bab i pendahuluan - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi
yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya
dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit.
Menurut Francius et al (1998) audit yang dilakukan secara efektif dan efisien
akan mampu menghasilkan laporan keuangan auditan yang berkualitas, sehingga
dapat dipercaya. Pemakaian laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan
auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibandingkan
auditor yang kurang berkualitas karena mereka menganggap bahwa untuk
mempertahankan kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati pada saat dalam
melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kemungkinan mendeteksi
adanya fraud. Kantor akuntan publik (KAP) yang tergantung dengan auditor
bersekala besar cenderung mengungkapkan masalah yang ada, karena cenderung kuat
menghadapi risiko pengadilan.
Kepercayaan yang besar dari pemakaian laporan keuangan auditan dan jasa
lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan
akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun
pertannyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik
semakin besar setelah terjadinnya banyak skandal yang melibatkan akuntan publik
baik diluar negeri maupun didalam negeri. Semenjak terungkapnya kasus Enron,
Xerox, WorldCom, Kimia Farma, Bank Lippo. Banyak kritik dari laporan keuangan
auditan, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dengan laporan keuangan
auditan tentang kualitas audit. Kritik-kritik tersebut memberikan sinyal yang
mengindikasi adanya ketidak puasan dengan kualitas jasa audit yang diberikan oleh
profesi akuntan publik, sehingga banyak tekanan-tekanan dari pihak luar untuk
memonitori pekerjaan dan adanya tuntutan agar akuntan publik meningkatkan
kualitas auditnya.
Dibalik skandal Enron perusahaan besar yang bergerak dalam bidang
perdagangan energi tersebut diketehui terjadi manipulasi laporan keuangan
dengan mencatat keuntungan US$ 600 juta padahal perusahaan mengalami
kerugian. Manipulasi kauntungan disebabakan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor. (http://uwiiii.wordpress.com)
Skandal akuntansi serupa juga terjadi pada kasus WorldCom, merupakan
perusahaan operator komputer terbesar kedua di USA. Pada kasus ini akuntan internal
perusahaan telah fatal membukukan sebesar US$ 3,9 milyard pengeluaran sebagai
pendapatan. Skandal ini dilakukan oleh menejemen dengan cara mark-up nilai asset,
menyembuyikan utang-utang lewat business partnership, dan menejemen laba.
Skandal Xerox, perusahaan bersekala besar yang pernah menjadi raja fotokopi
dunia telah membuat kesalahan fatal dengan fraud revenue yang mencapai US$ 2
miliar, dan hampir bersamaan dengan waktu terjadinya skandal akuntansi Enron dan
WorldCom. Xerox melakukan kesalahan pencatatan accounting dalam kauangan
mereka, dan Xerox telah didenda karena secara disengaja melakukan pencatatan
keungan bisnis perusahaan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan secra tidak
benar.
Di Indonesia sendiri ada kasus Kimia Farma dan Bank Lippo. Kasus Kimia
Farma dan Bank Lippo melibatkan kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini
memiliki kualitas audit tinggi dan kasus tersebut berawal dari terdekteksinya
manipulasi dalam laporan keuangan. Berdasarkan penyelidikan Bapempam,
disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT. Kimia Farma telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.
Selain itu, KAP tersebut juga terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan
tersebut. (Tempo Interaktif, 3 Oktober 2002)
De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas audit
sebagai kemungkinan bahwa audit akan menemukan dan melaporkan pelanggarang
dalam sistem akuntansi klien. Temuan pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan
dengan pengetahuan dan keahlian auditor.
Tubbs (1990) dalam Mayangsari (2003) berhasil menujukan bahwa semakin
berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan
keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang
ditemukan
Kusharyanti (2003) mengatakan bahwa untuk melakukan tugas pengauditan,
auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus), pengetahuain
C. Tujuan dan Keguanan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah struktur pengetahuan berpengaruh terhadap kualitas
audit .
2.
Untuk
mengetahui apakah
struktur
pengetahuan
berpengaruh terhadap
kecerdasan emosional.
3.
Untuk mengetahui apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.
4.
Untuk mengetahui apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kecerdasan
emosional.
5.
Untuk mengetahui apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja
audit.
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai suatu sumbangan yang
berarti bagi dunia ilmu pengatahuan pada umumnya dan pihak-pihak yang
membutuhkan dengan memberi suatu kegunaan, sebagai berikut :
1.
Bagi penulis
a.
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE) Strata Satu (S1) pada fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana.
b.
Dengan adanya penelitian ini penulis memiliki kesempatan untuk dapat
mengetahui sejauh mana seorang audit menjalankan profesinya dalam
memriksa dan melaporkan kecurangan atas pemeriksaan laporan keuangan.
2.
Bagi perusahaan
Bagi perusahaan, dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan acuan dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan auditor.
3.
Bagi auditor dan pihak lain
Bagi auditor dan pihak lain, sebagai bahan refernsi untuk penelitian lebih lanjut
dan memberikan sumbangan pengetahuan untuk menambah ilmu pengetahuan
dalam menjalankan profesinya sebagai auditor.
Download