PENGAWASAN TERHADAP PEREDARAN OBAT,OT,KOSMETIK DI SARANA KEFARMASIAN Drs.Zulkifli,Apt BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI PADANG 1 Nama : Drs. Zulkifli, Apt. Lahir NIP : Pasir Kandang : 19640101 199401 1 001 Pangkat / Gol : Pembina Tk I/ IV b Jabatan : Kepala Balai Besar POM di Padang Alamat : Pasir Kandang,Kel Pasie Nan Tigo,Kec Koto Tangah: Hp. 0811737841. Riwayat Pekerjaan : - Staf Pengujian obat (1994) - Staf Pemeriksaan Obat (1995-2000) -. KaSubsi Pemeriksaan Obat.(2000-2004) - Kasi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen(2004-2010) - Kepala Balai POM Bengkulu(2010- 2015) - Kepala Balai Besar POM di Padang (2015- sekarang) - Penyidik Pegawai Negeri Sipil BPOM (1995-sekarang) - Dosen OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. PENGAWASAN & TINDAK LANJUT 3. PERAN APOTEKER YANG DIHARAPKAN 4. PERATURAN PERUNDANG UNDANG 5. KESIMPULAN 3 1. PENDAHULUAN 4 Berita Hangat Minggu ini..... 5 6 Obat Ilegal 7 Perubahan Lingkungan Strategis dan Kondisi Yang Diharapkan KONDISI SAAT INI • Kesehatan masyarakat meningkat • Daya saing obat dan makanan nasional meningkat Keamanan, mutu, khasiat/manfaat Obat dan makanan meningkat •Maraknya produk impor •Perubahan gaya hidup •Kemajuan teknologi (iklan online) •Pengadaan obat secara besarbesaran JKN PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS? Perubahan global Harapan masyarakat dan suprastruktur Komitmen Indonesia Lembaga dunia yang berpengaruh Obat Palsu/ Ilegal / substandar marak beredar PEMERINTAH SEBAGAI REGULATOR PRODUSEN / PELAKU USAHA MASYARAKAT •BPOM yang mampu mengawal keamanan, mutu dan khasiat/manfaat OM beredar •Produsen/pelaku usaha yang bertanggung jawab •Masyarakat yang berdaya untuk melindungi diri 8 Praktik Kefarmasian Kemkes,Dinkes, KFN, IAI Kemkes, Dinkes, BPOM, Asosiasi pelaku usaha Industri PBF Apotik Toko obat Apoteker Tenaga Kefarmasian Fasilitas Kefarmasian IFRS Sarana pelayanan lainnya Tenaga Teknis Kefarmasian Komoditas Sediaan Farmasi Kemkes Dinkes BPOM 9 Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Sarana Tempat Praktek Kefarmasian oleh Apoteker dengan menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian Tenaga Kefarmasian Fasilitas Kefarmasian Komoditas Pengadaan dari Sumber Legal & dokumen lengkap Pengelolaan & Penyimpanan untuk Jaga Mutu (identitas, suhu dan kelembaban) Pentingnya Peran APOTEKER Penyerahan atas dasar penggunaan oleh pasien melalui KIE : - Obat (risiko tinggi) atas resep dokter - Informasi dosis, cara penggunaannya, efek samping dll UU No 36/2009 ttg Kesehatan - Praktek kefarmasian sesuai keahlian & kewenangan Prakter kefarmasain oleh non farmasi pelanggaran pidana PP No 51/2009 ttg Pekerjaaan Kefarmasian Apoteker bertanggungjawab atas pengadaan, penyimpanan dan pelayanan/penjualan obatobatan Permenkes No 35/2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian - Pembinaan dan Pengawasan oleh Menteri, Kepala Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota dan dapat melibatkan Organisasi 10 Profesi Posisi Strategis Sediaan Farmasi - Ekonomi - Implementasi GMP Optimalisasi proses Inovasi Bisnis berkembang Berdaya saing Memenuhi syarat (aman, bermutu, berkhasiat) - Teknologi Sosial - Masyarakat Sehat dan Sejahtera Awareness masyarakat dalam menggunakan sediaan farmasi Kesehatan masyarakat 11 2. PENGAWASAN SARANA PELAYANAN FARMASI & TINDAK LANJUT 12 DATA SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN OBAT PROPINSI SUMATERA BARAT NO NAMA SARANA A OBAT 1 Rumah Sakit (P) 2 Rumah Sakit (S) 3 Gudang Farmasi /IFK 4 Puskemas 5 PBF 6 Apotek 7 Toko Obat 8 Klinik 9 RS Bersalin 10 NAPZA JUMLAH JUMLAH SARANA DISTRIBUSI Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kota Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab Kab PDG BKT PPJ PARIS PYK SWT SLK AGAM DRMY SJJ 50 Kt PdPr PasBar PSM PESSEL SLK SolSel TADARKep MW JMLH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 3 17 2 19 41 181 19 3 1 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 7 4 7 8 0 1 0 0 53 18 15 29 10 5 6 13 1 0 2 5 0 6 6 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 22 9 12 22 23 17 16 18 16 8 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 34 21 11 17 11 19 7 13 5 13 16 1 20 10 34 19 10 15 12 13 12 8 16 1 25 0 28 2 38 5 245 0 42 0 496 8 237 0 0 282 78 32 33 55 20 36 79 43 105 61 48 55 40 47 36 32 58 1613 1111 APOTEK APOTEK APOTEK RAKYAT Permenkes :1332/2002 Permenkes : 284/2007 1. Apotek Rakyat 2. Apotek Group 3. Apotek Awalnya Toko Obat 4. Apotek dan PBF 5. Apotek dan Toko Obat 6. Apotek PSA nya Paramedis 7. Apotek PSA nya dokter 8. Apotek PSA nya Apoteker 9. Apotek dan Klinik 1. Apotek Awalnya Toko Obat 14 Tujuan Pengawasan Untuk melindungi masyarakat dari pengguna an obat , obat tradisional(jamu), kosmetik dan pangan yang dapat berisiko terhadap kesehatan….. Jadi suatu produk itu harus memenuhi : persyaratan Keamanan, mutu dan kemamfaatan SARANA 1. Sarana Produksi a. obat b. obat tradisional c. kosmetik d. Pangan olahan 2. Sarana Distribusi a. Obat(PBF,GFK) b. pangan 3. Sarana Pelayanan Kes (Apt,PKM,RS,Klinik,TO) PRODUK 1. 2. 3. 4. 5. Obat,Nar,Psiko Obat tradisional Kosmetika Suplemen Kesehatan Pangan Olahan Tahapan Pengawasan Sediaan Farmasi Yang Memerlukan Peran Apoteker PP 72/th 1998 ttg Sediaan Farmasi Obat, Bahan Obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alkes Badan POM PRE-MARKET Sarana Produksi - Sampling dan pengujian Pengembangan Produk Registrasi (data khasiat, keamanan dan mutu) POST-MARKET Konsistensi - Pemeriks aan sarana produksi & distribusi Mutu Persetujuan izin edar & Persetujuan informasi produk dan penandaan/label Konsistensi Keamanan Konsistensi informasi Pengawasan Promosi/iklan dan Penandaan Keterangan : 1) CPB = Cara Pembuatan yang Baik; 2) MESO = Monitoring Efek Samping Obat; MESOT = Monitoring Efek Samping Obat Tradisional; MESKOS = Monitoring Efek Samping Kosmetik; KIPI = Kejadian 17 Ikutan Paska Imunisasi; PMS = Post Marketing Surveilance Temuan Hasil Pengawasan Produk P O S T M A R K E T Peningkatan temuan obat palsu antikonvulsi (diazepam, fenobarbital), disfungsi ereksi (sildenafil, tadalafil, vardenafil), antitusif opioid (codein) Antibiotik, Analgesik, Anti Inflamasi Steroid (AIS), Antihistamin dan Vitamin paling banyak ditemukan Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Beberapa Mutu vaksin tidak terjaga mutunya karena penyimpanan tidak sesuai Diversi obat di Apotek dan PBF (contoh : Tramadol dan Triheksifenidil) Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) dan cemaran mikroba cukup tinggi. Kosmetika mengandung bahan berbahaya 18 Temuan Hasil Pengawasan Sarana Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian P O S T M A R K E T Apotek dan Apotek Rakyat yang menjual obat palsu Peningkatan pelanggaran Napza (temuan terbanyak PBF diikuti Apotek, RS, Industri Farmasi, Puskesmas, dan Pusat Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Operasional PBF tanpa Apoteker Penanggung Jawab (APJ), lokasi tidak sesuai izin, penyaluran obat tidak dapat dipertanggungjawabkan, penyaluran obat ke sarana tidak berwenang dan penyaluran obat tidak berdasarkan surat pesanan Sarana distribusi kosmetika menyalurkan kosmetika Tanpa Izin Edar (TIE) Sarana distribusi obat tradisional menyalurkan obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 19 Temuan Hasil Pengawasan Sarana Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian P O S T • Apoteker bekerja di Apotek tidak fulltime • Beberapa form Surat Pesanan (SP) sudah ditandatangani, namun tidak terkontrol penggunaannya • Beberapa pengadaan dengan Surat Pesanan (SP) ditandatangani tenaga non farmasi • Penjualan obat keras tanpa resep antara lain antibiotika M A R K E T • Fasilitas penyimpanan vaksin/cold chain product di beberapa Apotek tidak sesuai untuk jaga mutu vaksin • Pengadaan narkotika RS melalui tender di PBF non penyalur narkotika (beberapa ditemukan codein palsu) • Beberapa Apotek meracik kosmetika jumlah besar untuk dijual Beberapa Apotek meracik kosmetika jumlah besar untuk dijual • Penjualan obat keras secara online 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 PEMBERIAN SANKSI TERHADAP APOTEK, PEDAGANG ECERAN/TOKO OBAT 1. Rekomendasi Peringatan, jika: – ditemukan pelanggaran sedang (mayor); atau – ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi, atau 2. Rekomendasi PSK, jika: ditemukan pelanggaran berat (kritikal); ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) tahun; atau melakukan pelanggaran pidana. 3. Rekomendasi Pencabutan Izin, jika: fasilitas berubah fungsi dan tidak ada aktivitas pelayanan kefarmasian pada alamat seperti tertuang dalam izin; atau ditemukan pelanggaran berat (kritikal) dalam 3 (tiga) kali inspeksi dalam kurun waktu maksimal 3 (tiga) tahun. Pemberian Sanksi Terhadap IFRS, puskesmas, instalasi farmasi dan klinik milik pemerintah 1. Rekomendasi Perbaikan, jika : – ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dan/atau berat (kritikal); atau – ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi. 2. Terhadap pelanggaran berat (kritikal) yang termasuk dalam tindak pidana, sanksi mengacu pada Sanksi Pidana. Pemberian Sanksi Terhadap IFRS, klinik 1. Rekomendasi Peringatan, jika : – ditemukan pelanggaran sedang (mayor) dan/atau berat (kritikal); atau – ditemukan pelanggaran ringan (minor) dalam 3 (tiga) kali inspeksi. 2. Terhadap pelanggaran berat (kritikal) yang termasuk dalam tindak pidana, sanksi mengacu pada Sanksi Pidana. Kepmenkes No 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menkes RI No 922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. PENCABUTAN SURAT IZIN APOTEK 1. Dinkes Kab/kota dapat mencabut izin apotik apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yg dimaksud pasal 5 (SIK/SP, Tidak menjadi APA di apotik lain). b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 (menyediakan, menyimpan, menyerahkan obat yg bermutu) dan Pasal 15 ayat (2)( tidak mengganti obat generik dg paten) c. APA terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5)(APA berhalangan lebih 2 tahun) d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan per UU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31(melanggar UU Narkotika, UU Obat Keras, UU Kesehatan. e. SIK APA dicabut f. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundangundangan di bidang obat g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam pasal 6 (ada kerjasama APA dg PSA, melakukan kegiatan pelayanan) (2). Kepala Dinkes Kab/kota sebelum melakukan pencabutan Izin berkoordinasi dengan Kepala Balai POM (1) Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana dimaksud, dalam Pasal 25 huruf (g) dilakukan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dg tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak ditetapkan pembekuan kegiatan apotik (2) Pembekuan Izin Apotik dapat dicairkan kembali apabila apotik telah membuktikan memenuhi segala persyaratan sesuai dg ketentuan. (3) Pencairan Izin Apotik dilakukan setelah menerima Laporan dr Tim Pemeriksa Dinkes Kab/kota. PEMBINAAN Pasal 30 1. Pembinaan dilakukan secara berjenjang dari Pusat sampai Daerah 2. Dalam pelaksanaan Pembinaan dan pengawasan Apotik dilaksanakan oleh Depkes, Dinkes dan Badan POM 3. Tata cara pemeriksaan menggunakan Form APT-16 43 KASUS asri_LIK-PDG 46 Contoh Iklan 47 Contoh Jamu BKO banyak dijual saat ini..... PELANGGARAN KOSMETIKA Kos Ilegal di pasar tradisional Kos ilegal/ mgd BB di Apotik/klinik kecantikan dan salon: • Meracik/memproduksi sendiri dlm jumlah banyak • Meracik/memproduksi sendiri kos mengandung obat • Memiliki apotek yang meracik dan menyimpan dalam jumlah banyak • Melakukan pemesanan kos ilegal/ mgd BB kepada pihak lain/ produsen • Mendistribusikan (mengedarkan) kos racikan/produksi sendiri ke klinik kecantikan/salon cabang PENEGAKAN HUKUM OBAT & MAKANAN Pengerebekan Kosmetik Pengerebekan Obat Tradisional Pengerebekan OT & Kosmetik PENGAMANAN PRODUK 3. PERAN APOTEKER YANG DIHARAPKAN 55 Pengawasan Sediaan Farmasi Yang Memerlukan Peran Apoteker (2) Industri Sediaan Farmasi Distributor & Sarana Distribusi Pemerintah Pengawasan Sarana (Inspeksi) Apotek, IFRS, Klinik & Puskesmas Resep Dokter Pengawasan Produk ( Sampling & Pengujian ) Peran Strategis Apoteker dalam setiap Lini untuk menjamin Keamanan, khasiat dan mutu 56 Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Sarana Tempat Praktek Kefarmasian oleh Apoteker dengan menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian Tenaga Kefarmasian Fasilitas Kefarmasian Komoditas Pengadaan dari Sumber Legal & dokumen lengkap Pengelolaan & Penyimpanan untuk Jaga Mutu (identitas, suhu dan kelembaban) Pentingnya Peran APOTEKER Penyerahan atas dasar penggunaan oleh pasien melalui KIE : - Obat (risiko tinggi) atas resep dokter - Informasi dosis, cara penggunaannya, efek samping dll UU No 36/2009 ttg Kesehatan - Praktek kefarmasian sesuai keahlian & kewenangan Prakter kefarmasain oleh non farmasi pelanggaran pidana PP No 51/2009 ttg Pekerjaaan Kefarmasian Apoteker bertanggungjawab atas pengadaan, penyimpanan dan pelayanan/penjualan obatobatan Permenkes No 35/2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian - Pembinaan dan Pengawasan oleh Menteri, Kepala Dinkes Propinsi, Dinkes Kab/Kota dan dapat melibatkan Organisasi 57 Profesi Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Permenkes No 35 tahun 2014 1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Perencanaan b. Pengadaan c. Penerimaan d. Penyimpanan e. Pemusnahan f. Pengendalian g. Pencatatan dan pelaporan 2. Pelayanan Farmasi Klinis a. Pengkajian Resep b. Dispensing c. Pelayanan Informasi Obat(PIO) d. Konseling e. Pelayanan Kefarmasian di rumah f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Permenkes No 58 tahun 2014 1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Pemilihan b. Perencanaan kebutuhan c. Pengadaan d. Penerimaan e. Penyimpanan f. Pendistribusian g. Pemusnahan dan penarikan h. Pengendalian i. administrasi 2. Pelayanan Farmasi Klinis a. Pengkajian dan pelayanan Resep b. Penelusuran riwayat penggunaan obat c. Rekonsiliasi Obat d. Pelayanan Informasi Obat(PIO) e. Konseling f. visite g. Pemantauan Terapi Obat (PTO) h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) j. Dispensing sediaan steril k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Permenkes No 30 tahun 2014 1. Pengelolaan sediaan farmasi, Alkes, Bahan Medis Habis Pakai 2. Pelayanan Farmasi Klinik 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi a. Perencanaan kebutuhan b. Permintaan c. Penerimaan d. Penyimpanan e. Pendistribusian f. Pengendalian g. Pencatatan dan pelaporan, dan pengarsipan h. Pemantauan dan evaluasi Pengelolaan 2. Pelayanan Farmasi Klinis a. Pengkajian Resep , penyerahan obat dan pemberian informasi obat b. Pelayanan nformasi Obat(PIO) c. Konseling d. Ronde/visite pasien (rawat inap) e. Pemantauan dan pelaporan efek samping Obat f. Pemantauan Terapi Obat g. Evaluasi Penggunaan Peran Apoteker N o Aspek 1 Sarana Produksi Sediaan Farmasi 2 Sarana Distribusi Sediaan Farmasi Kondisi Saat Ini Harapan • Personal kunci fresh graduate, tidak kompeten • Kompetensi apoteker tidak sesuai dengan bidang kerjanya • Pemahaman terhadap UU, persyaratan CPOB, farmakovigilans, teknologi dan proses pembuatan • Pengalaman dalam proses produksi • Pengawalan secara ketat pemenuhan mutu dalam proses produksi & pengujian • • Pemahaman terhadap UU, persyaratan CDOB • Peran serta peningkatan pemenuhan CDOB di sarana distribusi • Menjaga integritas rantai suplai termasuk vaksin/cold chain product (CCP) Apoteker kurang memahami peraturan. • Kondisi lingkungan kerja tidak mendukung kewenangan Apoteker • 3 Apoteker umumnya tidak bekerja full time sehingga tidak ada kontrol terhadap Sarana pengadaan, penyimpanan Pelayanan dan pelayanan Kefarmasian • Beberapa Apoteker hanya berperan untuk menandatangani Surat Pesanan (SP) • Memahami dan melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan, Standar Pelayanan Kefarmasian (CPFB) • Melaksanakan penyerahan obat dengan memberikan informasi • Monitoring pasien di Rumah Sakit • Menjaga integritas suplai obat termasuk vaksin/cold chain product (CCP) 61 Kompetensi Sertifikat Penetapan Standar Kompetensi terkini Kompetensi - Knowledge - Skills - Attitude SDM berkualitas Komitmen pada organisasi Memiliki Pelatihan Bertindak selaras antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi Selalu bertindak cost-effectiveness 62 4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG PERLU DIPAHAMI 63 TENAGA KEFARMASIAN UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan UU No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan PP No 51 tahun 2009 tentang Tenaga Kefarmasian - Permenkes No 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja - Permenkes No 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotik - Permenkes No 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit - Permenkes No 30 tahn 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas PREKURSOR UU No 35 tahun 2009 tentang NARKOTIKA PP No 44 tahun 2010 tentang Prekursor PP No 40 tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No 35 tahun 2009 Permenkes No 3 tahun 2015 tentang Peredaran,Penyimpanan,Pemus Nahan,dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi - Peraturan Kepala Badan POM RI No 40 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor farmasi dan obat mengandung Prekursor Farmasi - PerKaBadan POM RI No 7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu(OOT) yang sering disalah gunakan Permenkes No 3 tahun 2015 tentang Peredaran,Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Defenisi Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan, yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat Tertentu, adalah obatobat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkanketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, terdiri atas obat-obat yangmengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,Amitriptilin dan/atau Haloperidol. 67 Ruang Lingkup OOT a. Tramadol; b. Triheksifenidil; c. Klorpromazin; d. Amitriptilin; dan/atau e. Haloperidol. 1.Pelayanan Kesehatan 2. Ilmu Pengetahuan 68 5. KESIMPULAN 69 Kesimpulan 1. Pelanggaran pengelolaan sediaan farmasi di sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan kesehatan pada umumnya karena kurang kuatnya posisi Apoteker yang disebabkan faktor kompetensi (knowledge, skills dan attitude) 2. Apoteker harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang kerjanya 3. Peran aktif Apoteker diperlukan untuk menjamin keabsahan, mutu dan khasiat obat dimulai dari sarana produksi sampai ke pasien 4. Peningkatan kompetensi Apoteker dilaksanakan melalui kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi, Industri, PBF dan asosiasi pelaku usaha serta IAI/asosiasi profesi. 5. Diperlukan review regulasi dan implementasinya untuk peningkatan efektivitas pembinaan dan pengawasan 70 Berkah (Berkarya dengan Sepenuh Hati) memberdayakan masyarakat untuk berubah MASYARAKAT SEHAT, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN Drs.Zulkifli,Apt 71