BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Sherwood, 2011).World Health Organization (WHO) tahun 2010, melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM (Penyakit Tidak Menular) salah satunya adalah diabetes mellitus.Tahun 1995 jumlah pengidap diabetes diperkirakan 4,5 juta, tahun 2005 diperkirakan menjadi 12 juta penderita, dan 14 juta orang pada tahun 2006 (Tandra, 2007). Angka kejadian DM di dunia khususnya di negara berkembang pada tahun 2025 akan muncul 80% kasus baru (American Diabetes Federation, 2012). Saat ini, DM di tingkat dunia diperkirakan lebih dari 371 juta (International Diabetes Federation, 2011). Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penderita diabetes terbanyak keempat di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat, dengan perkiraan penderita diabetes mencapai angka 21,3 juta orang pada 2030 (Wild et al., 2004). Oleh karena itu, penyakit diabetes mellitus ini membutuhkan perawatan yang baik dan tepat guna membantu proses penyembuhan penderitanya. Perawatan Diabetes Mellitus pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan dukungan dari keluarga, dimana keperdulian dan perhatian anggota keluarga terhadap pasien yang menderita diabetes mellitus sangatlah dibutuhkan. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu 1 2 oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007 dalam Noerhayati, 2014). Kuncoro (2002) mengartikan dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang di dalamnya tiap anggotanya saling mendukung. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Dukungan keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau relasi. Pengetahuan serta dukungan dari keluarga tersebut dapat membantu kepatuhan pasien dalam proses perawatannya. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap dan pola hidup pasien beserta keluarganya, tetapi dipengaruhi juga oleh kepatuhan pasien terhadap pengobatannya. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya dapat berakibat fatal (Hussar, 1995 dalam Ramadona, 2011). Istilah kepatuhan yang dipromosikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia adalah sebagai perilaku seseorang ketika meminum obat beserta diet dan melakukan perubahan gaya hidup sesuai dengan persetujuan rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan. Penderita yang patuh secara tidak langsung akan melakukan perawatan mandiri, sehingga seakan-akan secara tidak langsung pasien akan menjadi dokter untuk dirinya sendiri dan mengetahui ketika harus memeriksakan dirinya ke dokter untuk melakukan kontrol 3 kesehatan berkala dan untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut. Perilaku kepatuhan juga sering didefinisikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilaku yang terkait dengan timbulnya resiko mengenai kesehatan (Taylor, 1994 dalam Pratita, 2012). Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat secara spesifik saling berhubungan dengan status kesehatan yaitu terjadinya perubahan perilaku sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit (Anggina, 2010). Jadi dengan adanya dukungan dari keluarga maka status kesehatan penderita lebih meningkat. Dari berbagai strategi untuk meningkatkan kepatuhan dalam perawatan Diabetes Mellitus salah satunya dengan adanya keterlibatan keluarga, lingkungan sosial. Perawatan kesehatan penting untuk mendapatkan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk membantu keluarga dalam memelihara, meningkatkan kesehatan serta dapat memenuhi fungsi perawatan kesehatan dengan baik dengan menggunakan pelayanan perawatan kesehatan profesional, tingkat pengetahuan dalam bidang kesehatan dan sikap terhadap kesehatan yang baik (Friedman, 1998 dalam Nadirawati, 2011). Beberapa penelitian yang berkaitan tentang pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien yaitu oleh Phitri (2013) dengan judul penelitianhubungan antara pengetahuan dan sikap penderita diabetes mellitus dengan kepatuhan diet diabetes mellitus di RSUD AM. ParikesitKalimantan Timur.Hasil penelitian didapatkan umur responden rata-rata adalah 52,20 tahun, pendidikan sebagian besar SMA sebanyak 22 responden (43,1%), pekerjaan sebagian besar swasta sebanyak 20 responden (39,2%), jenis kelamin sebagian besar laki-laki sebanyak 35 responden(68,6%), lama DM responden rata-rata adalah 2,73 tahun. Penelitian tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara motivasi pasien diabetes mellitus dengan kepatuhan menjalankan program diet di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Semarang (p value = 0,015). 4 Penelitian yang berjudul pengaruh konseling obat terhadap kepatuhan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 oleh Ramadona (2011) di Poliklinik khusus Rumah Sakit Umum Pusat dr. M. Djamil Padang, mendukung hasil penelitian lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 pasien terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan kadar glukosa darah puasa sebelum dan setelah konseling dengan uji Regresi Linear Sederhana untuk menilai pengaruh konseling obat terhadap pengetahuan, sikap dan kadar glukosa darah puasa pasien diperoleh nilai F hitung berturut-turut 109.363, 175.888 dan 53.241, dengan tingkat signifikansi 0.000, 0.000 dan 0.000 (p<0.05) yang berarti terdapat pengaruh konseling obat terhadap pengetahuan, sikap dan kadar glukosa darah puasa pasien. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa konseling dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap pasien yang akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien terhadap pengobatannya. Penelitian tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintoro (2008) dengan judul penelitian “Hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan kepatuhan perencanaan DIIT pada pasien diabetes mellitus di unit rawat jalan RSU Pandanarang Kabupaten Boyolali” merupakan penelitian eksplanasi dengan pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian adalah 45 anggota keluarga pasien dan 45 pasien DM di Unit Rawat Jalan RSU Pandanarang Kabupaten Boyolali. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan perencanaan diit DM pada pasien DM. Berdasarkan tinjauan langsung peneliti ke Puskesmas Mandala Medan, di peroleh data Medical Record (MR), ada sebanyak 297 orang pasien penderita Diabetes Melitus yang berobat jalan di Puskesmas Mandala Medan selama 1 bulan terakhir, yaitu bulan Januari 2014. Dan setelah melakukan observasi selama 3 hari dan tanya jawab secara langsung tentang penyakit diabetes 5 mellitus dengan 10 orang pasien bersama keluarganya, peneliti melihat bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit diabetes ini masih minim. Keluarga masih terlihat bingung saat peneliti mengajukan pertanyaan seperti, “apakah pengertian diabetes mellitus?” dan “bagaimana pencegahannya?”. Wawancara ini memperlihatkan pula betapa minimnya kepatuhan dari beberapa pasien untuk mentaati larangan yang telah di anjurkan tenaga kesehatan. Dibuktikan dengan jawaban dari pasien yang menyatakan bahwa mereka jarang sekali melakukan pemeriksaan kadar gula darah meskipun badan mulai terasa lemah setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung gula karena tidak adanya keluarga yang mengingatkan untuk berobat. Beberapa dari keluarga pasien juga mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui penyebab kenapa kadar gula darah pasien tersebut bisa meningkat. Hasil observasi peneliti menunjukkan dukungan keluarga mulai dari siapa yang mengantar berobat sampai yang merawat di rumah, bervariasi dari setiap pasien.Ada pasien yang datang berobat sendiri tanpa ditemani keluarga, ada pula yang dibawa langsung oleh keluarganya. Dari 10 orang pasien yang berobat saat itu, ada 4 orang keluarga pasien yang tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus serta ada 3 orang pasien yang datang berobat sendiri tanpa ditemani oleh keluarganya. Maka dengan demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam proses perawatan di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang terjadi yaitu “Apakah ada hubungan signifikan antara pengetahuan dan dukungan anggota keluarga terhadap kepatuhan pasien Diabetes Mellitus yang rawat jalan dalam proses perawatan di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam proses perawatan di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus dalam proses perawatan pasien diabetes mellitus di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014. b. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga tentang diabetes mellitus dalam proses perawatan pasien diabetes melitus di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014. c. Untuk mengidentifikasi kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam proses perawatan di Puskesmas Mandala Medan tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi keluarga pasien Manfaat penelitian ini bagi masyarakat khususnya keluarga yang dimana ada anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus, adalah membantu keluarga untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan dukungannya dalam proses keperawatan untuk kesembuhan anggota keluarganya yang sakit. Sehigga, pasien yang menderita diabetes mellitus 7 tersebut tidak merasa putus asa dan sendirian menghadapi penyakit yang dialaminya. 2. Bagi petugas kesehatan Manfaat penelitian ini bagi kesehatan, terutama Puskesmas Mandala Medan adalah membantu pihak tenaga kesehatan dalam proses penyembuhan pasien diabetes melitus melalui kerja sama dengan keluarga pasien. Dan pihak tenaga kesehatan juga dapat membina hubungan yang lebih dekat lagi melalui konseling yang dilakukan dengan anggota keluarga pasien. Sehingga proses perawatan pasien diabetes mellitus ini dapat berjalan dengan baik. 3. Bagi peneliti selanjutnya Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai bahan dasar peneliti untuk melanjutkan penelitian yang berkaitan dengan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan dukungan anggota keluarga dengan kepatuhan pasien Diabetes Mellitus dalam proses perawatan di manapun juga.