Document

advertisement
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
1
OPTIMASI PRODUKSI RADIOIOD-131 DARI AKTIVASI NEUTRON
SASARAN TELURIUM DIOKSIDA ALAM
Sriyono, Maskur, Abidin, Triyanto, Hambali
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka – BATAN
e-mail :[email protected]
Abstrak–Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam. Radioiod-131 adalah
nama lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang merupakan radioisotop pemancar gamma pada energi 364 KeV (81%) dan
juga pemancar partikel beta dengan energi maksimum 610 KeV dengan umur paro (T½) 8,02 hari sehingga dapat digunakan
di kedokteran nuklir untuk keperluan diagnosa fungsi ginjal, kerusakan kelenjar gondok juga untuk terapi kanker thyroid,
kanker kelenjar endoktrin, dan neuroblastoma. PTRR-BATAN telah memproduksi 131I untuk mem-back up kebutuhan radioiod131, namun dari batch RI-001 sampai dengan RI-008 radioiod-131 yang dihasilkan masih belum memenuhi persyaratan
medis. Pada penelitian ini dilakukan optimasi produksi dengan mengubah parameter proses seperti pabrikan bahan sasaran,
setting temperatur, Jumlah charcoal, dan waktu elusi. Dari perubahan parameter tersebut pada batch RI-009 – RI-014
dihasilkan larutan produk 131I dalam bentuk sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi
radioaktif >100 mCi/ml dengan kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian radiokimia >95%. Dengan spesifikasi tersebut
larutan produk 131I telah memenuhi syarat untuk keperluan medis.
Kata kunci :Optimasi Produksi, Telurium Dioksida Alam, Radioiodine-131, Aktivasi Neutron, Destilasi Kering
Abstract–Optimation of Production Radioiodine-131 from Neutron Activated on Natural Tellurium Dioxide Target.
Radioiodine-131 is the other name of the radioisotope iodine-131 (131I) which is a gamma emitting radioisotope at 364 KeV
energy (81%) and also a beta emitter with a maximum energy of 610 KeV with halflife (T½) of 8.02 days so it can be used in
nuclear medicine to diagnose kidney function, thyroid damage, also for the treatment of thyroid cancer, endoktrin gland
cancer, and neuroblastoma. PTRR-BATAN has produced 131I to back up the 131I demand, but from batch RI-001 until RI-008
our product have not met the medical requirements. Therefore, the optimation of production is needed by changing the
process parameters such as manufacturer of target material, temperature setting, amount of charcoal, and elution time. By
Changing those parameters, we got product in the form of sodium iodide solution which was colorless clear, pH 12,
radioactive concentration of >100 mCi/ml, radionuclide purity >99% and radiochemical purity >95%. With these
specification, the product of batch RI-009 – RI-014 have met the medical requirements.
Keyword :Production Optimation, Natural Tellurium Dioxide, Radioiodine-131, Neutron Activation, Dry Destillation
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini ketersediaan akan radioisotop untuk
keperluan medis di dalam negeri sudah merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi terutama radioisotop
Teknesium-99m (99mTc) untuk diagnosa dan Radioiod-131
untuk diagnosa maupun terapi. Radioiod-131 adalah nama
lain dari radioisotop yodium-131 (131I) yang merupakan
radioisotop pemancar gamma pada energi 364 KeV (81%)
dan juga pemancar partikel beta dengan energi maksimum
610 KeV dengan umur paro (T½) 8,02 hari sehingga dapat
digunakan untuk keperluan diagnosa maupun terapi dalam
kedokteran nuklir.[1] Pemanfaatan dari radioiod-131
diantaranya adalah 131I-Hippuran untuk diagnosis fungsi
ginjal[2], Na-131I oral untuk diagnosis kerusakan kelenjar
gondok dan terapi kanker thyroid[1,3,4], 131I-MIBG untuk
diagnosis maupun terapi neuroblastoma dan kanker kelenjar
endoktrin.[5,6]
Radioiod-131 dalam jumlah besar pada umumnya
diproduksi dari pembelahan inti uranium-235 melalui reaksi
neutron-fisi (n,f) dan juga penangkapan neutron tellurium
dioksida (TeO2) alam melalui reaksi neutron-gamma
(n,).[7,8] Radioiod-131 dari hasil belah 235U (n,f) tidak
dilakukan karena proses pemisahan 131I dari produk-produk
fisi yang lain melalui proses kimia yang panjang dan
membutuhkan fasilitas yang sangat rumit disamping itu juga
menghasilkan limbah hasil fisi yang sangat kompleks dan
mempunyai umur paro yang panjang, namun masih ada cara
kedua yaitu dengan cara aktivasi neutron terhadap sasaran
TeO2 alam dan proses pemisahan produk dari bahan
sasarannya cukup dengan destilasi kering dan limbah yang
dihasilkan
cukup
sederhana
sehingga
mudah
penanganannya. Adapun reaksi inti nuklir yang terjadi dari
kedua metoda tersebut seperti terlihat pada Gambar 1 dan
Gambar 2.
99
Mo
235
U (n,f)
I + neutron
Radioisotop lain
Gambar 1. Reaksi neutron-fisi (n,f)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
131
2
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
130
Te ( n , ϒ )
131
Te
meluruh
131
I
Gambar 2. Reaksi aktivasi neutron (n,)
Berdasarkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 21 Tahun
2014 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di BATAN, maka
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)
yang merupakan salah satu unit kerja di BATAN dibawah
Deputi Bidang Pendayagunaan Teknologi Nuklir
mempunyai
tugas
melaksanakan
perumusan
dan
pengendalian kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pembinaan
dan bimbingan di bidang teknologi produksi radioisotop dan
radiofarmaka, maka BATAN khususnya PTRR harus memback up kebutuhan dalam negeri akan radioisotop 131I
tersebut.[9]
Kegiatan produksi radioisotop 131I melalui reaksi
penangkapan neutron (n,) terhadap sasaran TeO2 alam di
dalam fasilitas iradiasi reaktor nuklir G.A. Siwabessy
PRSG-BATAN Serpong dan proses pemisahannya melalui
destilasi kering di dalam fasilitas hotcell dengan kapasitas
produksi bisa mencapai 12.000 mCi dari 100 gram TeO2
alam. Proses pembuatan radioisotop 131I di PTRR-BATAN
masih mempunyai kendala yaitu proses pembuatannya
masih menggunakan fasilitas Glove box (bukan hotcell)
yang hanya mampu untuk memproduksi kurang dari 1.000
mCi radioisotop 131I dari hasil aktivasi neutron terhadap 5
gram serbuk sasaran TeO2 alam. Dengan demikian perlu
perubahan dimensi sistem peralatan destilasi terutama
ukuran vycor yang berkapasitas sampai dengan 100 gram
sasaran menjadi hanya 5 gram sasaran. Setelah perubahan
dimensi vycor pada sistem destilasi tersebut PTRR telah
melakukan proses mulai batch RI-001 sampai dengan
RI-008 dan dihasilkan 131I dengan radioaktivitas 300 – 700
mCi namun hasilnya masih belum memenuhi persyaratan
medis, maka pada penelitian ini dilakukan optimasi produksi
dengan melakukan perubahan beberapa parameter proses
diantaranya adalah : Pabrikan bahan sasaran TeO2, Setting
temperatur, Jumlah charcoal, dan waktu elusi. Diharapkan
dari perubahan parameter tersebut dihasilkan larutan produk
131
I dalam bentuk sodium iodida (Na131I) yang jernih tidak
berwarna dengan pH 12, konsentrasi radioaktif >100 mCi/ml
dengan kemurnian radionuklida >99% dan kemurnian
radiokimia >95%.
II. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Bahan dan Peralatan
Sebagai sasaran iradiasi digunakan serbuk tellurium dioksida
(TeO2) alam dari Sigma-Aldrich, karbon aktif untuk
menangkap/menyerap uap yodium diperoleh dari Fisher
Scientific, dan untuk mengikat yodium digunakan larutan
sodium hidroksida (NaOH) dari E. Merck, serta untuk
mengukur pH larutan produk digunakan kertas pH Universal
dari E. Merck. Kemudian bahan-bahan gelas seperti ampul
kuarsa, dan peralatan destilasi kering di pasok dari dalam
negeri.
Seperangkat alat las acetylene untuk penutupan ampul
kuarsa, dan untuk penutupan tabung aluminium (kapsul
iradiasi) digunakan las tig/argon Telwin, No Seri : 096776
dari Italia, serta seperangkat alat uji gelembung (bubble test)
digunakan untuk uji kebocoran kapsul iradiasi. Fasilitas hot
cell digunakan untuk penanganan sasaran paska iradiasi,
glove box berperisai timbal (Pb) yang dilengkapi dengan
sistem ventilasi yang memadai untuk proses destilasi kering.
Dose calibrator ATOMLAB untuk pengukuran aktifitas
produk 131I dan spectrometer gamma untuk menentukan
kemurnian radionuklida 131I. Sedangkan untuk menentukan
kemurnian radiokimia digunakan alat pencacah gamma
(Gamma Counter).
Cara Kerja
Sebanyak 5 g serbuk sasaran TeO2 alam dipanaskan
terlebih dahulu dalam furnace pada temperatur 500 oC
selama 1 (satu) jam dan dikemas dalam kapsul iradiasi dari
bahan aluminium kemurnian tinggi kemudian dikirim ke
reaktor G.A. Siwabessy PRSG-BATAN Serpong untuk
diaktivasi di fasilitas iradiasi Central Irradiation Position
(CIP) selama ± 5 hari pada daya 15 MW dengan
melampirkan isian formulir iradiasi dan formulir pengujian
kapsul iradiasi dari Bidang Teknologi Radioisotop - PTRR.
Paska iradiasi, kapsul iradiasi dipindahkan dari fasilitas
iradiasi (reaktor) ke fasilitas hotcell radioisotop
menggunakan wadah yang terbuat dari timbale (Pb). Di
dalam hotcell radioisotop, kapsul iradiasi dibongkar untuk
mengeluarkan sasaran TeO2 alam teriradiasi yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu destilasi dari bahan
kuarsa berbentuk tabung (yang biasa disebut vycor).
Kemudian Vycor tersebut dimasukkan ke dalam tungku
pemanas dan selanjutnya disambungkan ke sistem destilasi
kering seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Proses produksi 131I dengan metoda destilasi
kering
Sebelum dilakukan proses produksi 131I dengan metoda
destilasi kering (Gambar 3) harus dilakukan uji kebocoran di
setiap sambungan pada sistem destilasi dengan cara vakum
yaitu dengan menghidupkan pompa vakum kemudian
mengatur kevakuman sistem sebesar 1,5 inHg melalui kran
pada pompa vakum, apabila tidak ada gelembung udara pada
botol trap maka semua sambungan dinyatakan tidak bocor.
Pada kondisi ini proses destilasi kering dimulai dengan
menghidupkan heating tape dan tungku pemanas dengan
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
3
setting temperatur secara bertahap mulai 100oC sampai
750oC. Pada kondisi ini proses destilasi mulai berjalan dan
dipertahankan selama 5 jam untuk memastikan bahwa
hampir semua uap yodium-131 dalam bentuk yodida (131I2)
telah terdestilasi dan terperangkap dalam kolom charcoal
aktif yang terpasang pada sistem.
Setelah proses destilasi berlangsung selama 5 jam,
dilakukan pendinginan dengan menurunkan setting
temperatur menjadi 100 oC dan ditunggu sampai temperatur
dalam tungku mencapai ± 250 oC. Selanjutnya sistem
destilasi dihentikan dengan menutup semua valve dan
sambungan ke pompa vakum dilepas. Yodium yang telah
terperangkap dalam kolom charcoal dikeluarkan dengan
melewatkan larutan NaOH 0,05N ke dalam kolom charcoal
dengan cara elusi.
Larutan hasil elusi tersebut adalah sebagai larutan produk
radioiod-131 dalam bentuk sodium yodida (Na131I) yang
selanjutnya disampling untuk dilakukan uji kualitas
pengukuran radioaktifitas, pH, kemurnian radionuklida,
kemurnian radiokimianya. Proses elusi dengan larutan
NaOH 0,05N tersebut dilakukan beberapa kali sampai
tingkat keradioaktifan produk < 50 mCi.
TeO2. Perubahan dimensi vycor tersebut ditunjukkan seperti
pada Gambar 4.
Mulai Mei 2013 sampai dengan Nopember 2014 PTRRBATAN telah melakukan pembuatan radioisotop 131I dengan
menggunakan fasilitas dan sistem destilasi yang baru. Dari
Batch RI-001 sampai dengan RI-008 dihasilkan produk 131I
yang tidak memenuhi persyaratan untuk keperluan medis
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)
- BATAN mulai tahun 2013 telah membuat radioisotop 131I
tersebut dengan fasilitas Glove Box yang hanya mampu
membuat 131I sebesar kurang dari 1000 mCi. Dengan
fasilitas yang dimiliki maka desain sistem destilasi untuk
pembuatan radioisotop tersebut juga mengalami perubahan
terutama dimensi tabung vycor sebagai wadah bahan sasaran
teriradiasi dari kapasitas 100 gram menjadi 5 gram sasaran
Gambar 4. Ukuran vycor sebelum dan sesudah modifikasi
30 mm
122 mm
306 mm
40 mm
30 mm
40 mm
56 mm
seperti yang telah disampaikan oleh Maskur, dkk.[10], maka
pada batch RI-009 – RI-014 dilakukan optimalisasi produksi
dengan melakukan perubahan-perubahan parameter seperti
penggantian pasokan bahan sasaran, preparasi sasaran,
jumlah karbon aktif, setting temperatur, dan waktu elusi
produk. Dari hasil perubahan tersebut diperoleh data-data
produk radioiod-131 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Proses dan Hasil uji kualitas produk 131I
Parameter
No. Batch
RI-001
Pasokan
TeO2
Hasil
Setting Jumlah
Temp. Charcoal
(oC)
(mg)
E.Merck
RI-002
RI-003
Waktu
elusi
Produk
Aktivitas
Produk
(mCi)
Visual
Produk
Dibiarkan
semalam
38
Putih
Keruh
12
99,99
< 95
Kem.
Kimia
Keterangan
Terkontami
nasi Te
Proses gagal karena filamen tungku pemanas putus
RI-004
SigmaAldrich
RI-005
E.Merck
11,5
9
850
500
Dibiarkan
semalam
230
RI-006
370
RI-007
598
RI-008
344
RI-009
RI-010
Kem. Kem.
pH
Radio- Radiolarutan
nuklida kimia
Produk
(%)
(%)
< 95
Putih
Keruh
90,14
12
477
Langsung
dielusi
RI-011
750
RI-012
713
392
300
Terkontami
nasi Te
96,66
561
SigmaAldrich
95,72
Produk tidak
memenuhi persyaratan
medis
99,99
95,88
Produk memenuhi
persyaratan medis
97,54
Jernih
tidak
berwarna
91,72
90,23
RI-013
702
96,65
RI-014
419
97,40
Bebas
kaontamina
si Te
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
Produk tidak
memenuhi persyaratan
medis
Produk memenuhi
persyaratan medis
4
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Setelah dilakukan perubahan parameter proses mulai dari
pasokan bahan sasaran TeO2, setting temperatur, jumlah
charcoal, dan waktu elusi seperti pada Tabel 1 terlihat
bahwa hanya perubahan setting suhu dari 850 oC menjadi
750 oC saja yang memberikan efek yang sangat signifikan
terhadap produk 131I yang dihasilkan. Perubahan setting suhu
tersebut dilakukan berdasarkan analisa hasil uji kualitas
produk yang masih terkontaminasi Te dari bahan sasarannya
sehingga larutan produk berwarna putih keruh, hal ini
dimungkinkan karena terjadi panas belebih (over heating) di
dalam vycor (wadah sasaran TeO2) yang mengakibatkan
sasaran TeO2 tersebut bukan hanya meleleh tetapi
kemungkinan sampai mencair atau bahkan mendidih
sehingga sebagian Te ikut terbawa oleh uap yodium dan
terperangkap pada kolom charcoal dalam sistem destilasi.
Berdasarkan hasil uji kualitas produk 131I tersebut, maka
dilakukan kalibrasi tungku pemanas dengan cara pengukuran
temperatur bagian dalam vycor dan dibandingkan dengan
hasil pembacaan pada termokopel control tungku pemanas.
Kalibrasi tungku pemanas tersebut dilakukan oleh PT.
KALIMAN (Kalibrasi Instrumentasi Mandiri) dan hasilnya
seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Kalibrasi Tungku Pemanas (Furnace)
Pengaturan Pembacaan Alat Pembacaan
Setting
Reading
Standar
( oC )
( oC )
Standard
( oC )
100
99
134,5
150
150
199,7
200
200
256,9
300
300
339,0
400
400
438,4
500
500
555,8
600
600
660,2
700
700
763,3
750
750
809,7
800
800
858,0
850
850
906,2
Ketidakpastian kalibrasi/ calibration
uncertainty : ± 1,0 %
Dari hasil kalibrasi seperti pada Tabel 2 terlihat bahwa
ada perbedaan temperatur dari hasil pengukuran standar
(dalam vycor) dengan setting temperatur yang sangat
signifikan yaitu hampir 60 oC, misalnya dengan setting
temperatur 850 oC ternyata temperatur yang sebenarnya
dalam vycor sebesar 906,2 oC. Sedangkan titk leleh serbuk
TeO2 adalah 733 oC dan titik didih serbuk TeO2 pada
temperatur 1245 oC,[11, 12] ini membuktikan bahwa dengan
setting temperatur 850 oC terjadi over heating dan dengan
adanya sistem vakum maka mengakibatkan serbuk TeO2
menjadi cair atau bahkan mendidih sehingga sebagian Te
terbawa oleh uap yodium dan terperangkap dalam kolom
charcoal dan ketika kolom charcoal dielusi dengan larutan
NaOH 0,05N maka larutan produk 131I yang diperoleh
menjadi putih keruh sehingga tidak memenuhi persyaratan
medis karena terkontaminasi Te. Setelah dilakukan
penurunan setting temperatur dari 850 oC menjadi 750 oC,
maka larutan produk tidak lagi terkontaminasi Te dan
larutan menjadi jernih tidak berwarna seperti pada Tabel 1.
Disamping itu juga dilakukan perubahan cara preparasi
bahan sasaran yang akan diiradiasi di reaktor G.A.
Siwabessy yang sebelumnya bahan sasaran TeO2 langsung
dikemas dalam kapsul iradiasi. Mulai batch RI-008, sebelum
dikemas bahan sasaran TeO2 dipanaskan terlebih dahulu
dalam furnace pada temperatur 500 oC selama 1 jam. Ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air hidrat dalam bahan
sasaran sehingga memudahkan pada saat penanganan target
paska iradiasi, yaitu saat mengeluarkan serbuk sasaran TeO 2
dari kapsul iradiasi supaya tidak menggumpal.
Setelah dilakukan perubahan setting temperatur dari
850 oC menjadi 750 oC mulai batch RI-009 sampai dengan
RI-014 maka larutan produk 131I yang dihasilkan sudah tidak
terkontaminasi lagi tellurium (Te) sehingga larutan produk
menjadi jernih tidak berwarna. Namun untuk produk 131I
batch RI-011 dan RI-012 meskipun secara visual larutan
produk jernih tidak berwarna tetapi kemurnian
radiokimianya dibawah 95% (lihat Tabel 1) ini disebabkan
karena sebelum kolom charcoal dielusi dengan larutan
NaOH 0,05N sudah mengalami kontak dengan udara
sehingga sebagian 131I dalam bentuk Na131I teroksidasi
menjadi iodat (Na131IO3) dan periodat (Na131IO4). Kemudian
untuk batch RI-013 dan RI-014 sebelum kolom charcoal
dielusi dengan larutan NaOH 0,05N dijaga jangan sampai
kontak dengan udara, sehingga dihasilkan produk 131I yang
tingkat kemurnian radiokimianya diatas 95% seperti yang
terlihat pada Tabel 3 tentang Laporan Hasil Uji yang berisi
Standar Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk
radioisotope 131I.
KESIMPULAN
Optimasi produksi radioiod-131 dari sasaran telurium
dioksida (TeO2) alam teraktifasi telah dilakukan dengan cara
melakukan perubahan parameter-parameter proses seperti
pada Tabel 1, dan diperoleh tetapan parameter yang akan
digunakan untuk proses-proses berikutnya yaitu : Pasokan
bahan sasaran TeO2 dari Sigma-Aldrich, Setting temperatur
750oC, Jumlah charcoal 300 mg, dan waktu elusi langsung
setelah pendinginan. Dari parameter tersebut dihasilkan
larutan produk 131I dalam bentuk sodium iodida (Na131I)
yang jernih tidak berwarna dengan pH = 12, konsentrasi
radioaktif >100 mCi/ml dengan kemurnian radionuklida
>99% dan kemurnian radiokimia >95%. Larutan produk 131I
yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan medis (Tabel 3)
dan selanjutnya bisa digunakan untuk penandaan sediaan
radiofarmaka yang akan digunakan di rumah sakit untuk
tujuan baik diagnosa maupun terapi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terimakasih kepada Kepala PTRR
Batan (Ibu Siti Darwati), Kepala Bidang Teknologi
Radioisotop (Bapak Hotman Lubis) dan Kepala Bidang
Teknologi Radiofarmaka (Bapak Rohadi Awaludin) serta
seluruh Tim Produksi 131I (Indra Saptiama, Chairuman,
Yono S., Mulyono, Hermanto, dan Fath Priyadi) dan semua
pihak yang telah bekerja bersama-sama dalam melakukan
kegiatan ini.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
5
6
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Tabel 3. Hasil Uji yang berisi Standar Keberterimaan dan Hasil Analisis terhadap produk 131I
No.
Jenis Pengujian
(Parameters)
1.
Kejernihan
(Clarity)
Derajad
Keasaman (pH)
2.
Standar
Keberterimaan
(Range)
Jernih
Metode Analisis
(Method of Analysis)
10 – 12
Indikator pH
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
Dose Calibrator
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
Visual
3.
Konsentrasi
Radioaktif
(Radioactive
Concentration)
>100 mCi/ml
4.
Kemurnian
Radionuklida
(Radionuclide
Puryti)
Kemurnian
Radiokimia
(Radiochemical
Purity)
>99 %
Spektrometri Gamma
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
> 95 %
Kromatografi Lapis
Tipis
(SOP.016.3.10/RR 00
04/TRR.5)
5.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANNA WYSZOMIRSKA., Iodine-131 for Therapy
of Thyroid diseases., Physical and Biological Basis.,
Nuclear Medicine Review 2012, 15, 2 : 120-123.,
ISSN 1506-9680.
2. EVI SETIAWATI , MUHAMMAD MUNIR ,
ENDRAS ARI PRASAJA., Pendeteksian Kelainan
Fungsi Ginjal Dengan Memanfaatkan Radiofarmaka
Hippuran 131I Menggunakan Kamera Gamma.,
Jurnal Pengembangan Rekayasa & Teknologi Vol.
11 No 1, Juni 2009: 1–7, ISSN1410-9840.
3. KUSAKABE K, MAKI M., Radionuclide Therapy
of Thyroid Disease-Radioactive Iodine Therapy.,
Departement of Radiology, Tokyo Women’s
Medical College., Kaku Igaku 1993 Jul; 30(7):813-9.
4. ANONIMOUS : Iodine-131 Medical Use.
http://www.news-medical.net/health/Iodine-131Medical-Use.aspx,Diakses 21 Oktober 2016
5. Stefan Vöö, Jan Bucerius, Felix M. Mottaghy.,
I-131-MIBG therapies., 2011 Elsevier Inc.
6. ANONIMOUS :131I-MIBG Therapy,Written by
Antonia Palmer, Neuroblastoma Parent June 2015.,
http://www.nant.org/dl/ncmibg_article_june_2015.pdf. Diakses 22 Oktober
2016
7. ANONIMOUS : A.F. RUPP, E. E. BEAUCHAMP,
J. R. PARMAKES., Production of Fission Product
Iodine-131., ORNL-1047.
Hasil Analisis
(Result of Analysis)
Jernih
12,0
Aktifitas saat pengujian
112,13 mCi/ml
Tgl. 21-10-2014 pkl. 09.02
Ketidakpastian
bentangan
2,28%
99,99 %
Ketidakpastian
bentangan
2,00%
96,65 %
Ketidakpastian
2,39%
bentangan
8. ANONAME, “Manual For Reactor Produced
Radioisotops”, IAEA-TECDOC-1340, Austria,
January 2003.
9. Peraturan Kepala BATAN Nomor 21 Tahun 2014
Tentang Rincian Tugas Unit Kerja di BATAN.
10. MASKUR, SRIYONO, YONO SUGIHARTO,
FATH
PRIYADI,
CHAIRUMAN,
DAN
HAMBALI., Optimasi Pembuatan Radioisotop I-131
DenganMetoda Aktivasi Neutron Dan Pemisahan
Secara Distilasi Kering., Prosiding Seminar Nasional
Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun
2014., ISBN 978-979-17109-9-2.
11. ANONIMOUS
:Tellurium
Dioxide,
https://en.wikipedia.org/wiki/Tellurium_dioxide.,
diakses 24 Oktober 2016.
12. A.SIMEK and B. STEHLIK., The Melting Point of
Tellurium Dioxide., Collection of Czechoslovak
Chemical Communication, 1930, Vol. 2, p. 447-456
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
Sriyono /Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXXI HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, 18 Maret 2017
ISSN : 0853-0823
5
Download