kabar jabodetabek 22 jakarta > bogor depok > tangerang > bekasi Halaman >> Jumat > 10 Desember 2010 REPUBLIKA >> metropol << Bus Terbakar di Terminal Baranangsiang BOGOR — Sebuah bus terbakar di Terminal Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Kamis (9/12). Bus Indah Murni dengan nomor polisi F 7845 FA, jurusan Bogor-Tanjung Priok itu, tiba-tiba mengeluarkan api saat sedang antre mengangkut penumpang, sekitar pukul 07.00 WIB. Menurut Sofyan (40), sopir bus Indah Murni, api berasal dari mesin belakang bus. “Sepertinya ada korsleting, tiba-tiba ada asap dan muncul api,” katanya pada Republika. Akibatnya, ratusan penumpang yang ada di dalam terminal sempat panik. Beruntung, dia dan para petugas terminal segera memadamkan api sehingga tak sempat membesar. Sementara itu, Aning (42), petugas pengendali Terminal Baranangsiang mengaku kejadian ini sempat membuat panik sopir bus yang lainnya. “Waktu api muncul, mereka sibuk memindahkan busnya, takut api menyambar,” jelasnya. Kejadian tersebut kini dalam penyidikan Kepolisian Sektor (Polsek) Bogor Timur. Sofyan dan busnya yang terbakar dibawa petugas Dinas Perhubungan (Dishub) ke pull bus di wilayah Kabupaten Bogor. c21 ed: maghfiroh yenny Garuda Ditabrak Traktor TANGERANG—Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (9/12) pagi. Pesawat Garuda Indonesia ditabrak oleh sebuah traktor penarik pesawat. Menurut Coorporate Secretary PT Angkasa Pura II, Harry Cahyono, peristiwa itu menimpa pesawat Garuda rute Jakarta-Pangkal Pinang yang akan berangkat sekitar pukul 09.50 WIB. Pada saat pesawat ditabrak, belum ada penumpang di pesawat tersebut. “Pesawat masih menunggu di apron (tempat parkir pesawat) dan hendak ditarik ke taxi way (landasan). Namun, tiba-tiba traktor penarik pesawat kepas kendali hingga menabrak pesawat tersebut,” kata Harry saat dihubungi Republika, Kamis (9/12). Harry memastikan bahwa peristiwa itu sama sekali tidak mengganggu operasional bandara dan jadwal penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta. Humas Garuda Indonesia, Pujobroto, mengatakan, pihaknya tetap memberangkatkan penumpang yang tadinya akan menggunakan pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut. Penumpang yang jumlahnya mencapai 111 orang itu diberangkatkan dengan pesawat yang berbeda. c25 ed: maghfiroh yenny 700 Rumah di Muara Gembong Terendam BEKASI — Warga Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, kembali harus berurusan dengan banjir. sejak Selasa, (7/12). Sampai saat ini air belum juga surut. Ribuan jiwa menjadi korban banjir yang masuk ke permukiman penduduk. “Di Desa Pantai Bahagia 700 rumah terendam, penduduknya mencapai 2.100 jiwa. Desa lain belum melapor,” kata Camat Muara Gembong, M Ma’ruf. Banjir bukan barang baru bagi warga Muara Gembong. Setiap bulan banjir kerap berkunjung di Kecamatan paling ujung utara di Kabupaten Bekasi itu. Limpahan air ke Muara Gembong berasal dari luapan Sungai Citarum yang mengalir dari Bogor atau Bandung. Namun, kali ini kondisinya lebih parah. Penyebabnya adalah tanggul di Kampung Giongbang, Desa Pantai Bahagia, jebol. Air masuk ke permukiman warga melalui celah tanggul yang jebol sebesar 50 meter. Akibatnya, 10 RT di Desa Pantai Bahagia terendam. Banjir juga menggenangi tiga desa lain. Ketiga desa itu adalah Desa Pantai Mekar, Pantai Bakti, dan Pantai Sederhana. Ketinggian banjir bervariasi di masing-masing tempat. Desa Bahagia mengalami dampak banjir paling parah. Ma’ruf menginformasikan kondisi air tertinggi mencapai satu meter. “Awalnya air hanya setinggi lutut. Beberapa jam kemudian air sudah mencapai pinggang orang dewasa,” kata Bahrudin, warga Desa Pasir Bahagia. Saat ini, tinggi muka air Sungai Citarum berada pada titik 11,8 meter. Sedangkan ketinggian normalnya delapan meter. Sejak dua hari lalu air tak kunjung surut. Menurut Ma’ruf, kondisi tanggul di Kecamatan Muara Gembong sudah pada tahap yang memprihatinkan. Di sana-sini terdapat bagian tanggul yang longsor. Kekuatan MASUK JALUR BUSWAY tanggul makin lemah untuk menahan beban air sungai yang meluap. Perbaikan tanggul, lanjut Bahruddin, sudah direncanakan pihak pemerintah daerah. Realisasinya selalu tertunda faktor cuaca yang tidak mendukung. “Perbaikan tanggul baru bisa dilakukan ketika musim kemarau tiba,” ujar Ma’ruf. Untuk sementara, tanggul yang rusak ditambal dengan karung pasir. Termasuk tanggul di Desa Pantai Bahagia yang jebol. Faktor lain penyebab banjir adalah pendangkalan sungai yang melintas di Kecamatan Muara Gembong. Sungai itu adalah Citarum dan Ciherang. Normalisasi sungai menjadi kebutuhan mendesak. “Saya sudah meminta pemkab melakukan pengerukan khususnya di Muara Bendera,” lanjut Ma’ruf. Warga Muara Gembong berharap pemerintah segera melakukan langkah tanggap bencana. Hal yang paling mendesak saat ini adalah mengantisipasi lebih banyak air lagi masuk ke permukiman warga. “Warga membutuhkan material untuk membuat tanggul sementara guna menghadang air,” ucap Bahrudin Pihak kecamatan, kata Ma’ruf, sudah meminta bantuan tambahan 20 ribu karung ke Bagian Kesejahteraan, Kebangsaan, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Bekasi. Setiap desa yang terendam banjir akan diberi lima ribu karung pasir. Namun, sampai saat ini belum ada realisasinya. Jika bantuan belum turun, Ma’ruf akan langsung mengirim surat ke Bupati Bekasi. “Semoga bantuan datang satu atau dua hari setelah surat dikirim,” harap Ma’ruf. Kecamatan Muara Gembong mengambil langkah antisipasi bila kondisi memburuk. Mereka menyiapkan tenda pengungsian warga. Petugas Kecamatan juga membuka sebuah posko kesehatan di Kantor Kecamatan. c42 ed: maghfiroh yenny EDWIN DWI PUTRANTO/REPUBLIKA Sejumlah pengendara sepeda motor terpaksa memasuki jalur busway akibat kemacetan di kawasan jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakar ta, Kamis (9/12). Kemacetan tersebut diakibatkan aksi sejumlah massa yang menggelar demonstrasi di depan gedung KPK memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia. MGF03 PERAWATAN JEMBATAN Pekerja melakukan perbaikan jembatan di kawasan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Pusat, Kamis (9/12). Perbaikan dengan mengganti mur dan baut merupakan perawatan yang rutin dilakukan agar tidak terjadi kecelakaan. Inflasi di Depok Tertinggi Inflasi tinggi karena meningkatnya harga beras di Depok. DEPOK — Kota Depok menjadi daerah dengan tingkat inflasi tertinggi untuk bulan November di antara kabupaten/ kota di Jawa Barat. Pemkot Depok pun membentuk dan mengukuhkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Depok, Kamis (9/12) pagi. Pembentukan TPID Kota Depok itu ditetapkan dalam Surat Keputusan Wali Kota Depok Nomor 821.29/519/kpts/ekonomi/huk/2010 tentang Tim Pengendalian Inflasi Kota Depok. TPID Kota Depok akan beranggotakan sebanyak 15 orang. Berdasarkan data dari Tim Koordinasi Pengendalian Inflasi Jabar, pada November 2010, Kota Depok mencatat inflasi sebesar 1,08 persen. Pada bulanbulan sebelumnya, rata-rata inflasi bulanan di Kota Depok sekitar 0,6 persen hingga 0,7 persen, sedangkan secara akumulasi hingga November 2010, tingkat inflasi Kota Depok sebesar 7,01 persen dan tingkat inflasi year on year (rata-rata tahunan) sebesar 7,16 persen. Sedangkan, hingga November 2010, akumulasi inflasi Jabar telah mencapai 5,84 persen. Tingkat inflasi Kota Depok jauh lebih besar dari target inflasi Ja- bar sebesar 6 persen dan inflasi tingkat nasional sebesar 5,9 persen. Secara akumulasi, tingkat inflasi Kota Depok tertinggi setelah Kota Bandung dan Bekasi. Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Ismail, mengatakan besarnya tingkat inflasi itu disebabkan meningkatnya harga beras di Depok. Dari tingkat inflasi Kota Depok sebesar 1,08 persen pada November 2010, beras menyumbang inflasi terbesar, yakni 0,78 persen. Sisanya dari komoditi daging ayam, bawang merah, dan minyak goreng. Namun, kelitnya, kenaikan tersebut disebabkan oleh kurangnya persediaan beras untuk memenuhi kebutuhan beras hingga akhir 2010. “Untuk jumlahnya, saya belum dapat menyebutkannya. Tapi, persediaan beras di Depok cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Nur Mahmudi yang ditemui Republika usai menghadiri acara Rakor Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Daerah Jabar di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Kamis (9/12) pagi. Ia menjelaskan naiknya harga beras terjadi karena sentimen lingkungan para pedagang beras di Depok dengan Jakarta. Kenaikan harga beras di Jakarta secara langsung akan meningkatkan harga beras di Kota Depok. Kini, harga eceran beras di pasaran sekitar Rp 5.500 hingga Rp 8.000 per kilogram, ter- gantung pada jenis berasnya. “Jika ingin mengatasi inflasi beras di Depok, inflasi di Jakarta harus diatasi terlebih dahulu,” kata Nur. Sementara itu, Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jabar, Ferry Sofwan Arief, mengatakan inflasi di Kota Depok telah jauh melebihi target inflasi di Jabar. “Makanya TPID Depok yang telah dibentuk harus dapat merumuskan langkah-langkah untuk mengatasi inflasi, seperti memperlancar jalur distribusi serta pengadaan komoditi tersebut,” imbau pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar itu. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jabar, Lex Laksamana, mengharapkan dengan terbentuknya TPID Kota Depok dapat mengatasi tingginya tingkat inflasi di Kota Depok. Untuk itu, pihaknya akan melakukan Forum Komunikasi Pengendalian Inflasi (FKPI) yang melibatkan tiga provinsi, yakni Jabar, Banten, dan DKI Jakarta. Menurutnya, ketiga daerah tersebut memiliki hubungan yang erat dalam bidang distribusi komoditi yang memengaruhi inflasi di masing-masing daerah. “Kita tidak bisa membatasi peredaran beras dari Jabar ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta. Namun, pasar induk rencananya akan dibangun di Cirebon. Target inflasi di Jabar sendiri pada DPRD Depok Bahas Perda Retribusi RPH DEPOK — Kondisi Rumah Potong Hewan (RPH) di Kota Depok yang tidak berfungsi, membuat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Depok bertindak. Kini, DPRD Depok sedang membahas rancangan peraturan daerah (raperda) tentang retribusi RPH. “Raperda tersebut masih dibahas secara serius. Saya berharap raperda itu dapat menjadi perda pada akhir tahun ini,” kata Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Raperda RPH, Robby Aswan, Kamis (9/12). Pembuatan Perda RPH untuk membiayai pelaksanaan pemerintah kota (pemkot) dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan sebagai pengganti Perda RPH Nomor 6 Tahun 2001. Penerbitan perda ini juga mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000. “Hewan ternak yang akan dikenakan retribusi, yaitu hewan ternak potong yang dagingnya lazim dikonsumsi, terdiri atas ternak ruminansia dan ternak unggas,” kata Robby. Kelompok ternak ruminansia terdiri atas ternak besar, seperti sapi, kerbau, kuda, unta. Ternak kecil adalah domba, kijang, menjangan, dan rusa. Sedangkan kelompok ternak unggas terdiri atas ayam, angsa, itik. Raperda itu nantinya juga mengatur petugas pemeriksaan yang dilakukan dokter hewan atau petugas pemeriksa daging, yang ditunjuk dinas bersangkutan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging di RPH. “RPH dan rumah pemotong swasta dikenakan retribusi. Sedangkan pedagang kecil tidak dikenakan retribusi,” kata Robby. Anggota Raperda Pansus RPH lainnya, Aceng Toha, mengatakan, subjek retribusi RPH adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan atas penyediaan fasilitas RPH, termasuk pelayanan kesehatan hewan sebelum dipotong. Struktur dan besaran tarif retribusi digolongkan berdasarkan frekuensi pelayanan, pemeriksaan hewan ternak, jenis hewan ternak. Jasa pemotongan ternak ruminansia jenis sapi, kerbau, kuda biayanya sebesar Rp 25 ribu per ekor. Kambing, domba, rusa, kijang sebesar Rp 5 ribu per ekor. Sedangkan jasa pemotongan unggas, yaitu Rp 100 per ekor. Pemeriksaan kesehatan hewan jenis ruminansia, seperti sapi, kerbau, kuda akan dikenai biaya sebesar Rp 10 ribu per ekor. Kambing, domba, rusa, kijang sebesar Rp 2 ribu per ekor. Sewa kandang hewan ternak ruminansia per ekor untuk hewan jenis sapi, kerbau, kuda sebesar Rp 2.500 per hari. Kambing, domba, rusa, dan kijang Rp 1.000 per hari. “Untuk pemeriksaan unggas hanya dikenai Rp 100 per ekor,” katanya. Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kota Depok, Widyati Ryandani, menyatakan dalam Perda RPH tahun 2001, jasa pemotongan hewan dikenakan biaya Rp 13 ribu. Angka itu tidak dapat membantu pemerintah menjalankan roda RPH. “Kalau angka yang kita usulkan Rp 25 ribu merupakan angka ideal, hanya cukup untuk membiaya operasional. Pemerintah sama sekali tidak mengambil keuntungan. Perubahan perda tersebut ingin mempermudah masyarakat. Perda tahun 2001 sudah tidak ideal,” katanya. c23 ed: maghfiroh yenny 2010 sebesar 6,3 persen,” ujarnya. Mengenai perlunya mendirikan pasar induk beras di Depok, ia mengatakan pihaknya telah merencanakannya. Dengan adanya pasar induk beras di Kota Depok, tambahnya, dapat mengurangi ketergantungan pengadaan beras dari Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Daerah-daerah produksi beras di Jabar dapat langsung dikirim ke pasar induk di Kota Depok untuk disalurkan ke daerah Jabar bagian barat. Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Pasar (KUKM & Pasar) Kota Depok, Herman Hidayat, mengatakan pihaknya telah merencanakan untuk membuat pasar induk dari pasar tradisional yang sudah ada di Kota Depok. Menurutnya, pasar tradisional yang tepat untuk dijadikan pasar induk yaitu Pasar Sukatani. Menurutnya, Pasar Sukatani, Cimanggis, Depok, merupakan pasar yang strategis untuk dibangun menjadi pasar induk. Pasalnya, pasar tersebut berada di jalur utama, Jalan Raya Bogor, dan akan dilalui jalan tol CinereJagorawi (Cijago) serta rencana pembangunan Terminal Jatijajar. “Karena posisinya yang strategis, Pasar Sukatani dapat menjadi pasar induk. Namun, anggaran pada 2011 akan difokuskan untuk revitalisasi enam pasar tradisional di Kota Depok,” ucapnya. c23 ed: maghfiroh yenny