bab i pendahuluan - Repository Maranatha

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan
atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Penyakit ini diawali dengan
panas disertai salah satu atau lebih gejala seperti sakit tenggorokan atau nyeri
telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Dalam Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013, ISPA termasuk ke dalam kelompok penyakit menular
melalui udara. Period prevalence ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
dan keluhan penduduk adalah 25 %. Empat provinsi dengan ISPA tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur.
Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur
1-4 tahun (25,8%). ISPA lebih banyak dialami pada kelompok penduduk sosial
ekonomi bawah dan menengah ke bawah. Setiap tahun terdapat sekitar 40 juta
orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan akibat faringitis. Kasus faringitis
pada anak-anak usia sekolah terdapat sekitar 15-30 % sedangkan kasus pada orang
dewasa terdapat sekitar 10 % (Acerra, 2010; Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013). Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan ISPA antara lain
adalah Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus
dan Haemophilus influenza (Widoyono, 2011; Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Staphylococcus aureus merupakan bakteri kokus Gram positif dari genus
Staphylococcus yang bersifat patogen dan invasif. Bakteri ini berbentuk sferis
dengan diameter 0,8 - 1 μm dapat tersusun berpasangan, bergerombol seperti
anggur dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Staphylococcus aureus
bersifat non motil dan tidak berspora. Bakteri ini mengandung polisakarida dan
1
Universitas Kristen Maranatha
protein yang bersfat antigen dan menghasilkan metabolit yang bersifat toksin
(Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran).
Streptococcus pyogenes yang merupakan bakteri Streptococcus β-hemolitikus
Grup A adalah bakteri kokus Gram positif yang mempunyai bentuk kokus agak
memanjang pada arah sumbu rantai dengan diameter 0,5-1 μm dan tersusun
seperti rantai yang khas. Bakteri ini bersifat non motil dan tidak membentuk spora.
Penyakit yang dapat terjadi karena infeksi lokal Streptococcus β-hemolitikus Grup
A salah satunya adalah ISPA. Pada anak-anak dan orang dewasa, ISPA dapat
berlangsung lebih akut dengan nasofaringitis dan tonsilitis yang hebat, selaput
lender hiperemis dan membengkak dengan eksudat yang purulen (Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran).
Resistensi merupakan kemampuan alami bakteri untuk tidak terpengaruh
(resisten) terhadap agen antimikrobial. Hampir semua bakteri mempunyai potensi
resisten. Resistensi bakteri dapat timbul secara alami (inheren), atau didapat.
Resistensi alami, atau inheren terjadi tanpa didahului paparan terhadap obat
antimikroba. Resistensi didapat disebabkan oleh pemajanan terhadap antimikroba.
Strain mutan dari organisme telah berkembang, sehingga menambah resistensi
terhadap antibiotik yang dulu pernah efektif. Resistensi bakteri terhadap suatu
antimikrobial dapat disebabkan karena beberapa hal di antaranya adalah akibat
dari produksi enzim yang dapat menginaktivasi obat (Nugroho, 2014; Kee, Hayes,
Anugerah, & Asih, 1996). Resistensi mikroorganisme patogen terhadap antibiotik
tertentu dapat mengurangi efektivitas pengobatan dengan antibiotik, maka
dilakukan pencarian sumber baru sebagai zat antimikroba yang berasal dari
tanaman herbal. Salah satu tanaman yang sedang dikembangkan untuk
pengobatan antimikroba adalah tanaman miana (Coleus atropurpureus Benth.).
Miana atau yang lebih dikenal jawer kotok dalam Bahasa Sunda merupakan
tanaman yang berasal dari Asia Tenggara. Tanaman ini dapat tumbuh liar pada
tempat-tempat yang lembap dan terbuka dan mampu tumbuh hingga tinggi 0,51,5 meter. Miana memiliki batang yang berbentuk persegi empat dan daun yang
berbentuk bulat telur, pangkal membulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung.
Corak, bentuk, dan warna miana beraneka ragam, tetapi yang berkhasiat sebagai
2
Universitas Kristen Maranatha
obat adalah daun yang berwarna merah kecoklatan. (Dalimartha, 2007)
Masyarakat Indonesia menggunakan tanaman ini sebagai jamu-jamuan untuk
mengobati berbagai penyakit, seperti asma, bronchitis, batuk, melancarkan siklus
menstruasi, mempercepat pematangan bisul, diare dan sebagai obat cacing, infeksi
telinga dan gastritits, pengobatan pasca melahirkan, dermatitis, sakit otot, sakit
lambung, batuk termasuk kecacingan (Ridwan, 2010).
Berdasarkan kepercayaan dari masyarakat Indonesia terhadap miana sebagai
obat berbagai penyakit, penulis berinisiatif untuk melakukan percobaan efek
antimikroba ekstrak etanol daun miana terhadap bakteri yang umumnya terdapat
pada penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah:

Apakah ekstrak etanol daun miana (Coleus atropurpureus Benth.)
memiliki efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus

Apakah ekstrak etanol daun miana (Coleus atropurpureus Benth.)
memiliki efek antimikroba terhadap Streptococcus pyogenes
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah menemukan tanaman obat alternatif untuk
membunuh bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak etanol daun miana
(Coleus atropurpureus Benth.) terhadap Staphylococcus aureus
3
Universitas Kristen Maranatha

Untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak etanol daun miana
(Coleus atropurpureus Benth.) terhadap Streptococcus pyogenes
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademik adalah untuk menambah pengetahuan kalangan medis
mengenai daun miana yang mempunyai efek antimikroba terhadap bakteri yang
dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Manfaat praktis adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai
tanaman obat yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menyembuhkan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
atau aspirasi. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan ISPA antara lain adalah
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus pyogenes (Widoyono, 2011).
Staphylococcus aureus mempunyai protein permukaan yang disintesis saat
pertumbuhan bakteri seperti protein A dan adhesin. Bakteri ini juga memproduksi
toksin yang disekresi saat perkembangan bakteri. Protein A, adhesin dan toksin
dari Staphylococcus aureus ini berperan dalam proses infeksi. Streptococcus
pyogenes mempunyai asam lipoteichoic yang dapat menyebabkan peradangan
pada epitelium saluran pernapasan dan menyebabkan ISPA (Brooks, Butel, &
Morse, 2004; Levinson, 2008).
Daun miana mengandung beberapa senyawa kimia yang diduga mempunyai
efek antimikroba antara lain adalah flavonoid, saponin dan minyak atsiri
(Dalimartha, 2007). Flavonoid bekerja sebagai antimikroba dengan cara
4
Universitas Kristen Maranatha
menghambat metabolisme energi, menghambat sintesis asam nukleat dan merusak
fungsi sitoplasma pada bakteri (Cushnie & Lamb, 2005). Saponin pada
konsentrasi tinggi dapat menghilangkan daya permeabilitas sel yang kemudian
menyebabkan kematian sel bakteri (Sen, Makkar, Muetzel, & Becker, 1998).
Minyak atsiri termasuk dalam golongan terpenoid, diduga mempunyai komponen
lipofilik yang menyebabkan kerusakan pada membran sel bakteri (Ngajow,
Abidjulu, & Kamu, 2013).
Daun miana
Bakteri
Infeksi
saluran
pernapasan
akut (ISPA)
Streptococcus
pyogenes  asam
lipoteichoic
Virus,
jamur atau
aspirasi
Antimikroba
Flavonoid
Staphylococcus
aureus  protein A,
adhesin, toksin
 Menghambat
metabolisme energi
bakteri
 Menghambat sintesis
asam nukleat bakteri
 Merusak fungsi
sitoplasma bakteri
Saponin
 Menyebabkan
hilangnya daya
permeabilitas sel
Minyak atsiri
 Komponen lipofilik
yang menyebabkan
kerusakan pada
membran sel bakteri
Gambar 1.1 Skema kerangka pemikiran.
5
Universitas Kristen Maranatha
1.5.2 Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol daun miana (Coleus atropurpureus Benth.) memiliki
efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus

Ekstrak etanol daun miana (Coleus atropurpureus Benth.) memiliki
efek antimikroba terhadap Streptococcus pyogenes
6
Universitas Kristen Maranatha
Download