1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).
Gangguan jiwa, seperti halnya penyakit-penyakit umum lainnya,
diakibatkan oleh beberapa sebab. Salah satu konsep penyebab gangguan
jiwa yang populer adalah kombinasi bio-psiko-sosial. Secara biologis
gangguan jiwa disebabkan karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel saraf
diotak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter atau
substansi tertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa terdapat kerusakan
organik yang nyata pada struktur otak, misalnya pada demensia. Pada
kebanyakan kasus, faktor perkembangan psikologis dan sosial memegang
peranan yang lebih penting (Hawari, 2009).
Gangguan jiwa tersebar hampir merata di seluruh dunia, termasuk di
wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan data dari (WHO), hampir satu pertiga
dari penduduk di wilayah Asia Tenggara pernah mengalami gangguan
neuropsikiatri (Yosep, 2011). Prevalensi
gangguan
jiwa
berat
pada
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi
1
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
2
rumah tangga yang pernah memasung anggota keluarga dengan gangguan
jiwa berat 14,3 persen, terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan
(18,2%),
serta
pada
kelompok
penduduk
dengan
kuintil
indeks
kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional
pada penduduk Indonesia 6 persen. Provinsi dengan prevalensi gangguan
mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 294.959 jiwa
(Riskesdas, 2013). Sedangkan penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah
menurut data dari Riskesdas tahun 2007 sebanyak 1.076.670 jiwa atau 3,3%
dari penduduk Jawa Tengah.
Ada berbagai dampak yang dapat diakibatkan oleh gangguan jiwa.
Menurut Arif (2006), gangguan jiwa selain menimbulkan beban bagi
individu penderitanya juga menimbulkan beban bagi keluarga karena
keluarga harus merawat, membiayai pengobatan, dan belum lagi beban
mental yang harus diterima keluarga karena memiliki anggota keluarga
gangguan jiwa.
Chandra (2004) menyatakan, meski bukan penyebab utama kematian,
gangguan jiwa merupakan penyebab utama disabilitas pada kelompok usia
paling produktif, yakni antara 15–44 tahun. Dampak sosial berupa
penolakan, pengucilan, dan diskriminasi. Begitu pula dampak ekonomi
berupa hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah bagi penderita
maupun keluarga yang harus merawat, serta tingginya biaya perawatan yang
harus ditanggung keluarga maupun masyarakat.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
3
Gangguan jiwa dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan dan
membebani keluarga serta masyarakat sepanjang hidup penderita. Penderita
biasanya mempunyai ketidakmampuan yang nyata pada taraf kemampuan
fungsional sehari-hari, sehingga memerlukan bantuan dan pertolongan
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya pada pihak lain, khususnya pada
anggota keluarga. Hal ini dapat menimbulkan dampak bagi pemberi
layanan, khususnya keluarga penderita yang berperan sebagai pemberi
layanan atau caregiver (Fitrikasari, dkk, 2012). Dikarenakan hal tersebut,
maka seorang pasien gangguan jiwa membutuhkan seorang caregiver.
Caregiver adalah individu yang memberikan perhatian kepada individu
lainnya misalnya lansia, individu yang sakit dan orang yang memiliki
keterbatasan lainnya dalam berbagai tingkat usia. Seorang caregiver bisa
berasal dari anggota keluarga, teman, tenaga sukarela, ataupun tenaga
profesional yang mendapatkan bayaran. Caregiver dapat bekerja paruhwaktu, tinggal bersama individu yang dibantunya, atau tinggal terpisah dari
individu yang dibantunya (Friedman, 2010).
Perawatan penderita di luar rumah sakit akan berpengaruh banyak
terhadap kerabat dan anggota keluarga sebagai pemberi layanan utama
perawatan dan kebutuhan sosial penderita. Peningkatan peran ini akan
menimbulkan konsekuensi, yang akhirnya akan menimbulkan beban bagi
keluarga
(Fitrikasari, dkk, 2012).
Beban keluarga adalah tingkat
pengalaman distres keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarga,
yang dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari
keluarga (Fontaine, 2009).
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4
Pengertian beban keluarga dalam melakukan perawatan terhadap
penderita gangguan jiwa adalah berbagai permasalahan, kesulitan atau efek
yang dialami oleh keluarga yang menderita gangguan jiwa. Berbagai
literatur membagi beban caregiver secara umum menjadi dua, yaitu beban
obyektif dan beban subyektif. Beban obyektif adalah berbagai beban dan
hambatan yang dijumpai dalam kehidupan caregiver yang berkaitan dengan
tugas merawat penderita gangguan jiwa. Contoh beban objektif adalah
beban biaya finansial yang dikeluarkan untuk merawat penderita, hambatan
aktivitas caregiver, gangguan dalam kehidupan rumah tangga, isolasi sosial,
pengucilan atau diskriminasi bagi keluarga penderita dan menurunnya
kesehatan fisik. Sementara beban subyektif adalah beban berupa stres
emosional dari setiap aspek beban obyektif yang dialami caregiver
berkaitan dengan tugas merawat penderita gangguan jiwa. Contoh beban
subyektif diantaranya perasaan cemas, sedih, frustasi, dan kekhawatiran
akan masa depan penderita, ketidakberdayaan, perasaan kehilangan, dan
perasaan bersalah (Nadya, 2009).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas merupakan rumah
sakit tipe B pendidikan yang pengelolaannya di bawah kendali Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyumas, sehingga menjadi rumah sakit rujukan untuk
wilayah Kabupaten Banyumas dan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya.
Berdasarkan data rekam medis di Poliklinik Rawat Jalan Unit Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas pada tahun 2014 terdapat 19.104
pasien mengalami gangguan jiwa.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5
Survei pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti terhadap 3 keluarga
dengan anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa di Desa Somagede,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa beban yang
ditimbulkan dalam merawat anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa yaitu beban ekonomi, karena besarnya biaya pengobatan, dan
gangguan aktivitas sehari-hari seperti meningkatnya kebutuhan pasien
gangguan jiwa dalam hal perawatan diri yang melibatkan keluarga untuk
melakukannya. Selain itu ada pula gangguan psikis akibat perasaan malu
dan tertekan secara psikologis akibat adanya anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
B. Perumusan Masalah
Penderita gangguan jiwa secara umum membutuhkan bantuan dari
orang lain untuk menjalani kehidupan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
akibat ketidakmampuan yang nyata pada taraf kemampuan fungsionalnya.
Bantuan tersebut khususnya berasal dari orang-orang terdekat, yaitu pihak
keluarga. Orang-orang yang memberikan bantuan tersebut disebut sebagai
caregiver.
Keluarga sebagai caregiver memiliki beban tersendiri dalam
merawat anggota keluarganya yang mengalami ganggun jiwa. Beban
tersebut bisa bersifat subjektif maupun objektif. Berdasarkan hal tersebut,
maka rumusan masalah penelitian adalah ”Bagaimana gambaran beban
keluarga sebagai caregiver dengan anggota keluarga yang menderita
penyakit gangguan jiwa di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu
RSUD Banyumas?”.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan beban keluarga yang merawat anggota keluarga
dengan gangguan jiwa.
2. Tujuan khusus
a.
Mendeskripsikan karakteristik caregiver yang meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan status ekonomi.
b.
Mendeskripsikan beban yang dirasakan oleh keluarga sebagai
caregiver.
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Rumah Sakit
Sebagai tambahan informasi mengenai beban-beban yang ada pada
keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang menderita penyakit
gangguan jiwa.
2.
Bagi ilmu keperawatan
Sebagai masukan bagi ilmu keperawatan serta meningkatkan wawasan
pengetahuan serta sikap dalam pengelolaan klien gangguan jiwa yang
tidak hanya berfokus kepada klien gangguan jiwa, tetapi juga berfokus
kepada keluarga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam penelitian selanjutnya.
3.
Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari
perkuliahan ke dalam fenomena nyata di masyarakat.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
7
4.
Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tentang
bagaimana perawatan pada pasien gangguan jiwa.
E. Penelitian Terkait
1.
Penelitian Fitrikasari (2012) dengan judul penelitian “Gambaran Beban
Caregiver pada Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ
Amino Gondohutomo Semarang”. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan tekhnik sampling
consecutive sampling. Hasil penelitian ini yaitu didapatkan skor BAS
(burden assesment scedhule) antara 18 sampai 40, dengan rerata 26,41.
Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbebani dengan kondisi
penderita. Urutan domain yang paling berperan terhadap beban
caregiver adalah dampak terhadap perasaan nyaman, beratnya masalah
gangguan yang dihadapi, dampak hubungan dengan orang lain,
apresiasi terhadap peran perawatan dan dampak terhadap kualitas
hubungan perkawinan.
2.
Penelitian Wardaningsih (2008), dengan judul: “Penurunan Beban dan
Peningkatan Kemampuan Merawat Keluarga dengan Klien Halusinasi
Melalui Family Psychoeducation.”, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh family psychoeducation terhadap beban dan
kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan kuasi
eksperimen. Tempat penelitian dilakukan di 4 Puskesmas di Kabupaten
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
8
Bantul yaitu Puskesmas Kasihan 1, Kasihan 2, Sewon 1 dan Imogiri 1.
Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan
sampel sebanyak 28 untuk masing-masing kelompok kontrol dan
intervensi. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan modul intervensi
yaitu family psychoeducation. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh
family
psychoeducation
yaitu
penurunan
beban
dan
peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan
halusinasi.
3.
Penelitian Widyastuti (2011) yang berjudul: “Gambaran Beban
Keluarga Dalam Merawat Lansia dengan Demensia di Kelurahan
Pancoranmas, Depok, Jawa Barat”. Merawat lansia dengan demensia
merupakan pengalaman yang unik dan menimbulkan dampak pada
keluarga yang merawat lansia dengan demensia yaitu stress sehingga
dapat menimbulkan dan meningkatkan beban pada keluarga (family
burden). Keluarga harus beradaptasi dengan perubahan kepribadian dan
perilaku yang dialami oleh lansia dengan demensia. Tujuan dari
penelitian ini adalah memahami secara mendalam beban keluarga
dalam merawat lansia dengan demensia dan bagaimana keluarga
memaknainya. Desain penelitian menggunakan fenomenologi deskriptif
dengan wawancara mendalam untuk proses pengumpulan data.
Partisipan adalah anggota keluarga utama yang merawat lansia
demensia, yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Analisa
data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian ini teridentifikasi 4
tema yaitu: 1) beban fisik; 2) beban psikologik; 3); beban ekonomi dan
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
9
4) beban sosial. Dapat disimpulkan beban keluarga merawat lansia
dengan demensia sangat beragam dan mengakibatkan respon yang
berbeda, sehingga perlu dicermati oleh pemberi asuhan lansia. Hasil
penelitian diharapkan dapat pemahaman bahwa keluarga dengan lansia
demensia merupakan kelompok risiko yang penting untuk diintervensi
dalam tingkat kelompok dan masyarakat.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan beberapa penelitian
terdahulu tersebut di atas. Penelitian ini mengkaji tentang gambaran beban
keluarga sebagai caregiver dalam merawat anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa pada pelayanan kesehatan jiwa terpadu di RSUD
Banyumas menggunakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional, dan pengambilan sampel purposive sampling. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran beban keluarga sebagai caregiver
dalam merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa di
pelayanan kesehatan jiwa terpadu di RSUD Banyumas.
Gambaran Beban Keluarga, NUBHAN MASRURY, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Download