1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Sebelumnya (State of the

advertisement
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1
Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini akan dicantumkan 5 hasil
penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca.
Penelitian terdahulu yang akan digunakan adalah penelitian yang memiliki
variabel etika kerja dan kepuasan konsumen. Dimana 3 (tiga) jurnal
diantaranya merupakan jurnal nasional, dan 2 (dua) jurnal lainnya merupakan
jurnal internasional. Berikut 5 (lima) penelitian terdahulu yang menjadi acuan
dalam penelitian ini.
Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Sebelumnya
NO
1.
TAHUN
2012
PENELITI
MASALAH
HASIL
PENELITIAN
PENELITIAN
VARIABEL
YANG
TERKAIT
Mahendra
Untuk mengkaji
Telah terjadi
Konsep teori
Adhi
isu etika bisnis
pelanggaran etika
dan tinjauan
menggunakan
bisnis dari kebijakan
kasus etika
konsep teori
yang dilakukan oleh
bisnis
utama yang
manajemen dalam
digunakan untuk
rentang waktu 1995-
mengukur tingkat
2007
pelanggaran etika
yang terjadi
Perbedaannya adalah peneliti terdahulu membahas menganai etika bisnis di PT Dirgantar
Indonesia, sedangkan peneliti sekarang membahas tentang etika kerja di PT Indomobil
Trada Nasional . Dan perbedaan lainnya adalah penelitian terdahulu mengukur tentang
pelanggaran etika yang terjadi sedangkan penelitian sekarang membahas hubungan etika
terhadap kepuasan konsumen.
10
Persamaannya adalah penelitian terdahulu dan sekarang sama-sama membahas tentang
etika di dunia bisnis.
2.
2012

Purwanto
Untuk
Kualitas pelayanan
Widodo
mengetahui
berdampak kepada
Independen:
pengaruh kualitas
kepuasan pelanggan.
Servive
pelayanan kepada
Karyawan yang
Quality
konsumen
dapat menyelesaikan
masalah dengan baik

Variabel
Variabel
Dependen:
membuat konsumen
Kepuasan
merasa puas.
Konsumen.
Perbedaannya adalah pada penelitian sebelumnya membahas tentang kualitas pelayanan
terhadap kepuasan bagi konsumennya. Sedangkan penelitian ini akan membahas mengenai
etika kerja terhadap kepuasan konsumen.
Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai kepuasan konsumen..
3.
2013
Jerry
Wihartono
Untuk
mengetahui
hubungan antara
perilaku etis
penjual terhadap
loyalitas
pelanggan melalui
kepuasan
pelanggan dan
Perilaku etis tidak
 Variabel
berpengaruh
Independen:
signifikan terhadap
Etika
loyalitas, namun
Perilaku
berpengaruh
Penjual
signifikan terhadap
kepuasan dan
kepercayaan
konsumen.
 Variabel
Dependen:
Loyalitas
Melalui
kepercayaan di
Kepuasan dan
dealer mobil
Kepercayaan
Nissan Basuki
Pelanggan.
11
Rahmat Surabaya.
Perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunakan loyalitas melalui kepuasan dan
kepercayaan pelanggan sebagai variabel Y, sedangkan penelitian sekarang variabel Y
hanya berupa kepuasan konsumen. Penelitian terdahulu meneliti masyarakat kota
Surabaya, sedangkan penelitian sekarang meneliti masyarakat kota Jakarta.
Persamaannya adalah sama-sama menggunakan unsur etika dan kepuasan pelanggan di
dalam penelitian. Dan sama-sama meneliti tentang dealer yang menjual mobil Nissan .
4.
2009
M. Iqbal
Saif

Untuk
Kualitas pelayanan
menyelidiki
terbukti menjadi
Independen:
pengaruh kualitas
faktor kuat dalam hal
Service
pelayanan kepada
kepuasan konsumen
Quality
pelanggan.
untuk bank asing

Variabel
Variabel
Dependen:
Customer
Satisfaction
Perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu variabel X adalah kualitas pelayanan, dan
pada penelitian yang sekarang variabel X adalah etika kerja
Persamaannya ada pada variabel dependent, yaitu kepuasan konsumen.
5.
2012

Cecile
Untuk menyelidiki Persepsi konsumen
Delcourt
efek dari apa yang
berpengaruh positif
Independen:
dirasakan oleh
terhadap kepuasan
Perceived
konsumen dari
dan loyalitas
Employee
kompetensi
pelanggan.
Emotional
emosional
karyawan tehadap
kepuasan dan
Variabel
Cmpetence

Variabel
Dependen:
12
loyalitas
Customer
Satisfaction
dan Loyalty
Perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu variabel independen yang digunakan adalah
CRM dan variabel dependentnya kepuasan konsumen dan loyalitas, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan sekarang akan membahas mengenai hubungan etika kerja
terhadap kepuasan konsumen.
Persamaannya adalah pada penelitian terdahulu maupun penelitian yang sekarang ini
terdapat variabel yang sama yaitu kepuasan konsumen.
1.2
Landasan Teoritis
1.2.1 Teori Perilaku
Teori perilaku (behavioral theory) memiliki asumsi dasar
bahwa perubahan dalam cara orang berperilaku akan dihasilkan lebih
efisien dengan menitikberatkan perilaku yang dapat diobservasi
daripada menitikberatkan kepercayaan dan cara berpikir (R. Wayne
Pace dan Don F. Faules, 2010;423). Filosofi perilaku mengasumsikan
bahwa perubahan perilaku secara khusus menghasilkan hubungan
dengan perubahan dalam berpikir atau bersikap.
Tiga
strategi
umum
yang
menggambarkan
penerapan
behaviorisme dalam pelatihan dan pengembangan, yaitu:
a. Penyusunan kontingensi.
Kontingensi
merupakan
konsekuensi
yang
secara
positif
memperteguh perilaku yang diinginkan atau menghukum perilaku
yang tidak diinginkan. Perubahan pada perilaku seringkali
merupakan hasil langsung perubahan struktural dalam situasi
tugas dan nontugas dalam organisasi.
13
b. Simulasi
Simulasi yang merujuk pada suatu jenis pengalaman tersendiri.
Perilaku orang yang berpartisipasi memiliki karakteristik tertentu
atau memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi dalam
pekerjaannya. Dalam simulasi peserta latihan terikat pada perilaku
seperti yang diinginkan pekerjaan tanpa menanggung seluruh
risiko yang berhubungan dengan kondisi kerja yang sebenarnya.
c. Pemodelan perilaku
Pemodelan perilaku untuk menerapkan pendekatan perilaku
terhadap pengembangan sumber daya manusia. Pemodelan
perilaku mengasumsikan bahwa keterampilan khusus dipelajari
melalui latihan dan aktivitas seperti pengelolaan, kepemimpinan,
dan pemecahan masalah meliputi serangkaian perilaku konkret
yang dapat dibuat model, diobservasi, dilatih, diperteguh dan
diintergrasikan ke dalam seluruh khasanah perilaku seorang
manajer.
1.2.2 Komunikasi
Istilah komunikasi sesungguhnya berpangkal pada perkataan
latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih (Stuart dalam Cangara,
2004:18).
Menururt Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi
Pedesaan Amerika, membuat definisi, “Komunikasi adalah suatu
proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya
akan tiba kepada saling pengertian”.
Komunikasi akan efektif apabila terjadi pemahaman yang
sama dan pihak lain terangsang untuk berpikir atau melakukan
sesuatu. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan
menambah keberhasilan individu maupun organisasi. Sehubungan
14
dengan komunikasi yang efektif, komunikasi dibedakan menjadi dua,
yakni komunikasi individu dan komunikasi massa. Dalam komunikasi
individu, suatu komunikasi dikatakan efektif apabila komunikan
(audience) mampu memahami pesan sebagaimana yang dimaksud
oleh pengirim/komunikator. Sementara dalam komunikasi massa,
komunikasi dikatakan efektif apabila mampu menjangkau komunikan
secara lebih luas.
Menurut Aristoteles dalam bukunya Rhetorica (Cangara,
2004:39) berpendapat bahwa setiap komunikasi terdiri atas 3 unsur
penting, yaitu pembicara atau sumber, apa yang dibicarakan atau
pesan, dan penerima.
Menurut Smith dan Williamson, seseorang tidak dapat tidak
berkomunikasi (a pearson cannot not communicate). Itu menunjukan
bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukan pesan.
Bentuk selanjutnya perilaku yang terjadi ketika seseorang
terlibat dalam komunikasi adalah menafsirkan pesan. Menurut
Random House Dictionary, menafsirkan (to interpret) berarti
menguraikan atau memahami sesuatu dengan cara tertentu. Pesan
yang penting dalam berkomunikasi adalah pesan yang berasal dari
proses penafsiran. Apa yang ada di dalam pemikiran komunikan
tidaklah menjadi masalah, yang penting adalah bagaimana orang yang
menerima pesan tersebut menafsirkan apa yang dilakukan atau
dikatakan oleh komunikan adalah yang akan mempengaruhi perasaan
dan tindakannya.
Terkadang penyampaian komunikasi yang gagal tidak dapat
memberikan
makna
komunikasi
dengan
benar,
dan
malah
menimbulkan pemahaman arti pesan yang salah. Realitas komunikasi
menyarankan bahwa orang menafsirkan pertunjukan dan menciptakan
makna. Makna tidak terkandung dalam dalam pertunjukan atau
peristiwa atau kata. Namun sebagaimana yang dinyatakan suatu
prinsip komunikasi, yaitu makna ada pada orang-orang, bukan pada
kata-kata.
15
Kesalahpahaman utama dalam berkomunikasi adalah asumsiasumsi bahwa makna terdapat dalam informasi atau pesan dan makna
dapat dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
1.2.3 Public Relations
Public Relations pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi,
walaupun agak berbeda dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena
ciri hakiki dari komunikasi Public Relations adalah komunikasi dua
arah/timbal balik (two way commumenication).
Rachmadi menyebutkan Public Relations adalah salah satu
bidang ilmu komunikasi praktis, yaitu penerapan ilmu komunikasi
pada suatu organisasi/perusahaan dalam melaksanakan fungsi
manajemen.
Public
Relations
merupakan
fungsi
manajemen
yang
membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi,
pengertian, dukungan, serta kerjasama suatu organisasi/perusahaan
dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah
atau isu-isu manajemen. Public Relations membantu manajemen
dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik.
Menurut L. Bernays Public Relations mempunyai tiga arti,
yaitu penerangan kepada publik, persuasi ditujukan kepada publik
untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik, upaya untuk
menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga. Prof. Byron Christian
menyebutkan bahwa Public Relations merupakan suatu usaha yang
secara sadar memotivasi agar orang-orang terpengaruh, terutama
melalui komunikasi, agar timbul pikiran yang sehat terhadap suatu
organisasi, memberi rasa hormat, mendukung dan bertahan dengan
berbagai cobaan dan masalah. International Public Relations
Associations (IPRA) mendefinisikan Public Relations adalah fungsi
manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui
organisasi
dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk
memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang
16
terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik
diantara mereka.
Melvin Sharpe mengajukan lima prinsip proses harmonis
dalam hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan publiknya.
Konsep-konsep tersebut terdiri dari:
1. Komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas.
2. Keterbukaan dan konsisten terhadap tindakan dan kepercayan.
3. Tindakan yang jujur untuk mendapatkan hubungan timbal balik
dan goodwill (kemauan yang baik).
4. Komunikasi dua arah dilakukan secara kontinyu untuk mencegah
alienasi (pengucilan) dan membangun hubungan.
5. Evaluasi penelitian dan lingkungan untuk menentukan tindakan
dan penyesuaian yang diperlukan bagi hubungan sosial yang
harmonis.
Publik dalam Public Relations dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori, yaitu:
1. Publik internal dan eksternal
Internal
publik
yaitu
publik
yang
berada
di
dalam
organisasi/perusahaan seperti supervisor, karyawan, manajer,
pemegang saham, dan direksi perusahaan. Eksternal publik tidak
berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti pers, pemerintah,
pelanggan, komunitas, dan pemasok.
2. Publik primer, sekunder, dan marginal
Publik primer bisa sangat membantu suatu perusahaan. Publik
sekunder adalah publik yang kurang begitu penting. Publik
marginal adalah publik yang tidak begitu penting.
17
3. Publik tradisional dan publik masa depan
Contoh publik tradisional adalah karyawan dan pelanggan. Dan
contoh untuk publik masa depan adalah mahasiswa/pelajar,
peneliti, konsumen potensial, dan pejabat pemerintah.
4. Proponents, opponent, dan uncommitted
Diantara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan
(opponent), yang memihak perusahaan (proponents), dan ada
yang tidak perduli (uncommitted).
5. Silent majority dan vocal minority
Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan keluhan atau
mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara vokal (aktif) dan
yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah
the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun
jumlahnya tidak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah
pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya.
Kebanyakan perusahaan/organisasi kini mengakui peranan
Public Relations cukup menonjol dalam pengambilan keputusan
manajemen, dengan alasasan bahwa Public Relations adalah
interpreter (penerjemah) manajemen, sehingga Public Relations harus
mengetahui apa yang manajemen pikirkan setiap saat terhadap setiap
isu publik yang sebenarnya.
Fraser P. Seitel mengatakan bahwa dalam beberapa tahun
terakhir ini Public Relations telah mengembangkan kerangka teorinya
sebagai suatu sistem manajemen. Public Relations memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan transaksi dengan
menjalin berbagai hubungan yang bersifat kompleks (rumit) dan
penting dalam organisasi perusahaan, yaitu:
18
1. Public
Relations
harus
memikirkan
hubungan
organisasi/perusahaaan terhadap lingkungannya sendiri.
2. Public
Relations
harus
bekerja
sesuai
dengan
aturan
organisasi/perusahaan untuk mengembangkan pemecahan yang
inovatif terhadap berbagai permasalahan organisasi.
3. Public Relations harus berpikir strategis. Seorang Public
Relations harus menampakan pengetahuannya tentang misi,
tujuan, dan strategi orgaisasi/perusahaan. Solusinya untuk
menjawab kebutuhan nyata organisasi/perusahaan.
4. Seorang Public Relations harus juga memiliki kemampuan
mengukur hasil yang telah diperoleh. Public Relations harus
menyatakan dengan jelas apa yang mereka ingin kerjakan,
membuat pekerjaan secara sistematik, dan mengukur suatu
keberhasilan.
Berdasarkan Gruning dan Hunt dalam pengelolaan sistem
Public Relations suatu organisasi/perusahaan, paktisi Public Relations
harus membentuk suatu keharmonisan dengan berbagai unsur dalam
organisasi/perusahaan itu sendiri:
1. Secara fungsi: the real job (pekerjaan nyata) dari komponenkomponen suatu organisasi/perusahaan.
2. Secara terstruktur: hirarki organisasional individu dan posisi.
3. Secara proses: pengambilan keputusan formal tentang peraturan
dan prosedur yang terdapat dalam organisasi/perusahaan.
4. Secara umpan balik mekanisme evaluatif formal dan informal
organisasi/perusahaan.
Public Relations menyelenggarakan komunikasi timbal balik
antara organisasi/perusahaan dengan publiknya untuk menciptakan
saling pengertian (public understanding) dan dukungan (public
support) bagi terciptanya tujuan, kebijakan, dan langkah serta
19
tindakan lembaga/perusahaan itu. Semua itu ditujukan untuk
mengembangkan pengertian dan kemauan baik (goodwill) publiknya
serta untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan atau untuk
menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan
publik.
Ruang lingkup tugas Public Relations:
1. Ke dalam
- Membina sikap mental karyawan agar dalam diri mereka
tumbuh
ketaatan,
kepatuhan,
dan
dedikasi
terhadap
organisasi/perusahaan dimana mereka bekerja.
- Menumbuhkan semangat korp atau kelompok yang sehat dan
dinamis
- Mendorong tumbuhnya kesadaran organisasi/perusahaan.
2. Ke luar
- Mengusahakan tumbuhnya sikap dan citra (image) publik yang
positif terhadap segala kebijakan dan langkah-langkah
organisasi/perusahaan.
Perubahan lingkungan tertentu mempengaruhi prestasi perusahaan
dalam meraih keuntungan atau memberi kontribusi terhadap pihakpihak yang terkait. Public Relations mempunyai peranan yang penting
dalam mengefektifkan organisasi dengan membangun hubungan
jangka panjang dengan lembaga-lembaga startegis.
Menurut Cutlip & Center proses Public Relations sepenuhnya
mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari:
1. Fact finding
Mencari dan mengumpulkan fakta/data sebelum melakukan suatu
tindakan.
2. Planning
20
Berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus
dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah itu.
3. Communicating
Rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang
matang berdasarkan fakta/data tadi, kemudian dikomunikasikan
atau dilakukan kegiatan operasional.
4. Evaluation
Mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah
tercapai atau belum. Evaluasi ini dapat dilakukan secara kontinyu.
Hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan Public Relations
selanjutnya.
Untuk memberi kontribusi kepada rencana kerja jangka
panjang itu, parktisi Public Relations melakukan langkah-langkah
1. Menyampaikan fakta dan opini baik yang beredar di dalam
maupun di luar perusahaan.
2. Menelusuri
dokumen
resmi
perusahaan
dan
mempelajari
perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya
disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap publiknya
atau sebaliknya.
3. Melakukan
analisis
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, dan Threat). Praktisi Public Relations perlu
melakukan analisis yang berbobot mengenai persepsi dari luar
dan dalam perusahaan atas SWOT yang dimilikinya.
Sebelum melakukan kegiatan Public Relations, seorang Public
Relations harus memperhitungkan sasaran dan strategi, perencanaan
dan anggaran, serta penelitian dan evaluasi. Lingkungan sekitar yang
menjadi cakupan organisasi/perusahaan harus mencerminkan seluruh
tujuan-tujuan bisnis. Beberapa contoh perencanan Public Relations
mendasar yang perlu diperhatikan:
21
1. Environment
Perlu meningkatkan penjualan produk dalam pasar lokal.
2. Sasaran bisnis
Tujuannya adalah ambil bagian dalam membangun pasar untuk
produk kita dalam wilayah lokal.
3. Sasaran Public Relations
- Memperkuat
solidnya
komitmen
perusahaan
terhadap
pelanggan lokal.
- Meyakinkan pelanggan potensial bahwa perusahaan kita
menyediakan staf yang ahli dibidangnya, produk bersaing dan
responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
- Posisi perusahaan sebagai pesaing hebat untuk kedua dominasi
pasar (market leader).
4. Strategi Public Relations
Posisi perusahaan merupakan “exper”’ dalam pasar, melalui
survey sponsorship perusahaan dan penelitian langsung pada
pengambilan keputusan lokal, pemberitaan media dalam bentuk
artikel yang berkaitan dengan perusahaan.
5. Program/taktik Public Relations
- Dicari pemberitaan media dan ditulis sebagai artikel yang
membahas produk perusahaan pada media lokal.
- Permintaan penulisan profil untuk tulisan feature dan
wawancara dengan pejabat perusahaan menjadi feature dan
wawancara eksklusif dengan dominasi publikasi perdagangan.
- Fokus penelitian terhadap topik yang baru.
Tujuan suatu organisasi harus pula membatasi apa tujuan
Public Relations yang ingin dicapai. Seorang Public Relations harus
22
berpikir secara strategis. Agar sasaran Public Relations memperoleh
hasil baik, hendaknya menjawab pertanyaan berikiut ini:
1. Apakah mereka secara jelas menggambarkan hasil akhir yang
diharapkan?
2. Apakah mereka dapat dimengerti untuk setiap orang dalam
organisasi?
3. Apakah mereka menyusun jadwal dan waktu kegiatan suatu
perusahaan?
4. Apakah mereka realistik, dapat dicapai dan dapat dilakukan?
5. Apakah
mereka
konsisten
dengan
sasaran-sasaran/target
manajemen?
Dengan demikian dapat dipastikan sasaran yang telah ditargetkan
dapat tepat sasaran.
1.2.4 Etika
Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos, yang berarti adat,
akhlak, watak dan perasaan sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk
jamak berarti adat kebiasaan. Etika adalah usaha yang sistematis
dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral
individu dan social, sehingga dapat menetapakan aturan untuk
mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk
dapat dijadikan sasaran dalam hidup. Etika terutama digunakan
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.
Ludigho (2001) mendefinisikan etika sebagai seperangkat
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut
oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau
profesi.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) etika dijelaskan dengan
23
membedakan tiga arti; 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Terdapat 3 pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif,
dan metaetika. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam
arti luas, misalnya adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik
buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individuindividu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur
tertenu, dalam suatu periode sejarah, dan sebagainya. Karena etika
deskriptif hanya melukiskan, tidak memberi penilaian. Etika normatif
merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi
yang paling menarik tentang masalah-
masalah moral. Maetika merupakan cara lain untuk mempraktekan
etika sebagai ilmu. Awalan meta (dari bahasa Yunani) mempunyai arti
“melebihi’, “melampaui”. Istilah ini diciptakan untuk menunjukan
bahwa yang dibahas disini bukanlahmoralitas secara langsung,
melainkan ucapan-ucapan dibidang moralitas. Dapat dikatakan juga
bahwa metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan etis.
Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terutama
tiga ciri yang menonjol, pertama adanya pluralisme moral. Dalam
masyarakat-masyarakat yang berbeda sering terlihat nilai dan norma
yang berbeda pula. Bahkan masyarakat yang sama dapat ditandai oleh
pluralisme moral. Kedua, sekarang timbul banyak masalah etis baru
yang dulu tidak terduga. Ketiga dalam dunia modern tampak semakin
jelas juga suatu kepedulian etis yang universal.
Terdapat dua jenis etika, yaitu etika kewajiban dan etika
keutamaan. Etika kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan aturanaturan moral yang berlaku untuk perbuatan manusia. Etika ini
menunjukan norma-norma dan prinsip-prinsip mana yang perlu
diterapkan dalam hidup. Jika terjadi konflik antar dua prinsip moral
24
yang tidak dapat dipenuhi sekaligus, etika ini mencoba menentukan
yang mana yang harus diprioritaskan. Etika keutamaan mempunyai
orientasi yang lain. Etika ini tdak begitu menyoroti perbuatan saru
demi satu, apakah sesuai atau tidak dengan norma moral, tapi lebih
memfokuskan manusia itu sendiri. Etika ini mempelajari keutamaan,
artinya sifat, watak yang dimiliki manusia. Etika keutamaan tidak
menyelidiki apakah perbuatan kita sendiri orang baik atau buruk,
melainkan apakah kita sendiri orang baik atau buruk.etia keutamaan
mengarahkan fokus perhatiannya pada menjadi manusia, sedangkan
etika kewajiban menekankan berlaku manusia.
Etika
pelayanan
harus
mempunyai
ketentuan
yang
mengaturnya (Kamsir, 2011;81). Ketentuan tersebut dibuat agar semua
komponen yang berhubungan dengan pelayanandapat menunjang satu
sama lain, artinya apabila salah satu aspek diabaikan, pelayanan dari
komponen lainnya menjadi tidak berguna. Berikut ketentuan yang
diatur dalam etika pelayanan:
a. Sikap dan perilaku
Artinya sikap dan perilaku sehari-hari yang ditunjukan kepada
konsumen pada saat berhubungan dengan konsumen.
b. Penampilan
Arti penampilan secara keseluruhan adalah mulai dari cara
berpakaian, berbicara, gerak-gerik, sikap dan perilaku dapat
membuat konsumen terkesan atau malah merasa tidak nyaman.
c. Cara berpakaian
Artinya cara menggunakan baju, celana, atau aksesoris yang
melekat dalam pakaian itu.
25
d. Cara berbicara
Artinya cara kita berkomunikasi dengan konsumen. Hal ini penting
karena karyawan berhadapan langsung dengan konsumen dalam
memenuhi keinginan konsumen.
e. Gerak-gerik
Artinya pergerakan anggota tubuh yang diperlihatkan. Gerak-gerik
meliputi mimik wajah, pandangan mata, pergerakan tangan,
anggota badan atau kaki. Jangan sampai gerak-gerik yang
dilakukan malah membuat konsumen menjadi tersinggung.
f. Cara bertanya
Pada dasarnya setiap konsumen mempunyai sifat yang berbeda,
ada yang banyak bertanya dan ada juga yang pendiam. Bagi
konsumen yang pendiam, karyawanlah yang seharusnya berinisiatif
untuk bertanya atau memulai percakapan. Karyawan harus kreatif
untuk berbicara sehingga membat konsumen mau bicara. Dan
untuk konsumen yang banyak bertanya, karyawan sebaiknya bisa
menjadi pendengar yang baik dan menjawab dengan baik juga.
Etika komunikasi dalam menjual merupakan salah satu
persyaratan keberhasilan dalam melakukan penjualan. Oleh karena itu
etika tidak hanya sekedar menjadi tuntutan moral, tetapi juga
merupakan tuntunan perilaku dalam melakukan komunikasi dalam
melakukan penjualan. Jadi etika komunikasi dalam menjual adalah
etika yang harus dimiliki oleh salesman dalam melakukan komunikasi
pada saat menawarkan atau menjual produk kepada konsumen.
Prinsip etika komunikasi dalam menjual ditekankan akan
pengertian salesman terhadap:

Prinsip kepatuhan terhadap peraturan

Prinsip kerahasiaan

Prinsip kebenaran dalam melakukan pencatatan
26

Prinsip persaingan sehat

Prinsip kejujuran dan wewenang

Prinsip keselarasan dan kepentingan

Prinsip keterbatasan keterangan

Prinsip kehormatan profesi

Prinsip pertanggungjawaban sosial

Prinsip persamaan perlakuan

Prinsip kebersihan pribadi
Dalam
melakukan
penjualan,
komunikasi
mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:

Komunikasi dapat digunakan sebagai informasi, misalnya
sebagai ucapan untuk menyapa konsumen, memberikan
informasi tentang keunggulan produk yang dijual kepada
konsumen, menawarkan produk yang dijual kepada konsumen.

Komunikasi dapat digunakan untuk mendidik, misalnya
digunakan untuk menerangakan dan memperagakan guna,
manfaat, dan kelebihan produk yang akan dijual kepada
konsumen.

Komunikasi
dapat
digunakan sebagai
alat
menghibur,
misalnya konsumen dapat menikmati komunikasi massa dalam
bentuk hiburan.
1.2.5
Perilaku Konsumen
Para konsumen secara tidak sadar banyak menggunakan
kemampuan memilih aspek-aspek lingkungan mana (stimuli mana)
yang mereka rasakan. Seorang individu mungkin melihat beberapa
hal, mengabaikan yang lain, dan berpaling lagi dari yang lain.
Sebenarnya orang hanya menerima atau merasakan sebagian kecil
27
stimuli yang menyerang mereka. Stimuli mana yang terpilih
tergantung pada dua faktor utama selain sifat stimuli itu sendiri yaitu
pengalaman
konsumen
sebelumnya
karena
hal
tersebut
mempengaruhi harapan-harapan mereka dan motif mereka pada waktu
itu (kebutuhan, keinginan, minat, dan sebagainya). Stimuli pemasaran
meliputi banyak variabel yang memperngaruhi pesepsi konsumen,
seperti keadaan produk, ciri fisiknya, rancangan kemasan, merk, iklan
cetak dan elektronik.
Seseorang biasanya melihat apa yang mereka harapkan untuk
dilihat berdasarkan pada apa yang diketahuinya, pengalaman
sebelumnya, atau keadaan yang diharapkan.
Seseorang biasanya memperhatikan hal-hal yang mereka
butuhkan atau inginkan, semakin kuat kebutuhan itu, semakin besar
kecenderungan untuk mengabaikan stimuli yang tidak ada hubungan
di lingkungannya.
Para konsumen secara aktif mencari berbagai pesan yang
mereka rasakan menyenangkan dan mereka dengan aktif menghindari
pesan-pesan yang tidak disukainya. Para konsumen mungkin
memperhatikan iklan-iklan produk yang dapat memuaskan kebutuhan
mereka. Para konsumen secara tidak sadar menyaring stimuli yang
mereka rasa secara psikologis mengancam, dan stimuli seperti itu
sedikit kemungkinannya untuk diingat oleh para konsumen.
1.2.6
Kepuasan Konsumen
Kata kepuasan “satisfaction” berasal dari bahasa latin yang
terdiri dari dua unsur kata, yaitu “satis” yang artinya cukup baik atau
memadai dan “facio” yang memiliki arti melakukan atau membuat.
Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau
membuat sesuatu memadai (Tjiptono & Chandra, 2011)
Konsumen akan bersikap royal terhadap suatu produk jika
konsumen merasa puas terhadap produk tersebut, akan tetapi jika
konsumen merasa tidak puas terhadap produk tersebut maka
28
konsumen akan dengan mudah beralih pada produk dengan merek
lain.
Menurut Supranto dan Nandan Limakrisna terdapat beberapa
faktor yang membuat konsumen merasa puas :
a. Pelayanan : Memberikan pelayanan yang responsif dan
berpengalaman cukup tentang tugasnya.
b. Harga : Harga yang pantas yang akan dibayar oleh konsumen,
harga turun (diskon atau promo).
c. Tanggapan : Memberikan tanggapan yang positif.
d. Perilaku : Berperilaku jujur dan tidak mengintimidasi.
1.2.7
Iklim Komunikasi
Istilah “iklim” dalam iklim komunikasi merupakan kata kiasan
atau istilah untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai
kemiripan. Frase “iklim komunikasi organisasi” menggambarkan
suatu kiasan bagi iklim fisik. Disisi lain iklim komunikasi merupakan
gabungan dari persepso=i-persepsi mengenai peristiwa komunikasi,
perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapanharapan, konflik antar personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan
dalam organisasi tersebut.
Blumenstock
(1970)
menerangkan
bahwa
iklim
fisik
“mempengaruhi cara hidup kita”: pakaian yang kita kenakan,
makanan yang kita perlukan, rumah yang kita bangun, alat angkutan
yang kita pergunakan, jenis tumbuhan dan hewan di kawasan tersebut.
Oleh karena itu iklim komunikasi merupakan hal yang penting
bagi perusahaan. Iklim komunikasi sebuah perusahaan mempengaruhi
cara hidup kita: kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai,
bagaimana perasaan kita, bagaimana perkembangan kita, bagaimana
kegiatan kerja kita, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana cara kita
menyesuaikan diri dengan organisasi. Redding (1972) menyatakan
bahwa “iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada
29
keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam
menciptakan suatu organisasi yang efektif”.
Iklim komunikasi penting karena mengkaitkan konteks
organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapanharapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku
anggota organisasi (Poole, 1985). Dengan mengetahui sesuatu tentang
iklim suatu organisasi, kita dapat memahami lebih baik apa yang
mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara
tertentu.
Pole
(1985)
menjelaskan
bahwa
“secara
keseluruhan,
tampaknya iklim lebih merupakan sifat budaya daripada merupakan
suatu pengganti budaya. Sebagai suatu sistem kepercayaan yang
digeneralisasikan, iklim berperan dalam keutuhan suatu budaya dan
membimbing perkembangan budaya tersebut”. Kopelman, Brief, dan
Guzzo (1989) cenderung setuju dengan pandangan mengenai
hubungan antara iklim dan budaya tersebut ketika mereka menyatakan
bahwa “budaya organisasi …. Menyediakan konteks tempat iklim
organisasi menetap”.
Beberapa ahli dalam komunikasi organisasi juga berpendapat
bahwa konsep “iklim” merupakan salah satu “gagasan paling kaya
dalam teori organisasi, secara umum, dan dalam komunikasi
organisasi secara khusus” (Falcione, Sussman, dan Herden, 1987).
Disebut “kaya” karena iklim telah mendapat perhatian besar dalam
literature teoretis dan empiris; iklim juga seakan-akan sederhana dan
rumit pada saat yang sama, dan memiliki daya penjelas yang
cakupannya luas.
Pole (1985) menyatakan bahwa iklim muncul dari dan
didukung oleh praktik-praktik organisasi . Kopelman, Brief, dan
Guzzo (1989) membuat hipotesis dan menyatakan bahwa iklim
organisasi,
yang meliputi
iklim
komunikasi,
penting karena
menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia
dengan produktifitas. Perubahan iklim bisa saja mempengaruhi
30
kinerja dan produktifitas pegawai. Iklim secara umum dan iklim
komunikasi khususnya, berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara
unsur-unsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda
keefektifan organisasi seperti produktivitas, kualitas, kepuasan, dan
vitalitas.
Iklim organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi.
Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi.
Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkas
menjadi 5kategori besar, yaitu anggota organisasi, pekerjaan dalam
organisasi, praktiki-praktik pengelolaan, struktur organisasi, dan
pedoman organisasi.
Anggota organisasi, di pusat organisasi terdapat orang-orang
yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang tersebut
terlibat dalam kegiatan pemikiran yang meliputi konsep-konsep,
penggunaan bahasa, pemecahan masalah, dan pembentukan gagasan.
Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup
emosi, keinginan, dan aspek-aspek perilaku manusia lainnya yang
buka aspek intelektual. Mereka terlibat dalam kegiatan self-moving
yang mencakup kegiatan fisik yang besar maupun yang terbatas. Dan
mereka
juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan elektrokimia yang
mencakup brain synaps (daerah kontak otak tempat implus saraf
ditrasnmisikan hanya ke satu arah), kegiatan jantung, dan prosesproses metabolisme. Gabungan keempat kegiatan tersebut memberi
kesempatan kepada mereka untuk menjalankan pekerjaan dalam
organisasi tersebut.
Pekerjaan dalam organisasi merupakan pekerjaan yang
dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan
informal. Tugas-tugas tersebut menghasilkan produk dan memberikan
pelayanan organisasi.
Praktik-praktik
pengelolaan.
Tujuan
primer
pegawai
manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang
31
lainnya. Manajer membuat keputusan mengenai bagaimana orangorang lainnya, biasanya bawahan mereka menggunakan sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka.
Struktur organisasi merujuk pada hubungan-hubungan antara
tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi.
Pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang
mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota
organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman
organisasi terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, dan aturan.
Unsur-unsur organisasi tidk secara langsung menciptakan
iklim komunikasi organisasi. Sebuah organisasi mungkin mempunyai
sejumlah hukum dan aturan, tetapi pengaruhnya terhadap iklim
komunikasi bergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai
nilai hukum dan peraturan tersebut; yaitu apakah hukum dan
peraturan haru selalu diterima dan ditaati ataukah beberapa hukum
dan peraturan harus diabaikan, dan kegiatan-kegiatan yang dikenai
hukum dan peraturan tersebut.
Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan
dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh
anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara
efektif, untuk meningkatakan diri mereka dengan organisasi, untuk
bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam
organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan dan
anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif,
dan
untuk
menawarkan
gagasan-gagasan
inovatif
bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya, semua ini dipengaruhi
oleh iklim komunikasi. Iklim yang negatif dapat benar-benar merusak
keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana
mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi.
32
1.3
Kerangka Pemikiran
Etika Kerja Karyawan
Kepuasan Konsumen
-
Perilaku
Penampilan
Cara berbicara
Gerak-gerik
Gambar 2.1 : Etika Kerja Karyawan
- Pelayanan
- Harga
- Tanggapan
Gambar 2.2 : Kepuasan Konsumen
Kerangka pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan 2 variabel, dimana variabel independent adalah etika kerja dan
variabel dependent adalah kepuasan konsumen. Variabel etika kerja terdiri
dari 4 unsur yaitu perilaku, penampilan, cara berbicara dan gerak-gerik. Pada
unsur perilaku, karyawan diharapakan mau menolong setiap konsumen dan
peduli terhadap kebutuhan konsumen. Pada unsur penampilan, karyawan
harus berpenampilan sopan saat melayani konsumen. Pada cara berbicara,
karyawan dituntut untuk berbicara dengan jelas, tidak bertele-tele dan
menghindari pembicaraan yang mengejek konsumen. Pada unsur gerak-gerik,
karyawan diharapkan menunjukan ekspresi yang menyenangkan dan tatapan
mata yang bersahabat.
Sedangkan variabel kepuasan konsumen terdiri dari 3 unsur yaitu
pelayanan, harga dan tanggapan. Pada unsur pelayanan, karyawan harus
memberikan pelayan dengan etika sopan santun dan sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Pada unsur harga, karyawan harus memberitahukan setiap promo
dan diskon yang ada. Pada unsur tanggapa, karyawan dituntut untuk
memberikan tanggapan yang cepat dan tanggapan tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah konsumen.
Download