TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar Nurhijrah(1), Hanson E. Kusuma(2) (1) (2) Program Studi Magister Arsitekur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitekur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Abstrak Ruang publik merupakan ruang yang dapat diakses secara langsung oleh masyarakat. Penggunaan ruang publik sangat beragam tergantung dari apa yang ditawarkan oleh ruang publik tersebut. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan di ruang publik di Kota Makasar. Pengumpulan data dilakukan dengan survei online dan data yang terkumpul diolah dengan analisis data teks, analisis distribusi dan analisis koresponden. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa ruang publik yang lebih diminati oleh masyarakat kota Makassar adalah mall, kafe, dan waterfront, adapun kegiatan yang dominan dilakukan adalah makan, berkumpul, belanja dan jalan-jalan. Hasil analisis koresponden antara pilihan ruang publik dan kegiatan pengunjungnya menunjukkan bahwa beberapa ruang publik di Makassar sudah cukup sukses dalam fungsinya, dilihat dari keragaman kegiatan yang dapat dilakukan di ruang publik tersebut. Kata-kunci : ruang publik kota, kegiatan di ruang publik, koresponden ruang publik dan kegiatannya Pengantar Perkembangan tipologi ruang publik di kota sudah sangat bervariasi, dari fungsi dan fasilitas yang ditawarkannya. Namun pada dasarnya fungsi ruang publik dapat dibedakan menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekologis (Hakim, 2004). Fungsi sosial ruang publik akan berbeda tergantung kegiatan yang terjadi. Gehl (1987) menyebutkan tiga jenis kegiatan di ruang publik: keperluan (need), opsional (option), dan sosial (social). Berbagai tipe ruang publik telah dikembangkan di kota Makassar, yang dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis (ruang terbuka lingkungan, ruang terbuka terbangun) dan elemen fisik utamanya (watefront, ruang hijau, plaza) Fasilitas yang ditawarkan oleh masing-masing ruang publik tentu berbeda, sehingga kegiatan yang dilakukan didalamnya pun beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat kota Makassar di ruang publik tertentu, mengetahui hubungan koresponden antara ke- giatan yang dilakukan dan pilihan ruang publiknya, dan kriteria keberhasilan ruang publik. Metode Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian yang bersifat eksploratif didayagunakan untuk mengidentifikasi dan menggali objek atau faktor-faktor yang belum terungkap yang terdapat di dalam fenomena yang akan diteliti. Dalam hal ini, yang akan diidentifikasi adalah ruang publik yang sering digunakan oleh masyarakat dan kegiatan yang terjadi di dalamnya. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei online pada bulan September-Oktober 2014. Kuesioner disebarkan menggunakan non-random (convenient) sampling melalui media sosial. Responden yang diminta mengisi masyarakat Kota Makassar. Data yang terkumpul berjumlah 114 data. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_29 Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis data teks (content analysis) dan analisis distribusi dari pilihan ruang publik dan kegiatan yang dilakukan. Berikutnya, dilakukan analisis koresponden untuk mengungkap coincidence pilihan ruang publik dengan kegiatan yang dilakukan. Hasil analisis koresponden ditampilkan dalam bentuk dendrogram. Analisis dan Interpretasi Ruang Publik di Kota Makassar Tipologi ruang publik di Kota Makassar memiliki banyak variasi, seperti: pusat perbelanjaan (mall), ruang terbuka (waterfront atau plaza), ruang terbuka hijau (taman atau lapangan), dan bangunan publik lainnya. Dari beberapa pilihan ruang publik yang disebutkan di atas, terdapat beberapa ruang publik yang lebih dominan digunakan oleh masyarakat, seperti yang terlihat pada grafik 1. Bangunan Historis Mall Jalan Kampus Studio Musik Cafe RTH Plaza Waterfront “Fasilitas lumayan lengkap, ada tempat makan dan shopping, bisa nonton di bioskop atau sekedar cuci mata...” (Mahasiswa) Gambar 1. Mall (Sumber: Suharto, 2013) Kenyamanan di mall, juga menjadi salah satu alasan pemilihan ruang publik tersebut. Udara yang panas di Kota Makassar, membuat masyarakat lebih ingin menuju ke tempat-tempat yang adem dan sejuk. “Udara di dalam mall tidak panas..”(Mahasiswa) Salah satu fasilitas di mall yang menarik menurut responden adalah keberadaan toko buku Gramedia. Beberapa responden yang merupakan mahasiswa, pelajar dan tenaga akademis lebih sering ke mall, karena ingin membeli dan membaca buku di toko buku Gramedia. Komentar responden tentang Gramedia, tertulis dibawah ini. “Saya suka membaca dan mencari ilmu di toko buku dan toko buku cuma ada di mall...” (Mahasiswi) “Karena di mall ada Gramedia...” (Guru) 0 10 20 30 40 50 Grafik 1. Pilihan Ruang Publik Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa ruang publik mall, lebih diminati oleh masyarakat kota Makassar yang menjadi responden penelitian. Kelengkapan fasilitas dan beragamnya kegiatan yang dapat dilakukan di mall, menjadi alasan utama masyarakat lebih senang mengunjungi ruang publik tersebut (Sari, Kusuma & Tedjo, 2012). Gambar 1 di kolom samping kanan menunjukkan ilustrasi mall yang sering dikunjungi masyarakat di Kota Makassar. Terkait dengan mall, salah satu responden mengatakan sebagai berikut: B_30 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 Gambar 2. Toko Buku Gramedia di salah satu mall (Sumber: Letskom, 2010) Pilihan ruang publik berikutnya yang lebih dominan yaitu kafe dan restoran fastfood. Fasilitas kafe yang biasanya menyediakan layanan wifi gratis dan buka selama 24 jam, membuat ruang publik ini juga diminati oleh masyarakat Kota Makassar (lihat gambar 3). Komentar berikut: responden tentang kafe sebagai “Ada Wifi ! Nyaman, Aman....” (Wiraswasta) ,Nurhijrah “Kafe biasanya menyediakan fasilitas free wifi jadi lebih mudah mengakses informasi dari kafe-kafe di makassar..” (Konsultan Arsitektur) Gambar 3. Kafe (Sumber: David, 2013) Keberadaan kafe juga menyebar di kota Makassar, sehingga lebih mudah di akses dibandingkaan ruang publik lainnya. “Sebenarnya saya lebih suka ke taman kota (kalau ada), tapi berhubung saya tinggalnya di daerah ujung Perintis yang tidak ada taman kotanya, jadi saya lebih sering ke kafe-kafe, atau paling tidak di area kampus Unhas yang rimbun seperti taman, mau ke losari, taman macan, karebosi, fort rotterdam jauh ...” (Mahasiswi) Adapun view sunset yang ditawarkan pada ruang publik waterfront (Anjungan Pantai Losari) menjadi salah satu daya tarik ramainya ruang publik tersebut. Gambar 4. View sunset di Anjungan losari (Sumber: Iqbal, 2010) Terpilihnya beberapa ruang publik sebagai tempat yang lebih sering dikunjungi oleh masyarakat kota Makassar, dikarenakan pada setiap ruang publik ditawarkan fasilitas yang menarik dan lebih mudah diakses. Adapun fasilitas ruang publik lainnya seperti plaza (gambar 5), bangunan historis (gambar 6) dan ruang terbuka hijau (gambar 7), menjadi kurang diminati karena faktor aksesibilitas, ruang publik tersebut jauh dari daerah pemukiman sehingga sepi pengunjung. Seperti yang dikemukakan oleh Whyte (1979), bahwa ruang publik yang baik sebaiknya mudah diakses oleh penggunanya atau dekat dengan pemukiman masyarakat. Whyte menyarankan bahwa jarak efektif ruang publik dari tempat kerja atau pemukiman adalah tiga blok. Gambar 5. Tribun Karebosi (Sumber: Yustitia,2013) Gambar 6. Benteng Somba Opu, Fort Rotterdam (Sumber: Yunan, 2012) Komentar salah satu responden tentang anjungan Pantai Losari: “Saya memilih anjungan pantai losari karena di tempat itu saya bisa menikmati pe-mandangan sunset yang sangat indah. Saya dan temanteman juga bisa berfoto dengan latar anjungan yang sangat bagus...” (Mahasiswa) Selain dari view yang ditawarkan, ruang publik waterfront juga memberikan nuansa alami dari air lebih disenangi oleh masyarakat. Whyte, mengungkapkan bahwa air tersebut sebaiknya dapat disentuh. “don't threaten to electrocute people if they put their feet in it!” (Whyte, 1979, p.18 dalamVisitor Study Conference Journal) Gambar 7. Lapangan Karebosi, Taman Macan (Sumber: Karebosi news, 2010, Muhyasir,2012) Kegiatan di Ruang Publik Kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat Kota Makassar di ruang publik dapat dilihat pada Grafik 2. Dapat dilihat bahwa kegiatan dominan yang dilakukan di ruang publik adalah kegiatan makan, berkumpul/ngobrol, belanja dan jalanjalan yang merupakan suatu kegiatan restoratif (lihat gambar 8, 9 dan 10). Kepenatan dan kesibukan di sekolah dan tempat kerja, membuat masyarakat ingin menghabiskan waktu luang di Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_31 Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar tempat yang menurut mereka menarik dan membuat mereka merasa rileks. Gambar 10. Kegiatan berbelanja di ruang publik (Sumber: Taufikul,2013) Adapun kegiatan edukatif seperti belajar dan kerja sangat jarang dilakukan, mungkin karena kegiatan tersebut tidak memberikan rasa rileks ketika berada di ruang publik. Pada dasarnya peran ruang publik adalah memberikan kenyamanan dan perasaan rileks kepada penggunanya. Carr et al. (dalam Carmona dkk, 2003) menyebutkan bahwa suasana rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran dalam kondisi sehat dan senang. Kondisi ini dapat dibentuk dengan menghadirkan unsur-unsur alam seperti tanaman/pohon dan air, dengan lokasi yang terpisah atau terhindar dari kebisingan dan hiruk pikuk kendaraan di sekelilingnya. Menikmati… Belajar Lihat-lihat buku Kerja Bersantai Bermain Berseni Foto-Foto Membaca Nonton Belanja Berkumpul/ Ngobrol Online Olahraga Makan Melamun Jalan-Jalan 0 Koresponden Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengguna Beberapa unsur yang harus ada pada ruang publik agar berfungsi dengan baik adalah kenyamanan, relaksasi, aktifitas aktif dan pasif, dan petualangan (Carmona, 2003). Untuk mengukur keberhasilan dari ruang publik di Kota Makassar, dilakukan analisis koresponden untuk melihat kecenderungan kegiatan yang terjadi di masing-masing ruang publik (lihat grafik 3). 10 20 30 40 Grafik 2. Kegiatan di Ruang Publik Gambar 8. Kegiatan makan di Ruang Publik (Sumber: Laraswati, 2012, Abbas, 2011) Gambar 9. Kegiatan Berkumpul/Nongkrong di Ruang Publik (Sumber: Kiky, 2012, Jabiger,2010) Belajar (4) Kerja (4) Melamun (1) Online (5) Berkumpul/ Ngobrol (29) Cafe (26) Bangunan Historis (12) Kampus (1) Belanja (25) Lihat-lihat buku (2) Nonton (10) Jalan-Jalan (22) Mall (43) Membaca (7) Bermain (4) Makan (35) Jalan (2) Bersantai (9) Waterfront (23) Menikmati Pemandangan (8) Foto-Foto (9) Olahraga (7) RTH (6) Plaza (1) Berseni (1) Studio Musik (1) Grafik 3. Koresponden antara pilihan ruang publik dengan kegiatan penggunanya B_32 B_30 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 ,Nurhijrah Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada ruang publik mall kegiatan yang dilakukan pengunjung adalah jalan-jalan, nonton, lihatlihat buku, belanja, membaca (di toko buku, gambar 11) dan bermain. Pada ruang publik waterfront, bersantai, menikmati pemandangan, foto-foto (gambar 12), dan makan. Sedangkan pada ruang publik kafe dan bangunan historis kegiatan yang dilakukan adalah berkumpul (gambar 13), belajar, bekerja, melamun, dan akses internet (gambar 14). Gambar 11. Kegiatan membaca dan lihat-lihat buku di salah satu Mall di Makassar (Sumber: Abbas, 2011) berfungsi dengan baik karena mengandung unsur-unsur yang harus ada pada ruang publik (Carmona, 2003). Beberapa indikator suksesnya ruang publik yang dikemukakan oleh Whyte (1979), diantaranya ialah dominasi perempuan pada ruang publik tersebut. Perempuan cenderung lebih diskriminatif tentang ruang yang mereka gunakan. Alasan untuk pilihan perempuan ketika datang ke ruang publik adalah dari ketersediaan tempat duduk dan persepsi mereka tentang apakah tempat itu aman. Dari analisis karesponden yang dilakukan selanjutnya yaitu pilihan ruang publik dan jenis kelamin penggunanya (lihat grafik 4). Diketahui bahwa ruang publik mall lebih cenderung diminati oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Sedangkan ruang publik bangunan historis lebih diminati oleh laki-laki. 0,6 Bangunan Historis 0,5 0,4 0,3 Laki-Laki 0,1 c1 Gambar 12. Kegiatan foto-foto di Anjungan pantai Losari Makassar (Sumber: Iqbal, 2013, Ekho, 2014) 0,2 Cafe Waterfront 0,0 -0,1 Mall Perempuan -0,2 -0,3 -0,4 -0,5 Gambar 13. Kegiatan berkumpul komunitas di Fort Rotterdam (Sumber: Ekbes 2013, Boehar 2012) -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 c2 Grafik 4. Koresponden pilihan ruang publik dengan jenis kelamin Kriteria Keberhasilan Ruang Publik 1). Ketersediaan Makanan Gambar 14. Kegiatan online di beberapa kafe (Sumber: Amri,2013 ) Pada pembahasan sebelumnya pada grafik 1, dikemukakan beberapa alasan pengguna memilih ruang publik tersebut karena adanya rasa nyaman dan memenuhi kebutuhan pengguna karena banyak aktivitas yang dapat dilakukan. Sehingga ruang publik tersebut dapat dikatakan Faktor yang menentukan suksesnya publik adalah keberadaan makanan. ruang “If you want to seed a place with activity, put out food. Well designed food places can help give life to a space.” (Whyte, 1979, p 18 dalam Visitor Study Conference Journal) Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 | B_51 B_33 Koresponden antara Pilihan Ruang Publik dengan Kegiatan Pengunjungnya di Kota Makassar Dari grafik 3, terlihat bahwa kegiatan makan lebih banyak dilakukan di berbagai ruang publik dan menjadi salah satu kegiatan yang dominan. Whyte (1979) telah menemukan korelasi kuat antara kehidupan sosial yang hidup dari plaza dan keberadaan makanan. Whyte sangat menganjurkan memasukkan makanan ke dalam semua plaza dan taman. Apa yang dulunya dianggap penghalang untuk ruang publik kini menjadi bagian dari solusi dalam mengubah sebuah ruang publik menjadi tujuan populer. 2). Interaksi Sosial mall, kafe dan waterfront. Adapun kegiatan yang lebih dominan dilakukan di ruang publik adalah kegiatan yang bersifat restoratif, seperti: makan, berkumpul/ngobrol, belanja, dan jalanjalan. Dari analisis koresponden antara pilihan ruang publik dan kegiatan pengunjungnya, dapat diketahui bahwa beberapa ruang publik di Makassar sudah cukup berhasil dalam memenuhi fungsi sebagai tempat sosial dan restoratif. Beberapa kriteria desain ruang publik yang telah dielaborasi dari hasil analisis, di antaranya adalah: ketersediaan makanan, interaksi sosial dan sarana restoratif. Kegiatan sosial di ruang publik adalah semua kegiatan yang tergantung pada keberadaan orang lain di ruang publik. Tingginya tingkat kegiatan/interaksi sosial yang terjadi di ruang publik juga merupakan salah satu indikator kesuksesan ruang publik tersebut. Kegiatan sosial tersebut terjadi secara spontan di antara orang-orang di tempat yang sama. Pada grafik 2, terlihat bahwa banyaknya kegiatan berkumpul yang dilakukan di ruang publik di Kota Makassar. Penelitian selanjutnya, disarankan dapat menjelaskan hubungan koresponden antara karakteristik fisik dari ruang publik dengan pilihan ruang publik dan kegiatannya, agar dapat diperoleh kriteria-kriteria desain ruang publik kota yang lebih lengkap. Studi tentang ruang sosial pada ruang publik yang dikemukakan oleh Mean dan Tims, 2005 (dalam Worpole, 2008), bahwa aturan yang penting dalam menciptakan ruang-ruang sosial di ruang publik di antaranya adalah keberadaan orang lain pada tempat tersebut. London. Gehl, J. (1987). The Life Between Buildings. New York : Van Nostrand Reinhold. Hakim & Utomo. (2004). Komponen Perancang-an Arsitektur Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara. Sari, A.A, Kusuma, H.E. & Tedjo, B (2012). Tempat Favorit Mahasiswa sebagai Sarana Restorative. Jurnal Lingkungan Binaan Indo-nesia, Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, Vol.1. No. 1. hal. 5-18. Whyte, W. H. (1979). The Social Life of Small Urban Spaces. Washington, DC: The Conservation Foundation. Worpole, K. (2008). The Social Value of Public Spaces. Joseph Rowntree Foundation. 3). Sarana Restoratif Kegiatan jalan-jalan dan belanja yang banyak dilakukan di ruang publik mall (lihat grafik 2) merupakan suatu kegiatan restoratif di ruang publik. Penambahan infrastruktur atau fasilitas untuk kegiatan restoratif pada ruang publik dapat membuat ruang publik tersebut menjadi lebih hidup. Unsur restoratif dapat diwujudkan dengan melengkapi fasilitas ruang publik dan membuat suasana nyaman dengan kehadiran unsur alami dan jauh dari kebisingan. Kesimpulan Dari beberapa analisis yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa jenis ruang publik yang lebih diminati oleh masyarakat Kota Makassar adalah B_30 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 B_34 Daftar Pustaka (2003). Public Space Urban Space: The Dimension of Urban Design. Architectural Press: Carmona dkk.