Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan

advertisement
Atika Puspita Marzaman
Recep Tayyib Erdogan:
Turki, Islam, dan Uni Eropa
HEPTAcentrum Press©
Recep Tayyib Erdogan:
Turki, Islam, dan Uni Eropa
Oleh: Atika Puspita Marzaman
Copyright © 2011 by Atika Puspita Marzaman
Editor:
Hasrul Eka Putra
Desain Sampul:
Teddy Syahrulika
Penerbit
HEPTAcentrum Press©
Gariscoklat.tk
[email protected]
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
2
Untuk Ayah dan Ibuku
3
DAFTAR ISI
Chapter I
Pendulum The Sick Man
Mencari Jati Diri…………………………………. 6
Pendulum yang Seimbang……………………….. 11
Chapter II
Teori-Teori Kebijakan Luar Negeri
Teori Kepentingan Nasional…………………..… 19
Teori Pengambilan Kebijakan Luar Negeri……... 22
Chapter III
Regionalisme Uni Eropa
Integrasi Regional Uni Eropa……………………. 37
Anatomi Institusi Uni Eropa…………………….. 42
Chapter IV
Turki Dari Zaman Ke Zaman
Sejarah Turki……………………………………. 52
Hubungan Turki – Uni Eropa Pra-Erdogan…….. 68
Recep Teyyip Erdogan : Kepemimpinan dan
Ideologi…………………………………………. 78
4
Chapter V
Erdogan: Turki, Islam, Dan Eropa
Retorik versus Praktik: Kebijakan Luar Negeri Turki
terhadap Uni Eropa pada Masa Erdogan…….….. 89
Analisis Faktor Determinan Kebijakan Luar Negeri
Turki terhadap Uni Eropa pada Masa Erdogan…. 112
Peluang dan Tantangan Bergabungnya Turki dalam
Uni Eropa……………………………………….. 133
Chapter VI
Penutup
Konklusi………………………………………… 138
Saran…………………………………………….. 141
5
CHAPTER I
PENDULUM THE SICK MAN
A. Mencari Jati Diri
Sejak ke Khalifahan Utsmaniah runtuh, Turki
seperti seorang pemuda yang jatuh bangun, tergopohgopoh mencari jati dirinya. Ideologi dan garis-politik
sekular yang dijalankan pendiri Republik Turki,
Mustafa Kemal, bukan saja merubah sistem politik
dan pemerintahan rakyat Turki. Namun lebih dari itu,
kebijakan sekularistik ekstrim yang dijalankan secara
drastis dan radikal turut mencabut akar identitas
rakyat Turki dan menempatkan mereka pada sebuah
arena kultur, sosio-politik, dan peradaban yang sama
sekali berbeda: Barat1.
Secara
geo-kultural,
Turki
memang
merupakan negara yang berada diantara dua benua,
Asia dan Eropa. Dengan luas wilayah sekitar 814.578
km2 sebagian besar wilayah turki terletak di Benua
Asia. 97% wilayahnya terletak di benua Asia dan
1
Dalam buku ini istilah “Barat” dipakai untuk merujuk entitas kultural
peradaban Eropa modern dan Amerika yang didominasi oleh paham
sekuler dan agama Kristen. Sedangkan “Eropa” merujuk pada
penamaan geografis, nama benua, yang mencakup keseluruhan entitas
diatasnya.
6
sisanya berada di benua Eropa. Letak geografis ini
menjadikan posisi Turki sangat strategis yaitu
sebagai “jembatan” antara Timur dan Barat. Turki
menjadi “jembatan” sosio-kultural dan sosioekonomi serta merupakan penghubung antara dua
peradaban yang memiliki sejarah perang dan
pertarungan kepentingan yang sangat panjang. Oleh
karenanya, letak geografis ini juga seringkali
menimbulkan perdebatan baik pada tataran internal
pemerintah Turki maupun kaitannya dengan dunia
Internasional, terutama hubungannya dengan Uni
Eropa.
Dalam perjalanan sejarahnya, Turki moderen
mulai menunjukkan ambisinya untuk mendekatkan
diri dengan dunia Barat pasca revolusi 1924. Ambisi
ini tidak hadir begitu saja. Ambisi ini lahir sebagai
antitesa dari kondisi Turki pra-attaturk yang oleh
orang Eropa di sebut The Sick Man. Kondisi
kekhalifahan pada waktu itu memang sedang dalam
titik nadir yang penuh dengan penyelewengan dan
korupsi. Di titik deklinasi itulah, Mustafa Kemal
melakukan serangkaian kudeta dan “pembaharuan”.
Pada tahun 1922, secara resmi, melalui Majelis
Nasional Turki kekhalifahan dihapus.
Pada masa peralihan pemerintahan Mustafa
Kemal Attaturk ini, Turki menerapkan sistem satu
partai yang otoriter dan diktator. Paham sekularisme
7
dan nasionalisme ditetapkan sebagai ideologi “resmi”
dan garis politik Turki pada masa itu. Bahkan mulai
tahun 1930-an, sekularisme dan nasionalisme yang
dijalankan Pemerintah Atturk bermakna sangat
ekstrem dan radikal, di mana sekularisme
diinterpretasikan bukan saja sebagai pemisahan
hukum negara dan agama, tetapi juga sebagai
penyingkiran agama dari ranah-ranah publik dan
tegaknya pengawasan negara atas institusi-institusi
keagamaan yang masih ada.
Revolusi secara besar-besar dilakukan oleh
Mustafa Kemal pada tiga bidang utama yaitu
pemerintahan, pendidikan dan hukum. Kebijakan
radikal ini dapat dilihat dengan dihapuskannya
ketentuan yang menyatakan Islam sebagai agama
resmi Turki dalam konstitusi pada tahun 1928.
Perubahan paling utama di bidang kebudayaan
terlihat pada pemberlakuan abjad latin (menggeser
abjad Arab) pada tahun 1928, mengganti bahasa
negara menjadi bahasa Turki pada tahun 1932 serta
memindahkan ibukota negara dari Istambul ke
Ankara. Dari sini jelas terlihat bahwa sekularisme
Turki tidak dimaknai hanya sebatas memisahkan
agama dan negara, tapi jauh dari pada itu, perubahan
ini merupakan cara lain untuk memutuskan jalinan
masyarakat Turki dengan tradisi-tradisi Islam pascaUtsmani dan Timur Tengah serta lebih
8
mereorientasikan masyarakat Turki ke kebudayaan
Barat.2
Tahun-tahun awal berdirinya Turki modern
itu juga merupakan periode dimana dunia sedang
terlibat pada kondisi yang sangat labil dan penuh
ancaman perang. Berada pada kondisi dunia yang
sedang tidak stabil tersebut memaksa Turki berupaya
keras untuk mengembangkan potensi militernya.
Turki yang sebagian besar wilayahnya berada di
kawasan Eropa cenderung mengarahkan kekuatan
militernya dengan kawasan Eropa tersebut. Hal ini
terlihat jelas pada Perang Dunia II saat Turki
bergabung dalam Aliansi Blok Barat bersama
Amerika Serikat dan sekutunya.
Kemudian dengan bantuan dari negara-negara
Eropa, terutama Inggris dan Prancis, Turki sukses
mengembangkan kekuatan militernya dengan sangat
pesat.3 Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi
adanya kekuasaan militer yang sangat dominan dan
kuat di Turki. Militer mempunyai peran dan
kemampuan yang besar untuk mengendalikan
jalannya pemerintahan selama beberapa dekade. Dan
lebih daripada itu, militer kemudian menjadi garda
2
Erik J. Zurcher, Sejarah Modern Turki, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2003, hal. 245.
3
Ibid., hal. 265.
9
terdepan
penjaga
ideologi
sekuler
yang
dikumandangkan Mustafa Kemal.
Maka pendulum kebijakan luar negeri Turki
semakin mengarah ke Barat. Semakin mengarah pada
upaya-upaya untuk meingitegrasikan Turki ke dalam
wilayah Eropa. Hubungan erat dengan Amerika
Serikat dan orientasi ke negara-negara demokrasi
Eropa tetap merupakan fokus utama kebijakan luar
negeri dalam tiap era pemerintahan. Turki bergabung
dalam NATO dan ikut mengitegrasikan diri dalam
Perserikatan Dagang Eropa. Kebijakan luar negeri
pemerintahannya bertujuan untuk meningkatkan nilai
strategis Turki di mata Aliansi Barat selain agar
Turki dapat memperoleh bantuan militer dan
ekonomi dari negara-negara Barat.4 Hingga akhir
1990-an masih terlihat jelas bahwa politik luar negeri
Turki dikonsentrasikan secara penuh pada negaranegara Barat dalam hal ini Amerika Serikat (AS) dan
negara-negara Eropa.
Kebijakan luar negeri yang terfokus pada
Barat tersebut juga turut “memaksa” Turki untuk
berupaya agar dapat bergabung dengan organisasi
supranasional yang mengayomi negara-negara Eropa.
Terkait hal ini, Turki telah mengajukan permohonan
untuk menjadi salah satu anggota Uni Eropa yang
4
Ibid., hal. 314.
10
Download