TUGAS BESAR MATA KULIAH SISTEM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA PERANCANGAN ALAT UKUR GAYA DIGITAL MENGGUNAKAN FLEXIFORCE A201 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Disusun oleh : ERWAN RIZAL KURNIANTO 105060301111017 VERI HENDRAYAWAN 105060301111004 TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012 KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb. Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Tugas ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sistem Instrumentasi Elektronika pada semester 5. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta dorongan dari semua pihak penyelesaian tugas ini tidak mungkin bisa terwujud. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan tugas ini. Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa tugas ini belumlah sempurna, karena keterbatasan ilmu dan kendala-kendala lain yang terjadi selama pengerjaan tugas ini. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan untuk pengembangan lebih lanjut. Wassalamualaikum wr.wb. Malang, Oktober 2012 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat memicu berkembangnya dunia elektronika yang pada mulanya menggunakan cara konvensional berubah menggunakan cara modern dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin meningkat, sehingga dapat menaikkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan bagi manusia. Bukan hanya di sektor industri, sektor diluar pun tidak luput dari penggunaan kemajuan teknologi, Misalnya dalam hal pengukuran massa, pengukuran massa biasa dilakukan secara manual, yaitu dengan timbangan manual. Hal ini tentu sangat tidak praktis dan kurang akurat. Untuk itu perlu diciptakan suatu pemodelan atau perancangan instrumentasi untuk menggantikan cara lama tersebut. Contoh yang lain pada pengukuran beban di pasar swalayan, pengukuran beban di terminal barang dan ditempat-tempat lainnya yang tersebar di berbagai wilayah. Hampir semuanya sudah menggunakan teknologi digital guna mendukung aktivitas yang mereka lakukan. Dengan latar belakang di atas, dirancanglah suatu instrumentasi elektronika berupa alat pengukuran gaya yang bisa digunakan untuk pengukuran massa suatu benda. Sehingga diharapkan pengukuran yang dilakukan lebih akurat,lebih singkat dalam hal pelayanan dapat lebih baik 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana blok diagram dan sistem kerja alat yang akan dirancang? Bagaimana perancangan alt ukur gaya digital dengan menggunakan flexiforce berbasis mikrokontroler ATMega 16? 1.3 Batasan Masalah Gaya yang dipakai dalam perancangan ini berupa gaya tekan Gaya yang diberikan ke sensor tidak lebih dari 100lbs (440N) Diasumsikan op amp yang digunakan adalah op amp ideal 1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Merancang sebuah Instrumentasi Elektronika berupa alat pengukuran gaya yang dapat digunakan untuk pengukuran massa suatu benda. 1.4.2 Manfaat Mempermudah pengukuran gaya melalui massa suatu benda Didapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat BAB II TUINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Di dalam ilmu fisika, gaya adalah apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan. Gaya memiliki besar dan arah, sehingga merupakan besaran vektor. Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton. Berdasarkan Hukum kedua Newton, sebuah benda dengan massa konstan akan dipercepat sebanding dengan gaya netto yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. = percepatan (m/s2) = gaya (N) = massa (kg) Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya yangbekerja pada benda tersebut. Resultan gaya adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda itu. Melalui kegiatan eksperimen yang ekstensif telah membuktikan bahwa gaya-gaya bergabung sebagai vektor sesuai aturan yang berlaku pada penjumlahan vektor. Sebagai contoh, dua gaya yang besarnya sama masing-masing 10 N, digambarkan bekerja pada sebuah benda dengan saling membentuk sudut siku-siku. Secara intuitif, kita bisa melihat bahwa benda itu akan bergerak dengan sudut 450. Dengan demikian resultan gaya bekerja dengan arah sudut 450. Hal ini diberikan oleh aturan-aturan penjumlahan vektor. Teorema Pythagoras menunjukkan bahwa besar resultan gaya adalah: FR = (10 N)2 + (10 N)2 = 14,1 N. Seperti yang ditunjujkkan pada gambar 1. Gambar 1. Resultan Gaya (Fr) Penjelasan lain yang mirip, gaya netto yang bekerja pada sebuah benda adalah sebanding dengan laju perubahan momentum yang dialaminya. Di fisika, kita memerlukan definisi yang lebih presisi. Kita mendefinisikan gaya di sini dalam hubungannya dengan percepatan yang dialami benda standar yang diberikan ketika ditempatkan di lingkungan sesuai. Sebagai benda standar kita menggunakan silinder platinum yang disimpan di International Bureau of Weights and Measures dekat Paris dan disebut kilogram standar. Di fisika, gaya adalah aksi atau agen yang menyebabkan benda bermassa bergerak dipercepat. Hal ini mungkin dialami sebagai angkatan, dorongan atau tarikan. Percepatan benda sebanding dengan penjumlahan vektor seluruh gaya yang beraksi padanya (dikenal sebagai gaya netto atau gaya resultan). 2.3 Sensor Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejalagejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya. D Sharon, dkk (1982). Dalam memilih peralatan sensor yang tepat dan sesuai dengan sistem yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut ini : (D Sharon, dkk, 1982) a. Linearitas Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 1.1 memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 2 (a). memperlihatkan tanggapan linier, 1 Temperatur (masukan) Temperatur (masukan) sedangkan pada gambar 2 (b). adalah tanggapan non-linier. 0 Tegangan (keluaran) 100 (a) Tangapan linier 1 0 100 Tegangan (keluaran) (b) Tangapan non linier Gambar 2. Keluaran dari Transduser Panas (D Sharon dkk, 1982), b. Sensitivitas Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah. c. Tanggapan Waktu Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 3(a). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 3(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban dan 50 Rata-rata Temperatur hanya akan menunjukan temperatur rata-rata. 40 30 Waktu 1 siklus (a) Perubahan lambat 50 40 30 (b) Perubahan cepat Gambar 3. Temperatur berubah secara kontinyu (D. Sharon, dkk, 1982) Ada bermacam cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan “decibel (db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu dengan daya keluaran pada frekuensi referensi. Macam-macam sensor gaya: 1) Strain Gage Sensor ini berfungsi untuk mengubah gaya, beban, torsi dan regangan menjadi resistansi/hambatan. Terbuat dari kawat tahanan tipis berdiameter sekitar 1 mm. Kawat tahanan yang biasa digunakan adalah campuran dari bahan konstantan (60 % Cu dan 40 % Ni). Jenis strain gage yang dibentuk dengan kawat tahanan yang terpasang lurus dan simetris. Jika papan atau rangka mendapat tekanan dari luar, maka resistansinya akan bertambah. Konstruksi strain gage : Gambar 4. Konstruksi Strain Gage 2) Bourdon Tubes Sejenis pipa pendek lengkung , dan salah satu ujungnya tertutup. Jika bourdon tubes diberikan tekanan maka ia akan cenderung untuk “menegang”. Perubahan yang dihasilkan sebanding dengan besarnya tekanan yang diberikan. Gambar 5. Konstruksi Bourdon Tubes 3) flexiforce A201 Sensor flexiforce A201 merupakan sebuah sensor gaya (force) dari jenis piezoresistive yang mampu mengkonversi nilai gaya(N) ke dalam bentuk konduktansi elektrik, sensor ini berbentuk printed circuit yang cukup tipis dan fleksibel. Gambar 6. Sensor Gaya Flexiforce A201 2.4 Analog to Digital Converter 0804 Analog to Digital Converter adalah sebuah piranti elektronika yang dirancang untuk dapat mengubah sinyal analog manjadi sinyal digital. Menggunakan ADC karena pengontrolan dilakukan menggunakan controller elektronika (mikrokontroller, komputer, atauplc), seihngga sinyal analog yang berasal dari sensor harus terlebihdahulu diubah menjadi sinyal digital agar dapat dibaca dan diolah oleh komputer. Pada perancangan ini menggunakan IC ADC 0804 yang dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. Gambar 7. Pin ADC0804 Keterangan : WR : ( input ) pin ini digunakan untuk memulai konversi tegangan analog menjadi data digital, dengan memberikan pulsa logika ” 0 ” pada pin ini. INT : (output) pin ini digunakan sebagai indicator apabila ADC talah selesai menkonversikan tegangan analog menjadi digital, dengan mengeluarkan logika ” 0 “. Vin : Tegangan analog input deferensial, input Vin (+) dan Vin (-) merupakan tegangan deferensial yang akan mengambil nilai selisih dari kedua input. Dengan memanfaatkan input Vin maka dapat dilakukan offset tegangan nol pada ADC Vref : Tegangan referensi dapat diatur sesuai dengan input tegangan pada Vin (+) dan Vin (-), Vref = Vin/2 Clock : Clock untuk ADC dapat diturunkan dari clock CPU atau RC eksternal dapat ditambahkan untuk memberikan generator dari dalam. Clock IN menggunakan schmitt triger. CS : Agar ADC dapat aktif melakukan konversi data maka input Chip Select harus diberi logika low. Data output akan berada pada kondisi three state apabila CS mendapatkan logika high. RD : Agar data ADC dapat dibaca oleh sistem mikroprocesor maka pin RD harus diberi logika low. 2.5 ATMega 16 AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk deprogram ulang dalam system menggunakan hubungan serial SPI. ATMega16. ATMega16 mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer system untuk mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses. Gambar 5 menunjukkan pin-pin ATMega 16. Gambar 8. ATmega 16 Pin-pin pada ATMega16 dengan kemasan 40-pin DIP (dual inline package). Guna memaksimalkan performa AVR menggunakan arsitektur Harvard (dengan memori dan bus terpisah untuk program dan data). Gambar 6 menunjukkan Sistem minimum ATmega 16. Gambar 9. System Minimum ATmega 16 2.5 LCD LCD adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Pada LCD berwarna semacam monitor terdapat banyak sekali titik cahaya (pixel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya. Walau disebut sebagai titik cahaya, namun kristal cair ini tidak memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya di dalam sebuah perangkat LCD adalah lampu neon berwarna putih di bagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang membentuk tampilan citra. Kutub kristal cair yang dilewati arus listrik akan berubah karena pengaruh polarisasi medan magnetik yang timbul dan oleh karenanya akan hanya membiarkan beberapa warna diteruskan sedangkan warna lainnya tersaring. LCD yang dipergunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut 1) Terdiri atas 32 karakter yang tersusun dalam dua baris (masing-masing 16 karakter) dengan display dot matrik 5 x 7 2) Karakter generator ROM denagan 192 tipe karakter 3) Karakter generator RAM dengan 8 tipe karakter 4) Display data RAM ukuran 80 x 8 bit 5) Catu daya + 5 volt 6) Reset pada saat power on Bentuk fisik sebuah LCD (Liquid Cristal Display) ditunjukkan gambar 7. Gambar 10. LCD 2 x 16 Gambar 8 menunjukkan skematik LCD 2x16 Gambar 11. Skematik LCD 2x16 BAB III BLOK DIAGRAM RANGKAIAN Untuk mengkonversi perubahan resistansi dari flexiforce A201 diperlukan suatu rangkaian pengkondisi sinyal, sehingga nantinya data tegangan yang akan diterima oleh pin ADC dari mikrokontroller sudah termaksimalisasi dan terformat dengan baik. Secara umum blok diagram rancangan instrumentasi untuk pengukuran gaya ditunjukkan pada gambar 9. Sensor Display LCD 2x16 Flexiforce RPS ADC 0804 MK ATMega16 Gambar 12. Blok Diagram Rancangan Agar rangkaian sesederhana mungkin maka catu daya disediakan dari baterai 9V, pemilihan baterai 9V sebagai catu daya dipertimbangkan dari faktor space, arus, dan efisiensi. Suatu rangkaian yang baik adalah rangkaian yang memiliki pencegahan terhadap kondisi-kondisi yang tidak diinginkan, salah satunya adalah “short circuit” ataupun “human error”, maka dari itu dibentuklah suatu rangkaian pengaman arus tinggi dan human error. Pada sensor diberikan catu tegangan negatif 5V, tahanan yang selalu berubah dari sensor masuk ke rangkaian konversi tegangan yang terdiri dari penguat inverting. Karena masukanya berupa tegangan negatif maka hasil konversi tegangan dari penguat inverting akan berupa tegangan positif. Agar sinyal terhindar dari “noise” maka sebelum masuk ke tahap selanjutnya sinyal dilewatkan terlebih dahulu ke suatu rangkaian low pass filter. Barulah keluaran dari low pass filter tersebut diumpankan ke suatu penguat instrumentasi yang akan mengkonversi teganganya pada level 0 hingga 5V. Tentu saja penguat instrumentasi akan memerlukan tegangan referensi sebagai penggeser level tegangan outputnya. Keluaran penguat instrumentasi yang sudah berada pada level 0 hingga 5V siap untuk dikonversi menjadi data digital 10bit oleh ADC dari mikrokontroller Atmega8. Hasil pengolahan data digital yang diimplementasikan melalui program tersebut akhirnya dikirimkan ke LCD Alphanumeric 2X16 karakter sebagai data yang siap pakai. BAB IV PERANCANGAN RANGKAIAN 4.1 Pemilihan/Perancangan Sensor Pada perancangan diinginkan bahwa akses data didapatkan dari suatu rangkaian pengkondisi sinyal yang telah terintegrasi dengan baik, agar data yang didapat sesuai dengan keinginan. Maka dari itu dibutuhkan sensor gaya yang bersifat linear dengan output berupa tegangan analog. Gambar 13. Sensor Gaya Flexiforce A201 Kiranya sensor flexiforce A201, produksi Tekscan Inc cukup untuk mewakili target-terget perancangan diatas. Sensor flexiforce A201 merupakan sebuah sensor gaya (force) dari jenis piezoresistive yang mampu mengkonversi nilai gaya(N) ke dalam bentuk konduktansi elektrik, sensor ini berbentuk printed circuit yang cukup tipis dan fleksibel. Spesifikasi dari flexiforce A201 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki range deteksi gaya hingga 100lbs, dimana 1lb setara dengan 0.45359N, sehingga jika dikonversi dalam besaran newton flexiforce A201 memiliki range deteksi 45,359N. 2. Linearitas yang mampu dihasilkan ±3%, dan mampu merespon perubahan gaya dengan waktu respon <5μs. 3. Mampu bekerja pada rentang suhu -9 ºC hingga 204ºC. 4. Namun pada sensor terjadi “Repeatability” dengan nilai ±2,5% dari fullscale, atau dengan kata lain terjadi ripple pada output sensor. Pada keadaan tanpa beban, resistansi sensor ini sebesar kurang lebih 5M ohm. Ketika diberi beban maksimum, resistansi sensor akan turun hingga kurang lebih 20K ohm. Dari ilustrasi tersebut dapat dilakukan kalkulasi bahwa nilai resistansi keluaran flexiforce A201 berbanding terbalik dengan gaya yang diterima olehnya. Jika hubungan beban/gaya dan resistansi tersebut dihubungkan dalam suatu grafik maka akan didapatkan suatu fungsi linearitas konduktansi-gaya seperti yang tertera pada gambar 11. (a) (b) Gambar 14. (a) Grafik resistansi & konduktansi terhadap gaya (b) Grafik estimasi tegangan terhadap gaya Jika diketahui range perubahan resistansi akibat perubahan gaya yang mengenai sensor, maka dapat disusun fungsi alih yang akan menentukan bagian dari rangkaian pengkondisi sinyal. 4.2 Perancangan Rangkaian Pengkondisi Sinyal 4.2.1 Menentukan Fungsi Alih Gaya-Resistansi Sebagai acuan dari perancangan perlu diperhatikan bahwa saat flexiforce A201 berada dalam kondisi tanpa gaya, resistansi yang dikeluarkan adalah ±5MΩ, dan saat keadaan gaya penuh maka resistansi yang dikeluarkan ±20kΩ. Dari rumusan tersebut dapat diperoleh fungsi alih (gaya-resistansi). Saat gaya 0 lbs R s 5MΩ dan Saat gaya 100 lbs R s 20kΩ 1 Misalkan fungsi alih lb a. b Rs 1 1 b ; 100 a. b 5MΩ 20kΩ Dengan melakukan Eliminasi terhadap dua persamaan diatas akan didapatkan 0 a. nilai a -0.02.10-3 dan b 100,4. Sehingga fungsi alih lb 2.10 6. 1 0,4. Rs 4.2.2 Konversi Resistansi -Tegangan Dari data grafik konduktansi sebagai fungsi gaya diatas dapat diamati bahwa nilai konduktansi sebanding dengan nilai gaya yang diterima oleh flexiforce A201 (F~1/R). Kesebandingan gaya dengan 1/R tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi nilai konduktansi ke tegangan. Dengan memanfaatkan rangkaian penguat inverting dimana sensor flexiforce A201 (F~1/R) ditempatkan sebagai resistor variabel yang seri dengan input akan didapatkan bahwa Vout VT . Rf . Jika sebelumnya telah ditetapkan Rs bahwa nilai VT 5V dan nilai R f 10kΩ maka akan didapatkan fungsi tegangan output terhadap resistansi flexiforce A201 sebesar Vout 50000 volt . Rs Akibatnya keluaran dari rangkaian penguat inverting ini akan berupa tegangan output yang linear terhadap gaya yang diterima. 4.2.3 Menentukan Fungsi Alih Gaya-Tegangan Persamaan I→ lb 2.106. Persamaan II→ Vout 1 0,4 Rs 50000 volt . Rs dan Dari kedua persamaan diatas dapat disusun suatu fungsi tegangan output ter hadap gaya., dari persamaan tersebut rangkaian pengkondis i sinyal dapat direncanak an. Vout 50000 50000 volt Vout (lb 0,4) Rs 2000000 Vout 0,025(lb 0,4) 4.2.4 Menentukan Fungsi Alih RPS Range kerja flexiforce A201 berada pada nilai (0-100lbs). Berdasarkan fungsi Vout 0,025(lb 0,4) dapat ditentukan parameter kerja alat. Saat F = 0 lbs → Vout 0,025(lb 0,4) , maka Vout = 10mV Saat F = 100 lbs → Vout 0,025(lb 0,4) , maka Vout = 2,51V Rangkaian pengkondisi sinyal akan mengubah tegangan output 10mV2,51V menjadi tegangan dengan level 0-5V. Untuk keperluan tersebut dapat dipergunakan rangkaian penguat instrumentasi. Saat Vout = 10mV → diinginkan tegangan keluaran RPS sebesar 0V Saat Vout = 2.51mV → diinginkan tegangan keluaran RPS sebesar 5V Misal fungsi alih tegan gan VRPS A.Vin B maka : 0V A.10mV B Persamaan1 5V A.2.51V B Persamaan2 Dengan melakukan eliminasi dari kedua persamaan diatas maka akan didapatkan koefisien A=2 dan B=-0,02. Maka fungsi alih tegangan keluaran penguat inverting ke tegangan keluaran “Rangkaian Pengkondisi Sinyal” akan senilai dengan VRPS 2.Vin - 0,02 atau dapat dituliskan VRPS 2(Vin - 0,01) . 4.3 Penguat Instrumentasi Karakteristik fungsi alih diatas cocok dengan rumusan dari penguat instrumentasi, sehingga secara rangkaian fungsi alih diatas dapat digantikan dengan penguat instrumentasi. 2 R R Vout 1 1 3 V2 V1 RG R2 Dengan memberikan nilai R3 = R2 = 1kΩ, nilai R1=1 kΩ dan nilai RG=2 kΩ. V2 akan bertindak sebagai masukan dari penguat inverting sedangkan V1 akan bertindak sebagai referensi yang nilainya ditetapkan pada 10mV. 2.1kΩ 1kΩ Vout 1 (V V1 ) 2kΩ 1kΩ 2 Vout 2 (V2 10mV) V1 10mV Tegangan sebesar 10mV dihasilkan dari zener 3,3V yang dibagi tegangan melalui resistor dengan nilai 10Ω dan 3,3kΩ. Keluaran tegangan dari penguat instrumentasi akan masuk dalam rangkaian penguat instrumentasi. Output dari rangkaian penguat instrumentasi menjadi masukan ATmega 16. ATmega 16 akan meproses data sebagai data masukan untuk kombinasi logika softwere menjadi hasil besarnya gaya yang akan ditampilkan dalam LCD. 4.4 ADC 0804 Perhitungan Vx Vref = 5V n=8 Gain Resolusi Perubahan tegangan tiap bit Sensitivitas Sensitivitas = Gaya(lb) / 1V Untuk Vout= 1V Vout = 0.025(lb+0.4) 1 = 0.025 (lb+0.4) 1 = 0.025lb+0.01 0.99=0.025lb lb=39.6 Sensitivitas = 39.6lb/V Perubahan gaya tiap bit = 0.00984 39.6 = 0.000248 lb BAB VI PENUTUP Sensor gaya tersusun dari sensor flixiforce A201, rangkaian pengali pembalik, rangkaian pengondisi sinyal, rangkaian penguat instrumentasi, ADC 0804, mikrokontroller ATmega 16, dan ditampilkan melalui LCD. Sensor flexiforce A201 merupakan sensor gaya yang menghasilkan resistansi yang berubah ketika ada gaya.Resistansi yang berubah dijadikan Rf untuk rangkaian pengali pembalik. Output tegangan pada rangkaian pengali pembalik akan di kondisikan dengan rangkaian pengkondisi sinyal dengan rumusan VRPS 2(Vin - 0,01) Output tegangan pada rangkaian pengkondisi sinyal akan masuk dalam rangkaian penguat instrumentasi, selanjutnya masuk dalam IC ADC0804 untuk diubah menjadi data digital. Data digital sebagai input untuk mikrokontroller ATmega 16. Data besar gaya yang dihasilkan akan ditampilkan dalam LCD 2x16.