Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 PENERAPAN THINK PAIR SHARE BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF KELAS SBM-C MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Herdina Sukma Pranita1), Sri Endah Indriwati2), Herawati Susilo3) Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang e-mail : [email protected] telp. 081330532904 Abstrak Hasil observasi dengan pengamatan langsung dalam pembelajaran mahasiswa dengan dosen didapatkan bahwa pembelajaran yang selama ini berlangsung belum menggali keaktifan mahasiswa dalam berargumen, merumuskan masalah, mengevaluasi dan masih didominansi oleh mahasiswa tertentu, sehingga sikap sosial dalam pembelajaran masih belum muncul. Pembelajaran melalui think pair share dinilai dapat memberikan pengalaman sosial dalam belajar. Mahasiswa dapat mendiskusikan dengan teman kelompok, mampu mensharekan jawaban hasil diskusi dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif mahasiswa. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa kelas SBM-C semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Data kemampuan berpikir kritis berupa skor yang diperoleh dari rubrik kemampuan berpikir kritis. Hasil belajar terdiri atas hasil belajar kognitif berupa tes evaluasi akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kemampuan berpikir kritis siswa tiap indikatornya mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu merumuskan masalah dari 64,34 menjadi 75; indikator memberikan argumen dari 78,13 menjadi 85,16; indikator melakukan deduksi dari 64,38 menjadi 76,56; indikator melakukan induksi dari 64,06 menjadi 75; indikator melakukan evaluasi dari 69,44 menjadi 86,72 dan indikator melaksanakan/memutuskan tindakan dari 73,13 menjadi 86,72. 2) hasil belajar kognitif klasikal mahasiswa dari 80,4 menjadi 89,7 dengan presentase ketuntasan meningkat dari 68,75% menjadi 100%. Kesimpulan pada penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. (2) Pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS) berbasis lesson study dapat meningkatkan hasil belajar kognitif mahasiswa. Saran dari penelitian ini adalah:(1) Pendidik diharapkan menerapkan model pembelajaran think pair share berbasis lesson study agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. (2) bagi pendidik perlu melakukan inovasi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS untuk mengurangi sikap individual siswa dan membangun sikap sosial dengan teman kelompok atau kelas. Kata kunci : Pembelajaran Think Pair Share, lesson study, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar kognitif, Mahasiswa SBM-C Universitas Negeri Malang PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan terdapat suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak terlepas untuk mencapai tujuan suatu pembelajaran yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Secara umum prestasi belajar siswa di Indonesia ditentukan oleh kemampuan kognitif dalam memahami materi pelajaran yang telah ditentukan dalam 846 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kurikulum (Bahri, 2008)[2]. Fakta di lapangan, pengajaran di Indonesia hanya berpedoman pada sebuah kurikulum yang menuntut intelegensi tinggi dan mayoritas guru mempersiapkan siswa hanya untuk memperoleh nilai yang tinggi tanpa memperhatikan kondisi pemikiran internal (kognisi) yang terjadi di dalam diri siswa terbangun ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Masalah lain yang banyak terjadi dalam proses pembelajaran berdasarkan pengalaman adalah seringkali siswa lupa tentang materi yang sudah dijelaskan oleh guru selang beberapa waktu tertentu dan konsep-konsep dari materi ajar sulit untuk dipahami. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Fenomena pembelajaran di sekolah selama ini sebagian besar siswa kurang aktif berinteraksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, baik melalui pertanyaan maupun mengajukan pendapat pada saat kegiatan proses pembelajaran terjadi di kelas. Masalah proses pembelajaran biologi ini menurut Miranda (2010)[6] diduga antara lain erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran di sekolah diharapkan juga melatih siswa untuk berpikir kritis. Membelajarkan berpikir kritis penting karena melalui berpikir kritis, siswa akan dilatih untuk mengamati keadaan, memunculkan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan observasi dan mengumpulkan data, lalu memberikan kesimpulan. Berpikir kritis juga melatih siswa untuk berpikir logis dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Menurut National Education Association sebagai lembaga independen pemerintah Amerika yang bergerak di bidang pendidikan, (2010)[7] menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakatnya, melatih konsentrasi dan memfokuskan permasalahan serta berpikir analitis. Kemampuan berpikir kritis yang baik akan menunjang keberhasilan belajar siswa. Beberapa kajian telah mengungkapkan adanya hubungan (bahkan pengaruh) antara kemampuan penalaran formal dan prestasi belajar biologi siswa, termasuk keterampilan laboratorium dan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis mengaktifkan kemampuan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi, pertanyaan, kesimpulan logis, memahami aplikasi argumen (Friedrichesen, 2001)[4]. Berpikir kritis juga melatih siswa untuk berpikir logis dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Menurut National Education Association sebagai lembaga independen pemerintah Amerika yang bergerak di bidang pendidikan, (2010)[7] menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis penting untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakatnya, melatih konsentrasi dan memfokuskan permasalahan serta berpikir analitis. Observasi pada proses pembelajaran Strategi Belajar Mengajar di Offering C mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang pada 27 Agustus 2015 dan 3 September 2015 materi pendekatan pembelajaran di Gedung O5 ruang PKBM 108 secara umum sudah menerapkan pendekatan saintifik Kurikulum 2013. Masalah belajar yang teramati sesuai hasil observasi yaitu kemampuan berpikir kritis mahasiswa kurang dikembangkan selama proses pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (1985)[3] dalam Arnyana (2004:29)[1] meliputi kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, dan memutuskan serta melaksanakan. Kemampuan berpikir kritis yang belum dikembangkan oleh mahasiswa SBM Offering C adalah melakukan deduksi, melakukan induksi, dan melakukan evaluasi. Tiga kemampuan berpikir kritis yang lain yaitu merumuskan masalah, 847 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 memberikan argumen, memutuskan dan melaksanakan sudah dilaksanakan, namun didominasi orang tertentu saja dan terlihat individualisme. Kemampuan berpikir yang kurang dalam proses pembelajaran mengakibatkan siswa menjadi pasif, tidak memiliki kemandirian serta kesadaran dalam belajar, dan akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi rendah. Berdasarkan fakta mengenai kurangnya berpikir kritis maka perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran. Pembelajaran aktif yang sesuai digunakan dalam pembelajaran SBM ini adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dan mahasiswa juga harus ikut terjun dengan maksimal dalam pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran TPS memiliki prosedur yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Upaya untuk mendukung proses pembelajaran di kelas agar lebih bervariasi dan menarik untuk siswa selain ditunjang dengan model pembelajaran dapat melakukan Lesson study. Menurut Susilo (2011)[10] melalui Lesson study guru dapat belajar dari pembelajaran yang kurang sempurna setelah guru merancang, melaksanakan dan mendiskusikan pembelajaran yang telah dilakukan. Potensi pengembangan Lesson Study dalam Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) menurut Widodo (2008)[1] bahwa partisipasi dalam lesson study bukanlah hanya bermanfaat bagi peserta didik namun juga bagi pengembangan profesionalisme guru yang bersangkutan. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan dalam penelitian ini serta dampak dari tindakan yang diberikan. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan tertentu. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model Think Pair Share (TPS) berbasis Lesson study untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar mahasiswa Pendidikan Biologi Offering C matakuliah strategi belajar mengajar di Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Okotober. Alat pengumpul data penelitian menggunakan soal kemampuan berpikir kritis yang mengacu pada indikator (1) merumuskan masalah, (2) memberikan argumen, (3) melakukan deduksi, (4) melakukan induksi, (5) melakukan evaluasi, (6) memutuskan dan melaksanakan tindakan. Soal tes kognitif untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Soal tes diberikan kepada siswa diakhir setiap siklus pembelajaran. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar keterlaksanaan lesson study serta dokumentasi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis LS ini ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prosedur kegiatan LS (a) Perencanaan tindakan, (b) Pelaksanaan tindakan dan observasi, dengan melakukan kegiatan Lesson study di setiap pertemuannya, dan (c) Tahap refleksi tiap akhir siklus 848 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 HASIL DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Berdasarkan lembar keterlaksanaan pembelajaran TPS oleh dosen dan mahasiswa, Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua dari 25 aspek terdapat 3 aspek yang belum terlaksana yaitu mahasiswa belum mengumpulkan jurnal dan resume sesuai perintah dosen yang direncanakan sesuai SAP, pergantian pasangan secara acak belum nampak dengan jelas, dan tidak semua kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok serta kurangnya waktu dalam review. Pada siklus kedua, sintaks pembelajaran think pair share sudah dilakukan dengan baik sesuai perencanaan dalam SAP. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran TPS dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 12,2%, Diagram batang keterlaksanaan sintaks TPS dapat dilihat pada Gambar 1. Diagram Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran TPS Presentase Keterlaksanaan Sintaks 100 80 60 Keterlaksan aan Sintaks 40 20 0 Siklus 1Siklus 2 Gambar 1 Diagram keterlaksanaan sintaks pembelajaran TPS siklus I dan II Keterlaksanaan Lesson Study Tahap plan pada kedua siklus terlaksana dengan baik. Pada tahap do siklus I pertemuan pertama tidak terlaksana secara keseluruhan. Dari 22 aspek, hanya terlaksana 20 aspek. Aspek yang tidak terlaksana yaitu tidak terjadi diskusi kelompok dalam mengerjakan LKM dan tidak ada dikusi dalam mengumpulkan data, karena kegiatan diskusi dilakukan pada pertemuan kedua. Pada pertemuan kedua dari 22 aspek terlaksana 21 aspek. Aspek yang tidak terlaksana yaitu alokasi waktu dalam pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan. Pada kegiatan see kedua pertemuan tidak terlaksana secara keseluruhan. Dari 16 aspek yang tidak terlaksana sebesar 14 aspek yaitu moderator tidak menyampaikan garis besar tata tertib refleksi dan moderator tidak memberi kesempatan pada dosen model untuk merespon hasil komentar peserta refleksi. Pada siklus II semua tahapan lesson study terlaksana dengan baik. Peningkatan keterlaksanaan keterlaksanaan LS pada do dan see yaitu sebesar 6,82% dan 12,5%. Diagram batang keterlaksanaan sintaks dan keterlaksanaan LS dilihat pada Gambar 2. 849 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Diagram Keterlaksanaan Lesson Study Persentase Keterlaksanaan LS 120 100 80 Siklus 1 60 40 20 0 Plan Do See Gambar 2. Diagram keterlaksanaan lesson study siklus I dan II Kemampuan Berpikir Kritis Data hasil kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang diperoleh dari hasil LKM, persentase kemampuan berpikir kritis siklus II secara klasikal dengan indikator yaitu merumuskan masalah sebesar 75; memberikan argumen sebesar 85,16; melakukan deduksi sebesar 76,56; melakukan induksi sebesar 75; melakukan evaluasi sebesar 86,72; memutuskan dan melaksanakan sebesar 86,72. Hasil analisis kemampuan berpikir kritis siklus I terdapat pada Lampiran 29. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis berdasarkan hasil observasi dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil LKM, peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis dari siklus I ke siklus II yaitu merumuskan masalah sebesar 10,66; memberikan argumen sebesar 7,03; melakukan deduksi sebesar 12,18; melakukan induksi sebesar 10,94; melakukan evaluasi sebesar 17,28; memutuskan dan melaksanakan sebesar 13,59. Berdasarkan hasil tersebut, maka terbukti bahwa pembelajaran siklus II dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Diagram batang kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 4.15. Gambar 3. Diagram kemampuan berpikir kritis klasikal siklus I dan II Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan hasil tes evaluasi akhir siklus I, dari 16 orang siswa, 5 orang mahasiswa yang belum mencapai KKM. Hasil evaluasi dikatakan tuntas jika berada > 80. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I ini yaitu 80,4. Secara klasikal rata-rata persentase hasil belajar kognitif mahasiswa pada siklus 1 yaitu 68,75%. Berdasarkan hasil tes evaluasi akhir siklus II, 16 orang mahasiswa nilai evaluasi berada diatas KKM. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I ini yaitu 89,7. Secara klasikal rata-rata persentase hasil belajar kognitif mahasiswa pada siklus I yaitu 100%. 850 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Dilihat dari keseluruhan seluruhan data kognitif, menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai kognitif sebesar 31,25% dari siklus I sebesar 68,75%. Berdasarkan perolehan data, terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dari siklus I ke siklus II. Diagram batanghasil belajar ranah kognitif pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 4. Diagram hasil belajar kognitif siklus I dan II Think Pair Share Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang diukur dengan soal kasus pada lembar kerja mahasiswa (LKM) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan di setiap indikator berpikir kritisnya. Peningkatan skor berpikir kritis secara klasikal pada penelitian ini disebabkan oleh kegiatan mahasiswa saat kegiatan bertanya dan merumuskan masalah, memberikan argumen pada saat diskusi presentasi dan dalam LKM, kegiatan saling bertukar informasi setelah diskusi kelompok. Peningkatan skor kemampuan berpikir kritis juga disebabkan oleh faktor internal dari mahasiswa sendiri yang tergali dengan soal yang diberikan oleh dosen, karena sebenarnya tiap mahasiswa sudah memiliki bakat untuk menjadi kritis namun belum terungkap karena alat ukur yang digunakan belum bisa mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah soal kasus dalam lembar kerja mahasiswa (LKM). Penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Peranan TPS sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah untuk optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas. Berpikir kritis dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat jelas, pendidikan tidak dapat diberikan dengan baik tanpa didahului proses pemikiran yang matang dalam penyampaiannya. Kemampuan untuk berpikir kritis berkontribusi terhadap kesuksesan karir dan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Menurut Profesor David T Conley dalam National Education Association (2010)[7] menyatakan bahwa ―habits of mind‖ seperti kegiatan menganalisis, menginterpretasi, memberikan presisi dan akurasi, problem solving, dan melakukan penalaran merupakan kebiasaan yang dapat atau sama pentingnya dengan konten suatu ilmu dalam menentukan kesuksesan di bangku kuliah. Melatih siswa berpikir kritis dan problem solving sangat penting bagi siswa karena berpikir kritis akan membimbing siswa untuk mengembangkan kemampuannya yang lain seperti semakin 851 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 meningkatnya kemampuan untuk berkonsentrasi, semakin dalam kemampuan menganalisisnya dan meningkatkan proses berpikir siswa. Pembelajaran dengan model think pair share (TPS) dalam penelitian ini dapat membantu mahasiswa Kelas SBM-C mengasah dan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya karena pada TPS terdapat diskusi secara berpasangan yang membantu siswa membangun dan menggali kemampuan berpikir kritis dengan tetap memunculkan nilai sosial. Sebelum berpasangan mahasiswa mampu menggali kemampuan berpikir kritisnya. Setelah mendapatkan hasil diskusi harapannya mahasiswa mampu memberikan jawaban dengan teman-teman kelas sesuai dengan pemikiran dan hasil diskusinya. Pada proses ini mahasiswa lain sebagai peserta diskusi akan memberikan pendapat yang memicu dalam kemampuan berpikir kritis yaitu memberikan arguman dan melakukan evaluasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yuliarini dalam Malahayati (2011) teknik TPS ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan pertisipasi mereka pada orang lain. Penerapan pembelajaran TPS memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Secara langsung siswa dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antar satu dengan yang lainnya, berdiskusi dan mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah di lakukan, sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Think Pair Share Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif diukur dengan menggunakan tes akhir siklus berupa tes evaluasi. Hasil belajar kognitif siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar kognitif ini disebabkan oleh kegiatan siswa dan motivasi dari diri siswa sendiri untuk terus belajar. Kegiatan siswa dalam pembelajaran yang mendukung hasil belajar kognitif adalah mengamati jawaban teman dalam kegiatan diskusi dengan kelompok melalui mengkomunikasikan hasil diskusi. Peningkatan hasil belajar kognitif juga disebabkan oleh masing-masing mahasiswa mengetahui skor evaluasinya, sehingga mahasiswa yang belum tuntas termotivasi untuk meningkatkan nilainya. Hal ini sesuai dengan Susanto (2002)[9] bahwa setiap siswa ingin tahu hasil perkerjaannya yang merupakan umpan balik untuk memperbaiki kegagalan. Menurut Sardiman (2003)[8] dengan mengetahui hasil pekerjaannya, apalagi terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar sehingga hasil belajar akan terus meningkat. Setelah diberi tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dari siklus I sebesar 68,75% dan siklus II meningkat sebesar 100%. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Hal ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus II sudah tercapai. Hal ini sesuai dengan Susanto (2002)[9], bahwa belajar merupakan proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar, dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar siswa dapat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap, dan keterampilan, sehingga 852 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 mendorong siswa untuk mulai aktif dalam berpikir dan membuat hasil belajarnya meningkat. Hal ini memperlihatkan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas SBM-C Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.. Peningkatan skor berpikir kritis secara klasikal pada penelitian ini disebabkan oleh faktor eksternal dengan kegiatan mahasiswa pada saat diskusi dan faktor internal mahasiswa sendiri sudah memeiliki bakat berpikir secara kritis namun belum tergali. Berdasarkan hasil LKM, peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis dari siklus I ke siklus II yaitu merumuskan masalah sebesar 10,66; memberikan argumen sebesar 7,03; melakukan deduksi sebesar 12,18; melakukan induksi sebesar 10,94; melakukan evaluasi sebesar 17,28; memutuskan dan melaksanakan sebesar 13,59. (2) Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berbasis Lesson Study dapat meningkatkan hasil belajar kognitif mahasiswa kelas SBM-C Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Ketuntasan hasil belajar kognitif meningkat dari sebesar 68,75% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 31,25%. Saran dari penelitian ini adalah (1) Pendidik diharapkan memperhatikan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menerapkan konsepkonsep strategi belajar mengajar yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. (2) bagi pendidik perlu melakukan inovasi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TPS untuk mengurangi sikap individual siswa dan membangun sikap sosial dengan teman kelompok atau kelas. DAFTAR PUSTAKA Arnyana, IBP. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Bahri, Samsul. & Apriana, Evi. 2008. Peran Pengetahuan Awal Strategi Kognitif dan Metakognitif Terhadap Pencapaian Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 6(1) : 58-64,(http://id.pdfsb.com/readonline), diakses 1 September 2015 Ennis, R and Eric Weir.1985. The Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test. (Online), ( http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/tewctet/Ennis-Weir_Merged.pdf), diakses pada 1 November 2015 Friedrichsen, P.M. 2001. Science in Elementary Education. 2nd edition. New York: Macmillan Publishing Company. Malahayati, Eva, Nurul. 2011. Pengaruh pembelajaran berbasis masalah melalui strategi Think pair share terhadap kemampuan metakognitif, kemampuan berpikir 853 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kritis, hasil belajar biologi dan retensi siswa dengan kemampuan akademik berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Malang. Miranda, Yulia. 2010. Dampak Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Kooperatif terhadap Kemampuan Metakognitif Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri Palangka Raya. Jurnal Penelitian Kependidikan.(Online) 20(2) : 187-200, (http:// Journal%20Biologi/6(2)2010), diakses 23 November 2015 NEA, 2010. Preparing 21st Century Students for a Global Society, An Educator‘s Guide to the ―Four Cs‖. (Online), (http://www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-FourCs.pdf), diakses pada 27 Oktober 2015 Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Radja Grafindo Persada. Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: JICA. Susilo, H., Husnul C, Ridwan J, Jumiati, Yuyun D.S, Sunarjo. 2011. Lesson Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing. Widodo, A. 2008. Peningkatan Kemampuan Mengajar Guru-guru SD melalui Lesson Study. (Online), (http://jurnal.upi.edu/file/Jurnal_Ari1.pdf), diakses 1 September 2015. 854