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 1 ABSTRACT KNOWLEDGE OF THE RELATIONSHIP SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS (STI) WITH SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS (STI) SIGNS IN WOMEN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) CENTER IN SEMARANG DISTRICT BERGAS. Women's health is one of the targets that have been set in the millennium development goals which aim to improve the health of women 5 wherein the targets to be achieved by 2015 is to reduce the risk of disease in women especially sexually transmitted infections. Case (STI) or venereal disease is commonly called a group of diseases caused by infection with various types of micro-organisms that cause clinical symptoms in the urinary and reproductive tract that is transmitted through sexual contact. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge about STI with signs of STI in women of childbearing age in the working area of the district health centers gaseous semarang. The study design used was a cross sectional to determine the relationship between the risk factor (knowledge about STI) and effect factors (STI signs). The population in this study were all women of childbearing age in the Puskesmas Bergas Semarang regency, 2013, the sample in this study using the Quota sampling techniques that all women of childbearing age in the working area of the district health centers gaseous semarang. The results can be explained that there is a relationship between knowledge of STI with signs of STI in women of childbearing age in the working areas of Semarang District Puskesmas Bergas with p value 0.000 <0.05. Results of statistical tests using the kendall tau test also showed that the two variables have a positive relationship with the power of direction at a moderate level (r values in the range 0.4-0.6: moderate category). More health workers are expected to provide knowledge about the signs of STI kepda women of childbearing age who experience STI. Keywords: Knowledge, Signs of Sexual Transmitted Infections PENDAHULUAN Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG’s) merupakan pembangunan millennium dengan upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, dan salah satu manfaatnya yang terkait dengan judul ini yaitu meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya yang membahayakan kesehatannya. Beberapa tujuan sesuai dengan MDG’s diatas dapat terwujud dengan adanya peran serta dari masyarakat maupun keluarga. Masalahmasalah kesehatan yang banyak terjadi di indonesia di antaranya adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk, disparitas status kesehatan, beban ganda penyakit, yang mana data epidemiologi menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi penyakit, baik penyakit menular yang baru atau lama maupun tidak menular, dan menurunnya mutu kesehatan keluarga. Masalah kesehatan ibu di indonesia masih menjadi prioritas program pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian ibu yang masih tinggi terkait dengan kesehatan reproduksi (Prasetyawati, 2011: 14). Kesehatan wanita merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium pada tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan wanita dimana target yang akan di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi jumlah resiko penyakit pada wanita khususnya Infeksi Menular Seksual. Kasus (IMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah sekelompok penyakit yang di sebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikro organisme yang mengakibatkan timbul gejala klinik di saluran kemih dan reproduksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala umum infeksi menular seksual Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 2 meliputi: tumbuh seperti jengger ayam atau kutil sekitar kemaluan, keluar darah setelah hubungan seksual, keluarnya cairan dari vagina atau penis yang berbeda dari biasanya, saat BAK terasa nyeri atau sering BAK, gatalgatal di daerah alat kelamin, bengkak di lipatan paha, sakit perut bagian bawah yang sering kambuh dan secara umum merasa tidak enak badan atau demam. Cara penularan IMS dapat melalui hubungan seks yang tidak aman, melalui darah, jarum suntik, ibu hamil ke janin. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati adalah kasus infeksi menular seksual yang ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar (Pudiastuti, 2012: 98-100). Penyakit menular seksual ini di Indonesia mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat karena mata rantai penularan penyakit menular seksual adalah Pekerja Seks Komersil (PSK) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga. Dalam upaya pemerintah untuk mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual dilakukan beberapa langkah di antaranya lokalisasi PSK, agar mereka mudah di kontrol dan diberikan proteksi pengobatan sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit hubungan seksual yang disebabkan karena populasi masih banyak yang belum terdeteksi (Manuaba, 2009). Jumlah kasus infeksi menular seksual di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan kasus ini dikarenakan pencatatan dan pelaporan yang semakin baik. Kemungkinan bisa terjadi kasus yang sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Seksual mempunyai target bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, kasus IMS diobati sebesar 65,30%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 sebesar 71,56%. Ini berarti belum seluruh kasus IMS yang ditemukan diobati atau belum mencapai target yaitu 100%. (Profil Dinkes Provinsi Jateng, 2013). Sesuai dengan hasil observasi di Puskesmas Bergas pada tanggal 26 Desember 2012 di ketahui bahwa Puskesmas Bergas adalah salah satu Puskesmas di kabupaten Semarang yang mempunyai klinik IMS dengan nama Voluntary Counseling And Testing (VCT) Dahlia yang melayani pengobatan IMS. Berdasarkan kasus di lapangan, Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) puskesmas bergas kabupaten Semarang adalah wilayah yang menjadi sorotan utama terdapatnya kasus IMS. Luas wilayah kecamatan Bergas adalah 47,3 km yang terdiri dari 9 desa dan 4 kelurahan. Jumlah penduduk kecamatan Bergas yaitu 68.942 orang yang terdiri dari 36.856 perempuan dan 32.086 laki-laki, dari data Puskesmas didapatkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 722 wanita dewasa yang terdiagnostik menderita IMS. Secara demografi penduduk kecamatan Bergas bekerja sebagai buruh pabrik, sehingga dapat digambarkan sebagian besar penduduk berpendidikan dan memiliki ekonomi menengah kebawah secara garis besar. Selain hal tersebut kecamatan Bergas juga didapatkan daerah lokalisasi. Dalam hal ini kelompok PSK sangat rentan dan berisiko terjadinya penyakit IMS karena sering berganti-ganti pasangan. Untuk menunjang fenomena masalah tentang pengetahuan masyarakat di wilayah Kecamatan Bergas, penulis melakukan kunjungan dan wawancara awal kepada wanita usia subur sebanyak 10 orang dan kebanyakan diantara mereka adalah PSK. Hasil wawancara tentang pengetahuan IMS didapatkan bahwa 2 orang (20%) belum mengetahui tentang penyakit IMS, 5 orang (50%) mengetahui tentang penyakit IMS, 3 orang (30%) sebagian mengetahui. Penulis juga melakukan wawancara langsung kepada 10 orang yang berbeda dari sebelumnya yang memeriksakan ke ruang VCT dahlia Puskesmas Bergas mengenai tanda-tanda IMS dengan hasil 1 orang mengatakan tumbuh seperti jengger ayam atau kutil disekitar kemaluan atau dubur, 2 orang mengatakan keluar darah setelah hubungan seksual, 4 orang mengatakan gatal-gatal di daerah alat Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 3 kelamin, 1 orang mengatakan keluar cairan dari vagina atau dubur berbeda dari biasanya, 1 orang mengatakan saat BAK terasa perih, nyeri, panas atau menjadi sering BAK, 1 orang mengatakan secara umum merasa tidak enak badan atau demam. Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas penulis memilih Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas kabupaten Semarang karena Puskesmas tersebut adalah salah satu Puskesmas yang mempunyai klinik khusus IMS dan sudah terbukti melalui laporan hasil bulanan di Puskesmas bahwa terdapat masyarakat yang menderita penyakit IMS, baik itu pasien baru maupun pasien lama. Dari sisi lain kecamatan Bergas juga terdapat sebuah lokalisasi yang bisa menunjang meningkatnya angka penderita IMS. Secara umum SDM masyarakat di kecamatan Bergas juga masih rendah, dan masih sedikitnya penyuluhan kesehatan tentang IMS. Maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai ”Hubungan Pengetahuan Tentang IMS Dengan Tanda-Tanda IMS Pada Wanita Usia Subur Di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang”. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antar faktor risiko (pengetahuan tentang IMS) dan faktor efek (tanda-tanda IMS), dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran pada variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama, yang berarti setiap responden hanya di observasi satu kali saja dan pangukuran variabel responden dilakukan saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak melakukan tindak lanjut (Riyanto, 2011). Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu Variabel dependen tanda-tanda IMS dan variabel independent adalah pengetahuan. Teknik Sampling Tehnik pengambilan sampel yg digunakan adalah tehnik Quota sampling. Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quantum atau jatah. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara: pertamatama menetapkan berapa besar jumlah sempel yang diperlukan atau menetapkan quantum (jatah). Kemudian jumlah atau quantum itulah yang dijadukan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Notoatmodjo, 2010: 125). Dari jumlah populasi orang, maka didapatkan jumlah sampel sebesar 59 responden. Analisa Data Analisis data penelitian yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat, Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu pengetahuan tentang IMS dengan tanda-tanda IMS pada wanita usia subur. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini yang meliputi variable bebas yaitu pengetahuan dan variable terikatnya adalah tanda-tanda IMS. Untuk analisa bivariat ini menggunakan uji statistik Kendall Tau, yaitu salah satu alat penguji hipotesis asosiatif (hubungan) dengan data ordinal. Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 4 HASIL PENELITIAN 1. Pengetahuan tentang IMS Tabel 1. Distribusi responden berdasarkanpengetahuan tentang IMS Pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tahun 2013 Pengetahuan tentang IMS Kurang baik Cukup baik Baik Jumlah Frekuensi Persentase 14 24 21 59 23,7 40,7 35,6 100,0 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang IMS yaitu sebanyak 24 responden (40,7%). 2. Tanda-tanda IMS Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tanda-tanda IMS Pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tahun 2013 Tandatanda IMS Tidak Ada Ada Jumlah Frekuensi Persentase 53 6 59 89,8 10,2 100,0 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami IMS yaitu sebanyak 53 responden (89,8%). Dan hanya sebanyak 6 responden (10,2%) responden yang mengalami IMS. 3. Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang IMS Dengan Tanda-Tanda IMS Pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Tentang IMS Dengan TandaTanda IMS Pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang Pengetahuan*tandatanda IMS Nilai r 0,450 p 0,000 Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang IMS dengan tandatanda IMS pada wanita usia subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji kendall tau menunjukkan bahwa kedua variable tersebut memiliki arah hubungan postif dengan kekuatan pada tingkat sedang (nilai r pada rentang 0,4-0,6: kategori sedang). PEMBAHASAN Interpretasi dan Diskusi Hasil 1. Pengetahuan tentang IMS Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang IMS yaitu sebanyak 24 responden (40,7%) dan selanjutnya ada 21 responden (35,6%) yang sudah baik dalam hal pengetahuan serta masih ada yang kurang sekitar 14 responden (23,7%). Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 5 mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (Sunaryo, 2009). Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang. Terutama dalam hal pengetahuan tentang IMS, responden cukup tahu tentang apa itu arti IMS, cara penularan dan tanda-tandanya meskipun hanya sebatas tahu. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang didapatkan dari hasil penelitian yaitu responden cukup tahu akan pengetahuan tentang IMS, ini berarti dapat diasumsikan bahwa responden di puskesmas bergas sudah mencukupi dalam hal pengetahuan tentang IMS itu sendiri. Sedangkan untuk responden yang kurang tahu ini dikarenakan memang responden kurang mendapatkan pengetahuan tentang IMS bahkan ada yang sama sekali tidak tahu tentang IMS baik secara pendidikan formal ataupun informasi yang beredar diberbagai media komunikasi, dan jaranganya pendidikan kesehatan yang mereka terima. Ini mengakibatkan responden kurang begitu memahami secara baik tentang kuisioner dikarenakan kekurangan informasi itu sendiri tentang IMS. 2. Tanda-tanda IMS Diketahui juga dalam hasil penelitian bahwa sebagian besar responden tidak mengalami IMS yaitu sebanyak 53 responden (89,8%). Dan hanya sebanyak 6 responden (10,2%) responden yang mengalami IMS. IMS adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina). Harus diperhatikan bahwa IMS tidak hanya menyerang sekitar alat kelamin tapi dapat muncul dan menyerang mata, mulut, kulit. Jika kita melakukan hubungan seksual dengan orang lain yang menderita IMS walaupun hanya sekali, kita dapat terkena Infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis (Djuanda, 2007). Kebanyakan IMS membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, IMS dapat merusak dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria, yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. Jika IMS tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil. IMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria atau wanita (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2009). Dimana seseorang yang mengalami IMS bisa dilihat dari tanda-anda IMS yaitu daging/kulit tumbuh seperti jengger, tumbuh kutil di sekitar kemaluan/dubur, tumbuh seperti bunga kol doisekitar kemaluan/dubur, kencing keluar darah dan nyeri, kencing nanah/pus, iritasi disekitar kelamin yg sulit sembuh, bau tak sedap disekitar kelamin, ada seperti luka bakar disekitar kelamin, gangguan keputihan. Hasil penelitian menunjukan 6 orang yang mengalami IMS kebanyakan memilki tanda-tanda, BAK keluar darah dan nyeri, ada iritasi yang sulit sembuh disekitar kelamin, bau tak sedap disekitar alat kelamin, gangguan keputihan (gatal-gatal, kuning kehijauan dan berbau) ada 4 orang serta ada 2 orang yang mengalami tandatanda seperti BAK keluar nanah/pus. 3. Analisis Hubungan Pengetahuan Tentang IMS Dengan Tanda-Tanda IMS Pada Wanita Usia Subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 6 pengetahuan tentang IMS dengan tandatanda IMS pada wanita usia subur di Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman rank juga menunjukkan bahwa kedua variable tersebut memiliki arah hubungan postif dengan kekuatan pada tingkat sedang (nilai r pada rentang 0,40,6: kategori sedang). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuvita Eka Herawati (2007), dengan tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit menular seksual dan sikap terhadap seks bebas pada Remaja. Terdapat hubungan yang signifikan terhadap seks bebas pada remaja akhir dengan pengetahuan tentang penyakit menular seksual yang ditunjukan oleh koefisiensi sebesar 0,475 dengan p < 0,05. Hal ini mmperlihatkan baiknya tinggkat pengetahuan remaja terhadap penyakit seksual menular maka akan semakin negative terhadap seks bebas (Journal fakultas katolik soegijapranata, 2012) a. Keterbatasan penelitian Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi alam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengumpulan data yaitu sulit menemukan responden yang sesuai dengan kriteria. b. Implikasi untuk asuhan kebidanan / pendidikan kebidanan. Dari hasil penelitian ini telah di buktikan bahwa pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) berhubungan dengan tanda-tanda Infeksi Menular Seksual (IMS). Semarang tahun 2013 ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang IMS yaitu sebanyak 24 responden (40,7%). 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengalami IMS yaitu sebanyak 53 responden (89,8%). Dan hanya sebanyak 6 responden (10,2%) responden yang mengalami IMS. 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang IMS dengan tandatanda IMS pada wanita usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan nilai p 0,000< 0,05. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman rank juga menunjukkan bahwa kedua variable tersebut memiliki arah hubungan postif dengan kekuatan pada tingkat sedang (nilai r pada rentang 0,4-0,6: kategori sedang). Saran 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi praktek kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada Wanita usia subur yang mengalami IMS. 2. Bagi Insitusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang IMS. 3. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya, dengan melakukan penelitian yang lebih luas tentang Infeksi Menular Seksual (IMS). Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan tentang IMS dengan tanda-tanda IMS pada wanita di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 7 DAFTAR PUSTAKA Andira, Dita. 2010. Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jogyakarta : Aplus Books Daili, Sjaiful Kahmi. 2009. Sexually Transmittod Diseases. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Dinkes Prov. Jateng, 2011. Penyakit menular seksual. Semarang : Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Djuanda, Adhi. 2007. Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Handoko, Ronny. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Lanson, Lucienne. 2009. Dari Wanita untuk Wanita. Jakarta : Gunung Mulia Manuaba,Ida Bagus Gede. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculaspius Notoatmodjo, Soekidjo. 2010 Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Oswari, Esiana. 2008. Penyakit dan Penanggulannya. Jakarta : Pustaka Utama Prasetyawati, Arista Eka. 2012. KIA dalam MDGs. Yogyakarta : Nuha Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka. ---------------------. 2008. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka Wawan dan Dewi. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta Yuvika. 2007. Perpustakaan Unika http://www.01.40.0021_Yuvita_heraw ati.pdf (SECURED). Diakses pada tanggal 19 Juli 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang Ims Dengan Tanda-Tanda Ims Pada Wanita Usia Subur di klinik Voluntary Counseling and testing (VCT) Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang 8