SEKOLAH PASAR DAN CARA BERPERILAKU PEDAGANG PASAR TRADISIONAL KRANGGAN KOTA JOGJAKARTA Melisa Wahyu Fandyan Sari Program Studi Pendidikan Ekonomi IKIP Budi Utomo [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara berperilaku pedagang pasar Kranggan yang telah mendapat ilmu di Sekolah Pasar. Penelitian dilakukan di Pasar Kranggan Kota Yogyakarta dan informan (IP) adalah pedagang yang sekaligus peserta Sekolah Pasar dan metode yang digunakan adalah fenomenologi. Hasil penelitian adalah, baik IP1, IP2, IP3 dan IP4 mendapat pengalaman dan pengetahuan baru. Namun secara umum, materi-materi Sekolah Pasar lebih efektif diaplikasikan atau diserap oleh pedagang yang belum mempunyai latar belakang pendidikan atau bagi pedagang yang tidak pernah bersekolah atau mengikuti pendidikan formal. Kata kunci: Sekolah Pasar, Perilaku, Pedagang PENDAHULUAN Dahulu pasar tradisional merupakan tempat primadona bagi masyarakat Indonesia untuk berbelanja memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, hingga saat ini yang sedang marak trend pasar didunia maya yang lebih dikenal sebagai pasar online. Menurut Bilas (1992: 7), “pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli dan menjual sumber-sumber, barang dan jasa yang mereka miliki”. Seiring perkembangan waktu, pasar tradisional yang dulu berjaya, kini tak lagi menjadi primadona. Kejayaan pasar tradisional perlahan mulai terganti oleh pasar modern yang menawarkan kebersihan gedung dan berbagai pelayanan yang tidak ada pada pasar tradisional. Saat ini, perkembangan dan jumlah pasar modern atau minimarket di Indonesia sudah sangat banyak, perlahan eksistensi pasar tradisional menurun. Masyarakat tidak lagi memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di pasar, tapi lebih memilih untuk berbelanja di pasar modern yang menawarkan berbagai kenyamanan, mulai dari kebersihan tempat, ruangan yang berpendingin, lantai yang tidak becek, diskon yang menggoda, dan lain-lain. Memang, beberapa hal tersebut tidak ada di pasar tradisional, tetapi pasar tradisional memiliki ciri khas dari budaya Indonesia, yaitu ramah tamah yang diberikan oleh penjual kepada pembeli saat berinteraksi. Penurunan eksistensi pasar tradisional berimbas pada menurunnya kedaulatan pasar tradisional dan menurunnya kemakmuran ekonomi masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidup dari berdagang. Saat permasalahan ekonomi Indonesia mengalami cobaan, Sekolah Pasar memberikan solusi untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pedagang tradisional. Sekolah pasar merupakan salah satu bentuk proteksi yang merupakan amanah dari UUD Tahun 1945, yaitu Pasal 31 dan Pasal 33. Pasal 31 menyebutkan bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak mendapat pendidikan yang layak, sedangkan Pasal 33 mengamanatkan kegiatan ekonomi berdasarkan usaha bersama berasas kekeluargaan. Sekolah Pasar merupakan social movement, digagas oleh PUSTEK UGM dan Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) Yogyakarta. Terbentuknya Sekolah Pasar berawal dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) Yogyakarta bersama PUSTEK UGM yang dilakukan pada 15 pasar tradisional di Yogya. Penelitian ini diberi nama Studi Formulasi Kebijakan Perlindungan dan Model Pengembangan Pasar Tradisional di Propinsi D.I.Yogyakarta, yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa pedagang pasar tradisional masih sangat lemah dalam modal institusional, intelektual serta modal material, meski modal material sudah sering diberikan oleh pihak terkait dengan pasar. Sekolah Pasar adalah organisasi pergerakan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan pasar rakyat” (Tim Sekolah Pasar, 2012: 3), memiliki tugas berat untuk menguatkan tiga modal dasar yang ada di pasar tradisional yang dirasa kurang berkembang dan kurang diperhatikan oleh pihak-pihak terkait. Sekolah Pasar sudah hampir 3 tahun terlaksana di Kota dan beberapa Kabupaten Yogyakarta. Pada awal pelaksanaan, pasar kranggan menjadi pilot project pelaksanaan Sekolah Pasar, namun hingga akhir 2014 lalu, kegiatan Sekolah Pasar tidak dapat terlaksana dengan baik di pasar ini karena tidak adanya sambutan dan dukungan dari pihak pengelola pasar Kranggan. KAJIAN PUSTAKA Sekolah Pasar Sekolah pasar adalah “organisasi pergerakan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan pasar rakyat. Penguatan terhadap modal intelektual, modal institusional atau sosial, dan modal material pasar rakyat dilaksanakan oleh Sekolah Pasar melalui berbagai cara” (Tim SoPas, 2012: 3). Sekolah pasar merupakan organisasi yang menjadi wahana untuk belajar, bertukar pikiran dari berbagai pelaku pasar untuk bersama-sama mencari jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi di pasar, dengan didampingi oleh para relawan dari Sekolah Pasar yang sudah terlebih dahulu dididik dan dilatih serta dibekali berbagai ilmu oleh tim dari PUSTEK UGM untuk tetap menjaga kedaulatan pasar tradisional yang merupakan salah satu bentuk dari ekonomi kerakyatan. Sekolah Pasar juga menjadi sebuah wadah pertemuan dari elemenelemen penting yang menjadi penggerak roda kehidupan di pasar tradisional atau pasar rakyat. Tujuan dan Sasaran Sekolah Pasar Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan sasaran dari pelaksanaan kegiatan Sekolah Pasar di beberapa pasar tradisional di daerah DIY, seperti yang tertulis dalam buku Sekolah Pasar Rakyat (2012: 4), beberapa tujuan dan sasarannya adalah: Sebagai media pengembangan ilmu dan teknologi bagi para pelaku pasar Sebagai wahana belajar bersama, bertukar pikiran, serta tempat persemaian gagasan, inovasi dan pemajuan pasar rakyat ke depan Menjadi media rintisan pembersatuan ekonomi para pelaku pasar rakyat Perekat dan perapat barisan barisan pegiat industri desa, koperasi sejati dan pasar rakyat Menjadi embrio bagi realisasi visi misi pasar rakyat ke depan Dapat dijadikan instrumen inovasi pendidikan dasar dan menengah para anggota dan pengurus koperasi pasar Sekolah pasar rakyat akan menjadi think-thank dan media persemaian konsep pasar mandiri Menjadi pemikir rintisan bursa koperasi pasar sebagai media interkoneksi antar koperasi pasar rakyat di DIY Menjadi media pendidikan untuk menanamkan kecintaan akan produk Indonesia kepada semua golongan, dari anak kecil hingga orang dewasa Menjadi media pengkaderan, pewarisan, dan persemaian nilai-nilai kebersamaan dan kemandirian ekonomi bagi generasi muda calon pemimpin bangsa. Perilaku Perilaku menurut Notoadmodjo (Anjaningtyas, 2011), “perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya”. Skinner (Anjaningtyas, 2011) merumuskan “perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar”. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia (Anjaningtyas, 2011), antara lain yaitu: Genetika Sikap Norma sosial, dan Kontrol perilaku pribadi METODE Metode yang digunakan adalah fenomenologi untuk melihat dan mengamati apa yang terjadi ketika fenomena pedagang pasar Kranggan Kota Yogyakarta dan informan (IP) adalah pedagang yang sekaligus peserta Sekolah Pasar yang diketemukan dengan fenomena yang ingin diciptakan sekolah pasar. HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku atau yang biasa disebut juga dengan attitude, merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki oleh pedagang dan diaplikasikan dengan baik. Petty Cocopio, menguraikan perilaku adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, obyek atau issue. Menurut Soekidjo Notoatmojo (dalam Desa, 2009), perilaku adalah pandanganpandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai objek tadi. Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood menjelaskan bahwa perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, antara lain: a) genetika, b) sikap, c) norma sosial dan d) kontrol perilaku pribadi. Pada pembahasan ini, peneliti membedakan perilaku dalam beberapa point, antara lain: a) memulai berdagang dengan berdo’a, b) menjaga kebersihan diri sendiri, kios, barang dagangan dan pasar, c) ramah, murah senyum, d) menjaga penampilan saat berjualan, e) rutin mencatat transaksi, serta f) melanjutkan penataan barang yang pernah dicontohkan SoPas. Pembahasan IP1 termasuk pedagang yang rajin, IP1 dalam berdagang sejak dulu sudah mencatat setiap transaksi ataupun penjualan yang terjadi, namun sejak ada SoPas pencatatan yang sudah IP1 lakukan menjadi lebih baik dan IP1 menjadi lebih mudah untuk mengetahui laba atau rugi yang terjadi tiap bulan. Selain rajin dalam pencatatan, IP1 juga pedagang yang sangat menjaga kebersihan, baik kios, barang dagangan maupun penampilan saat berjualan. IP1 membersihkan kedua kiosnya 2x sehari yaitu saat membuka dan akan menutup kiosnya, menurut IP1 ini harus dilakukan agar pembeli yang datang bisa merasa nyaman dan senang berbelanja di kios IP1. Selain kebersihan, agar pembeli senang IP1 juga melayani konsumen dengan baik. Lain halnya dengan IP1, IP2 termasuk orang yang ramah dan murah senyum. Pertanyaan yang diberikan peneliti sering dijawab IP2 sambil tersenyum, hal ini juga dilakukan ketika ada pembeli yang mampir ke kios IP2 untuk membeli sayur- mayur. Penataan dagangan yang dilakukan IP2 juga membawa dampak semakin terlihat rapinya dagangan yang dijajakan IP2. Namun IP2 masih sering lupa dalam berdo’a saat di pasar, hanya sering berucap “Bismillah” saja karena IP2 ketika datang atau akan pulang sudah sibuk dengan beresberes barang dagangan. Persoalan berbeda dari IP3. Jika penataan dan pelayanan sudah IP3 ketahui sejak dulu, maka dalam hal pencatatan transaksi belum pernah dilaksanakan karena IP3merasa asal uang yang didapat bisa untuk membayar hutang dan membiayai kebutuhan, maka itu sudah cukup. Dalam hal berdo’a sebelum dan sesudah membuka usaha, IP3baru mengetahui sejak ada SoPas. Dalam hal penataan dagangan, hingga saat ini IP4 masih meneruskan ilmu yang didapat dari SoPas, karena IP4 merasakan banyak manfaat dari penataan tersebut. Begitu juga dalam berdo’a sebelum dan sesudah membuka usaha, IP4 sudah sejak dulu selalu melakukan itu. Namun dalam pencatatan, IP4 saat ini tidak lagi melakukan seperti dulu saat IP4 baru mendapat materi tersebut dari Tim SoPas Pada pembahasan ini, perilaku diuraikan menjadi: a) memulai berdagang dengan berdo’a, b) menjaga kebersihan diri sendiri, kios, barang dagangan dan pasar, c) ramah, murah senyum, d) menjaga penampilan saat berjualan, e) rutin mencatat transaksi, serta f) melanjutkan penataan barang yang pernah dicontohkan SoPas. IP1, IP2, IP3 dan IP4 telah melakukan semua baik sejak sebelum maupun sesudah ada Sekolah Pasr di Pasar Kranggan. KESIMPULAN Secara umum, pelaksanaan Sekolah Pasar di Pasar Kranggan memang memberikan sebuah pengalaman dan pengetahuan baru bagi pedagang peserta kelas pasar. Namun dalam realita, materimateri SoPas hanya efektif diaplikasikan atau diserap oleh pedagang yang mempunyai latar belakang pendidikan tidak pernah bersekolah atau mengikuti pendidikan formal. Bagi pedagang yang telah mengenyam pendidikan formal meskipun tidak menyelesaikan, materimateri SoPas sudah banyak diketahui, sehingga bagi mereka materi itu bukanlan hal baru. DAFTAR PUSTAKA Bilas, Richard, A. Ekonomi Mikro, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Tim Sekolah Pasar. Sekolah Pasar Rakyat, Dari Pasar Rakyat Merebut Kedaulatan, Yogyakarta: PUSTEK UGM, 2012 Anjaningtyas, Nurul. Pengertian Perilaku Manusia, 2011. (Online) (http://dianhusadanuruleka.blogspot.c om/p/konsep -perilaku-manusia.html), diakses 05 Mei 2014 Desa, Anak. Pengertian Sikap Dan Perilaku, 2009. (Online) (http://bisnis3x.blogspot.com/2009/10 /pengertian-sikap-dan-perilaku.html), diakses 03 April 2014. Creswell, John W. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches, California: Sage Publication, 2007