1 BAB I PENDAHULUAN A. Belakang Masalah Kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam sekolah mempunyai peran aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mempunyai leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik adalah kepala sekolah yang mampu dan dapat mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dan sumber daya manusia hendaknya mampu menciptakan iklim organisasi yang baik agar semua komponen sekolah dapat memerankan diri secara bersama untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Dalam abad modern ini, berbagai penjelasan dalam organisasi memerlukan pemimpin yang berorientasikan pada perubahan. “Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern”,1 sekaligus mampu mengembangkan lingkungan organisasi yang berawawas iman dan taqwa dalam kegiatan sehari-hari. Suatu kenyataan bahwa kemerosotan akhlak akhir-akhir ini tidak hanya menimpa kalangan orang dewasa tetapi telah merembet pada kalangan pelajar tunas-tunas muda. Orang tua, pendidik, 1 Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun SuperLeadership Melalui Keceerdasan Spritual (Jakarta: Bumi Askara, 2009), h. 7 2 dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluh terhadap perilaku mereka yang tidak baik. Perilaku mereka yang nakal, keras kapala, mabuk-mabukan, tawuran, pergaulan bebas, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup mewah dan pendek kata perilaku mereka tidak mencerminkan pelajar yang berpendidikan. Disinilah peran kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu membimbing bawahannya yaitu peserta didik. Peran kepemimpinan kepala sekolah sangat berperanan penting dalam mengembangan lingkungan berwawasan iman dan taqwa pada organisasi yang dipimpinnya. Berdasarkan pengamatan awal bahwa pola kepemimpinan kepala sekolah di MTsN 1 Kendari merupakan kepemimpinan yang mengedepankan sikap dan perilaku demokratis dalam mengambil setiap keputusan yang diberlakukan di sekolah tersebut, termasuk dalam sikapnya memberi intruksi yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran serta arahan yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapka. Termasuk di dalamnya pola sikap dan interaksi kepala sekolah terhadap mitra kerjanya yang meliputi, seluruh tenaga pengajar dan staf administrasi di sekolah tersebut secara dinamis dan wajar, begitu pula halnya dengan interaksi sosial di lingkungan masyarakat. Penelitian yang dilakukan ini sangat penting mengingat subjek yang tertera dalam penelitian ini adalah begaimana kepemimpinan demokratis kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru, adalah menyangkut personality guru dalam kurun waktu 3 ia mengadakan kegiatan pembelajarannya dalam sekolah. Pada dasarnya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. Jadi sebagai elemen pendidik yang mempunyai pola-pola penerapan sistem pengajaran dan watak yang berbeda-beda yang dapat dirangkum secara global yaitu meliputi; pola-pola kepemimpinan dalam mengambil kebijakan, pola-pola pengelolaan manajemen pendidikan di sekolah, dan pola kepemimpinan yang lain tidak seluruhnya sama dan tidak pula seluruhnya mempunyai pola yang baik. Sudah barang tentu ada konflik-konflik yang akan berakibat pada perkembangan kualitas dan kinerja guru tersebut yang jelas kesemuanya ini berpengaruh pada kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik. Jadi faktor-faktor yang telah terpola di atas mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda-beda. Dalam usahanya untuk bermasyarakat, maka manusia berkelompok atau memasuki sesuatu kelompok atau organisasi, juga demi mencapai sesuatu kepuasan lahir/batin serta peningkatan diri. Kelompok atau organisasi itu kemudian menjadi himpunan manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. “Bila dalam organisasi tersebut kemudian ada yang sangat menonjol, dan diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar anggota-anggotanya, terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha bersama dalam mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, maka ia disebut pemimpin. Gaya atau proses 4 untuk mempengaruhi serta menggerakkan orang lain atau sekelompok orang untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, disebut sebagai kepemimpinan”.2 Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang ke dalam aktivitas kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, walaupun pekerjaannya berbeda-beda dan bermacam-macam, dengan organisasi dimaksudkan supaya pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. “Pengorganisasian merupakan penyususnan dan pengelompokan bermacam-macam pekerjaan, misalnya berdasarkan jenis yang harus dikerjakan, menurut urutan, sifat, dan fungsinya, waktu dan kecepatannya. Sedangkan organisasi merupakan penugasan orang-orang ke dalam fungsi pekerjaan yang harus dilakukan agar terjadi aktivitas kerja sama dalam mencapai tujuan”.3 Dalam penelitian ini menggunakan organisasi sebagai sebuah lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud pemimpinan adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan yang berada pada semua level kelembagaan pendidikan. Para pemimpin pendidikan harus memiliki komitmen terhadap perbaikan mutu/ kwalitas dalam fungsi utamanya. 2 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta; 2000), h. 123. 3 Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah Terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 106. 5 Oleh karena itu, fungsi-fungsi dari kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada mutu atau kwalitas belajar. Sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi sekolah (Kepala Sekolah), dapat dikatakan berhasil apabila tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan-tujuan dari individu yang ada didalam lingkungan sekolah, harus memahami dan menguasai peranan orang dan hubungan kerjasama antara individu. Ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan untuk mengelola sekolah. Salah satu teori gaya kepemimpinan yang banyak di kembangkan adalah gaya kepemimpinan dua dimensi (Two Dimensial Leadership). Berdasarkan teori gaya kepemimpinan ini ada dua aspek orientasi perilaku kepemimpinan, yaitu orentasi pada tugas (Task Oriented) dan orientasi pada hubungan (People Oriented). Gaya kepemimpinan yang berorentasi pada tugas adalah gaya kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada struktur tugas, penyusunan rencana kerja, penetapan pada organisasi, metode kerja dan prosedur pencapaian tujuan. Gaya kepemimpinan yang berorentasi pada hubungan manusia adalah gaya kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada hubungan kesejawatan, kepercayaan, penghargaan, kehangatan, dan keharmonisan hubungan antara pimpinan dan bawahan. Dalam mengelola organisasi sekolah, kepala sekolah dapat menekankan salah satu gaya kepemimpinan yang ada. Gaya kepemimpinan mana yang paling tepat diterapkan masih menjadi pertanyaan. Karakteristik sekolah sebagai 6 organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan gaya kepemimpinan yang diterapkan. Berdasarkan cara kepala sekolah dalam melaksanakan dan mengembangkan kegiatan kepemimpinannya dalam ruang kerja yang dipimpinnya, maka dapat diklasifikasikan kepemimpinan pendidikan ada tiga gaya pokok kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan Laissez Faire, gaya kepemimpinan demokratis. Masalah penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah, dewasa ini merupakan masalah yang menjadi pusat perhatian dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 yang menyatakan bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”4. Mutu pendidikan merupakan konskuensi langsung dari suatu perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan, perubahan dan perkembangan dunia pendidikan. Hal itu diperlukan untuk mendukung terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka dan berdemokrasi serta mampu bersaing secara terbuka di era global. 4 UU RI No 14 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung, Citra Umbara, 2006), h. 72. 7 “Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama yang perlu segera dikembangkan”5. Di MTsN 1 Kendari tersebut menunjukkan bahwa guru cenderung masih terburu-buru mempersiapkan perencanaan pembelajaran ketika diadakan pengawasan dan bagi guru yang mendapat jadwal pagi sebagian guru pulang lebih awal walaupun belum tiba waktu pulang. Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari karena merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki pola kepemimpinan kepala sekolah yang mengedepankan sikap dan perilaku di sekolah tersebut, termasuk dalam sikapnya memberi instruksi yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran serta arahan yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan. Namun, belum dapat diketahui terdapat pengaruh terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari. B. Batasan Masalah Adapun batasan dalam penelitian ini adalah : 1. Kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari. 2. Kinerja guru di MTsN 1 Kendari. 3. Pengaruh kepemiminan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari. 5 Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran, (Malang: UIN Pers 2004), h. 212. 8 C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui terdapat pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari. E. Kegunaan Penelitian 1) Sebagai bahan rekomendasi bagi kepala sekolah, guru, orang tua dan masyarakat tentang pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru 2) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan informasi baru mengenai pengetahuan tentang kepemimpinan demokratis kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses kedepan 3) Bagi pihak STAIN Kendari untuk dijadikan referensi keilmuan dan memperkaya perbendarahan kepustakaan 4) Bagi mahasiswa STAIN pada khususnya dan mahasiswa secara umum, akademik dan para peneliti yang berkeinginan melaksanakan penelitian dan mengangkat tema yang sejenis, dapat dijadikan sumber informasi, data pendukung dan bahan perbandingan. 9 F. Definisi Oprasional Sebelum penulis memberikan pengertian mengenai judul penelitian ini yaitu “Pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari”. Maka terlebih dahulu penulis menganggap perlu memberikan rumusan tentang definisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut: 1. Kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang bersifat memberikan kebebasan kepada mitra kerja (guru) untuk berpendapat dan berinisiatif di MTsN 1 Kendari. 2. Kinerja guru merupakan gambaran keseluruhan keterampilan yang ditampilkan oleh guru ketika sedang menjalankan tugas kependidikan yang mencerminkan kualitas profesionalismenya. Dalam hal ini kinerja guru yang dimaksud adalah kemampuan menyusun program, kemampuan melaksanakan program pembelajaran dan kemampuan melaksanakan evaluasi serta membimbing siswa kearah yang lebih baik di MTsN 1 Kendari. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Kepemimpinan Demokratis 1. Pengertian Kepemimpinan Demokratis Demokratis adalah keterbukaan dan keterbukaan memposisikan pekerjaan, dari, oleh dan untuk bersama. Pimpinan yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan. Tugas dan tanggung jawab dibagi menurut bidang masing-masing. Oteng Sutisna dalam Danim, mengemukakan bahwa kepemimpinan demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana pemimpin memainkan “peran permisif”. Istilah permisif berasal dari bahasa inggris permissive diartikan mengizinkan. Istilah ini hendaknya diartikan sebagai pembagian fungsi-fungsi kepemimpinan dengan para anggota kelompok melalui partisipasi mereka di dalam menetapkan perencanaan, tujuan, dan mengarahkan kegiatan.1 Denim merumuskan bahwa kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya kerena interaksi kelompok yang dinamis, dimaksudkan bahwa pemimpin mendelegasikan tugas dan memberikan kepercayaan kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang bermutu. 2 Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikut sertakan 1 Muhaimin, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Malang: UIN- Maliki Prees 2010), h. 45 2 Ibid, h. 46 11 bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Pemimpin dalam tipe ini menafsirkan kepemimpiannya bukan sebagai dictator melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah kelompoknya. Hubungan dengan para bawahannya bukan sebagai atasan dan bawahannya tetapi lebih pada saudara tua pada adiknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan bahkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Dalam proses pembelajaran, bila guru memiliki kinerja yang baik, siswa akan dapat belajar lebih mudah dan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Para guru ataupun staf lainnya akan mempunyai kinerja yang baik apabila kepala sekolah mampu menerapkan kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru, perlu diperhatikan gaya kepemimpinan yang diterapkan di sekolah. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang diperlukan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain.”Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku atau 12 strategi yang disukai oleh seorang pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi para pekerja”.3 Disamping itu pemimpin ini juga memberikan kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan cara mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawab. Sedangkan kepemimpinan yang demokratis kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, saling membantu didalam melaksanakan tugas sehari-hari dan akan tercipta suasana kerja yang sehat. Gaya demokratis dapat diterapkan bilamana para guru atau staf sudah mampu mengambil keputusan apa yang dilakukan sesuai dengan kewajibannya dan sudah mempunyai pengalaman yang cukup untuk menentukan langkah-langkah dalam melaksanakan pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan dapat diterapkan dimana dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi, seorang kepala sekolah atau pemimpin mengikutsertakan atau sama-sama bawahannya, baik diwakili oleh orang-orang tertentu atau berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan. Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa produktifitas kepala sekolah dapat meningkat dengan signifikan apabila penerapan sikap kepemimpinan yang demokratis seorang kepala sekolah dijadikan pedoman dalam melakukan 3 Mifta Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen; suatu pendekatan perilaku, sebagaimana dikutip oleh nurkolis, manajemen berbasis sekolah, teori, model, dan aplikasi (Jakarta: PT Grasindo, 2003), h. 167. 13 kepemimpinan karena sangat mempengaruhi unsur-unsur bawahan yang dipimpinnya. Terutama dikalangan guru sebab merekalah yang terlibat secara langsung dalam proses pendidikan. 2. Ciri-Ciri kepemimpinan demokratis Peran dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dalam satu lembaga pendidikan formal sebelumnya terfokus pada sikap dan prilaku dalam memimpin dan mengelola organisasi dalam perangkat organisasi yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah harus berjiwa demokratis. Dengan jiwa demokratis ini, maka dia akan memimpin anggota stafnya secara demokratis pula. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis ini akan nampak dalam sikap dan pola kepemimpinannya. Menurut Robbins dan Coulter gaya kepemimpinan demokratis merupakan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendeleasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.4 Menurut Sukanto ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis antara lain: 1) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin 2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternative prosedur yang dapat dipilih 3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.5 4 http://tipssoftwarenew.blogspot.com/contoh-kepemimpinan-demokratis, 15-05-2013 5 Ibid, 15-05-2013 14 Dari berbagai ciri-ciri kepemimpinan demokratis yang dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan seorang kepala sekolah yang demokratis adalah mampu memimpin dan mengatur seluruh guru dalam hal meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar di lembaga pendidikan formal. Ada beberapa sifat-sifat dalam kerangka pendidikan Islam yang efektif antara lain: (1) kepemimpinan intruksi, penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru atau baru bertugas untuk terus mengikuti peraturan, prosedur, mengatur waktu dan mengkoordinasi pekerjaan mereka; (2) kepemimpinan yang mendukung yaitu memberi perhatian pada kebutuhan bawahan, memperlihatkan perhatian terhadap kesejahteraan mereka dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja mereka, menerapkan pada bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi namun kemauan rendah; (3) kepemimpinan partisipasi, berkonsultasi dengan para bawahan dan memperhitungkan opini dan saran mereka, penerapannya pada bawahan (guru) yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemampuan kerja tinggi; dan (4) kepemimpinan yang berorientasi kepada keberhasilan, menetapkan tujuan-tujuan yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, menekankan kepada keunggulan dalam kinerja, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai standar yang tinggi, penerapannya bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi dan kemauan tinggi. 15 Dari uraian diatas bahwa sifat-sifat kepemimpinan efektif agar berlaku lemah lembut, menghindari ucapan keras dan kasar, menghindari kekerasan, tidak ragu dalam mengarahkan bawahan (guru) dengan baik. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis adalah : dalam proses menyelenggarakan bawahan selalu bertitik tolak pada manusia sebagai makhluk termulia di dunia, selalu berusaha menyesuaikan antara kepentingan tujuan organisasi dan kepentingan pribadi bawahannya, senang menerima saran dan pendapat bahkan kritik dari bawahan, selalu mengutakan kerjasama dan teman kerja dalam usaha mencapai tujuan, selalu berusaha agar bawahan lebih berhasil dan berusaha mengembangkan kapasitas dirinya sebagai pemimpin.6 Di antara ciri atau sifat kepemimpinan demokratis adalah : menyesuaikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan individu-individu yang ada dalam organisasi, mengutamakan kerjasama, bertindak sebagai bagian dari semua personil, mempercayai bawahan, memberi tanggung jawab, melibatkan bawahan dalam pengmbilan keputusan, senang menerima saran, pendapat dan kritik serta mengembangkan diri dan bawahan.7 Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang mengedepankan kebersamaan dengan bawahannya dalam mencapai tujuan pendidikan. 3. Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan yang meliputi sebagai berikut: 6 Erdiyanti, Dasar-Dasar Manajemen, (Kendari: CV. Shadra, 2009), h. 160 7 Hasan Basri, Pengantar Manajemen, (Kendari : CV. Shadra, 2009), h. 85 16 Kelebihan : Dari kepemimpinan demokratis adalah a) Seorang pemimpin memberikan kebebasan pada anggota kelompok untuk menentukan tujuan mereka sendiri,sehingga staf-stafnya dapat berkembang untuk meraih tujuan bersama. b) Keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya ras ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. c) Kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya. Kekurangan : Dari kepemimpinan demokratis adalah a) Karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum b) Keputusan serta tindakan kadang-kadang lambat, rasa tanggung jawab kurang, kuputusan yang dibuat bukan merupakan yang terbaik. c) Kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai dari pada keputusan yang tepat.8 a. Prilaku Kepemimpinan Prilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik seorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok. Menurut pendapat Hasibuan Malayu bahwa perilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut: (1) Mengambil keputusan; (2) Mengembangkan imajinasi; (3) Mengembangkan kesetiaan bawahannya; (4) Pemprakarsa, penggiatan dan mengendalian rencana; (5) Memanfaatkan sumber daya menusia dan sumbersumber lainnya; (6) Melaksanakan control dan perbaikan-perbaikan atas kesalahan; (7) Memberikan tanda penghargaan; (8) Mendelegasikan 8 http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/07/ciri-kepemimpinan-demokratis.html. 15/05/2013 17 wewenang kepada bawahannya; dan (9) Pelaksaan keputusan dengan memberikan dorongan kepada para bawahannya.9 Menurut Komaruddin mengungkapkan bahwa: Kepemimpinan bertugas untuk membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi, memberikan motivasi dan mengawasi pelaksanaan manajemen.10 Sementara Gary Yuki mengidentifikasi empat belas prilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut: 1. Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing), dengan indikator; menentukan sarana-sarana dan strategi-strategi jangka panjang. Mengelokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas-prioritas, menentukan cara menggunakan personil dan sumber-sumber daya untuk menghasilkan efesiensi tugas, dan menentukan cara memperbaiki koordinasi, produktivitas, serta efektivitas unit organisasi 2. Pemecahan masalah (problem solving), mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, menganalisis masalah pada waktu yang tepat, namun dengan cara yang sistematis untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan 9 Muhaimin, op.cit, h. 47 10 Kartika Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001), h. 163 18 mencari pemecahan, dan bertindak secara tegas mengimplementasikan solusisolusi untuk memecahkan masalah-masalah atau krisis-krisis penting. 3. Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies), membagibagi tugas, memberi arah tentang cara melakukan pekerjaan tersebut, dan mengkomunikasikan pengertian yang jelas mengenai tanggung jawab akan pekerjaan, dan sasaran tugas, batas waktu, serta harapan mengenai kinerja. 4. Memberi informasi (informing), membagi-bagi informasi yang relevan tentang keputusan, rencana dan kegiatan-kegiatan kepada orang yang membutuhkannya agar dapat melakukan pekerjaannya, memberi material dan dokumen tertulis, dan menjawab permintaan akan informasi teknis. 5. Memantau (monitoring), mengumpulkan informasi mengenai kegiatan kerja dan kondisi eksternal yang mempengaruhi pekerjaan tersebut, memberikan kemajuan dan kualitas pekerjaan, mengevaluasi kinerja para individu dan unit-unit organisasi, menganalisis kecenderungan-kecenderungan (trends), dan meramalkan peristiwa-peristiwa eksternal. 6. Memotivasi dan memberi inspirasi (motivating and inspiriting),dengan menggunakan teknik-teknik mempengaruhi yang menarik emosi atau logika untuk menimbulkan semangat terhadap sasaran tugas, dan penuh terhadap permintan-permintaan akan kerja sama, bantuan, dukungan, atau sumbersumber daya, memberikan suatu contoh mengenai perilaku yang sesuai. 7. Berkonsultasi (consulting), memeriksa pada orang-orang sebelum membuat perubahan yang akan mempengaruhi mereka, mendorong saran-saran untuk 19 membuat perbaikan, mengundang partisipasi didalam pengambilan keputusan, memasukkan ide-ide serta saran-saran dari orang lain dalam keputusankeputusan. 8. Mendelegasikan (delegating), mengizinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung jawab yang substansial dan kebijaksanaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kerja, menangani masalah, dan membuat masalah, dan membuat keputusan yang penting. 9. Memberi dukungan (supporting), bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar, dan membantu memperlihatkan simpati dan dukunagan jika seseorang bingung dan cemas, mendengarkan keluhan dan masalah, mencari minat seseorang. 10. Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring), memberi perhatian dan nasehat karir yang membantu, dan melakukan hal-hal yang membantu perolehan keterampilan seseorang, pengembangan profesional dan kemajuan karir. 11. Mengelola konflik dan membangun tim (manging and team building), memudahkan pemecahan konflik yang konstruktif, dan mendorong koperasi, kerja sama tim, dan identifikasi dengan unit kerja. 12. Membangun jaringan kerja (networking), bersosialisasi secara informal, mengembangkan kontak-kontak dengan orang-orang yang merupakan sumber informasi dan dukungan, dan mempertahankan kontak-kontak melalui 20 interaksi secara periodic, termasuk kunjungan, menelepon, korespondensi, dan kehadiran pada pertemuan-pertemuan serta peristiwa-peristiwa social. 13. Pengakuan (recognizing) memberi pujian dan pengakuan bagi kerja yang efektif, keberhasilan yang signifikan, dan kontribusi khusus, mengungkapkan penghargaan terhadap kontribusi dan upaya-upaya khusus seseorang. 14. Memberi imbalan (rewarding), memberi atau merekomendasikan imbalanimbalan yang nyata seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang kinerja efektif, keberhasilan segnifikan dan kompetensi yang terlihat. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pemimpin harus memiliki perilaku yang baik berkaitan dengan interpersonal atau perilaku hubungan terhadap mitra kerjanya (guru). b. Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah Di lingkungan dunia pendidikan, ada seperangkat keterampilan yang harus dimliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugas. Keterampilan kepala sekolah itu dimaksudkan sebagai bekal bagi mereka untuk dapat melaksanakn manajemen pendidikan secara lebih baik. Dengan keterampilan tersebut, diharapkan kepala sekolah dapat melaksanakn tugas secara efektif dan efisien. Robert L. Katz dalam Danim mengatakan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh administrator yang efektif adalah keterampilan teknis (technical 21 skill), keterampilan hubungan manusiawi (human relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).11 1. Keterampilan Teknis Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoretis ke dalam tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik, atau kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis. Keterampilan ini erat kaitannya dengan gerak motoris atau keterampilan tangan (manual). Keterampilan dimaksud antara lain adalah: a. Keterampilan menyusun program tertulis; b. Keterampilan membuat data statistik sekolah; c. Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya; d. Keterampilan menyusun laporan pertanggung jawaban; e. Keterampilan mengetik; f. Keterampilan menata ruangan; dan g. Keterampilan membuat surat. 2. Keterampilan Hubungan Manusiawi Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kedua belah pihak. Hubungan manusiawi melahirkan suasana 11 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 25 22 kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi antar pihak yang terlibat. Kepemimpinan memerlukan bentuk hubungan manusiawi yang efektif, artinya hubungan manusiawi dalam kependidikan adalah cara seorang pemimpin dalam memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya, yang akan memberikan tanggapan berupa kegiatan-kegiatan yang menunjang atau tidak bagi pencapaian tujuan organisasi. Keterampilan hubungan manusiawi ini antara lain: a. Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok; b. Keterampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan; c. Sikap terbuka terhadap kelompok kerja; d. Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan; e. Penghargaan terhadap nilai-nilai etis; f. Pemerataan tugas dan tanggung jawab; dan g. Iktikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain. 3. Keterampilan Konseptual Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan teoretis dan yang butuhkan di dalam dunia kerja. Kepala sekolah atau para pengelola satuan pendidikan dituntut dapat memahami konsep dan teori yang erat hubungannya dengan pekerjaan. Keterampilan yang dimiliki kepala sekolah ditujukan kepada upaya mencapai tujuan pandidikan pada umumnya dan kedewasaan anak didik pada khususnya. Lembaga pendidikan harus benar-benar berfungsi, baik sebagai pewaris nilai, agen pembaru, dan lembaga penempatan perilaku manusia. 23 Boardman dan koleganya mengemukakan bahwa kemampuan pribadi harus dimiliki setiap administrator sekolah harus mampu mengorganisasikan staf dan membantu guru dalam memformulasikan program bagi peningkatan kualitas pembelajaran disekolah12. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan kemampuan professional guru, mengembangkan program supervisi, dan merangsang guru-guru untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha mencapai tujuan pendidikan. Seorang kepala sekolah diharuskan untuk dapat menciptakan situasi belajar dan mengajar yang baik untuk mempertinggi moral guru-guru, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab. Karena moral dan akhlak yang tercermin lewat tingkah laku guru-guru tersebut sangatlah penting artinya menentukan terhadap jalannya proses belajar mengajar. Dengan melihat uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki keterampilan tangan, komunikasi yang dengan bawahannya (guru) maupun memiliki wawasan yang luas untuk dapat meningkatkan kinerja guru. c. Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sangat menentukan keberhasilan sekolah. Sekolah yang efektif atau sukses hampir selalu ditentukan kepemimpinan kepala sekolahlah sebagai kunci kesuksesan. Kepala sekolah tidak hanya memberi 12 h. 16 Lazaruth Soewadji, Kepala sekolah dan tanggung jawabnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 24 layanan saja tetapi juga memelihara segala sesuatunya secara lancar dan terusmenerus dengan memelihara kerukunan, mencurahkan waktu, energi, intelek dan emosi untuk memperbaiki sekolah. Kepala sekolah merupakan sosok unik membantu sekolah: beri image tentang apa yang dapat dilakukan, memberi arahan atau dorongan dan keterampilan untuk membuat perkiraan image sebelumnya. Kepemimpinan kepala sekolah efektif selalu dikaitkan dengan kedudukan sebagai pengelola pembelajaran (instructure manager), pemimpin inspirasional (inspiration leader), pengelola sumber daya (manager of resources, pakar organisasi (organizational expert), pemimpin cultural (cultural leader) dan penasehat atau pelindung guru (teacher advocate). Menurut Mulyasa kreteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah sebagai berikut: 1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif 2. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan 3. Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan 4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah 5. Mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah 6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah ssecara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.13 Secara khusus di bidang pendidikan formal, produktivitas sekolah ditentukan tiga fungsi utama yaitu: fungsi administrator, psikologis, ekonomi. Ketiga fungsi 13 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 35 25 tersebut menentukan tinggi rendahnya tingkat produktivitas sekolah. Produktivitas merupakan kriteria, pencapaian kerja yang diterapkan kepada individu, kelompok dan organisasi. Sebaliknya produktivitas hanya memerlukan kreativitas. Produktivitas meliputi: prestasi akademis, kreativitas dan pemimpin. Untuk menetapkan administrasi pendidikan di sekolah sebagai lembaga pendidikan harus diperhatikan unsur-unsur penting dalam kegiatan pendidikan di sekolah: murid yang diproses akan menjadi output sekolah, guru dan personil lain yang membantu dalam proses belajar. Kurikulum yaitu kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan di sekolah mencakup menteri yang harus dikuasai murid, alat bantu yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah meliputi: alat pelajaran, alat perlengkapan, gedung dan ruang belajar serta keuangan, faktor-faktor lain yang harus digunakan dan diperlukan untuk mempertinggi dan meningkatkan efektif proses belajar mengajar. Dari berbagai kriteria kepemimpinan kepala sekolah tidak akan terlepas dari tanggung jawab, maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri atau komunitas, artinya kekuasaan tersebut digunakan untuk mengatur orang dengan cara yang baik. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Menurut H. Jodeph Reitz faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi: 1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpian yang berorientasi kepada bawahan atau orang. 26 2. 3. 4. 5. 6. Pengharapan dan perilaku atasan, sebagai contoh, atasan yang secara jelas memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlikan pendekatan yang direktif dari pimpinan Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. Sebagai contoh, bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi kepada tugas Ikim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pension, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan. Harapan dan perilaku rekan. Sebagai contoh, manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif.14 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dikatakan efektif jika pemimpin memiliki kepribadian, prilaku, karakteristik, pengelolaan, lingkungan dan komunikasi yang baik terhadap bawahanya (guru). B. Hakekat Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Menurut T. Aritonang kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi.15 14 Fattah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 98 15 Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), h. 14 27 Rivai mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama priode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, targer atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.16 Menurut Sulistyorini kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.17 Dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu pencapaian yang baik bagi individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Standar beban kerja guru mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban kinerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik.18 Menurut pidarta bahwa moral kerja positif adalah suasana kerja yang gembira, bekerja bukan dirasakan sebagai suatu yang dipaksakan melainkan sebagai suatu yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. 16 Ibid, h. 12 17 http://psb-psma.org/content/blog/kinerja-guru-dan-penilaian-kinerja, 15-05-2013 18 Barnawi & Mohammad Arifin , op. cit, h. 14 28 Kinerja guru sebagai tenaga kependidikan dan sebagai karyawan atau pegawai negeri sipil baik di lembaga atau yayasan sekolah, berperan sebagai pengelola pendidikan. Maka sebagai seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah dalam rangka mencapai tujuan, terkait dengan prestasi belajar siswa. Pendidik atau guru sebagai unsur yang sangat strategis dan sebagai ujung tombak dalam merealisasikan tujuan untuk mewujudkan produktivitas sekolah yang yang berkualitas. Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian kinerja guru merupakan hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah baik sebagai pendidik dan pengajar dalam rangka mencapai tujuan yaitu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Terbentuknya potensi peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Allah swt dan memiliki kecerdasan, keterampilan, keterampilan, kecakapan dan bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan Negara. Dari pengertian diatas bahwa kinerja guru merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. 29 2. Pengertian Guru Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “defenisi guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar.” 19 Guru merupakan sosok yang mengembang tugas mengajar, mendidik dan membimbing. Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru profesional yang harus menyuasai betul seluk-beluk pendidikan dan mengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.20 Guru adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai tugas unik. Masyarakat itu berkembang, berubah mengalami kemajuan dan pembaruan. Masyarakat dinamis menghendaki perubahan dan pembaruan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, untuk mencapai harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan statusnya sekarang. Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah, hanya dapt dicapai melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran guru tidak dapat dilepaskan, karena guru berperan sebagai agen pembaruan, mengarahkan peserta didik dan juga masyarakat mencapai sesuatu yang telah ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. 19 Pusat Bahasa Departemen, Pendidikan Nasional, Kamus Basar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 330 20 Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 5 30 Guru pada hakikatnya berhadapan dengan peserta didik calon guru. Guru yang mendidik calon guru mempunyai tugas dan tanggung jawab lebih besar lagi. Karena penampilannya akan menjadi contoh bagi perilaku peserta didiknya dikemudian hari. Guru yang mendidik calon guru tidak cukup mempunyai teori tentang pengelolaan proses belajar mengajar, akan tetapi harus mampu mengaktualisasikan dalam perbuatan dan penampilan segala yang diperlukan bagi kemampuan guru. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan profesi yang memiliki kemampuan dan keahlian dalam mendidik, mengajar serta membimbing anak didiknya menjadi lebih baik. 3. Tugas Dan Fungsi Guru Tugas adalah aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh seseorang dalam memainkan peranan tertentu. Sedangkan fungsi adalah jabatan atau pekerjaan yang dilakukan. Jadi tugas dan fungsi guru yaitu segala aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh guru dalam peranannya sebagai guru. Dalam UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.21 21 Mujtahid, Pengembangan profesi guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 44 31 a. Guru Sebagai Pendidik Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan mengabdikan kepada mesyarakat. b. Guru sebagai pengajar Tugas utama guru sebagai pendidik adalah mengajar pada satuan pendidikan. Dalam pundak guru, harus tergabung sikap komitmen dan mental professional guna meningkatkan mutu pembelajaran ditempat mereka bertugas. c. Guru sebagai pelatih Guru harus bertindak sebagai tenaga pelatih, kerena pendidikan dan pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik intelektual, sikap maupun motorik. Agar dapat berfikir kritis, berprilaku sopan dan menguasai keterampilan, peserta didik harus mengalami banyak latihan yang teratur dan konsisten.22 Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja guru antara lain sebagai berikut: 1) Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, 2) penguasaan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, 3) penguasaan metode dan strategi mengajar, 4) memberi tugas-tugas kepada peserta didik, 5) kemempuan mengelola kelas, 6) kemampuan melakukan evaluasi dan, 7) kemampuan mengajar, mendidik dan melatih peserta didik dalam mengembangkan potensi diri dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik. 22 Kumandar, Guru Profesional, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h. 179 32 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Menurut Pidarta bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu: “ (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah”.23 Dengan demikian dampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Selain itu, tingkat kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang turut mempengaruhi, baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari guru seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya lingkungan kerja fisik, sarana prasarana, gaji kepemimpinan dan lain-lain.24 Menurut Sutemeister dalam srimulyo mengemukakan pendapatnya, bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: “(1) faktor kemampuan: a) pengetahuan: pendidikan, pengalaman, latihan dan minat, b) keterampilan: kecakapan dan kepribadian. (2) faktor motivasi: a) kondisi social: organisasi formal dan informal, kepemimpinan, b) serikat kerja kebutuhan individual: fisiologis, sosial dan egoistic, c) kondisi fisik: lingkungan kerja.”25 23 http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor%20yang%20-mempengaruhi-%20kinerja%20guru.html. 15/05/2013 24 Barnawi & Muhammad arifin, op. cit, h. 44 25 Kumandar, op.cit, h. 40 33 Dari pendapat diatas bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen organisasi dibawah pimpinannya ditekankan untuk memiliki sikap yang demokratis dalam melakukan interaksi dengan guru, kebijakan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap cara mengkomunikasikan permasalahan yang berkaitan dengan motivasi yang diberikan dalam melaksanakan proses pembeljaran yang dilaksanakan oleh guru. C. Kerangka Pikir Kepemimpinan demokratis berujuan untuk memberi arahan dan tugas kepada guru dengan kemampuan mereka masing-masing dalam proses mengajar, agar kinerja guru dapat berjalan sesuai kompotensi propesionalisme guru, dengan memperhatikan aspek keberhasilan dalam proses pembelajaran. Komunikasi berlangsung timbal balik antara pimpinan dan bawahan serta tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan. Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti membuat skema yang akan dijadikan sebagai kerangka pikir dalam penelitian ini, sebagaimana yang tertera pada gambar berikut : 34 Kepemimpinan Demokratis Kekuasaan/wewenang pimpinan tidak mutlak/sepenuhnya, keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan, komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan, pimpinan mendorong prestasi para bawahan dalam batas kemampuan masingmasing, tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan Kinerja Guru Perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan program pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran Gambar 1 : Skema kerangka pikir pengaruh kepemimpinana demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru D. Hipotesis Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian, yakni; “diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari”. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif, maksudnya adalah pengolahan data berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ditemui di lapangan secara objektif, kuantitatif maksudnya yaitu pengolahan data yang didasari prinsip-prinsip statistik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Kendari. Adapun waktu penelitian dilakukan sejak pengambilan data hingga perampungan skripsi selama 3 bulan, sejak bulan Juli sampai September 2013. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh guru yang ada di MTsN 1 kendari yang berjumlah 35 tenaga pendidik. 2. Sampel Sampel menurut Yatim yaitu; “Teknik penelitian yang mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan objek penelitian yang berhubungan dengan masalah, 36 namun sebagian saja, tetapi dianggap dapat mewakili semua unsur”.1 akan tetapi mengigat populasi kurang dari 100 maka, pengambil sampel secara non random sampling (tidak secara acak). Suharsimi Arikunto, menyatakan bahwa: Dalam pengambilan sampel yang apabila sampelnya kurangnya dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.2 Berdasarkan jumlah populasi di atas maka penulis mengambil sampel sebanyak 100% dari jumlah populasi yaitu sebesar 35 orang. D. Variable Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: X Y Variable X : Kepemimpinan demokratis kepala sekolah Variable Y : Kinerja Guru E. Teknik Pengumpulan Data Metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan) adalah penelitian yang dilakukan di lapangan untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan permasalahan. 1 Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: Rineka Cipta), 1993, h. 107 2 37 Adapun teknik dari pada pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Observasi (pengamatan), yakni dengan mengamati secara langsung objek penelitian. Dalam hal ini penulis mengamati lokasi, fisik, keadaan sarana dan prasarana serta kegiatan dan aktifitas guru yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. 2. Quesioner (angket), yaitu kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada guru-guru dan cara menjawabnya secara tertulis tentang permasalahan yang diteliti. Adapun skala angket dengan empat opsi yang digunakan adalah skala likers yang dimodifikasi dalam bentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban : a) selalu b) sering c) kadang-kadang d) tidak pernah. Untuk persekorannya ditentukan berdasarkan pada pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor masing-masing : a. 4 b. 3 c. 2 d. 1 sedangkan pernyataan negatif diberi skor masingmasing : a, 1 b. 2 c. 3 d. 4. 3. Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mencatat dan menyalin data yang terdapat di sekolah (kepala sekolah, sejumlah guru dan dukumen lain yang erat kaitannya dengan pembahasan topik penelitian. 38 F. Kisi-Kisi Instrumen Kisi-kisi instrument penelitian tentang pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari. No Variabel 1. Prilaku kepemimpinan demokratis (X) Indikator 1. Pemberian arahan Item 1, 2, 3, 4 Jumlah 4 dan tugas 2. Komunikasi dan koordinasi antara guru dan kepala 5, 6, 7, 8, 9, 10 6 11, 12, 13, 14, 15 5 1, 2, 3, 4, 5 5 6, 7, 8, 9, 10 5 11,12, 13, 14, 15 5 sekolah 3. Cara pengambilan keputusan dan kebijakan kepala sekolah 2. Kinerja guru (Y) 1. Penyusunan program pembelajaran 2. Pelaksanaan pembelajaran 3. Penilaian hasil evaluasi siswa Tabel. Kisi-kisi instumen 39 G. Teknik Analisis Data 1. Analisis statistik deskriptif Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis agar mendapatkan data yang valid dan cocok untuk disajikan sesuai dengan masalah yang dibahas. Analisis desktiptif yang digunakan meliputi; Menghitung rata-rata, persentase (%), distribusi frekuensi dan penyebaran data. Untuk menghitung persentase (%) digunakan rumus sebagai berikut: Pο½ F x100% N Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah Responden.3 Berdasarkan perhitungan persentase dalam tabel distribusi frekuensi relatif, dinamakan tabel persentase yang kemudian diinterprestasikan dalam bentuk uraian yang kemudian ditarik kesimpulan. Kedua data dari masing-masing variabel pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan kategori berikut : Nilai (81 – 100) % Nilai (61 - 80) % Nilai (41 – 60) % Nilai (21 – 40) % Nilai (0 – 20) % 3 = Sangat Tinggi = Tinggi = Sedang = Rendah = Sangat Rendah.4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 81 4 Ibid, h. 204 40 2. Analisis statistik inferensial Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan mengelolahnya. Setelah itu menganalisis data. Untuk analisis data inferensial dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas b. Uji regresi linear sederhana c. Uji koefisien korelasi product moment d. Uji koefisien determinasi e. Uji sinifikansi a. Uji Normalitas Adapun untuk mengetahui kenormalitas data dari tiap variabel, digunakan rumus kemiringan kurva dari tiap variabel yang dimodifikasi, yaitu: πΎπ = π₯ − ππ ππ· Keterangan : Km : Kemiringan Kurva Mo : Nilai Paling Banyak Muncul SD : Standar Deviasi X : Rata-rata.5 ΕΆ=a+bX Keterangan: ΕΆ = Nilai yang diprediksikan a = Konstanta atau bila harga X = 0 b = Koefisien regresi 5 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2005); h. 315 41 X = Nilai variabel independen.6 Untuk mencari nilai a dan b, maka penulis menggunakan persamaan regresi yakni: π= π= (Σ π₯π¦) – (Σπ₯)(Σπ¦) n(Σx2 )−(Σ x )2 Σ π¦ − π Σπ₯ n ΕΆ = a + bX b. Uji koefisien korelasi product moment Sedangkan menggunakan salah satu analisis statistik, dalam hal ini untuk menguji hipotesis ada tidaknya pengaruh antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 kendari, maka di gunakan rumus product moment (person) sebagai berikut: ππ₯π¦ = π∑ππ − (∑π)(∑π) √{π ∑π 2 − (∑π)2 } {π∑π 2 − (∑π)²} Keterangan : rxy N ∑XY ∑X ∑Y = Koefisien korelasi antara variable X dengan variabel Y = Jumlah responden = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y = Jumlah seluruh skor X = Jumlah seluruh skor Y.7 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 262 7 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 206 42 c. Uji koefisien determinasi Berdasarkan nilai koefisien product moment yang diperoleh selanjutnya akan dilihat koefisien determinasinya (KD) untuk mengetahui berapa besar sumbangan variable X terhadap Variabel Y. KD = r2 x 100 %. Keterangan: KD r² = Nilai Koefisien Determinasi = Nilai Koefisien Korelasi.8 d. Uji sinifikansi Dan dilanjutkan dengan uji signifikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: t hitung Dimana: t = Nilai uji signifikansi antara variabel X dan Y r = Nilai korelasi rata-rata n = Banyak responden. 9 hitung Kaidah pengujian: 1. Jika t hitung >t tabel maka tolak H 0 terima H 1 artinya signifikan, dan 2. Jika t hitung <t tabel maka tolak H 1 terimah H0 artinya tidak signifikan 8 Riduwan, dkk, Rumus dan Data dalam Analisis Statistik, (Bandung: Alfabseta, 2007), h. 125 9 Sugiyono, op. Cit, h. 184 43 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTsN 1 Kendari 1. Sejarah Singkat MTsN 1 Kendari MTsN 1 Kendari adalah salah satu Madrasah Tsanawiah di Sulawesi Tenggara yang merupakan bagian departemen agama, untuk menyelenggaran pendidikan sekolah menengah pertama yang bercirikan Islam. MTsN 1 Kendari berdiri pada tahun 1969 dengan jumlah siswa 37 orang dan sekaligus alumni pertama pada tahun 1971. Sebagai madrasah yang baru berdiri tentunya banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi, mulai dari rekrutmen siswa, tenaga pengajar maupun fasilitas pendidikan. Departemen agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam pada waktu itu secara terus menerus melakukan berbagai upaya pembinaan, penyempurnaan dan pengembangan madrasah dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan dan pengelolaannya. Melalui “Proyek Pembinaan Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar” mendapatkan bantuan pinjam ADB Loan 1994-INO, telah mengantarkan Madrasah Tsanawiah sebagai salah satu strategi pembinaan yang diarahkan untuk meningkatkan mutu madrasah yang bersangkutan sekaligus pembinaan terhadap Madrasah Tsanawiah disekitarnya serta mendukung perintisan dan mempercepat penuntasan Program Wajib Belajar Diknas 9 Tahun. 44 Untuk mewujudkan percepatan tujuan tersebut, maka sejak tahun 1993 telah ditetapkan MTsN 1 Kendari sebagai MTsN Model sebagai upaya mengembangkan kualitas madrasah si seluruh Indonesia. Dengan demikian MTsN 1 Kendari sebagai satu-satunya Madrasah Tsanawiah Model di Sulawesi Tenggara telah mempersiapkan berbagai hal yang dapat mendukung pencapaian program seperti: pemanfaatan fasilitas secara optimal, optimalisasi pembinaan peserta didik dengan berbagai strategi, mengikuti serta mengkaji setiap perkembangan kurikulum. MTsN 1 Kendari mempunyai tujuan pendidikan sebagai yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahian dan keterampilan, kesehatan jasmani rohani, kepribadian yang baik dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam sejarah MTsN 1 Kendari, sejak tahun 1969 sampai tahun 2011 telah beberapa kali berganti kepela madrasah yaitu: a. Plaki b. M. Dahlan P c. Muh. Al-jufri, BA d. Drs. Abd. Muis D e. Drs. Ramlan f. Drs. Abd. Rauf M g. Drs. Rahman 45 h. La Duku, S.Ag i. Nyuheri Slamet, S.Pd., M.Pd j. La Tangkalalo, S.Pd,. M.Pd (sampai sekarang) Berdirinya MTsN 1 Kendari merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan madrasah tsanawiah agar memiliki fasilitas pengembangan kegiatan pembelajaran yang akan memanfaatkan, tidak hanya untuk kepentingan MTsN 1 Kendari, akan tetapi berfungsi pula untuk perkembangan madrasah yang ada di sekitarnya. Maka kaitannya dengan era globalisasi dewasa ini MTsN 1 Kendari tak lepas dari berbagai masalah dalam rangka mencari format untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang muktaklis sesuai dengan kebutuhan zaman dan keinginan masyarakat luas. Saat ini MTsN 1 Kendari telah menglami banyak kemajuan baik dari segi sarana dan prasarana maupun kualitas guru dan para siswa. Semua itu merupakan bagian upaya dari komite sekolah serta pelaksanaan pendidikan lainnya yang telah membantu terlaksananya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Kemajuan tersebut tak luput dari kinerja pelaksanaan pendidikan khususnya seorang kepala sekolah yang giat mengontrol dan memberikan pengarahan serta bimbingan terhadap pelaksanaan pendidikan serta kerja keras para guru dalam meningkatkan kualitas output siswa. 46 2. Keadaan Guru Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan efektif tanpa kehadiran guru. Guru bukan hanya orang yang mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada anak didiknya, akan tetapi juga dia bertanggung jawab akan keberhasilan peserta didiknya. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar dituntut untuk mempunyai kualitas sumber daya manusia yang potensial serta memiliki kesehatan baik jasmani dan rohani agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Tabel : 1 Adapun keadaan guru di MTsN 1 Kendari sebagai berikut: JENIS NO NAMA GURU STATUS KEPEGAWAIAN KELAMIN 1. La Tangkalalo, S.Pd., M.Pd L Guru PNS 2. Hidayati Fauziah, S.Pd., M.Sc P Guru PNS 3. Ujang Sumarna, S.Pd L Guru PNS 4. Suparman, S.PdI L Guru PNS 5. Yusnawati, S.Ag P Guru PNS 6. Enok Ahdiani Halim, S.PdI P Guru PNS 7. Drs. Komas Rusman L Guru PNS 8. Drs. Ismail L Guru PNS 9. Dra. Hafsah P Guru PNS 10. Dra. Najema L Guru PNS 11. Drs. Barmin., MA L Guru PNS 12. Kasmawati Idrus, S.Pd.,M.Pd P Guru PNS 13. Dra. Hj. Mulyani Iskandar P Guru PNS 14. Hasanuddin, S.Ag L Guru PNS 15. Marwati, S.Ip.,M.Pd L Guru PNS 16. Wo Ode Lalodati, S.Ag P Guru PNS 17. Wa Ode Fatimah, S.Pd P Guru PNS 47 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. Burhanuddin, S.Ag Dra. Tri Arida Rahmawati Dra. Yusmiati Sitti Ratna, S.Pd Husniah, S.Pd.,M.Si Muslihah, S. Ag.,M.Si Wa Ode purnawati, S.Pd Haniah, S.Pd Anida Ratnasari, S.Pd Hj. Rosmiati, S.Ag Nuraeni, S.Pd Nurhayati, S.Pd Lusdianti, S.Pd La Subuh, S.Pd.,M.Pd Erna, S.Pd Agung Takwim, S.Pd Faisal Pribadi, S.Pd Sarni Gande, S.Ag L P P P P P P P P P P P P L P L L P Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Sumber data: Kantor MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013 3. Keadaan Staf Dan Tata Usaha Dalam suatu lembaga pendidikan masalah staf merupakan salah stu dari komponen masyarakat yang beda dalam lingkungan pendidikan sebagai penunjang pelaksanaan proses pengelolaan administrasi. Selain itu, staf juga merupakan yang harus berperan aktif, menempatkan diri sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman yang modern. Pada saat ini MTsN 1 Kendari dalam pelayanan Administrasi didukung oleh staf tata usaha yang telah memadai. Adapun keadaan staf dan tata usaha di MTsN 1 Kendari sebagai berikut: 48 Tabel : 2 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. NAMA Aspa, S.Pd.I Nurcahaya Buhari, S.Sos Dra. Wari Dyah Astati Mardiana Rasnah, S.Ag Dharmawaty, S.Sos Ibrahim Nurlian Juhaeni Maulana Sarini Masyud Novita Surya Wardhana Jumain Laode Faisal Roy Sastra Rizal Lukman JENIS KELAMIN P P L P P P P L P P P P P L L L L L STATUS KEPEGAWAIAN Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Guru Non PNS Sumber data: Kantor MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013 NO 1. 2. KETERANGAN JUMLAH Staf Tata Usaha PNS 6 Staf Usaha Non PNS 12 JUMLAH 18 4. Keadaan Siswa Peserta didik atau siswa merupakan salah satu komponen pendidikan. Perta didik harus dididik dan dibina dengan berbagai disiplin ilmu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya yang semakin kompleks. Maka, guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam kelas, untuk itu juga sekolah perlu menerapkan jumlah siswa yang diterima dalam setiap tahun dengan memperhatikan 49 kapasitas daya tampung. Data terakhir tahun 2013-2014 seluruh siswa berjumlah 948 siswa. Tabel : 3 Adapun keadaan siswa di MTsN 1 Kendari Tahun Ajaran 2012/2013 sebagai berikut: NO. 1. 2. 3. 2 KELAS VII VIII IX JUMLAH JUMLAH SISWA 339 Orang 312 Orang 297 Orang 948 Orang NO. 1. 2. JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan Jumlah JUMLAH SISWA 449 499 948 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sejak awal berdirinya sampai saat ini MTsN 1 Kendari telah memiliki sarana dan prasarana yang mengalami kemajuan dari tahun ke tahun yang baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun kondisinya. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang bersifat fisik atau material yang dimanfaatkan untuk memperlancar proses pendidikan dan pembelajaran seperti media pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan sulit dilakukan secara 50 maksimal apabila media atau sarana pembelajaran tidak sesuai dengan standar atau tidak tersedia. Adapun keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTsN 1 Kendari sebagai berikut: Tabel : 4 NO JENIS PRASARANA JUMLAH KETERANGAN 1. Ruang kelas 25 Baik 2. Perpustakaan 1 Baik 3. Ruang Lab. IPA 1 Baik 4. Ruang Lab. Biologi 5. Ruang Lab. Fisika 6. Ruang Lab. Kimia 7. Ruang Lab. Komputer 1 Baik 8. Ruang Lab. Bahasa 1 Baik 9. Ruang pimpinan 1 Baik 10. Ruang Guru 1 Baik 11. Ruang tata usaha 1 Baik 12. Ruang konseling 1 Baik 13. Tempat ibadah 1 Baik 14. Ruang UKS 1 Baik 15. Jamban 1 Baik 16. Gudang 1 Baik 17. Ruang sirkulasi 18. Tempat Olah Raga 1 Baik 19. Ruang Organisasi Kesiswaan 1 Baik 20. Ruang Lainnya Sumber data: Ruang Tata Usaha MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013 B. Deskripsi Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial untuk menggambarkan Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari, sedangkan teknik statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan sekaligus 51 menjelaskan ada atau tidaknya Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari. 1. Deskripsi Kepemimpinan demokratis kepala MTsN 1 Kendari Sistem kepemimpinan demokratis adalah sistem kepemimpinan yang memberikan kebebasan berkreasi kepada guru sehingga menghasilkan kualitas hasil belajar siswa dengan apa yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui kondisi objektif kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari, maka dapat digunakan analisis kuantitatif deskriptif, sehingga dapat diketahui secara valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel tabulasi angket sebagai berikut :. Tabel : 5 Tanggapan responden terhadap kepala sekolah memberikan arahan sebelum melakukan tugas No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 21 60 2. Sering 6 17,14 3. Kadang-kadang 8 22,86 4. Tidak pernah Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 21 responden atau 60% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 6 responden atau 17,14% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 8 responden atau 22,87% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap kepala sekolah memberi tugas sesuai dengan aturan atau kebijakan yang berlaku 23 52 responden menyatakan selalu atau 66%, yang menyatakan sering 10 responden atau 28% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 2 responden atau 6% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 6 Tanggapan responden terhadap kepala sekolah bekerja sama dengan guru dalam menjalankan tugas demi tercapainya tujuan sekolah Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 18 51,43 2. Sering 13 37,14 3. Kadang-kadang 4 11,43 4. Tidak pernah Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 4 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 18 responden atau 51,43% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 13 responden atau 37,14% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap melakukan penunjukan langsung dalam memberikan tugas dan tanggung jawab kepada guru 21 responden menyatakan selalu atau 60%, yang menyatakan sering 7 responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 6 responden atau 17% dan yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 3%. 53 Tabel : 7 Tanggapan responden terhadap apakah kepala sekolah mengkoordinasikan kepada guru untuk melakukan kerjasama dengan guru lainnya dalam menjalankan tugas Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 14 40 2. Sering 16 45,71 3. Kadang-kadang 4 11,43 4. Tidak pernah 1 2,86 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 6 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 14 responden atau 40% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 16 responden atau 45,71% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11,43% dan yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 2,86%. Tanggapan responden terhadap komunikasi antara guru dengan kepala sekolah terjalin dengan baik 15 responden menyatakan selalu atau 42,86%, yang menyatakan sering 11 responden atau 31,43% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 9 responden atau 25,71% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada responden atau 0%. Tabel : 8 Tanggapan responden terhadap setiap perubahan sistem pembelajaran kepala sekolah mengadakan sosialisasi kepada guru Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 22 63 2. Sering 8 23 3. Kadang-kadang 4 11 4. Tidak pernah 1 3 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8 54 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 22 responden atau 63% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 8 responden atau 23% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11% dan yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 3%. Tanggapan responden terhadap kepala sekolah melakukan rapat koordinasi setiap awal semester 26 responden menyatakan selalu atau 74,28%, yang menyatakan sering 5 responden atau 14,28% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 4 responden atau 11,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak pernah responden atau 0%. Tabel : 9 Tanggapan responden terhadap kegiatan yang diikuti oleh sekolah selalu dikoordinasikan dengan semua guru Tanggapan Frekuensi Persentase (%) No Responden (F) 1. Selalu 9 26 2. Sering 13 37 3. Kadang-kadang 13 37 4. Tidak pernah Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9 Dari tabel di atas menunjukan bahwa 9 responden atau 26% yang menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 13 responden atau 37% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 13 responden atau 37% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap pernakah terjadi kesalah pahaman antar guru dengan kepala sekolah tidak ada atau 0% menyatakan selalu, yang menyatakan sering 2 responden atau 5,71% sedangkan yang menyatakan 55 kadang-kadang 29 responden atau 82,86% dan yang menyatakan tidak pernah 4 responden atau 11,43%. Tabel : 10 Tanggapan responden terhadap hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan guru terjalin dengan baik No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 12 34,3 2. Sering 16 45,7 3. Kadang-kadang 7 20 4. Tidak pernah Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 11 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 12 responden atau 34,3% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 16 responden atau 45,7% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 7 responden atau 20% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada responden atau 0%. Tanggapan responden terhadap setelah selesai rapat kepala sekolah menindak lanjuti kesepakatan yang dicapai berdasarkan hasil rapat 14 responden menyatakan selalu atau 40%, yang menyatakan sering 10 responden atau 28,57% sedangkan yang menyatakan kadangkadang 11 responden atau 31,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. 56 Tabel : 11 Tanggapan responden terhadap pengambilan setiap keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah dilakukan melalui musyawarah Tanggapan Frekuensi Persentase (%) No Responden (F) 1. Selalu 10 28,57 2. Sering 14 40 3. Kadang-kadang 11 31,43 4. Tidak pernah Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 10 responden atau 28,57% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden atau 40% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 11 responden atau 31,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap dalam mengambil setiap keputusan guru turut dilibatkan 12 responden menyatakan selalu atau 34,3%, yang menyatakan sering 12 responden atau 34,3% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 11 responden atau 31,4% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 12 Tanggapan responden terhadap dalam mengambil kebijakan kepala sekolah selalu melibatkan seluruh guru Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 12 34,3 2. Sering 9 25,7 3. Kadang-kadang 13 37,1 4. Tidak pernah 1 2,9 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15 57 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 12 responden atau 34,3% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 9 responden atau 25,7% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 13 responden atau 37,1% dan yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 2,9% Berdasarkan hasil tabulasi angket yang telah dijabarkan diatas, maka untuk memberikan kategorisasi tentang kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari, dapat digunakan pedoman dibawah ini : Tabel : 13 Kategorisasi kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari Interval Frekuensi Persentase Kategori 20 57,14 Sangat Tinggi 81 - 100% 61 – 80% 15 42,86 Tinggi 41 – 60% 0 0 Sedang 21 – 40% 0 0 Rendah 0 – 20% 0 0 Rendah Sekali Berdasarkan kategorisasi pada tabel tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari adalah terdapat 20 responden yang berada pada interval 81 – 100% yang berarti termasuk kategori sangat tinggi. 2. Kinerja guru di MTsN 1 Kendari (Y) Berbicara mengenai kinerja guru, berarti membahas tentang kualitas dan kemampuan dalam melaksanakan tugas (mengajar) kepada peserta didik. Indikatornya adalah terkait dengan kualitas dan kuantitas serta profesionalisme seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga pendidik. 58 Hasil pengolahan angket yang telah diberikan kepada responden berkenaan dengan kinerja guru di MTsN 1 Kendari sebagai berikut :. Tabel : 14 Tanggapan responden terhadap menyusun silabus pembelajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 31 88,6 2. Sering 3 8,6 3. Kadang-kadang 1 2,8 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 31 responden atau 88,6% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 3 responden atau 8,6% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 1 responden atau 2,8% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap setiap akhir semester menysun program semester berikutnya sebelum melaksanakan proses pembelajaran 27 responden menyatakan selalu atau 77,14%, yang menyatakan sering 7 responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 1 responden atau 2,86% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. 59 Tabel : 15 Tanggapan responden terhadap membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran Tanggapan Frekuensi (F) Persentase No Responden (%) 1. Selalu 33 94,3 2. Sering 2 5,7 3. Kadang-kadang 0 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 3 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 33 responden atau 94,3% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 2 responden atau 5,7% sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap menjelaskan materi pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah disusun 27 responden menyatakan selalu atau 77,14%, yang menyatakan sering 8 responden atau 22,86% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 16 Tanggapan responden terhadap menguasai pembuatan rencana pembelajaran setiap melakukan proses pembelajaran Tanggapan Frekuensi Persentase (%) No Responden (F) 1. Selalu 20 57,14 2. Sering 11 31,43 3. Kadang-kadang 4 11,43 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 7 60 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 20 responden atau 57,14% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 11 responden atau 31,43% sedangkan yang menjawab kadang-kadang 4 responden atau 11,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 29 responden menyatakan selalu atau 82,86%, yang menyatakan sering 6 responden atau 17,14% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 17 Tanggapan responden terhadap guru mendalami dan memahami materi yang akan disampaikan Tanggapan Frekuensi Persentase (%) No Responden (F) 1. Selalu 22 62,8 2. Sering 10 28,6 3. Kadang-kadang 3 8,6 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 22 responden atau 62,8% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 10 responden atau 28,6% sedangkan yang menjawab kadang-kadang 3 responden atau 8,6% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap menyiapkan media sesuai dengan materi yang diajarkan sebelum melakukan pembelajaran 11 responden menyatakan selalu atau 31,4%, yang menyatakan sering 61 10 responden atau 28,6% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 14 responden atau 40% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 18 Tanggapan responden terhadap melakukan inovasi-inovasi pembelajaran yang mudah dipahami siswa Tanggapan Frekuensi Persentase (%) No Responden (F) 1. Selalu 16 45,71 2. Sering 12 34,29 3. Kadang-kadang 7 20 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 16 responden atau 45,71% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 12 responden atau 34,29% sedangkan yang menjawab kadang-kadang 7 responden atau 20% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap menguasai penggunaan media pembelajaran yang ada sebelum melakukan proses pembelajaran 18 responden menyatakan selalu atau 51,43%, yang menyatakan sering 7 responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 10 responden atau 28,57% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 19 Tanggapan responden terhadap melakukan penilaian secara objektif terhadap hasil evaluasi yang telah dilaksanakan No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 27 77,14 2. Sering 8 22,86 3. Kadang-kadang 0 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13 62 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 27 responden atau 77,14% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 8 responden atau 22,86% sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap frekuensi pemberian tugas individu yang diberikan kepada siswa 16 responden menyatakan selalu atau 45,71%, yang menyatakan sering 18 responden atau 51,43% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 1 responden atau 2,86% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 20 Tanggapan responden terhadap memberikan penilaian secara objektif (sesuai dengan tingkat kemampuan siswa) Tanggapan Frekuensi (F) Persentase (%) No Responden 1. Selalu 31 88,57 2. Sering 4 11,43 3. Kadang-kadang 0 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 14 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 31 responden atau 88,57% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 4 responden atau 11,43% sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap motivasi siswa lebih aktif dan terampil dalam kegiatan belajar mengajar 18 responden menyatakan selalu atau 51,43%, yang menyatakan sering 15 responden atau 42,86% sedangkan yang 63 menyatakan kadang-kadang 15 responden atau 5,71% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 21 Tanggapan responden terhadap melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara rutin Tanggapan Responden Frekuensi Persentase (%) No (F) 1. Selalu 27 77,14 2. Sering 7 20 3. Kadang-kadang 1 2,86 4. Tidak pernah 0 Jumlah 35 100% Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15 Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 27 responden atau 77,14% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 7 responden atau 20% sedangkan yang menjawab kadang-kadang 1 responden atau 2,86% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Berdasarkan hasil tabulasi angket yang telah dijabarkan diatas, maka untuk memberikan kategorisasi tentang kinerja guru di MTsN 1 Kendari, dapat digunakan pedoman dibawah ini : Tabel : 22 Kategorisasi kinerja guru di MTsN 1 Kendari Interval Frekuensi persentase Kategori 32 91,43 Sangat Tinggi 81 - 100% 61 – 80% 41 – 60% 21 – 40% 0 – 20% Berdasarkan kategorisasi 3 8,57 Tinggi 0 Sedang 0 Rendah 0 Rendah Sekali pada table tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru di MTsN 1 Kendari adalah terdapat 32 responden yang berada pada interval 81 – 100% yang berarti termasuk kategori sangat tinggi. 64 C. Analisis tentang Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari Berdasarkan tabulasi angket, pada lampiran 3 dan 4, maka untuk mengetahui tingkat persamaan regresi dari tiap variabel digunakan rumus analisis regresi linear sederhana. Selanjutnya untuk mencari hubungan antara variabel x dan variabel y data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Tabel : 23 Data hasil rekapitulasi nilai angket variabel X dan Y No.Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 X 41 57 52 49 56 48 38 48 50 52 50 49 49 54 53 38 51 56 48 40 55 40 55 42 Y 43 56 60 55 57 57 45 51 58 55 56 55 56 57 56 49 58 60 56 53 52 55 58 55 X² Y² 1681 3249 2704 2401 3136 2304 1444 2304 2500 2704 2500 2401 2401 2916 2809 1444 2601 3136 2304 1600 3025 1600 3025 1764 1849 3136 3600 3025 3249 3249 2025 2601 3364 3025 3136 3025 3136 3249 3136 2401 3364 3600 3136 2809 2704 3025 3364 3025 XY 1763 3192 3120 2695 3192 2736 1710 2448 2900 2860 2800 2695 2744 3078 2968 1862 2958 3360 2688 2120 2860 2200 3190 2310 65 25 57 55 3249 3025 26 46 50 2116 2500 27 48 52 2304 2704 28 41 57 1681 3249 29 45 50 2025 2500 30 49 50 2401 2500 31 49 53 2401 2809 32 49 51 2401 2601 33 51 52 2601 2704 34 44 48 1936 2304 35 41 53 1681 2809 ∑ 1691 1884 82749 101938 Mean 48,31 53,83 Modus 49 55 SD 48,62 53,97 Dari hasil tabulasi angket diatas maka diketahui bahwa : ∑X = 1691 ∑(X²) = 82749 ∑(XY) = 91450 3135 2300 2496 2337 2250 2450 2597 2499 2652 2112 2173 91450 ∑Y = 1884 ∑(Y²) = 101938 Uji persyaratan analisis yang peneliti lakukan yaitu menggunakan uji normalitas data tiap variabel yang dimodifikasi, yaitu: Tabel : 24 Nilai mean, modus, dan standar deviasi variabel X Deskripsi Variabel Mean 48,31 Modus 49 SD 48,62 πΎπ = π₯ − ππ 48,31 − 49 −0,69 = = = −0,01 ππ· 48,62 48,62 66 Tabel : .25 Nilai mean, modus, dan standar deviasi variabel Y Deskripsi Variabel Mean 53,82 Modus 55 SD 53,97 πΎπ = π¦ − ππ 53,82 − 55 −1,18 = = = −0,02 ππ· 53,97 53,97 Dari hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan rumus kemiringan kurva, diperoleh bahwa data pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari, dapat dilihat pada nilai hitung Km yang terdapat diantara -1 dan +1. Langkah selanjutnya menghitung persamaan regresi dengan menggunakan rumus regresi linear sederhana. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen (Y) bila variabel independen (X) diubah-ubah. Namun, terlebih dahulu diketahui nilai masing-masing variabel sebagai berikut: Y’= a + b X Nilai b dan a adalah: π= π ∑(ππ) − (∑π)(∑π) π (∑π 2 ) − (∑π)² = 35 (91450) − (1691)(1884) 35 (82749) − (1691)² = 3200750 − 3185844 2896215 − 2859481 67 = 14906 36734 π = 0,405 π= ∑π − π ∑π π = 1884 − (0,405)(1691) 35 = 1884 − (684,855) 35 = 1199,15 35 = 34,26 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut telah ditemukan nilai b dan a, maka persamaan regresi linearnya adalah: Y’=34,26+0,405 X. Dalam hal ini besarnya X akan mempengaruhi Y. Persamaan di atas merupakan model matematis yang diperoleh dari data yang dijaring di lapangan. Model tersebut memberikan informasi bahwa pada saat variabel X (kepemimpinan demokratis Kepala Sekolah) tidak ada atau X=0, berarti Y=34,665. Jika X=1, berarti Y= 34,26+0,405=32,665. Jika X=10, berarti Y=34,26+4,05 = 38,31. Hal ini dapat disimpulkan semakin tinggi nilai variabel X (kepemimpinan demokratis kepala sekolah) semakin tinggi pula variabel Y (kinerja guru). Selanjutnya, untuk mengetahui keretkaitan kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru dapat diketahui melalui perhitungan korelasi product moment, sebagai berikut: 68 ππ₯π¦ = = = = = π∑ππ − (∑π)(∑π) √{π ∑π 2 − (∑π)2 } {π∑π 2 − (∑π)²} 35.91450 − (1691)(1884) √{35.82749 − (1691)2 }{35.101934 − (1884)² 3200750 − 3185844 √(2896215 − 2859481)(3567690 − 3549456) 14906 √(36734)(18234) 14906 √669807756 = 14906 25880,64 = 14906 25880 = 0,576 Berdasarkan perhitungan diatas maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,576, selanjutnya r hitung dibandingkan dengan r tabel, ketentuan apabila rhitung > r tabel terdapat pengaruh, ternyata r hitung 0,576 > r tabel 0,334. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. pengaruh tersebut berlaku untuk sampel yang berjumlah 35 orang. Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya pengaruh itu maka digunakan pedoman sebagai berikut : 69 Tabel : 26 Interval koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0.799 0,80 – 1,000 Sumber data : Sugiyono,h. 184 Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Berdasarkan tabel tersebut, maka koefisien korelasi ditemukan sebesar 0,576 termasuk kategori sedang. Jadi dapat dikatakan terdapat pengaruh yang sedang antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. Selanjutnya analisis koefisien determinasi dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditentukan dengan rumus, yaitu: KD = r² x 100% = 0,576² x 100% = 0,332 x 100% = 33,2% Berdasarkan hasil perhitungan di atas berarti variabel kinerja guru 33,2% ditentukan oleh kepemimpinan demokratis kepala sekolah. Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 33,2% dan sisanya 66,8% ditentukan oleh faktor lain. Selanjutnya untuk menguji signifikan atau keberartian koefisien korelasi dapat dianalisis melalui perhitungan berikut: 70 π‘= π‘= π‘= π √π − 2 √1 − π² 0,576 √35 − 2 √1 − (0,502 ) 0,576 √33 √1 − 0,25 π‘= 0,576(5,74) 0,75 π‘= 3,31 0,75 π‘ = 4,413 Berdasarkan hasil perhitungan di atas thitung = 4,413, ketentuan apabila dengan thitung > ttabel maka terdapat signifikan, ternyata thitung = 4,413 > ttabel = 2,042, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : Terdapat pengaruh signifikan Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis regresi sederhana yang mana π ′ = 34,26 + 0,405π. Hasil koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,576, selanjutnya rhitung > rtabel terdapat pengaruh, ternyata rhitung 0,576 > rtabel 0,334. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. Selanjutnya analisis koefisien determinasi ditemukan 33,2%. Hal ini berarti yang terjadi pada variabel terikat (kinerja guru) 33,2% ditentukan oleh variabel bebas (kepemimpinan demokratis kepala sekolah). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 33,2% dan sisanya 66,8% ditentukan oleh faktor lain, pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru signifikan. 72 B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dilanjutkan dengan saran-saran sebagai berikut : 1. Disarankan kepada kepala sekolah sebagai pimpinan penyelenggaraan pendidikan di MTsN 1 Kendari agar senantiasa meningkatkan komunikasi yang baik sehingga kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. 2. Disarankan kepada semua guru di MTsN 1 Kendari agar senantiasa melakukan koordinasi yang baik dengan kepala sekolah dalam memecahkan masalah dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.