Kebijakan PPLH danPSDA

advertisement
Kebijakan PPLH dan PSDA
Terkait dengan AMDAL
Erik Teguh Primiantoro, S.Hut., MES
Kabid Pengembangan Sistem KDL
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Deputi I Bidang Tata Lingkungan
Asdep Kajian Dampak Lingkungan
Data Nara Sumber
1 Nama
:
Erik Teguh Primiantoro, S.Hut., MES
2. Jabatan
:
Kepala Bidang Pengembangan Sistem Kajian
Dampak Lingkungan pada Unit Asdep Kajian
Dampak Lingkungan Deputi I MENLH Bidang Tata
Lingkungan
3. Pendidikan
:
S2 Master in Environmental Studies (MES) Faculty
of Environmental Studies York University, Toronto
Canada (1998-2000)
S1 Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru Kalimantan Selatan (1988-1994)
4. Alamat
:
Kementerian Lingkungan Hidup
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24 Kebon Nanas Gedung A
Lantai 6 Jakarta Timur 13410
Telp: 021-85904925, Fax: 021-85906168
Email: [email protected]
Topik Bahasan Kebijakan PPLH dan PSDA
Terkait AMDAL
1.
1
Pendahuluan
2.
Pengantar Keterkaitan antara AMDAL UKL-UPL dengan
sistem perizinan dan Instrumen PPLH Lainnya
2
33. Tata Ruang, Amdal dan Kawasan Lindung
44. Ketentuan-ketentuan dalam PUU bidang PPLH terkait
dengan AMDAL, UKL UPL, Izin lingkungan dan izin
PPLH
55. PUU sector yang berkaitan dengan AMDAL, UKL-UPL,
Izin lingkungan
6.
6
Konsep SEB MENLH & MENDAGRI Pelaksanaan Pasal
121 UU 32/2009
1
Pendahuluan
Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Ekonomi
Menguntungkan
secara ekonomi
(economically
viable)
Sosial
Diterima
secara
sosial
(socially
acceptable)
Pembangunan
Berkelanjutan
Ramah lingkungan
(environmentally
Lingkungan sound)
“Pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
(WCED – Our Common Future)
“THE EGG OF SUSTAIABILITY”: ANALOGI PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Kualitas LH
Kualitas
(Ecosystem
Well-Being)
Manusia
(Human
Well-Being)
OUTCOME
TIDAK
BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN
HIDUP
TIDAK
BERKELANJUTAN
TIDAK
BERKELANJUTAN
BERKELANJUTAN
MANUSIA
KETERANGAN:
MENINGKAT
MENURUN
Hubungan antara Sistem Sosial Manusia & Ekosistem/Lingkungan
EKOSISTEM (Ecological System)
KONDISI KUALITAS
HIDUP MANUSIA
(the Standard of Living)
RESPON
EKOSISTEM
KONDISI EKOSISTEM:
STRUKTUR DAN FUNGSI
ALIRAN ENERGI
(Energy Flow)
RESPON MANUSIA (Human Responses)
TATA NILAI
(Values)
TEKNOLOGI
(Technology)
PENGETAHUAN
(Knowledge)
SIKLUS
MATERI
(Mineral
Cycles)
TEKANAN
MANUSIA
TERHADP
EKOSISTEM
SIKLUS AIR
(Water Cycle)
KELEMBAGAAN
(Institutions)
DINAMIKA KOMUNITAS
(Community Dynamics)
INTERAKSI SOSIAL (People-to-people Pressures)
PERUBAHAN-PERUBAHAN ALAMI
(Naturally-caused environmental changes)
KOOPERASI KOLABORASI, KOMPETISI,
KONFLIK
Iklim, tanah (edafis), topografi, geologi, physiografi
SISTEM-SISTEM SOSIAL MANUSIA
(Human Social Systems)
Sumber: Konsep tersebut dimodifikasi dari konsep yang terdapat dalam buku “Strategies for National Sustainable Development” (Carew-Reid et all 1994)
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN = ↑ KUALITAS HIDUP &
↑ KUALITAS LINGKUNGAN (Ingat! Telur Berkelanjutan)
Dua Pilar Pembangunan Berkelanjutan
(The Twin Pillars of Sustainable Development)
1
2 Peningkatan Kualitas
(Kelestarian Fungsi)
Lingkungan Hidup
Peningkatan
Kesejahteraan/
Kualitas Hidup
Manusia
2a Konservasi Sistem
Penyangga Kehidupan
2b Konservasi
Keanekaragaman Hayati
2c Pastikan pemanfaatan SDA
yang dapat diperbaharui
berlangsung secara
berkelanjutan i.e. tanah,
TSL, hutan etc.
2d Cegah deplesi SDA yang tidak
dapat diperbaharui i.e.
mineral, minyak, gas dan
batubara
Sumber: IUCN/WWF/UNEP, 1991
2e Pastikan pemanfaatan SDA
tetap berada di dalam batas
daya dukung LH (Carrying
Capacity)
Kesehatan, pendidikan,
akses terhadap SDA
yang dibutuhan bagia
kehidupan yang layak,
income per kapita
Pembangunan Berkelanjutan & Triple Bottomline
Kegiatan Bisnis Perusahaan/Investasi
Kinerja Perusahaan dievaluasi dari tiga dimensi:
• Dimensi Keuntungan Financial (Financial
Result);
• Dampaknya terhadap orang (karyawan
perusahaan dan komunitas di sekitar
perusahaan);
• Dampaknya terhadap lingkungan
Sumber: Scott Bedbury (Mantan Chief Marketing Strategis di Nike and Starbucks)
dalam Hermawan Kartajaya (2005)
Note: Triple Bottom Line merupakan jargon teknis di dunia bisnis yang diciptakan oleh John
Elkington dan diketengahan untuk pertama kalinya dalam bukunya yang berjudul “Ecology of
Tomorrow’s World (1980)  Sumber: Noke Kiroyan (Chairman Rio Tinto), 2005.
TrippleBottomline = 3 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan Triple Bottomline tersebut, Jika Ingin terus bertahan dan
berkelanjutan maka kegiatan Bisnis/investasi harus:
Ekonomi
Menguntungkan
secara ekonomi
(economically
viable)
Ramah lingkungan
(environmentally
sound)
Lingkungan Hidup
Sosial
Diterima secara sosial
(socially acceptable)
Kebijakan Pembangunan Ekonomi Indonesia:
Sustainable Growth with Equity
Presiden SBY:
“Indonesia memiliki Undang Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Undang-undang ini secara tegas mengamanatkan
internalisasi aspek lingkungan hidup, dalam berbagai
ranah pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam untuk
menggerakan per-tumbuhan ekonomi, kita jalankan
dengan tidak mengorbankan daya dukung, daya
tampung, dan produktivitas lingkungan.
Indonesia terus mencari keseimbangan yang tepat antara
kepentingan pembangunan ekonomi dengan kepentingan
pelestarian lingkungan hidup. Pada tahun 2005, saya
perkenalkan tiga pilar strategi pembangunan sosialekonomi yaitu pro-growth, pro-poor, dan projob. Kemudian, sejak tahun 2007 kami tambahkan
lagi pro-environment. Berbagai kebijakan pemerintah
yang dilandaskan pada keempat pilar ini, yang sejatinya
adalah “sustainable growth with equity”.”
Empat Pilar Strategi
Pembangunan
1.
2.
3.
4.
Pro-growth,
Pro-poor,
Pro-job and
Pro-environment
Sustainable
Growth with Equity
Sumber: SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PELUNCURAN ASIA PACIFIC HUMAN DEVELOPMENT REPORT
(APHDR) 2012 Jakarta, 10 Mei 2012
Izin Lingkungan: Safeguard untuk mewujudkan Amanah UUD 1945 & Sustainable Growth wit Equty
UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1):
KLHS
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
Tata ruang
lingkungan hidup yang baik dan
sehat ...”
BML
Kualitas Lingkungan Hidup
Sustainable
Growth with
Equity
Sosial
Kegiatan Ekonomi
KBKL
AMDAL
UKL-UPL
Perizinan
Instrumen
ekonomi LH
PUU
berbasis LH
Anggaran
berbasis LH
ARLH
Audit LH
Instrumen lain sesuai kebutuhan
Instrument PPLH
Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: “Perekonomian nasional [i.e. Perkebunan,
Pertambangan, MIGAS dll ] diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Rio Declaration on Environment and
Development
Prinsip ke-17 dari Deklarasi Rio
Environmental Impact Assessment (EIA)
sebagai instrument nasional, yang harus
dilakukan untuk rencana usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan dan menjadi subyek
pengambilan keputusan dari pihak yang
berwenanang
Agenda 21 Pembangunan Berkelanjutan
Agenda 21 menyatakan bahwa pemerintah harus:
• Mendorong pengembangan berbagai metodologi yang tepat untuk
mengintegrasikan pengambilan keputusan terkait dengan energi,
lingkungan dan sosial untuk pembangunan berkelanjutan melalui
Environmental Impact Assessment (EIA);
• Mengembangkan, meningkatkan dan menerapkan Environmental Impact
Assessment to mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan;
• Melaksanakan analisis investasi dan studi kelayakan, yang mencakup
Environmental Impact Assessment untuk membangun perusahan
pemroses yang berbasis hasil hutan;
• Menerapkan prosedur Environmental Impact Assessment yang tepat
untuk rencana proyek yang menimbulkan dampak penting terhadap
kehati, menyediakan informasi yang tepat untuk mendorong
peninagkatan peran serta masyarakat, dan mendorong kajian dampak
lingkungan dari kebijakan dan program yang relevan terhadap kehati
1999
1993
Perbaikan
(PP Nomor 27
tahun 1999)
2010
2012
revitalisasi
PP Nomor 27 tahun 2012:
Integrasi Izin Lingkungan
dalam Proses Amdal &
UKL-UPL & Streamlining
Pengembangan
(PP Nomor 51 tahun 1993
1986
tonggak awal
(PP Nomor 29
tahun 1986)
UU Lingkungan
Hidup
Peraturan
Pemerintah
tentang AMDAL
2009
UU 32/2009
1997
Inovasi Kebijakan:
PP No 27/2012
Merupakan PP
Generasi Ke-4 (empat)
yang mengatur tentang
Amdal di Indonesia
UU 23/1997
1982
UU 4/1982
15
Semangat PP NO. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
1. Menghindari terjadinya birokrasi baru. Dalam PP ini,
Izin lingkungan diintegrasikan ke dalam proses Amdal
dan UKL-UPL;
2. Pelaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
harus lebih streamlining dan bermutu, serta menuntut
profesionalisme, akuntabilitas dan integritas semua
pihak;
3. Kaidah Amdal sebagai Kajian Ilmiah;
4. Penegakan hukum atas pelanggar Amdal-UK-UPL dan
Izin Lingkungan;
5. Memperkuat Akses Partisipasi Masyarakat;
6. Mengubah Mindset Seluruh Pemangku Kepentingan;
7. Izin Lingkungan = Filter Investasi Hijau 
Pro-Lingkungan dan Pro-Investasi Hijau
Evolusi Pengaturan tentang AMDAL di Beberapa UU
Lingkungan Hidup di Indonesia (1982, 1997 dan 2009)
UU No. 4 Tahun 1982
Hanya ada dua pasal
yang mengatur atau
menyebutkan tentang
AMDAL, yaitu:
1. Pasal 1 angka 10
terkait dengan
Pengertian AMDAL;
2. Pasal 16: Kewajiban
Amdal bagi Setiap
rencana yang
diperkirakan
mempunyai dampak
penting terhadap
lingkungan
UU No. 23 Tahun 1997
Ada tiga pasal yang mengatur
atau menyebutkan tentang
Amdal, yaitu:
1. Pasal 1 angka 20: Pengertian
tentang Amdal;
2. Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2):
• Kewajiban Amdal bagi
Setiap rencana yang
diperkirakan mempunyai
dampak penting terhadap
lingkungan
• Amanah untuk menyusun
PP terkait dengan
penentuan rencana usaha
dan/atua kegiatan yang
berdampak besar dan
penting terhadap LH,
penyusunan dan penilaian
AMDAL
3. Pasal 18: Keterkaitan Amdal
dengan penerbitan izin usaha
dan/atau kegiatan
UU No. 32 Tahun 2009
Ada 23 Pasal yang mengatur atau menyebutkan Amdal,
yaitu:
1. Pasal 1 angka 11 dan angka 35: Pengertian Amdal dan
keterkaitan amdal dan izin lingkungan;
2. Pasal 22: Dampak penting dan Amdal
3. Pasal 23: Usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal;
4. Pasal 24: Dokumen Amdal dan SKKL
5. Pasal 25: Dokumen Amdal
6. Pasal 26: Pelibatan masyarakat dalam penyusunan
dokumen Amdal
7. Pasal 27: Pihak lain dalam penyusunan dokumen
Amdal;
8. Pasal 28: Sertifikasi penyusunan Amdal;
9. Pasal 29: Penilaian Amdal oleh Komisi Penilai Amdal;
10. Pasal 30: Anggota KPA, Tim Teknis dan Sekretariat
KPA;
11. Pasal 31: Hasil penilaian Amdal dan penetapan SKKL;
12. Pasal 32: Amdal untuk golongan ekonomi lemah;
13. Pasal 36: Keterkaitan amdal , SKKL dan izin lingkungan
14. Pasal 37: keterkaitan permohonan izin lingkungan
dengan Amdal;
Lanjutan - Evolusi Pengaturan tentang AMDAL di
Beberapa UU Lingkungan Hidup di Indonesia
UU No. 4 Tahun 1982
UU No. 23 Tahun 1997
UU No. 32 Tahun 2009
Ada 23 Pasal yang mengatur atau menyebutkan Amdal,
yaitu:
15. Pasal 40: Keterkaitan izin lingkungan dengan izin
usaha dan/atau kegiatan;
16. Pasal 63: Tugas dan wewenangan pemerintah,
pemprov dan pemkab/kota dalam penetapan dan
pelaksanaan kebijakan Amdal;
17. Pasal 65: hak masyarakat untuk mengajukan usul
dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak
penting;
18. Pasal 69: larangan menyusun Amdal tanpa sertifikat
kompetensi;
19. Pasal 93: gugartan adminsitrasi penerbitan izin
lingkungan tanpa Amdal
20. Pasal 110: tindakan pidana terhadap penyusun Amdal
tanpa sertifikat kompetensi;
21. Pasal 111: tindakan pidana Penerbitan izin lingkungan
tanpa Amdal
22. Pasal 121: ketentuan peralihan terkait dengan Usaha
dan/atau kegiatan tanpa dokumen Amdal;
23. Pasal 122: ketentuan peralihan penerapan sertifikasi
kompetensi penyusun Amdal
Evolusi Pengaturan tentang Amdal di Indonesia sesuai dengan
PP 29/1986, PP 51/1993, PP27/1999 dan PP 27/2012
No
Komponen
AMDAL 1.0
AMDAL 2.0
AMDAL 3.0
AMDAL 4.0
1.
Dasar Hukum
UU 4/1982
PP 29/1986
UU 4/1982
PP 51/1993
UU 23/1997
PP 27/1999
UU 32/2009
PP 27/2012
2.
Definisi
Amdal
Hasil studi
mengenai dampak
suatu kegiatan
yang direncanakan
terhadap
lingkungan, hidup
yang diperlukan
bagi proses
pengambilan
keputusan
Hasil studi
mengenai dampak
penting suatu
usaha dan/atau
kegiatan yang
direncanakan
terhadap
lingkungan, hidup
yang diperlukan
bagi proses
pengambilan
keputusan
Kajian mengenai
dampak besar dan
prnting suatu usaha
dan/atau kegiatan
yang direncanakan
pada lingkungan
hidup, yang
diperlukan bagi
proses pengambilan
keputusan tentang
penyelenggaraan
usaha dan/atau
kegiatan
Kajian mengenai
dampak prnting suatu
usaha dan/atau
kegiatan yang
direncanakan pada
lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses
pengambilan
keputusan tentang
penyelenggaraan
usaha dan/atau
kegiatan
3.
Penapisan
Dua tahap: 1)
berdasarkan uraian
kegiatan, 2)
berdasarkan PIL
Satu tahap: dengan
daftar kegiatan
wajib Amdal
Satu tahap: dengan
daftar kegiatan wajib
Amdal
Satu tahap: dengan
daftar kegiatan wajib
Amdal
4.
Dokumen
Amdal
PIL, KA-ANDAL,
ANDAL, RKL, RPL
KA-ANDAL, ANDAL,
RKL, RPL
KA-ANDAL, ANDAL,
RKL, RPL dan RE
KA, ANDAL, RKL-RPL
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang Amdal di Indonesia
No
Komponen
AMDAL 1.0
PP 29/2986
AMDAL 2.0
PP 51/1993
AMDAL 3.0
PP 27/1999
AMDAL 4.0
PP 27/2012
5.
Sertifikasi
Kompetensi
Penyusun
Amdal
Tanpa persyaratan
sertifikasi
kompetensi
Tanpa persyaratan
sertifikasi
kompetensi
persyaratan sertifikasi
kompetensi (2008)
persyaratan sertifikasi
kompetensi
6.
Komisi Penilai
AMDAL (KPA)
• Komisi Pusat:
Departemen atau
LPND Sektoral
• Komisi Daerah:
Daerah Tingkat I
Provinsi
• Komisi Pusat:
Departemen
atau LPND
Sektoral
• Komisi Daerah:
Daerah Tingkat I
Provinsi
• Komisi Penilai
Amdal Terpadu/
Multisektoral :
BAPEDAL
• Komisi Penilai
Amdal Pusat:
BPEDAL/KLH
• Komisi Penilai
Amdal Provinsi:
Instansi LH Provinsi
• Komisi Penilai Amdal
Pusat: KLH
• Komisi Penilai Amdal
Provinsi: Instansi LH
Provinsi
• Komisi Penilai Amdal
Kabupaten/Kota:
Instansi LH Kab/Kota
Sejak Tahun 2000:
Komisi Penilai Amdal
Kabupaten/Kota
6.
Lisensi Komisi
Penilai Amdal
Tanpa lisensi KPA
Tanpa lisensi KPA
Lisensi KPA Kab/kota
sejak 2008
• Lisensi KPA Pusat &
Lisensi KPA Provinsi
(2010) dan
• KPA Kab/Kota (2008)
7.
Proses
Penilaian &
waktu
1) PIL = 30 hari
2) KA-ANDAL = 30
hari
3) ANDAL = 90 hari
4) RKL-RPL = 30 hari
1) KA-ANDAL = 12
hari
2) ANDAL & RKLRPL = 45 hari
1) KA-ANDAL = 75 hari
2) ANDAL & RKL-RPL =
75 hari
1. KA = 30 hari
2. ANDAL & RKL-RPL =
75 hari
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang Amdal di Indonesia
No
Komponen
AMDAL 1.0
PP 29/2986
AMDAL 2.0
PP 51/1993
AMDAL 3.0
PP 27/1999
AMDAL 4.0
PP 27/2012
8.
Alternatif
AMDAL
SEMDAL (PEL,
SEL, RKL-RPL)
untuk kegiatan
sudah berjalan
UKL-UPL untuk
rencana kegiatan
yang tidak
berdampak
penting
UKL-UPL untuk
rencana kegiatan
yang tidak
berdampak penting
UKL-UPL untuk rencana
kegiatan yang tidak berdampak
penting
9.
Keterbukaan
Informasi
Pengumuman
dan akses
dokumen
Pengumuman
dan akses
dokumen
Pengumuman dan
akses dokumen
Pengumuman dan akses
dokumen
10.
Keterlibatan
Masyarakat
Saran dan
masukan lisan
atau tertulis
sebelum
pemberian izin
Saran dan
masukan lisan
atau tertulis
sebelum
keputusan
persetujuan
Amdal
Saran, pendapat
dan tanggapan
sejak awal,
konsultasi
masyarakat (KAANDAL) dan
keterwakilan dalam
KPA
Saran, pendapat dan
tanggapan sejak awal,
konsultasi masyarakat (KA) dan
keterwakilan dalam KPA, saran,
pendapat dan tanggapan
masyarakat terkait izin
lingkungan (ANDAL & RKL-RPL
serta Keputusan Izin
Lingkungan
11.
Keputusan
Persetujuan
AMDAL
Persetujuan
Amdal
Keputusan
Kelayakan
Lingkungan
• Keputusan Kelayakan
Lingkungan
• Izin Lingkungan
12.
Mekanisme
Banding
Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
2
Pengantar Ket
Keterkaitan
erkaitan Amdal,
UKL--UPL dan Sistem Perizinan serta
UKL
Instrumen PPLH Lainnya
PERIZINAN LINGKUNGAN
• Izin lingkungan:
• Izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup (PPLH)
Usaha dan
dan//atau
Kegiatan
• Izin PPLH merupakan pengembangan dari instrumen izin
lingkungan.
• Izin PPLH merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari izin
lingkungan
Pengertian dan Konsep Dasar Izin Lingkungan
Instrumen tata
usaha negara
untuk
pengendalian
pencemaran
dan/atau
kerusakan
lingkungan
Kualitas
Lingkungan
Izin Lingkungan
1. Izin yang diberikan
kepada setiap orang
2. yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan wajib
Amdal atau UKL-UPL
3. dalam rangka
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4. sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Efektivitas Izin Lingkungan: Usaha/Kegiatan Ramah
Lingkungan dan Kualitas LH yang baik dan sehat
Proses Amdal & UKLUPL sesuai NSPK
Implementasi Izin
Lingkungan & Pengawasan
Ekonomi
Sosial
Izin Lingkungan
sebagai
Safeguard yang
Effektif
Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan ramah lingkungan
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
tidak ramah lingkungan

Sustainable
Growth
with Equity
Disetujui
Lingkungan
Usaha dan/atau Kegiatan
Ramah Lingkungan
Ditolak
Tujuan utama Izin Lingkungan : menetapkan tingkat kinerja yang diperlukan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan yang diikat secara hukum (legally binding commitment and performance) agar
tetap memenuhi BML & KBKL dalam upaya untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.
Interkoneksitas Sistem Kajian Dampak Lingkungan dengan Sistem
Pembangunan Berkelanjutan lainnya di Indonesia
Sistem
Penataan
Ruang
Sistem Perbankan:
Green Banking
Izin Usaha dan/atau
Kegiatan
Izin
Lokasi
AMDAL &
UKL-UPL
Melalui sistem
Kajian Dampak
Lingkungan (KDL)
dan Izin
Lingkungan,
Kementerian
Lingkungan Hidup
telah membangun
interkoneksitas
Sistem
Pembangunan
Berkelanjutan –
GREEN
ECONOMY) di
Indonesia
Audit LH
Sistem Kajian
Dampak Lingkungan
Izin
Lingkungan
Sistem Perizinan Sektor
Izin
PPLH
Sistem Perizinan
Lingkungan
Sistem Penaatan
Lingkungan
Infrastruktur Kajian Dampak Lingkungan
PUU
Panduan Teknis
Sistem Informasi
Izin Pinjam
Pakai Kawasan
Hutan
Kelembagaan
Pandanaan
SDM
Pengawasan
Lingkungan
Penegakan
Hukum
Lingkungan
Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup (UU 32/2009)
KLHS
a
Tata ruang
b
h
i PUU berbasis LH
Baku mutu LH c
j
Kriteria baku
kerusakan LH d
AMDAL
UKL-UPL
Perizinan
Anggaran
berbasis LH
k Analisis risiko LH
e
l
f
g
Instrumen
ekonomi LH
Lingkungan
Audit LH
m Instrumen lain
sesuai kebutuhan
Amdal bukan sebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan
lingkungan hidup. Efektivitas amdal sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai
instrument lingkungan hidup lainnya
Sumber: Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Keterkaitan Amdal, UKLUKL-UPL dan Izin Lingkungan dengan Instrumen PPPLH Lainnya
Pengembangan
KRP
Usaha/ Kegiatan Tahap Perencanaan
Usaha/ Kegiatan Tahap PraKonstruksi, Konstruksi &Operasi
Izin PPLH
Usaha/ Kegiatan Tahap
Pasca Operasi
BML
KBKL
Tata Ruang
Rencana
Usaha
dan/atau
kegiatan
izin
Usaha
dan/atau
kegiatan
Pelaksanaan
usaha
dan/atau
kegiatan
Penutupan
Usaha
dan/atau
Kegiatan
RTRW/RDTR
RPPLH
KLHS
ARLH
Daya Dukung &
Daya Tampung
Lingkungan
Hidup
Amdal
atau
UKL-UPL
Izin
Lingkungan
ARLH
Hasil ERA merupakan
bagian dari Amdal
Instrumen
Ekonomi LH
Implementasi
Izin
Lingkungan &
Izin PPLH
serta
Izin
Pinjam
Pakai
Kawasan
Hutan
atau
Pelepasan
Kawasan
HPK
Instrumen Ekonomi LH
Continuous
Improvement
Audit
LH
BML
Tata Ruang
Paska
Usaha/
Kegiatan
ARLH
Pencana Penutupan
Usaha dan/atau
kegiatan serta
Persetujuannya
Pengawasan
Lingkungan Hidup
Penaatan
ARLH
KBKL
Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup
Instrumen Ekonomi LH
Pemanfaatan
Ruang Paska
Usaha/Kegiatan
Instrumen Ekonomi LH
Izin Lingkungan: Jantungnya Sistem Perizinan di Indonesia
• Proses Penilaian Amdal oleh KPA;
• Proses Pemeriksaan UKL-UPL
oleh Instansi LH
Diterbitkan oleh
MENLH, Gubernur,
atau
Bupati/Walikota
Diterbitkan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/Walikota
Pemrakarsa
Rencana Usaha
dan/atau
Kegiatan
Izin PPLH
Proses
Amdal atau
UKL-UPL
Proses Penyusunan Amdal atau UKL-UPL
oleh Pemrakarsa
Izin
Lingkungan
Pengawasan
Lingkungan Hidup &
Penegakan Hukum
Lingkungan
Dilakukan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/ Walikota
Izin Usaha
dan/atau
Kegiatan
•
•
Pelaksanaan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Pelaksanaan Izin
Lingkungan & Izin
PPLH
Diterbitkan oleh Menteri terkait,
Gubernur, atau Bupati/Walikota
• IZIN LINGKUNGAN merupakan ‘Jantung-nya’ Sistem Perizinan di
Indonesia. Secara legal, sesuai PUU PSDA dan PPLH izin usaha
Penaatan terhadap
BML & KBKL
dan/atau kegiatan tidak dapat diterbitkan tanpa adanya izin
lingkungan.
•
•
Izin Lingkungan merupakan hasil dari Proses Amdal atau UKLUPL (Sistem KDL) yang disusun oleh Pemrakarsa dan dinilai oleh
KPA atau diperiksa oleh Instansi LH;
Izin lingkungan instrumen utama penurunan Beban Pencemaran
Lingkungan dan Laju Kerusakan Lingkungan & Pengawasan LH
Penurunan Beban
Pencemaran dan Laju
Kerusakan LH
Izin Lingkungan: Produk Proses Amdal atau UKL-UPL
Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib
AMDAL
Proses penyusunan
dan Penilaian Amdal
Wajib Memiliki
Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib
UKL/UPL
Catatan: Usaha dan/atau
Kegiatan wajib SPPL tidak
wajib memiliki izin lingkungan
Izin lingkungan = diterbitkan pada
tarap perencanaan & persyaratan
untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan
IZIN
LINGKUNGAN
Proses penyusunan
dan Pemeriksaan
UKL-UPL
Izin
PPLH
1. Izin PPLH diterbitkan pada tahap
operasional.
2. Izin PPLH diterbitkan berdasarkan
persyaratan dan kewajiban izin
lingkungan yang harus ditaati oleh
perusahaan
IZIN Usaha
dan/atau
Kegiatan
Izin PPLH, antara
lain:
a. Izin pembuangan air
limbah ke sungai;
b. Izin pemanatan air
limbah untuk aplikasi
ke tanah
c. Izin pembuangan air
limbah ke laut
d. Izin injeksi air limbah
e. Izin PLB3
Esensi Dasar Amdal & UKLUKL-UPL dalam PP 27/2012
Amdal dan UKL:-UPL: Dokumen LH yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan (i.e. Penerbitan Izin
Lingkungan, Kredit Perbankan, dokumen lelang untuk Proyek KPS dalam kaitannya dengan
Penjaminan Investasi, Due Diligence, pengawasan lingkungan)
Pengambil Keputusan
Rencana Usaha
dan//atau Kegiatan
dan
AMDAL atau UKL
UKL--UPL =
Menyediakan Informasi
Izin Lingkungan
Informasi yang disajikan dalam Amdal atau UKL-UPL:
•
•
Dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan, dan
Langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi,sosial dan
institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa
NSPK & Instrumen PPLH pada Tahap Pengembangan KRP & Tahap
Perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan
izin Usaha
dan/atau
Kegiatan
Rencana Usaha
dan/atau
kegiatan
Pelaksanaan
usaha dan/atau
kegiatan
RTRW
Amdal atau
UKL-UPL
KLHS
PerMenLH No.
09/2011 tentang
Pedoman Umum
Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
(KLHS);
Izin
Lingkungan
Izin PPLH
• PP No 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
• PerMenLH N0. 05/2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal ;
• PerMenLH No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan;
• PerMenLH No. 17/2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Amdal
& Izin Lingkungan
• PerMenLH 13/2010 tentang UKL-UPK dan SPPL (PerMenLH 8/2013);
• PerMenLH No. 07/2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Amdal
dan Persyaratan LPJP Dokumen Amdal;
• PerMenLH No. 15/2010 tentang Persyaratan dan tatacara lisensi Komisi Penilai
Amdal;
• PerMenLH No. 5/2008 Tata Kerja Komisi Penilai Amdal (PerMenLH 8/2013)
• PerMenLH No. 24/2009 Penilaian Dokumen Amdal (PeMenLH 8/2013)
• PerMenLH No. 25/2009 tentang Binwas Komisi Penilai Amdal Daerah
NSPK & Instrumen PPLH pada Tahap Pelaksanaan Usaha
dan/atau Kegiatan
Izin LH & Izin PPLH
Pelaksanaan Usaha dan/atau
Kegiatan
Audit LH
Peraturan MENLH No. 03 Tahun
2013 tentang Audit Lingkungan
Hidup sebagai revisi dari:
• KepMenLH No. 42 Tahun 1994
• KepMenLH No. 30 Tahun 2001
• PerMenLH No. 17 Tahun 2010
Dampak
Penting &
Dampak LH
lainnya
Implementasi
Persyaratan &
Kewajiban dalam Izin
Lingkungan & Izin PPLH
serta Continuous
Improvement
• KepMenLH No. 45 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Pelaksanaan RKL-RPL
(LAPORAN PELAKSANAAN IZIN
LINGKUNGAN)
•
•
•
Pengawasan
Lingkungan Hidup
Penaatan
terhadap Baku
Mutu
Lingkungan
(BML) & Kriteria
Baku Kerusakan
Lingkungan
(KBKL)
•
•
KepMenLH No.07 Th 2001 tentang PPLH
dan PPLHD
KepMenLH No.56 Th 2002 tentang
Pedoman Umum Pengawasan LH
KepMenLH No.57 Th 2002 tentang Tata
Kerja PPLH
KepMenLH No.58 Th 2002 tentang Tata
Kerja PPLHD;
Peraturan MENLH No. 2 Tahun 2013:
Penerapan Sanksi Administrasi
3
Tata Ruang, Kawasan Lindung dan AMDAL
Isu Strategis: Keterkaitan antara Tata Ruang dan
Lingkungan Hidup
TATA RUANG
LINGKUNGAN
Penataan Ruang
(UU No. 26 Tahun 2007)
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(UU No. 32 Tahun 2009)
TOOL
TOOL
AMDAL & Izin
Lingkungan
(PP No. 27 Tahun 2012)
Ruang, Lingkungan
Yang aman, nyaman,
produktif
dan berkelanjutan
1. Dalam perlindungan & pengelolaan lingkungan, penataan ruang
merupakan ujung tombak sebab proses
perubahan lingkungan diawali dengan
proses perubahan ruang.
35
2. Dalam penataan ruang: perlindungan & pengelolaan lingkungan hidup menjadi
kunci untuk menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
Pelaksanaan Penataan Ruang
Pemanfaatan
Ruang
Kota
Kabupaten
Provinsi
Nasional
Perencanaan
Tata Ruang
Penyusunan
RTRWN
Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan rencana tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfatn ruang
Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWN
Perumusan program sektoral Nasional
Pelaksanaan pembangunan
Rencana
Rinci
Penyusunan
RTRWP
Penyusunan & penetapan SPM
Penetapan standar kualitas lingkungan
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWP
Perumusan program sektoral provinsi
Pelaksanaan pembangunan
Rencana
Rinci
Penyusunan
RTRWKab
Penyusunan
RTRWKot
Perizinan
Penetapan pedoman pelaksanaan SPM
Perumusan pedoman pelaksanaan standar kualitas lingk.
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWK
Perumusan program sektoral kabupaten
Pelaksanaan pembangunan
Rencana
Rinci
Peraturan Zonasi
Perangkat Insetif
dan Disinsentif
Pelaksanaan SPM
Pelaksanaan standar kualitas lingkungan
Perumusan kebijaksaan srategis operasionalisasi RTRWK
Sanksi
Perumusan program sektoral Kota
Pelaksanaan pembangunan
Rencana
Rinci
Pelaksanaan SPM
Pelaksanaan standar kualitas lingkungan
36
Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang
RENCANA UMUM TATA RUANG
WILAYAH
RTRW NASIONAL
RENCANA RINCI TATA RUANG
RTR PULAU / KEPULAUAN
RTR KWS STRA. NASIONAL
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN
RTR KWS STRA. PROVINSI
RTR KWS STRA KABUPATEN
RDTR WIL KABUPATEN
PERKOTAAN
RTR KWS METROPOLITAN
RTRW KOTA
Kajian Daya
Dukung & Daya
Tampung LH
serta KLHS
RTR KWS PERKOTAAN DLM
WIL KABUPATEN
RTR BAGIAN WIL KOTA
RTR KWS STRA KOTA
RDTR WIL KOTA
Tata Ruang: Syarat Utama Proses Penyusunan & Penilaian Amdal serta
Penentuan Kelayakan Lingkungan
Pasal 13 ayat (1)
Huruf a PP
27/2012:
Pengecualian
AMDAL di RDTR
dan/atau RTR
Kawasan
Strategis
Kab/Kota
Amdal dan Tata Ruang
Tahap Perencanaan
1
2
Rencana
Umum
Studi
Kelayakan
3
4
Disain
Rinci
Pra Kontruksi
dan Konstruksi
5
Operasi
Amdal disusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu usaha
dan/atau kegiatan
Tidak sesuai
KA 1
ANDAL 2
RKL-RPL 3
Dokumen AMDAL
Lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan
wajib sesuai dengan
rencana tata ruang
Sumber: Pasal 4-5 PP 27/2012 Izin Lingkungan
dengan
rencana tata
ruang,
dokumen
Amdal tidak
dapat dinilai
dan wajib
dikembalikan
kepada
pemrakarsa
Pengecualian Jenis Usaha/Kegiatan Wajib Amdal
Usaha dan/atau Kegiatan
Dalam PP 27/1999: Amdal Kawasan  RKL-RPL Rinci
(pasal 4), Ketentuan Amdal dan RDTR belum diatur
Dampak Penting
Lingkungan Hidup
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
LH dikecualikan dari kewajiban memiliki Amdal apabila:
1
lokasi rencana
usaha dan/atau
kegiatannya berada
di kawasan yang
telah memiliki Amdal
kawasan
UKL/UPL
lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatannya berada pada
kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detail tata
ruang kabupaten/kota dan
rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota
2
usaha dan/atau
kegiatannya
dilakukan dalam
rangka tanggap
darurat bencana
3
Sumber: Pasal 13 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Pola Ruang dan AMDAL
Pola Ruang
UU 26/2007 dan PP 26/2008
Rencana
Usaha
dan/atau
Kegiatan
sesuai
dengan
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
Budidaya
Rencana
Usaha
dan/atau
Kegiatan
diizinkan
oleh PUU
PSDA
Kawasan
Lindung
Terbatas
Tetap
PP 26/2008-RTRWN
Kawasan Budi Daya Nasional
Konversi
Hutan
Produksi
Hutan
Rakyat
Perikanan
Industri
Pariwisata
Pemukiman
Lainnya
40
 RTRWN menjadi pedoman utk penetapan lokasi dan fungsi
ruang utk investasi (Pasal 20 ayat (2) huruf e)
 RTRW Provinsi menjadi pedoman utk penetapan lokasi
dan fungsi ruang utk investasi (Pasal 23 ayat (2) huruf e)
 RTRW Kabupaten menjadi pedoman utk penetapan lokasi
dan fungsi ruang utk investasi (Pasal 26 ayat (2) huruf e)
Keterkaitan Tata Ruang, dan PIPIB dengan Proses Amdal,
UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
•
•
Proses Amdal dan Izin Lingkungan,
atau
Proses UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Tidak
Apakah Lokasinya
• Sesuai dengan
Rencana Tata
Ruang, dan/atau
• Sesuai dengan
Ketentuan PUU
PPLH & SDA
ya
Sesuai
Apakah lokasinya berada
di dalam
Kawasan Hutan Primer &
Lahan Gambut dalam Peta
Indikatif Penundaan Izin
Baru (PIPIB) ?
ya
Apakah termasuk usaha
dan/atau Kegiatan yang
DIKECUALIKAN?
Tidak
Tidak Sesuai
Ditolak
Inpress 06/2013 penganti Inpres 10/211
Ditolak
Usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dalam Inpres 10/2011 (Inpres 06/2013)
• Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri Kehutanan;
• Pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu: geothermal,
migas,
ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu
• Pemanfaatan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan yang telah ada sepanjang izin
di bidang usahanya masih berlaku
Contoh Rencana Pembangunan SUTET di Jateng dalam Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa dan RTRW Provinsi Jawa Tengah
Arahan Jaringan SUTET di
Semarang dan Sekitarnya dalam
PERPRES 28 TAHUN 2012 (RTR
PULAU JAWA)
Dalam Peta Struktur Ruang tercatat
Jalur:
Jepara-Kudus-Demak-Semarang-Ungaran
Arahan Jaringan Sutet dalam RTRWP Jawa
Tengah (Perda No. 6 Tahun 2010)
Dalam Peta Struktur Ruang tercatat dengan Jalur:
Jepara-Wd Gunung Rowo-Demak-SemarangUngaran
Surat Men PU selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN tgl 19 April 2012
Nomor TR.03 03-Mn/237 perihal Rekomendasi thd renc pengembangan
PLTU Btg:
 Renc. Pemb. PLTU di Kab. Batang yg terletak dan memanfaatkan wil
daratan Kab. Batang sudah sesuai dgn PP 26/2008, Perda Prov. Jateng
6/2010, Perda Kab. Batang 07/2011 ttg RTRW Kab. Batang.
 Renc. Pemb. PLTU di Kab. Batang yg memanfaatkan wil laut harus
memperhatikan keberadaan Kws Taman Wisata Alam Laut Daerah
(sebagaimana PP 26/2008, Perda Prov. Jateng 6/2010, ) dan Kawasan
Konservasi Laut Daerah sebagimana Perda Kab. Batang 07/2011 ttg
RTRW Kab. Batang.
 Diperlukan AMDAL dan Izin Lingkungan thd Renc. Pembangunan
PLTU Kab. Batang.
 Pemkab. Batang agar menyiapkan RDTR pada Kws yg mengakomodasi
Renc. Pemb. PLTU Batang, termasuk ketentuan zonasi wilayah baik
daratan maupun laut.
 Kepmen. Kelautan dan Perikanan tanggal 14 Juni 2012 No. Kep.29/Men/2012 ttg
Penetapan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Ujungnegoro Roban Kab.
Batang Prov. Jateng. :




Menetapkan sebagian wilayah pesisir Kab Batang Sbg Kws Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Ujungnegoro-Roban Kab Batang di Prov Jateng.
Kws tsb ditetapkan sebagai Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban Kab Batang di Prov Jateng.
Sesuai Pasal 28 ayat (4) UU 27/2007, kws konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditetapkan
dgn peraturan menteri.
Analisis :
a.
b.
c.
d.
Perlu dikaji konsistensi kesesuaian amanah UU 27/2007 yg mengatur penetapan kws konservasi pesisir dan
pulau-pulau kecil seharusnya dgn peraturan menteri, tetapi utk Kws Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Ujungnegoro-Roban Kab Batang di Prov Jateng hanya dengan keputusan menteri.
Kepmen Kelautan dan Perikanan mengatur obyek pesisir dan pulau-pulau kecil Ujungnegoro – Roban dgn fungsi
sbg taman pesisir berbeda dgn obyek dan fungsi yg ditetapkan dlm PP 26/2008 ttg RTRWN (Lamp VIII No. 313 )
yg menetapkan Taman Wisata Alam Laut Daerah Pantai Ujungnegor-Roban sbg Kws Lindung Nasional.
Dikeluarkannya Kepmen Kelautan Dan Perikanan tgl 14 Juni 2012 tsb tdk dlm konteks mengatur pengelolaan
Taman Wisata Alam Laut Daerah Pantai Ujungnegor-Roban sbg Kws Lindung Nasional yg ditetapkan dlm PP
26/2008 ( sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat (5) UU 26/2007 : ruang laut dan ruang udara, pengelolaan nya
diatur dgn UU tersendiri).
Kepmen Kelautan Dan Perikanan No. Kep.29/Men/2012 tdk mengatur pengalihan obyek dan fungsi maupun
pengelolaan Taman Wisata Alam Laut Daerah Pantai Ujungnegor-Roban sbg Kws Lindung Nasional yg ditetapkan
dlm PP26/2008.
Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) – Inpres 10/2011 (2011(2011-2013)
Lokasi yang
masih boleh
ada izin baru
Hutan Alam Primer
Lahan Gambut
di dalam dan di luar
kawasan Hutan
Lokasi PIPIB
(Moratorium) –
Tidak Boleh Ada
Izin Baru
Catatan: Tidak semua
jenis kawasan lindung ini
dicantumkan dalam
Lampiran III Peraturan
MENLH No. 05/2012
Daftar Kawasan Lindung dalam Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012
Kawasan lindung yang dimaksud dalam Peraturan Menteri
ini:
:
1. Kawasan hutan lindung
• Tidak semua kawasan
2. Kawasan bergambut
lindung yang tercantum
3. Kawasan Resapan Air
dalam PP No. 26/2008 dan
4. Sempadan Pantai
Keppres 32/1990
5. Sempadan Sungai
dicantumkan dalam daftar
6. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
kawasan lindung di
7. Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
Peraturan MENLH Ini;
8. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
9. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
• Kawasan lindungan =
10. Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
kawasan yang telah
11. Taman Hutan Raya
DITETAPKAN sebagai
12. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
kawasan lindung
13. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
• Usaha dan/atau kegiatan di
14. Kawasan Cagar Alam Geologi
kawasan lindung adalah
15. Kawasan Imbuhan Air Tanah
usaha dan/atau kegiatan
16. Sempadan Mata Air
yang diizinkan sesuai
17. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
18. Kawasan Pengungsian Satwa
dengan ketentuan PUU
19. Terumbu Karang
20. Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa dan Biota Laut yang Dilindungi
Catatan
Kawasan lindung  wilayah yang DITETAPKAN dengan fungsi utama untuk melindungi
kelestarian lingkungan hidup mencakup SDA dan Sumber Daya Buatan. Penetapan
kawasan lindung tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan PUU
Rencana Usaha/Kegiatan di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
Lindung Wajib Memiliki AMDAL (Pasal 3 Peraturan MENLH No. 05/2012)
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
lokasinya berada di dalam kawasan lindung 
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diizinkan sesuai peraturan perundang-undangan,
misal: tambang di hutan lindung, wisata alam di
kawasan lindung
1
Batas proyek
terluar yang
bersinggungan
dengan batas
terluar dari
kawasan
lindung
Dampak potensial dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan
dilaksanakan tersebut
secara nyata
mempengaruhi kawasan
lindung terdekat
Kawasan Lindung
Yang tercantum dalam
Lampiran Permen LH &
telah ditetapkan sesuai
dengan PUU
2
Dampak
potensial
3
Keterangan:
= Rencana Usaha
dan/atau kegiatan
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang berada di dalam dan/atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung yang
dikecualikan dari kewajiban menyusun
Amdal adalah rencana usaha dan/atau
kegiatan:
1. Eksplorasi pertambangan, migas dan
panas bumi;
2. Penelitian dan pengembangan di bidang
ilmu pengetahuan;
3. Yang menunjang pelestarian kawasan
lindung;
4. Yang terkait dengan kepentingan
pertahanan dan keamanan negara yang
tidak berdampak penting terhadap
lingkungan;
5. Budidaya yang secara nyata tidak
berdampak penting bagi lingkungan
hidup;
6. budidaya yang diizinkan bagi penduduk
asli dengan luasan tetap dan tidak
mengurangi fungsi lindung kawasan dan
di bawah pengawasan ketat.
Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai dengan
Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No.
Kawasan Lindung
Dalam Peraturan
MENLH No. 05 Tahun
2012
1. Kawasan Hutan
Lindung
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
2. Kawasan bergambut a. wisata alam tanpa merubah bentang alam
3. Kawasan Resapan
Air
4. Sempadan Pantai
a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi;
c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan rekreasi pantai;
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No.
Kawasan Lindung
Dalam Peraturan
MENLH No. 05 Tahun
2012
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan
Lindung Nasional Sesuai dengan Ketentuan
Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
5. Sempadan Sungai
a.
6. Kawasan sekitar
danau/waduk
b.
c.
7. Suaka margasatwa dan a.
suaka margasatwa laut b.
8. Cagar alam dan cagar
alam laut
9. Kawasan pantai
berhutan bakau
a.
pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka
hijau;
bangunan untuk pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;
penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata
alam
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No.
Kawasan Lindung
Dalam Peraturan
MENLH No. 05
Tahun 2012
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
2008
10. Taman Nasional
atau taman
nasional laut
a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya
hanya diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
11. Taman hutan raya
a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
12. Taman Wisata
Alam dan Taman
Wisata Alam Laut
a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No.
Kawasan
Lindung Dalam
Peraturan
MENLH No. 05
Tahun 2012
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Nasional Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106
PP No. 26 Tahun 2008
13. Kawasan cagar
budaya dan
ilmu
pengetahuan
a. penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang
tidak sesuai dengan fungsi kawasan
14. Kawasan cagar
alam geologi
a. pariwisata tanpa mengubah bentang alam
b. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk penelitian
arkeologi dan geologi
c. pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka
dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.
d. pelindungan kawasan yang memiki ciri langka berupa
proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan/atau pariwisata.
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung Sesuai
dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No.
Kawasan Lindung Dalam
Peraturan MENLH No. 05
Tahun 2012
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
2008
15. Kawasan imbuhan air
tanah
a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada
lahan terbangun yang sudah ada
16. Sempadan mata air
a. ruang terbuka hijau
17. Kawasan perlindungan a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
plasma nutfah
b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan
18. Kawasan pengungsian
satwa
a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
b. pelestarian flora dan fauna endemik kawasan;
19. Terumbu Karang
a. pariwisata bahari
20. Kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota
laut yang dilindungi
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan
KPA sesuai dengan PP 28/2011
No
Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA
1. penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan
2. pendidikan dan peningkatan
kesadartahuan konservasi alam
koleksi kekayaan keanekaragaman
hayati
3. penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon
4. pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam
terbatas
5. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
Kawasan Suaka
Alam (KSA)
Cagar
Suaka
Alam (CA) Margasatwa
(SM)


Kawasam Pelestarian Alam
(KPA)
Taman Taman Taman
Nasion Wisata
Hutan
al (TN) Alam
Raya
(TWA) (Tahura)



















Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan
KPA sesuai dengan PP 28/2011
No
6.
7.
6.
7.
Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA
Kawasan Suaka
Alam (KSA)
Cagar Suaka
Alam Marga(CA)
satwa
(SM)
pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk 

penunjang budidaya
pemanfaatan tradisional oleh masyarakat
setempat.
pembinaan populasi melalui penangkaran
dalam rangka pengembangbiakan satwa
atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
pembinaan populasi dalam rangka
penetasan telur dan/atau pembesaran
anakan yang diambil dari Alam
Kawasam Pelestarian Alam
(KPA)
Taman Taman Taman
Nasion Wisata
Hutan
al (TN) Alam
Raya
(TWA) (Tahura)








Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan Lindung Sempadan Pantai Mangrove
PP 26/2008 Pasal 57 ayat (5), Keppres
32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung, Pasal 27 dan Kepmen LH No. 201
Tahun 2004
KAWASAN LINDUNG Sempadan pantai
hutan mangrove = 130 x nilai rata-rata
perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, DIUKUR dari garis
air surut teredah
Pasal 101 ayat 3 PP 26/2008:
26/2008 Kawasan pantai berhutan bakau 
pemanfaatan utk keg. Pendidikan, penelitan & wisata alam,
pelarangan pemanfaatan kayu bakau, pengurangan luas dan
pencemaran ekosistem bakau
Keppres 32/1990 Pasal
26: Perlindungan
terhadap kawasan
pantai berhutan bakau
dilakukan untuk
melestarikan hutan
bakau sebagai
pembentuk ekosistem
hutan bakau dan
tempat
berkembangbiaknya
berbagai biota laut
disamping sebagai
pelindung pantai dan
pengisian air laut serta
perlindungan usaha
budidaya di
belakangnya
Kriteria Kawasan Lindung Sempadan Pantai
Zonasi untuk sempadan pantai: Pemanfaatan untuk RTH, Pengembangan struktur
alami dan struktur buatan untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai, Pelarangan
pendirian bangunan, Pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,
nilai ekologis, dan estetika kawasan (Pasal 100 ayat (1) PP 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN)
Kawasan Lindung
Sempadan Pantai = 100
meter
Garis batas sempadan pantai
Berdasarkan PP 26/2008 Pasal 56 ayat (2), Keppres 32/1990 Pasal 14:
Sempadan pantai diukur 100 meter dari garis pasang tertinggi
Perlindungan Ekosistem
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan Kawasan Lindung
(Pasal 52 ayat (6) PP 26/2008 tentang RTRWN)
Zonasi Terumbu Karang
•
Pemanfaatan untuk wisata bahari
•
Pelarangan kegiatan penangkapan ikan dan
pengambilan terumbu karang
•
Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan
pencemaran air
(Pasal 103 ayat (6) PP 26/2008 tentang RTRWN)
Larangan
penambangan terumbu karang yg menimbulkan
kerusakan, pengambilan terumbu karang di kawasan
konservasi, penggunaan peralatan, cara tau metode lain
yg merusak ekosistem terumbu karang
(Pasal 35 UU 27/2007 tentang PWP & PPK)
Kawasan Lindung Sempadan Sungai
S. Bone di Kab. Bolmong, Prop. Sulut
PP 82/2001
Pengelolaan
Kualitas Air &
Pengendalian
Pencemaran Air
PP 26 Tahun 2008 tentang Tata
Ruang Nasional &
Keppres 32/1990 tentang
Kawasan Lindung
Zonasi sempadan sungai
• Pemanfaatan Ruang utk
RTH;
• Pelarangan mendirikan
bangunan
Sungai
Pasal 100 ayat 2 PP 26/2008
Pasal 38 UU 41/1999 tentang Kehutanan
Pasal 38
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar
kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan
produksi dan kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.
(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan
melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan
pola pertambangan terbuka.
(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan
oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2010
TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Pasal 3
(1) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
hanya dapat dilakukan di dalam:
a. kawasan hutan produksi; dan/atau
b. kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan luas dan jangka waktu
tertentu serta kelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan peraturan Menteri.
Usaha dan/atau Kegiatan di Hutan Lindung yang
Diiziinkan/Diperbolehkan oleh PP 24/2010
Penggunaan kawasan hutan (Hutan Produksi dan Hutan Lindung) untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan
yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, meliputi kegiatan:
1.
religi;
2.
pertambangan;
3.
instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru
dan terbarukan;
4.
pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun
relay televisi;
5.
jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
6.
sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum
untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;
7.
sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
saluran air bersih dan/atau air limbah;
8.
fasilitas umum;
9.
industri terkait kehutanan;
10. pertahanan dan keamanan;
11. prasarana penunjang keselamatan umum; atau
12. penampungan sementara korban bencana alam.
Sumber: Pasal 4 PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
Pertambangan di Kawasan Hutan Lindung (PP 24/2010)
Pasal 5
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dilakukan dengan ketentuan:
a. dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan:
1. penambangan dengan pola pertambangan terbuka; dan
2. penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah;
b. dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan
dengan pola pertambangan bawah tanah dengan ketentuan dilarang
mengakibatkan:
1. turunnya permukaan tanah;
2. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan
3. terjadinya kerusakan akuiver air tanah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambangan bawah tanah pada hutan
lindung diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 6
(1) Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan
hutan.
 Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi (Pasal 35)
 Izin pemanfaatan ruang yg tidak sesuai dgn RTRW dibatalkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya (Pasal
37 ayat (2))
 Izin pemanfaatan ruang yg dikeluarkan dan/atau diperoleh dgn tidak
melalui prosedur yg benar, batal demi hukum
(Pasal
37 ayat (3))
 Izin pemanfaatan ruang yg diperoleh melalui prosedur yg benar
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai RTRW, dibatalkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
(Pasal 37 ayat (4))
 Dlm pemanfaatan ruang, setiap orang wajib menaati rencana tata ruang yg
telah ditetapkan (Pasal 61 huruf a).
 Setiap orang yg tidak menaati rencana tata ruang yg telah ditetapkan
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 61 huruf a yg mengakibatkan perubahan
fungsi ruang, dipidana dgn pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) (Pasal 69
ayat (1)).
 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
dgn pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling banyak
Rp.1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) (Pasal 69 ayat (2)).
 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kematian orang, pelaku dipidana dgn pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
(Pasal 69 ayat (3)).
 Pasal 74 ayat (1)
Dlm hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dlm Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu
korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yg dpt dijatuhkan terhadap korporasi
berupa pidana denda dgn pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana denda sebagaimana dimaksud dlm Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.
 Pasal 74 ayat (2)
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dpt dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
 Pasal 37 ayat (7)
Setiap pejabat pemerintah yg berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yg tidak
sesuai dgn rencana tata ruang.
 Pasal 73 ayat (1)
Setiap pejabat pemerintah yg berwenang yg menerbitkan
izin tidak sesuai dgn rencana tata ruang, dipidana dgn
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
 Pasal 73 ayat (2)
Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pelaku dpt dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian
secara tidak dgn hormat dari jabatannya.
Keterkaitan RPPLH dengan RPJP dan RPJM, Pemanfaatan
Sumber Daya Alam serta Amdal
RPPLH
1
RPJP
Pasal 10 Ayat (5) UU No. 32/2009:
RPPLH menjadi dasar penyusunan
dan dimuat dalam rencana
pembangunan jangka panjang dan
rencana pembangunan jangka
menengah
RPJMN
Pasal 12 ayat (1)
UU No. 32/2009:
Pemanfaatan
sumber daya
alam dilakukan
berdasarkan
RPPLH
Pemanfaatan sumber
daya alam i.e.
2
Pertambangan,
Migas, Kehutanan
Salah satu Instrumen PPLH
pada tahap rencana Proyek
Pemanfaatan SDA adalah
AMDAL
Peran Inventarisasi
SDA
INVENTARISASI
SDA: Basis RPPLH
Sesuai UU No 32/2009, tujuan INVENTARISASI SDA untuk:
a/. PENETAPAN EKOREGION, b/. PENETAPAN DD dan DT, c/.
PEMANFAATAN DAN PENCADANGAN SDA, d/. INPUT RPPLH
RPPLH & Inventarisasi Lingkungan Hidup: Basis Data Sistem Informasi
Amdal, UKLUKL-UPL dan Izin Lingkungan
POTENSI DAN
KETERSEDIAAN
Inventarisasi
Lingkungan Hidup
BENTUK
KERUSAKAN
Data & Informasi
JENIS YANG
DIMANFAATKAN
Sumber Daya Alam (SDA)
Hayati
Terbarukan
BENTUK
PENGUASAAN
NonHayati
Tidak
Terbaharukan
PENGETAHUAN
PENGELOLAAN
• RPPLH disusun berdasarkan hasil inventarisasi LH;
• RPPLH besarta data dan informasi LH merupakan basis data
yang sangat berharga untuk mendukung distem informasi
(DSS) Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan dalam kaitannya
dengan penentuaan kelayakan Lingkungan Hidup;
KONFLIK DAN
PENYEBAB KONFLIK
PENGELOLAAN
Muatan RPPLH
Neraca SDA
Valuasi Ekonopmi
SDA
Rencana
pemanfaatan
dan/atau
pencadangan
SDA
Daya
Dukung/Daya
Tampung
(Pasal 10 ayat 4,5) UU32/2010)
Kerentanan
Rencana
pemeliharaan
dan
perlindungan
kualitas
dan/atau
fungsi LH
Rencana
pengendalian,
pemantauan,
serta
pendayagunaan
dan pelestarian
SDA
Nilai tambah
pemanfaatan
SDA
Pola Konsumsi
Produksi
Berkelanjutan
Rencana
adaptasi dan
mitigasi
terhadap
perubahan
iklim.
Inventarisasi
GRK
RPPLH
menjadi
dasar
penyusunan
dan dimuat
dalam RPJP
& RPJM
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Pasal 15 ayat (1) UU 32/2009: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun KLHS....”
Daerah:
’Maju,
Makmur
& Hijau’
RTRW, RPJP, RPJM dan KRP
Pembangunan Berkelanjutan
Apa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) atau SEA?
“Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
(Pasal 1 angka 10 UU 32/2009 PPLH)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) & AMDAL
KLHS = Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau KRP (Pasal 1 angka 10 UU 32/2009 PPLH)
Kebijakan
Rencana
Program
Proyek
Sustainable
Growth with
Equity
KAJIAN ANALISIS LINGKUNGAN
Kajian Lingkungan Hidup Strategik (KLHS)
KLHS Kebijakan
KLHS Tata Ruang
Catatan: Kebijakan:
termasuk
penyusunan PUU
(pasal 44 UUPLH)
KLHS Sektor
KLHS Regional / Program
Tujuan Utama
AMDAL
atau
UKL-UPL
KLHS dapat
mengisi ruang
yang tidak dapat
diselesaikan
oleh Amdal,
UKL-UPL dan
Izin Lingkungan
Partidario (2000, 2003)
Muatan KLHS
KLHS memuat KAJIAN antara lain:
Efisiensi Pemanfaatan
Sumberdaya Alam
d
a
Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup untuk Pembangunan
Perkiraan Mengenai Dampak dan
Tingkat Kerentanan dan
Kapasitas Adaptasi
terhadap Perubahan Iklim
e
Tingkat Ketahanan dan
Potensi Keanekaragaman
hayati
f
b
c
KLHS
Sumber: Pasal 16 UU 32 Tahun 2009
RiSIKO LINGKUNGAN
HIDUP
Kinerja layanan/jasa ekosistem
4
Ketentuan-Ketentuan PUU Bidang
KetentuanPPLH yang terkait dengan AMDAL
Ketentuan--Ketentuan Amdal dalam UU No. 32 Tahun 2009
Ketentuan
• Kriteria Dampak
Penting
• Kriteria usaha
dan/atau kegiatan
berdampak penting
•
•
•
•
•
Kajian dampak LH;
Evaluasi kegiatan disekitar;
SPT Masyarakat
Prakiraan besaran & sifat penting dampak
RKP-RPL
Muatan
Dokumen
Amdal
Usaha
dan/atau
kegiatan
Wajib Amdal
1
2
• Disusun oleh pemrakarsa;
• Keterlibatan masyarakat;
• Bantuan pihak lain (penyusun
perorangan dan LPJP)
• Sertifikasi penyusun amdal
Penyusunan
Dokumen
Amdal
3
4
Amdal
Penilaian
Dokumen
Amdal
• Komisi Penilai
Amdal (KPA);
• Lisensi KPA;
• Keanggotaan KPA
• Tim Teknis dan
Sekretariat KPA;
• Keputusan
Kelayakan atau
Ketidaklayakan LH
5
Penyusunan
Dokumen Amdal
bagi Golongan
Ekonomi Lemah
UU 32/2009
Sumber: Pasal 22-23 UU 32 Tahun 2009
Pembagian Jenis Usaha dan
dan//atau Kegiatan Berdasarkan Dokumen LH
Jenis Rencana Usaha
dan/atau kegiatan
USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN
WAJIB AMDAL
Pasal 22-33 UU 32/2009
USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN
WAJIB UKL/UPL
Pasal 34 UU 32/2009
USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN WAJIB SPPL
Pasal 35 UU 32/2009
Dampak Lingkungan dan Dokumen
Lingkungan
Kegiatan
berdampak
penting terhadap
LH
Batas AMDAL
Kegiatan tidak
berdampak
penting terhadap
LH
Batas dokumen
UKL-UPL
AMDAL
Peraturan MENLH
No 05/2012
Wajib
Memiliki Izin
Lingkungan
UKL-UPL
Peraturan Gub. atau
Bupati/Walikota
Kegiatan tidak wajib UKL/UPL &
tidak berdampak penting serta
Kegiatan usaha mikro dan kecil
SPPL
Tidak Wajib
Memiliki Izin
Lingkungan
Esensi Dasar Amdal & UKLUKL-UPL dalam PP 27/2012
Amdal dan UKL:-UPL: Dokumen LH yang menyediakan
informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan
keputusan terkait dengan Penerbitan Izin Lingkungan.
Pengambil Keputusan
Rencana Usaha
dan//atau Kegiatan
dan
AMDAL atau UKL
UKL--UPL =
Menyediakan Informasi
Izin Lingkungan
Informasi yang disajikan dalam Amdal atau UKL-UPL:
•
•
Dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan, dan
Langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi,sosial dan
institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa
Ketentuan--Ketentuan Izin Lingkungan dalam UU No. 32 Tahun 2009
Ketentuan
•
•
•
•
Usaha dan/kegiatan wajib memiliki izin lingkungan;
Izin Lingkungan dan SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL;
Pihak yang berwenamg menerbitkan Izin Lingkungan: Menteri, gubernur, atau Bupati/Walikota
Porohonan Izin lingkungan ditolak tanpa dilengkapai dengan Amdal atau UKL-UPL
•
•
Permohonan
dan Penerbitan
Izin Lingkungan
1
Pembatalan
Izin
Lingkungan
Pembatan Izin Lingkungan oleh Menteri, Guburnur, atau
Bupati/walikota;
Pembatan Izin Lingkungan oleh PTUN
Pengumuan
Izin
Lingkungan
2
•
Pengumuman permohonan
Izin Lingkungan
Pengumuman keputusan
Izin Lingkungan
3
4
Izin
Lingkungan
5
•
UU 32/2009
•
Izin Lingkungan
dan Izin Usaha
Perubahan
Izin Lingkungan
Usaha dan/kegiatan berubah wajib
memperbaharui izin lingkungan
•
•
Izin
Lingkungan
persyaratan
Izin Usaha
dan/atau
Kegiatan
Izin lingkungan
dicabut, izin
usaha
dibatalkan;
Pengembangan Kebijakan Sistem Kajian Dampak Lingkungan
Sesuai Mandat UU 32 tahun 2009
No
Mandat PP atau Peraturan MENLH terkait
Kajian Dampak Lingkungan
dalam UU 32 Tahun 2009
PP atau Peraturan MENLH yang sedang/sudah
Disusun
1
Pasal 33: Ketentuan lebih lanjut tentang Amdal
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 41 Ketentuan lebih lanjut mengenai izin
lingkungan diatur dalam peraturan pemerintah
Telah diterbitkan PP No. 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan
2
Pasal 22 ayat (2): Jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal
ditetapkan dengan peraturan Menteri
Telah terbit Peraturan MENLH No. 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Amdal
3
Pasal 28 ayat (4): Ketentuan lebih lanjut
mengenai sertifikasi dan kriteria kompetensi
penyusunan Amdal daitur dengan peraturan
Menteri
Peraturan MENLH No. 07 Tahun 2010 tentang
Sertifikasi Kompetensi Penyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi
Penyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (Telah direvisi dan Rancangan Peraturan
MENLH sudah disampaikan ke Biro Hukum dan
Humas KLH Desember 2012)
81
Lanjutan Pengembangan Kebijakan Sistem KDL
No
Mandat PP atau Peraturan MENLH terkait
Kajian Dampak Lingkungan
dalam UU 32 Tahun 2009
PP atau Peraturan MENLH yang sedang/sudah Disusun
Pasal 29 ayat (3): Persyaratan dan
tatacara lisensi diatur dengan peraturan
Menteri
Peraturan MENLH No. 15 Tahun 2010 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Lisensi Komisi Penilai Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Sudah tersusun
Rancangan Peraturan MENLH dan sudah diajukan ke
Biro Hukum dan Humas KLH Desember 2013)
5 Pasal 33: Ketentuan lebih lanjut mengenai
UKL-UPL dan SPPL diatur dengan
peraturan Menteri
Telah diterbitkan Peraturan MENLH No. 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Sebagai revisi Peraturan MENLH No. 13 Tahun 2010 tentang
UKL-UPL dan SPPL
6 Pasal 121: Usaha dan/atau kegiatan yang
telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan
tetapi belum memiliki dokumen amdal atau
UKL-UPL
Peraturan MENLH No. 14 tahun 2010 tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki
Dokumen Lingkungan Hidup
SE MENLH Nomor 14134/MENLH/KP/12/2013
7 Pasal 47 ayat (3): Ketentuan lebih lanjut
mengenai analisis resiko lingkungan hidup
diatur dalam Peraturan pemerintah
Telah tersusun Draft awal RPP Analisis Resiko Lingkungan
Hidup (ARLH)
8 Pasal 52: ketentuan lebih lanjut mengenai
audit lingkungan hidup diatur dengan
Peraturan Menteri
Peraturan MENLH No. 03 Tahun 2013 tentang Audit
lingkungan hidup yang menggantikan Keputusan MENLH
No. 42 tahun 1994, Keputusan MENLH No. 30 Tahun 2001
dan Peraturan MENLH No. 17 Tahun 2010
4
Struktur PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin LIngkungan
Bab II
Bab III
Penyusunan
Amdal
Penilaian
Amdal
Penyusunan
UKL-UPL
Bab I
Ketentuan Umum
Catatan:
1. Permohonan izin lingkungan
bersamaan dengan pengajuan
penilan Andal & RKL-RP atau
pengajuan Pemeriksaan UKL-UPL;
2. Penerbitan izin lingkungan
bersamaam dengan penerbitan
SKKL atau Rekomendasi UKL-UPL
Bab V
Komisi
Penilai
Amdal
Bab VI
Pembinaan
dan Evaluasi
Kinerja
Pemeriksaan
UKL-UPL
Instansi LH
Pemeriksa
UKL-UPL
Permohonan
Izin
Lingkungan
Penerbitan
Izin
Lingkungan
Bab IV
Bab VII Pendanaan
BAB VII
Sanksi
Adminsitratif
Bab IX
Ketentuan
Penutup
Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012
No
Peraturan MENLH yang diamanatkan
oleh PP No. 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan
1
Tata cara penyusunan dokumen Amdal
(Pasal 6);
2
Tata cara penyusunan UKL-UPL (Pasal
16);
3
Tata cara pengikutsertaan masyarakat
dalam Amdal (Pasal 9 ayat (6));
Group Peraturan MENLH
1. Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan (Amdal, UKL-UPL dan
SPPL)
Keterangan: Revisi
• Peraturan MENLH No. 08/2006 dan
• Peraturan MENLH No. 13/2010
2. Pedoman Keterlibatan Masyarakat
dalam proses Amdal dan Izin
Lingkungan
Keterangan: Revisi Kepdal 08/2000
4
Tata cara penilaian kerangka acuan
(Pasal 26);
5
Tata cara penilaian Andal dan RKL-RPL
(Pasal 35)
6
Pemeriksanaan UKL-UPL (Pasal 41);
7
Tata cara penerbitan izin lingkungan
(Pasal 52);
8
Tata kerja komisi penilai Amdal (Pasal
63);
3. Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
serta Penerbitan Izin Lingkungan
Keterangan: Revisi
• Peraturan MENLH No. 05/2008,
• Peraturan MENLH No. 24 Tahun
2009 dan
• Peraturan MENLH No. 13/2010,
Status Peraturan MENLH
Telah diundangkan Peraturan MENLH
No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup, sebagai Revisi Peraturan
MENLH No. 8/2006 dan Peraturan
MENLH No. 13 Tahun 2010
Telah diundangkan Peraturan MENLH
No. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakay dalam proses
Amdal dan Izin Lingkungan, Revisi
Kepdal 08/2000
Telah diundangkan Peraturan MENLH
No. 8 Tahun 2013 tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan serta Penerbitan
Izin Lingkungan
Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012 - Lanjutan
No
Peraturan MENLH yang
diamanatkan oleh PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
Group Peraturan
MENLH
Status Peraturan MENLH
9. Kriteria perubahan usaha
dan/atau kegiatan dan tata
cara perubahan keputusan
kelayakan lingkungan,
perubahan rekomendasi UKLUPL dan penerbitan perubahan
izin lingkungan (Pasal 50 ayat
(8));
4. Pedoman Perubahan
Izin Lingkungan
Telah tersusun Rancangan Peraturan MENLH
tentang Pedoman Perubahan Izin Lingkungan
10 Tata Cara dan persyaratan
untuk mendirikan LPJP
Dokumen Amdal (Pasal 10
ayat (3);
5. Standar dan
Sertifikasi Kompetensi
Penyusun Dokumen
Amdal
11 Sertifikasi kompetensi
penyusun Amdal,
penyelenggaran pendidikan
dan pelatihan penyusun Amdal,
lembaga sertifikasi penyusun
Amdal (Pasal 11 ayat (6));
Keterangan: Rancangan Peraturan MENLH
sudah disampaikan oleh Deputi I MENLH
kepada Biro Hukum dan Humas KLH untuk
dilakukan pembahasan, finalisasi dan
penetapan (Desember 2012)
Telah tersusun Rencangan Peraturan MENLH
tentang Standar dan Sertitikasi Kompetensi
Penyusun Dokumen Amdal sebagai revisi
Peraturan MENLH No. 7 Tahun 2010
Keterangan: Rancangan Peraturan MENLH
sudah disampaikan oleh Deputi VII MENLH
kepada Biro Hukum dan Humas KLH untuk
dilakukan pembahasan, finalisasi dan
penetapan (Desember 2012)
Peraturan MENLH yang Diamanatkan oleh PP No. 27 Tahun 2012 - Lanjutan
No
Peraturan MENLH yang
diamanatkan oleh PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan
12
Persyaratan dan Tata Cara
Lisensi (Pasal 58 ayat (2)
6. Persyaratan dan Tata Cara Lisensi
Peraturan MENLH No. 15 Tahun 2010; draft
revisi telah disampaikan ke biro hukum dan
Humas (Desember 2013)
13
Tata cara pembinaan dan
evaluasi kinerja (Pasal 67)
7. Tata cara pembinaan dan evaluasi
kinerja KPA dan Pemeriksa UKL-UPL
di Daerah
Peraturan MENLH No. 25 Tahun 2009, draft
revisi telah disampaikan ke biro hukum dan
Humas (Desember 2013)
4
Pengecualian untuk usaha
dan/atau kegiatan lokasinya
berada dalam kabupaten/kota
yang telah memiliki RDTR
(Pasal 13 ayat (3));
8. Pengecualian untuk usaha dan/atau
kegiatan lokasinya berada dalam
kabupaten/kota yang telah memiliki
RDTR
Rancangan Peraturan MENLH tentang
Pengecualian untuk usaha dan/atau kegiatan
lokasinya berada dalam kabupaten/kota yang
telah memiliki RDTR akan disusun kemudian
– Syarat Sistem KLHS yang mendukung
SE MENLH 14160/MENLH/PDAL/12/2013
9. Draft Revisi Keputusan MENLH No. 45
Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan RKL-RPL
10. Draft PERMENLH tentang Sistem
Informasi Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan
Draft PERMENLH tentang Pelaporan
Pelaksanaan Izin Lingkungan telah disampaikan
ke Biro Hukum dan Humas (Desember 2013)
15
16
Group Peraturan MENLH
Status Peraturan MENLH
Draft PERMENLH tentang Sistem Informasi
Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan telah
disampaikan ke Biro Hukum dan Humas
(Desember 2013)
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki Izin Lingkungan
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib AMDAL
Proses penyusunan
dan Penilaian Amdal
Wajib Memiliki
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib UKL/UPL
Izin lingkungan =
persyaratan untuk
memperoleh izin
usaha dan/atau
kegiatan
IZIN
LINGKUNGAN
Proses penyusunan
dan Pemeriksaan
UKL-UPL
Catatan: Usaha dan/atau Kegiatan wajib SPPL tidak
wajib memiliki izin lingkungan
IZIN Usaha
dan/atau
Kegiatan
Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki Amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin
lingkungan
Sumber: Pasal 2 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa
1
Pengumuman
dan
Konsultasi
Publik
2
Penyusunan
Kerangka
Acuan (KA)
Biaya
Penyusunan
Amdal oleh
Pemrakarsa
SPT dari
Pengumuman
= 10 hari Kerja
Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi
Penilai Amdal
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota
Jasa Penilaian Amdal dibebankan
kepada Pemrakarsa – sesuai SBU/PNBP
Biaya Adm Penerbitan SKKL dan
Izin Lingkungan dibebankan
kepada Pemrakarsa sesuai PNBP
Penilaian Kerangka Acuan
3
Pengajuan
Penilaian
Kerangka
Acuan
30 hari kerja
5
4
Penilaian
KA oleh
Sekretariat
KPA
Penilaian
KA oleh
Tim Teknis
Paling lambat 5 hari kerja
setelah diterbitkan
6
Penerbitan
Persetujuan
KA oleh Ketua
KPA
15
14a
Penyusunan 7
ANDAL dan
RKL-RPL
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL
75 hari kerja, termasuk 10 hari kerja SPT Pengumuman
8
Pengajuan Permohonan Izin
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan
RKL-RPL
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
Sekretariat
KPA
Satu surat
permohonan
Integrasi Izin Lingkungan
dalam Proses AMDAL
10
9
11
Penilaian
ANDAL &
RKL oleh
Tim Teknis
Pengumuman Permohonan
Izin Lingkungan
12
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
oleh KPA
Rekomendasi
KPA
13
Pengumuman Izin
Lingkungan
Penerbitan:
1. Keputusan
Kelayakan
Lingkungan; dan
2. izin Lingkungan
Layak
Lingkungan
14b
10 hari
kerja
Keputusan
Ketidaklayakan LH
Tidak Layak
Lingkungan
Tahapan Penilaian Dokumen AMDAL
Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013
DITOLAK
Pemrakarsa
Tidak
DITOLAK
Tidak
Ya
Ya
Dokumen KA- atau
ANDAL & RKL-RPL
Sesuai
Persyaratan
Administrasi
Ya
Sesuai dengan RTRW
Nasional, Provinsi &
Kab/Kota
UJI ADMINSITRASI
(gunakan panduan 01 atau 02 Lamp VI)
Ya
Dokumen dijadikan
lamp. SK Persetujuan
KA atau SK Kelayakan
Lingkungan & Izin
Lingkungan
Usaha/Keg.
sedang /telah
dilakukan
konstruksi/
operasi/ pasca
operasi
Rencana usaha
dan/atau Kegiatan
disepakati atau layak
lingkungan hidup
Tidak
DITOLAK
UJI TAHAP PROYEK
(Panduan 03 Lamp VI)
Ya
Dokumen sesuai
dengan persyaratan
mutu dokumen
Tidak
1. Lakukan Uji konsistensi
2. Lakukan uji keharusan
3. Lakukan uji kedalaman
4. Lakukan uji relevansi
Tidak
Masukan untuk
Perbaikan Dokumen
UJI KUALITAS
(gunakan panduan 04
Lampuran VI)
10 Kriteria Kelayakan Lingkungan (1)
1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
3. Kepentingan pertahanan keamanan;
4. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak
dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan;
5. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga
diketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negatif;
6. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung
jawab dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan
ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan
pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan;
Sumber: Pasal 15 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013
10 Kriteria Kelayakan Lingkungan (2)
7.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai
sosial atau pandangan masyarakat (emic view);
8.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
9.
•
entitas dan/atau spesies kunci (key species);
•
memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
•
memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
•
memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah ada di sekitar
rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan;
10. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud; dan
Sumber: Pasal 15 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013
Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau Ketidaklayakan Lingkungan Hidup
MENTERI
GUBERNUR
Bupati/Walikota
Jangka waktu penetapan
10 Hari Kerja
Keputusan Kelayakan
Lingkungan atau
Ketidaklayakan
Muatan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Rekomendasi Hasil
Penilai an Andal & RKLRPL dari Komisi Penilai
Amdal
1.
1 Dasar pertimbangan dikeluarkannya
penetapan; dan
2.
2 Pernyataan kelayakan lingkungan usaha
dan/atau kegiatan;
3.
3 Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai
dengan yang tercantum dalam RKL-RPL.
Sumber: Pasal 32-33 PP 27/2012
Izin Lingkungan
4.
4 Kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak
terkait
Dalam PP 27/1999: tidak datur sedetil atau
serinci ini. SKKL sudah termasuk 75 hari
penilaian Andal dan RKL-RPL. Muatan SKKL
juga belum/tidak diatur
1.
5 jumlah dan jenis izin PPLH yang
diwajibkan (Jika wajib memiliki izin
PPLH)
Muatan Keputusan kelayakan
lingkungan hidup
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
rencana pengelolaan dan pemantauan dampak
yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dan pihak
lain;
pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
dasar pertimbangan kelayakan lingkungan;
jumlah dan jenis izin PPLH yang diperlukan; dan
tanggal penetapan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup
Sumber: Pasal 16 Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Penerbitan Izin Lingkungan Hidup Untuk Rencana
Usaha dan
dan//atau Kegiatan Wajib Amdal
AMDAL
SK Kelayakan LH dari Menteri
Izin lingkungan dari Menteri
SK Kelayakan LH dari gubernur
Izin lingkungan dari gubernur
SK Kelayakan LH dari bupati/
walikota
Izin lingkungan dari bupati/
walikota
Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup
Sumber: Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal
ini tidak diatur/tidak ada
Muatan Izin Lingkungan
Izin lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota; dan
3. Berakhirnya izin lingkungan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pemrakarsa wajib memiliki izin PPLH, izin lingkungan tersebut
mencantumkan jumlah dan jenis izin PPLH.
Izin lingkungan hidup berakhir bersamaan dengan berakhirnya
izin usaha dan/atau kegiatan maksudnya adalah: Izin
Lingkungan berlaku selama usaha dan/atau kegiatan tetap
berlangsung sepanjang tidak ada perubahan dan tidak
dicabut;
Sumber:
Pasal 48 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Amdal
1. Dasar diterbitkannya izin lingkungan berupa surat keputusan kelayakan
lingkungan;
2. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris, meliputi:
a. nama perusahaan;
b. jenis usaha dan/atau kegiatan;
c. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
d. alamat kantor; dan
e. lokasi kegiatan;
3. deskripsi lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
4. persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
a. persyaratan sebagaimana tercantum dalam RKL-RPL; dan
b. memperoleh Izin PPLH yang diperlukan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian Dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Lanjutan
5. kewajiban pemegang izin lingkungan antara lain:
a. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan
kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam)
bulan sekali;
c. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap lingkup
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
d. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian Dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Amdal - Lanjutan
6. hal-hal lain, antara lain:
a. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan dapat dikenakan
sanksi administratif apabila ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
b. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila
di kemudian hari ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal
37 ayat (2) Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan wajib
memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa izin lingkungan ini berlaku
selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung sepanjang tidak ada perubahan atas
usaha dan/atau kegiatan dimaksud; dan
8. penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan
Sumber: Pasal 17 Peraturan MENLH No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian Dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa
Penyusunan
UKL-UPL
Biaya
Penyusunan
UKL-UPL oleh
Pemrakarsa
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
Permohonan Izin Lingkungan
dan Pemeriksaan UKL/UPL
Pemeriksaan Administrasi
Pengumuman Permohonan Izin
Lingkungan
Pemrakarsa
Pemeriksaan Substansi UKL/UPL
Catatan: Jangka waktu
Pemeriksaan Teknis UKLUPL: 14 Hari Kerja,
termasuk pengumuman
permohonan izin lingkungan
DAN
tidak termasuk perbaikan/
penyempurnaan
Penerbitan Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL &
Izin Lingkungan
Pengumuman Izin Lingkungan
Pemeriksaan UKLUPL dan Penerbitan
Rekomendasi UKLUPL dapat dilakukan
oleh:
a. Pejabat yang
ditunjuk oleh
Menteri;
b. Kepala Instansi LH
Provinsi; atau
c. Kepala Instansi LH
Kab/Kota.
Pasal 40 PP 27/2012
Jasa Pemeriksaan
UKL-UPL dibebankan
kepada Pemrakarsa
– sesuai SBU/PNBP
Biaya Adm Penerbitan
Rekomendasi UKL-UPL dan
Izin Lingkungan dibebankan
kepada Pemrakarsa (PNBP)
Kriteria Persetujuan /Penolakan UKL-UPL terhadap Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL-UPL
1.
Rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Rencana tata ruang yang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2.
Rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup serta sumber daya alam (PPLH & PSDA) yang diatur dalam peraturan perundangundangan;
3.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu Kepentingan pertahanan keamanan;
4.
Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan
5.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
(emic view);
6.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan: (a) entitas dan/atau spesies kunci (key species); (b) memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological importance); (c) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau (d) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
7.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang telah ada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan;
8.
Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud; dan
Sumber: Pasal 27 ayat (1) Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta
Penerbitan Izin Lingkungan
Penerbitan Rekomendasi UKLUKL-UPL
MENTERI
GUBERNUR
Bupati/Walikota
Pemeriksaan
Teknis
UKL--UPL
UKL
Sumber: Pasal 38 PP 27/2012
Izin Lingkungan
Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal
ini tidak diatur/tidak ada
Menerbitkan
Rekomendasi
UKL-UPL
Muatan Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL
1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya
1 persetujuan UKL-UPL;
2.
2 Peryataan persetujuan UKL-UPL
3.
3
persyaratan dan kewajiban pemrakarsa
sesuai dengan yang tercantum dalam RKLRPL.
1.
4 jumlah dan jenis izin PPLH yang
diwajibkan (Jika wajib memiliki izin
PPLH)
Muatan Rekomendasi Persetujuan
UKL--UPL
UKL
1. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
2. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
3. upaya pengelolaan dan pemantauan dampak
yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dan pihak
lain;
4. pernyataan persetujuan UKL-UPL;
5. dasar pertimbangan persetujuan persetujuan
UKL-UPL;
6. jumlah dan jenis izin PPLH yang diperlukan; dan
7. tanggal penetapan rekomendasi UKL-UPL.
Sumber: Pasal 27 ayat (3) Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Penerbitan Izin Lingkungan Hidup Untuk Rencana
Usaha dan
dan//atau Kegiatan Wajib UKL
UKL--UPL
UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri
Izin lingkungan dari Menteri
Rekomendasi dari gubernur
Izin lingkungan dari gubernur
Rekomendasi dari bupati/
walikota
Izin lingkungan dari bupati/
walikota
Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
bersamaan dengan diterbitkannya rekomendasi persetujuan UKL-UPL
Sumber: Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Dalam PP 27/1999: Ketentuan terkait hal
ini tidak diatur/tidak ada
Muatan Izin Lingkungan Untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib UKL-UPL
Izin lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat:
1. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam rekomendasi
persetujuan UKL-UPL
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota; dan
3. Berakhirnya izin lingkungan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pemrakarsa wajib memiliki izin PPLH, izin lingkungan tersebut
mencantumkan jumlah dan jenis izin PPLH.
Izin lingkungan hidup berakhir bersamaan dengan berakhirnya
izin usaha dan/atau kegiatan maksudnya adalah: Izin
Lingkungan berlaku selama usaha dan/atau kegiatan tetap
berlangsung sepanjang tidak ada perubahan dan tidak
dicabut;
Sumber:
Pasal 48 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan YANG Wajib Memiliki UKL-UPL
1. Dasar diterbitkannya izin lingkungan berupa rekomendasi persetujuan UKLUPL;
2. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris, meliputi:
a. nama perusahaan;
b. jenis usaha dan/atau kegiatan;
c. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
d. alamat kantor; dan
e. lokasi kegiatan;
3. deskripsi lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
4. persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
a. persyaratan sebagaimana tercantum dalam UKL-UPL; dan
b. memperoleh Izin PPLH yang diperlukan;
c. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
Sumber: Pasal 28 Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki UKL-UPL- Lanjutan
5. kewajiban pemegang izin lingkungan antara lain:
a. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan
kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam)
bulan sekali;
c. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap lingkup
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
d. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
Sumber: Pasal 28 Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Muatan Izin Lingkungan untuk Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki UKL-UPL - Lanjutan
6. hal-hal lain, antara lain:
a. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan dapat dikenakan
sanksi administratif apabila ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum
dalam Pasal 71 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
b. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat dibatalkan apabila
di kemudian hari ditemukan pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal
37 ayat (2) Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan wajib
memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan hidup untuk melakukan
pengawasan sesuai dengan kewenangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
7. masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa izin lingkungan ini berlaku
selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung sepanjang tidak ada perubahan atas
usaha dan/atau kegiatan dimaksud; dan
8. penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan
Sumber: Pasal 28 Draft Peraturan MENLH tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen
Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan
Penting untuk Diperhatikan!!!
Penyusunan
Amdal
Penyusunan
UKL-UPL
1.
2.
Penilaian
Amdal
Pemeriksaan
UKL-UPL
Penyusunan
Amdal
Penilaian
Amdal
Penyusunan
UKL-UPL
Pemeriksaan
UKL-UPL
SKKL
Izin
Lingkungan
Rekomendasi
UKL_UPL
Izin
Lingkungan
Proses yang Benar
Izin lingkungan wajib
diterbitkan bersamaan
dengan SKKL atau
Rekomendasi UKL-UPL
sejak PP 27/2013
diberlakukan (23 Feb 2012)
Proses yang SALAH
SKKL
Rekomendasi
UKL-UPL
Tidak ada alasan untuk tidak menerbitkan Izin Lingkungan setelah
berlakunya PP 27/2012.
PP 27/2012 telah menjelaskan proses penerbitan izin lingkungan yang
diintegrasikan dengan proses Amdal atau UKL-UPL.
Izin lingkungan TIDAK
DITERBITKAN, walaupun
SKKL atau Rekomendasi
UKL-UPL sudah diterbitkan
Potensi Pelanggaran Pasal
109 dan 111 ayat (2)
UU 32/2009
Peranaan Instrumen Izin Lingkungan
Instrumen PPLH – Instumen
pencegahan dan/atau
pencemaran lingkungan
hidup
a
e
Instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang + PIBIB
(Morotorium)
(Pasal 14 UU 32/2009)
Pasal 4 dan Pasal 14 ayat (2)
dan ayat (3) PP 27/2012)
Persyaratan untuk
memperoleh Izin Usaha
dan/atau Kegitan
Basis pengawasan
lingkungan hidup terkait
dengan ketaatan
penanggung jawab
b
f
(Pasal 40 ayat 1 UU 32/2009)
(Pasal 72 UU 32/2009)
Payung Izin PPLH
(Pasal 48 ayat 2 PP 27/2012)
Basis pengembangan
environmental management
systems (EMS), termasuk
pelaksanaan Audit lingkungan
(Kriteria Audit)
(Pasal 53 ayat 1 PP 27/2012)
c
g
Basis penyediaan dana
penjaminan untuk
pemulihan fungsi
lingkungan hidup
(Pasal 55 UU 32/2009
danPasal 53 aayat (1) huruf C
PP 27/2012
d
Izin Lingkungan
h
Instrumen green banking
(Peraturan Bank Indonesia No. 7
tahun 2005)
Tantangan Penerapan Izin Lingkungan
Pelaksanaan Good
Governance
Pemenuhan Standar
Pelayanan Publik
Integrasi Izin PPLH ke
dalam Izin
Lingkungan
Pengawasan &
Penegakan Hukum
Integrasi sistem
Informasi Amdal,
UKL-UPL dan Izin
Lingkungan – Pusat
dan Daerah & Sektor
Integrasi Izin
Lingkungan
ke dalam Izin
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Penulisan Izin
Lingkungan
(Permit
Writing)
Pemenuhan Standar Pelayanan Publik & Pelaksanaan Good
Governance dalam Proses Amdal, UKLUKL-UPL & Izin Lingkungan
Pelayanan Publik (UU
25/2009 & PP96/2012):
Kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka
kebutuhan pelayanan sesuai
dengan PUU bagi setiap
warganegara atau penduduk
atas: Barang; Jasa; dan/atau
Pelayanan administratif
Yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan
publik
1. Proses Amdal UKL-UPL
dan Izin Lingkungan , &
2. Penerapannya sesuai
dengan Prinsip-Prinsip
Good Governance
Standar Pelayanan Publik
Standar pelayanan publik menurut
UU 25/209 & PP 96/2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Dasar hukum:
Peryaratan:
Sistem, Mekanisme dan Prosedur:
Jangka waktu:
Biaya/tarif:
Produk/Hasil pelayanan:
Sarana, prasarana dan fasilitas:
Kompetensi pelaksana:
Pengawasan Internal
Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Jumlah Pelaksana
Jaminan Pelayanan
Jaminan Keselamatan dan Keamanan Pelayanan
Evaluasi Kinerja Pelaksana
Standar Pelayanan Publik Terkait dengan Izin Lingkungan
No
Standar Pelayanan
Publik (Pasal 21 UU
25/2009 & Pasal 25
PP 96/2012)
Penjelasan Pasal 21
UU No. 25/2009 &
Peraturan MENPAN & RB
No. 25/2012
Konteks Pelayanan Publik terkait dengan
Proses Penilaian Amdal, Pemeriksaan UKLUPL dan Penerbitan Izin Lingkungan
a.
Dasar hukum
PUU yang menjadi dasar
penyelenggaraan pelayanan
1.
2.
3.
b.
Persyaratan
Syarat yang harus dipenuhi
(adminitratif maupun teknis)
Persyaratan (Pasal 43 PP 27/2012):
1. Dokumen Amdal atau UKL-UPL;
2. Dokumen Pendirian Usaha dan/atau kegiatan;
3. Profil Usaha dan/atau kegiatan
c.
Sistem, Mekanisme
dan Prosedur
Tata cara pelayanan yang
dibakukan
Sesuai dengan PP 27/2012 dan Peraturan MENLH
terkait penatalaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan
d.
Jangka waktu
penyelesaian
Jangka waktu yang
diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh
proses pelayanan dari setiap
jenis pelayanan
1.
Ongkos yang dikenakan
sesuai PNPB & SBU (Pasal 68 dan 69 PP 27/2012) &
Peraturan MENLH terkait penatalaksanaan Amdal,
UKL-UPL dan Izin Lingkungan
e.
Biaya /Tarif
2.
UU No. 32/2009 tentang PPLH
PP No. 27/2012 Izin Lingkungan;
Peraturan MENLH terkait dengan Amdal, UKLUPL & Izin Lingkungan
AMDAL: 30 hari KA, 75 hari Andal & RKL-RPL, 10
hari SKKL & Izin Lingkungan:
UKL-UPL= 14 Hari;
Standar Pelayanan Publik Terkait dengan Izin Lingkungan - Lanjutan
No
f.
g.
Standar Pelayanan
Publik (Pasal 21 UU
25/2009 & Pasal 25 PP
96/2012)
Penjelasan Pasal 21
UU No. 25/2009 &
Peraturan MENPAN & RB
No. 25/2012
Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang
diberikan dan diterima sesuai
dengan ketentuan yang telah
ditetapkan
1.
Peralatan dan fasilitas yang
diperlukan
1.
Sarana, Prasana dan
Fasilitas
Konteks Pelayanan Publik terkait dengan
Proses Penilaian Amdal, Pemeriksaan
UKL-UPL dan Penerbitan Izin Lingkungan
2.
2.
h.
Kompetensi Pelaksana
Kemampuan yang dimiliki
oleh pelaksanaan:
pengetahuan, keahlian,
ketrampilan dan pengalaman
1.
2.
Usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal: SKKL
dan Izin Lingkungan sesuai dengan PUU;
Usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL:
Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL dan Izin
Lingkungan sesuai dengan PUU
Penilaian Amdal & Penerbitan Izin
Lingkungan: diatur dalam Peraturan MENLH
No. 15 Tahun 2010 terkait dengan Lisensi
KPA i.e. Kelembagaan, UPT, sekretariat,
ruang rapat, Lab, Sistem informasi, dll
Penilaian UKL-UPL & Penerbitan Izin
Lingkungan: Instansi LH beserta SKPD
tterkait, UPT, Ruang Rapat, Sistem Informasi
Penilaian Amdal & Penerbitan Izin
Lingkungan: diatur dalam Peraturan MENLH
No. 15 Tahun 2010 terkait dengan Lisensi
KPA terkait dengan persyaratan ketua KPA,
Tim Teknis dan Tenaga Ahli;
Penilaian UKL-UPL & Penerbitan Izin
Lingkungan: terkait dengan kompetensi
personil penatalaksanaan pemeriksa an
UKL-UPL
Standar Pelayanan Publik Terkait dengan Izin Lingkungan - Lanjutan
No
Standar Pelayanan
Publik (Pasal 21 UU
25/2009 & Pasal 25 PP
96/2012)
Penjelasan Pasal 21
UU No. 25/2009 &
Peraturan MENPAN & RB
No. 25/2012
Konteks Pelayanan Publik terkait dengan
Proses Penilaian Amdal, Pemeriksaan
UKL-UPL dan Penerbitan Izin Lingkungan
i.
Pengawasan Internal
Pengendalian yang dilakukan
oleh Pimpinan kerja atau
atasan langsung
Dilakukan oleh Ketua KPA, Ketua Tim Teknis dan
Kepala Sekretariat serta Deputi MENLH atau
Kepala Instansi LH
j.
Penanganan Pengaduan,
Saran dan Masukan
Tata cara pelaksanaan
penanangan pengaduan dan
tindak lanjut
Sesuai dengan Peraturan MENLH terkait dengan
Pembinaan dan Evaluasi Kinerja
Penatalaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Izin
Lingkungan (Peraturan MENLH No.25/2009)
k.
Jumlah Pelaksana
Tersedianya pelaksana sesuai
dengan beban kerja
l.
Jaminan Pelayanan
Memberikan kepastian
pelayanan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan
m.
Jaminan Keselamatan dan
Keamanan Pelayanan
Kepastian memberikan rasa
aman dan bebas dari bahaya,
risiko dan keraguan
n.
Evaluasi Kinerja Pelaksana
Penilaian untuk mengeathui
seberapa jauh pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan standar
pelayanan
Pengembangan Sistem informasi
Sesuai dengan Pasal 66 PP 27/2012 dan
Peraturan MENLH terkait dengan Pembinaan
dan Evaluasi Kinerja Penatalaksanaan Amdal,
UKL-UPL dan Izin Lingkungan (Peraturan MENLH
No.25/2009)
Izin Lingkungan dan Izin PPLH
• Proses Penilaian Amdal oleh KPA;
• Proses Pemeriksaan UKL-UPL
oleh Instansi LH
Diterbitkan oleh
MENLH, Gubernur,
atau
Bupati/Walikota
Diterbitkan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/Walikota
Izin PPLH
Pemrakarsa
Rencana Usaha
dan/atau
Kegiatan
Proses Amdal
atau UKL-UPL
Proses Penyusunan Amdal atau UKL-UPL
oleh Pemrakarsa
Izin
Lingkungan
Pengawasan
Lingkungan Hidup &
Penegakan Hukum
Lingkungan
Dilakukan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/ Walikota
Izin Usaha
dan/atau
Kegiatan
•
•
Pelaksanaan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Pelaksanaan Izin
Lingkungan & Izin
PPLH
Diterbitkan oleh Menteri terkait,
Gubernur, atau Bupati/Walikota
1. Izin PPLH diterbitkan pada tahap operasional.
Penaatan terhadap
BML & KBKL
2. Izin PPLH diterbitkan berdasarkan persyaratan dan kewajiban izin
lingkungan yang harus ditaati oleh perusahaan
3. Izin PPLH, antara lain:
a. Izin pembuangan air limbah ke sungai;
b. Izin pemanatan air limbah untuk aplikasi ke tanah
c. Izin pembuangan air limbah ke laut
d. Izin injeksi air limbah
e. Izin PLB3
Penurunan Beban
Pencemaran dan Laju
Kerusakan LH
SKKL atau Rekomendasi UKL
UKL--UPL, Izin Lingkungan &
Izin PPLH, serta Izin Usaha dan
dan//atau kegiatan
SKKLH
Izin Lingkungan
(Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup)
Ber-transformasi menjadi
Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL
Integrasi Izin PPLH
ke dalam Izin
Lingkungan (Pasal
123 UU 32/2009)
• Persyaratan dan kewajiban
dalam SKKLH dan Rek. UKL-UPL
• Persyaratan dan kewajiban yang
ditetapkan oleh Menteri, Gub,
atau bupati/walikota
persyaratan
Tidak semua
rencana usaha
dan/atau kegiatan
memerlukan izin
PPLH
• JUMLAH DAN JENIS
IZIN PPLH
• Berakhirnya Izin Lingkungan
Izin
Pembuangan
Air Limbah
Izin
Pemanfaatan
LB3
Izin Usaha
dan/atau
kegiatan
Izin PPLH
lainnya
Detailing
dari Izin
PPLH yang
sudah
disebutkan
dalam Izin
Lingkungan
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
No
Izin PPLH
Ketentuan dalam
UU No. 32/2009
PP Bidang
PPLH
Peraturan MENLH
1. Izin Pembuangan
Pasal 20 ayat 3
Air Linbah ke Sungai Huruf b.
PP 82/2001
tentang PKA
& PPA
Peraturan MENLH No. 1
Tahun 2010: Tata
Laksanana Pengendalian
Pencemaran air
2. Izin pemanfaatan
air limbah untuk
aplikasi ke Tanah
(Land Application)
PP 82/2001
tentang PKA
& PPA
Peraturan MENLH No. 1
Tahun 2010: Tata
Laksanana Pengendalian
Pencemaran air
PP No. 19
Tahun 1999
tentang
Pengendalian
Pencemaran
dan/atau
Kerusakan
Laut
Peraturan MENLH No 12
Tahun 2006 :Persyaratan
dan Tata Cara
Pembuangan Air Limbah
Ke laut
Pasal 20 ayat 3
Huruf b.
3. Izin Pembuangan air Pasal 20 ayat 3
limbah ke laut
Huruf b.
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
No
Izin PPLH
Ketentuan
dalam UU No.
32/2009
4. Izin Injeksi Air
Limbah bagi
Usaha
dan/atau
Kegiatan Hulu
Migas & Panas
Bumi
Pasal 20 ayat 3
Huruf b.
5. Izin
Pengelolaan
LB3
Pasal 59 ayat
(4), ayat (5)
dan ayat (6)
serta Pasal 102
6. Izin Dumping
Limbah
Pasal 60, Pasal
61, Pasal 104
PP Bidang PPLH
Peraturan MENLH
Peraturan MENLH No. 13 Tahun 2007:
Persyaratan dan Tata Cara Pengelolaan
Air Limbah bagi Usaha dan/Atau
Kegiatan Hulu Minyak Dan Gas Serta
Panas Bumi dengan Cara Injeksi
PP 18 Tahun
1999
Pengelolaan LB3
a. Peraturan MENLH No. 18 Tahun 2009:
Tata Cara Perizinan PLB3
b.Peraturan MENLH No. 30 Tahun 2009:
Tata Laksana Perizinan dan
Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat
Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah
Izin Pembuangan Air Limbah Ke Sungai
Persyaratan administrasi terdiri
atas:
a. isian formulir permohonan izin;
b. izin yang berkaitan dengan usaha
dan/atau kegiatan; dan
c.
Amdal
dokumen
, UKL-UPL,
atau dokomen lain yang
dipersamakan dengan dokumen
dimaksud.
Kajian dampak pembuangan
air limbah menggunakan
dokumen Amdal atau
UKL-UPL
apabila dalam dokumen
tersebut telah memuat secara
lengkap kajian dampak
pembuangan air limbah
1) Izin lingkungan yang berkaitan dengan
pembuangan air limbah ke sumber air
diselenggarakan melalui tahapan:
a. pengajuan permohonan izin;
b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
c. penetapan izin
2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi
persyaratan:
a. administrasi; dan
b. teknis.
Persyaratan teknis terdiri atas:
a. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah,
serta efisiensi energi dan sumberdaya yang harus
dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah;
dan
b. kajian dampak pembuangan air limbah terhadap
pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman, kualitas
tanah dan air tanah, serta kesehatan masyarakat.
Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Ke Tanah
Persyaratan administrasi terdiri
atas:
a. isian formulir permohonan izin;
b. izin yang berkaitan dengan usaha
dan/atau kegiatan; dan
c.
Amdal
dokumen
, UKL-UPL,
atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan dokumen
dimaksud.
dampak pemanfaatan air limbah
ke tanah untuk aplikasi pada
tanah menggunakan
dokumen Amdal atau
UKL-UPL
apabila dalam dokumen tersebut
telah memuat secara lengkap
kajian dampak pemanfaatan air
limbah pada tanah
1)
Izin lingkungan yang berkaitan dengan
pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
pada tanah diselenggarakan melalui tahapan:
a. pengajuan permohonan izin;
b. analisis dan evaluasi permohonan izin; dan
c. penetapan izin.
2) Pengajuan permohonan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a harus memenuhi
persyaratan:
a. administrasi; dan
b. teknis.
Persyaratan teknis terdiri atas:
a. kajian pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada
tanah terhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman,
kualitas tanah dan air tanah, dan kesehatan masyarakat;
b. kajian potensi dampak dari kegiatan pemanfaatan air limbah
ke tanah untuk aplikasi pada tanah terhadap pembudidayaan
ikan, hewan, dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah, dan
kesehatan masyarakat; dan
c. upaya pencegahan pencemaran, minimisasi air limbah, efisiensi
energi dan sumberdaya yang dilakukan usaha dan/atau kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah termasuk
rencana pemulihan bila terjadi pencemaran.
Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut
1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan melakukan pembuangan air
limbah ke laut wajib mendapatkan izin dari Menteri;
2) Menteri dapat mendelegasikan wewenang pemberian izin pembuangan air
limbah ke laut kepada Gubernur.
3) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan melakukan pembuangan
air limbah ke laut wajib mengintegrasikan kajian pembuangan air limbah ke
laut sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini ke
dalam kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau di dalam
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup;
4) Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, bagi usaha dan/atau kegiatan
yang sudah beroperasi dan melakukan pembuangan air limbah ke laut tetapi
belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
Peraturan Menteri ini wajib melakukan kajian pembuangan air limbah ke laut.
Analisis Risiko Lingkungan Hidup
Analisis Risiko Lingkungan Hidup (ARLH) dapat menjadi bagian dari KLHS dan AMDAL tahap perencanaan
dan Pelaksanaan Izin Lingkungan pada tahap operasi, serta penutupan usaha dan/atau kegiatan
3
1
Usaha dan/atau Kegiatan
Dampak
Penting
terhadap
Lingkungan
Hidup
Kesehatan &
Keselamatan
Manusia
Ancaman
2
Ekosistem &
Kehidupan
Perubahan LH yang
sangat mendasar
Wajib
Pengkajian Risiko
Analisis Risiko
Lingkungan Hidup (ARLH)
Pengelolaan Resiko
Komunikasi Risiko
Sumber: Pasal 47 UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH
Menentukan
Konteks
•
Identifikasi Risiko: Daftar
Risiko
Risk Assessment
•
Analisis Risiko: Dampak dan
Kemungkinan (probabilitas),
Tingkat risiko ditentukan
kombinasi antara dampak dan
kemungkinan;
•
Evaluasi Risiko:
membandingkan antara hasil
analisis risiko dengan kriteria
risiko, kemudian ditentukan
apakah peringkat risiko dapat
diterima atau ditolak.
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Pengelolaan Risiko
Sumber: Susilo & Kaho, 2010 (PPM Manajemen)
Monitoring & Review
Komunikasi dan Konsultasi
Prinsip Dasar Risk Assessment
Tingkat risiko yang dapat
diterima” adalah batas
toleransi risiko dengan
mempertimbangkan aspek
biaya dan manfaat
Pengertian Kajian Risiko Lingkungan Hidup (ERA)
Kajian Resiko Lingkungan (environmental risk assessment)
adalah kajian yang meliputi analisis risiko ekologis dan analisis
risiko kesehatan manusia.
ERA
Kajian Risiko
1 Ekologis - EcoRA
(Ecological Risk
Assessment - EcoRA)
Proses evaluasi risiko yang
merugikan terhadap
lingkungan yang
kemungkinan akan atau
sedang terjadi sebagai akibat
pemajanan satu stresor
atau lebih.
(Environmental Risk
Assessment)
Kajian Risiko
Kesehatan
2 Manusia - HHRA
(Human Health cological
Risk Assessment-HHRA)
Proses evaluasi risiko yang
merugikan terhadap
manusia yang
kemungkinan akan atau
sedang terjadi sebagai
akibat pemajanan satu
stresor atau lebih
Akses Informasi, Pelaporan Pelaksanaan Izin Lingkungan dan Pengawasan LH
Pasal 72 dan Pasal 63 ayat
(1) huruf o dalam UU
32/2009 : Pembinaan dan
Penanggung Jawab
Usaha dan/atau
Kegiatan
Pengawasan Penaatan Perizinan
Lingkungan
Penguatan Demokrasi
Lingkungan :
•
•
•
Pasal 63 ayat (1)
huruf e UU 32/2009:
Pemerintah bertugas dan
berwenang untuk
menetapkan dan
melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKLUPL
akss informasi;
akses partisipasi;
penguatan hak-hak masyarakat
dalam PPLH.
(Penjelasan Umum
UU 32/2009 angka 8)
Pasal 68 UU 32/2009 : Kewajiban
Memberikan informasi terkait
PPLH secara benar, akurat dan
tepat waktu;
Pasal 53 PP 27/2012
Kewajiban menyampaikan
laporan persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungan
setiap 6 bulan sekali
Informasi PPLH
Peraturan MENLH tentang
Pelaporan Pelaksanaan
Izin Lingkungan
• Instansi
Pemerintah;
• Masyarakat/
Publik
Pasal 52 ayat (2) UU
32/2009 :
Hak mendapatkan akses
informasi dalam memenuhi
hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat
Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan
Pasal 68 UU 32/2009: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang terkait dengan PPLH secara benar, akurat, terbuka dan tepat
waktu, menjaga keberlanjutan fungsi LH, menaati ketentuan BML dan/atau KBKL
•
Pemegang izin lingkungan berkewajiban untuk:
a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan;
b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan
terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin
lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota; dan
c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan fungsi
lingkungan hidup sesuai ketentuan PUU; -
(diberlakukan jika sudah ada PP yang mengatur
tentang dana penjaminan)
•
Laporan disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan
Sumber: Pasal 53 PP 27/2012 Izin Lingkungan
NSPK & Instrumen PPLH pada Tahap Pelaksanaan Usaha
dan/atau Kegiatan
Izin LH & Izin PPLH
Pelaksanaan Usaha dan/atau
Kegiatan
Audit LH
Peraturan MENLH No. 03 Tahun
2013 tentang Audit Lingkungan
Hidup sebagai revisi dari:
• KepMenLH No. 42 Tahun 1994
• KepMenLH No. 30 Tahun 2001
• PerMenLH No. 17 Tahun 2010
Dampak
Penting &
Dampak LH
lainnya
Implementasi
Persyaratan Izin
Lingkungan & Izin PPLH
serta Continuous
Improvement
Pengawasan
Lingkungan Hidup
Penaatan
terhadap Baku
Mutu
Lingkungan
(BML) & Kriteria
Baku Kerusakan
Lingkungan
(KBKL)
• KepMenLH No. 45 Tahun 2005
tentang Pedoman Penyusunan
Laporan Pelaksanaan RKL-RPL
(LAPORAN PELAKSANAAN IZIN
LINGKUNGAN)
• KepMenLH No.07 Th 2001 tentang
PPLH dan PPLHD
• KepMenLH No.56 Th 2002 tentang
Pedoman Umum Pengawasan LH
• KepMenLH No.57 Th 2002 tentang
Tata Kerja PPLH
• KepMenLH No.58 Th 2002 tentang
Tata Kerja PPLHD
d Baku Mutu
Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML)
Udara Ambien
Pencemaran LH: Masuk atau dimasukkannya (a)
Baku
e
Mutu
Emisi
mahluk hidup, (b) zat, (c) energi, dan/atau (d) komponen
lain ke dalam LH oleh kegiatan manusia sehingga
melampau BML yang telah ditetapkan.
g
d Baku Mutu Udara
TPA
PPU Perkotaan
Ambien
e Baku Mutu Emisi
a
f
Baku Mutu
Gangguan
Baku Mutu Lain
sesui Iptek
Baku Mutu Air
Muka Air Tanah
b Baku Mutu Air
Limbah
c Baku Mutu Air Laut
Sumber: Pasal 20 UU 32/2009
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL)
Perusakan LH: tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia dan/atau hayati LH sehingga melampau KBKL
Kriteria Baku
Kerusakan
Ekosistem
1
f
Kerusakan gambut
a Kerusakan Tanah
untuk Produksi
Biomassa
2
c Kerusakan LH-
Kebakaran
Hutan/Lahan
g
Kriteria Baku
Kerusakan Akibat
Perubahan Iklim
Kerusakan
Karst
h Kerusakan ekosistem
•Kenaikan suhu
•SLR
•Badai
•Kekeringan
lainnya sesuai iptek
d Kerusakan
Mangrove
e Kerusakan
Lamun
Sumber: Pasal 21 UU 32/2009
b Kerusakan Terumbu
Karang
Audit Lingkungan Hidup
Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan
hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(Pasal 1, angka 28 UU 32/2009)
PENANGGUNG JAWAB USAHA dan/atau KEGIATAN
Tingkat
Ketaatan Persyaratan
Hukum dan
Kebijakan yang
ditetapkan
Pemerintah
Jenis Audit Lingkungan Hidup
Sukarela 1
Audit LH
Seluruh Jenis
Usaha dan/atau
Kegiatan
Alat pemantauan
dan pengelolaan
lingkungan hidup
yang bersifat
internal
2
Wajib
a1. Berkala bagi kegiatan
berisiko tinggi 
seperti: Petrokimia,
Kilang MIGAS, PLTN
[Daftar Jenis Usaha/Keg.
beresiko tinggi – Lamp. 1] &
usulan dari Komisi dan Usulan
dari K/L
b1. Kegiatan yang
menunjukkan
ketidaktaatan terhadap
PUU, dgn kriteria:
• Dugaan pelanggaran PUU Bidang PPLH;
• pelanggaran tersebut telah terjadi paling
sedikit 3 (tiga) kali dan berpotensi tetap
terjadi lagi di masa datang; dan
• belum diketahui sumber dan/atau
penyebab ketidaktaatannya.
Sumber: Rancangan Peraturan MENLH tentang Audit Lingkungan
Pelaksanaan Audit Lingkungan
Auditor LH
Audit LH
1 Informasi yg meliputi
1.
tujuan dan proses
pelaksanaan audit
2 Temuan audit
2.
3
3. Kesimpulan audit
4. Data dan informasi
5
pendukung
Dokumen Audit LH
Sertifikat Kompetensi
Auditor Lingkungan
Hidup
LSK
Auditor LH
Kriteria kompetensi mencakup kemampuan:
• Memahami prinsip, metodologi dan tata
laksana audit Lingkungan Hidup
• Melakukan audit LH yang meliputi: tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengambilan
kesimpulan dan pelaporan;
• Merumuskan rekomendasi langkah perbaikan
sebagai tindak lanjut audit lingkungan
Sumber: Penjelasan pasal 49 dan Pasal 50-51 UU 32/2009
Keputusan/Peraturan MENLH Terkait
Audit Lingkungan
11. Keputusan MENLH No. 42 Tahun
1994 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup
22. Keputusan MENLH No. 30 Tahun
2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan Hidup yang
Diwajibkan
31. Peraturan
MENLH No.
17 Tahun 2010
tentang Audit
Lingkungan
Peraturan
MENLH No. 03
Tahun 2013
tentang Audit
Lingkungan
Hidup
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan dan
Perubahan Izin LIngkungan
1
Pasal 40 ayat (3)
UU No. 32 Tahun 2009
tentang PPLH
1
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan
mengalami perubahan, Penanggung
Jawab Usaha dan/atau Kegiatan
wajib Memperbarui Izin Lingkungan
Ketentuan Pasal 40 ayat (3) UU PPLH diterjemahkan dalam pasal 50 dan Pasal 51 PP
Izin Lingkungan dan akan dijabarkan secara rinci dalam Peraturan MENLH tentang
Pedoman Perubahan Izin Lingkungan
2
Pasal 50 dan 51
PP No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan
1. Lima jenis perubahan usaha
dan/atau kegiatan secara umum;
2. Mekanisme perubahan Izin
Lingkungan secara umum
3
Peraturan MENLH
Tentang Pedoman
Perubahan Izin
Lingkungan
1. jenis-jenis perubahan;
2. kriteria perubahan dan
jenis dokumen LH
3. Muatan dokumen LH
4. Tata cara
Perubahan Izin Lingkungan
Pemraksara yang
telah memiliki
dokumen LH dan
Persetujuannya
sebelum
berlakunya PP
27/2012
Pemegang Izin
Lingkungan
Pemraksara yang
telah memiliki
dokumen LH dan
SKKL atau
Rekomendasi UKLUPL dan Izin
Lingkungan
setelah berlakunya
PP 27/2012
1. Tanpa melalui penyusunan dokumen LH;
2. Dengan melalui penyusunan dokumen LH
a. Wajib Amdal: Amdal Baru (Pengembangan)
atau Adendum Andal & RKL-RPL;
b. UKL-UPL: UKL-UPL Baru Pengembangan atau
Amdal Baru Pengembangan
Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Perubahan Izin
Lingkungan
1. Perubahan kepemilikan;
2. Perubahan pengelolaan & pemantauan LH;
3. Perubahan yang berpengaruh terhadap LH
(ada 9 Kriteria)
4. Perubahan Dampak/Risiko LH (Audit LH
atau ARLH)
5. Rencana Usaha/Kegiatan tidak
dilaksanakan setelah 3 Tahun Izin
Lingkungan diterbitkan
Pelaksanaan
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Perubahan Usaha
dan/atau kegiatan tidak
dapat dilakukan
sebelum diterbitkannya
perubahan izin
lingkungan, kecualai
untuk perubahan
kepemilikan
Perubahan Berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup
Usaha dan/Kegiatan Wajib Amdal
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Alat-alat Produksi
Kapasitas Produksi
Spesifikasi teknik
Sarana Usaha dan/atau
kegiatan
Perluasan Lahan dan
Bangunan
Waktu dan Durasi Operasi
Usaha dan/atau Kegiatan
dalam Kawasan yang belum
dilingkup
Perubahan Kebijakan
Pemerintah
Perubahan LH yang
mendasar akibat peristiwa
alam atau akibat lain
Kata kunci “ BERPENGARUH”  Hanya
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
yang BERPENGARUH terhadap lingkungan
yang wajib mengajukan perubahan izin
lingkungan.
Kriteria
Perubahan
yang lebih
detail
a
AMDAL
BARU
b
Adendum
Andal &
RKL-RPL
Sumber: Pasal 50 ayat (2) huruf (c), ayat (4) dan
ayat (8) PP No. 27 Tahun 2012
Konsep Rancangan Peraturan MENLH tentang
Pedoman Perubahan Izin Lingkungan
Pedoman perubahan izin lingkungan ini bertujuan
untuk menjabarkan lebih rinci mengenai:
1
2
3
4
Jenis-jenis
perubahan usaha
dan/atau kegiatan
yang dapat
menyebabkan
terjadinya
perubahan izin
lingkungan (5 Jenis
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan)
Kriteria
perubahan
usaha dan/atau
kegiatan dan
jenis dokumen
lingkungan
hidup yang
wajib disusun
Muatan
dokumen
lingkungan
hidup untuk
Perubahan
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Tata cara
perubahan
keputusan
kelayakan
lingkungan,
perubahan
rekomendasi UKLUPL dan penerbitan
perubahan izin
lingkungan
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
Jenis Perubahan Usaha dan
dan//atau Kegiatan serta ruang terjadinya
perubahan usaha dan
dan//atau kegiatan
No
Jenis perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
1. Perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup
2. Penambahan kapasitas produksi;
3. Perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi
lingkungan;
4. Perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
5. Perluasan lahan dan bangunan usaha dan/atau kegiatan.
6. Perubahan waktu dan durasi operasi usaha dan/atau
kegiatan;
7. Usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan yang belum
tercakup dalam izin lingkungan;
8. Terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang ditujukan
dalam rangka peningkatan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
9. Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar
akibat peristiwa alam atau karena akibat lain, sebelum dan
pada waktu Usaha dan/atau Kegiatan yang bersangkutan
dilaksanakan
10 Perubahan RKL-RPL
Ruang Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Di dalam
Di
dan/atau
dalam
berbatasan
wilayah
dengan batas
studi**
proyek*
√
x
√
√
x
x
√
√
√
X
x
x
√
x
√
√
√
x
√
√
Kriteria Perubahan Usaha dan/Atau Kegiatan dan Jenis Dokumen LH
yang Wajib Disusun untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
No
Kriteria Perubahan
AMDAL BARU
ANDENDUM ANDAL dan RKL-RPL
1. Skala/Besaran
Rencana Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan
skala besaran rencana perubahan
usaha dan/atau kegiatan tersebut
sama dengan atau lebih besar
dari skala besaran jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki Amdal seperti
tercantum dalam Lampiran 1
Peraturan Menteri Negara
LingkunganHidup Nomor 05
Tahun 2012
skala besaran rencana perubahan
usaha dan/atau kegiatan tersebut
lebih kecil dari skala besaran jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki Amdal seperti
tercantum dalam Lampiran 1
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2012
2. Dampak penting
yang ditimbulkan
akibat rencana
perubahan usaha
dan/atau kegiatan
Rencana perubahan akan
berpotensi menimbulkan
dampak penting baru
Tidak terdapat dampak penting
baru atau dampak penting yang
timbul akibat perubahan tersebut
sudah dikaji dalam Amdal
sebelumnya
3. Batas wilayah studi
Amdal
Rencana perubahan akan
berpotensi mengubah batas
wilayah studi
Rencana perubahan dimaksud
tidak mengubah batas wilayah
studi
Format Adendum ANDAL dan RKL-RPL Saat Ini
Contoh: Adendum ANDAL, RKL-RPL Kegiatan Pengembangan
Lapangan Migas Berupa Penambahan Sumur-Sumur Baru di
Wiayah Perairan Lepas Pantai Tenggara Sumatera Provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang: i.e. alasan penambahan
kegiatan, arahan dari instansi lingkungan hidup,
jenis dokumen LH yang telah dimiliki, kegiatan
eksisting dan rencana penambahan sumur baru;
2. Tujuan dan Manfaat
3. Peraturan Perudang-Undangan
BAB II RENCANA KEGIATAN
1. Identitas Pemrakasrasa dan Penyusun Adendum
ANDAL dan RKL-RPL;
2. Lokasi usaha dan/atau kegiatan;
3. Sejarah Pengembangan dan Kegiatan yang Telah
Berjalan;
4. Kegiatan yang sedang berjalan (Eksisting)
a. Produksi Lapangan
b. Proses Produksi Migas dan penyalurannya
c. dst
d. Pengelolaan dan pemantauan LH yang
sudah dilakukan
e. Perizinan
5. Rencana Kegiatan Tambahan
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
1. Komponen Geofisik-Kimia
2. Komponen Sosekbud
BAB IV RUANG LINGKUP STUDI (Hanya pada dampak dari rencana
penambahan)
1. Dampak Penting yang Ditelaah;
2. Proses Pelingkupan
3. Identifikasi DampakPotensial
4. Evaluasi Dampak Potensial
5. Batas Wilayah Studi: Batas Andal dan RKl-RPL tambahan
saja.
6. Batas Waktu Kajian
BAB V PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK PENTING
1. Prakiraan Dampak penting (Dampak pemboran
terhadap penurunan kualitas air dan biota perairan,
serta dampak kegiatan operasi produksi terhadap
penurunan kualitas air dan dampak turunnya gangguan
biota;
2. Evaluasi Dampak Penting
3. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan
4. Rekomendasi Kelayakan Lingkungan
BAB VII RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
1. Jenis Dampak Penting Sama Seperti Pada Dokumen
Lingkungan sebelumnya;
2. Rencana Pengelolaan LH
3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Konsep Dasar Tata Cara Perubahan Izin Lingkungan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
1. Permohonan Arahan Perubahan Izin Lingkungan: Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
mengajukan permohonan arahan tindak lanjut perubahan izin lingkungan terkait dengan rencana
perubahan usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
2. Proses Penapisan dan Pemberian Arahan Tindak Lanjut Perubahan Izin Lingkungan: Instansi
lingkungan hidup dengan bantuan tim teknis KPA atau pakar terkait melakukan telaahan
terhadap rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan serta memberikan arahan tindak lanjut
proses perubahan izin lingkungan*)
3. Penyusunan Amdal Baru atau ADENDUM ANDAL dan RKL-RPL: Penangggung jawab usaha
dan/atau kegiatan menyusun dokumen lingkungan (Amdal Baru atau Adendum Andal dan RKLRPL) sesuai dengan arahan tindak lanjut proses perubahan izin lingkungan
4. Permohonan Izin Lingkungan dan Penilaian Dokumen LH: Penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan mengajukan perubahan izin lingkungan dan penilaian Amdal Baru atau Adendum Andal
dan RKL-RPL;
5. Penilaian Dokumen Lingkungan Hidup: Tim Teknis dan/atau KPA melakukan penilaian Amdal Baru
atau Adendum ANDAL dan RKL-RPL;
6. Penerbitkan Keputusan Perubahan SKKL dan Perubahan Izin Lingkungan: Menteri, Gubernur
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenanganya menerbitkan perubahan keputusan kelayakan
lingkungan dan perubahan izin lingkungan
Catatan: *) Arahan tindak lanjut dapat berupa arahan perubahan izin lingkungan tanpa melakukan perubahan
keputusan kelayakan lingkungan atau tanpa harus melakukan perubahan izin lingkungan
Dasar Hukum Penyusunan Peraturan MENLH tentang
Pedoman Pelaporan Pelaksanaan Izin Lingkungam
Pasal 72 dan Pasal 63 ayat
(1) huruf o dalam UU
32/2009 : Pembinaan dan
Penanggung Jawab
Usaha dan/atau
Kegiatan
Pengawasan Penaatan Perizinan
Lingkungan
Penguatan Demokrasi
Lingkungan :
•
•
•
Pasal 63 ayat (1)
huruf e UU 32/2009:
Pemerintah bertugas dan
berwenang untuk
menetapkan dan
melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKLUPL
akss informasi;
akses partisipasi;
penguatan hak-hak masyarakat
dalam PPLH.
(Penjelasan Umum
UU 32/2009 angka 8)
Pasal 68 UU 32/2009 : Kewajiban
Memberikan informasi terkait
PPLH secara benar, akurat dan
tepat waktu;
Pasal 53 PP 27/2012
Kewajiban menyampaikan
laporan persyartan dan kewajiban
dalam izin lingkungan setiap 6
bulan sekali
Informasi PPLH
Peraturan MENLH tentang
Pelaporan Pelaksanaan
Izin Lingkungan
• Instansi
Pemerintah;
• Masyarakat/
Publik
Pasal 65 ayat (2) UU
32/2009 :
Hak mendapatkan akses
informasi dalam memenuhi
hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat
Pasal 2: Tujuan Peraturan MENLH tentang Pedoman
Pelaporan Pelaksanaan Izin Lingkungam
Pemrakarsa
Peraturan MENLH tentang
Pedoman Pelaporan
Pelaksanaan Izin
Lingkungam
Instansi LH &
PPLH
Pedoman mengenai tata cara
penyusunan dan penyampaian
laporan pelaksanaan persyaratan
dan kewajiban dalam izin
lingkungan (LAPORAN
PELAKSANAAN IZIN
LINGKUNGAN)
Pedoman untuk melakukan
evaluasi kualitas laporan
pelaksanaan izin lingkungan dan
substansi serta evaluasi status
ketaatan pemegang izin
lingkungan berdasarkan laporan
pelaksanaan izin lingkungan
Sistematika Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan (Kepmenlh 45/2005
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Identitas
Perusahaan/Pemegang Izin
Lingkungan
B. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
C. Deskripsi Kegiatan
D. Perkembangan Lingkungan
Sekitar
3 BAB III KESIMPULAN
•
•
Kesimpulan mengenai efektivitas
pengelolaan lingkungan hidup dan
kendala-kendala yang dihadapi;
Kesimpulan mengenai kesesuaian
hasil pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
dengan rencana pengelolaan dan
pemantauan dalam dokumen
RKL-RPL atau dalam Formulir
UKL-UPL
2
BAB II PELAKSANAAN DAN
EVALUASI
A. Pelaksanaan Persyaratan dan
Kewajiban yang tercantum dalam
Izin Lingkungan;
B. Evaluasi
1. Evaluasi Kecendrungan
2. Evaluasi Tingkat Kritis
3. Evaluasi Penaatan
Muatan Laporan Pelaksanaan Izin
Lingkungan (Revisi Kepmen 45/2005)
Bab I
PENDAHULUAN
Bab II
DESKRIPSI
KEGIATAN
Bab III
PELAKSANAAN
PENGELOLAAN
PEMANTAUAN
Bab IV
EVALUASI
Bab V
KESIMPULAN
Identitas Pemegang Izin Lingk
Identitas Izin Lingkungan
Nama kegiatan
Izin PPLH yg dimiliki
Pengelolaan yg telah dilakukan dan Hasilnya
Pemantauan yg telah dilakukan dan Hasilnya
(Lampirkan bukti foto, data pengamatan, hasil uji Lab, dll)
Evaluasi Kecenderungan
Evaluasi Tingkat Kritis
Evaluasi Penaatan
Kesesuaian/ketidak sesuaian antara KL dan PL dlm Dok. Lingk
Kesesuaian Jenis Dampak di Dok. Lingk. Terhadap Realita di lapangan
Dampak yang tidak tertulis dalam Dok. Lingk. (bila ada)
Keberhasilan pengelolaan dampak (+ dan - )
Ketidak berhasilan pengelolaan dampak (+ dan - )
dll

Bab VI
SARAN
REKOMENDASI
Periode Laporan
Tahap Kegiatan
Matriks RKL/UKL/….
Matriks RPL/UPL/….
Denah/Peta Lokasi


Usulan penambahan/pengurangan dampak yang
perlu dikelola
Usulan perubahan bentuk pengelolaan
Usulan perubahan bentuk pemantauan
Muatan Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan (Revisi Kepmen 45/2005)
I. PENDAHULUAN
1.1 Identitas Pemegang Izin Lingkungan
a. Nama lengkap :
b. Jabatan :
c. Alamat :
d. No. Telp dan Fax :
e. E Mail :
1.2 Izin Lingkungan yang dimiliki
a. Nomor :
b. Dikeluarkan oleh :
c. Tanggal :
1.3 Kegiatan yang memiliki Izin Lingkungan
a. Nama/Jenis kegiatan :
b. Alamat Lokasi Kegiatan :
c. No. Telp dan Fax:
d. E Mail :
1.4 Izin PPLH yang telah dimiliki:
a. Izin …….. No…….. Dikeluarkan oleh ………
b. Izin …….. No…….. Dikeluarkan oleh ………
c. Izin …….. No…….. Dikeluarkan oleh ………
d. dst
II DESKRIPSI KEGIATAN
2.1 Periode Laporan: Semester I/II*) Tahun
……..
2.2 Tahap Kegiatan:
PraKonstruksi/Konstruksi/Operasi/Pasca
Operasi *)
2.3 Matriks RKL/UKL yang telah disetujui
Tuliskan Matriks sesuai dengan Tahap
kegiatan yang dilaporkan
2.4 Matriks RPL/UPL yang telah disetujui
Tuliskan Matriks sesuai dengan Tahap
kegiatan yang dilaporkan
2.5 Denah/Peta Lokasi Kegiatan yang
Dilaporkan
a. Tuliskan koordinat lokasi setiap
sudut lokasi
b. Sebutkan kegiatan di sekitar lokasi
(Sebelah utara, timur laut, timur,
tenggara, selatan, barat daya,
barat dan barat laut)
Muatan Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan (Revisi Kepmen 45/2005)
III. PELAKSANAAN PENGELOLAAN dan PEMANTAUAN
3.1 Pengelolaan yang telah dilakukan
a. Tuliskan (dalam bentuk matriks)
Pengelolaan yang telah dilakukan,
memenuhi RKL/UKL yang telah disetujui
b. Tuliskan (dalam bentuk matriks)
Pengelolaan lainnya yang dilakukan
namun tidak tertulis dalam RKL/UKL
3.2 Pemantauan yang telah dilakukan
a. Tuliskan (dalam bentuk matriks)
Pemantauan yang telah dilakukan,
memenuhi RPL/UPL yang telah disetujui
b. Tuliskan (dalam bentuk matriks)
Pemantauan lainnya yang dilakukan
namun tidak tertulis dalam RPL/UPL
3.3 Pengelolaan dan Pemantauan terkait Izin
PPLH ?
(Izin PPLH dikeluarkan setelah Izin Lingk !!)
Hasil pengelolaan dan pemantauan lengkapi
dengan foto/diagram/bukti lainnya
Hasil analisis laboratorium agar dilampirkan
IV. EVALUASI
4.1 Evaluasi Kecenderungan
- Perlu data time series (minimal
3 data setiap 6 bulan)
- Kalau dalam RPL/UPL
menetapkan Pemantauan 1X
per tahun ?
4.2 Evaluasi Tingkat Kritis
PERLU PEDOMAN YG JELAS !
Satu parameter > Baku mutu,
adalah Pencemaran
4.3 Evaluasi Penaatan
Perlu terkait dengan Izin
Lingkungan
Perlu terkait dengan Izin PPLH
Tata Cara Penyampaian Laporan Pelaksanaan Izin Terhadap Persyaratan dan
Kewajiban dalam Izin Lingkungan (Revisi Kepmen 45/2005)
Pemegang Izin
Lingkungan & Izin
PPLH
8
1
PPLH atau
PPLHD
melakukan
evaluasi Laporan
Implementasi
Persyaratan &
Kewajiban dalam Izin
Lingkungan & Izin
PPLH serta
Continuous
Improvement
2
Laporan Pelaksanaan
Terhadap Persyaratan
dan Kewajiban dalam
Izin Lingkungan:
• Hardcopy;
• Softcopy
• File elektronik i.e.
Sistem Informasi
Amdal, UKL-UPL & Izin
Lingkungan;
• Website
5
Menugaskan
4
Frekuensi
• 6 (enam)
bulan sekali
3
Memiliki
Aksesi
Menteri,
gubernur, atau
bupati/walikota
Masyarakat atau
Publik
6
Laporan Hasil
Evaluasi
Tanggapan
7
Memiliki
Aksesi
Pengawasan Lingkungan Hidup
a
Pengawasan
Menteri
Gubernur
Bupati/Walikota
(sesuai kewenangannya)
PENANGGUNG JAWAB
USAHA dan/atau KEGIATAN
PPLH Berwenang:
• melakukan pemantauan;
• meminta keterangan;
• membuat salinan dari dokumen
dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
• memasuki tempat tertentu;
• memotret;
• membuat rekaman audio visual;
• mengambil sampel;
• memeriksa peralatan;
• memeriksa instalasi dan/atau
alat transportasi; dan/atau
• menghentikan pelanggaran
tertentu.
(Psl 74)
Implementasi
Izin Lingkungan & Izin PPLH serta
b
dapat mendelegasikan
kewenangannya dalam
melakukan pengawasan
kepada pejabat/instansi
teknis yang bertanggung
jawab di bidang
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup
Tingkat
Ketaatan
Continuous Improvement
Menetapkan
c Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup
• PUU Bid. PPLH
• Izin
Lingkungan
Sumber: Pasal 71 dan Pasal 72 UU No. 32 Tahun 2009
PENGAWASAN LAPIS KEDUA
(second line inspection)
PENANGGUNG JAWAB USAHA dan/atau KEGIATAN
Izin LH
diterbitkan
PEMDA
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh
pemerintah daerah jika Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran
yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan LH
Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup Pengawasan Penaatan LH
Keputusan MENLH No. 56 Tahun 2002
Memantau
Data dan
informasi
secara umum
berupa faktafakta 
kinerja atau
status
ketaatan
Mengevaluasi
Menetapkan Status
Ketaatan
Penanggungjawab
Usaha dan atau
Kegiatan
Ruang Lingkup Pengawasan
• Aspek PUU PPLH
• Aspek Perizinan
• Aspek Kesiagaan dan Tanggap
Darurat,
1. Kewajiban yang tercantum
dalam PUU PPLH.
2. Kewajiban untuk melakukan
pengelolaan lingkungan dan
pemantauan lingkungan
sebagaimana tercantum
dalam dokumen AMDAL atau
UKL-UPL atau persyaratan
lingkungan yang tercantum
dalam izin yang terkait
Penegakan Hukum terhadap Izin Lingkungan
Penegakan hukum, Tantangan
yang harus dijawab untuk
meningkatkan efektivitas izin
lingkungan
Pasal 98-100 UU 32/2009:
Pelanggaran Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML) dan Kriteria
Baku Kerusakan Lingkungan Hidup (KBKL)  Penjara dan
Denda
Pasal 111 UU 32/2009
(1) Pejabat yang
menerbitkan izin
lingkungan tanpa
Amdal atau UKLUPL: penjara dan
denda;
(2) Pejabat yang
menerbitkan izin
usaha dan/atau
kegiatan tanpa izin
lingkungan: Penjara
dan Denda
Pasa 109 UU 32/2009: usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan:
Penjara dan denda
Pasal 71 PP 27/2012:
Sanksi Admnistrasi kepada pemegang izin
lingkungan yang melanggar ketentuan pasal 53 PP
27/2012: tidak melaksanaan izin lingkungan dan
tidak melaporkan pelaksanaan izin lingkungan
Sanksi Administratif
Pasal 53: Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan: (a) menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan, (b) membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan (c) Menyediakan dana
penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai ketentuan PUU. Laporan disampaikan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan
1
Pemegang izin yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif
yang meliputi:
• teguran tertulis;
• paksaan pemerintah;
• pembekuan izin lingkungan; atau
• pencabutan izin lingkungan
2
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) di terapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Sumber: Pasal 71 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Integrasi PP 27/2012
27/2012 dalam PROPER
Penanggung Jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Wajib Amdal atau UKL-UPL (PROPONEN)
• Melaksanakan Persyaratan dan Kewajiban dalam
Izin Lingkungan & Izin PPLH
• Membuat dan menyampaikan laporan
pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban
dalam izin Lingkungan
(Pasal 53 PP 27 Tahun 2012)
Amdal/
UKL-UPL
Izin
Lingkungan
Kriteria
Pelaksanaan
Izin Lingkungan
Pelaksanaan
Izin
Lingkungan
•
•
•
•
Kriteria Pengendalian Pencemaran Lingkungan;
Kriteria Pengelolaan LB3
Kriteria Pengendalian Kerusakan Lingkungan;
Kriteria Beyond Compliiance
Kinerja
PROPENEN
dalam
PPLH
Kriteria PROPER & Ketentuan
Ketentuan--Ketentuan dalam PP 27/2012
Kriteria PROPER BIRU, MERAH dan HITAM terkait
Pelaksanaan AMDAL atau UKL
UKL--UPL
PROPONEN
Memiliki Amdal/UKL-UPL
dan Izin Lingkungan serta
Izin PPLH
Pelaksanaan Izin
Lingkungan & Izin PPLH
= tidak
memiliki izin
lingkungan
PENAATAN terhadap
Ketentuan Pasal 53 PP
No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan
PELANGGARAN terhadap
Ketentuan Pasal 53 PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, dikenakan sanksi
Administrasi Pasal 71 PP No.
27/2012
Pelanggaran
terhadap
Pasal 109 UU
No. 32/2009
• Melaksanakan
Persyaratan dan
Kewajiban dalam
Izin Lingkungan &
Izin PPLH
• Membuat dan
menyampaikan
laporan pelaksanaan
terhadap
persyaratan dan
kewajiban dalam izin
Lingkungan
PP 27/2012
6 Penegakan Hukum Lingkungan
SANKSI
PIDANA
PENYELESAIAN
SENGKETA LH
DI LUAR
PENGADILAN
UU
PPLH
SANKSI
ADMINISTRASI
PENYELESAIAN
SENGKETA LH
DI PENGADILAN
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
DALAM
UU PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
ADMINISTRASI
(Pasal 76 sd 83)
PIDANA
(pasal 93 sd 120)
FUNGSI
FUNGSI
Pencegahan dan
penanggulangan
Efek Jera dan
Efek Derita
PERDATA
(pasal 83 sd 93)
FUNGSI
Ganti Rugi dan
Pemulihan
Lingkungan
Ketentuan Pidana terkait Pelanggaran Baku Mutu Lingkungan dan
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Jenis
Pelanggaran
Sengaja
Lalai
1
BM Udara Ambien
Pidana
Akibat
Minimu
m
Denda (rupiah)
Maksimum Minimum
Maksimu
m
> BM/KBK
3 tahun
10 tahun
3 millir
10 miliar
Orang Luka
4 tahun
12 tahun
4 miliar
12 miliar
Orang Mati
5 tahun
15 tahun
5 miliar
15 miliar
> BM/KBK
1 tahun
3 tahun
1 miliar
3 miliar
Orang Luka
2 tahun
6 tahun
2 miliar
6 miliar
Orang Mati
3 tahun
9 tahun
3 miliar
9 miliar
2
BM Air
4
3
BM Air Laut
KBK Lingkungan
Ketentuan Pidana (3)
Melanggar baku mutu  pidana maks 3 tahun dan denda
maks 3 miliar rupiah
PENANGGUNG JAWAB USAHA
dan/atau KEGIATAN
3
Melanggar
Baku Mutu
Gangguan
2
1
Melanggar Baku Mutu
Emisi
Melanggar Baku
Mutu Air Limbah
Tindak pidana dijatuhkan bila:
* Sanksi administrasi tidak dilaksanakan, atau
* Perbuatan dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
Ketentuan Pidana terkait dengan LB3 dan B3
Pelanggaran
Pidana
Denda (rupiah)
Minimum
Maksimum
Minimum
Maksimum
Mengelola limbah B3
tanpa izin
1 tahun
3 tahun
1 miliar
3 miliar
Tidak mengelola limbah
B3 yang dihasilkannya
1 tahun
3 tahun
1 miliar
3 miliar
-
3 tahun
-
3 miliar
Memasukkan limbah
4 tahun
12 tahun
4 miliar
12 miliar
Memasukkan limbah B3
5 tahun
15 tahun
5 miliar
15 miliar
Memasukkan B3
5 tahun
15 tahun
5 miliar
15 miliar
Dumping
Contoh Limbah B3 impor yg mengandung Polychlorinated
Biphenyl (PCBs). Dokumen Impor skrap logam
Ketentuan Pidana terkait
dengan Pembakaran
Hutan dan/atau Lahan
Pelanggaran
Membakar lahan
Pidana
Denda (rupiah)
Minimum
Maksimum
Minimum
Maksimum
3 tahun
10 tahun
3 miliar
10 miliar
Ketentuan Pidana terkait dengan Izin Lingkungan
dan Dokumen Lingkungan
Pelanggaran
Pidana
Denda (rupiah)
Minimum
Maksimum
Minimum
Maksimum
1 tahun
3 tahun
1 miliar
3 miliar
Menyusun AMDAL
tanpa memiliki sertifikat
kompetensi penyusun
AMDAL
-
3 tahun
-
3 miliar
Menerbitkan izin
lingkungan tanpa
dilengkapi AMDAL atau
UKL--UPL
UKL
-
3 tahun
-
3 miliar
Menerbitkan izin usaha
tanpa dilengkapi izin
lingkungan
-
3 tahun
-
3 miliar
Melakukan usaha
dan/atau kegiatan
tanpa izin lingkungan
Ketentuan Pidana terkait dengan Pengawasan dan
Penegakan Hukum Lingkungan
Pelanggaran
Pidana
Denda (rupiah)
Minimum
Maksimum
Minimum
Maksimum
Tidak melakukan
pengawasan
-
1 tahun
-
500 juta
Memberikan informasi
palsu
-
1 tahun
-
1 miliar
Tidak melaksanakan
perintah paksaan
pemerintah
-
1 tahun
-
1 miliar
Menghalang-halangi
Menghalangpejabat pengawas
dan/atau PPNS
-
1 tahun
-
500 juta
5
PUU Sektor yang Terkait dengan
Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Amdal dan Izin Lingkungan serta Izin Usaha dan/atau Kegiatan
• Proses Penilaian Amdal oleh KPA;
• Proses Pemeriksaan UKL-UPL
oleh Instansi LH
Diterbitkan oleh
MENLH, Gubernur,
atau
Bupati/Walikota
Diterbitkan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/Walikota
Pengawasan
Lingkungan Hidup &
Penegakan Hukum
Lingkungan
Dilakukan oleh
MENLH,
Gubernur, atau
Bupati/ Walikota
Izin PPLH
Pemrakarsa
Rencana Usaha
dan/atau
Kegiatan
•
Proses
Amdal atau
UKL-UPL
Proses Penyusunan Amdal atau UKL-UPL
oleh Pemrakarsa
Izin
Lingkungan
Izin Usaha
dan/atau
Kegiatan
Diterbitkan oleh Menteri terkait,
Gubernur, atau Bupati/Walikota
• Secara legal, sesuai PUU PSDA dan PPLH izin usaha
dan/atau kegiatan tidak dapat diterbitkan tanpa adanya
izin lingkungan. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
Lingkungan merupakan salah satu persyaratan Izin
Usaha dan/atau Kegiatan
• Izin Lingkungan merupakan hasil dari Proses Amdal atau
UKL-UPL (Sistem KDL) yang disusun oleh Pemrakarsa dan
dinilai oleh KPA atau diperiksa oleh Instansi LH;
•
Pelaksanaan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Pelaksanaan Izin
Lingkungan & Izin
PPLH
Penaatan terhadap
BML & KBKL
Penurunan Beban
Pencemaran dan Laju
Kerusakan LH
AMDAL & PERIZINAN
… Hasil studi Amdal sebagai
persyaratan dalam penerbitan izin
lokasi ………
Amanat Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Usaha Migas
dalam UU 22 Tahun 2001 dan PP 35 Tahun 2004
Pasal 40 ayat (2) dan ayat (3):
Pengelolaan LH: Badan usaha atau bentuk usaha tetap
menjamin.....pengelolaan lingkungan hidup dan
mentaati ketentuan PUU dalam kegiatan usaha MIGAS :
• Pencegahan
• Penanggulangan
• Pemulihan
Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
termasuk kewajiban paska operasi
Kegiatan Hulu MIGAS
•
•
Eksplorasi
Eksploitasi
Pasal 2: Salatu satu asasnya:
Berwasasan lingkungan
Pasal 3 huruf f ; Salah satu
Tujuannya: ....tetap menjaga
kelestrian lingkungan hidup
Pasal 11 ayat 3 huruf k: Salah
satu muatan Kontrak Kerja Sama
(KKS/PSC): ketentuan
pengelolaan lingkungan hidup
Pasal 41 ayat (1) dan Pasal 42 huruf g: Salatu satu
pengawasan kegitan migas terkait dengan penaatan
ketentuan PUU adalah aspek pengelolaan lingkungan
hidup
PP 35/2004 Kegiatan Usaha Hulu MIGAS:
•
•
•
•
Pasal 26 huruf k: muatan KKS  Pengelolaan LH;
Pasal 39 ayat (2) dan ayat 4 huruf a: salah satu kaidah keteknikan yang
baik  Pengelolaan LH;
Pasal 72 dan pasal 73: Pengelolaan LH sesuai dengan ketentuan PUU;
Pasal 87 huruf m dan Pasal 88 huruf e: Pembinaaan dan Pengawasan
terkait dengan pengelolaan LH
Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Migas
dalam UU No. 22 Tahun 2001 Migas
1 Survei Umum
Pengumpulan, analisis, dan penyajian data yang berhubungan dengan
informasi kondisi geologi untuk memperkirakan letak dan potensi
sumber daya Minyak dan Gas Bumi di luar Wilayah Kerja
2 Kegiatan Usaha Hulu Eksplorasi
Kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak
dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan;
3 Kegiatan Usaha Hulu Eksploitasi
Rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas
Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran
dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan,
penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang
mendukungnya
Sumber: Pasal 1 dan Pasal 5 UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas
keterkaitan Tahapan Kegiatan MIGAS & Perizinan
Lingkungan Secara Umum
Proses Amdal atau
UKL-UPL
Proses UKL-UPL
Izin
PPLH
b
Izin
PPLH
d
Izin
Lingkungan
Izin Lingkungan
a
c
Pengawasan
Lingkungan Hidup dan
Penegakan Hukum
Produksi &
Paska Operasi
Kegiatan
Eksplorasi
PSC
e
Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan
Penaatan terhadap Izin Lingkungan
Keterkaitan Perizinan Lingkungan dengan Usaha Kegiatan Hulu MIGAS
-Technical
-Environment
due diligence
-Commercial
-Political
-dsb…
Production
Sharing
Contract (PSC)
atau kontrak bagi
hasil
PSC
-Izin Survey
(Kehutanan)
-Izin Safety
-Security clearance
Pengembangan
Izin Waste
mud
Exploration
Seismic
Exploration
Drilling
AFE Approval
BP Migas
AFE Approval
BP Migas
Rencana
Pengembangan
-Izin pembuangan
limbah
-Izin penyimpanan B3
-Izin incenerator
-Izin marine facility
(offshore)
Project Execution
/ Konstruksi
-EPC Contracting
Optimization
(revisions)
- Mercury form well,
flaring 
waste,emissions
unpredicted
Eksplorasi
Proses
UKL-UPL
Izin
PPLH
POD
Preparation
Justification
(tech.,env.,ec. – FS
menentukan apa
yg akan
dikembangkan
Front End
Design
(banyak opsi)
Catatan:
Survey Umum tidak
memerlukan dokumen LH
dan Izin Lingkungan
Operasi
-Well
tambahan
-Side track
Produksi
Izin
Lingkungan
Environmental Baseline Study
BP Migas untuk keseluruhan
blok (6 bln) Peraturan Baru
(draft)
-Izin pembuangan
limbah
-Izin penyimpanan B3
-Izin incenerator
-Izin marine facility
(offshore)
IDEAL AMDAL
(Nature of Activity
sudah tahu)
-Decommissioning
-Rehabilitation
-Abandonment
Paska
Opreasi
Revisi
POD
POD
Approval
(di BP Migas)
Izin
Lingkungan
Detailed
Designed
Pasca
Operasi
Izin
PPLH
Proses Amdal
atau UKL-UPL
Mencakup tahapan produksi &
paska operasi
Jenis Perizinan Lingkungan untuk MIGAS:
1. Eksplorasi: Izin Lingkungan proses UKL-UPL dan Izin
PPLH
2. Produksi dan Paska Operasi: Izin Lingkungan
melalui proses Amdal atau UKL-UPL dan Izin PPLH
Izin Lingkungan dan Izin Usaha Tenaga Listrik
Izin Usaha untuk Penyedian Tenaga Listrik
UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
PP 14 Tahun 2012
tentang Kegiatan Usaha
Penyedian Tenaga Listrik
Pasal 13 ayat (1) dan ayat (7)
Izin usaha penyediaan tenaga listrik
(Pasal 19 a)
Izin operasi
(Pasal 19b)
Pasal 42: Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan
wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam PUU di bidang lingkungan hidup.
• Persyaratan administratif,
teknis, dan lingkungan.
• Persyaratan lingkungan berlaku
ketentuan PUU di bidang PPLH.
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (4) PP
14/2012:
• Persyaratan administratif,
teknis, dan lingkungan.;
• Persyaratan lingkungan berlaku
ketentuan PUU di bidang PPLH
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi
Persyaratan IUP Eksplorasi:
a. administratif;
b. teknis;
Kegiatan IUP
Eksplorasi
kondisi geologi Penyelidikan
regional
Umum
& indikasi
adanya
mineralisasi
informasi secara
terperinci dan teliti
c. lingkungan; dan
d. finansial.
IUP Eksplorasi terdiri atas:
a. mineral logam;
b. batubara;
c. mineral bukan logam; dan/atau
d. batuan.
Clear & Clean
(C&C) + Green
Pernyataan
untuk
mematuhi
ketentuan
PUU di
bidang
PPLH.
Eksplorasi
Kelayakan ekonomis dan teknis
usaha pertambangan, termasuk
kelayakan lingkungan serta
perencanaan pascatambang
Studi
Kelayakan
(FS)
Sumber: Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2009 dan Pasal 22 Ayat (2), Pasal 23, Pasal 26,
Pasal 29 Ayat (2)PP No. 23/2010)
Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Operasi Produksi
IUP Operasi Produksi adalah izin
usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk
melakukan tahapan kegiatan
operasi produksi
Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan yang meliputi
• konstruksi,
• penambangan,
• pengolahan, pemurnian, termasuk
pengangkutan dan
• penjualan, serta
• sarana pengendalian dampak lingkungan
sesuai dengan hasil studi kelayakan.
Sumber: Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2009
Persyaratan IUP Operasi Produksi
a. administratif;
b. teknis;
c. lingkungan;
dan
d. finansial.
Clear & Clean
(C&C) + Green
1. pernyataan kesanggupan
untuk mematuhi ketentuan
PUU di bidang PPLH; dan
2. persetujuan dokumen
lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan PUU
(Pasal 26 PP No. 23/2010)
Kegiatan Pertambangan & Pembangunan Berkelanjutan
• Eksplorasi
Dalam rangka mendukung
pembangunan nasional yang
berkesinambungan, tujuan
pengelolaan mineral dan
batubara menjamin manfaat
pertambangan mineral dan
batubara
secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup
Sumber: Pasal 3 UU No. 4 Tahun 2009
tentang Minerba
Sustainable Forest
Management
Good Mining
Practice
Sumber: Dimodifikasi dari Dirjen Minerba, 2011. Bahan RDP dengan Komisi VII DPR RI(21 Desember 2011)
Sustainable Land Use
Management
TATA LAKSANA RENCANA REKLAMASI
Pasal 2 Ayat (1) PP 78/2010: Pemegang IUP Eksplorasi
dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi
IUP EKSPLORASI
Penyelidikan
Umum
Pengajuan
Rencana Reklamasi
Tahap Eksplorasi
Eksplorasi
FS
IUP OPERASI PRODUKSI
Pengajuan Bersamaan
dgn Pengajuan IUP
Operasi Produksi
Rencana Reklamasi Tahap
Operasi Produksi
Pasal 5 PP 78/2010: Disusun berdasarkan
DOKUMEN LH Yang telah disetujui
Rencana reklamasi paling sedikit memuat:
1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah
ditambang
2. Rencana bukaan lahan
3. Program
Reklamasi
terhadap
lahan
terganggu
4. Kriteria Keberhasilan
5. Rencara biaya
Sumber: dimodifikasi dari Dirjen Minerba, 2011. Bahan RDP dengan Komisi VII DPR RI(21 Desember 2011)
Reklamasi oleh Pemegang IUP(K) Ekplorasi
•
•
Lahan yang tidak digunakan
padatahap operasi
produksi.
•
lubang pengeboran, sumur
uji, parit uji, dan/atau
sarana penunjang
•
Lahan terganggu pada kegiatan
eksplorasi
Reklamasi
Pemegang IUP
Eksplorasi dan IUPK
Eksplorasi
•
Wajib memenuhi prinsip:
•
•
a. Perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup
pertambangan; dan
•
b. keselamatan dan
kesehatan kerja
•
Kualitas air permukaan, air
tanah, air laut, dan tanah
serta udara berdasarkan
BML dan KBKL
Perlindungan dan pemulihan
keanekaragaman hayati;
Penjaminan terhadap
stabilitas dan keamanan
timbunan batuan penutup,
kolam tailing, lahan bekas
tambang, dan
struktur buatan lainnya;
pemanfaatan lahan bekas
tambang sesuai dengan
peruntukannya;
memperhatikan nilai-nilai
sosial dan budaya setempat;
dan
perlindungan terhadap
kuantitas air tanah
Sumber: Pasal 2 Ayat (1) and ayat (3), Pasal 3 dan Pasal 19 PP 78/2010)
TATA LAKSANA RENCANA PASCATAMBANG
IUP EKSPLORASI
Penyelidikan
Umum
Eksplorasi
FS
Pengajuan Bersamaan dgn
Pengajuan IUP OP
IUP OPERASI PRODUKSI
Rencana pascatambang memuat:
1. Profil wilayah
2. Deskripsi kegiatan pertambangan
3. Rona Lingkungan akhir
4. Program pascatambang
5. Kriteria keberhasilan
6. Rencana biaya
Disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL Yang telah
disetujui
Sumber: dimodifikasi dari Dirjen Minerba, 2011. Bahan RDP dengan Komisi VII DPR RI(21 Desember 2011)
Reklamasi & Pasca Tambang oleh Pemegang
IUP(K) Operasi Produksi
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang (Pasal 2
ayat (2) PP 78/2010)
Reklamasi dan pascatambang dilakukan terhadap lahan
terganggu pada kegiatan pertambangan dengan sistem
dan metode:
a. penambangan terbuka; dan
b. penambangan bawah tanah
(Pasal 2 ayat (4) PP 78/2010)
Pelaksanaan reklamasi dan pascatambang oleh pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib
memenuhi prinsip:
a. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan;
b. keselamatan dan kesehatan kerja; dan
c. konservasi mineral dan batubara
Pasal 3 ayat 2 PP 78/2010
•
•
•
•
•
•
•
Kualitas air permukaan, air
tanah, air laut, dan tanah
serta udara berdasarkan
BML dan KBKL
Perlindungan dan pemulihan
keanekaragaman hayati;
Penjaminan terhadap
stabilitas dan keamanan
timbunan batuan penutup,
kolam tailing, lahan bekas
tambang, dan
struktur buatan lainnya;
pemanfaatan lahan bekas
tambang sesuai dengan
peruntukannya;
memperhatikan nilai-nilai
sosial dan budaya setempat;
dan
perlindungan terhadap
kuantitas air tanah
Pasal 4 ayat (1) PP 78/2010
Dampaknya Lingkungan Hidup dari Produksi Tembaga dan Kewajiban Pemegang IUP
Pemegang IUP dan
IUPK wajib menjamin
penerapan standar dan
baku mutu lingkungan
sesuai dengan
karakteristik suatu
daerah (Pasal 97 UU
4/2009);
Pemegang IUP dan IUPK wajib
menjaga kelestarian fungsi dan daya
dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuaidengan
ketentuan peraturan perundangundangan (Pasal 98 UU 4/2009)
Pemegang IUP dan IUPK wajib:
a. menerapkan kaidah teknik
pertambangan yang baik
b. mematuhi batas toleransi daya
dukung lingkungan
Pasal 95 UU 4/2009
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib
melaksanakan:
•
pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pascatambang;
•
upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
•
pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat,
cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan
Pasal 96 UU 4/2009
Pasal 25 UU No 18/2004 tentang
Perkebunan: Pelestarian Lingkungan
Hidup
1. Wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup &
mencegah kerusakannya;
2. Sebelum memperoleh izin usaha perkebunan (a) wajib,
membuat AMDAL, (b) analisis dan manajemen risiko (hasil
rekayasa Genetik), (c) pernyataan kesanggupan untuk
menyediakan sarana, prasarana, dan system tanggap
darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan
3. wajib menerapkan AMDAL dan melaksanakan UKL/UPL
dan/atau analisis dan manajemen risiko lingkungan hidup
4. Tidak ada AMDAL atau UKL-UPL, Permohonan Izin ditolak
5. tidak menerapkan AMDAL atau RKL/RPL, izin usahanya,
dicabut
Izin Usaha Perikanan (IUP) Pembudidayaan Ikan
Pasal 26 UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan: Setiap orang yang melakukan usaha
perikanan (kecuali nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil) pembudidayaan dan
pengolahan ikan wajib memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
Izin Usaha Perikanan (IUP)
Pembudidayaan Ikan
salah satu persyaratan
adalah AMDAL sesuai
dengan ketentuan PUU
Sumber: Pasal 2, Pasal 4 ayat (1), Pasal 5-Pasal 19 serta pasal 45 Keputusan Menteri KKP No.
2/MEN/2004 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan
Amdal,, Izin Lingkungan dan IMB
Amdal
• Persyaratan pengendalian dampak lingkungan menjadi salah satu persyaratan
tata bagunan sesuai dengan ketentuan pasal 16 PP 36/2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung..
• Setiap bangunan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting
harus didahului dengan menyertakan AMDAL (Pasal 26 PP 36/2005). terkait
dengan hal tersebut, Pasal 14 ayat (1) dan (2) serta Pasal 15, PP No. 36 Tahun
2005 secara tegas menyatakan bahwa setiap orang yang akan mendirikan
bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).
• IMB tersebut diterbitkan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan
gedung fungsi khusus oleh Pemerinatah.
• Salah satu persyaratan atau kelengkapan yang dibutuhkan untuk pengajuan
permohonan IMB gedung adalah AMDAL
RTRW/RDTR
PP No 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah
1. Pasal 8 dan Pasal 13: Penggunaan dan pemanfaatan
tanah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah serta
harus memelihara tanah dan mencegah kerusakan
tanah;
2. Pasal 14: Dalam penggunaan dan pemanfaatan
tanah, pemegang hak atas tanah wajib mengikuti
persyaratan yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan (seperti: persyaratan AMDAL –
penjelasan pasal 14)
PP 18 Tahun 2010: Usaha Budidaya Tanaman
Pasal 8 ayat (1): Penetapan luas maksimum lahan untuk setiap
jenis usaha budidaya tanaman didasarkan pada ketersediaan,
kesesuaian dan kemampuan lahan maupun pelestarian fungsi
lingkungan hidup khususnya konservasi tanah
Pasal 11 ayat (1) huruf (j): Untuk mendapatkan izin usaha....
pemohon harus memenuhi persyaratan......j. hasil analisis
mengenai dampak lingkungan atau upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup
PP 16/2004: Pemanfaatan Ruang di Atas dan Dibawah Tanah serta Amdal
Contoh pemanfaatan ruang di
atas tanah, Saluran Udara
Tegangan Tinggi atau Ekstra
Tinggi (SUTT/SUTET),
Pasal 19 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) PP 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah: pemanfaatan ruang di atas dan di bawah tanah yang tidak terkait dengan
penguasaan tanah dapat dilaksanakan apabila:
a. tidak mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah yang bersangkutan 
ditunjukkan oleh hasil studi AMDAL;.
b. Kegiatan yang mengganggu pemanfaatan tanah harus mendapat persetujuan
pemegang hak atas tanah: pemegang hak atas tanah tidak keberatan terhadap
pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah karena pemegang hak atas
tanah mempunyai kepentingan terhadap pemanfaatan ruang tersebut;
c. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dokumen LH dan Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
Salah satu
persyaratan
teknis
permohonan izin
pinjam pakai
kawasan hutan
Salah satu
persyaratan
administratif
permohonan izin
pinjam pakai
kawasan hutan
Amdal atau UKL-UPL
dan Izin Lingkungan
IUP Explorasi
atau IUP
Exploitasi
MIGAS
Izin Pinjam
Pakai Kawasan
Hutan
Sumber: Pasal 13 dan 14 Peraturan
MENHUT No. 18 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
Izin Reklamasi
1. Pasal 15: Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan
melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan
reklamasi;
2. Pasal 18: Permohonan izin pelaksanaan reklamasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 wajib dilengkapi dengan:
a. izin lokasi;
b. rencana induk reklamasi;
c. izin lingkungan;
d. dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi finansial;
e. dokumen rancangan detail reklamasi;
f. metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan reklamasi; dan
g. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan
3. Pasal 19: Izin pelaksanaan reklamasi berlaku untuk jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 5 (lima) tahun dengan
mempertimbangkan metode dan jadwal reklamasi;
4. Pasal 20: Izin pelaksanaan reklamasi dapat dicabut apabila:
a. tidak sesuai dengan perencanaan reklamasi; dan/atau
b. izin lingkungan dicabut
Sumber: Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir
dan Pulai-Pulau Kecil
Amdal dalam Tahapan Pelaksanaan Proyek KPS
Pasal 4 ayat( 3):
Kajian Pendukung
Proses
Penapisan Wajib
Amdal atau UKLUPL, dan
Penyusunan KA
Pengadaan
Konsultan Amdal
Penyusunan
Dokumen AMDAL
IEE
KA
ANDAL
SKKLH & Izin
Lingkungan
sudah
diterbitkan
RKL-RPL
Dilampiri
dengan
Dokumen
AMDAL.
Pada tahap ini
sdh diperoleh
SKKLH dan Izin
Lingkungan
Pelaksanaan RKL-RPL/
Izin Lingkungan pada
tahap:
• Pra-kontruksi,
• Konstruksi dan
• operasi komersial
IEE = Initial Environmental Examination
Sumber: Peraturan Menteri Negara Perecanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No. 03 Tahun 2012 tentang Panduan
Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyedian Infrastuktur
IEE dan AMDAL dalam Proyek KPS
Sumber: Peraturan Menteri Negara Perecanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS No. 03 Tahun 2012 tentang Panduan
Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyedian Infrastuktur
Amdal, UKL-UPL, Izin Lingkungan dan Rencana Pengadaan Tanah
Amdal atau UKL-UPL dan Izin Lingkungan merupan salah satu dasar
penyusunan Dokumen Rencana Pengadaan Tanah (Tahap Perencanaan)
dokumen
perencanaan
Pengadaan
Tanah disusun
berdasarkan
studi kelayakan
Sumber: Pasal 6 aayat (1)
dan ayat (4) Perpres 71/2012
Perencanaan
Persiapan
Amdal atau
UKL-UPL
& Izin
Lingkungan
1
Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Pembangunan
Infrastruktur MIGAS
Pasal 2 Perpres 71 Tahun 2012
2
Bagian dari Tahap Pra-Konstruksi
Pelaksanaan
3
PENTING DIPERHATIKAN!
Pengadaan Tanah hanya dapat dilakukan setelah
pelaksanaan studi Amdal atau UKL-UPL selesai
dilakukan (SKKL dan Izin Lingkungan atau Rekomendasi
UKL-UPL dan Izin Lingkungan telah diterbitkan)
4
Penyerahan Hasil
6
Konsep SEB MENLH & MENDAGRI
Pelaksanaan Pasal 121 UU
32/2009
www. dadu-online.com 
Infrastruktur PUU Sektor
Kebijakan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
• PP 29 Tahun 1986;
• Berlaku selama 13 Tahun
(1986-1993)
SEMDAL
Upaya
‘Pemutihan’
DPL
1986
• Keputusan MENLH No. 30 Tahun
1999 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Berlaku selama 3 Bulan
(12 Okt 199-31 Des 1999)
2001
DPPL
DELH/DPLH
Upaya
‘Penegakan
Hukum’
DELH/DPLH
• Peraturan MENLH No. 12 Tahun
2007
• Berlaku selama 2 Tahun
(2007-2009)
• Pasal 121 UU 32/2009
• Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010
• Berlaku selama 2 Tahun (2009-2011)
•
•
•
•
Pasal 121 UU 32/2009
Peraturan MENLH No. 14 Tahun 2010
SE MENLH 27 Desember 2013
Berlaku selama 2 Tahun (2013-2015)
Audit LH Wajib
sesuai dengan
Keputusan
MENLH No. 30
Tahun 2001
2012
(PP27/2012)
Undang-undang No. 32 tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 121
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini,dalam waktu paling
lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen amdal wajib menyelesaikan Audit Lingkungan Hidup.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling
lama 2 (dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKLUPL wajib membuat Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH).
Isi SE-MENLH B1413-4/MENLH/KP/12/2013
Tanggal 27 Desember 2013
1. Target SE
Usaha dan/atau Kegiatan yang sudah miliki izin usaha dan/atau kegiatan
sebalum UU 32/2009 (Kriterianya Sesuai dengan Peraturan MENLH No. 14
Tahun 2010)
2. Kebijakan
a. Bentuk Kebijakan: Penerapan Sanksi Administrasi berupa teguran
tertulis  Perintah membuat dokumen LH (BUKAN PEMUTIHAN);
b. Pelaksana kebijakan: MENLH, Gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya;
c. Waktu penerapan sanksi administrasi: 18 Bulan (27 Desember 2013-27
Juli 2015).
d. Waktu penyelesaian dan mendapat keputusan dokumen LH: 6 (enam)
bulan sejak sanksi teguran tertulis diterbitkan
3. Dokumen LH
a. DELH untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
b. DPLH untuk Usaha dam/atau Kegiatan Wajiab UKL-UPL
c. Tata cara penyusunan dan penilaiannya sesuai dengan Peraturan MENLH
No 14 Tahun 2010
4. DELH dan DPLH
serta Izin
Lingkungan
Keputusan Dokumen LH (DELH/DPLH) digunakan sebagai dasar penerbitan
izin lingkungan
5. Tindak lanjut
SE MENLH
Tidak menyelesaikan kewajiban membuat dan mendapat keputusan
DELH/DPLH sampai batas yang telah ditentukan (6 bulan setelah mendapat
sanksi administrasi)- Dikenakan pasal 109 UU 32/2009
SE-MENLH Pasal 121 UU 32/2009: Penegakan Hukum untuk Usaha dan/atau Kegiatan
sudah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan
SE-MENLH tentang
Pelaksanaan
Pasal 121 UU 32/2009
1.
2.
3.
4.
Usaha dan/atau
Kegiatan sudah
memiliki Izin Usaha
SEBELUM 3 Oktober
2009,
Sudah beroperasi
SEBELUM 3 Oktober
2009;
Lokasi usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan
rencana tata ruang,;
dan,
belum memiliki
dokumen lingkungan
Waktu/Time Line
Belum Memiliki
DELH atau DPLH
yang Telah
Disetujui
1.
2.
UU 32/2009
3 Okt 2009
SEMENLH
Tidak
Berlaku
• Sanksi Administrasi
Teguran Tertulis (Paling
Lambat 18 bulan setelah
SE)
• Penyusunan dan Penilaian
DELH/DPLH (6 Bulan) 
Izin Lingkungan
Usaha dan/atau Kegiatan sudah memiliki Izin
Usaha SETELAH 3 Oktober 2009, dan
belum memiliki dokumen lingkungan
3 Okt 2011
PP 27/2012
23 Feb 2012
Jika Tidak
Pasal 109
UU32/2009
Saat ini
Timeline Pelaksaan SESE-MENLH Pasal 121 UU No. 32 Tahun 2009
SE-MENLH Pasal
121 UU 32/2009
(mulai berlaku 27
Desember 2013)
27 Des
2013
Batas akhir
penerapan sanksi
Administrasi
(27 Juni 2015)
Penegakan Hukum
Administrasi LH:
Penerapan sanksi
administrasi
teguran tertulis
27 Juni
2015
Batas akhir penerbitan
persetujuan DELH/DPLH dan Izin
Lingkungan untuk penerapan
sanksi Administrasi
27 Juni 2015
27 Des
2015
Masa penyusunan, penilian/pemeriksaan DELH/DPLH dan
Penerbitan Izin Lingkungan
Keterangan: (PENTING)
• Jika penerapan sanksi administrasi dilakukan pada tanggal 1 Januari 2014, maka dalam masa 6 (enam)
bulan, DELH/DPLH sudah harus disusun dan dinilai/diperiksa serta diterbitkan persetujuannya dan izin
lingkungan (JIKA DISETUJUI), (1 Juli 2014).
• Untuk usaha dan/atau kegiatan pemerintah, masa penerapan sanksi administrasi disesuaikan dengan
penganggaran untuk penyusunan dan penilaian/pemeriksaan DELH dan DPLH
Tindak Lanjut Pelaksanaan SESE-MENLH tentang
Pelaksanaan Pasal 121 UU 32/2009 (Surat Deputi I)
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangangannya mendelegasikan kepada
Kepala Instansi LH untuk melakukan penerapan
sanksi Administratif teguran tertulis
Inventarisasi Usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan
kriteria SE-MENLH
Usaha dan/atau
kegiatan sesuai
kriteria SE-MENLH
Instansi Lingkungan Hidup Pusat,
Provinsi, atau kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya
Penyusunan
DELH/DPLH
Penilaian
DELH/DPLH
Penerbitan
keputusan
DELH/DPLH
dan Izin
Lingkungan
Penanggung Jawab Usaha
dan/atau kegiatan (Pemrakarsa)
1.
2.
3.
4.
Sekretaris
Jenderal,
Sekretaris
Kementerian,
Sekretaris Utama
LPNK,
Kepala SKPD
Membantu dalam
penyusunan
DELH/DPLH
Pembinaan
oleh Instansi Lingkungan
Hidup
Kriteria Penyusun DELH: Auditor
Lingkungan Hidup yang telah
memiliki sertifikat kompetensi
atau Sesuai dengan Kriteria
dalam Surat Deputi No.
096/Dep.I/LH/PDAL/01/2014
(butir angka 4)
Kriteria Penyusun DELH
Auditor Lingkungan Hidup yang telah memiliki sertifikasi
kompetensi Auditor LH
Atau
1) Telah memiliki sertifikat penyusun Amdal; dan
2) Pernah mengikuti kursus audit (audit LH, audit mutu, EMS,
K3/HSE dan/atau pengenalan audit)
Atau
1) Pendidikan minimal S1;
2) Pengalaman kerja terkait dengan pengelolaan LH minimal 3 tahun;
3) Pelatihan audit SML ISO 14000, diklat teknis pengelolaan lingkungan
hidup
4) Pengalaman audit lingkungan hidup SML minimal 3 kali atau
penyusun dokumen Amdal minimal 5 dokumen (dalam 5 tahun
terakhir);
Keputusan DELH dan DPLH serta Izin Lingkungan
Keputusan
DELH atau DPLH
1. Deputi I MENLH Bidang Tata
Lingkungan;
2. Kepala Instansi Lingkungan Provinsi;
atau
3. Kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/kota
Sesuai dengan kewenangannya
Menjadi
dasar
Keputusan Izin
Lingkungan
1. MENLH;
2. Gubernur; atau
3. Bupati/Walikota
Sesuai dengan kewenangannya, sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (PUU)
Terima kasih
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Deputi I Bidang Tata Lingkungan – Asdep Kajian Dampak Lingkungan
Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410
Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/
Download