P U T U S A N Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada Peradilan Tingkat Banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara: MOHAMAD SURYAHADI, S.H., Pegawai Negeri Sipil , dalam hal ini bertindak dalam kedudukan sebagai ayah kandung dan ahli waris dari almarhum Muhamad Gumilar, beralamat di Jalan Calung, Nomor: 4, RT.002/ RW.001, Kelurahan Turangga, Kecamatan Turangga, Kota Bandung; Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya: 1. Hayun Shobri, S.H.,M.H., 2. Api Kadafi, S.H., 3. Suwanto Nirwady, S.H., 4. Fita Kadarwati, S.H., 5. Armita Ria Sibuea, S.H., kesemuanya Advokat/Pengacara, Calon Advokat dan Penasehat Hukum pada Kantor Hukum “Hayun Shobri & Associates”, beralamat di Jalan Pasang No. 19, Kota Bandung, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 16 September 2014, selanjutnya disebut sebagai PEMBANDING semula PENGGUGAT; Lawan: 1. RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS, beralamat di Jalan Ir.H. Juanda Nomor: 100 Kota Bandung; 2. Dr. C F. MUHTHA PRAWATA, beralamat di Jalan Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung; 3. Dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B., beralamat di Jalan Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung; 4. Dr. SYAHRIL ISMAIL, Sp.PA.,beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor: 100 Kota Bandung; 5. Dr.H. SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA (K), beralamat di Jalan Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung; Halaman 1 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 6. Dr. GIDEON SUNOTOREDJO, Sp. PD., beralamat di Jalan Sudirman Nomor : 354 Kota Bandung; Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya: 1. H. Kuswara S. Taryono, S.H., M.H., 2. Rina St. Suhara, S.H., M.H., 3. Affandi Arpan, S.H., 4. M. Firdaus Januarto, S.H., M.H., 6. Asep Suryadi, S.H.,M.H., 6. Saputri Sigra Kusumah, S.H., 7. Djulianto Rochadi, S.H., 8. Rizal Al AuzaI, S.H., Advokat pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum “Kuswara S.Taryono, S.H., M.H. & Associates“, berkantor di SARIMAS REGENSI, Jalan Sarimas Raya Nomor: 26 – 28 Bandung, dan 1. Ade Novita, S.H., 2. Muhammad Muslih, S.H., M.H., Advokat pada kantor Advokat AN Partnership, berkantor di Souvereign Plaza 21 ST Floor, Jalan TB Simatupang, Kav. 36 Jakarta, masing-masing berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 10 Nopember 2014; 7. LABORATORIUM KLINIK PRAMITA CABANG BANDUNG, beralamat di Jalan L.L.R.E. Martadinata Nomor: 135 Bandung, dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya: Benny Wulur, S.H. dan Andrian Kurnia Redjeki, S.H. para Advokat pada Kantor Hukum “Yobel”, beralamat di Jalan Taman Mekar Abadi No. 90 Komplek Istana Mekar Wangi Bandung, berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 25 November 2013; Selanjutnya disebut sebagai PARA TERBANDING semula TERGUGAT I, TERGUGAT II, TERGUGAT III, TERGUGAT IV, TERGUGAT TERGUGAT I dan TURUT V, TURUT TERGUGAT II; PengadilanTinggi tersebut; Telah membaca berkas perkara berikut surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut serta salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Bandung Nomor 514/PDT.G/2013/PN.Bdg. tanggal 4 September 2014; Halaman 2 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Tentang Duduk Perkara: Memperhatikan dan menerima keadaan-keadaan mengenai duduknya perkara ini seperti tercantum dalam salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Bandung Nomor 514/PDT.G/2013/PN.Bdg. tanggal 4 September 2014; Membaca surat gugatan Penggugat tertanggal 7 November 2013 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung pada tanggal yang sama, dengan Register perkara Nomor 514/Pdt.G/2013/PN.Bdg, yang kemudian diperbaiki yang mengemukakan sebagai berikut: 1. Bahwa Penggugat adalah ayah kandung dan ahli waris anak yang bernama Muhamad Gumilar (almarhum); 2. Bahwa almarhum Muhamad Gumilar adalah pasien rumah sakit RS. Borromeus (Tergugat I) yang pada tanggal 30 Desember 2010 telah melakukan biopsi untuk diambil sampel jaringan tubuh oleh Tergugat III guna dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Santo Borromeus (Tergugat I); 3. Bahwa Tergugat I adalah lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara luas; 4. Bahwa Tergugat II adalah dokter pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang melakukan perawatan dan pengobatan untuk penyembuhan terhadap pasien RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang bernama Muhamad Gumilar ( almarhum ); 5. Bahwa Tergugat III adalah dokter spesialis ahli bedah pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang telah melakukan biopsi terhadap Muhamad Gumilar guna diambil sampel jaringan tubuh pada 3 (tiga) tempat, yakni di bagian pundak, leher dan ketiak sebagai specimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi (dikenal sebagai PREPARAT) untuk dilakukan pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I); 6. Bahwa Tergugat IV adalah dokter spesialis Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap PREPARAT (PA) Muhamad Gumilar hasil biopsi Tergugat III pada Laboratorium Patologi RS. Santo Borromeus (Tergugat I); Halaman 3 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 7. Bahwa Tergugat V adalah dokter spesialis Patoligi Anatomi dan berkedudukan sebagai Penanggung jawab Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Boroomeus (Tergugat I) dan juga adalah selaku dokter spesialis patoligi anatomi yang melakukan pemeriksaan pada Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. IMMANUEL Bandung (Tergugat I) yang telah melakukan pemeriksaan ulang atas Preparat ( PA ) awal dari Muhamad Gumilar yang ada dan diambil dari RS. Santo Borromeus (Tergugat I); 8. Bahwa pada tanggal 29 Desember 2010 Penggugat dating dan melakukan pemeriksaan kesehatan anaknya , almarhum Muhamad Gumilar di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang pemeriksaan dan perawatannya ditangani oleh Tergugat II yang pada saat itu juga melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi atas Muhamad Gumilar di RS. Santo Borromeus (Tergugat I); 9. Bahwa kemudian Tergugat II pada tanggal 30 Desember 2010 merujuk Muhamad Gumilar untuk diperiksa oleh Tergugat III dan kemudian melakukan operasi (biopsi) terhadap Muhamad Gumilar pada 3 (tiga) bagian tempat untuk mengambil sampel jaringan tubuh, yakni di bagian pundak, leher dan ketiak, sebagai specimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium patologi anatomi RS. Santo Borromeus (Tergugat I) untuk dilakukan pemeriksaan Laboratorium oleh Tergugat IV dengan Penanggung jawab Laboratorium adalah Tergugat V; 10. Bahwa berdasarkan hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi tanggal 30 Desember 2010 yang dilakukan oleh Tergugat IV pada Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus I) disimpulkan almarhum Muhamad Gumilar mengidap (Tergugat penyakit “Lymphadenitis Tuberculosa”, hal ini sebagaimana ternyata dari hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30/12/2010; 11. Bahwa oleh karena dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi dari Tergugat IV dan Tergugat V disimpulkan bahwa almarhum Muhamad Gumilar mengidap “Lymphadenitis Tuberculosa”, kemudian pada sekitar awal Januari 2011 Penggugat membawa kembali Muhamad Gumilar untuk melakukan perawatan dan pengobatan untuk penyembuhan lebih lanjut kepada Tergugat II; Halaman 4 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 12. Bahwa secara definisi sebagaimana dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan “Lymphadenitis Tuberculosa” (tuberculosis atau adenitis), adalah peradangan granulomatosa spesifik kronis pada kelenjar getah bening dengan kaseasi nekrosis, disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosisi atau Mycobacterium bovis; 13. Bahwa oleh karena dari hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi yang dilakukan oleh Tergugat IV , Tergugat V pada Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Boroomeus (Tergugat I) almarhum Muhamad Gumilar disimpulkan mengidap penyakit “Lymphadenitis Tuberculosa”, untuk pengobatan penyembuhannya Tergugat II memberikan obat – obat yang berhubungan dengan “Lymphadenitis Tuberculosa” yang secara medis harus dikonsumsi setiap hari tanpa diperbolehkan berhenti seharipun dan pengobatan tersebut telah dilakukan dalam waktu selama + 5 (lima) bulan, namun pengobatan tersebut tidak memberikan kesembuhan apapun terhadap penyakit yang diderita oleh Muhamad Gumilar, bahkan kemudian di tubuh Muhamad Gumilar timbul benjolan – benjolan baru; 14. Bahwa untuk pengobatan penyembuhan penyakit Muhamad Gumilar yang disimpulkan mengidap “Lymphadenitis Tuberculosa” maka Penggugat selain menempuh dengan cara medis kedokteran, juga pada sekitar awal bulan Juni 2011 juga menempuh pengobatan alternatif dengan pengobatan herbal, khususnya pengobatan yang terkait dengan penyakit “Tuber culosa”, namun ternyata pengobatan herbal tidak membuat kondisi kesehatan Muhamad Gumilar menjadi membaik; 15. Bahwa dengan didasari rasa penasaran akibat hasil pengobatan yang tidak memberikan penyembuhan apapun, sehingga pada sekitar akhir bulan Juni 2011 Penggugat menempuh kembali pengobatan melalui cara medis kepada dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO (kini sudah almarhum) sebagai dokter praktek Spesialis Paru di Apotek Kimia Farma Bandung, dan dalam pengobatan tersebut dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO dalam penanganannya tetap berpedoman pada hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi ddari Tergugat I, Tergugat IV dan Tergugat V yang menyimpulkan Muhamad Gumilar mengidap penyakit “Lymphadenitis Tuberculosa” dan atas dasar hasil pemeriksaan laboratorium mana dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO juga memberikan obat – obtan yang berhubungan dengan “Tuberculosa” dengan lama pengobatan + 3 (tiga) bulan. Dan karena dr. Andree Halaman 5 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Suhendra, Sp.PD PULMO cuti praktek, maka pengobatan selanjutnya untuk sementara digantikan oleh dr. H. Yun Armi , Sp.P.; 16. Bahwa dr. H. Yun Armil , Sp.P. kemudian melakukan pemeriksaan ulang terhadap Muhamad Gumilar dan pemeriksaan mana tetap berpedoman pada hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi dari Tergugat I , Tergugat IV dan Tergugat V, namun dari hasil pemeriksaan dengan melihat gejala – gejala (symptom) penyakit, dr. H. Yun Armi , Sp.P. mempunyai dugaan lain soal penyakit Muhamad Gumilar, sehingga menyarankan untuk pemeriksaan ulang karena menurut penilaian dr. H. Yun Armil , Sp.P. bahwa penyakit yang diidap Muhamad Gumilar bukan TUBERCULOSA (TBC) dengan melakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang terhadap Muhamad Gumilar; 17. Bahwa Penggugat awalnya merasa tersinggung atas pendapat dan saran dr. H. Yun Armil, Sp.P. yang meminta agar Muhamad Gumilar dilakukan biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang, karena dalam pikiran Penggugat , mana mungkin hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I) salah, karena selain sampel Patologi Anatomi (PA) yang diambil Tergugat III dari Muhamad Gumilar cukup banyak sehingga sangat yakin hasil pemeriksaannya akan tepat dan akurat, mengingat RS. Santo Borromeus (Tergugat I) adalah Rumah Sakit swasta yang cukup terkenal dan bonafide di wilayah Bandung. Dan meskipun dengan rasa tersinggung atas pendapat dan saran di atas, Penggugat merencanakan untuk melakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang, untuk melakukan hal mana Penggugat memutuskan untuk menunggu dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO kembali dari cutinya; 18. Bahwa pada tanggal 23 Agustus 2011 dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO kembali praktek dan pada kesempatan itu Penggugat menyampaikan tentang adanya pendapat dan saran dr. Yun Amril, Sp.P. yang menyarankan agar Muhamad Gumilar dilakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang, dan pada awalnya dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO bertahan dengan pendapatnya tentang penyakit yang diderita Muhammad Gumilar tersebut dan mengatakan “kemungkinan dr. Yun Amril, Sp.P. tidak membaca Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I)” . Namun ketika Penggugat jelaskan bahwa dr. Yun Amril, Sp.P. membaca semua hasil pemeriksaan laboratorium tersebut, akhirnya dr. Andree Suhendra, Sp.PD Halaman 6 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. PULMO mengembalikan keputusan kepada Penggugat selaku orang tua Muhamad Gumilar dengan mengatakan “apabila bapak (Penggugat) penasaran dan kurang yakin dengan hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I), silahkan anaknya (Muhamad Gumilar) dilakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang nanti saya (dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO) kasih pengantar dan untuk Biopsinya di Laboratorium Klinik PRAMITHA Bandung, sedangkan CT – CHEST SCAN disarankan di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) tetapi nanti yang membaca hasilnya adalah dr. Tan Siauw Koan, Sp. Rad (K) Po. Msc.”; 19. Bahwa oleh karena saran dari dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO di atas, maka Penggugat pada tanggal 24 Agustus 2011 melakukan biopsi ulang terhadap Muhamad Gumilar di Laboratorium Pramitha Bandung dan CT – CHEST SCAN di RS. Santo Borromeus (Tergugat I), dimana berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh DR> dr. H. Abdul Hassan, Sp.PA (K) dan disimpulkan sebagai berikut : Ditemukan sel atipik DD/: 1. Atypical mycobacterium; 2. Malignant Lymphoma a/r lateral , axilla dextra dan submental; Sementara berdasarkan Hasil CT – CHEST SCAN , tanggal 08/25/11 yang kemudian hasilnya dibaca oleh dr. Tan Siauw Koan, Sp. Rad (K) Po. Msc. (juga adalah dokter spesialis di RS. Santo Borromeus) diberikan kesimpulan sebagai berikut: Pembesaran KGB stasiun kiri kanan, pulmonary ligament kiri kanan, subcarinal, paratracheal bawah dan atas kiri kanan, aortic pulmonary window, para arcus aorta, highest mediastinal node, mediastinum anterior ke lateral sampai lingual, axilla kiri kanan, supraclavicular kiri, jugularis interna kiri, submandibular kiri kanan dan submental membesar dengan mencurigakan “Lymphoma Malignum” dengan keterlibatan paru. Gambaran CT – CHEST SCAN dengan tidak mencurigakan Lymphadenitis TBC; 20. Bahwa dengan adanya Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha dan CT – CHEST SCAN RS. Santo Borromeus (Tergugat I) di atas, yang menyimpulkan bahwa Muhamad Gumilar menderita penyakit “Lymphoma Malignum dengan keterlibatan paru “ yang berbeda dan kontradiktif Halaman 7 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. dengan hasil pemeriksaan laboratorium awal yang dilakukan Tergugat I , Tergugat IV dan Tergugat V tanggal 30/12/2010 yang memberi kesimpulan : 1. Lymphadenitis Tuberculosa , 2. Tidak tampak tanda ganas. Dengan adanya 2 (dua) perbedaan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut sungguh membuat terkejut dan terheran – heran Penggugat , bagaimana mungkin hasil pemeriksaan dari 2 (dua) laboratorium tersebut bissa memberikan kesimpulan yang berbeda soal penyakit yang diderita Muhamad Gumilar; 21. Bahwa dengan adanya 2 (dua) hasil pemeriksaan laboratorium yang memberikan kesimpulan yang berbeda dan kontradiktif berkenaan penyakit yang diidap Muhamad Gumilar, maka pada sekitar awal bulan September 2011 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha Bandung dan CT – CHEST SCAN RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang mana Penggugat sampaikan kepada dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO, yang kemudian menyarankan kepada Penggugat agar penanganan pengobatan penyembuhan Muhamad Gumilar ditangani dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. yang berpraktek di Jalan Sudirman Kota Bandung; 22. Bahwa pada tanggal 20 September 2011, Penggugat membawa Muhamad Gumilar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. dengan membawa semua data – data hasil pemeriksaan laboratorium (Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi RS. Santo Borromeus , tanggal 30/12/2010 , Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha tanggal 24 – 08 – 2011 , dan hasil CT – CHEST SCAN RS. Santo Borromeus tanggal 8/25/11) dan dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. cukup bingung dengan adanya 2 (dua) hasil pemeriksaan laboratorium dalam memberikan kesimpulan yang berbeda soal penyakit Muhamad Gumilar. Oleh karena didorong rasa penasaran kemudian dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. menyarankan kepada Penggugat agar mengambil sampel hasil PREPARAT (PA) awal yang ada di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) maupun yang ada di Laboratorium Klinik Pramitha untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel Bandung; 23. Bahwa pada tanggal 21 September 2011, Penggugat dengan surat pengantar dari dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. mendatangi RS. Santo Borromeus (Tergugat I) dan Klinik Pramitha guna meminta dan mengambil hasil PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar dan atas permintaan Halaman 8 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. tersebut kemudian baik RS. Santo Borromeus (Tergugat I) maupun Klinik PRAMITHA memberikan PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar kepada Penggugat; 24. Bahwa selanjutnya pada tanggal 23 September 2011 ke 2 (dua) PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar tersebut diserahkan oleh Penggugat kepada dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. dan kembali dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel Bandung, dan hasil pemeriksaan mana diperoleh kesimpulan bahwa Muhamad Gumilar mengidap “HODGKIN’S LYMPHOMA MIXED CELLULARITY”. Namun yang membuat herannya lagi “dokter spesialis patologi anatomi yang melakukan pemeriksaan PREPARAT” Muhamad Gumilar tersebut adalah dr. Syarief Hidayat Entum , SP.PA (Tergugat V) yang juga adalah Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Anatomi RS. Santo Borromeus yang untuk pertama kali melakukan pemeriksaan atas PREPARAT (PA) Muhamad Gumilar dengan kesimpulan mengidap “Lymphadenitis Tuberculosa”; 25. Bahwa sebagaimana Penggugat ketahui dari Wikipedia Bahasa Indonesia bahwa yang dimaksud dengan HODGKIN LYMPHOMA adalah juga diketahui sebagai penyakit Hodgkin adalah tipe limpoma yang pertama kali dideskripsikan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Secara klinis, limpoma Hodekin dikarakterisasikan dengan penyebaran penyakit melalui satu grup nodus limpa menuju lainnya dan dengan perkembangan gejala B dengan penyakit yang sudah jauh berkembang. Secara Pathologi , penyakit ini dikarakterisasikan oleh kehadiran Reed – Stemberg. Limpoma Hodgkin adalah salah satu kanker pertama yang dapat disembuhkan oleh radiasi. Nantinya Limpoma Hodgkin merupakan salah satu yang pertama kali dapat disembuhkan oleh kombinasi kemoterapi. Rata – rata penyembuhan sekitar 93 %, membuat penyakit ini sebagai salah satu kanker yang paling dapat diembuhkan; 26. Bahwa dengan adanya 2 (dua) kesimpulan yangberbeda berkenaan penyakit Muhammad Gumilardi atas, menimbulkan rasa penasaran sehingga untuk lebih meyakinkan lagi, maka dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. menyarankan kepada Penggugat untuk memeriksakan Muhamad Gumilar kepada dr. Widjaya Parnaya,Msc. yang berpraktek di Jalan Naripan Bandung, guna dilakukan USG (Ultrasonografi), dan berdasarkan saran tersebut pada tanggal 30 Sptember 2011 dilakukan Halaman 9 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. pemeriksaan USG kepada dr. Widjaya Parnaya,Msc., dan berdasarkan hasil USG dapat disimpulkan beberapa kelenjar getah bening yang membesar di daerah paraaorta bagian atas, sekitar truncus dari periportal, adapun kesimpulan lengkapnya sebagai berikut: Hepar: Hepar mempunyai bentuk dan besar normal. Tepi tajam dan permukaan regular. Perenkim mempunyai tekstur homogen dengan ekogenisitas normal. Gambaran pembuluh darah tampak normal. Tidak ada pelebaran saluran empedu; Lien: Bentuk dan besar normal. Perenkim mempunyai tekstur homogen dengan ekogenisitas normal.Tidak ditemukan kelainan; Para aorta: Tampak beberap kelenjar getah bening di sekitar aorta abdominalis bagian atas, truncus celiacus dan periportal yang agak tampak membesar. Ukurn kelenjar 10-23 mm; KESAN: - Hepar dan lien tidak menunjukkan kelainan; - Tampak beberapa kelenjar getah bening yang membesar di daerah paraaorta bagian atas, sekitar truncus celiacus dari periportal; 27. Bahwa , dengan adanya kesimpulan hasil pemeriksaan USG dr. Widjaya Parnaya,Msc. di atas, dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD.masih penasaran dan selanjutnya menyarankan kembali kepada Penggugat untuk mengambil kembali PREPARAT (PA) awal yang ada di RS. Santo Borromeus (Tergugat I), dan pada tanggal 29 September 2012 Penggugat datang kembali ke di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) guna mengambil kembali PREPARAT (PA) termaksud, dan selanjutnya dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. menyarankan Penggugat untuk memeriksakan di RSP.DR.HSAAN SADIKIN Bandung, karena menurutnya peralatan laboratorium di RSP. DR. HASAN SADIKIN lebih canggih sehingga nantinya akan diperoleh hasil pemeriksaan yang akurat; 28. Bahwa, pada tanggal 30 September 2011 dengan berbekal Surat Pengantar dari dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. selanjutnya PREPARAT (PA) awal yang diambil dari RS. Santo Borromeus (Tergugat I) masing – masing bertuliskan CD.3 , CD.20, CD.15 dan CD.30 Penggugat periksakan Halaman 10 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. ke Laboratorium Patologi Anatomi RSP. DR. HASAN SADIKIN dengan dokter spesialis patologi anatomi yang memeriksa Dr. Bethy S. Harnowo, SP.AP(K) Ph.D. dengan hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa Muhamad Gumilar mengidap “Hodgkin Lymphoma Lymphocitic Depletion” adapun hasil pemeriksaan laboratorium selengkapnya sebagai berikut: Telah kami lakukan pemeriksaan Imunohistokimia CD.3,CD.20,CD.15 dan CD.30 dengan hasil: CD. 3 : Positif Focal; CD.20 : Positif Focal; CD.15 : Negatif; CD.30 : Positif; Kesimpulan: Hodgkin Lymphoma Lymphocitic Depletion; 29. Bahwa, dengan adanya kesimpulan – kesimpulan yang berbeda soal penyakit Muhamad Gumilar, lebih membuat bingung dan heran Penggugat, bagaimana mungkin pemeriksaan laboratorium patologi anatomi yang dalam pemeriksaannya menggunakan PREPARAT (PA) awal yang sama, namun, hasil kesimpulan berbeda, yakni TERGUGAT I , TERGUGAT IV dan TERGUGAT V berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30/12/2010 berkesimpulan “LYMPHADENITIS TUBERCULOSA” sementara hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel Bandung dan RSP.DR.HASAN SADIKIN Bandung berkesimpulan “HODGKIN’S LYMPHOMA”; 30. Bahwa berdasarkan fakta fakta yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium patologi anatomi di atas, maka sangat jelas TERGUGAT I, TERGUGAT IV dan TERGUGAT V telah memberikan hasil pemeriksaan (dianosa) yang salah berkenaan penyakit Muhamad Gumilar , yakni sebagai “LYMPHADENITIS TUBERCULOSA (TBC)”, padahal sebenarnya “HODGKIN LYMPHOMA” sehingga akibat dari kesalahan TERGUGAT I , TERGUGAT IV dan diagnosa TERGUGAT V mana berakibat Tergugat II salah memberikan obat guna pengobatan penyembuhan atas Muhamad Gumilar, yakni dengan memberikan obat – obatan terkait dengan penyakit “TUBERCULOASA (TBC)” dan kesalahan diagnosa mana berlanjut pula dengan pengobatan – pengobatan berikutnya yakni tetap memberikan obat – obatan yang terkait dengan “TUBERCULOASA (TBC)”. Akibat dari kesalahan pengobatan mana , sehingga obat – obatan yang Halaman 11 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. dikonsumsi berakibat fatal bagi Muhamad Gumilar, karena obat – obatan yang selama ini dikonsumsi bukan menyembuhkan, melainkan sebaliknya menambah penderitaan kepada Muhamad Gumilar, atau dengan kata lain kesalahan dalam memberikan obat – obatan telah menjadi racun yang menimbulkan efek samping negative karenanya sangat mungkin menimbulkan kerusakan – kerusakan pada organ – organ tubuh lainnya; 31. Bahwa selain itu, akibat dari kesalah dari TERGUGAT I, TERGUGAT IV dan TERGUGAT V memberikan hasil pemeriksaan (diagnosa) di atas, selain itu tindakan medis untuk penanganan penyembuhannya menjadi tidak tepat dan salah, juga tindakan penanganan medis untuk mengobati penyembuhan secara tepat dan benar menurut prosedur medis kedokteran atas penyakit “HODGKIN LYMPHOMA” yang diderita Muhamad Gumilar menjadi sangat terlambat, dan akibat dari keterlambatan penanganaan pengobatan dalam kurun waktu yang cukup lama sangat besar kemungkinan penyakit Hodgkin Lymphoma yang semula berpeluang sangat besar untuk disembuhkan secara total akan bermutasi menjadi penyakit lymphoma (kanker) yang gamas dan secara nyata berakibat fatal dan menyebabkan kondisi kesehatan Muhamad Gumilar semakin hari semakin menurun dan pada akhirnya meninggal duni , pada tanggal 31 Mei 2012 di RSP.DR.HSAAN SADIKIN Bandung, sebagaimana Surat Keterangan tertanggal 31 mei 2012 dengan diagnose terakhir: “HCAP dengan resparatory failure dan syok sepsis pada penderita lymphoma maligna post kemoterapi”. Padahal secara medis kedokteran penyakit “HODGKIN LYMPHOMA” (menurut Wikipedia Indonesia) adalah salah satu penyakit kanker yang paling dapat disembuhkan dengan kombinasi radiasi dan kemoterapi, asalkan penanganannya dilakukan dengan cepat dan tepat; 32. Bahwa seandainya, diagnosa TERGUGAT I, TERGUGAT IV dan TERGUGAT V dari awal tidak memberikan hasil kesimpulan yang salah dan sejak awal diketahui penyakit Muhamad Gumilar adalah “HODGKIN LYMPHOMA” sudah tentu PENGGUGAT selaku orang tua akan berupaya optimal untuk melakukan penanganan pengobatan dengan cepat dan tepat sesuai dengan prosedur dan standart medis kedokteran, dan jika kesalahan diagnose mana tidak terjadi, sangat mungkin Muhamad Gumilar akan sembuh secara total dari penyakit tersebut, mengingat Halaman 12 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. (menurut Wikipedia Indonesia) di atas bahwa “HODGKIN LYMPHOMA adalah salah satu penyakit kanker yang paling dapat disembuhkan”; 33. Bahwa, dengan adanya permasalahan di atas, maka pada tanggal 20 Maret 2013 PREPARAT (PA) AWAL Muhamad Gumilar yang mana oleh PENGGUGAT telah diserahkan kepada dan kini berada di Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut; 34. Bahwa sehubungan dengan adanya permasalahan di atas, Kuasa Hukum PENGGUGAT dari Kantor Hukum HAYUN SHOBRI & ASSOCIATES, dengan Surat No: 015/Und/KHSR/VI/2012, pernah mengundang RS. Santo Borromeus (Tergugat I) guna keperluan menindak lanjuti hasil pertemuan PENGGUGAT dengan RS. Santo Borromeus (Tergugat I) sebelumnya terkait mencari penyelesaian yang baik atas permasalahan pasien Muhamad Gumilar. Namun sangat disayangkan , karena dalam pertemuan awal tidak diperoleh penyelesaian apapun dan bahkan undangan dari kami tidak mendapat respon positif apapun dari TERGUGAT I. dari fakta ini menunjukkan untuk RS. Santo Borromeus (Tergugat I) tidak ada itikat baik menyelesaikan permasalahan ini secara baik – baik dan musyawarah, dan oleh karenanya dengan sangat terpaksa PENGGUGAT mengajukan gugatan ini; 35. Bahwa berdasarkan fakta – fakta di atas, terlihat kesalahan RS. Santo Borromeus (Tergugat I) sebagai pelayan medis dalam kasus ini, yakni: a. Tidak melakukan koordinasi yang baik diantara sesame dokter di RS. Santo Borromeus Bandung (Tergugat I); b. Tidak melaksanakan pelayanan medis dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan pasien secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif); c. RS. Santo Borromeus Bandung (Tergugat I) tidak melaksanakan perawatan dan penyembuhan terhadap pasien berdasarkan standart pelayanan medis; 36. Bahwa berdasarkan fakta – fakta tersebut di atas, kesalah dan kelalaian TERGUGAT I, TERGUGAT III, TERGUGAT IV dan TERGUGAT V dalam melakukan diagnosa, sehingga berakibat TERGUGAT II salah dalam melakukan perawatan dan pengobatan, yang berakibat terlambatnya mengantisipasi/mencegah penyakit almarhum Muhamad Gumilar disertai Halaman 13 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. tidak adanya itikat baik dari Para TERGUGAT untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan baik, membuktikan TERGUGAT I, II, III. IV & V telah “MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM”; 37. Bahwa akibat adanya perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan Para TERGUGAT tersebut hal mana PENGGUGAT telah mengalami kerugian berupa: a. Kerugian materiel: Bahwa selama almarhum Muhamad Gumilar menjalani perawatan dan pemeriksaan di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) dan perawatan dan pengobatan kepada dokter – dokter lain dimana kondisi kesehatan almarhum Muhamad Gumilar tidak kunjung membaik bahkan semakin hari semakin memburuk disebabkan kesalahan dalam memberikan hasil diagnosa yang tidak valid, biaya yang telah dikeluarkan ddan catatan – catatan pengeluaran pengobatan Muhamad Gumilar yang dicatat PENGGUGAT total sebesar : Rp 214.883.178,- (dua ratus empat belas juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tujuh puluh delapan rupiah); b. Kerugian Immateriel: Bahwa almarhum Muhamad Gumilar mengalami proses pengobatan yang panjang dan melelahkan, sementara kesalahan/kelalaian diagnosa tentunya menyebabkan almarhum semakin menderita dan penanganan pengobatan yang diberikan pada tahap berikutnya sangat terlambat untuk mengatasi penyakit almarhum yang berakibat terjadinya dekadensi mental dan fisik serta berakhir dengan meninggalnya almarhum Muhamad Gumilar pada tanggal 31 Mei 2012. PENGGUGAT dan Keluarga merasa sangat kehilangan seorang anak yang sangat disayangi dan dicintainya. Pada akhirnya almarhum menjadi korban dari penanganandan sikap Para TERGUGAT yang tidak professional. Kehilangan seoarang anak yang sangat disayangi dan dicintai tidak dapat dinilai dengan uang berapapun besarnya. Namun dalam kasus ini sebagai bentuk tuntutan pertanggung jawaban hukum Para TERGUGAT atas kesalahan/kelalaian diagnosa tersebut , kepada Para TERGUGAT beralasan PENGGUGAT menuntut kepada Para TERGUGAT secara tanggung renteng untuk membayar ganti kerugian sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyard rupiah) mengingat kepercayaan selama ini diberikan PENGGUGAT kepada Para Halaman 14 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. TERGUGAT selaku pengelola rumah sakit yang cukup besar dan terkenal serta bonafide, namun akhirnya almarhum mendapat perlakuan penanganan yang tidak sepatutnya; 38. Bahwa untuk menjamin agar Para TERGUGAT tunduk ddan patuh pada putusan ini, beralasan pula apabila Para TERGUGAT dihukum secara tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per hari kepada PENGGUGAT setiap kali lalai melaksanakan isi putusan ini terhitung sejak putusan perkara ini mempunyai kekuatan hukum tetap dan pasti ( inkracht van gewijsde ); 39. Bahwa untuk menjamin agar gugatan PENGGUGAT tidak sia – sia (illusoir) dan menjamin agar Para TERGUGAT kelak dapat menjalankan putusan ini sebagaimana mestinya, mohon agar diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terlebih dahulu atas barang bergerak dan tidak bergerak berupa tanah dan bangunan serta berikut isinya yang terletak di Jalan Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung, setempat dikenal sebagai RS. Santo Borromeus Bandung; 40. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan dengan bukti – bukti yang telah memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR, maka beralasan hukum apabila putusan perkara ini dinyatakan dapat dijalankan terlebih dahulu (uit voorbaar bij voorraad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding maupun kasai dari para pihak; 41. Bahwa selain itu mohon apabila Para TERGUGAT secara tanggung renteng dihukum untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya gugatan ini; Berdasarkan alasan – alasan yang terurai di atas, berkenan kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Menyatakan TERGUGAT I,II,III,IV dan V telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum; 3. Menghukum TERGUGAT I,II,III,IV dan V secara tanggung renteng untuk membayar ganti kerugian kepada PENGGUGAT berupa: a. Kerugian Materiel sebesar Rp. Rp 214.883.178,- (dua ratus empat belas juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tujuh puluh delapan rupiah); Halaman 15 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. b. Kerugian Immateriel sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyard rupiah); 4. Menghukum Para TERGUGAT secara tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per hari kepada PENGGUGAT setiap kali lalai melaksanakan isi putusan ini; 5. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) yang telah diletakkan atas harta kekayaan Para TERGUGAT baik bergerak maupun tidak bergerak berupa tanah dan bangunan serta berikut isinya yang terletak di Jalan Ir.H.Juanda Nomor : 100 Kota Bandung, setempat dikenal sebagai RS. Santo Borromeus Bandung; 6. Menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uit voorbaar bij voorraad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding maupun kasai dari para pihak; 7. Menghukum Para TERGUGAT secara tanggung renteng untyk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya gugutan ini; SUBSIDAIR: Dalam peradilan yang baik, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono); Membaca surat jawaban Pihak Tergugat I sampai dengan Tergugat V dan Turut Tergugat I tertanggal 28 Januari 2014, dengan perbaikan jawaban tertanggal 4 Februari 2014, yang mengemukakan sebagai berikut: DALAM EKSEPSI: Tentang Gugatan Penggugat Prematur: 1. Bahwa dalam gugatannya, Penggugat menyatakan telah mengadukan permasalahannya kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut; 2. Bahwa perlu disampaikan dasar hukum pembentukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah berdasarkan UndangUndang Nomor: 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, adapun tugas dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta menjaga mutu dari dokter, dan juga menjaga kehormatan profesi kedokteran, sedangkan tujuan dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Halaman 16 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. (MKDKI) adalah menegakkan disiplin dokter/dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran; 3. Bahwa berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor: 15/KKI/PER/VII/2006, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi, dalam Pasal 4 menerangkan Tugas Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia: Pasal 4 (1) Tugas MKDKI: a. Menerima Pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan dan; b. Menyusun pedoman dan tata cara penerangan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi; (2) Tugas MKDKI-P menerima pengaduan, memeriksa, memutuskan ada tidaknya kasus pelanggaran disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan menentukan saksi yang diajukan provinsi; 4. Bahwa selanjutnya apabila mengacu kepada ketentuan Pasal 69 UndangUndang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Jo. Pasal 27 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor: 16/KKI/PER/VII/2006 Tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi, seorang dokter dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran disiplin dan/atau adanya kesalahan mengenai standar operasional prosedur harus berdasarkan Keputusan dari Majelis diuraikan diatas, Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI); 5. Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang telah seharusnya Gugatan yang diajukan oleh Penggugat menunggu terlebih dahulu keputusan dari MKDKI, dengan demikian Gugatan yang diajukan Penggugat terlalu prematur, karena itu beralasan menurut hukum Gugatan Penggugat harus dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA; Tentang Gugatan Penggugat Kabur Dan Tidak Jelas/Obscuur Libel; 1. Bahwa Gugatan Penggugat tidak menjelaskan secara utuh dan terperinci berkaitan dengan pengobatan yang dilakukan Alm. M. Gumilar (anak Penggugat), karena dalam uraian Posita tidak menjelaskan secara runtut, Halaman 17 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. jelas dan benar serta menghilangkan fakta setelah pemeriksaan terakhir pada tanggal 4 April 2011 tersebut, pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) tidak pernah control kembali kepada dr. G. F. Mukta Prawata, Sp.PD. (Tergugat II), sehingga dengan demikian tidak patuhnya pasien Alm M. Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat untuk menjalani CT. Scan, hal tersebut mengakibatkan dokter tidak dapat melanjutkan penegakan Diagnosa; 2. Bahwa dalam Gugatan Penggugat tidak menguraikan secara tepat dan benar dalam Posita Gugatan, berkaitan dengan telah berobat jalan Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) di RS.Borromeus selama 3 (tiga) bulan lebih atau selama 95 (Sembilan puluh lima) hari, dari tanggal 29 Desember sampai dengan 04 April 2011. Selanjutnya sejak tanggal 04 April 2011 (sepulang dari RS. Borromeus) tersebut hingga meninggal dunia Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) memilih menjalani pengobatan pada Rumah Sakit lain, dokter lain dan/atau pemberi obat herbal; 3. Bahwa berkaitan dengan tuntutan ganti rugi harus didasarkan pada perincian yang jelas agar jumlah kerugian dapat ditentukan secara benar dan tetap, Penggugat dalam Gugatannya tidak menguraikan secara terperinci tentang kerugian yang dideritanya, baik secara materiel maupun immateriel; 4. Bahwa dengan tidak ada perincian yang jelas berkaitan dengan kerugian yang diderita Penggugat, maka sangat beralasan secara hukum untuk menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat dapat diterima; Tentang Gugatan Penggugat Kekurangan Pihak/Exceptio Plurium Litis Consortium: 1. Bahwa Gugatan Penggugat telah kekurangan pihak (tidak lengkap) dengan tidak menarik Pemberi obat herbal, dokter lainnya, maupun Rumah Sakit lainnya, selaku pihak Tergugat atau Turut Tergugat; 2. Bahwa dengan demikian Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima; EKSEPSI TURUT TERGUGAT I; Tentang Gugatan Kabur atau Tidak Jelas / Obscuur Libel; 1. Bahwa Turut Tergugat I, saat melakukan tahapan pemeriksaan dan akhirnya disimpulkan pasien menderita penyakit Hodgkin Lymphoma dan Halaman 18 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. disarankan kemoterapi, namun pasien tidak pernah kembali. Hal itu berarti pasien TIDAK PATUH terhadap saran dokter, pasien dan keluarga LALAI tidak mematuhi perintah Turut Tergugat I; 2. Bahwa Turut Tergugat I, telah ditarik sebagai Pihak dalam perkara ini, namun apa yang telah didalilkan oleh Penggugat kepada Turut Tergugat I dalam Positanya pada poin 21, 22, 23, 24. 26. 27, 28 , namun pada Petitum tidak ada tuntutan apapun terhadap Turut Tergugat I, telah terdapat ketidak jelasan apa yang diinginkan oleh Penggugat kepada Turut Tergugat I, sehingga mengakibatkan Gugatan Penggugat tidak jelas/kabur (obscuur libel); 3. Bahwa dengan demikian beralasan menurut hukum, Gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima, atau setifdak – tidaknya Turut Tergugat I harus dikeluarkan selaku Pihak dalam perkara ini; DALAM POKOK PERKARA: Tanggapan Tergugat I; 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; 2. Bahwa Tergugat I mohon seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali yang secara tegas diakui; 3. Bahwa perlu Tergugat I sampaikan, kronologis penanganan Alm. M. Gumilar (anak Penggugat), pada saat ditangani oleh Tergugat I, sebagai berikut: - Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) pertama kali datang ke Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I ) pada tanggal 29 Desember 2010 datang kepada dr. ARTHUR H.L. TOBING,Sp.B (Tergugat III), dengan keluhan ada benjolan pada daerah ketiak dan leher, setelah dilakukan pemeriksaan, disimpulkan kemungkinan diagnosa (Differential Diagnosis): 1. Lymphadenitis TBC; 2. Lymphadenitis Malignant; Bahwa untuk itu harus dilakukan pengambilan jaringan tubuh (biopsi) yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2010, dengan terlebih dahulu mengkonsulkan kepada dr. G.F. MUKTA Halaman 19 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) untuk memastikan kondisi pasien memungkinkan dilakukan tindakan operasi dengan bius total; - Bahwa pada tanggal 30 Desember 2010 Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) kembali datang pada Tergugat III untuk melakukan operasi pengambilan jaringan tubuh (biopsi) tanpa dilakukan perawatan rawat inap (one day surgery/ODS). Kemudian jaringan hasil operasi biopsi dikirim oleh Tergugat III kepada bagian laboratorium Patologi Anatomi (PA) untuk dilakukan pemeriksaan dan dibacakan oleh ahli PA yang bertugas; - Bahwa Preparat Patologi Anatomi yang diperikssa oleh Tergugat IV adalah hasil operasi pada tanggal 30 Desember 2010. Selanjutnya pada tanggal Laboratorium 31 PA. Desember Tergugat 2010, IV Tergugat menerima IV bertugas formulir di permintaan pemeriksaan PA atas nama pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) yang dikirimkan oleh Tergugat III beserta 1 buah botol berisi beberapa kelenjar getah bening (KGB); - Bahwa pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) pada tanggal 4 Januari 2011 kembali datang untuk berkonsultasi kepada dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B (Tergugat III) untuk kontrol luka; - Bahwa pada tanggal 4 Januari 2011, hasil pemeriksaan Patologi Anatomi telah dapat dibaca oleh Tergugat IV dimana Tergugat IV melihat tanda dan ciri yang mengarah KGB tersebut berupa Lymphadenitis Tuberculosa. Hasil atau kesimpulan tersebut oleh Tergugat IV dibuatkan dalam lembar Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan ditujukan kepada Tergugat III sebagai dokter bedah yang meminta konsultasi kepada Ahli Patologi Anatomi; - Bahwa pada tanggal 7 Januari 2011, Pasien kontrol kembali ke Tergugat III dan Tergugat III memberitahukan hasil Patologi Anatomi kepada pasien dan keluarga Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) dengan kesimpulan “Lymphadenitis Tuberculosa” (TBC), tidak tampak tanda ganas. Hasil laboratorium tersebut dilakukan oleh dr. SYAHRIR ISMAIL, Sp. PA (Tergugat IV). Selanjutnya Tergugat III mengkonsultasikan kembali ke Tergugat II untuk pemberian terapi; - Bahwa kemudian pada tanggal 8 Januari 2011 Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) datang kepada dr. G.F. MUKTA PRAWATA, Sp.PD Halaman 20 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. (Tergugat II), Tergugat II kemudian melakukan pemeriksaan berdasarkan insidensi, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya termasuk hasil pemeriksaan PA (Patologi Anatomi) terhadap Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) untuk kemudian memberikan terapi; - Bahwa pada tanggal 21 Januari 2011 dan 19 Februari 2011, pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) kontrol kembali dan diberikan terapi TBC. Dengan terapi TBC tersebut kondisi fisik dan berat badan dari pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) mengalami peningkatan sampai dengan + 4 (empat) kilogram; - Bahwa pada tanggal 4 April 2011 pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) kembali datang kepada dr. G.F. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), dengan keluhan terdapat benjolan baru di daerah leher kanan. Dari hasil pemeriksaan pada waktu itu, dan curiga ada penyakit lain , dr. G.F. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II) meminta pemeriksaan penunjang lainnya yaitu meminta dilakukan CT Scan, namun tidak dipatuhi dan malah sejak tanggal 4 April 2011 tersebut Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) tidak pernah datang kembali; - Bahwa dengan tidak patuhnya pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) untuk melakukan CT Scan yang telah dianjurkan, dan juga tidak pernah datang kembali, mengakibatkan dr. G.F. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II) tidak dapat menegakkan diagnosa lebih lanjut; - Bahwa Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) meninggal bukan di RS Borromeus melainkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada tanggal 31 Mei 2012 karena “ Hospital Community Acquired Pneumonia” dengan respiratory failure dan syok sepsis pada penderita “Lymphoma malignum post kemoterapi” setelah 1 (satu) tahun lebih memutuskan transaksi terapeutik dari Tergugat I; 4. Bahwa seorang dokter dalam melakukan upaya pengobatan tidak dapat menjanjikan kesembuhan dan dalam perjalanan upaya pengobatannya dokter akan selalu mengevaluasi perkembangan/perubahan gejala klinis dan respon tubuh Pasien terhadap Terapi yang sudah diberikan; Halaman 21 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 5. Bahwa pada tanggal 4 April 2011 karena terdapat benjolan baru di daerah leher Pasien, maka dr. G.F. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) menganjurkan agar Pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan; 6. Bahwa pemberian obat/terapi Lymphadenitis Tuberculosa (TBC) yang diberikan kepada Pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) sama sekali tidak ada hubungannya dengan kematian dari pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya efek samping dari pemberian obat TBC tersebut terhadap fungsi hati pasien sesuai dengan hasil SGPT (Serum Glumatik Piruvik Transaminase) dan SGOT (Serum Glumatik Oksaloasetik Transaminase) yang tetap dalam batas normal; 7. Bahwa sama sekali tidak benar apabila Tergugat I tidak memberikan respon positif dan tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan permasalahan ini secara musyawarah kepada Penggugat sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat pada point 34 dan dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat I tidak melakukan koordinasi yang baik antara sesama dokter di Rumah Sakit Santo Borromeus, tidak melaksanakan pelayanan medis dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan terhadap pasien secara terpadu, dan Rumah Sakit Santo Borromeus tidak melaksanakan perawatan dan penyembuhan termasuk terhadap pasien berdasarkan standart pelayanan medis sebagaimana didalilkan pada poin 35 adalah tidak benar, karena Pihak Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I) telah menindak lanjuti dengan cara mengundang Penggugat untuk membahas mengenai kronologis pengobatan Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) pada tanggal 13 Juni 2012, maupun melakukan beberapa upaya penyelesaian secara baik / musyawarah, termasuk dalam proses mediasi; 8. Bahwa perjanjian terapeutik antara Tergugat I (RS.Santo Borromeus) dengan anak Penggugat (alm.M.Gumilar) adalah sejak tanggal 29 Desember 2010 sampai dengan tanggal 4 April 2011; 9. Bahwa pemeriksaan Patologi Anatomi pada penyakit Hodgkin Lymphoma ditemukan gambaran nekrosis dan epiteloid serta sel datia yang dapat ditemukan pula pada gambaran Patologi Anatomi Lymphadenitis Tuberculosa, bahkan beberapa literatur menyatakan keduanya dapat terjadi bersamaan, jadi masih dimungkinkan terjadi perbedaan Halaman 22 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. pembacaan interpretasi petologi anatomi, pemeriksaan Patologi Anatomi adalah pemeriksaan penunjang, seorang dokter klinisi dalam menegakkan diagnosa kerja menggabungkan hasil pemeriksaan klinis, insidensi dan pemeriksaan penunjang yang semuanya mengarah ke Lymphadenitis Tuberculosa; 10. Bahwa adanya perbedaan terhadap kesimpulan pembacaan Patologi Anatomi adalah masih dimungkinkan, karena hasil pembacaan Patologi Anatomi adalah bukan satu – satunya mekanisme untuk menentukan penyakit pasien dan pengobatannya, melainkan hanya pemeriksaan penunjang seorang dokter untuk melakukan pengobatan, selanjutnya dokter akan melihat gejala klinis dan respon tubuh pasien terhadap terapi yang sudah diberikan, dan apabila ada gejala klinis dan respon tubuh pasien yang tidak sesuai harapan, maka dokter dapat melakukan/ menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya; 11. Bahwa Tergugat I sama sekali tidak mengetahui metode pengobatan apa yang dilakukan Penggugat terhadap anaknya (Alm.M.Gumilar), karena selama tenggang waktu + 13 (tiga belas) bulan terakhir dilakukan tanpa sepengetahuan, tidak ada relevansi, dan di luar tanggung jawab para Tergugat dan Turut Tergugat I karena sebagaimana dalil gugatan Penggugat pada poin 14, menyatakan Penggugat pula telah menempuh pengobatan alternatif dengan cara pengobatan herbal, sehingga pengobatan selama kurun waktu + 13 (tiga belas) bulan tersebut di luar pengetahuan dan tanggung jawab Para Tergugat dan Turut Tergugat I; 12. Bahwa sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan Para Tergugat telah melakukan kesalahan dan kelalaian dalam melakukan perawatan dan pengobatan, yang berakibat terlambatnya mengantisipasi / mencegah penyakit pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) serta tidak adanya itikad baik dari Para Tergugat adalah hal yang keliru, karena dokter yang menangani pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah memberikan saran yang tepat, namun Penggugatlah yang tidak mengikuti saran tersebut, dengan demikian karena dokter telah melakukan standar prosedur yang tepat, sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat I bukanlah merupakan Perbuatan Melawan Hukum; 13. Bahwa kematian pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada bulan Mei 2012, dimana Halaman 23 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat selama tenggang waktu + 13 bulan terakhir dilakukan tanpa sepengetahuan Tergugat I dan di luar tanggung jawab dari Tergugat I; 14. Bahwa Tergugat I harus dilepaskan tanggungjawabnya terhadap kematian Alm.M.Gumilar Penggugat) (anak dan / Penggugat) atau karena keluarganya telah Alm.M.Gumilar (anak menghentikan proses pengobatan di tempat Tergugat I (RS.Sato Borromeus) sejak tanggal 4 April 2011. Pada tanggal 4 April 2011 tersebut Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah diminta oleh Tergugat II untuk melakukan pemeriksaan mendalam dengan melakukan CT Scan namun Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) tidak melakukannya dan tidak berobat lagi ke Tergugat I (RS.Sato Borromeus). Sehingga mengacu pada Pasal 45 ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dinyatakan: “Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan /atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehesif”; 15. Bahwa berdasarkan Buku Pedoman Pasien yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Indonesia 202, point 21 hal.11 alinea kedua, menyatakan: “Tidak dilaksanakannya nasehat dokter dapat berakibat pada kegagalan upaya pengobatan, dan hal tersebut merupakan tanggung jawab pasien”; 16. Bahwa berdasarkan UU Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 53 ayat B, dinyatakan: “Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban mematuhi nasihat dan petunjuk Dokter atau Dokter Gigi”; 17. Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada poin 37 a., yang menyatakan telah mengalami kerugian Materiel sebesar Rp.214.883.178,(dua ratus empat belas juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tujuh puluh deapan rupiah), adalah tidak tepat/ keliru karena tidak dilandasi dasar hukum yang kuat, selanjutnya sesuai dengan hasil rekapitulasi biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Kepala Seksi Administrasi Keuangan Rumah Sakit Santo Borromeus terhadap Pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) selama ditangani (Rawat jalan) di Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I) hanya dikarenakan biaya Halaman 24 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. sebesar Rp. 8.701.300,- (delapan juta tujuh ratus satu ribu tiga ratus rupiah); 18. Bahwa terhadap dalil Gugatan Penggugat pada poin 37 b., yang meminta ganti rugi Immateriel sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyard rupiah) kepada Para Tergugat (termasuk Tergugat I) secara tanggung renteng adalah tidak tepat dan tidak benar, karena meninggalnya pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada bulan Mei 2012, dimana pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) selama tenggang waktu + 13 bulan terakhir dilakukan tanpa sepengetahuan dan di luar tanggung jawab dari Rumah Sakit Santo Borromeus (Tegugat I), sehingga beralasan menurut hukum, dalil Gugatan yang demikian harus dikesampingkan dan harus ditolak; 19. Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada poin 18 tentang tuntutan kepada Para Tergugat (termasuk Tergugat I) secara tanggung renteng untuk membayar uang paksa (Dwangsom) sebesar Rp. 10.000.000,(sepuluh juta rupiah) per hari kepada Penggugat adalah tidak beralasan menurut hukum sehingga harus ditolak, karena pada prinsipnya Dwangsom tidak dapat dituntut bersama – sama dengan tuntutan membayar uang, hal tersebut sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No.3703 K/Pdt/1986; 20. Bahwa berkaitan dengan permohonan Penggugat untuk diletakkannya sita jaminan (Conservatoir Beslag) atas barang – barang dan aset milik Tergugat I berupa tanah dan bangunan berikut isinya yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.100 Kota Bandung haruslah dikesampingkan/ ditolak, karena alasan – alasan yang dikemukakan oleh Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang kuat; 21. Bahwa berkaitan dengan dalil Gugatan Penggugat pada poin 40 yang memohon putusan ini dinyatakan dapat dijalankan terlebih dahulu (uit voorbaar bij voorrad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding, maupun kasasi sebagaimana Pasal 180 HIR, juga harus ditolak, karena tidak dilandasi dasar hukum yang kuat; 22. Bahwa dalil tuntutan Penggugat terhadap Para Tergugat (termasuk Tergugat I) tentang pembayaran seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini juga harus ditolak, karena tidak dilandasi dasar hukum yang kuat; Halaman 25 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. TANGGAPAN TERGUGAT II: 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; 2. Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara tegas diakui; 3. Bahwa benar pada tanggal 29 Desember 2010 Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), dikonsulkan oleh dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B (Tegugat III) untuk persiapan operasi pengambilan jaringan tubuh (Biopsi); 4. Bahwa dr. G.F.MUKTA PRAWATA, Sp PD (Tegugat II) memberikan terapi pengobatan Lymphadenitis pemeriksaan anamnesa Penggugat) Tuberculosa setelah menyesuaikan terhadap gejala klinis Alm.M.Gumilar (anak dengan hasil pembacaan dari Ahli Patologi Anatomi, dan melihat insidensi penyakit TBC yang tinggi di Indonesia; 5. Bahwa salah satu literature melaporkan 3 (tiga) kasus di luar negeri yang mana adanya penyakit Tuberculosa bersamaan dengan Hodgkin Lymphoma da 2 (dua) kasus terjadi perbaikan klinis setelah pengobatan anti tuberculosa yang kemudian baru muncul gejala penyakit Hodgkin Lymphoma. Pada literaturpun dikatakan bahwa sangat sulit membedakan Hodgkin Lymphoma dengan Lymphadenitis Tuberculosa; 6. Bahwa penyakit predisposisi untuk Hodgkin penyakit Lymphoma sendiri Tuberculosa, merupakan sehingga factor memungkinkan penyakit tersebut bersamaan atau yang satu mendahului yang lain. Kasus lain di Negara majupun memperkuat pernyataan di atas; 7. Bahwa dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), mulai memberikan terapi/pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) mulai tanggal 8 Januri 2011, pada saat itu berat badan pasien + 87 Kilogram, dan mulai diberikan obat anti TBC, sesuai dengan hasil kesimpulan Anamnesa, pemeriksaan klinis dan hasil laboratorium antara lain hasil Patologi Anatomi yang dibaca oleh dokter Ahli Patologi Anatomi; 8. Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) kembali kontrol kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) pada tanggal 21 Januari 2011, pada saat itu berat badan pasien + 91 Kilogram (naik 4 Kilogram) dan hasil SGOT 22 serta SGPT 29, sehingga terapi / pengobatan anti TBC dilanjutkan; Halaman 26 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 9. Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) kembali kontrol kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) pada tanggal 19 Februari 2011 dan terapi / pengobatan anti TBC dilanjutkan; 10. Bahwa baru pada tanggal 4 April 2011 pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) datang kembali kontrol kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), dan berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan baru di sekitar leher kanan, oleh karena itu dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), menganjurkan / mengusulkan kepada pasien untuk dilakukan CT Scan; 11. Bahwa adanya perbedaan diagnosis kerja masih dimungkinkan dalam perjalanan suatu penyakit. Pembacan hasil Patologi Anatomi pun masih dimungkinkan berbeda, tetapi dalam evaluasi perjalanan penyakit apabila ditemukan keadaan yang berbeda maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan dalam hal ini saat pasien dimintakan pemeriksaan CT Scan tidak dipatuhi; 12. Bahwa penyakit tersebut mempunyai gejala klinis yang serupa dan bahkan terkadang dapat muncul bersamaan (di Indonesia insidensi penyakit Tuberculosa masih tinggi), maka pengobatan yang diberikan berupa obat antituberculosa masih bermanfaat; 13. Bahwa setelah pemeriksaan terakhir pada tanggal 4 April 2011 tersebut, pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) tidak pernah kontrol kembali kepada dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II), sehingga dengan tidak patuhnya pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) / Penggugat untuk menjalani CT Scan, hal tersebut mengakibatkan dokter tidak dapat melanjutkan penegakan Diagnosa; 14. Bahwa obat antituberculosa yang diberikan kepada pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah sesuai dengan diagnosis kerja dan obat antituberculosis yang diminum mempunyai masa paruh dalam tubuh. Setelah dua kali masa paruh tersebut obat yang diminum tidak mempunyai efek samping lagi. Obat antituberculosis yang diberikan dan diminum mempunyai masa paruh Isoniazid 1 – 4 jam, Rifampisin: 3,4 – 3,6 jam, Etambutol: 4 -6 jam, dan Pirazinamid: 8 – 11 jam. Efek samping terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) sudah diperiksa dengan pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT) dan Halaman 27 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. hasilnya dalam batas normal, sehingga tidak benar pemberian obat antituberculosis bersifat racun dan fatal; 15. Bahwa kematian Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) / Penggugat terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada bulan Mei 2012, dimana pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat selama tenggang waktu kurang lebih 13 bulan terakhir dilakukan tanpa sepengetahuan dan di luar tanggung jawab dari Tergugat II; 16. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat II di atas, maka alasan Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 37,38,39 dan 40 yang menyatakan Tergugat II telah melakukan Perbuatan melawan hukum adalah hal yang keliru, karena dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II) yang menangani pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah memberikan saran yang tepat, namun Penggugatlah yang tidak mengikuti saran tersebut, dengan demikian karena dokter telah melakukan tindakan yang tepat dan sesuai dengan standart prosedur tindakan medis, sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat II bukanlah merupakan Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada poin 37,38,39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat dan benar; 17. Bahwa Hodgkin Lymphoma mempunyai kemungkinan remisi (masa bebas progresi). Prediksi masa bebas progresi penyakit (Freedom From Pregression FFP ) ditentukan oleh tujuh faktor independen yaitu: - Jenis kelamin (FFP pada wanita lebih baik); - Usia > 45 tahun; - Stadium 4; - Hb < 10 gr%; - Leukosit > 15.000/mm3; - Limfosit < 600/mm3; - Serum albumin < 4 gr%; Pasien tanpa faktor risiko FFP: 84 %; Dengan satu faktor risiko FFP: 77 %; Dengan dua faktor risiko FFP: 67 %; Dengan tiga faktor risiko FFP: 60 %; Dengan empat faktor risiko FFP: 51 %; Dengan lima faktor risiko atau lebih FFP: 42 %; Halaman 28 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Jadi jelas bahwa tanpa faktor risikopun masa bebas progresi penyakit hanya 84 %; TANGGAPAN TERGUGAT III; 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; 2. Bahwa Tergugat III menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara tegas diakui; 3. Bahwa benar pada tanggal 29 Desember 2010 pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) dating ke Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I) untuk berkonsultasi dengan dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD. selaku dokter spesialis bedah (Tergugat II), yang pada saat itu mengeluhkan terdapat benjolan yang terdapat di bagian leher dan ketiak; 4. Bahwa pada saat itu diagnosa awal adalah “lymphadenopatie colli” (Pembesaran kelenjar getah bening di leher), yang kemungkinan Diagnosa (DD/differensial diagnosa): - Lymphadenitis TBC; - Lymphoma Malignum; 5. Yang perlu tindakan biopsi dan kemudian dikonsultasikan kepada dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II), untuk persiapan operasi pengambilan jaringan tubuh (Biopsi); 6. Bahwa pada tanggal 30 Desember 2010, dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B. selaku dokter Spesialis Bedah (Tergugat III), melakukan operasi pengambilan jaringan tubuh (Biopsi) pada bagian leher dan ketiak pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), pada saat setelah dilakukan operasi didapatkan jaringan kelenjar getah bening saling melekat, rapuh kekuning – kuningan, dan selanjutnya jaringan tersebut dikirim oleh dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III) ke bagian Patologi Anatomi, sehingga operasi yang dilakukan sudah tepat dan benar; 7. Bahwa selanjutnya pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat), pada tanggal Januari 2011 melakukan kontrol, yaitu mengganti verband pada bagian yang dilakukan operasi, dan pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), datang kembali pada tanggal 7 Januari 2011 untuk dilakukan pengangkatan jahitan bekas operasi; Halaman 29 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 8. Bahwa pada saat kontrol terakhir pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat), konsultasi pada tanggal 7 Januari 2011 kepada dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III), hasil dari kesimpulan Patologi Anatomi yang dibaca oleh dr. SYAHRIR ISMAIL,Sp.PA(K) (TERGUGAT IV) adalah “Lymphadenitis Tuberculosa”, dan tidak tampak tanda ganas kemudian Alm. M. Gumilar dikonsulkan kembali kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp. PD (Tergugat II), sehingga apa yang dilakukan oleh dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III) adalah telah tepat dan benar; 9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat III di atas, maka alasan Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan Tergugat III telah melakukan mengantisipasi/mencegah kesalahan penyakit pasien dan kelalaian untuk Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), sehingga mengakibatkan Tergugat III melakukan Perbuatan Melawan Hukum adalah tidak tepat dan keliru, karena dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III) yang menangani pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah melakukan tindakan yang tepat dan sesuai dengan standart prosedur tindakan medis, sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat III bukanlah merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada poin 37, 38, 39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat dan benar; TANGGAPAN TERGUGAT IV: 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; 2. Bahwa Tergugat IV menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara tegas diakui; 3. Bahwa pada tanggal 31 Desember 2010, Tergugat IV bertugas di Laboratorium PA di RS Borromeus. Pada tanggal yang sama Tergugat IV membaca formulir permintaan konsultasi pemeiksaan PA atas nama pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) yang dikirimkan oleh Tergugat III beserta 1 buah botol berisi beberapa kelenjar getah bening (KGB); 4. Bahwa kemudian Tergugat IV melakukan prosedur pemeriksaan terhadap KGB tersebut yang saling melekat, putih kekuning – kuningan, kenyal dengan ukuran paling besar sebesar kemiri. Pemeriksaan tersebut Halaman 30 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. dilakukan bersama dengan petugas Laboratorium Patologi Anatomi RS Borromeus dan memerlukan waktu 3 – 4 hari untuk menunggu reaksi terhadap perawatan; 5. Bahwa pada tanggal 4 Januari 2011, hasil pemeriksaan Patologi Anatomi telah dapat dibaca oleh Tergugat IV dimana Tergugat IV melihat tanda dan ciri yang khas dan meyakinkan bahwa KGB tersebut dapat disimpulkan menunjukkan Lymphadenitis Tuberculosa. Hasil atau kesimpulan tersebut oleh Tergugat IV dibuatkan dalam lembar Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan ditujukan kepada Tergugat III sebagai dokter bedah yang meminta konsultasi kepada Ahli Patologi Anatomi; 6. Bahwa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi, merupakan suatu kesimpulan dari hasil jaringan yang diperiksa, dan itu merupakan suatu pemeriksaan penunjang suatu penyakit; 7. Bahwa berdasarkan beberapa literature ilmiah, diketahui bahwa Tuberculosis seringkali muncul bersamaan dan mempunyai ciri yang mirip dengan Lymphoma sebagaimana penjelasan Tergugat I pada butir 9 dalam Jawaban ini; 8. Bahwa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramita (Turut Tergugat II) ikut memperkuat hasil PA yang dilakukan Tergugat IV, dimana ditemukan sel Atypical Mycobacterium dan malignant lymphoma a/r lateral, axilla dextra dan submental. Sel Atypical Mycobacterium tersebut menunjukkan adanya kuman penyebab TBC; 9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat IV dan fakta – fakta ilmiah, maka tuduhan Penggugat terhadap Tergugat IV tidak tepat dan tidak beralasan karena Tergugat IV telah melakukan tugasnya dengan tepat dan sesuai dengan standart prosedur pelayanan medis dan keahliannya, sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat IV bukanlah merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada poin 37, 38, 39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat dan benar; TANGGAPAN TERGUGAT V: 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; Halaman 31 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 2. Bahwa Tergugat III menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara tegas diakui; 3. Bahwa benar dr. SYARIEF HIDAYAT ENTUM . Sp.PA (Tergugat V) adalah dokter Spesialis Patologi Anatomi, dan benar Tergugat V menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I) sesuai dengan Surat Keputusan Nomor: 060/SKP-PJ/IX/1998, Tentang Pengangkatan dr.SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA sebagai Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo Borromeus, tertanggal 21 September 1998; 4. Bahwa sebagaimana Surat Keputusan Nomor: 060/SKP-PJ/IX/1998 Tentang Pengangkatan dr. SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA sebagai Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo Borromeus, tertanggal 21 September 1998, menjelaskan mengenai tugas dari Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo Borromeus adalah: - Menyusun system operasional prosedur penanganan pemeriksaan histopatologi, sitologi, sitopatologi, sediaan beku; - Memberikan usulan rencana kebutuhan tenaga medis di bidang Patologi; - Memberikan pertimbangan tentang rencana pemeliharaan/pengadaan peralatan dan penggunaan alat pemeriksaan patologi; - Mengusulkan pengadaan alat –alat medic di bagian Patologi; - Mengusulkan peningkatan SDM untuk tenaga medik dalam rangka meningkatkan pemerioksaan Patologi; - Memberikan laporan tentang kegiatan pelaksanaan Patologi kepada Ketua SMF Patologi; Sehingga berdasarkan job desc/tugas yang diberikan oleh Tergugat I kepada Tergugat V, tidak ada yang menyatakan Tergugat V harus bertanggung jawab penuh terhadap hasil diagnosa yang diberikan oleh dokter Patologi Anatomi pada Laboratorium Rumah Sakit Santo Borromeus; 5. Bahwa sama seperti dokter spesialis di bidang kedokteran lain, yang tidak bertanggung jawab secara penuh atas pendapat dan diagnosa dokter spesialis lain, maka Tergugat V selaku dokter spesialis Patologi Anatomi, Halaman 32 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. tidak bertanggung jawab penuh terhadap diagnosa yang diberikan oleh dokter Patologi Anatomi lain (Tergugat IV); 6. Bahwa Tergugat V tidak pernah memeriksa Preparat Alm.M.Gumilar di bagian Patologi Anatomi RS. Santo Borromeus; 7. Bahwa berdasarkan permintaan dari Turut Tergugat I, Tergugat V selaku dokter spesialis Patologi Anatomi telah melakukan pemeriksaan “second opinion” terhadap Preparat Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) yang dipinjam dari RS. Borromeus di Rumah Sakit Immanuel Bandung, pada tanggal 26 September 2011; 8. Bahwa perlu disampaikan, Tergugat V adalah selaku dokter mitra pada Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Immanuel Bandung, dan menurut pendapat Tergugat V, Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) mengidap penyakit “Hodgkin’s Lymphoma Mixed Cellularity”; 9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat V di atas, maka alasan Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan Tergugat V telah melakukan mengantisipasi/mencegah kesalahan penyakit pasien dan kelalaian untuk Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), sehingga mengakibatkan Tergugat V melakukan Perbuatan Melawan Hukum adalah tidak tepat dan keliru, karena dr.SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA (Tergugat V) tidak disyaratkan bertanggung jawab atas diagnosa dokter spesialis Patologi Anatomi lain pada Rumah Sakit Santo Borromeus, dan hasil pemeriksaan Preparat Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) yang dilakukan oleh Tergugat V pada Rumah Sakit Immanuel adalah telah sesuai dengan ketentuan dan standart prosedur tindakan medis, sehingga dengan demikian tindakan yang dilakukan oleh Tergugat V bukanlah merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada poin 37, 38, 39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat dan benar; TANGGAPAN TURUT TERGUGAT I: 1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan oleh Turut Tergugat I dalam Eksepsi mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara; 2. Bahwa berdasarkan hasil Patologi Anatomi, Turut Tergugat I menganjurkan untuk diberi Kemoterapi, tetapi pasien Alm. M. Gumilar Halaman 33 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. selanjutnya tidak datang lagi dan tidak ada kontak dengan Turut Tergugat I; 3. Bahwa tindakan yang dilakukan Turut Tergugat I, dalam menangani pasien Alm.M.Gumilar, sudah sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di dunia kedokteran; Berdasarkan alasan – alasan tersebut di atas, mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk memberikan Putusan sebagai berikut: DALAM EKSEPSI: 1. Menerima dan mengabulkan Eksepsi Para Tergugat dan Turut Tergugat I; 2. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima; 3. Menyatakan Turut Tergugat I dikeluarkan selaku Pihak dalam perkara ini; DALAM POKOK PERKARA: 1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini; Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon Putusan seadil – adilnya (Ex Aequo et Bono); Membaca Jawaban Pihak Turut Tergugat II tertanggal 4 Februari 2014 yang mengemukakan sebagai berikut: 1. Bahwa Turut Tergugat II menolak seluruh dalil Penggugat yang dikemukakan di dalam Gugatan Penggugat, kecuali yang diakui secara tegas oleh Turut Tergugat II; 2. Bahwa benar Turut Tergugat II melakukan pemriksaan terhadap Muhammad Gumilar, yang deregister dengan No. Reg 110804889C, atas nama Sdr. Bagus Gumilar (Muhammad Gumilar), atas rujukan dari dr. Andre Suhendra, Sp.PD PULMO, Tanggal Reg: 24 Agustus 2011, No. Pelanggan: 2201110802359; 3. Bahwa atas hasil pemeriksaan tersebut, Turut Tergugat II telah mengeluarkan Hasil Pemeriksaan FNA tertanggal 25 November 2013, yang ditandatangani oleh DR. dr. H. Abdul Hadi Hassan, SpPA (K); Halaman 34 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. 4. Bahwa hasil pemeriksaan dari Laboratorium Klinik Pramita Cabang Bandung adalah: Ditemukan sel apitik DD /: 1. Atypical mycobacterium; 2. Malignant Lymphoma a/r Lateral, axilla dextra, dan submental; Merupakan differential diagnosa yang harus dikonfirmasi dengan metode pemeriksaan yang lebih tinggi untuk kesimpulan diagnosanya. Pada pemeriksaan konfirmasi selanjutnya, terbukti bahwa hasil pemeriksaan tersebut sejalan dengan kesimpulan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit RSP. DR. Hasan Sadikin Bandung, yaitu “HODGKIN LYMPHOMA LYMPHOCYTIC DEPLETION”; 5. Bahwa Turut Tergugat II melakukan pemeriksaan terhadap Muhammad Gumilar atas permintaan yang bersangkutan dan Turut Tergugat II sama sekali tidak mengetahui bila di kemudian hari terjadi perselisihan / sengketa sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Turut Tergugat II tersebut; 6. Bahwa Turut Tergugat II hanya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai Laboratorium klinik dan seluruhnya telah sesuai dengan prosedur hukum sehingga Turut Tergugat II sudah seharusnya dikeluarkan sebagai pihak dari perkara ini; Bahwa berdasarkan hal – hal tersebut diatas, sudilah kiranya Yang Mulia Majelis Hakim berkenan untuk memutuskan perkara ini sebagai berikut: 1. Menolak seluruh Gugatan Penggugat untuk hal – hal yang berkatian dengan Turut Tergugat II; 2. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul di dalam perkara ini; Atau: Bila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil – adilnya (ex aequo et bono); Membaca Replik dari Pihak Penggugat tertanggal 18 Februari 2014, Duplik Pihak Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V dan Turut Tergugat I tertanggal 4 Maret 2014 sebagaimana tersebut/terlampir dalam berita acara persidangan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung; Halaman 35 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Membaca, mengutip dan mempelajari secara seksama uraian-uraian tentang hal-hal yang tercantum dalam salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Kelas I A Bandung tanggal 4 September 2014, Nomor 514/Pdt.G/2013/PN.BDG. yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut: I. DALAM EKSEPSI; - Menolak Eksepsi Para Tergugat dan Turut Tergugat I untuk seluruhnya; II. DALAM POKOK PERKARA; 1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Membebankan biaya perkara ini kepada Penggugat sebesar Rp. 691.000,- (enam ratus sembian puluh satu ribu rupiah); Membaca akta pernyataan permohonan banding No. 98/PDT.B/ 2014/PN.BDG., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung yang menerangkan bahwa pada tanggal 17 September 2014 Pihak Pembanding semula Penggugat telah menyatakan memohon banding terhadap putusan Pengadilan Kls I A khusus Bandung Nomor 514/ Pdt.G/ 2013/ PN.Bdg. tanggal 4 September 2014; Membaca akta pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat oleh Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Kls. I A Khusus Bandung, yang menyatakan bahwa permohonan banding dari Pihak Pembanding semula Penggugat telah diberitahukan secara sah dan seksama masing-masing pada: tanggal 25 September 2014, tanggal 26 September 2014 dan tanggal 13 Oktober 2014 kepada: Pihak Para Terbanding semula Turut Tergugat I, Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Terugat V dan Turut Tergugat II; Membaca memori banding tertanggal 1 Oktober 2014 yang diajukan oleh Pihak Pembanding semula Penggugat dan telah diterima oleh Plh. Panitera Muda Perdata Pengadilan Klas. I A Khusus Bandung pada tanggal 2 Oktober 2014, memori banding tersebut telah diberitahukan/diserahkan secara sah dan seksama kepada Pihak Para Terbanding semula: Turut Tergugat II pada tanggal 13 Oktober 2014 dan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I masing-masing pada tanggal 31 Oktober 2014; Membaca kontra memori banding tertanggal 12 November 2014 yang diajukan oleh Pihak Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I yang telah diterima oleh Panitera Muda Perdata Pengadilan Negeri Klas I A Bandung pada tanggal 23 Halaman 36 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Desember 2014 dan kontra memori banding tersebut telah diberitahukan/ diserahkan secara sah dan seksama kepada Pihak Pembanding semula Penggugat pada tanggal 6 Januari 2015 dan Pihak Terbanding semula Turut Tergugat II pada tanggal 20 Januari 2015; Membaca akta pemberitahuan pemeriksaan berkas perkara (inzage) masing-masing Nomor: 514/Pdt.G/2014/PN.BDG. Jo. Nomor 98/Pdt/G/2014/ PN.Bdg. yang dibuat oleh Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung, yang menerangkan bahwa telah diberikan kesempatan untuk mempelajari berkas perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah pemberitahuan ini, kepada pihak Pembanding semula Penggugat pada tanggal 7 April 2015, kepada pihak Para Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I masing-masing pada tanggal 9 April 2015 dan Turut Tergugat II pada tanggal 22 Mei 2015; Membaca surat keterangan telah melaksanakan inzage (memeriksa berkas perkara banding) masing-masing Nomor: 514/PDT.G/2014/PN.BDG, Tertanggal 7 April 2015 dan tertanggal 23 April 2015, yang dibuat dan ditanda-tangani oleh Pihak Pembanding semula Penggugat, Pihak Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I dan Panitera Muda Perdata Pengadilan Negeri Bandung; Tentang Pertimbangan Hukum: Menimbang, bahwa permohonan banding dari pihak Pembanding semula Penggugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang, oleh karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima; Menimbang, bahwa Pembanding semula Penggugat dalam memori bandingnya telah mengemukakan keberatan terhadap putusan Pengadilan Negeri Klas I A khusus Bandung Nomor 514/Pdt.G/2013/PN.BDG., tertanggal 4 September 2014 baik mengenai pertimbangan-pertimbangan hukumnya maupun amar putusannya dengan dasar-dasar/alasan-alasan yang pada pokoknya sebagai berikut: I. DALAM EKSEPSI: - Bahwa Pemohon Banding sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Bandung yang menolak eksepsi Para Tergugat dan Turut Tergugat I untuk seluruhnya; Halaman 37 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. II. DALAM POKOK PERKARA: - Bahwa Pemohon Banding sependapat dengan pendapat saksi ahli Prof. Dr. Herkutanto, Sp.F., S.H., LLM., FACLM.; - Bahwa Pemohon Banding sangat keberatan terhadap pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kls. I A Bandung pada halaman 40 paragraf ke-4 yang mengacu pada keterangan dari saksi ahli/Dr. H. Muhammad Faiz, S.H., M.H., seharusnya mempertimbangkan hasil laboratorium yang berbeda (preparat RS. Borromeus yang diuji oleh dr. spesialis PA yang setara daari RS Hasan Sadikin dan RS. Immanuel); - Bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung pada halaman 41 paragraf ke-1, karena sesuai fakta-fakta yang terungkap di persidangan, alm. Muhamad Gumilar tidak pernah disarankan untuk melakukan CT. Scan, namun hanya disarankan untuk melakukan berobat jalan; - Bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Bandung pada halaman 41 paragraf ke-2, karena kontra diktif yaitu hanya mengambil pertimbangan yang menguntungkan Para Termohon Banding saja; - Bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim tersebut terdapat kejanggalan yaitu hanya mempertimbangkan keterangan-keterangan saksi dan saksi ahli pada persidangan, sedangkan alat bukti yang diajukan itu tidak hanya saksi namun ada juga bukti surat dan pertimbangannya terlalu melebar, dimana Pemohon Banding dalam hal ini hanya mempermasalahkan mengenai kelalaian dalam hasil laboratorium yang berbeda sehingga menimbulkan masalah diagnosa yang salah, bukan terhadap diagnosa dokter; - Bahwa apakah terlalu berlebihan jika orang tua mencari keadilan di pengadilan ini, karena kehilangan seorang anaknya dalam masa pengobatan terjadi kelalaian dalam pemeriksaan laboratorium yang menjadi salah satu penyebab meninggalnya anak yang disayang, dan suatu hal yang wajar apabila orang tua berusaha mencari keadilan dan kepastian hukum melalui pengadilan ini sebagai tanda cinta dan rasa bersalah yang amat dalam di lubuk hatinya yang tidak dapat Halaman 38 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. memperjuangkan nyawa anaknya dalam pengobatan yang diindikasi ada kelalaian; Menimbang, bahwa Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I, dalam kontra memori bandingnya telah mengemukakan alasan-alasan yang pada pokoknya sebagai berikut: I. DALAM EKSEPSI: - Bahwa Para Terbanding tidak sependapat dengan pendapat Pembanding yang membenarkan pertimbangan Majelis Hakim yang memeriksa dan menjatuhkan putusan perkara Nomor 514/ Pdt.G/ PN.Bdg., karena Para Terbanding menilai telah terpenuhi dalil-dalil eksepsi yang disampaikan oleh Para Terbanding dalam Eksepsi dan Jawabannya; II. DALAM POKOK PERKARA: - Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 4 point 1, karena hanyalah berupa pengulangan dari gugatan, replik serta tidak didukung oleh bukti-bukti dan alasan-alasan hukum yang kuat, sehingga dalil Pembanding hanyalah berupa pengertian secara sepihak saja, dengan demikian dalil-dalil Pembanding tersebut layak untuk dikesampingkan/ ditolak; - Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 5 point 2, karena pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung sudah tepat dan benar, sehingga harus dipertahankan/dikuatkan; - Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 6-7 point 4, karena pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung sudah tepat dan benar, sehingga harus dipertahankan/dikuatkan; - Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 7 point 5, karena dalili-dalil Pembanding tidak didukung dasar hukum yang kuat, maka dalil-dalil tersebut harus dikesampingkan; - Bahwa Para Terbanding tidak sependapat dengan dalil Penbanding pada halaman 9 point 6, karena pertimbangan hukum Majelis Hakim Halaman 39 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. sudah tepat dengan menggali dan mengkaji secara seksama segala hal yang berkaitan hasil Patologi Anatomi dan klinisi atau dokter yang menangani pasien secara fisik dan Pemohon Banding lupa bahwa pemeriksaan laboratorium oleh Patologi Anatomi atas perintah dokter klinisi sehingga diagnosa dokter klinisi tidak bisa dipisahkan dengan hasil Patologi Anatomi bahkan jika secara klinis tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi, maka klinisi dapat melakukan evaluasi ulang sesegera mungkin; - Bahwa terhadap keprihatinan Pemohon Banding yang terurai pada point 7, 8, maka Para Terbanding mengucapkan turut berbela sungkawa atas meninggalnya alm Agung Gumelar, semoga dimaafkan segala kesalahan, dilipat gandakan kebajikannya dan ditempat yang mulia disisinya dan terkait kepastian hukum biarkan proses hukum ini berjalan sesuai dengan peraturan yang mengaturnya, tak adil juga jika orang yang tak bersalah secara hukum harus bertanggung jawab terhadap perbuatan yang tak pernah dilakukannya; Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah mempelajari dan mencermati alasan yang termuat didalam memori banding dari Pihak Pembanding semula Penggugat serta kontra memori banding dari Pihak Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I, ternyata tentang alasan-alasan yang dikemukakan sebagaimana dalam memori banding dan kontra memori banding tersebut, menurut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi tidak ada hal-hal baru yang perlu dipertimbangkan karena telah termaktub dan dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama; Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi setelah memeriksa, membaca, mempelajari dan meneliti dengan seksama berkas perkara yang bersangkutan yang terdiri dari salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung tanggal 4 September 2014 Nomor 514/Pdt.G/2013/PN.Bdg., keterangan Saksi-saksi dan surat-surat bukti yang diajukan kedua belah pihak yang berperkara, memperhatikan pula memori banding dari pihak Pembanding semula Penggugat tertanggal 1 Oktober 2014 dan kontra memori banding dari pihak Para Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I tertanggal 12 November 2014, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi berpendapat bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama yang dijadikan Halaman 40 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. alasan dan kesimpulan dalam menjatuhkan putusan perkara ini sudah tepat dan benar, sehingga pertimbangan dan putusannya tersebut dapat disetujui dan diambil alih oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi sebagai alasan dan pendapatnya sendiri dalam memutus perkara ini; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung tanggal 4 September 2014 Nomor 514/Pdt.G/ 2013/PN.Bdg. beralasan untuk dipertahankan dan dikuatkan; Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding semula Penggugat berada dipihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam kedua Tingkat Peradilan; Mengingat pasal-pasal dalam HIR dan Undang-Undang lain yang berhubungan dengan perkara ini: Mengadili: - Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Penggugat tersebut; - Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung tanggal 4 September 2014, Nomor 514/ Pdt.G/ 2013/ PN.Bdg. tersebut, - Menghukum Pembanding semula Penggugat untuk membayar biaya perkara pada kedua Tingkat Peradilan, yang untuk Tingkat Banding sebesar Rp. 150.000,00 (seratus lima puluhribu rupiah). Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung pada hari: Selasa, tanggal 11 Agustus 2015, oleh kami: Karel Tuppu, S.H., M.H., Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi H. Bandung Lexsy sebagai Mamonto, S.H., Hakim M.H., Ketua dan H. Majelis Edwarman, dengan S.H., masingmasing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung Nomor: 256/PEN/PDT/2015/PT.BDG., tanggal 17 Juni 2015 untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam Tingkat Banding dan putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari: Kamis, tanggal 13 Agustus 2015 oleh Hakim Ketua Majelis tersebut dengan didampingi Hakim-Hakim Anggota serta dibantu oleh Halaman 41 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. Hj. Nenden Khaerani, S.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut tanpa dihadiri Kedua Belah Pihak dan Kuasanya dalam perkara ini. Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis, Ttd Ttd Lexsy Mamonto, S.H., M.H. Karel Tuppu, S.H., M.H. Ttd H. Edwarman, S.H. Panitera Pengganti, Ttd Hj. Nenden Khaerani, S.H. Perincian biaya perkara: - Biaya Meterai ..............………Rp. 6.000,00. - Biaya Redaksi putusan ….....Rp. 5.000,00. - Biaya Pemberkasan ………...Rp.139.000,00.(+) Jumlah ……………………….Rp.150.000,00. (seratus lima puluhribu rupiah). ============== Halaman 42 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.