BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf, di samping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak ini dapat berupa tumor yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ lainnya (Hakim, 2005; Wahjoepramono, 2006). Permasalahan klinis pada tumor otak agak berbeda dengan tumor lain karena efek yang ditimbulkannya, dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Kerusakan pada jaringan otak secara langsung akan menyebabkan gangguan fungsional pada sistem saraf pusat, berupa gangguan motorik, sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu efek massa yang ditimbulkan tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang tertutup dengan ukuran tetap (Wahjoepramono, 2006). Menurut The Central Brain Tumor Registry of the United States (CBTRUS), tumor otak primer adalah termasuk dalam 10 besar penyebab kematian terkait kanker. Diperkirakan sekitar 13.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia akibat tumor ini setiap tahunnya. Data dari Mayo Klinik, berdasarkan analisis dari tahun 1950 sampai 1989, dikatakan bahwa insiden tumor otak primer adalah 19,1 per 100.000 orang pertahun (11,8 per 100.000 untuk tumor yang simtomatik dan 7,3 per 100.000 untuk tumor yang asimtomatik). Data ini sama dengan data dari CBTRUS yang memberikan angka 11,47 per 100.000 per tahun. Di Eropa rata– 1 2 rata survival rate pasien tumor otak maligna dewasa adalah 18,7%. Prognosis penderita tumor otak primer beragam, pada tumor otak primer yang maligna median survivalnya ± 12 bulan. Pada penelitian lain yang mengukur survival rate pasien brain tumor didapatkan survival rate dalam 5 tahun pasien tumor otak yang terburuk adalah glioblastoma sebesar 3% sedangkan yang tertinggi adalah ependimoma yaitu 74% (Wahjoepramono, 2006; Arber, 2010; Sloan 2002). Pada pasien dengan semua tipe tumor otak yang dirawat di bagian neuroonkologi telah lama didapatkan dan dilaporkan adanya simtom fatigue pada pasien dengan semua tipe tumor otak. Fatigue ini mulai dikeluhkan dari pasien terdiagnosis tumor dan sepanjang perjalanan penyakit, dan ternyata merupakan salah satu gejala utama yang ditemukan dapat menurunkan kualitas hidup pasien tumor otak. Berbagai penelitian akhir-akhir ini sudah mulai difokuskan kepada gelaja-gejala spesifik seperti fatigue, gangguan tidur, nyeri, seizure, gangguan mood dan gangguan kognitif. Beberapa penelitian pada pasien high grade glioma maupun low grade glioma, fatigue ditemukan sebagai simtom yang paling banyak dihadapi (Winningham, 1994; Osaba, 2000; Brow, 2006; Sallo, 2002). Prevalensi fatigue pada tumor dan kanker selama dekade terakhir ini cenderung meningkat dan berefek buruk pada kualitas hidup, sehingga memerlukan intervensi yang efektif untuk mencegah dan mengobatinya. Fatigue digambarkan sebagai gejala berupa kelemahan, kelelahan, lesu, sulit berkonsentrasi, malaise, mengantuk dan kurangnya motivasi. Pada pasien tumor dan kanker, fatigue dapat muncul mulai dari saat terdiagnosis, meningkat selama terapi, berlangsung berbulan–bulan sampai tahun setelah selesai terapi. Sekitar 3 60% sampai lebih dari 80% penderita tumor mengeluhkan fatigue sebagai simtom yang umum. Fatigue pada kanker dapat disebabkan oleh kanker itu sendiri atau karena efek samping dari pengobatan kanker (Jennifer, 2007; Ryan, 2012; Winningham, 1994). Weitzner et al., (1995) melakukan penelitian yang menggunakan methylphenidate sebagai terapi fatigue pada pasien glioblastoma multiforme mendapatkan hasil methylphenidate dapat memperbaiki psikomotor pasien. Peneliti lain yang menggunakan methylphenidate mendapatkan hasil adanya perbaikan kemampuan fungsional, gangguan kognitif, stamina dan motivasi (Meyers et al., 1998). Beberapa penelitian yang dilakukan pada beragam populasi yang mengevaluasi fatigue pada pasien kanker menunjukkan bahwa skrining dan evaluasi fatigue masih suboptimal, fatigue masih banyak yang tidak diobati dan tenaga kesehatan profesional tidak sepenuhnya memahami seberapa besar fatigue dapat mempengaruhi tingkat stres dan gangguan fungsional (Hockenberry-Eaton, Hinds, 2007; Vogelzang, 1997; Knowles, 2000; Shun, Lai, Hsia, 2009; Collins, 2009). Pada penelitian yang dilakukan Lovely et al. (1999) tentang hubungan fatigue terhadap kualitas hidup pada pasien glioblastoma multiforme yang mendapatkan radioterapi didapatkan hasil adanya kenaikan fatigue dan kenaikan fatigue ini berhubungan dengan penurunan pada semua aspek kualitas hidup. Tujuan setiap pengobatan kanker adalah untuk meminimalisir gejala, menstabilkan kondisi, atau meningkatkan kualitas hidup merupakan tujuan utama dari pengobatan. Oleh karena itu manfaat adanya pengobatan harus benar–benar 4 diperhitungkan terhadap kemungkinan penurunan kualitas hidup pasien. Fatigue, gangguan tidur dan nyeri merupakan simtom yang paling banyak dikeluhkan pada pasien low grade glioma dan 45% di antaranya mempunyai kualitas hidup secara keseluruhan yang rendah sedangkan pada pasien High Grade Glioma, fatigue ditemukan pada sepertiga pasien dan merupakan independent predictor kualitas hidup terburuk (Taphoorn, 2005; Gustafsson, 2006; Osaba, 2000). Penelitian yang dilakukan terhadap faktor-faktor risiko terjadinya fatigue pada penderita tumor otak masih sangat sedikit. Beberapa penelitian yang dilakukan menemukan fatigue merupakan gejala yang umum diderita pasien baik low dan high grade brain tumor. Selain itu adanya kelemahan anggota gerak, nyeri, gangguan fungsional yang diderita pasien menyebabkan severe fatigue (Terry, 2010). Penelitian lain mendapatkan fatigue berhubungan dengan penggunan obat antiepilepsi dan fatigue tidak berhubungan dengan jenis kelamin, gambaran histologi, lokasi tumor, lamanya menderita penyakit, jenis operasi yang dilakukan dan jenis terapi radiasi yang dilakukan (Struik, 2008). Pada penelitian lain didapatkan tumor otak yang berlokasi pada daerah sentral seperti pada ventral frontal, temporal atau kortek parietal mengalami peningkatan derajat fatigue (Irle, 1994). Penelitian yang dilakukan Brown et al. (2006) pada populasi pasien yang pertama kali didiagnosis high grade glioma mendapatkan hasil dari variabelvariabel yang mempengaruhi kualitas hidup, lokasi tumor dihemisfer kanan secara statistik bermakna menyebabkan severe fatigue. Penelitian-penelitian mengenai lokasi tumor menyebabkan fatigue sampai saat ini masih kontroversial. otak yang dapat 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini yaitu: 1. Fatigue pada tumor otak dapat mempengaruhi Kualitas hidup pasien. 2. Penelitian mengenai fatigue masih sedikit, dan salah satu faktor yang dapat menyebabkan fatigue adalah lokasi tumor. C. Pertanyaan Penelitian Apakah lokasi tumor dihemisfer kanan berhubungan dengan derajat fatique yang berat pada pasien dengan tumor otak? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lokasi tumor otak dihemisfer kanan menyebabkan fatigue berat pada penderita tumor otak. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberi informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai kemungkinan efek lokasi tumor dengan derajat fatique yang mungkin terjadi. 2. Klinisi dapat memperkirakan derajat fatique yang dapat terjadi melalui lokasi tumor, sehingga dapat dilakukan penanganan terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya fatique. 6 F. Keaslian Penelitian Hasil dari penelurusan, didapatkan tiga penelitian terbaru mengenai pengaruh hubungan antara lokasi tumor otak terhadap fatigue seperti yang tertera pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1.Keaslian penelitian Penelitian Judul Metode & subjek Alat ukur Hasil Struik et al. (2009) Fatigue in low grade glioma. Metode potong lintang Pasien LGG post terapi CIS (checklist individual strength) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, histologi, letak tumor,durasi penyakit, jenis operasi dan radiasi. Irle et al. (1994) Mood changes after surgery for tumors of the cerebral cortex Metode potong lintang Semua pasien tumor otak. CIS (checklist individual strength) Tumor yang berada sentral seperti pada ventral frontal, temporal atau kortek parietal mengalami peningkatan derajat fatigue Tumor yang berada pada sisi hemisfer kanan lebih banyak menderita fatigue daripada tumor hemisfer kiri . Brown et al. (2006) Prospective study of quality of life in adults with newly diagnosed high-grade gliomas Metode prospektif pada pasien high grade glioma Fatigue SDS (symptom Distress Scale) Penelitian saat ini Korelasi lokasi Tumor Otak terhadap fatigue . Metode cross sectional. Pasien tumor otak pertama kali terdiagnosis BFI (Brief Fatigue inventory) -