BUMN - Official Site of SRI SETYA HANDAYANI, SE,MM

advertisement
BUMN
BUMN
POLITICAL COST Dan BUMN
Jumlah BUMN untuk tahun 2007 sebanyak 139 BUMN ( 14 buah berbentuk PERUM,
111 buah berbentuk PERSERO, dan 14 buah berbentuk PERSERO TBK, sementara
jumlah sector BUMN 35 buah dan kepemilikan Minoritas 21 buah). Termasuk yang
terbaru pembentukannya yakni Perum LKBN ANTARA
Tujuan pendirian BUMN (Mataram, 08/12/07) :




Untuk turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat
Meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh Dan mandiri
melalui pemanfaatan dari berbagai laba BUMN, sementara sumber dana
program kemiktraan adalah 1 – 3 % dari BUMN
Pemanfaatan dana Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL)
tahun 2008 akan diarahkan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan
pengangguran melalui kerjasama dengan lembaga mikro dan berbasis
dipedesaan.
Menyelenggarakan beasiswa nasional untuk anak-anak berprestasi
namun berasal dari kalangan keluarga kurang mampu melalui Program
MUML Peduli.
Sorotan tajam masyarakat kepada BUMN, berkaitan dengan timpangnya atau terjadinya
gap antara fasilitas yang disandang BUMN dengan harapan masyarakat.
Disatu sisi BUMN bergerak dengan dukungan fasilitas penuh (modal, perlakuan,
sektoral). Disisi lain harapan masyarakat untuk memperoleh manfaat besar dari
keberadaan BUMN belum bisa diwujudkan secara optimal.
BUMN , secara definitif sebagai Badan Usaha Milik Negara menimbulkan penafsiran
bahwa negara berkuasa penuh terhadap hitam putihnya BUMN. Akibatnya wajah BUMN
akhirnya sangat tergantung pada siapa yang memerintah Dan siapa orang-orang yang
menjalankannya. Berbeda dengan perusahaan swasta, yang mempunyai kaitan
langsung antara pemilik dengan performance perusahaan (PT).
BUMN Dan Birokrasi
Implikasi dari dominannya peran negara menjadikan BUMN terjebak dalam satu
kekuasaan birokrasi, yang merupakan kepanjangan tangan dari penguasa baik
langsung maupun tidak langsung dan sarat dengan kepentingan politik. Ini salah satu
unsur yang membuat BUMN tidak bisa berkembang secara leluasa sebagaimana
layaknya badan usaha.
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
1
BUMN
Kekuatan dan Kelemahan Mendasar
Struktur Organisasi BUMN :




Pemilik : Pemerintah RI yang diwakili oleh Menteri Keuangan dan Menteri Negara
Investasi dan BUMN
Komisaris : para petinggi yang berasal dari Departemen Keuangan, Menteri
Negara Investasi dan BUMN dan departemen lainnya
Direktur : diisi oleh orang-orang yang memiliki latar belakang beragam
Hukum : Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UU No. 19 Tahun
2003 tentang BUMN
(UU No. 19 th 2003 berkiblat pada Konsesus Washington, yaitu kesepakatan
yang dibuat oleh negara-negara kreditur dunia dan Internasional Financial
Institusi (IFIs) pada tahun 1990. salah satu klausal perjanjian itu adalah :
Privatisasi BUMN menjadi salah satu prakondisi utama yang harus dilakukan
oleh negara debitur, baik dalam situasi ekonomi normal maupun ketika
mengalami krisis ekonomi)
Kekuatan BUMN :






Jumlah Dan nilai aset yang besar
Posisi Dan bidang usaha yang strategis
Akses ke kekuasaan lebih besar
Akses ke sumber pendanaan, khususnya Bank pemerintah lebih besar
Perlakuan birokrasi berbeda dengan swasta
Definisi negara sebagai pemilik dan pemerintah sebagai regulator sulit untuk
dipisahkan Dan melekat pada BUMN itu sendiri
Kelemahan BUMN :






Keterlibatan birokrasi dengan kepentingan tertentu akan melahirkan
penyimpangan melalui penetapan policy direction yang merugikan BUMN sendiri
Policy direction yang menyesatkan dapat lahir dari adanya kepentingan elite
BUMN dengan cara membungkus kepentingan melalui formal policy
Birokrat yang duduk di BUMN sulit dibedakan dalam tatanan berpikir dan
bertindak, apakah yang bersangkutan berperilaku sebagai birokrat atau
profesional perusahaan. Ini jelas akan menimbulkan political cost yang sulit
diukur
Aset yang besar tidak disertai oleh utilitas yang memadai. Akibatnya terjadi overinvestment, yang berarti pemborosan yang akan membebani BUMN itu sendiri
Kemudahan yang diterima dari negara merupakan subsidi yang diberikan negara,
yang pada akhirnya sama dengan cost bagi rakyat banyak
Special treatment yang diterima BUMN dari negara akan melahirkan BUMN yang
tidak peka terhadap lingkungan usahanya, lemah dalam persaingan, tidak lincah
dalam bertindak, lamban mengambil keputusan sehingga hilangnya momentum
d2an berakhir pada kerugian
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
2
BUMN

Privileges yang diberikan oleh penguasa atau birokrasi harus dikompensasi oleh
BUMN itu, dg memberikan kemudahan kepada pihak lain melalui policy direction
yang akan menjadi political cost bagi BUMN tsb
Keterlibatan birokrasi dalam BUMN ini telah terjadi sedemikian lama, sehingga
sering menyulitkan direksi atau pengelolanya untuk bertindak objektif.
Indikatornya adalah :

Tidak berani mengambil keputusan sebelum ada petunjuk dari
birokrasi

Keputusan yang diambil sering tidak sejalan dengan norma bisnis
yang lazim

Proyek yang tidak feasible terpaksa harus dilaksanakan kendatipun
pengelolanya tahu hal tsb merugikan BUMN itu sendiri

Indikasi conflict of interest sering mewarnai keputusan yang dibuat

Atasan para direksi tidak cukup komisaris Dan pemegang saham,
tapi secara tersirat harus melaksanakan perintah para ‘turunan
pemegang saham’ seperti birokrasi yang membawahi BUMN,
holding company, Menteri Negara Investasi Dan BUMN Dan
departemen terkait lainnya.

Review terhadap Struktur Revenue dan Expense BUMN :
 Ada kesan kuat, karena dianggap milik negara, BUMN boleh merugi
 BUMN sebagai agent of development boleh boros atas nama pembangunan.
Bahkan tidak jarang, manajemen memanfaatkan posisinya untuk
mendapatkan keuntungan pribadi.
 BUMN memiliki strategic position atau natural monopoli, revenue yang diterima
bersumber dari captive market yang jarang dimiliki oleh swasta.
 Kebocoran dan penyimpangan yang mungkin muncul dari BUMN :

Kemungkinan munculnya pos-pos siluman untuk menampung
political cost

Lahirnya biaya-biaya yang tidak relevan dengan core business
BUMN ybs

Biaya-biaya yang dikeluarkan tidak mengandung kewajarandari
aspek bisnis normal adalah deretan bagaimana BUMN terjebak
dalam satu tren bisnis yang berbiaya tinggi Dan jauh dari effisien

Over investment yang berlanjut melahirkan cost yang terus
menerus harus ditanggung selama hidup BUMN tsb.
Assessment Terhadap Public Accountability
Rekontruksi BUMN :


berbagai bentuk, praktik dan pola-pola yang menimbulkan political cost
harus dihilangkan atua diminimumkan
Political will dari pemerintah untuk mengatasi sunguh-sungguh dan
terencana
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
3
BUMN

Pemerintah harus menetapkan pola rekruitmen yang baku karena hingga
saat ini belum ada pola rekruitmen yang jelas
Hal-hal yang dapat meningkatkan kesejahteraan
pembenahan yang mendasar terhadap BUMN :






bangsa
melalui
meminimalkan keterlibatan birokrasi di BUMN
BUMN perlu diredefinisi menjadi Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR) sehingga
pertanggung jawaban pengelola BUMN jelas kepada rakyat
Melakukan review terhadap seluruh keberadaan BUMN yang ada melalui :
a. dalam hal BUMN yang bergerak dalam bidang usaha yang telah
dilaksanakan masyarakat atau swasta tidak perlu lagi ada BUMN, BUMN
yang ada diprivatisasi 100 %
b. prioritas utama adalah bank-bank BUMN dan perusahaan sekuritas
diswastakan 100% karena nyata-nyata menjadi beban negara
c. BUMN memiliki posisi strategis Dan menguasai hajat hidup orang banyak
Dan bidang usahanya tidak dilaksanakan oleh swasta perlu
dipertahankan.
Budaya mundur bagi direksi-komisaris BUMN harus mulai ditanamkan
sehingga terdapat hubungan jelas antara performance dan punishment
Hilangkan political cost melalui pembudayaan public accountability dan
partisipasi masyarakat dalam pengawasan. Keterlibatan pemerintah dilakukan
hanya melalui :
a. Pola rekruitmen yang objektif Dan terukur
b. Perencanaan anggaran (rencana kerja dan anggaran perusahaan),
misi dan sisi perusahaan
c. evaluasi kerja BUMN melalui mekanisme rapat umum pemegang
saham (RUPS)
Pengelola yang berprestasi dipertahankan dan dipromosikan sedangkan
yang bermasalah diberhentikan dengan mengacu pada kriteria yang objektif
PRIVATISASI BUMN
Tahun 2007, 15 BUMN di privatisasi, yaitu :
1. PT. Jasa Marga (Persero)
2. PT. BNI Tbk
3. PT. Wijaya Karya (Persero)
4. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
5. PT. Garuda Indonesia (Persero)
6. PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero)
7. PT. Industri Soda Indonesia (Persero)
8. PT. Industri Gelas
9. PT. Cambrics Primissima (Persero)
10. PT. Atmindo (Persero)
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
4
BUMN
11. PT. Intirub
12. PT. Prasdha Pamunah Limbah Industri
13. PT. Jakarta Internasional Hotel Development Tbk.
14. PT. Kertas Blabak
15. PT. Kertas Basuki Rahmat
Pelepasan saham ke 15 BUMN melalui Penawaran Umum Perdana (IPO), Strategic
Sale atau Menjual Seluruh saham Pemerintah.
Tahun 2008 : 36 BUMN di Privatisasi
BUMN yang diusulkan :
1. PT. Asuransi Jasa Indonesia
2. PT. BTN (melalui IPO)
3. PT. Jakarta Llyod
4. PT. Krakatau Steel
5. PT. Industri Sandang
6. PT. Inti
7. PT. Rukindo
8. PT. Bahtera Adi Guna
9. PTPN III (melalui IPO)
10. PTPN IV (melalui IPO)
11. PTPN VII
12. PT. Sarana Karya
13. PT. Semen Batu Raja (melalui IPO)
14. PT. Waskita Karya
15. PT. Sucofindo
16. PT. Surveyor Indonesia
17. PT. Kawasan Berikat Nusantara
18. PT. Kawasan Industri Medan
19. PT. Kawasan Industri Makasar
20. PT. Kawasan Industri Wijaya Kusuma
21. PT. BNI Tbk (melakukan divestasi lanjutan dengan penjualan strategis)
22. PT. Adhi Karya Tbk (direncanakan Righs Issue dengan melepas maksimal 30 %
saham baru)
23. PT. Pembangunan Perumahan (melalui IPO)
24. PT. Kawasan Industri Surabaya
25. PT. Rekayasa Industri ( ada saham negara hampir 5 %)
26. PT. Dirgantara Industri
27. PT. Boma Wisata
28. PT. Barata Indonesia
29. PT. Inka
30. PT. Dok Perkapalan Surabaya
31. PT. Dok Perkapalan Koja Bahari
32. PT. Biramaya Karya
33. PT. Kimia Farma dan Indo Farma (Merger)
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
5
BUMN
34. PT. Kraft Aceh
35. PT. Industri Kapal Industri
4 BUMN yang rencana privatisasinya tertunda tahun lalu, yaitu :
1.
2.
3.
4.
PT. Industri Gelas (menghilangkan sisa saham negara)
PT. Cambrics Primissima (Persero) (menghilangkan sisa saham negara)
PT. Garuda Indonesia (Persero) (negara menyisakan saham 51 %)
PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero) (negara menyisakan saham 55,8 %)
BUMN yang akan dibeli oleh BUMN lain adalah :
1. PT. Bahera Agung
2. PT. Pengerukan Indonesia
3. PT. Yodya Karya
Tujuan dari privatisasi BUMN antara lain :



dengan memberikan kesempatan kepada BUMN untuk melakukan direct
placement dan go public
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas BUMN dalam rangka menghadapi
persaingan di pasar global dan untuk memberikan kesempatan kepada
masyarakat guna turut serta dalam pemilikan saham BUMN
Tahun 2008 (Privatisasi 36 BUMN) : harapan dengan privatisasi adalah
agar dapat menyumbang Rp. 1,5 triliun untuk menambal defisit APBN dan
memiliki relasi positif dengan pengembangan industrlisasi nasional
Pasar Modal dan Democratization of Capital





Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pasar modal berfungsi sebagai wahana penghimpunan dana yang dapat
digunakan untuk sumber pembiayaaan bagi dunia usaha.
Keberadaan pasar modal dapat dimanfaatkan oleh perusahaan berskala
besar, menengah maupun kecil baik swasta maupun BUMN.
Pasar modal juga sebagai wahana penyebarluasan pemilikan saham
(democratization of capital)
Pasar modal juga memberikan manfaat dalam peningkatan efisiensi
perusahaan
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
6
BUMN
Peran BUMN dalam Pasar Modal :

Tahun 1977, BUMN dipercaya untuk membantu pengembangan pasar modal ,
yaitu melalui PT Danareksa.
Partisipasi BUMN diharapkan lebih ditingkatkan lagi dengan aktivitas BUMN
sebagai emiten. Partisipasi emiten di pasar modal akan meningkat Dan terus
meningkat sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka privatisasi BUMN.
Sejalan dengan kebijakan privatisasi, khusunya melalui pasar modal peranan
yang lebih besar bagi BUMN sebagai emiten dalam pengembangan pasar modal
di masa datang, merupakan suatu kenyataan yang tidak sulit dicapai.
BUMN sebagai badan usaha mempunyai peranan yang sangat besar dalam
menciptakan likuiditas pasar mengingat pada umumnya BUMN memiliki asset
yang besar.
BUMN dapat pula mempengaruhi perkembangan pasar modal karena faktor daya
tarik BUMN bagi masyarakat.
Dengan masuknya BUMN ke pasar modal diharapkan akan berdampak positif
terhadap pengembangan pasar modal di Indonesia
Semakin banyak BUMN yang Go Public, diharapkan akan menciptakan iklim
yang semakin baik bagi pengembangan pasar modal yang pada akhirnya akan
meningktakan efisiensi ekonomi nasional.






Hambatan Privatisasi
Hambatan Privatisasi :



Privatisasi harus memperhatikan Kondisi Pasar. Karena kalau tidak
harganya bisa jatuh. Kondisi pasar bisa menjadi magnit bagi pelaku pasar
untuk membeli saham.
Menyangkut kultur dalam BUMN itu sendiri. Hampir di semua lini dan level
dalam BUMN, mulai dari tingkat menteri hingga jajaran direksi berperilaku
sebagai pemegang saham di samping fungsi-fungsi lain yang dimiliki
pemerintah sebagai regulator
BUMN terlalu banyak menggunakan tenaga konsultan yang tidak jelas
peranan dan fungsinya.
Privatisasi memang tidak selalu go public (initial public offering – IPO) melalui pasar
modal. Privatisasi juga bisa dilakukan secara langsung (private placement) dengan
mengundang investor strategis (strategic partners)
Di Indonesia program privatisasi dilakukan dalam wacana reformasi, demokrasi dan
penegakan hukum (law enforcement). Dari sisi ini pelaksanaan privatisasi juga harus
dipertanggung jawabkan kepada public.
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
7
BUMN
KEKAYAAN NEGARA
Tiga Masalah Pokok :
Kekayaan negara bisa diklasifikasikan menjadi 4 kategori :

Kekayaan yang diperoleh melalui APBN

Yang dipisahkan Dan masuk dalam BUMN

Yang dikelola BPPN akibat krisis moneter

Anugrah Yang Maha Esa diwariskan oleh nenek moyang
Masalah pokok yang terkait dengan kekayaan negara adalah : pencatatan dan
pengadministrasian, utilitas dan aspek pengelolaannya dan akuntabilitas para pengelola
kekayaan negara
Administrasi kekayaan Negara
Kenyataan di lapangan masih sering menunjukkan :
a. akurasi pencatatan dan adminitrasi kekayaan negara yang berasal dari
APBN masih diragukan mengingat banyaknya kasus-kasus yg menyelimuti
keberadaan kekayaan Negara
b. nilai kekayaan negara di BUMN masih siur
c. nilai kekayaan yang dikelola BPPN juga penuh dengan kontroversi yang
sampai dengan saat ini membingungkan masyarakat
Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP) tidak Cuma mencatat aset-aset milik negara, tapi
juga mencatat hutang negara secara akurat dan tepat waktu.
Kemajuan teknologi mengharuskan setiap negara untuk menerapkan Fund Accounting
yang baik.
Akuntabilitas terhadap Kekayaan Negara
Akuntabilitas kekayaan negara sangat terkait dengan sistem dan budaya politik yang
dianut, landasan hukum, SAP, profesionalitas dan integritas dari para penyelenggara
negara
Akuntabilitas merupakan wujud pertanggungjawaban politik dan hukum penyelenggara
negara terhadap kewenangan dan mandat yang diberikan rakyat. Lemahnya SAP,
lemahnya landasan hukum dan budaya yang terlalu permisif, serta rendahnya integritas
pengelola kekayaan negara akan menjadikan kekayaan negara bukan sebagai sumber
daya yg optimal melainkan sebagai pemborosan.
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
8
BUMN
Pengelolaan Keuangan Negara yang Sehat
Reformasi di bidang pengelolaan kekayaan negara melalui penyusunan SAP yang
sehat akan memberikan manfaat :
• Memungkinkan pengelolaan kekayaan negara yang transparan, akurat, terukur
dan dapat dipertanggungjawabkan :
• Mencegah dan meminimumkan kebocoran
• Mempermudah ditemukannya adanya penyimpangan dan dapat dipakai untuk
pengukuran efisiensi
• Membantu apabila pemerintah ingin memperoleh sumber-sumber pembiayaan
dari masyarakat melalui obligasi
• Membantu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada rakyat
• Memberi contoh kepada masyarakat atau swasta tentang good public
government dan tidak hanya menuntut good corporate government dari mereka
TAMBAHAN :
10 BUMN Penghasil Laba Terbesar untuk tahun 2006 & 2007 :
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PERUSAHAAN
PT. Pertamina (Persero)
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
PT. Bank Negara Indonesia Tbk
PT. Bank Mandiri Tbk
PT. Semen Gresik Tbk
PT. Jamsostek
PT. Aneka Tambang Tbk
PT. Pelabuhan Indonesia II
Tahun 2005 :
Tahun 2006 :
Tahun 2007 :
Tahun 2008 :
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
LABA 2006
(jutaan Rp)
12.677.770
5.818.960
2.008.175
1.099.482
837.512
815.077
663.448
634.591
515.190
445.023
LABA 2007
(jutaan Rp)
23.726.000
10.422.000
4.452.000
1.958.000
1.910.000
1.529.000
1.309.000
774.550
970.000
750.860
Total Laba Rp. 26,134 triliun,
Jumlah BUMN yang membukukan Laba : 107 BUMN
Total Laba Rp. 44,237 triliun
Jumlah BUMN yang membukukan Laba : 126 BUMN
Laba Bersih diperkirakan mencapai Rp. 70 – 75 triliun
Laba Bersih ditargetkan tumbuh 13-15 % dibandingkan tahun 2007
9
BUMN
10 BUMN Mengalami Rugi Bersih Terbesar untuk tahun 2006, 2007 & 2008
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PERUSAHAAN
RUGI 2006
(jutaan Rp)
1.032.041
248.000
215.000
122.858
97.500
32.245
22.487
21.066
PT. Perusahaan Listrik Negara
PT. Garuda Indonesia
PT. Merpati Nusantara Airlines
PT. PELNI
PT. Krakatau Steel
PT. Pengerukan Indonesia
PT. Brantas Abipraya
PT. Perkebunan Nusantara I
(Aceh)
PT. Industri Gelas
PT. Pindad (persh senjata api &
peluru di Bandung)
TOTAL (kurang lebih)
Tahun 2004 :
Tahun 2005 :
RUGI 2007
(Rp)
1,5 triliun
RUGI 2008
(Rp)
21.039
14.212
2.000.000 /
2 triliun
2,9 triliun
Di bawah
1 triliun
(diharapkan)
Kontribusi BUMN kepada negara berupa pajak, dividen privatisasi
sebesar Rp. 20 triliun
Total kerugian Rp. 6,6 triliun
PLN masih rugi Rp. 4,9 triliun
Tahun 2006 :




ada 10 BUMN yang kinerja keuangannya dibawah standar,
sehingga merugi Rp. 2 triliun.
Garuda, Pelni dan PTPN I (Aceh) merugi karena punya
warisan masalah masa lalu.
Total Kerugian turun menjadi Rp. 4,6 triliun
Kontribusi BUMN kepada negara berupa pajak, dividen
privatisasi naik menjadi Rp. 70 triliun
Jumlah BUMN, Jumlah BUMN yang Mengalami Kerugian, dan BUMN yang
memperoleh Laba :
NO.
TAHUN
JUMLAH BUMN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2004
2005
2006
2007
2008
2009
158
139
139
139
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
JUMLAH BUMN JUMLAH BUMN YG
YG RUGI
MEMPEROLEH LABA
31
23
19
29
22 (ditargetkan)
11 (diharapkan)
10
BUMN
Penyebab turunnya jumlah BUMN dari tahun 2004 ke 2005 adalah :
1. 1 perusahaan dilikuidasi, yaitu : PT Asean Aceh Fertilizer
2. 3 perusahaan dimerger
3. 15 perusahaan berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU).
Kapita Selekta Keuangan
Sri Setya Handayani
11
Download