P U T U S A N Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN

advertisement
P U T U S A N
Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
Pengadilan Tinggi Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara
perdata pada Peradilan Tingkat Banding telah menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara antara:
MOHAMAD SURYAHADI, S.H., Pegawai Negeri Sipil , dalam hal ini
bertindak dalam kedudukan sebagai ayah kandung dan
ahli waris dari almarhum Muhamad Gumilar, beralamat di
Jalan Calung, Nomor: 4, RT.002/ RW.001,
Kelurahan
Turangga, Kecamatan Turangga, Kota Bandung;
Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya: 1. Hayun
Shobri, S.H.,M.H., 2. Api Kadafi, S.H., 3. Suwanto
Nirwady, S.H., 4. Fita Kadarwati, S.H., 5. Armita Ria
Sibuea, S.H., kesemuanya Advokat/Pengacara, Calon
Advokat dan Penasehat Hukum pada Kantor Hukum
“Hayun Shobri & Associates”, beralamat di Jalan
Pasang No. 19, Kota Bandung, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 16 September 2014, selanjutnya disebut
sebagai PEMBANDING semula PENGGUGAT;
Lawan:
1. RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS, beralamat di Jalan
Ir.H. Juanda Nomor: 100 Kota Bandung;
2. Dr. C F. MUHTHA PRAWATA, beralamat di Jalan Ir.H.Juanda
Nomor: 100 Kota Bandung;
3. Dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B.,
beralamat di Jalan
Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung;
4. Dr. SYAHRIL ISMAIL, Sp.PA.,beralamat di Jalan Ir. H. Juanda
Nomor: 100 Kota Bandung;
5. Dr.H. SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA (K), beralamat di
Jalan Ir.H.Juanda Nomor: 100 Kota Bandung;
Halaman 1 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
6. Dr. GIDEON SUNOTOREDJO, Sp. PD., beralamat di Jalan
Sudirman Nomor : 354 Kota Bandung;
Dalam
hal ini diwakili
oleh Kuasa Hukumnya:
1. H. Kuswara S. Taryono, S.H., M.H., 2. Rina St.
Suhara,
S.H.,
M.H.,
3.
Affandi
Arpan,
S.H.,
4. M. Firdaus Januarto, S.H., M.H., 6. Asep Suryadi,
S.H.,M.H., 6. Saputri Sigra Kusumah, S.H., 7. Djulianto
Rochadi, S.H., 8. Rizal Al AuzaI, S.H., Advokat pada
Kantor
Advokat
dan
Konsultan
Hukum
“Kuswara
S.Taryono, S.H., M.H. & Associates“, berkantor di
SARIMAS REGENSI, Jalan Sarimas Raya Nomor: 26 –
28 Bandung, dan 1. Ade Novita, S.H., 2. Muhammad
Muslih, S.H., M.H., Advokat pada kantor Advokat AN
Partnership, berkantor di Souvereign Plaza 21
ST
Floor,
Jalan TB Simatupang, Kav. 36 Jakarta, masing-masing
berdasarkan
Surat
Kuasa
Khusus
tertanggal
10
Nopember 2014;
7. LABORATORIUM
KLINIK
PRAMITA
CABANG
BANDUNG, beralamat di Jalan L.L.R.E. Martadinata Nomor: 135
Bandung, dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya:
Benny Wulur, S.H. dan Andrian Kurnia Redjeki, S.H. para
Advokat pada Kantor Hukum “Yobel”, beralamat di Jalan
Taman Mekar Abadi No. 90 Komplek Istana Mekar Wangi
Bandung, berdasarkan
Surat Kuasa
tertanggal 25
November 2013;
Selanjutnya disebut sebagai PARA TERBANDING
semula TERGUGAT I, TERGUGAT II, TERGUGAT
III,
TERGUGAT
IV,
TERGUGAT
TERGUGAT I dan TURUT
V,
TURUT
TERGUGAT II;
PengadilanTinggi tersebut;
Telah membaca berkas perkara berikut surat-surat yang berhubungan
dengan perkara tersebut serta salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Kelas
I A Bandung Nomor 514/PDT.G/2013/PN.Bdg. tanggal 4 September 2014;
Halaman 2 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Tentang Duduk Perkara:
Memperhatikan dan menerima keadaan-keadaan mengenai duduknya
perkara ini seperti tercantum dalam salinan resmi putusan Pengadilan Negeri
Kelas I A Bandung Nomor 514/PDT.G/2013/PN.Bdg. tanggal 4 September
2014;
Membaca surat gugatan Penggugat tertanggal 7 November 2013 yang
telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung
pada
tanggal
yang
sama,
dengan
Register
perkara
Nomor
514/Pdt.G/2013/PN.Bdg, yang kemudian diperbaiki yang mengemukakan
sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat adalah ayah kandung dan ahli waris anak yang bernama
Muhamad Gumilar (almarhum);
2. Bahwa almarhum Muhamad Gumilar adalah pasien rumah sakit RS.
Borromeus
(Tergugat I) yang pada tanggal 30 Desember 2010 telah
melakukan biopsi untuk diambil sampel jaringan tubuh oleh Tergugat III
guna dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Santo
Borromeus (Tergugat I);
3. Bahwa Tergugat I adalah lembaga yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara luas;
4. Bahwa Tergugat II adalah dokter pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I)
yang melakukan perawatan dan pengobatan untuk penyembuhan terhadap
pasien RS. Santo Borromeus
(Tergugat I) yang bernama Muhamad
Gumilar ( almarhum );
5. Bahwa Tergugat III adalah dokter spesialis ahli bedah pada RS. Santo
Borromeus (Tergugat I) yang telah melakukan biopsi terhadap Muhamad
Gumilar guna diambil sampel jaringan tubuh pada 3 (tiga) tempat, yakni di
bagian pundak, leher dan ketiak sebagai specimen patologi maupun
anatomi yang siap dan diawetkan
untuk keperluan pemeriksaan
laboratorium patologi anatomi (dikenal sebagai PREPARAT) untuk
dilakukan pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo
Borromeus (Tergugat I);
6. Bahwa Tergugat IV adalah dokter spesialis Patologi Anatomi pada RS.
Santo Borromeus (Tergugat I) yang melakukan pemeriksaan laboratorium
terhadap PREPARAT (PA) Muhamad Gumilar hasil biopsi Tergugat III
pada Laboratorium Patologi RS. Santo Borromeus (Tergugat I);
Halaman 3 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
7. Bahwa Tergugat V adalah dokter spesialis Patoligi Anatomi dan
berkedudukan sebagai Penanggung jawab Laboratorium Patologi Anatomi
pada RS. Santo Boroomeus (Tergugat I) dan juga adalah selaku dokter
spesialis patoligi anatomi yang melakukan pemeriksaan pada Laboratorium
Patologi Anatomi pada RS. IMMANUEL Bandung (Tergugat I) yang telah
melakukan pemeriksaan ulang atas Preparat
( PA ) awal dari Muhamad
Gumilar yang ada dan diambil dari RS. Santo Borromeus (Tergugat I);
8. Bahwa pada tanggal 29 Desember 2010 Penggugat dating dan melakukan
pemeriksaan kesehatan anaknya , almarhum Muhamad Gumilar di RS.
Santo Borromeus (Tergugat I) yang pemeriksaan dan perawatannya
ditangani oleh Tergugat II yang pada saat itu juga melakukan pemeriksaan
laboratorium dan radiologi atas Muhamad Gumilar di RS. Santo Borromeus
(Tergugat I);
9. Bahwa kemudian Tergugat II pada tanggal 30 Desember 2010 merujuk
Muhamad Gumilar untuk diperiksa oleh Tergugat III dan kemudian
melakukan operasi (biopsi) terhadap Muhamad Gumilar pada 3 (tiga)
bagian tempat untuk mengambil sampel jaringan tubuh, yakni di bagian
pundak, leher dan ketiak, sebagai specimen patologi maupun anatomi yang
siap dan diawetkan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium patologi
anatomi RS. Santo Borromeus (Tergugat I) untuk dilakukan pemeriksaan
Laboratorium oleh Tergugat IV dengan Penanggung jawab Laboratorium
adalah Tergugat V;
10. Bahwa berdasarkan hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
tanggal 30 Desember 2010 yang dilakukan oleh Tergugat IV pada
Laboratorium Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus
I)
disimpulkan
almarhum
Muhamad
Gumilar
mengidap
(Tergugat
penyakit
“Lymphadenitis Tuberculosa”, hal ini sebagaimana ternyata dari hasil
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 30/12/2010;
11. Bahwa oleh karena dari hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi
dari Tergugat IV dan Tergugat V disimpulkan bahwa almarhum Muhamad
Gumilar mengidap “Lymphadenitis Tuberculosa”, kemudian pada sekitar
awal Januari 2011 Penggugat membawa kembali Muhamad Gumilar untuk
melakukan perawatan dan pengobatan untuk penyembuhan lebih lanjut
kepada Tergugat II;
Halaman 4 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
12. Bahwa secara definisi sebagaimana dikutip dari Wikipedia Bahasa
Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan “Lymphadenitis Tuberculosa”
(tuberculosis atau adenitis), adalah peradangan granulomatosa spesifik
kronis pada kelenjar getah bening dengan kaseasi nekrosis, disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium Tuberculosisi atau Mycobacterium bovis;
13. Bahwa oleh karena dari hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
yang dilakukan oleh Tergugat IV , Tergugat V pada Laboratorium Patologi
Anatomi pada RS. Santo Boroomeus (Tergugat I) almarhum Muhamad
Gumilar disimpulkan mengidap penyakit “Lymphadenitis Tuberculosa”,
untuk pengobatan penyembuhannya Tergugat II memberikan obat – obat
yang berhubungan dengan “Lymphadenitis Tuberculosa” yang secara
medis harus dikonsumsi setiap hari tanpa diperbolehkan berhenti seharipun
dan pengobatan tersebut telah dilakukan dalam waktu selama + 5 (lima)
bulan, namun pengobatan tersebut tidak memberikan kesembuhan apapun
terhadap penyakit yang diderita oleh Muhamad Gumilar, bahkan kemudian
di tubuh Muhamad Gumilar timbul benjolan – benjolan baru;
14. Bahwa untuk pengobatan penyembuhan penyakit Muhamad Gumilar yang
disimpulkan mengidap “Lymphadenitis Tuberculosa” maka Penggugat
selain menempuh dengan cara medis kedokteran, juga pada sekitar awal
bulan Juni 2011 juga menempuh pengobatan alternatif dengan pengobatan
herbal, khususnya pengobatan yang terkait dengan penyakit “Tuber
culosa”, namun ternyata pengobatan herbal tidak membuat kondisi
kesehatan Muhamad Gumilar menjadi membaik;
15. Bahwa dengan didasari rasa penasaran akibat hasil pengobatan yang tidak
memberikan penyembuhan apapun, sehingga pada sekitar akhir bulan
Juni 2011 Penggugat menempuh kembali pengobatan melalui cara medis
kepada dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO (kini sudah almarhum)
sebagai dokter praktek Spesialis Paru di Apotek Kimia Farma Bandung,
dan dalam pengobatan tersebut dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO
dalam penanganannya tetap berpedoman pada hasil pemeriksaan
Laboratorium Patologi Anatomi ddari Tergugat I, Tergugat IV dan Tergugat
V
yang
menyimpulkan
Muhamad
Gumilar
mengidap
penyakit
“Lymphadenitis Tuberculosa” dan atas dasar hasil pemeriksaan
laboratorium
mana
dr.
Andree
Suhendra,
Sp.PD
PULMO
juga
memberikan obat – obtan yang berhubungan dengan “Tuberculosa”
dengan lama pengobatan + 3 (tiga) bulan. Dan karena dr. Andree
Halaman 5 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Suhendra, Sp.PD PULMO cuti praktek, maka pengobatan selanjutnya
untuk sementara digantikan oleh dr. H. Yun Armi , Sp.P.;
16. Bahwa dr. H. Yun Armil , Sp.P. kemudian melakukan pemeriksaan ulang
terhadap Muhamad Gumilar dan pemeriksaan mana tetap berpedoman
pada hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi dari Tergugat I ,
Tergugat IV dan Tergugat V, namun dari hasil pemeriksaan dengan melihat
gejala – gejala (symptom) penyakit, dr. H. Yun Armi , Sp.P. mempunyai
dugaan lain soal penyakit Muhamad Gumilar, sehingga menyarankan untuk
pemeriksaan ulang karena menurut penilaian dr. H. Yun Armil , Sp.P.
bahwa penyakit yang diidap Muhamad Gumilar bukan TUBERCULOSA
(TBC) dengan melakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang terhadap
Muhamad Gumilar;
17. Bahwa Penggugat awalnya merasa tersinggung atas pendapat dan saran
dr. H. Yun Armil, Sp.P. yang meminta agar Muhamad Gumilar dilakukan
biopsi dan CT – CHEST SCAN ulang, karena dalam pikiran Penggugat ,
mana mungkin hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada RS.
Santo Borromeus (Tergugat I) salah, karena selain sampel Patologi
Anatomi (PA) yang diambil Tergugat III dari Muhamad Gumilar cukup
banyak sehingga sangat yakin hasil pemeriksaannya akan tepat dan
akurat, mengingat RS. Santo Borromeus (Tergugat I) adalah Rumah Sakit
swasta yang cukup terkenal dan bonafide di wilayah Bandung. Dan
meskipun dengan rasa tersinggung atas pendapat dan saran di atas,
Penggugat merencanakan untuk melakukan Biopsi dan CT – CHEST
SCAN ulang, untuk melakukan hal mana Penggugat memutuskan untuk
menunggu dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO kembali dari cutinya;
18. Bahwa pada tanggal 23 Agustus 2011 dr. Andree Suhendra, Sp.PD
PULMO
kembali
praktek
dan
pada
kesempatan
itu
Penggugat
menyampaikan tentang adanya pendapat dan saran dr. Yun Amril, Sp.P.
yang menyarankan agar Muhamad Gumilar dilakukan Biopsi dan CT –
CHEST SCAN ulang, dan pada awalnya dr. Andree Suhendra, Sp.PD
PULMO bertahan dengan pendapatnya tentang penyakit yang diderita
Muhammad Gumilar tersebut dan mengatakan “kemungkinan dr. Yun
Amril, Sp.P. tidak membaca Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi
Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I)” . Namun ketika
Penggugat jelaskan bahwa dr. Yun Amril, Sp.P. membaca semua hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut, akhirnya dr. Andree Suhendra, Sp.PD
Halaman 6 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
PULMO mengembalikan keputusan kepada Penggugat selaku orang tua
Muhamad Gumilar dengan mengatakan “apabila bapak (Penggugat)
penasaran dan kurang yakin dengan hasil pemeriksaan Laboratorium
Patologi Anatomi pada RS. Santo Borromeus (Tergugat I), silahkan
anaknya (Muhamad Gumilar) dilakukan Biopsi dan CT – CHEST SCAN
ulang nanti saya (dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO) kasih pengantar
dan untuk Biopsinya di Laboratorium Klinik PRAMITHA Bandung,
sedangkan CT – CHEST SCAN
disarankan di RS. Santo Borromeus
(Tergugat I) tetapi nanti yang membaca hasilnya adalah dr. Tan Siauw
Koan, Sp. Rad (K) Po. Msc.”;
19. Bahwa oleh karena saran dari dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO di
atas, maka Penggugat pada tanggal 24 Agustus 2011 melakukan biopsi
ulang terhadap Muhamad Gumilar di Laboratorium Pramitha Bandung dan
CT – CHEST SCAN
di RS. Santo Borromeus (Tergugat I), dimana
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh DR> dr.
H. Abdul Hassan, Sp.PA (K) dan disimpulkan sebagai berikut :
Ditemukan sel atipik DD/:
1. Atypical mycobacterium;
2. Malignant Lymphoma a/r lateral , axilla dextra dan submental;
Sementara berdasarkan Hasil CT – CHEST SCAN , tanggal 08/25/11 yang
kemudian hasilnya dibaca oleh dr. Tan Siauw Koan, Sp. Rad (K) Po. Msc.
(juga adalah dokter spesialis di RS. Santo Borromeus) diberikan
kesimpulan sebagai berikut:
Pembesaran KGB stasiun kiri kanan, pulmonary ligament kiri kanan,
subcarinal, paratracheal bawah dan atas kiri kanan, aortic pulmonary
window, para arcus aorta, highest mediastinal node, mediastinum
anterior ke lateral sampai lingual, axilla kiri kanan, supraclavicular kiri,
jugularis interna kiri, submandibular kiri kanan dan submental
membesar dengan mencurigakan “Lymphoma Malignum” dengan
keterlibatan paru. Gambaran CT – CHEST SCAN
dengan tidak
mencurigakan Lymphadenitis TBC;
20. Bahwa dengan adanya Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha
dan CT – CHEST SCAN RS. Santo Borromeus (Tergugat I) di atas, yang
menyimpulkan bahwa Muhamad Gumilar menderita penyakit “Lymphoma
Malignum dengan keterlibatan paru “
yang berbeda dan kontradiktif
Halaman 7 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
dengan hasil pemeriksaan laboratorium awal yang dilakukan Tergugat I ,
Tergugat IV dan Tergugat V tanggal 30/12/2010 yang memberi kesimpulan
: 1. Lymphadenitis Tuberculosa , 2. Tidak tampak tanda ganas. Dengan
adanya 2 (dua) perbedaan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut
sungguh membuat terkejut dan terheran – heran Penggugat , bagaimana
mungkin hasil pemeriksaan dari 2 (dua) laboratorium tersebut bissa
memberikan kesimpulan yang berbeda soal penyakit yang diderita
Muhamad Gumilar;
21. Bahwa dengan adanya 2 (dua) hasil pemeriksaan laboratorium yang
memberikan kesimpulan yang berbeda dan kontradiktif berkenaan penyakit
yang diidap Muhamad Gumilar, maka pada sekitar awal bulan September
2011 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha Bandung dan CT –
CHEST SCAN RS. Santo Borromeus (Tergugat I) yang mana Penggugat
sampaikan kepada dr. Andree Suhendra, Sp.PD PULMO, yang kemudian
menyarankan
kepada
Penggugat
agar
penanganan
pengobatan
penyembuhan Muhamad Gumilar ditangani dr. Gideon Sunotoredjo,
Sp.PD. yang berpraktek di Jalan Sudirman Kota Bandung;
22. Bahwa pada tanggal 20 September 2011, Penggugat membawa Muhamad
Gumilar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada dr. Gideon
Sunotoredjo, Sp.PD. dengan membawa semua data – data hasil
pemeriksaan laboratorium (Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi
Anatomi
RS.
Santo
Borromeus
,
tanggal
30/12/2010
,
Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramitha tanggal 24 – 08 – 2011 , dan
hasil CT – CHEST SCAN
RS. Santo Borromeus tanggal 8/25/11) dan
dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. cukup bingung dengan adanya 2 (dua)
hasil pemeriksaan laboratorium dalam memberikan kesimpulan yang
berbeda soal penyakit Muhamad Gumilar. Oleh karena didorong rasa
penasaran kemudian dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. menyarankan
kepada Penggugat agar mengambil sampel hasil PREPARAT (PA) awal
yang ada di RS. Santo Borromeus
(Tergugat I) maupun yang ada di
Laboratorium Klinik Pramitha untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium
kembali di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel Bandung;
23. Bahwa pada tanggal 21 September 2011, Penggugat dengan surat
pengantar dari dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. mendatangi RS. Santo
Borromeus (Tergugat I) dan Klinik Pramitha guna meminta dan mengambil
hasil PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar dan atas permintaan
Halaman 8 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
tersebut kemudian baik RS. Santo Borromeus (Tergugat I) maupun Klinik
PRAMITHA memberikan PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar kepada
Penggugat;
24. Bahwa selanjutnya pada tanggal 23 September 2011 ke 2 (dua)
PREPARAT (PA) awal Muhamad Gumilar tersebut diserahkan oleh
Penggugat kepada dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. dan kembali
dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel
Bandung, dan hasil pemeriksaan mana diperoleh kesimpulan bahwa
Muhamad
Gumilar
mengidap
“HODGKIN’S
LYMPHOMA
MIXED
CELLULARITY”. Namun yang membuat herannya lagi “dokter spesialis
patologi anatomi yang melakukan pemeriksaan PREPARAT” Muhamad
Gumilar tersebut adalah dr. Syarief Hidayat Entum , SP.PA (Tergugat V)
yang juga adalah Penanggung Jawab Laboratorium Patologi Anatomi
RS. Santo Borromeus yang untuk pertama kali melakukan pemeriksaan
atas PREPARAT (PA) Muhamad Gumilar dengan kesimpulan mengidap
“Lymphadenitis Tuberculosa”;
25. Bahwa sebagaimana Penggugat ketahui dari Wikipedia Bahasa Indonesia
bahwa yang dimaksud dengan HODGKIN LYMPHOMA adalah juga
diketahui sebagai penyakit Hodgkin adalah tipe limpoma yang pertama kali
dideskripsikan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Secara klinis, limpoma
Hodekin dikarakterisasikan dengan penyebaran penyakit melalui satu grup
nodus limpa menuju lainnya dan dengan perkembangan gejala B dengan
penyakit yang sudah jauh berkembang. Secara Pathologi , penyakit ini
dikarakterisasikan oleh kehadiran Reed – Stemberg. Limpoma Hodgkin
adalah salah satu kanker pertama yang dapat disembuhkan oleh
radiasi. Nantinya Limpoma Hodgkin merupakan salah satu yang
pertama kali dapat disembuhkan oleh kombinasi kemoterapi. Rata –
rata penyembuhan sekitar 93 %, membuat penyakit ini sebagai salah satu
kanker yang paling dapat diembuhkan;
26. Bahwa dengan adanya 2 (dua) kesimpulan yangberbeda berkenaan
penyakit Muhammad Gumilardi atas, menimbulkan rasa penasaran
sehingga untuk lebih meyakinkan lagi, maka dr. Gideon Sunotoredjo,
Sp.PD. menyarankan kepada Penggugat untuk memeriksakan Muhamad
Gumilar kepada dr. Widjaya Parnaya,Msc. yang berpraktek di Jalan
Naripan
Bandung,
guna
dilakukan
USG
(Ultrasonografi),
dan
berdasarkan saran tersebut pada tanggal 30 Sptember 2011 dilakukan
Halaman 9 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
pemeriksaan USG kepada dr. Widjaya Parnaya,Msc., dan berdasarkan
hasil USG dapat disimpulkan beberapa kelenjar getah bening yang
membesar di daerah paraaorta bagian atas, sekitar truncus dari
periportal, adapun kesimpulan lengkapnya sebagai berikut:
Hepar:
Hepar mempunyai bentuk dan besar normal. Tepi tajam dan
permukaan regular. Perenkim mempunyai tekstur homogen dengan
ekogenisitas normal. Gambaran pembuluh darah tampak normal. Tidak ada
pelebaran saluran empedu;
Lien:
Bentuk dan besar normal. Perenkim mempunyai tekstur homogen dengan
ekogenisitas normal.Tidak ditemukan kelainan;
Para aorta:
Tampak beberap kelenjar getah bening di sekitar aorta abdominalis bagian
atas, truncus celiacus dan periportal yang agak tampak membesar. Ukurn
kelenjar 10-23 mm;
KESAN:
-
Hepar dan lien tidak menunjukkan kelainan;
-
Tampak beberapa kelenjar getah bening yang membesar di daerah
paraaorta bagian atas, sekitar truncus celiacus dari periportal;
27. Bahwa , dengan adanya kesimpulan hasil pemeriksaan USG dr. Widjaya
Parnaya,Msc. di atas, dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD.masih penasaran
dan
selanjutnya
menyarankan
kembali
kepada
Penggugat
untuk
mengambil kembali PREPARAT (PA) awal yang ada di RS. Santo
Borromeus (Tergugat I), dan pada tanggal 29 September 2012 Penggugat
datang kembali ke di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) guna mengambil
kembali PREPARAT (PA) termaksud, dan selanjutnya dr. Gideon
Sunotoredjo, Sp.PD. menyarankan Penggugat untuk memeriksakan di
RSP.DR.HSAAN SADIKIN Bandung, karena menurutnya peralatan
laboratorium di RSP. DR. HASAN SADIKIN lebih canggih sehingga
nantinya akan diperoleh hasil pemeriksaan yang akurat;
28. Bahwa, pada tanggal 30 September 2011 dengan berbekal Surat
Pengantar dari dr. Gideon Sunotoredjo, Sp.PD. selanjutnya PREPARAT
(PA) awal yang diambil dari RS. Santo Borromeus (Tergugat I) masing –
masing bertuliskan CD.3 , CD.20, CD.15 dan CD.30 Penggugat periksakan
Halaman 10 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
ke Laboratorium Patologi Anatomi RSP. DR. HASAN SADIKIN dengan
dokter spesialis patologi anatomi yang memeriksa Dr. Bethy S. Harnowo,
SP.AP(K) Ph.D. dengan hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa Muhamad
Gumilar mengidap “Hodgkin Lymphoma Lymphocitic Depletion”
adapun hasil pemeriksaan laboratorium selengkapnya sebagai berikut:
Telah kami lakukan pemeriksaan Imunohistokimia CD.3,CD.20,CD.15
dan CD.30 dengan hasil:
CD. 3
: Positif Focal;
CD.20
: Positif Focal;
CD.15
: Negatif;
CD.30
: Positif;
Kesimpulan:
Hodgkin Lymphoma Lymphocitic Depletion;
29. Bahwa, dengan adanya kesimpulan – kesimpulan yang berbeda soal
penyakit Muhamad Gumilar, lebih membuat bingung dan heran Penggugat,
bagaimana mungkin pemeriksaan laboratorium patologi anatomi yang
dalam pemeriksaannya menggunakan PREPARAT (PA) awal yang sama,
namun, hasil kesimpulan berbeda, yakni TERGUGAT I , TERGUGAT IV
dan TERGUGAT V berdasarkan Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal
30/12/2010 berkesimpulan “LYMPHADENITIS TUBERCULOSA” sementara
hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi RS. Immanuel Bandung
dan RSP.DR.HASAN SADIKIN Bandung berkesimpulan “HODGKIN’S
LYMPHOMA”;
30. Bahwa berdasarkan fakta fakta yang diperoleh dari pemeriksaan
laboratorium patologi anatomi di atas, maka sangat jelas TERGUGAT I,
TERGUGAT IV dan TERGUGAT V telah memberikan hasil pemeriksaan
(dianosa) yang salah berkenaan penyakit Muhamad Gumilar , yakni
sebagai “LYMPHADENITIS TUBERCULOSA (TBC)”, padahal sebenarnya
“HODGKIN LYMPHOMA” sehingga akibat dari kesalahan
TERGUGAT I , TERGUGAT IV dan
diagnosa
TERGUGAT V mana berakibat
Tergugat II salah memberikan obat guna pengobatan penyembuhan atas
Muhamad Gumilar, yakni dengan memberikan obat – obatan terkait dengan
penyakit “TUBERCULOASA (TBC)” dan kesalahan diagnosa mana
berlanjut pula dengan pengobatan – pengobatan berikutnya yakni tetap
memberikan obat – obatan yang terkait dengan “TUBERCULOASA (TBC)”.
Akibat dari kesalahan pengobatan mana , sehingga obat – obatan yang
Halaman 11 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
dikonsumsi berakibat fatal bagi Muhamad Gumilar, karena obat – obatan
yang selama ini dikonsumsi bukan menyembuhkan, melainkan sebaliknya
menambah penderitaan kepada Muhamad Gumilar, atau dengan kata lain
kesalahan dalam memberikan obat – obatan telah menjadi racun yang
menimbulkan
efek
samping
negative
karenanya
sangat
mungkin
menimbulkan kerusakan – kerusakan pada organ – organ tubuh lainnya;
31. Bahwa selain itu, akibat dari kesalah dari TERGUGAT I, TERGUGAT IV
dan
TERGUGAT V memberikan hasil pemeriksaan (diagnosa) di atas,
selain itu tindakan medis untuk penanganan penyembuhannya menjadi
tidak tepat dan salah, juga tindakan penanganan medis untuk mengobati
penyembuhan secara tepat dan benar menurut prosedur medis kedokteran
atas penyakit “HODGKIN LYMPHOMA” yang diderita Muhamad Gumilar
menjadi sangat terlambat, dan akibat dari keterlambatan penanganaan
pengobatan dalam kurun waktu yang cukup lama sangat besar
kemungkinan penyakit Hodgkin Lymphoma yang semula berpeluang
sangat besar untuk disembuhkan secara total akan bermutasi menjadi
penyakit lymphoma (kanker) yang gamas dan secara nyata berakibat
fatal dan menyebabkan kondisi kesehatan Muhamad Gumilar semakin
hari semakin menurun dan pada akhirnya meninggal duni , pada
tanggal 31 Mei 2012 di RSP.DR.HSAAN SADIKIN Bandung, sebagaimana
Surat Keterangan tertanggal 31 mei 2012 dengan diagnose terakhir:
“HCAP dengan resparatory failure dan syok sepsis pada penderita
lymphoma maligna post kemoterapi”. Padahal secara medis kedokteran
penyakit “HODGKIN LYMPHOMA” (menurut Wikipedia Indonesia) adalah
salah satu penyakit kanker yang paling
dapat disembuhkan dengan
kombinasi radiasi dan kemoterapi, asalkan penanganannya dilakukan
dengan cepat dan tepat;
32. Bahwa seandainya, diagnosa TERGUGAT I, TERGUGAT IV dan
TERGUGAT V dari awal tidak memberikan hasil kesimpulan yang
salah dan sejak awal diketahui penyakit Muhamad Gumilar adalah
“HODGKIN LYMPHOMA” sudah tentu PENGGUGAT selaku orang tua
akan berupaya optimal untuk melakukan penanganan pengobatan dengan
cepat dan tepat sesuai dengan prosedur dan standart medis kedokteran,
dan jika kesalahan diagnose mana tidak terjadi, sangat mungkin Muhamad
Gumilar akan sembuh secara total dari penyakit tersebut, mengingat
Halaman 12 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
(menurut Wikipedia Indonesia) di atas bahwa “HODGKIN LYMPHOMA
adalah salah satu penyakit kanker yang paling dapat disembuhkan”;
33. Bahwa, dengan adanya permasalahan di atas, maka pada tanggal 20
Maret 2013 PREPARAT (PA) AWAL Muhamad Gumilar yang mana oleh
PENGGUGAT telah diserahkan kepada dan kini berada di Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Jakarta untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut;
34. Bahwa sehubungan dengan adanya permasalahan di atas, Kuasa Hukum
PENGGUGAT dari Kantor Hukum HAYUN SHOBRI & ASSOCIATES,
dengan Surat No: 015/Und/KHSR/VI/2012, pernah mengundang RS. Santo
Borromeus (Tergugat I) guna keperluan menindak lanjuti hasil pertemuan
PENGGUGAT dengan RS. Santo Borromeus (Tergugat I) sebelumnya
terkait mencari penyelesaian yang baik atas permasalahan pasien
Muhamad Gumilar. Namun sangat disayangkan , karena dalam pertemuan
awal tidak diperoleh penyelesaian apapun dan bahkan undangan dari kami
tidak mendapat respon positif apapun dari TERGUGAT I. dari fakta ini
menunjukkan
untuk
RS. Santo Borromeus (Tergugat I) tidak ada itikat baik
menyelesaikan
permasalahan
ini
secara
baik
–
baik
dan
musyawarah, dan oleh karenanya dengan sangat terpaksa PENGGUGAT
mengajukan gugatan ini;
35. Bahwa berdasarkan fakta – fakta di atas, terlihat kesalahan RS. Santo
Borromeus (Tergugat I) sebagai pelayan medis dalam kasus ini, yakni:
a. Tidak melakukan koordinasi yang baik diantara sesame dokter di RS.
Santo Borromeus Bandung (Tergugat I);
b. Tidak
melaksanakan
pelayanan
medis
dengan
mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan pasien secara terpadu dengan upaya
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif);
c. RS. Santo Borromeus Bandung (Tergugat I) tidak melaksanakan
perawatan dan penyembuhan terhadap pasien berdasarkan standart
pelayanan medis;
36. Bahwa berdasarkan fakta – fakta tersebut di atas, kesalah dan kelalaian
TERGUGAT I, TERGUGAT III, TERGUGAT IV dan TERGUGAT V dalam
melakukan diagnosa, sehingga berakibat TERGUGAT II salah dalam
melakukan perawatan dan pengobatan, yang berakibat terlambatnya
mengantisipasi/mencegah penyakit almarhum Muhamad Gumilar disertai
Halaman 13 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
tidak adanya itikat baik dari Para TERGUGAT untuk menyelesaikan
permasalahan ini dengan baik, membuktikan TERGUGAT I, II, III. IV & V
telah “MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM”;
37. Bahwa akibat adanya perbuatan melawan hukum yang telah dilakukan
Para TERGUGAT tersebut hal mana PENGGUGAT telah mengalami
kerugian berupa:
a. Kerugian materiel:
Bahwa selama almarhum Muhamad Gumilar menjalani perawatan dan
pemeriksaan di RS. Santo Borromeus (Tergugat I) dan perawatan dan
pengobatan kepada dokter – dokter lain dimana kondisi kesehatan
almarhum Muhamad Gumilar tidak kunjung membaik bahkan semakin
hari semakin memburuk disebabkan kesalahan dalam memberikan
hasil diagnosa
yang tidak valid, biaya yang telah dikeluarkan ddan
catatan – catatan pengeluaran pengobatan Muhamad Gumilar yang
dicatat PENGGUGAT total sebesar :
Rp 214.883.178,- (dua ratus
empat belas juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tujuh
puluh delapan rupiah);
b. Kerugian Immateriel:
Bahwa almarhum Muhamad Gumilar mengalami proses pengobatan
yang panjang dan melelahkan, sementara kesalahan/kelalaian diagnosa
tentunya menyebabkan almarhum semakin menderita dan penanganan
pengobatan yang diberikan pada tahap berikutnya sangat terlambat
untuk
mengatasi
penyakit
almarhum
yang
berakibat
terjadinya
dekadensi mental dan fisik serta berakhir dengan meninggalnya
almarhum Muhamad Gumilar pada tanggal 31 Mei 2012. PENGGUGAT
dan Keluarga merasa sangat kehilangan seorang anak yang sangat
disayangi dan dicintainya. Pada akhirnya almarhum menjadi korban dari
penanganandan sikap Para TERGUGAT yang tidak professional.
Kehilangan seoarang anak yang sangat disayangi dan dicintai tidak
dapat dinilai dengan uang berapapun besarnya. Namun dalam kasus ini
sebagai
bentuk
tuntutan
pertanggung
jawaban
hukum
Para
TERGUGAT atas kesalahan/kelalaian diagnosa tersebut , kepada Para
TERGUGAT
beralasan
PENGGUGAT
menuntut
kepada
Para
TERGUGAT secara tanggung renteng untuk membayar ganti kerugian
sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyard rupiah) mengingat
kepercayaan
selama
ini
diberikan
PENGGUGAT
kepada
Para
Halaman 14 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
TERGUGAT selaku pengelola rumah sakit yang cukup besar dan
terkenal serta bonafide, namun akhirnya almarhum mendapat perlakuan
penanganan yang tidak sepatutnya;
38. Bahwa untuk menjamin agar Para TERGUGAT tunduk ddan patuh pada
putusan ini, beralasan pula apabila Para TERGUGAT dihukum secara
tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar
Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per hari kepada PENGGUGAT setiap
kali lalai melaksanakan isi putusan ini terhitung sejak putusan perkara ini
mempunyai kekuatan hukum tetap dan pasti ( inkracht van gewijsde );
39. Bahwa untuk menjamin agar gugatan PENGGUGAT tidak sia – sia (illusoir)
dan menjamin agar Para TERGUGAT kelak dapat menjalankan putusan ini
sebagaimana mestinya, mohon agar diletakkan sita jaminan (conservatoir
beslag) terlebih dahulu atas barang bergerak dan tidak bergerak berupa
tanah dan bangunan serta berikut isinya yang terletak di Jalan Ir.H.Juanda
Nomor: 100 Kota Bandung, setempat dikenal sebagai RS. Santo
Borromeus Bandung;
40. Bahwa oleh karena gugatan ini diajukan dengan bukti – bukti yang telah
memenuhi ketentuan Pasal 180 HIR, maka beralasan hukum apabila
putusan perkara ini dinyatakan dapat dijalankan terlebih dahulu (uit
voorbaar bij voorraad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding
maupun kasai dari para pihak;
41. Bahwa selain itu mohon apabila Para TERGUGAT
secara tanggung
renteng dihukum untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya
gugatan ini;
Berdasarkan alasan – alasan yang terurai di atas, berkenan kiranya Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan TERGUGAT I,II,III,IV dan V telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum;
3. Menghukum TERGUGAT I,II,III,IV dan V secara tanggung renteng untuk
membayar ganti kerugian kepada PENGGUGAT berupa:
a. Kerugian Materiel sebesar Rp. Rp 214.883.178,- (dua ratus empat belas
juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tujuh puluh delapan
rupiah);
Halaman 15 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
b. Kerugian Immateriel sebesar Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyard
rupiah);
4. Menghukum Para TERGUGAT secara tanggung renteng untuk membayar
uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
per hari kepada PENGGUGAT setiap kali lalai melaksanakan isi putusan
ini;
5. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) yang
telah diletakkan
atas harta kekayaan Para TERGUGAT baik bergerak
maupun tidak bergerak berupa tanah dan bangunan serta berikut isinya
yang terletak di Jalan Ir.H.Juanda Nomor : 100 Kota Bandung, setempat
dikenal sebagai RS. Santo Borromeus Bandung;
6. Menyatakan putusan perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uit
voorbaar bij voorraad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding
maupun kasai dari para pihak;
7. Menghukum Para TERGUGAT secara tanggung renteng untyk membayar
seluruh biaya yang timbul akibat adanya gugutan ini;
SUBSIDAIR:
Dalam peradilan yang baik, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono);
Membaca surat jawaban Pihak Tergugat I sampai dengan Tergugat V
dan Turut Tergugat I tertanggal 28 Januari 2014, dengan perbaikan jawaban
tertanggal 4 Februari 2014, yang mengemukakan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
Tentang Gugatan Penggugat Prematur:
1. Bahwa dalam gugatannya, Penggugat menyatakan telah mengadukan
permasalahannya
kepada
Majelis
Kehormatan
Disiplin
Kedokteran
Indonesia (MKDKI), untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut;
2. Bahwa perlu disampaikan dasar hukum pembentukan Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah berdasarkan UndangUndang Nomor: 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, adapun
tugas dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
adalah memberikan perlindungan kepada pasien serta menjaga mutu dari
dokter, dan juga menjaga kehormatan profesi kedokteran, sedangkan
tujuan dibentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
Halaman 16 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
(MKDKI)
adalah
menegakkan
disiplin
dokter/dokter
gigi
dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran;
3. Bahwa berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor:
15/KKI/PER/VII/2006,
Tentang
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi, dalam Pasal 4
menerangkan Tugas Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia:
Pasal 4
(1) Tugas MKDKI:
a. Menerima Pengaduan,
memeriksa
dan memutuskan
kasus
pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan dan;
b. Menyusun pedoman dan tata cara penerangan kasus pelanggaran
disiplin dokter atau dokter gigi;
(2) Tugas MKDKI-P menerima pengaduan, memeriksa, memutuskan ada
tidaknya kasus pelanggaran disiplin kedokteran dan kedokteran gigi
dan menentukan saksi yang diajukan provinsi;
4. Bahwa selanjutnya apabila mengacu kepada ketentuan Pasal 69 UndangUndang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Jo. Pasal 27
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor: 16/KKI/PER/VII/2006
Tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin
Dokter dan Dokter Gigi oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di
Tingkat Provinsi, seorang dokter dapat dikatakan telah melakukan
pelanggaran disiplin dan/atau adanya kesalahan mengenai standar
operasional
prosedur
harus
berdasarkan
Keputusan
dari
Majelis
diuraikan
diatas,
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI);
5. Bahwa
berdasarkan
alasan-alasan
yang
telah
seharusnya Gugatan yang diajukan oleh Penggugat menunggu terlebih
dahulu keputusan dari MKDKI, dengan demikian Gugatan yang diajukan
Penggugat terlalu prematur, karena itu beralasan menurut hukum Gugatan
Penggugat harus dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA;
Tentang Gugatan Penggugat Kabur Dan Tidak Jelas/Obscuur Libel;
1. Bahwa Gugatan Penggugat tidak menjelaskan secara utuh dan terperinci
berkaitan dengan pengobatan yang dilakukan Alm. M. Gumilar (anak
Penggugat), karena dalam uraian Posita tidak menjelaskan secara runtut,
Halaman 17 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
jelas dan benar serta menghilangkan fakta setelah pemeriksaan terakhir
pada tanggal 4 April 2011 tersebut, pasien Alm. M. Gumilar (anak
Penggugat) tidak pernah control kembali kepada dr. G. F. Mukta Prawata,
Sp.PD. (Tergugat II), sehingga dengan demikian tidak patuhnya pasien
Alm M. Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat untuk menjalani CT. Scan,
hal tersebut mengakibatkan dokter tidak dapat melanjutkan penegakan
Diagnosa;
2. Bahwa dalam Gugatan Penggugat tidak menguraikan secara tepat dan
benar dalam Posita Gugatan, berkaitan dengan telah berobat jalan Alm. M.
Gumilar (anak Penggugat) di RS.Borromeus selama 3 (tiga) bulan lebih
atau selama 95 (Sembilan puluh lima) hari, dari tanggal 29 Desember
sampai dengan 04 April 2011. Selanjutnya sejak tanggal 04 April 2011
(sepulang dari RS. Borromeus) tersebut hingga meninggal dunia Alm. M.
Gumilar (anak Penggugat) memilih menjalani pengobatan pada Rumah
Sakit lain, dokter lain dan/atau pemberi obat herbal;
3. Bahwa berkaitan dengan tuntutan ganti rugi harus didasarkan pada
perincian yang jelas agar jumlah kerugian dapat ditentukan secara benar
dan tetap, Penggugat dalam Gugatannya tidak menguraikan secara
terperinci tentang kerugian yang dideritanya, baik secara materiel maupun
immateriel;
4. Bahwa dengan tidak ada perincian yang jelas berkaitan dengan kerugian
yang diderita Penggugat, maka sangat beralasan secara hukum untuk
menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat dapat diterima;
Tentang Gugatan Penggugat Kekurangan Pihak/Exceptio Plurium Litis
Consortium:
1. Bahwa Gugatan Penggugat telah kekurangan pihak (tidak lengkap)
dengan tidak menarik Pemberi obat herbal, dokter lainnya, maupun
Rumah Sakit lainnya, selaku pihak Tergugat atau Turut Tergugat;
2. Bahwa dengan demikian Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat
diterima;
EKSEPSI TURUT TERGUGAT I;
Tentang Gugatan Kabur atau Tidak Jelas / Obscuur Libel;
1. Bahwa Turut Tergugat I, saat melakukan tahapan pemeriksaan dan
akhirnya disimpulkan pasien menderita penyakit Hodgkin Lymphoma dan
Halaman 18 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
disarankan kemoterapi, namun pasien tidak pernah kembali. Hal itu
berarti pasien TIDAK PATUH terhadap saran dokter, pasien dan keluarga
LALAI tidak mematuhi perintah Turut Tergugat I;
2. Bahwa Turut Tergugat I, telah ditarik sebagai Pihak dalam perkara ini,
namun apa yang telah didalilkan oleh Penggugat kepada Turut Tergugat I
dalam Positanya pada poin 21, 22, 23, 24. 26. 27, 28 , namun pada
Petitum tidak ada tuntutan apapun terhadap Turut Tergugat I, telah
terdapat ketidak jelasan apa yang diinginkan oleh Penggugat kepada
Turut Tergugat I, sehingga mengakibatkan Gugatan Penggugat tidak
jelas/kabur (obscuur libel);
3. Bahwa dengan demikian beralasan menurut hukum, Gugatan Penggugat
dinyatakan tidak dapat diterima, atau setifdak – tidaknya Turut
Tergugat I harus dikeluarkan selaku Pihak dalam perkara ini;
DALAM POKOK PERKARA:
Tanggapan Tergugat I;
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap
pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
2. Bahwa Tergugat I mohon seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali yang
secara tegas diakui;
3. Bahwa perlu Tergugat I sampaikan, kronologis penanganan Alm.
M. Gumilar (anak Penggugat), pada saat ditangani oleh Tergugat I,
sebagai berikut:
-
Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) pertama kali datang
ke Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I ) pada tanggal 29
Desember 2010 datang kepada dr. ARTHUR H.L. TOBING,Sp.B
(Tergugat III), dengan keluhan ada benjolan pada daerah ketiak dan
leher, setelah dilakukan pemeriksaan, disimpulkan kemungkinan
diagnosa (Differential Diagnosis):
1. Lymphadenitis TBC;
2. Lymphadenitis Malignant;
Bahwa untuk itu harus dilakukan pengambilan jaringan tubuh (biopsi)
yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 30 Desember
2010, dengan terlebih dahulu mengkonsulkan kepada dr. G.F. MUKTA
Halaman 19 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) untuk memastikan kondisi pasien
memungkinkan dilakukan tindakan operasi dengan bius total;
-
Bahwa pada tanggal 30 Desember 2010 Alm. M.Gumilar (anak
Penggugat) kembali datang pada Tergugat III untuk melakukan operasi
pengambilan jaringan tubuh (biopsi) tanpa dilakukan perawatan rawat
inap (one day surgery/ODS). Kemudian jaringan hasil operasi biopsi
dikirim oleh Tergugat III kepada bagian laboratorium Patologi Anatomi
(PA) untuk dilakukan pemeriksaan dan dibacakan oleh ahli PA yang
bertugas;
-
Bahwa Preparat Patologi Anatomi yang diperikssa oleh Tergugat IV
adalah hasil operasi pada tanggal 30 Desember 2010. Selanjutnya
pada
tanggal
Laboratorium
31
PA.
Desember
Tergugat
2010,
IV
Tergugat
menerima
IV
bertugas
formulir
di
permintaan
pemeriksaan PA atas nama pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat)
yang dikirimkan oleh Tergugat III beserta 1 buah botol berisi beberapa
kelenjar getah bening (KGB);
-
Bahwa pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) pada tanggal 4
Januari 2011 kembali datang untuk berkonsultasi kepada dr. ARTHUR
H.L. TOBING, Sp.B (Tergugat III) untuk kontrol luka;
-
Bahwa pada tanggal 4 Januari 2011, hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi telah dapat dibaca oleh Tergugat IV dimana Tergugat IV
melihat tanda dan ciri yang mengarah KGB tersebut berupa
Lymphadenitis Tuberculosa. Hasil atau kesimpulan tersebut oleh
Tergugat IV dibuatkan dalam lembar Hasil Pemeriksaan Laboratorium
dan ditujukan kepada Tergugat III sebagai dokter bedah yang meminta
konsultasi kepada Ahli Patologi Anatomi;
-
Bahwa pada tanggal 7 Januari 2011, Pasien kontrol kembali ke
Tergugat III dan Tergugat III memberitahukan hasil Patologi Anatomi
kepada pasien dan keluarga Alm. M.Gumilar (anak Penggugat)
dengan kesimpulan “Lymphadenitis Tuberculosa” (TBC), tidak tampak
tanda ganas. Hasil laboratorium tersebut dilakukan oleh dr. SYAHRIR
ISMAIL,
Sp.
PA
(Tergugat
IV).
Selanjutnya
Tergugat
III
mengkonsultasikan kembali ke Tergugat II untuk pemberian terapi;
-
Bahwa kemudian pada tanggal 8 Januari 2011 Alm. M.Gumilar (anak
Penggugat) datang kepada dr. G.F. MUKTA PRAWATA, Sp.PD
Halaman 20 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
(Tergugat
II),
Tergugat
II
kemudian
melakukan
pemeriksaan
berdasarkan insidensi, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
lainnya termasuk hasil pemeriksaan PA (Patologi Anatomi) terhadap
Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) untuk kemudian memberikan
terapi;
-
Bahwa pada tanggal 21 Januari 2011 dan 19 Februari 2011, pasien
Alm. M. Gumilar (anak Penggugat)
kontrol kembali dan
diberikan
terapi TBC. Dengan terapi TBC tersebut kondisi fisik dan berat badan
dari pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) mengalami peningkatan
sampai dengan + 4 (empat) kilogram;
-
Bahwa pada tanggal 4 April 2011 pasien Alm. M. Gumilar (anak
Penggugat) kembali datang kepada dr. G.F. MUKTA PRAWATA,
Sp.PD (Tergugat II), dengan keluhan terdapat benjolan baru di daerah
leher kanan. Dari hasil pemeriksaan pada waktu itu, dan curiga ada
penyakit lain , dr. G.F. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II)
meminta
pemeriksaan
penunjang
lainnya
yaitu
meminta
dilakukan CT Scan, namun tidak dipatuhi dan malah sejak tanggal
4 April 2011 tersebut Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) tidak
pernah datang kembali;
-
Bahwa dengan tidak patuhnya pasien Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) untuk melakukan CT Scan yang telah dianjurkan, dan
juga tidak pernah datang kembali, mengakibatkan dr. G.F. MUKTA
PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II) tidak dapat menegakkan diagnosa
lebih lanjut;
-
Bahwa Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) meninggal bukan di RS
Borromeus melainkan di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada tanggal 31
Mei 2012 karena “ Hospital Community Acquired Pneumonia” dengan
respiratory failure dan syok sepsis pada penderita “Lymphoma
malignum post kemoterapi” setelah 1 (satu) tahun lebih memutuskan
transaksi terapeutik dari Tergugat I;
4. Bahwa seorang dokter dalam melakukan upaya pengobatan tidak dapat
menjanjikan kesembuhan dan dalam perjalanan upaya pengobatannya
dokter akan selalu mengevaluasi perkembangan/perubahan gejala klinis
dan respon tubuh Pasien terhadap Terapi yang sudah diberikan;
Halaman 21 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
5. Bahwa pada tanggal 4 April 2011 karena terdapat benjolan baru di daerah
leher Pasien, maka dr. G.F. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II)
menganjurkan agar Pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) untuk
dilakukan pemeriksaan CT Scan;
6. Bahwa pemberian obat/terapi Lymphadenitis Tuberculosa (TBC) yang
diberikan kepada Pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) sama sekali
tidak ada hubungannya dengan kematian dari pasien Alm.M.Gumilar
(anak Penggugat), hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya efek
samping dari pemberian obat TBC tersebut terhadap fungsi hati pasien
sesuai dengan hasil SGPT (Serum Glumatik Piruvik Transaminase) dan
SGOT (Serum Glumatik Oksaloasetik Transaminase) yang tetap dalam
batas normal;
7. Bahwa sama sekali tidak benar apabila Tergugat I tidak memberikan
respon
positif
dan
tidak
ada
itikad
baik
untuk
menyelesaikan
permasalahan ini secara musyawarah kepada Penggugat sebagaimana
yang didalilkan oleh Penggugat pada point 34 dan dalil Penggugat yang
menyatakan Tergugat I tidak melakukan koordinasi yang baik antara
sesama dokter di Rumah Sakit Santo Borromeus, tidak melaksanakan
pelayanan medis dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan
terhadap pasien secara terpadu, dan Rumah Sakit Santo Borromeus tidak
melaksanakan perawatan dan penyembuhan termasuk terhadap pasien
berdasarkan standart pelayanan medis sebagaimana didalilkan pada poin
35 adalah tidak benar, karena Pihak Rumah Sakit Santo Borromeus
(Tergugat I) telah menindak lanjuti dengan cara mengundang Penggugat
untuk membahas mengenai kronologis pengobatan Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) pada tanggal 13 Juni 2012, maupun melakukan beberapa
upaya penyelesaian secara baik / musyawarah, termasuk dalam proses
mediasi;
8. Bahwa perjanjian terapeutik antara Tergugat I (RS.Santo Borromeus)
dengan anak Penggugat (alm.M.Gumilar) adalah sejak tanggal 29
Desember 2010 sampai dengan tanggal 4 April 2011;
9. Bahwa pemeriksaan Patologi Anatomi pada penyakit Hodgkin Lymphoma
ditemukan gambaran nekrosis dan epiteloid serta sel datia yang dapat
ditemukan
pula
pada
gambaran
Patologi
Anatomi
Lymphadenitis
Tuberculosa, bahkan beberapa literatur menyatakan keduanya dapat
terjadi
bersamaan,
jadi
masih
dimungkinkan
terjadi
perbedaan
Halaman 22 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
pembacaan interpretasi petologi anatomi, pemeriksaan Patologi Anatomi
adalah pemeriksaan penunjang, seorang dokter klinisi dalam menegakkan
diagnosa kerja menggabungkan hasil pemeriksaan klinis, insidensi dan
pemeriksaan penunjang yang semuanya mengarah ke Lymphadenitis
Tuberculosa;
10. Bahwa adanya perbedaan terhadap kesimpulan pembacaan Patologi
Anatomi adalah masih dimungkinkan, karena hasil pembacaan Patologi
Anatomi adalah bukan satu – satunya mekanisme untuk menentukan
penyakit pasien dan pengobatannya, melainkan hanya pemeriksaan
penunjang seorang dokter untuk melakukan pengobatan, selanjutnya
dokter akan melihat gejala klinis dan respon tubuh pasien terhadap terapi
yang sudah diberikan, dan apabila ada gejala klinis dan respon tubuh
pasien yang tidak sesuai harapan, maka dokter dapat melakukan/
menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya;
11. Bahwa Tergugat I sama sekali tidak mengetahui metode pengobatan apa
yang dilakukan Penggugat terhadap anaknya (Alm.M.Gumilar), karena
selama tenggang waktu + 13 (tiga belas) bulan terakhir dilakukan tanpa
sepengetahuan, tidak ada relevansi, dan di luar tanggung jawab para
Tergugat dan Turut Tergugat I karena sebagaimana dalil gugatan
Penggugat pada poin 14, menyatakan Penggugat pula telah menempuh
pengobatan
alternatif
dengan
cara
pengobatan
herbal,
sehingga
pengobatan selama kurun waktu + 13 (tiga belas) bulan tersebut di luar
pengetahuan dan tanggung jawab Para Tergugat dan Turut Tergugat I;
12. Bahwa sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan
Para
Tergugat
telah
melakukan
kesalahan
dan
kelalaian
dalam
melakukan perawatan dan pengobatan, yang berakibat terlambatnya
mengantisipasi / mencegah penyakit pasien Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) serta tidak adanya itikad baik dari Para Tergugat adalah hal
yang keliru, karena dokter yang menangani pasien Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) telah memberikan saran yang tepat, namun Penggugatlah
yang tidak mengikuti saran tersebut, dengan demikian karena dokter telah
melakukan standar prosedur yang tepat, sehingga tindakan yang
dilakukan oleh Tergugat I bukanlah merupakan Perbuatan Melawan
Hukum;
13. Bahwa kematian pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat
terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin pada bulan Mei 2012, dimana
Halaman 23 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat
selama
tenggang
waktu
+
13
bulan
terakhir
dilakukan
tanpa
sepengetahuan Tergugat I dan di luar tanggung jawab dari Tergugat I;
14. Bahwa Tergugat I harus dilepaskan tanggungjawabnya terhadap kematian
Alm.M.Gumilar
Penggugat)
(anak
dan
/
Penggugat)
atau
karena
keluarganya
telah
Alm.M.Gumilar
(anak
menghentikan
proses
pengobatan di tempat Tergugat I (RS.Sato Borromeus) sejak tanggal 4
April 2011. Pada tanggal 4 April 2011 tersebut Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) telah diminta oleh Tergugat II untuk melakukan pemeriksaan
mendalam dengan melakukan CT Scan namun Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) tidak melakukannya dan tidak berobat lagi ke Tergugat I
(RS.Sato Borromeus). Sehingga mengacu pada Pasal 45 ayat (1) UU No.
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dinyatakan:
“Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila
pasien
dan
/atau
keluarganya
menolak
atau
menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehesif”;
15. Bahwa berdasarkan Buku Pedoman Pasien yang dikeluarkan Konsil
Kedokteran Indonesia 202, point 21 hal.11 alinea kedua, menyatakan:
“Tidak dilaksanakannya nasehat dokter dapat berakibat pada kegagalan
upaya
pengobatan, dan hal tersebut merupakan tanggung jawab
pasien”;
16. Bahwa berdasarkan UU Praktik Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004, Pasal
53 ayat B, dinyatakan:
“Pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
kewajiban mematuhi nasihat dan petunjuk Dokter atau Dokter Gigi”;
17. Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada poin 37 a., yang
menyatakan telah mengalami kerugian Materiel sebesar Rp.214.883.178,(dua ratus empat belas juta delapan ratus delapan puluh tiga ribu seratus
tujuh puluh deapan rupiah), adalah tidak tepat/ keliru karena tidak
dilandasi dasar hukum yang kuat, selanjutnya sesuai dengan hasil
rekapitulasi biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Kepala
Seksi Administrasi Keuangan Rumah Sakit Santo Borromeus terhadap
Pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) selama ditangani (Rawat jalan)
di Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I) hanya dikarenakan biaya
Halaman 24 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
sebesar Rp. 8.701.300,- (delapan juta tujuh ratus satu ribu tiga ratus
rupiah);
18. Bahwa terhadap dalil Gugatan Penggugat pada poin 37 b., yang meminta
ganti rugi Immateriel sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyard
rupiah) kepada Para Tergugat (termasuk Tergugat I) secara tanggung
renteng adalah tidak tepat dan tidak benar, karena meninggalnya pasien
Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin
pada
bulan
Mei
2012,
dimana
pengobatan
terhadap
pasien
Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) selama tenggang waktu + 13 bulan
terakhir dilakukan tanpa sepengetahuan dan di luar tanggung jawab dari
Rumah Sakit Santo Borromeus (Tegugat I), sehingga beralasan menurut
hukum, dalil Gugatan yang demikian harus dikesampingkan dan harus
ditolak;
19. Bahwa berkaitan dengan dalil Penggugat pada poin 18 tentang tuntutan
kepada Para Tergugat (termasuk Tergugat I) secara tanggung renteng
untuk membayar uang paksa (Dwangsom) sebesar Rp. 10.000.000,(sepuluh juta rupiah) per hari kepada Penggugat adalah tidak beralasan
menurut hukum sehingga harus ditolak, karena pada prinsipnya
Dwangsom tidak dapat dituntut bersama – sama dengan tuntutan
membayar uang, hal tersebut sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia No.3703 K/Pdt/1986;
20. Bahwa berkaitan dengan permohonan Penggugat untuk diletakkannya
sita jaminan (Conservatoir Beslag) atas barang – barang dan aset milik
Tergugat I berupa tanah dan bangunan berikut isinya yang terletak di
Jalan Ir. H. Juanda No.100 Kota Bandung haruslah dikesampingkan/
ditolak, karena alasan – alasan yang dikemukakan oleh Penggugat tidak
memiliki dasar hukum yang kuat;
21. Bahwa berkaitan dengan dalil Gugatan Penggugat pada poin 40 yang
memohon putusan ini dinyatakan dapat dijalankan terlebih dahulu (uit
voorbaar bij voorrad) meskipun ada upaya hukum bantahan, banding,
maupun kasasi sebagaimana Pasal 180 HIR, juga harus ditolak, karena
tidak dilandasi dasar hukum yang kuat;
22. Bahwa dalil tuntutan Penggugat terhadap Para Tergugat (termasuk
Tergugat I) tentang pembayaran seluruh biaya yang timbul dalam perkara
ini juga harus ditolak, karena tidak dilandasi dasar hukum yang kuat;
Halaman 25 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
TANGGAPAN TERGUGAT II:
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap
pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
2. Bahwa Tergugat II menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara
tegas diakui;
3. Bahwa benar pada tanggal 29 Desember 2010 Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat), dikonsulkan oleh dr. ARTHUR H.L. TOBING, Sp.B (Tegugat
III) untuk persiapan operasi pengambilan jaringan tubuh (Biopsi);
4. Bahwa dr. G.F.MUKTA PRAWATA, Sp PD (Tegugat II) memberikan terapi
pengobatan
Lymphadenitis
pemeriksaan anamnesa
Penggugat)
Tuberculosa
setelah
menyesuaikan
terhadap gejala klinis Alm.M.Gumilar (anak
dengan hasil pembacaan dari Ahli Patologi Anatomi, dan
melihat insidensi penyakit TBC yang tinggi di Indonesia;
5. Bahwa salah satu literature melaporkan 3 (tiga) kasus di luar negeri yang
mana
adanya
penyakit
Tuberculosa
bersamaan
dengan
Hodgkin
Lymphoma da 2 (dua) kasus terjadi perbaikan klinis setelah pengobatan
anti tuberculosa yang kemudian baru muncul gejala penyakit Hodgkin
Lymphoma. Pada literaturpun dikatakan bahwa sangat sulit membedakan
Hodgkin Lymphoma dengan Lymphadenitis Tuberculosa;
6. Bahwa
penyakit
predisposisi
untuk
Hodgkin
penyakit
Lymphoma
sendiri
Tuberculosa,
merupakan
sehingga
factor
memungkinkan
penyakit tersebut bersamaan atau yang satu mendahului yang lain. Kasus
lain di Negara majupun memperkuat pernyataan di atas;
7. Bahwa dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), mulai memberikan
terapi/pengobatan terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)
mulai tanggal 8 Januri 2011, pada saat itu berat badan pasien + 87
Kilogram, dan mulai diberikan obat anti TBC, sesuai dengan hasil
kesimpulan Anamnesa, pemeriksaan klinis dan hasil laboratorium antara
lain hasil Patologi Anatomi yang dibaca oleh dokter Ahli Patologi Anatomi;
8. Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) kembali kontrol kepada
dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) pada tanggal 21 Januari
2011, pada saat itu berat badan pasien + 91 Kilogram (naik 4 Kilogram)
dan hasil SGOT 22 serta SGPT 29, sehingga terapi / pengobatan anti
TBC dilanjutkan;
Halaman 26 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
9. Bahwa pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) kembali kontrol kepada
dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II) pada tanggal 19 Februari
2011 dan terapi / pengobatan anti TBC dilanjutkan;
10. Bahwa baru pada tanggal 4 April 2011 pasien Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat) datang kembali kontrol kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp.PD
(Tergugat II), dan berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya
benjolan baru di sekitar leher kanan, oleh karena itu dr. MUKTA
PRAWATA, Sp.PD (Tergugat II), menganjurkan / mengusulkan kepada
pasien untuk dilakukan CT Scan;
11. Bahwa adanya perbedaan diagnosis kerja masih dimungkinkan dalam
perjalanan suatu penyakit. Pembacan hasil Patologi Anatomi pun masih
dimungkinkan berbeda, tetapi dalam evaluasi perjalanan penyakit apabila
ditemukan keadaan yang berbeda maka perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang tambahan dalam hal ini saat pasien dimintakan pemeriksaan
CT Scan tidak dipatuhi;
12. Bahwa penyakit tersebut mempunyai gejala klinis yang serupa dan
bahkan terkadang dapat muncul bersamaan
(di Indonesia insidensi
penyakit Tuberculosa masih tinggi), maka pengobatan yang diberikan
berupa obat antituberculosa masih bermanfaat;
13. Bahwa setelah pemeriksaan terakhir pada tanggal 4 April 2011 tersebut,
pasien Alm. M.Gumilar (anak Penggugat) tidak pernah kontrol kembali
kepada dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II), sehingga dengan
tidak patuhnya pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) / Penggugat
untuk menjalani CT Scan, hal tersebut mengakibatkan dokter tidak
dapat melanjutkan penegakan Diagnosa;
14. Bahwa obat antituberculosa yang diberikan kepada pasien Alm.M.Gumilar
(anak Penggugat) telah sesuai dengan diagnosis kerja dan obat
antituberculosis yang diminum mempunyai masa paruh dalam tubuh.
Setelah dua kali masa paruh tersebut obat yang diminum tidak
mempunyai efek samping lagi. Obat antituberculosis yang diberikan dan
diminum mempunyai masa paruh Isoniazid 1 – 4 jam, Rifampisin: 3,4 –
3,6 jam, Etambutol: 4 -6 jam, dan Pirazinamid: 8 – 11 jam. Efek samping
terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) sudah diperiksa
dengan pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT) dan
Halaman 27 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
hasilnya dalam batas normal, sehingga tidak benar pemberian obat
antituberculosis bersifat racun dan fatal;
15. Bahwa kematian Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) / Penggugat terjadi di
Rumah Sakit Hasan Sadikin pada bulan Mei 2012, dimana pengobatan
terhadap pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)/Penggugat selama
tenggang waktu kurang lebih 13 bulan terakhir dilakukan tanpa
sepengetahuan dan di luar tanggung jawab dari Tergugat II;
16. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat II di atas, maka alasan
Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 37,38,39 dan 40 yang
menyatakan Tergugat II telah melakukan Perbuatan melawan hukum
adalah hal yang keliru, karena dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat
II) yang menangani pasien Alm.M.Gumilar (anak Penggugat) telah
memberikan saran yang tepat, namun Penggugatlah yang tidak mengikuti
saran tersebut, dengan demikian karena dokter telah melakukan tindakan
yang tepat dan sesuai dengan standart prosedur tindakan medis,
sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat II bukanlah
merupakan Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap
Gugatan Penggugat pada poin 37,38,39 dan 40 karena tidak didukung
dengan dasar hukum yang kuat dan benar;
17. Bahwa Hodgkin Lymphoma mempunyai kemungkinan remisi (masa bebas
progresi). Prediksi masa bebas progresi penyakit (Freedom From
Pregression FFP ) ditentukan oleh tujuh faktor independen yaitu:
-
Jenis kelamin (FFP pada wanita lebih baik);
-
Usia > 45 tahun;
-
Stadium 4;
-
Hb < 10 gr%;
-
Leukosit > 15.000/mm3;
-
Limfosit < 600/mm3;
-
Serum albumin < 4 gr%;
Pasien tanpa faktor risiko FFP: 84 %;
Dengan satu faktor risiko FFP: 77 %;
Dengan dua faktor risiko FFP: 67 %;
Dengan tiga faktor risiko FFP: 60 %;
Dengan empat faktor risiko FFP: 51 %;
Dengan lima faktor risiko atau lebih FFP: 42 %;
Halaman 28 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Jadi jelas bahwa tanpa faktor risikopun masa bebas progresi penyakit
hanya 84 %;
TANGGAPAN TERGUGAT III;
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap
pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
2. Bahwa Tergugat III menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara
tegas diakui;
3. Bahwa benar pada tanggal 29 Desember 2010 pasien Alm.M.Gumilar
(anak Penggugat) dating ke Rumah Sakit Santo Borromeus (Tergugat I)
untuk berkonsultasi dengan dr. MUKTA PRAWATA,Sp.PD. selaku dokter
spesialis bedah (Tergugat II), yang pada saat itu mengeluhkan terdapat
benjolan yang terdapat di bagian leher dan ketiak;
4. Bahwa pada saat itu diagnosa awal adalah
“lymphadenopatie colli”
(Pembesaran kelenjar getah bening di leher), yang kemungkinan
Diagnosa (DD/differensial diagnosa):
-
Lymphadenitis TBC;
-
Lymphoma Malignum;
5. Yang perlu tindakan biopsi dan kemudian dikonsultasikan kepada dr.
MUKTA PRAWATA,Sp.PD (Tergugat II), untuk persiapan operasi
pengambilan jaringan tubuh (Biopsi);
6. Bahwa pada tanggal 30 Desember 2010, dr. ARTHUR H.L. TOBING,
Sp.B. selaku dokter Spesialis Bedah (Tergugat III), melakukan operasi
pengambilan jaringan tubuh (Biopsi) pada bagian leher dan ketiak pasien
Alm.M.Gumilar (anak Penggugat), pada saat setelah dilakukan operasi
didapatkan jaringan kelenjar getah bening saling melekat, rapuh kekuning
– kuningan, dan selanjutnya jaringan tersebut dikirim oleh dr. ARTHUR
H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III) ke bagian Patologi Anatomi, sehingga
operasi yang dilakukan sudah tepat dan benar;
7. Bahwa selanjutnya pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat), pada
tanggal Januari 2011 melakukan kontrol, yaitu mengganti verband pada
bagian yang dilakukan operasi, dan pasien Alm.M.Gumilar (anak
Penggugat), datang kembali pada tanggal 7 Januari 2011 untuk dilakukan
pengangkatan jahitan bekas operasi;
Halaman 29 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
8. Bahwa pada saat kontrol terakhir pasien Alm. M. Gumilar (anak
Penggugat), konsultasi pada tanggal 7 Januari 2011 kepada dr. ARTHUR
H.L. TOBING, Sp.B. (Tergugat III), hasil dari kesimpulan Patologi Anatomi
yang dibaca oleh dr. SYAHRIR ISMAIL,Sp.PA(K) (TERGUGAT IV) adalah
“Lymphadenitis Tuberculosa”, dan tidak tampak tanda ganas kemudian
Alm. M. Gumilar dikonsulkan kembali kepada dr. MUKTA PRAWATA, Sp.
PD (Tergugat II), sehingga apa yang dilakukan oleh dr. ARTHUR H.L.
TOBING, Sp.B. (Tergugat III) adalah telah tepat dan benar;
9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat III di atas, maka alasan
Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan
Tergugat
III
telah
melakukan
mengantisipasi/mencegah
kesalahan
penyakit
pasien
dan
kelalaian
untuk
Alm.M.Gumilar
(anak
Penggugat), sehingga mengakibatkan Tergugat III melakukan Perbuatan
Melawan Hukum adalah tidak tepat dan keliru, karena dr. ARTHUR H.L.
TOBING, Sp.B. (Tergugat III) yang menangani pasien Alm.M.Gumilar
(anak Penggugat) telah melakukan tindakan yang tepat dan sesuai
dengan standart prosedur tindakan medis, sehingga tindakan yang
dilakukan oleh Tergugat III bukanlah merupakan suatu Perbuatan
Melawan Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada
poin 37, 38, 39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang
kuat dan benar;
TANGGAPAN TERGUGAT IV:
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap
pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
2. Bahwa Tergugat IV menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara
tegas diakui;
3. Bahwa pada tanggal 31 Desember 2010, Tergugat IV bertugas di
Laboratorium PA di RS Borromeus. Pada tanggal yang sama Tergugat IV
membaca formulir permintaan konsultasi pemeiksaan PA atas nama
pasien Alm. M. Gumilar (anak Penggugat) yang dikirimkan oleh Tergugat
III beserta 1 buah botol berisi beberapa kelenjar getah bening (KGB);
4. Bahwa kemudian Tergugat IV melakukan prosedur pemeriksaan terhadap
KGB tersebut yang saling melekat, putih kekuning – kuningan, kenyal
dengan ukuran paling besar sebesar kemiri. Pemeriksaan tersebut
Halaman 30 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
dilakukan bersama dengan petugas Laboratorium Patologi Anatomi RS
Borromeus dan memerlukan waktu 3 – 4 hari untuk menunggu reaksi
terhadap perawatan;
5. Bahwa pada tanggal 4 Januari 2011, hasil pemeriksaan Patologi Anatomi
telah dapat dibaca oleh Tergugat IV dimana Tergugat IV melihat tanda
dan ciri yang khas dan meyakinkan bahwa KGB tersebut dapat
disimpulkan
menunjukkan
Lymphadenitis
Tuberculosa.
Hasil
atau
kesimpulan tersebut oleh Tergugat IV dibuatkan dalam lembar Hasil
Pemeriksaan Laboratorium dan ditujukan kepada Tergugat III sebagai
dokter bedah yang meminta konsultasi kepada Ahli Patologi Anatomi;
6. Bahwa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi, merupakan
suatu kesimpulan dari hasil jaringan yang diperiksa, dan itu merupakan
suatu pemeriksaan penunjang suatu penyakit;
7. Bahwa
berdasarkan
beberapa
literature
ilmiah,
diketahui
bahwa
Tuberculosis seringkali muncul bersamaan dan mempunyai ciri yang mirip
dengan Lymphoma sebagaimana penjelasan Tergugat I pada butir 9
dalam Jawaban ini;
8. Bahwa Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pramita (Turut Tergugat II)
ikut memperkuat hasil PA yang dilakukan Tergugat IV, dimana ditemukan
sel Atypical Mycobacterium dan malignant lymphoma a/r lateral, axilla
dextra dan submental. Sel Atypical Mycobacterium tersebut menunjukkan
adanya kuman penyebab TBC;
9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat IV
dan fakta – fakta ilmiah,
maka tuduhan Penggugat terhadap Tergugat IV tidak tepat dan tidak
beralasan karena Tergugat IV telah melakukan tugasnya dengan tepat
dan sesuai dengan standart prosedur pelayanan medis dan keahliannya,
sehingga tindakan yang dilakukan oleh Tergugat IV bukanlah
merupakan suatu Perbuatan Melawan Hukum dan menolak terhadap
Gugatan Penggugat pada poin 37, 38, 39 dan 40 karena tidak didukung
dengan dasar hukum yang kuat dan benar;
TANGGAPAN TERGUGAT V:
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan dalam Eksepsi mohon dianggap
pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
Halaman 31 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
2. Bahwa Tergugat III menolak seluruh dalil – dalil Penggugat kecuali secara
tegas diakui;
3. Bahwa benar dr. SYARIEF HIDAYAT ENTUM . Sp.PA (Tergugat V)
adalah dokter Spesialis Patologi Anatomi, dan benar Tergugat V menjabat
sebagai Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit
Santo Borromeus (Tergugat I) sesuai dengan Surat Keputusan Nomor:
060/SKP-PJ/IX/1998, Tentang Pengangkatan dr.SYARIEF HIDAYAT
ENTUM, Sp.PA sebagai Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada
Rumah Sakit Santo Borromeus, tertanggal 21 September 1998;
4. Bahwa sebagaimana Surat Keputusan Nomor: 060/SKP-PJ/IX/1998
Tentang Pengangkatan dr. SYARIEF HIDAYAT ENTUM, Sp.PA sebagai
Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo
Borromeus, tertanggal 21 September 1998, menjelaskan mengenai tugas
dari Kepala Sub Bagian Patologi Laboratorium pada Rumah Sakit Santo
Borromeus adalah:
-
Menyusun system operasional prosedur penanganan pemeriksaan
histopatologi, sitologi, sitopatologi, sediaan beku;
-
Memberikan usulan rencana kebutuhan tenaga medis di bidang
Patologi;
-
Memberikan pertimbangan tentang rencana pemeliharaan/pengadaan
peralatan dan penggunaan alat pemeriksaan patologi;
-
Mengusulkan pengadaan alat –alat medic di bagian Patologi;
-
Mengusulkan peningkatan SDM untuk tenaga medik dalam rangka
meningkatkan pemerioksaan Patologi;
-
Memberikan laporan tentang kegiatan pelaksanaan Patologi kepada
Ketua SMF Patologi;
Sehingga berdasarkan job desc/tugas yang diberikan oleh Tergugat I
kepada Tergugat V, tidak ada yang menyatakan Tergugat V harus
bertanggung jawab penuh terhadap hasil diagnosa yang diberikan oleh
dokter Patologi Anatomi pada Laboratorium
Rumah Sakit Santo
Borromeus;
5. Bahwa sama seperti dokter spesialis di bidang kedokteran lain, yang tidak
bertanggung jawab secara penuh atas pendapat dan diagnosa dokter
spesialis lain, maka Tergugat V selaku dokter spesialis Patologi Anatomi,
Halaman 32 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
tidak bertanggung jawab penuh terhadap diagnosa yang diberikan oleh
dokter Patologi Anatomi lain (Tergugat IV);
6. Bahwa Tergugat V tidak pernah memeriksa Preparat Alm.M.Gumilar di
bagian Patologi Anatomi RS. Santo Borromeus;
7. Bahwa berdasarkan permintaan dari Turut Tergugat I, Tergugat V selaku
dokter spesialis Patologi Anatomi telah melakukan pemeriksaan “second
opinion” terhadap Preparat Alm.M.Gumilar (anak Penggugat)
yang
dipinjam dari RS. Borromeus di Rumah Sakit Immanuel Bandung, pada
tanggal 26 September 2011;
8. Bahwa perlu disampaikan, Tergugat V adalah selaku dokter mitra pada
Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Immanuel Bandung, dan
menurut pendapat Tergugat V,
Alm. M. Gumilar (anak Penggugat)
mengidap penyakit “Hodgkin’s Lymphoma Mixed Cellularity”;
9. Bahwa berdasarkan dalil – dalil Tergugat V di atas, maka alasan
Penggugat sebagaimana dalil Penggugat pada poin 36 yang menyatakan
Tergugat
V
telah
melakukan
mengantisipasi/mencegah
kesalahan
penyakit
pasien
dan
kelalaian
untuk
Alm.M.Gumilar
(anak
Penggugat), sehingga mengakibatkan Tergugat V melakukan Perbuatan
Melawan Hukum adalah tidak tepat dan keliru, karena dr.SYARIEF
HIDAYAT ENTUM, Sp.PA (Tergugat V) tidak disyaratkan bertanggung
jawab atas diagnosa dokter spesialis Patologi Anatomi lain pada Rumah
Sakit Santo Borromeus, dan hasil pemeriksaan Preparat Alm. M. Gumilar
(anak Penggugat) yang dilakukan oleh Tergugat V pada Rumah Sakit
Immanuel adalah telah sesuai dengan ketentuan dan standart prosedur
tindakan medis, sehingga dengan demikian tindakan yang dilakukan
oleh Tergugat V bukanlah merupakan suatu Perbuatan Melawan
Hukum dan menolak terhadap Gugatan Penggugat pada poin 37, 38,
39 dan 40 karena tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat dan
benar;
TANGGAPAN TURUT TERGUGAT I:
1. Bahwa hal – hal yang telah diuraikan oleh Turut Tergugat I dalam Eksepsi
mohon dianggap pula telah masuk dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan hal – hal tersebut dalam pokok perkara;
2. Bahwa
berdasarkan
hasil
Patologi
Anatomi,
Turut
Tergugat
I
menganjurkan untuk diberi Kemoterapi, tetapi pasien Alm. M. Gumilar
Halaman 33 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
selanjutnya tidak datang lagi dan tidak ada kontak dengan Turut
Tergugat I;
3. Bahwa tindakan yang dilakukan Turut Tergugat I, dalam menangani
pasien Alm.M.Gumilar, sudah sesuai dengan Standart Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku di dunia kedokteran;
Berdasarkan alasan – alasan tersebut di atas, mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk
memberikan Putusan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
1. Menerima
dan
mengabulkan
Eksepsi
Para
Tergugat
dan
Turut
Tergugat I;
2. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
3. Menyatakan Turut Tergugat I dikeluarkan selaku Pihak dalam perkara ini;
DALAM POKOK PERKARA:
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon Putusan seadil – adilnya (Ex
Aequo et Bono);
Membaca Jawaban Pihak Turut Tergugat II tertanggal 4 Februari 2014
yang mengemukakan sebagai berikut:
1. Bahwa Turut Tergugat II menolak seluruh dalil Penggugat yang
dikemukakan di dalam Gugatan Penggugat, kecuali yang diakui secara
tegas oleh Turut Tergugat II;
2. Bahwa benar Turut Tergugat II melakukan pemriksaan terhadap
Muhammad Gumilar, yang deregister dengan No. Reg 110804889C, atas
nama Sdr. Bagus Gumilar (Muhammad Gumilar), atas rujukan dari dr.
Andre Suhendra, Sp.PD PULMO, Tanggal Reg: 24 Agustus 2011, No.
Pelanggan: 2201110802359;
3. Bahwa atas hasil pemeriksaan tersebut, Turut Tergugat II telah
mengeluarkan Hasil Pemeriksaan FNA tertanggal 25 November 2013,
yang ditandatangani oleh DR. dr. H. Abdul Hadi Hassan, SpPA (K);
Halaman 34 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
4. Bahwa hasil pemeriksaan dari Laboratorium Klinik Pramita Cabang
Bandung adalah:
Ditemukan sel apitik DD /:
1. Atypical mycobacterium;
2. Malignant Lymphoma a/r Lateral, axilla dextra, dan submental;
Merupakan differential diagnosa yang harus dikonfirmasi dengan metode
pemeriksaan yang lebih tinggi untuk kesimpulan diagnosanya. Pada
pemeriksaan konfirmasi selanjutnya, terbukti bahwa hasil pemeriksaan
tersebut sejalan dengan kesimpulan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan
oleh Rumah Sakit RSP. DR. Hasan Sadikin Bandung, yaitu “HODGKIN
LYMPHOMA LYMPHOCYTIC DEPLETION”;
5. Bahwa Turut Tergugat II melakukan pemeriksaan terhadap Muhammad
Gumilar atas permintaan yang bersangkutan dan Turut Tergugat II sama
sekali tidak mengetahui bila di kemudian hari terjadi perselisihan /
sengketa sehubungan dengan hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh
Turut Tergugat II tersebut;
6. Bahwa Turut Tergugat II hanya melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai Laboratorium klinik dan seluruhnya telah sesuai dengan prosedur
hukum sehingga Turut Tergugat II sudah seharusnya dikeluarkan sebagai
pihak dari perkara ini;
Bahwa berdasarkan hal – hal tersebut diatas, sudilah kiranya Yang Mulia
Majelis Hakim berkenan untuk memutuskan perkara ini sebagai berikut:
1. Menolak seluruh Gugatan Penggugat untuk hal – hal yang berkatian
dengan Turut Tergugat II;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang
timbul di dalam perkara ini;
Atau:
Bila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil – adilnya
(ex aequo et bono);
Membaca Replik dari Pihak Penggugat tertanggal 18 Februari 2014,
Duplik Pihak Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V dan
Turut Tergugat I tertanggal 4 Maret 2014 sebagaimana tersebut/terlampir
dalam berita acara persidangan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung;
Halaman 35 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Membaca, mengutip dan mempelajari secara seksama uraian-uraian
tentang hal-hal yang tercantum dalam salinan resmi putusan Pengadilan
Negeri
Kelas
I
A
Bandung
tanggal
4
September
2014,
Nomor
514/Pdt.G/2013/PN.BDG. yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
I.
DALAM EKSEPSI;
- Menolak Eksepsi Para Tergugat dan Turut Tergugat I untuk seluruhnya;
II.
DALAM POKOK PERKARA;
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Membebankan
biaya
perkara
ini
kepada
Penggugat
sebesar
Rp. 691.000,- (enam ratus sembian puluh satu ribu rupiah);
Membaca akta pernyataan permohonan banding No. 98/PDT.B/
2014/PN.BDG., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Klas I A Khusus
Bandung yang menerangkan bahwa pada tanggal 17 September 2014 Pihak
Pembanding semula Penggugat telah menyatakan memohon banding
terhadap putusan Pengadilan Kls I A khusus Bandung Nomor 514/ Pdt.G/
2013/ PN.Bdg. tanggal 4 September 2014;
Membaca akta pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat oleh
Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri Kls. I A Khusus Bandung, yang
menyatakan bahwa permohonan banding dari Pihak
Pembanding semula
Penggugat telah diberitahukan secara sah dan seksama masing-masing pada:
tanggal 25 September 2014, tanggal 26 September 2014 dan tanggal 13
Oktober 2014 kepada: Pihak Para Terbanding semula Turut Tergugat I,
Tergugat I, Tergugat
II, Tergugat III, Tergugat IV, Terugat V dan Turut
Tergugat II;
Membaca memori banding tertanggal 1 Oktober 2014 yang diajukan
oleh Pihak Pembanding semula Penggugat dan telah diterima oleh Plh.
Panitera Muda Perdata Pengadilan Klas. I A Khusus Bandung pada tanggal 2
Oktober 2014, memori banding tersebut telah diberitahukan/diserahkan
secara sah dan seksama kepada Pihak Para Terbanding semula: Turut
Tergugat II
pada
tanggal 13 Oktober 2014 dan Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I masing-masing pada
tanggal 31 Oktober 2014;
Membaca kontra memori banding tertanggal 12 November 2014 yang
diajukan oleh Pihak Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat
III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I yang telah diterima oleh Panitera
Muda Perdata Pengadilan Negeri Klas I A Bandung pada tanggal 23
Halaman 36 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Desember 2014 dan kontra memori banding tersebut
telah diberitahukan/
diserahkan secara sah dan seksama kepada Pihak Pembanding semula
Penggugat pada tanggal 6 Januari 2015 dan Pihak Terbanding semula Turut
Tergugat II pada tanggal 20 Januari 2015;
Membaca akta pemberitahuan pemeriksaan berkas perkara (inzage)
masing-masing Nomor: 514/Pdt.G/2014/PN.BDG. Jo. Nomor 98/Pdt/G/2014/
PN.Bdg. yang dibuat oleh Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Klas I A
Khusus Bandung, yang menerangkan bahwa telah diberikan kesempatan
untuk mempelajari berkas perkara dalam tenggang waktu 14 (empat belas)
hari setelah pemberitahuan ini, kepada pihak Pembanding semula Penggugat
pada tanggal 7 April 2015, kepada pihak Para Para Terbanding semula
Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat
V, Turut
Tergugat I masing-masing pada tanggal 9 April 2015 dan Turut Tergugat II
pada tanggal 22 Mei 2015;
Membaca surat keterangan telah melaksanakan inzage (memeriksa
berkas perkara banding) masing-masing Nomor: 514/PDT.G/2014/PN.BDG,
Tertanggal 7 April 2015 dan tertanggal 23 April 2015, yang dibuat dan
ditanda-tangani oleh Pihak Pembanding semula Penggugat, Pihak Para
Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV,
Tergugat V, Turut Tergugat I dan Panitera Muda Perdata Pengadilan
Negeri Bandung;
Tentang Pertimbangan Hukum:
Menimbang, bahwa permohonan banding dari pihak
Pembanding
semula Penggugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata
cara serta memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang, oleh
karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa Pembanding semula Penggugat dalam memori
bandingnya telah mengemukakan keberatan terhadap putusan Pengadilan
Negeri Klas I A khusus Bandung Nomor 514/Pdt.G/2013/PN.BDG., tertanggal
4 September 2014 baik mengenai pertimbangan-pertimbangan hukumnya
maupun amar putusannya dengan dasar-dasar/alasan-alasan yang pada
pokoknya sebagai berikut:
I.
DALAM EKSEPSI:
- Bahwa Pemohon Banding sependapat dengan pertimbangan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Bandung yang menolak eksepsi Para
Tergugat dan Turut Tergugat I untuk seluruhnya;
Halaman 37 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
II. DALAM POKOK PERKARA:
- Bahwa Pemohon Banding sependapat dengan pendapat saksi ahli Prof.
Dr. Herkutanto, Sp.F., S.H., LLM., FACLM.;
- Bahwa Pemohon Banding sangat keberatan terhadap pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kls. I A Bandung pada halaman 40
paragraf ke-4 yang mengacu pada keterangan dari saksi ahli/Dr. H.
Muhammad Faiz, S.H., M.H., seharusnya mempertimbangkan hasil
laboratorium yang berbeda (preparat RS. Borromeus yang diuji oleh dr.
spesialis PA yang setara daari RS Hasan Sadikin dan RS. Immanuel);
- Bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung pada
halaman 41 paragraf ke-1, karena sesuai fakta-fakta yang terungkap di
persidangan, alm. Muhamad Gumilar tidak pernah disarankan untuk
melakukan
CT. Scan, namun hanya disarankan untuk melakukan
berobat jalan;
- Bahwa Pemohon Banding tidak sependapat dengan pertimbangan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas I A Bandung pada halaman 41
paragraf ke-2, karena kontra diktif yaitu hanya mengambil pertimbangan
yang menguntungkan Para Termohon Banding saja;
- Bahwa
dalam
pertimbangan
Majelis
Hakim
tersebut
terdapat
kejanggalan yaitu hanya mempertimbangkan keterangan-keterangan
saksi dan saksi ahli pada persidangan, sedangkan alat bukti yang
diajukan itu tidak hanya saksi namun ada juga bukti surat dan
pertimbangannya terlalu melebar, dimana Pemohon Banding dalam hal
ini
hanya
mempermasalahkan
mengenai
kelalaian
dalam
hasil
laboratorium yang berbeda sehingga menimbulkan masalah diagnosa
yang salah, bukan terhadap diagnosa dokter;
- Bahwa apakah terlalu berlebihan jika orang tua mencari keadilan di
pengadilan ini, karena kehilangan seorang anaknya dalam masa
pengobatan terjadi kelalaian dalam pemeriksaan laboratorium yang
menjadi salah satu penyebab meninggalnya anak yang disayang, dan
suatu hal yang wajar apabila orang tua berusaha mencari keadilan dan
kepastian hukum melalui pengadilan ini sebagai tanda cinta dan rasa
bersalah yang amat dalam di lubuk hatinya yang tidak dapat
Halaman 38 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
memperjuangkan nyawa anaknya dalam pengobatan yang diindikasi
ada kelalaian;
Menimbang, bahwa Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I, dalam kontra memori
bandingnya telah mengemukakan alasan-alasan yang pada pokoknya sebagai
berikut:
I.
DALAM EKSEPSI:
-
Bahwa
Para
Terbanding
tidak
sependapat
dengan
pendapat
Pembanding yang membenarkan pertimbangan Majelis Hakim yang
memeriksa dan menjatuhkan putusan perkara
Nomor 514/ Pdt.G/
PN.Bdg., karena Para Terbanding menilai telah terpenuhi dalil-dalil
eksepsi yang disampaikan oleh Para Terbanding dalam Eksepsi dan
Jawabannya;
II. DALAM POKOK PERKARA:
-
Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 4 point 1, karena hanyalah
berupa pengulangan dari gugatan, replik serta tidak didukung oleh
bukti-bukti dan alasan-alasan hukum yang kuat, sehingga dalil
Pembanding hanyalah berupa pengertian secara sepihak saja, dengan
demikian dalil-dalil Pembanding tersebut layak untuk dikesampingkan/
ditolak;
-
Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 5 point 2, karena
pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung
sudah tepat dan benar, sehingga harus dipertahankan/dikuatkan;
-
Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 6-7 point 4, karena
pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung
sudah tepat dan benar, sehingga harus dipertahankan/dikuatkan;
-
Bahwa Para Terbanding sama sekali tidak sependapat dengan dalildalil keberatan Pembanding pada halaman 7 point 5, karena dalili-dalil
Pembanding tidak didukung dasar hukum yang kuat, maka dalil-dalil
tersebut harus dikesampingkan;
-
Bahwa Para Terbanding tidak sependapat dengan dalil Penbanding
pada halaman 9 point 6, karena pertimbangan hukum Majelis Hakim
Halaman 39 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
sudah tepat dengan menggali dan mengkaji secara seksama segala
hal yang berkaitan hasil Patologi Anatomi dan klinisi atau dokter yang
menangani pasien secara fisik dan Pemohon Banding lupa bahwa
pemeriksaan laboratorium oleh Patologi Anatomi atas perintah dokter
klinisi sehingga diagnosa dokter klinisi tidak bisa dipisahkan dengan
hasil Patologi Anatomi bahkan jika secara klinis tidak sesuai dengan
hasil pemeriksaan Patologi Anatomi, maka klinisi dapat melakukan
evaluasi ulang sesegera mungkin;
-
Bahwa terhadap keprihatinan Pemohon Banding yang terurai pada
point 7, 8, maka Para Terbanding mengucapkan turut berbela
sungkawa atas meninggalnya alm Agung Gumelar, semoga dimaafkan
segala kesalahan, dilipat gandakan kebajikannya dan ditempat yang
mulia disisinya dan terkait kepastian hukum biarkan proses hukum ini
berjalan sesuai dengan peraturan yang mengaturnya, tak adil juga jika
orang yang tak bersalah secara hukum harus bertanggung jawab
terhadap perbuatan yang tak pernah dilakukannya;
Menimbang,
bahwa
Majelis
Hakim
Pengadilan
Tinggi
setelah
mempelajari dan mencermati alasan yang termuat didalam memori banding
dari Pihak Pembanding semula Penggugat serta kontra memori banding dari
Pihak Para Terbanding semula Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat
IV, Tergugat V, Turut Tergugat I, ternyata tentang alasan-alasan yang
dikemukakan sebagaimana dalam memori banding dan kontra memori
banding tersebut, menurut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi tidak ada hal-hal
baru yang perlu dipertimbangkan karena telah termaktub dan dipertimbangkan
oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama;
Menimbang,
bahwa
Majelis
Hakim
Pengadilan
Tinggi
setelah
memeriksa, membaca, mempelajari dan meneliti dengan seksama berkas
perkara yang bersangkutan yang terdiri dari salinan resmi putusan Pengadilan
Negeri Klas I A Khusus Bandung
tanggal 4 September 2014 Nomor
514/Pdt.G/2013/PN.Bdg., keterangan Saksi-saksi dan surat-surat bukti yang
diajukan kedua belah pihak yang berperkara, memperhatikan pula memori
banding dari pihak Pembanding semula Penggugat tertanggal 1 Oktober 2014
dan kontra memori banding dari pihak Para Para Terbanding semula Tergugat
I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV, Tergugat V, Turut Tergugat I
tertanggal 12 November 2014, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
berpendapat bahwa pertimbangan Hakim Tingkat Pertama yang dijadikan
Halaman 40 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
alasan dan kesimpulan dalam menjatuhkan putusan perkara ini sudah tepat
dan benar, sehingga pertimbangan dan putusannya tersebut dapat disetujui
dan diambil alih oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi sebagai alasan dan
pendapatnya sendiri dalam memutus perkara ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka
putusan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung tanggal 4 September
2014 Nomor 514/Pdt.G/ 2013/PN.Bdg. beralasan untuk dipertahankan dan
dikuatkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding
semula Penggugat
berada dipihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam kedua Tingkat Peradilan;
Mengingat pasal-pasal dalam HIR dan Undang-Undang lain yang
berhubungan dengan perkara ini:
Mengadili:
-
Menerima
permohonan
banding
dari
Pembanding
semula
Penggugat tersebut;
-
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Klas I A Khusus Bandung
tanggal 4 September 2014, Nomor 514/ Pdt.G/ 2013/ PN.Bdg.
tersebut,
-
Menghukum Pembanding semula Penggugat untuk membayar
biaya perkara pada kedua Tingkat Peradilan, yang untuk Tingkat
Banding sebesar Rp. 150.000,00 (seratus lima puluhribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Bandung pada hari: Selasa, tanggal 11 Agustus
2015, oleh kami: Karel Tuppu, S.H., M.H., Hakim Tinggi Pengadilan
Tinggi
H.
Bandung
Lexsy
sebagai
Mamonto,
S.H.,
Hakim
M.H.,
Ketua
dan
H.
Majelis
Edwarman,
dengan
S.H.,
masingmasing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan penetapan Ketua
Pengadilan Tinggi Bandung Nomor: 256/PEN/PDT/2015/PT.BDG., tanggal 17
Juni 2015 untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam Tingkat Banding
dan putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari:
Kamis, tanggal 13 Agustus 2015 oleh Hakim Ketua Majelis tersebut
dengan
didampingi
Hakim-Hakim
Anggota
serta
dibantu
oleh
Halaman 41 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Hj. Nenden Khaerani, S.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi
tersebut tanpa dihadiri Kedua Belah Pihak dan Kuasanya dalam perkara ini.
Hakim Anggota,
Hakim Ketua Majelis,
Ttd
Ttd
Lexsy Mamonto, S.H., M.H.
Karel Tuppu, S.H., M.H.
Ttd
H. Edwarman, S.H.
Panitera Pengganti,
Ttd
Hj. Nenden Khaerani, S.H.
Perincian biaya perkara:
- Biaya Meterai ..............………Rp.
6.000,00.
- Biaya Redaksi putusan ….....Rp.
5.000,00.
- Biaya Pemberkasan ………...Rp.139.000,00.(+)
Jumlah ……………………….Rp.150.000,00. (seratus lima puluhribu rupiah).
==============
Halaman 42 dari 42 halaman putusan Perkara Nomor 256/PDT/2015/PT.BDG.
Download