3 POLA GERAK IKAN KARANG SEBAGAI DASAR PERANCANGAN ALAT PENANGKAPAN IKAN 3.1 Pendahuluan Hingga kini para peneliti terus melakukan penelitian tentang tingkah laku ikan dengan tujuan tidak saja untuk semakin meningkatkan hasil tangkapan tetapi dari informasi itu juga dapat digunakan untuk mengorganisir keseluruhan kegiatan armada penangkapan agar lebih efisien (Radakov 1971(a)). Untuk bisa mendapatkan suatu alat penangkap ikan yang semakin sempurna agar lebih efisien dalam menangkap ikan maka sangatlah penting untuk mengetahui tingkah laku ikan secara lebih terinci (King 1995), terutama mengenai reaksi ikan terhadap pengaruh luar (Vyskrebentsev. 1971), pola gerak renang ikan (Saburenkov dan Pavlov 1971), dan mekanisme pengelompokan ikan (Radakov 1971(b)). Alat penangkap ikan yang sangat efisien dilihat dari jumlah hasil tangkapan per unit alat dalam menangkap ikan pelagis adalah purse seine dan trawl sangat efisien dalam menangkap ikan demersal (King 1995). Akan tetapi untuk penangkapan ikan di daerah yang penuh dengan terumbu karang kedua alat ini tidak berdaya, sementara alat penangkap ikan yang efisien digunakan di perairan terumbu karang misalnya bubu, dan muro ami ternyata cenderung dapat merusak terumbu karang sehingga dianggap tidak ramah untuk digunakan pada lingkungan terumbu karang. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka masih diperlukan upaya berupa studi untuk mencari alat tangkap yang dapat menangkap ikan karang secara efisien dan tidak merusak terumbu karang. Oleh sebab itu upaya untuk merekayasa suatu alat tangkap yang baru maupun yang telah ada agar dapat memenuhi tuntutan efisien dan ramah lingkungan masih terbuka luas. Menurut Gabriel et al. 2005 pengembangan alat dan metode penangkapan sangat dipengaruhi oleh hubungan antara faktor manusia, lingkungannya dan ikan. Dalam penelitian ini hal yang menjadi fokus utama adalah faktor ikan. Untuk hal tersebut tingkah laku ikan karang yang akan menjadi target penangkapan dan kaitannya dengan fyke net yang merupakan alat tangkap yang akan dikembangkan menjadi kajian utama. 38 Tingkah laku ikan merupakan sesuatu hal yang kompleks dan sangat luas karena setiap jenis ikan tertentu memiliki tingkah laku tersendiri yang membedakannya dengan jenis yang lain. Tingkah laku ikan akan mengalami perubahan sesuai dengan fase kehidupan ikan terebut, misalnya pada fase juvenil ikan senang di perairan estuaria yang dangkal dan pada saat fase dewasa berada di laut lepas yang dalam. Oleh sebab itu pada disertasi ini tingkah laku ikan dibatasi hanya pada hal yang berkaitan dengan proses penangkapan oleh satu jenis alat tangkap yaitu fyke net yang akan dimodifikasi untuk penggunaan di perairan terumbu karang. Di terumbu karang bermukim berbagai jenis ikan yang berwarna warni dengan hubungan yang sangat kompleks antara masing-masing spesies. Beberapa jenis ikan karang memiliki kaitan yang erat dengan habitat lain, misalnya dengan lamun, mangrove, lagoon, daerah bersubsrat pasir dan bersubstrat keras (LoweMcConnel 1987). Ikan karang adalah ikan yang seluruh atau sebagian hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang sebagai sumber makanan, habitat dan tempat berlindung. Pada umumnya ikan karang berukuran kecil dan bersifat menetap. Ikan karang diketahui memiliki wilayah jelajah tertentu dan beberapa jenis menjaga wilayah tersebut dengan ketat. Ikan karang juga ada yang bersosiasi dengan habitat lain di sekitar terumbu karang, misalnya padang lamun, hutan mangrove dan lain-lain, sehingga sebagian besar ikan karang memiliki pola gerak yang terbatas saat mencari makanan (Lowe-McConnel 1987; Bellwood and Wainwright 1991). Telah lama diketahui bahwa ikan karang merupakan ikan yang bersifat menetap terutama jenis damselfish (Pomacentridae) dan bahkan ikan yang selama ini terlihat aktif bergerak misalnya ikan famili Lutjanidae, Lethrinidae, Serranidae, Siganidae, Scaridae, Acanthuridae dan Mullidae, menunjukkan pergerakan terbatas hanya dalam radius 500 m per hari (Kritzer dan Sale (2006). Dengan demikian ikan karang memiliki kebiasaan untuk cenderung berada sangat dekat dengan terumbu karang untuk berlindung, mencari makan dan bereproduksi, maka alat tangkap yang akan digunakan harus berada sedekat mungkin tetapi tanpa menyentuh karang tersebut. Untuk itu upaya yang dapat dilakukan adalah memikat atau mengggiring ikan karang untuk mendekat ke alat tangkap sehingga 39 berpeluang untuk tertangkap, atau menunggu hingga ikan karang menjadi aktif bergerak menjauh dari tempat perlindungannya sehingga dapat tertangkap. Hal yang pertama merupakan metode penangkapan pada bubu dan muro-ami sedangkan hal yang kedua adalah metode penangkapan yang digunakan oleh sero. Metode penangkapan fyke net memiliki kesamaan dengan sero. Untuk dapat menangkap ikan-ikan tersebut ada dua hal pokok yang harus dipahami, yaitu pengetahuan mengenai pola gerak ikan secara alami dan waktu ikan bergerak keluar dari area terumbu karang saat mereka mencari makan atau untuk keperluan lain agar alat tangkap dapat dipasang pada tempat yang tepat dan tidak perlu harus berada diantara terumbu karang sehingga dapat menghindarkan kerusakan pada terumbu karang akibat benturan antara alat tangkap dengan terumbu karang saat operasi penangkapan dilakukan. Menurut Rounsefell dan Everhart (1962) terdapat 4 pola gerak ikan demersal/karang, yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam, pergerakan mengikuti kondisi pasang dan surut air laut, pergerakan secara acak dan pergerakan secara musiman saat melakukan pemijahan. Pola pergerakan ikan karang yang mengikuti kondisi siang dan malam sesuai dengan sifat ikan karang yang sebagian bersifat diurnal atau aktif pada siang hari dan sebagian bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari. Ikan-ikan yang aktif pada siang hari umumnya adalah ikan karang pemakan hewan invertebrata, herbivora dan omnivora sedangkan ikan piscivora dan pemakan krustacea merupakan ikan yang aktif pada malam hari (Lowe-McConnell 1987). Pada daerah littoral (paparan karang), semua ikan baik ikan karang maupun ikan pelagis sangat terpengaruh oleh kondisi pasang dan surut air laut. Hal ini disebabkan oleh besarnya perbedaan kondisi perairan di tempat tersebut yang kadang di satu tempat tidak terdapat air sama sekali pada saat air surut. Kondisi inilah yang membuat ikan harus berpindah meninggalkan tempat tersebut saat kondisi air surut. Namun diluar daerah itu air laut selalu tersedia dan masih cukup dalam sehingga ada sebagian ikan terutama ikan karang Pomacentridae yang tetap bertahan ditempatnya saat air surut. Ikan Eupomacentrus partitus, Poey (Pomacentridae) hanya meninggalkan tempatnya cukup jauh pada saat 40 kecepatan arus laut meningkat (saat proses menuju surut maupun menuju pasang) untuk memakan plankton yang terbawa arus (Stevenson 1972). Ikan karang juga melakukan gerak secara acak di dalam satu area tertentu. Menurut Allen (1999) setiap individu ikan jenis Chaetodontidae menempati area yang sempit di perairan terumbu karang tetapi dia sangat aktif berenang kian kemari di dalam wilayahnya tersebut untuk mencari makan pada siang hari. Sebagian ikan karang dan demersal bergerak dalam jarak yang cukup jauh secara harian pada saat mencari makan atau secara musiman saat akan melakukan pemijahan. Menurut King (1995) Ikan demersal yang bergerak ke perairan pantai saat mencari makan yang memanfaatkan perairan karang dan laguna di pesisir pantai yang subur adalah belanak (Mugilidae), peperek (Leiognathidae), beronang (Siganidae) dan bijinangka (Mullidae). Kakap putih, Lates calcarifer dan kakap merah, Lutjanus argentimaculatus melakukan perjalanan ke dekat muara sungai untuk memijah. Larva ikan tersebut hidup di perairan estuaria sebelum kembali ke laut yang lebih dalam. Untuk tingkah laku ikan terhadap alat tangkap telah banyak penelitian yang dilakukan sehingga secara umum diketahui bahwa reaksi ikan terhadap alat tangkap adalah sebagai berikut: (1) Reaksi bergerak menghindari alat tangkap (Godǿ 1994) terutama untuk alat tangkap yang bergerak aktif seperti trawl dan purse seine (2) Reaksi bergerak mendekati alat tangkap (Furevik 1994) oleh daya tarik umpan pada perangkap dan pancing yang berumpan (3) Reaksi ”nearfield” dan ”ingress” (Furevik 1994) untuk perangkap yang tidak berumpan (4) Reaksi bergerak melepaskan diri (Furevik 1994) untuk ikan yang telah tertangkap oleh perangkap. Penelitian mengenai tingkah laku ikan karang telah dilakukan dengan menggunakan Fyke net sebagai alat yang diuji. Fyke net merupakan alat yang bersifat pasif dan tidak menggunakan umpan sebagai media pemikat (Clavero et al. 2006). Sebagai pengganti media pemikat, alat ini menggunakan sayap untuk menggiring ikan masuk ke dalam mulut perangkapnya. Walaupun dioperasikan di dasar perairan, asal mula fyke net sebetulnya digunakan untuk menangkap ikan 41 pelagis yang bersifat bergerombol dan beruaya diperairan estuaria dan sungai (O’Neal 2006), namun hingga saat ini banyak digunakan untuk menangkap sidat (Poole et al. 2007). Dengan sayapnya, fyke net dapat lebih efektif mengarahkan gerak ikan yang bergerombol menuju mulut perangkap yang dimilikinya sehingga alat ini bekerja lebih efektif dibandingkan dengan jenis perangkap ikan lainnya misalnya minnow trap (Clavero et al. 2006). Lain halnya apabila ikan yang menjadi target penangkapan adalah ikan yang memiliki gerak yang terbatas dan bersifat individu atau berada dalam kelompok kecil yang umum dimiliki oleh ikan karang, sifat ikan ”nearfield” dan ”ingress” (Furevik 1994) yang sangat berperan dalam proses tertangkapnya ikanikan tersebut. Sifat ketertarikan akan benda asing (nearfield) pada ikan akan membuat ikan mendekati bahkan menyentuh benda tersebut. Sifat menerobos (ingress) pada ikan yang membuat ikan masuk ke dalam alat melalui pintu masuk yang tersedia tanpa harus terpikat oleh umpan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tempat dan waktu pengoperasian yang tepat bagi fyke net untuk dapat menangkap ikan target tertentu di wilayah terumbu karang dan untuk melihat apakah dimensi alat sudah cukup tepat untuk dapat memudahkan tertangkapnya ikan. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk kajian pola gerak ikan ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan bantuan kamera digital bawah air. Obyek yang menjadi sasaran adalah dua buah fyke net. Satu alat tangkap ditempatkan di dasar perairan sebelah luar tubir karang ke arah laut lepas pada kedalaman 7 – 10 m dan satu alat lainnya ditempatkan di laguna, yaitu perairan sebelah dalam tubir karang ke arah pantai pada kedalam 3 – 4 m . Pada kondisi air laut yang jernih yaitu pada saat tidak turun hujan alat tangkap masih tampak dari permukaan laut hingga 10 m. Apabila hujan turun maka air sungai yang terdapat di dekat lokasi penelitian akan membuat perairan menjadi keruh. Selain itu pada saat angin bertiup cukup kencang dan menimbulkan gelombang maka perairan akan menjadi keruh akibat turbulensi air 42 yang akan mengaduk perairan seingga partikel lumpur di dasar perairan dekat muara sungai akan naik. Agar supaya pada saat pengoperasian fyke net tidak terjadi kerusakan pada terumbu karang, alat ini ditempatkan dipaparan pasir/lumpur dengan jarak berkisar 2 hingga 5 m di luar tubir karang ke arah laut lepas dengan posisi menghadap tubir dan di padang lamun di dalam laguna karang yang jauh dari terumbu karang dengan posisi menghadap kepantai. Dengan demikian ikan-ikan karang yang tertangkap oleh fyke net adalah ikan yang aktif bergerak keluar dari terumbu karang pada waktu-waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan penelitian Stevenson (1972) yang menyatakan bahwa ikan karang memiliki teritori dengan pergerakan yang tidak jauh dari wilayahnya. Pengamatan dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dari atas sebuah perahu bercadik untuk fyke net yang dioperasikan secara berpindah-pindah sedangkan pengamatan untuk fyke net yang dioperasikan secara menetap dilakuan dari atas rakit pada lokasi penempatan fyke net (Gambar 19). PETA LOKASI PENEMPATAN FYKE NET Legenda: Lokasi penempatan fyke net Gambar 19 Lokasi penempatan fyke net (titik merah) di perairan terumbu karang Desa Parak 43 Dari 4 pola gerak ikan karang yang dikemukakan oleh Rounsefell dan Everhart (1962), yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam, pergerakan mengikuti pasang dan surut air laut, pergerakan secara acak, dan pergerakan secara musiman saat memijah, dalam penelitian ini diamati 2 pola gerak ikan demersal/karang, yaitu pergerakan mengikuti kondisi siang dan malam (diurnal atau nokturnal) dan pergerakan secara acak. Pengamatan pada pola gerak mengikuti pasang dan surut air laut dan pergerakan secara musiman tidak dilakukan karena memerlukan peralatan bantu berupa peralatan penandaan radio (radio tagging) yang dapat dimonitor dari jarak jauh. Peralatan ini tidak tersedia. Pola pergerakan ikan yang mengikuti kondisi siang dan malam dan pergerakan secara acak dilakukan langsung secara visual dan alat bantu kamera digital yang hanya pada siang hari dan dengan secara tidak langsung yang dianalisis dari hasil tangkapan fyke net yang diambil pada pagi hari (07.00) mewakili tangkapan malam hari dan pengambilan hasil pada sore hari (17.00) mewakili tangkapan siang hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Holzman et al. (2007) yang menyatakan bahwa jenis ikan karang yang memiliki sifat diurnal (aktif siang hari dan tidak akti di malam hari) berupa ikan karang planktivora telah menghilang (bersembunyi) kira-kira 1,43 jam sebelum matahari terbenam dan sifat nokturnal (aktif pada malam hari dan tidak aktif pada siang hari) misalnya ikan benthic feeder dan piscivora baru muncul sekitar 22 menit setelah matahari terbenam dan beristirahat 1,2 jam sebelum matahari terbit. Ikan-ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) adalah jenis ikan-ikan yang memakan terumbu karang, herbivora dan pemakan hewan invertebrata, sedangkan ikan-ikan carnivora beristirahat dan bersembunyi di sela-sela karang yaitu ikan famili Serranidae, Lutjanidae dan Haemulidae (Lowe-McConnel 1987; Gremli and Newman 1993) dan ikan yang menempati gua-gua karang yaitu ikan famili Holocentridae (Gremli and Newman 1993). Tinggi fyke net yang digunakan berkisar antara 1 – 1,2 m agar mudah dioperasikan dan karena menurut Holzman et al. (2007) pada malam hari ikan demersal umumnya bergerak pada kisaran yang terbatas, yaitu pada kisaran 2 m di atas permukaan dasar perairan dan sebahagian besar berada pada kisaran 1,2 m di atas permukaan dasar perairan sedangkan pada siang hari ketinggian renang ikan 44 demersal dari dasar perairan memiliki kisaran yang lebih besar sesuai dengan kemampuan renang ikan. Sebagai acuan untuk dapat mengetahui jenis ikan karang yang bersifat diurnal dan nokturnal serta kebiasaan makan dilakukan studi pustaka dan terangkum pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Waktu aktivitas dan kebiasaan makan beberapa jenis ikan karang Nama Ilmiah Abudafduf sp Acanthurus sp Amphiprion sp Apogon sp. Caesio sp Cephalopholis sp Chromis sp. Epinephelus sp. Myripristis sp. Lutjanus sp Plectorhyncus sp. Plotosus lineatus Priacanthus sp. Pterois volitans Sargocentron sp. Scarus sp. Waktu aktif Diurnal Nokturnal Kebiasaan makan herbivora herbivora invertivora karnivora planktivora karnivora planktivora karnivora karnivora karnivora invertivora karnivora karnivora karnivora karnivora herbivora Pustaka Kuiter 1992 Adey and Loveland 1991 Adey and Loveland 1991 Kuiter 1992; Allen 1999 Kuiter 1992 Gremli and Newman 2001 Adey and Loveland 1991 Gremli and Newman 2001 Nybakken and Bartness 2005 Kuiter 1992 Allen 1999 Kuiter 1992 Kuiter 1992; Allen 2000 Kuiter 1992 Gremli and Newman 2001 Adey and Loveland 1991 3.3 Hasil dan Pembahasan 3.3.1 Pola pergerakan ikan karang berdasarkan waktu siang dan malam Pada hasil tangkapan fyke net yang sesuai dengan waktu pengambilan alat terdapat perbedaan jenis ikan yang tertangkap pada siang dan malam hari. Hal ini tertera pada Tabel 2, Gambar 20 dan 21. Ikan-ikan yang tertangkap pada siang hari adalah ikan-ikan yang aktif bergerak di sekitar alat tangkap di dekat terumbu karang di antaranya yang dominan adalah Abudafduf vaigiensis (Pomacentridae), Caesio caerulaurea (Caesionidae), Gazza minuta dan Leiognathus bindus (Leiognathydae), Lutjanus fulviflamma (Lutjanidae), Parachaetodon ocellatus (Chaetodontidae) dan Platax teira (Ephippidae), Pterois volitans (Scorpaenidae). 45 Caesio caerulaurea walaupun banyak terlihat di sekitar fyke net namun tidak banyak yang tertangkap, mungkin karena mereka lebih senang bergerombol di bagian atas terumbu karang dibandingkan berada di dekat dasar perairan tempat alat tangkap tersebut terpasang. Jenis ikan lainnya misalnya Acreichthys tomentosus, Cheillinus fasciatus, Lactorina cornata yang tertangkap tidak terpantau berada di sekitar alat. Hal ini mungkin disebabkan ikan tersebut dapat tersamar oleh lingkungannya. Tabel 2 Hasil tangkapan fyke net berdasarkan waktu penangkapan Nama Lokal Kanakanari Sungkang Tombo-tombo Tombo-tombo Bua-bua Karapu Toma Tombo-tombo Kana-kanari Bete-bete Kudu-kudu Bete-bete Katamba Katamba Katamba sure Tammusu Sogo-sogo Tompangtompang Kepe-kepe Bibili Samelang Lela Jaraindong Boronang lumu Kasoo’ Beto Tiko Nama Ikan Nama Ilmiah Waktu tertangkap Siang Malam Abudafduf vaigiensis POMACENTRIDAE √ Acreichthys tomentosus MONACANTHIDAE √ Apogon margaritophorus APOGONIDAE √ Apogon chrysopomus APOGONIDAE √ Caesio caerulaurea CAESIONIDAE √ Centrogenys vaigiensis SERRANIDAE √ Cheilinus fasciatus LABRIDAE √ Cheilodipterus macrodon APOGONIDAE √ √ Dischistodus sp POMACENTRIDAE √ Gazza Minuta LEIOGNATHIDAE √ Lactoria cornata OSTRACIDAE √ Leiognathus bindus LEIOGNATHIDAE √ Lethrinus genivittatus LETHRINIDAE √ Lethrinus ornatus LETHRINIDAE √ Lutjanus decussates LUTJANIDAE √ Lutjanus fulviflamma LUTJANIDAE √ √ Myripristis pralinia HOLOCENTRIDAE √ Onigocia spinosa PLATYCHEPALIDAE √ Famili Parachaetodon ocellatus Platax teira Plotosus lineatus Pseudorhambus arsius Pterois volitans Syganus canaliculatus CHAETODONTIDAE EPHIPPIDAE PLOTOSIDAE BOTHIDAE SCORPAENIDAE SIGANIDAE √ √ √ Sphyraena barracuda Taeniura lymma Upeneus tragula SPHYRAENIDAE DASYATIDAE MULLIDAE √ √ √ √ √ √ 46 Proporsi tangkapan siang 11,5 21,6 21,4 5,1 30,5 Abudafduf vaigiensis Acreichthys tomentosus Caesio caerulaurea Cheilinus fasciatus Gazza Minuta Lactoria cornata Leiognathus bindus Lutjanus fulviflamma Parachaetodon ocellatus Platax teira Plotosus lineatus Pterois volitans Siganus canaliculatus Sphyraena barracuda Gambar 20 Proporsi hasil tangkapan fyke net pada operasi penangkapan siang hari. Proporsi tangkapan malam 11,4 7,1 5,7 8,5 14,9 10,6 18,4 Apogon chrysopomus Apogon timorensis Apogon sp Apogon margaritophorus Centrogenys vaigiensis Cheilodipterus macrodon. Lethrinus genivittatus Lethrinus ornatus Lutjanus decussatus Lutjanus fulviflamma Myripristis pralinia Gambar 21 Proporsi hasil tangkapan fyke net pada operasi penangkapan malam hari. Ikan-ikan yang banyak terlihat di padang lamun pada siang hari adalah beronang Siganus canaliculatus, ”lompa” (Thryssa sp.), belanak (Mugil sp.) tetapi ikan ini jarang tertangkap, sedangkan Sphyraena barracuda (Sphyraenidae) juga terlihat di padang lamun tetapi dalam kelompok kecil atau kadang terlihat sendiri tetapi ikan ini sering tertangkap. Pada malam hari tidak dilakukan pemantauan ikan di sekitar alat tangkap karena keterbatasan pada kemampuan alat bantu pemantau yang tidak memiliki kamera inframerah sehingga pola gerak ikan karang hanya diduga dari hasil 47 tangkapan oleh fyke net yang dioperasikan di dua tempat yang berbeda yaitu di luar tubir karang dan di dalam laguna. Jenis ikan hasil tangkapan pada malam hari adalah ikan-ikan piscifora yang bersifat nokturnal, yang didominasi oleh Apogonidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Serranidae dan Holocentridae yang dikenal sebagai penghuni gua-gua karang (Gremli dan Newman 2001). Dengan tertangkapnya ikan-ikan ini di luar daerah terumbu karang membuktikan bahwa pada malam hari ikan ini bergerak keluar dari terumbu karang mencari makan. Ada satu jenis ikan yang tertangkap pada malam hari juga tertangkap pada siang hari yaitu Lutjanus fulviflamma. Ikan ini merupakan ikan nokturnal tetapi pada siang hari juga banyak terlihat di tempat yang terlindung dari sinar matahari misalnya di bawah perahu yang sedang berlabuh atau benda-benda yang terapung di air, misalnya buah kelapa atau batang pohon. Lutjanus fulviflamma bersifat nokturnal karena dominan tertangkap oleh pancing nelayan di lokasi penelitian di daerah berkarang dengan kedalaman 30 m pada malam hari tetapi pada ikan yang berukuran kecil terlihat aktif di daerah laguna pada siang hari dan selalu berada di tempat teduh yang terlindung dari sinar matahari dibawah perahu atau benda yang terapung dan hanyut diperairan sehingga kalau fyke net dioperasikan di padang lamun pada siang hari maka ikan ini akan banyak tertangkap. Ikan ini terlihat sangat tertarik kepada benda asing (nearfield) sehingga keberadaan fyke net di perairan sangat menarik perhatiannya. Masuknya ikan ini ke dalam ”playground” fyke net terlihat dengan cara mengikuti arus dan setelah melihat celah pintu maka ikan ini bergerak masuk. Lethrinus genivittatus tertangkap oleh fyke net pada malam hari. Ikan ini juga merupakan ikan yang dominan tertangkap oleh sero di pesisir barat Pulau Selayar pada bulan Nopember - Desember. Oleh karena ikan ini aktif pada malam hari maka aktivitasnya di sekitar fyke net tidak dapat dipantau. Parachaetodon ocellatus tertangkap oleh fyke net yang dipasang dekat tubir karang pada siang hari. Dengan tertangkapnya ikan ini menandakan bahwa kondisi terumbu karang hidup di daerah penangkapan tersebut masih cukup baik karena makanan utama ikan ini adalah polip karang hidup (Allen 2000). Mekanisme masuknya ikan ini ke dalam fyke net tidak terpantau, tetapi melihat 48 jarak ikan ini tertangkap sekitar 20 m dari terumbu karang maka mungkin mereka sedang berpindah dari satu terumbu karang ke terumbu yang lain yang berada si sekitar paparan pasir tempat alat ini dipasang. 3.3.2 Pola pergerakan ikan karang secara acak Pada saat dilakukan pengamatan pada pintu masuk fyke net ada dua hal yang menjadi pertanyaan, yaitu pertama saat terlihat ada ikan yang masuk ke pintu fyke net maka pertanyaan yang timbul adalah mengapa ikan tersebut masuk dan apabila terlihat ikan menghindari pintu masuk maka pertanyaan kedua yang timbul adalah mengapa ikan tersebut menghindar. Sebagai alat tangkap yang pasif (menetap) yang tidak menggunakan umpan sebagai media pemikat, fyke net tentunya hanya mampu menangkap ikan-ikan yang bergerak aktif datang mendekat kemudian dengan sukarela masuk. Tetapi pada kenyataannya kebanyakan ikan tidak dengan sukarela masuk. Sehingga tentu harus ada mekanisme yang memaksa ikan tersebut untuk masuk. Pada awal penelitian ini dilaksanakan terlihat Lutjanus fulviflamma kecil dengan sukarela langsung masuk ke dalam fyke net yang sedang terpasang di kedalaman satu meter saat alat ini dalam persiapan pengoperasian. Tidak lama berselang seekor Sphyraena barracuda juga terlihat tanpa ragu langsung masuk. Di tempat lain terlihat gerombolan ikan pelagis kecil ”lompa” (Thryssa sp.) berkumpul di depan pintu sebuah sero kecil pada kedalaman 1,5 m dan tidak terlihat ada yang masuk. Peneliti berusaha menggiring ikan tersebut untuk masuk tetapi mereka tidak mau masuk dan bahkan sebaliknya mereka berani berenang melawan arah penggiringan dan keluar dari area penangkapan di ujung sayap. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa ada ikan yang dengan sukarela masuk ke dalam pintu jebakan sedangkan ikan lain walaupun dipaksa mereka tidak mau masuk seolah-olah mereka mengetahui bahwa pintu tersebut adalah pintu jebakan. Pada menjelang akhir penelitian ini peneliti mencoba memasang sebuah fyke net pada saluran air tambak yang pada saat itu sedang dikuras dan terlihat puluhan ikan belanak berkeliaran di dalam tambak. Secara logika tentunya pada saat air tambak telah habis terkuras, semua ikan yang ada di dalamnya akan tertangkap oleh fyke net tersebut tetapi pada kenyataannya tidak ada seekor ikan 49 belanak pun yang tertangkap. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana semua ikan tersebut dapat lolos. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka dilakukan evaluasi hasil-hasil pengamatan terhadap tingkah laku ikan dan kondisi perairan di sekitar fyke net yang mungkin dapat mempengaruhi perubahan pola gerak ikan. Pada pengamatan yang dilakukan di sekitar fyke net selama penelitian terpantau secara langsung tingkah laku dari beberapa jenis ikan di antaranya adalah Abudafduf vaigiensis, Lutjanus fulviflamma, Plotosus lineatus, Caesio caerulaurea, Mugil sp., Pterois volitans, Platax teira, Sphyraena barracuda. Abudafduf vaigiensis adalah ikan bersifat diurnal yang paling banyak terlihat di daerah paparan karang di sekitar fyke net. Ikan ini sering bergerombol di dekat permukaan air terutama kalau mereka tertarik pada umpan yang ditebar keperairan. Ikan ini yang banyak tertangkap oleh fyke net pada siang hari tetapi mereka mudah untuk keluar kembali saat alat ini ditarik ke permukaan air karena ukurannya yang kecil. Hal ini sesuai dengan pengamatan para penyelam yang melihat ikan-ikan di dalam fyke net yang begitu mudah mencari jalan keluar akibat jarak antara pintu masuk pertama dan kedua pada fyke net desain pertama yang terlalu dekat (2 m) serta berada ditengah dan dalam posisi yang sejajar serta lebar bukaan mulutnya yang terlalu besar (90 x 45 cm). Oleh sebab itu pada fyke net desain selanjutnya ukuran pintu masuk dibuat lebih kecil dan jumlahnya ditambah menjadi tiga buah agar lebih mempersulit bagi ikan untuk keluar melalui pintu utama dan walaupun posisi pintu masuk kedua dan ketiga masih sejajar namun diletakkan dekat dengan dinding atas agar tersedia ruang yang cukup luas bagi ikan di bagian bawah pintu masuk. Hal ini dikarenakan ikan-ikan yang tertangkap cenderung mencari jalan keluar pada bagian sisi yang dekat ke dasar alat. Caesio caerulaurea tertangkap oleh fyke net walaupun hanya beberapa ekor dari segerombolan besar ikan pada siang hari, sedangkan selebihnya terlihat berkeliaran di sekitar fyke net. Mungkin pada saat alat ini diangkat ke permukaan banyak ikan yang telah tertangkap tetapi dapat meloloskan diri melalui jalan masuk semula karena ikan yang tertangkap ditemukan berada di ruang pertama yang dekat dari pintu masuk utama. Ikan ini tertangkap oleh fyke net yang 50 dipasang sangat dekat dengan terumbu karang yang berada pada tubir karang karena ikan ini banyak bergerombol di daerah tersebut walaupun posisinya berada pada sisi bagian atas karang. Kedalaman renang ikan merupakan sifat yang sangat penting yang harus diketahui untuk dapat menangkapnya. C. caerulaurea jarang tertangkap oleh fyke net karena ikan ini cenderung berada di kolom air hingga dekat ke permukaan. Kisaran kedalaman renang ikan ini cukup besar sehingga hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan berapa ketinggian alat untuk dapat berada tepat pada jalur renangnya. Dari hasil rekaman pergerakan ikan di sekitar fyke net terlihat masih banyak ikan yang melintas di atasnya. Hal ini berarti ketinggian alat ini masih perlu ditambah. Cheilodipterus macrodon tertangkap oleh fyke net pada malam hari maupun siang hari. Ikan ini banyak terlihat di berenang kian kemari di bawah perahu yang sedang berlabuh di tepi pantai pada siang hari. Walaupun ikan ini terlihat sangat tertarik kepada benda asing namun terlihat selalu bergerak menjauh kalau ada gerakan benda di dalam air. Ikan ini memiliki area jelajah yang cukup luas di daerah terumbu karang karena selain di daerah laguna ikan tersebut juga tertangkap di luar daerah tubir karang. Melihat giginya yang panjang dan tajam ikan ini mungkin merupakan ikan predator yang ikut tertangkap karena mencari mangsa yang berada di dalam fyke net. Leiognathus bindus dan Gazza minuta merupakan jenis ikan demersal apabila dilihat dari bentuk tubuhnya yang pipih. Ikan ini memiliki daerah jelajah yang luas di daerah terumbu karang, mereka beruaya di sepanjang tubir karang dan ada yang naik ke paparan laguna karang hingga ke sekitar bibir pantai dan terlihat bergerombol di dekat permukaan air pada perairan berkedalaman 7 m. Ikan ini tertangkap oleh fyke net yang terpasang di dasar perairan di luar tubir karang pada kealaman 5 m dan didekat bibir pantai di kedalaman 2 m pada pagi hari. Mekanisme masuknya ikan ini ke dalam fyke net tidak diketahui tetapi dengan melihat banyaknya ikan yang tertangkap diduga ikan ini masuk secara bergerombol dengan panduan sayap fyke net. Mugil sp. dengan ukuran berkisar 20 cm banyak berkeliaran di padang lamun pada bulan Mei tetapi tidak ada yang tertangkap oleh fyke net. Oleh sebab 51 itu peneliti mencoba memasang fyke net disaluran (outlet) sebuah tambak yang sedang dikuras untuk dapat menangkap ikan tersebut. Pada saat air tambak masih tinggi banyak terlihat ikan tersebut berenang di dalam tambak dan pada saat air mulai surut ikan tersebut berupaya melompati pematang tambak namun gagal, tetapi ada yang mampu melompati alat tersebut sehingga dapat meloloskan diri. Setelah air tambak telah habis ternyata didapatkan tidak ada ikan belanak yang tertangkap. Hal ini sangat mengejutkan karena semua ikan belanak dapat meloloskan diri. Setelah diselidiki ternyata bingkai depan fyke net tersebut terganjal oleh sebuah batu bata yang membuat ada celah kecil di bawah alat tersebut tempat ikan-ikan mungkin meloloskan diri. Oleh sebab itu pada hari selanjutnya dilakukan lagi percobaan dengan kembali memasukkan air ke tambak yang sekaligus memasukkan ikan belanak. Kemudian dilakukan lagi ujicoba pemasangan alat di pintu air tersebut dan batu yang semula mengganjal disingkirkan. Setelah seluruh air tambak terkuras hasilnya 25 ekor belanak tertangkap dengan kisaran ukuran 20 -30 cm. Disimpulkan bahwa ikan tersebut mampu mendeteksi adanya benda asing yang menghadang dan sekaligus mampu mendeteksi celah pelolosan yang diduga memiliki aliran arus yang lebih cepat karena tidak terhalang oleh jaring dibandingkan aliran arus yang melewati pintu masuk fyke net tersebut. Dari kejadian tersebut diduga bahwa masuknya ikan ke dalam fyke net yang dioperasikan di laut lepas karena ada aliran air yang lebih cepat melalui pintu masuknya pada saat air laut menuju surut. Oleh sebab itu disarankan untuk menggunakan jaring bermata kecil pada corong pintu masuk fyke net dan menggunakan jaring bermata besar di bagian dinding dalam agar terjadi aliran arus yang lebih cepat yang terpusat pada pintu masuk alat tersebut sehingga akan menimbulkan “ingress” pada ikan. Plotosus lineatus adalah ikan yang bergerombol dan banyak terdapat di padang lamun. Ikan ini tertangkap oleh fyke net pada siang hari dalam jumlah yang cukup banyak dan memang pada saat penelitian ini dilaksanakan di lapangan ikan tersebut sangat banyak tertangkap oleh sero. Ikan ini juga menyebar hingga perairan cukup dalam di luar tubir karang dan tertangkap oleh fyke net pada paparan di luar tubir dan di lamun. 52 Pterois volitans tertangkap oleh fyke net pada siang hari karena ikan ini memang senang melekatkan diri ke bangunan (tiang pelabuhan) dan terlihat menyusuri dinding fyke net mungkin sedang mencari makanan yang menempel pada jaring atau mereka mimiliki sifat “nearfield” hingga tanpa disadari ikan tersebut masuk ke dalam alat ini. Platax teira adalah salah satu ikan diurnal yang mudah diamati gerakannya karena ikan ini bergerak lambat di perairan. Di daerah penelitian, jenis ikan ini sering terlihat berenang sendiri di dekat permukaan air pada perairan dengan kedalaman sekitar 6 m. Ikan ini juga biasa berenang secara berkelompok kecil hingga 6 ekor tetapi jarak setiap inividu cukup jauh. Masing-masing ikan bergerak secara acak dan tidak mengikuti gerakan ikan lain yang biasanya ikan dalam satu kelompok memiliki gerakan dengan arah yang hampir sama. Sungguhpun ikan ini sering terlihat di dekat permukaan air tetapi kenyataannya ikan ini tertangkap oleh fyke net yang terpasang di dasar perairan. Ikan ini tertangkap di daerah sebelah luar tubir dan di dalam laguna karang. Ikan ini bergerak lambat menyusuri sayap fyke net sambil mencari makan di dinding jaring yang sudah ditumbuhi alga hingga masuk ke pintu utama. Di depan pintu ikan ini terihat berhenti sejenak lalu kemudian secara perlahan masuk. Setelah di dalam ruangan pertama (playground) ikan ini tidak langsung masuk ke ruangan kedua tetapi berputar kembali menyusuri dinding jaring mencari jalan keluar. Oleh karena bentuk ruangan yang menyerupai daun keladi dengan pintu masuk pada pangkalnya maka pergerakan ikan selalu diarahkan ke pintu kedua yang berada di ujung daun dan akhirnya ikan ini masuk ke pintu kedua secara perlahan. Pola penyebaran ikan di wilayah terumbu karang secara horizontal hingga laguna dapat digambarkan berdasarkan hasil tangkapan fyke di dua lokasi tersebut (Tabel 3 dan Gambar 22) dan dari hasil pengamatan dapat diketahui sebaran ikanikan di daerah karang secara vertikal (Gambar 23) berikut ini. Pada Gambar 22 terlihat pola penyebaran beberapa jenis ikan di perairan karang mulai dari paparan pasir di luar tubir hingga laguna karang. Ikan-ikan Caesio sp, Myripristis sp. dan Parachaetodon sp. menyebar hanya di perairan berkarang di sekitar tubir. Sedangkan Cheilodipterus sp., Sphyraena sp., 53 Leiognathus sp. dan Platax teira menyebar hingga ke padang lamun di dalam laguna karang. Tabel 3 Hasil tangkapan fyke net berdasarkan daerah penangkapan Nama Ikan Nama Lokal Kanakanari Sungkang Tombo-tombo Tombo-tombo Bua-bua Karapu Toma Tombo-tombo Kana-kanari Bete-bete Kudu-kudu Bete-bete Katamba Katamba Katamba sure Tammusu Sogo-sogo Tompangtompang Kepe-kepe Bibili Samelang Lela Jaraindong Boronang lumu Kasoo’ Beto Tiko Daerah Penangkapan Nama Ilmiah Abudafduf vaigiensis Acreichthys tomentosus Apogon margaritophorus Apogon chrysopomus Caesio caerulaurea Centrogenys vaigiensis Cheilinus fasciatus Cheilodipterus macrodon. Dischistodus sp Gazza Minuta Lactoria cornata Leiognathus bindus Lethrinus genivittatus Lethrinus ornatus Lutjanus decussates Lutjanus fulviflamma Myripristis pralinia Onigocia spinosa Famili POMACENTRIDAE MONACANTHIDAE APOGONIDAE APOGONIDAE CAESIONIDAE SERRANIDAE LABRIDAE APOGONIDAE POMACENTRIDAE LEIOGNATHIDAE OSTRACIDAE LEIOGNATHIDAE LETHRINIDAE LETHRINIDAE LUTJANIDAE LUTJANIDAE HOLOCENTRIDAE PLATYCHEPALIDAE Tubir √ √ Laguna √ Parachaetodon ocellatus Platax teira Plotosus lineatus Pseudorhambus arsius Pterois volitans Syganus canaliculatus CHAETODONTIDAE EPHIPPIDAE PLOTOSIDAE BOTHIDAE SCORPAENIDAE SIGANIDAE √ √ √ √ √ √ √ √ Sphyraena barracuda Taeniura lymma Upeneus tragula SPHYRAENIDAE DASYATIDAE MULLIDAE √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Ikan melakukan gerak harian terkait dengan kegiatan mencari makan dan menghindar dari predator sedangkan migrasi secara musiman terkait dengan pemijahan. Ikan predator utama di perairan terumbu karang adalah ikan-ikan pelagis yang datang ke tempat tersebut untuk mencari makan ikan-ikan berukuran kecil (King 1995). Ikan predator yang banyak terlihat beruaya di sepanjang pesisir laguna adalah Sphyraena barracuda dan Caranx sp. Ikan ini berasal dari laut lepas di luar tubir karang tetapi justru tertangkap oleh fyke net di daerah 54 pesisir dibandingkan pada perairan dalam luar tubir karang yang menjadi habitatnya (Nybakken dan Bartness 2005). Cheilodipterus macrodon Caesio sp. Leiognathus sp. Myripristis sp. Sphyraena barracuda. Parachaetodon sp Platax teira Tubir Karang Terumbu karang Laguna Paparan Pasir Gambar 22 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara horizontal berdasarkan posisi tertangkap. Caesio sp Terumbu karang Pterois volitans Platax teira Tubir Karang Paparan Pasir Gambar 23 Pola gerak acak beberapa jenis ikan karang secara vertikal berdasarkan hasil pengamatan pada siang hari Ikan karang herbivora yaitu beronang (Siganus sp.), dan belanak (Mugil sp.) bergerak ke daerah estuaria (laguna) atau mangrove yang memiliki 55 produktivitas yang tinggi untuk mencari makanan. Pada saat penelitian ini dilaksanakan ikan-ikan herbivora yang berada dipesisir laguna adalah Mugil sp yang mulai terlihat pada bulan April masih berupa juvenile dengan ukuran kurang dari 2 cm dan pada bulan Juni sudah tertangkap oleh gillnet dengan ukuran berkisar 8 cm. Pada bulan Oktober telah banyak ikan yang tertangkap dengan ukuran berkisar 20 cm menggunakan gillnet, namun ikan ini susah untuk dapat ditangkap oleh fyke net karena kemampuannya untuk meloncat apabila mereka mendeteksi adanya rintangan oleh benda asing, misalnya sayap fyke net yang terbuat dari bahan yang lebih tampak dibandingkan gillnet di jalur renangnya. Menurut Mann (2000) ikan herbivora utama yang hidup di terumbu karang ada empat famili, yaitu: Pomacentridae (damselfishes), Scaridae (parrot fishes), Acanthuridae (surgeonfishes), dan Siganidae (rabbitfishes). Ikan Pomacentridae tinggal di area kecil pada terumbu karang yang mati. Mereka memakan dan menjaga alga yang tumbuh di tempat itu seolah-olah sedang berkebun alga. Fyke net banyak menangkap ikan jenis ini hanya di dalam laguna karang. Surgeonfishes, Parrot fishes dan rabbitfishes biasanya berada dalam kelompok yang besar mencari alga di wilayah yang luas di terumbu karang. Pada daerah yang dangkal di paparan karang dekat pantai, ikan herbivora berjumlah sedikit akibat pengaruh gelombang sehingga alga di tempat tersebut melimpah. Di daerah dengan kedalaman 2 – 10 m pertumbuhan karang subur dan memberikan tempat perlindungan yang bagus bagi ikan herbivora dari ikan predator sehingga alga di tempat ini tidak berkembang dengan baik. Sedangkan di kedalaman yang lebih besar keberadaan terumbu karang semakin berkurang sehingga tempat berlindung bagi ikan herbivorapun berkurang. Oleh sebab itu ikan herbivora di tempat ini sedikit dan tekanan pemangsaan pada alga berkurang (Mann 2000). Sungguhpun dikatakan bahwa jenis ikan-ikan ini berada pada perairan karang dengan kedalaman 2 hingga 10 m tetapi saat fyke net dioperasikan di wilayah tersebut ikan surgeonfish dan kakatua tidak banyak terlihat. Ikan beronang Signus canaliculatus terlihat banyak berkeliaran menjelang bulan oktober dan tertangkap oleh sero yang banyak terpasang di laguna karang, tetapi ikan tersebut tidak banyak yang tertangkap oleh fyke net. Hal ini mungkin disebabkan ikan tersebut dapat menghidarkan diri dengan melintas di sebelah atas 56 alat sehinggi ketinggian alat masih harus ditambah tetapi tidak melebihi tinggi tubuh nelayan agar alat ini mudah untuk diangkat ke atas geladak perahu yang digunakan dalam operasi penangkapan. Ikan pemakan polip karang adalah Chaetodontidae (butterfly fishes), Balistidae (triggerfishes), dan Tetraodontidae (puffers) (Mann 2000). Saat penelitian ikan jenis Chaetodontidae banyak terlihat di antara terumbu karang di sekitar tubir karang dan tertangkap oleh fyke net yang dipasang di sebelah luar tubir sedangkan jenis Tetraodontidae tertangkap di daerah laguna. 3.3.3 Sifat ”ingress” dan ”nearfield” pada ikan terhadap Fyke Net Pola gerak ikan di dalam fyke net yang dapat terpantau adalah pola gerak Platax teira sedangkan ikan jenis lain hanya terpantau saat berada di dekat alat ini dan yang telah berada di dalam. Masuknya ikan ke dalam sebuah alat jenis perangkap disebabkan oleh sifat ketertarikan ikan terhadap benda asing (sifat ”nearfield”). Ada ikan yang sengaja menabrakkan dirinya ke dinding jaring dan ada yang menyentuhnya secara lembut (Furevik 1994). Sifat lain adalah sifat menerobos (”ingres”) yang terjadi pada ikan yang menyebabkan ikan masuk kedalam perangkap dengan kondisi yang juga bermacam-macam. Pada perangkap ikan yang tidak berumpan, ikan famili Holocentridae dan Mullidae masuk ke dalam perangkap secara bergerombol sedangkan pada ikan kakatua (Scaridae) dan Priacanthidae masuk secara individu. Sementara Chaetodon sp dan Pseudopeneus maculatus akan berenang bolak balik pada pintu masuk apabila ada sesamanya berada di dalam perangkap tersebut (Furevik 1994). Pada penelitian ini sifat nearfield dapat terlihat pada ikan Lutjanus fulviflamma yang pada saat fyke net (tanpa sayap) disimpan di kedalaman satu meter untuk dilakukan pemasangan pelampung, ikan tersebut secara spontan mendekat ke fyke net dan akhirnya masuk melalui pintu utama alat tersebut dan tidak lama kemudian terlihat Sphyraena barracuda menyusul masuk. Masuknya ikan S. barracuda tersebut mungkin disebabkan mereka sedang mengejar L. filviflamma. Selanjutnya selain terpengaruh oleh faktor siang dan malam, keaktifan ikan-ikan karang juga terpengaruh oleh kondisi arus namun pada kedalaman lebih 57 dari 5 m akan sangat sulit untuk dapat mendeteksi apakah ikan itu bergerak karena dipengaruhi oleh arus air pasang atau oleh faktor lain, tetapi di daerah pesisir yang dangkal pengaruh pergerakan ikan oleh naik turunnya ketinggian air dapat terdeteksi. Menurut Stevenson (1972), pola gerak ikan karang terpengaruh oleh arus terutama pada arus yang cukup kuat (saat air laut menuju pasang maupun menuju surut). Pada ikan Eupomacentrus partitus, Poey (Pomacentridae), terlihat sangat aktif bergerak menyongsong arus untuk memakan plankton. Barlow (1981) juga menyatakan bahwa masuk dan keluarnya ikan di laguna karena mengikuti arus yang melalui ”pass”, yaitu parit yang terdapat di paparan lamun. Namun seberapa besar arus mempengaruhi pola gerak ikan karang lainnya memerlukan satu mempengaruhinya. penelitian tersendiri karena banyak faktor yang Setiap jenis dan ukuran ikan yang berbeda tentu akan memberi respon yang berbeda. Penelitian seperti ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dilakukan di lapangan karena kuat arus laut tidak bisa terkontrol setiap saat akibat adanya pergeseran waktu pasang setiap hari. 3.4 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Ikan yang tertangkap oleh fyke net di parairan karang adalah ikan yang aktif bergerak dan memiliki wilayah jelajah yang luas. Kisaran kedalaman gerak ikan karang dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan dimensi fyke net yang dioperasikan pada siang atau malam hari. Jenis ikan yang banyak tertangkap oleh fyke net adalah ikan yang memiliki sifat tertarik pada benda asing ”nearfield”. Diduga ada mekanisme alam yang memaksa ikan untuk bergerak masuk ke dalam fyke net salah satu diantaranya adalah arus yang bergerak masuk melalui pintu masuk yang mungkin dapat menimbulkan sifat ”ingress” pada ikan. 58 Saran Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh arus terhadap gerak ikan yang mungkin menjadi pemicu dalam merangsang ikan untuk masuk ke pintu fyke net. Perlu adanya penelitian lebih mendalam tentang jenis-jenis ikan karang yang bersifat ”nearfield” Perlu adanya penelitian lebih mendalam tentang kedalaman renang ikanikan karang. Daftar Pustaka Allen G. 1999. A Field. Guide for Anglers and Divers: Marine Fishes of South East Asia. Periplus Editions (HK) Ltd. 292 p. Adey WH. 1991. Dynamic Aquaria: Building Living Ecosystems. Academic Press,Inc. San Diego. 643 p. Barlow GW. 1981. Patterns of parental investment, dispersal and size among coral-reef fishes. P.65 – 85. In: Noakes DLG and Ward JA [eds]. 1981. Ecology and Ethology of Fishes. Dr. W. Junk Publishers The Hague, Boston. Bellwood DR and Wainwright PC. 2002. The History and Biogeography of Fishes on Coral Reefs p. 5 – 32. In Sale PF [ed]. Coral Reef Fishes: Dynamics and Diversity in a Complex Ecosystem. Academic Press San Diego, CA Clavero M, Blanco-Garrido F dan Prenda J. 2006. Monitoring small fish populations in streams: A Comparison of four passive methods. Fisheries Research 76: 243 – 251 Furevik, DM. 1994. Behaviour of Fish in Relation to Pots. P. 28 – 44. In: Ferno A and Olsen S. [eds]. Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance Estimation. Fishing News Books. Oxford, UK. Gabriel O, Lange K, Dahm E, and Wendt T [eds]. 2005. Von Brandt’s Fish Catching Methods of the World. 4th edition. Blackwell Publishing Ltd., Oxford. 523 p. 59 Gremli MS, and Newman HE. 2001. Insight Guides Undewater: Marine Life in the South China Sea. APA Publications GmbH and Co. verlag KG, Singapore. Godǿ OR. 1994. Factors affecting the reliability of groundfish abundance estimates from bottom trawl surveys. p. 166 – 199. In: Ferno A and Olsen S [eds]. Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance Estimation. Fishing News Books, Oxford. Holzman R, Ohavia M, Vaknin R, and Genin A. 2007. Abundance and distribution of nocturnal fishes over a coral reef during the night. Mar.Ecol.Prog.Ser. 342 pp. 205 – 215. (repositiories.cdlib.org/ postprint/3260/- ; 23 Agustus 2007). King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. 2nd ed. Fishing News Books. Oxford. 382 p. Kritzer JP and Sale PF. 2006. The Metapopulation Ecology of Coral Reef Fishes. p. 31 – 67. In: Kritzer JP and Sale PF [eds]. Marine metapopulations. Elsevier Academic Press, Burlingto MA. Lowe-McConnel RH. 1987. Ecological studies in Tropical Fish Communities. Cambridge University Press. Cambridge. 382 p. Mann KH. 2000. Ecology of Coastal Waters: With Implications for Management. 2nd ed. Blackwell Science, Massachusetts. 406 p. Nybakken JW, Bartness MD. 2005. Marine Biology: an ecological approach. 6th Ed. Pearson Education Inc. San Francisco. 579 p. O’Neal JS. 2006. Fyke Net (in Lentic Habitats and Estuaries). p. 411 – 424 In: Johnson DH, Shrier BM, O’Neal JS, Knutzen JA, Augerot S, O’Neal TA and Pearsons TN (eds). Salmonid Field Protocols Handbook: Techniques for Assessing Status and Trends in Salmon and Trout Populations. American Fisheries Society in Association with State of the Salmon, Portland, Oregon. (www.Stateofthesalmon.org/field protocols/downloads/ SFPH_supp.pdf; 14 Mei 2008). Poole WR, Rogan G and Mullen A. 2007. Investigation into the impact of fyke nets on otter populations in Ireland. Irish Wildlife Manuals, No. 27. National Parks and Wildlife Service, Department of Environment, Heritage and Local Government, Dublin, Ireland. Radakov DV. 1971(a). Study of fish behavior with a view to Achieving productive fishing. p. 10 – 13. In: Alekseev AP. [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques. Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem. 60 Radakov DV. 1971(b). Some Mechanisms of the Schooling Behavior of Fish. p. 10 – 13. In: Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques. Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem. Rounsefell GA. and Everhart WH. 1962. Fishery Science: Its Methods and Applications. John Wiley and Sons, Inc. Newyork. 444 p. Saburenkov EN and Pavlov DS. 1971. Swimming Speed of Fish. p.163-167. In: Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques. Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem. Stevenson RA. 1972. Regulation of Feeding Behavior of the Bicolor Damselfish (Eupomacentrus partitus Poey) by environmental factors. P. 278 – 302. In: Winn HE and Olla BL [eds.]. Behavior of Marine Animals. Vol. 2: Vertebrates Plenum Press, Newyork – London. 503 p. Vyskrebentsev BV. 1971. Role of Reflex Stimuli in the Behavior of Fish Near the Gear. p. 68 - 72. In: Alekseev AP [ed.]. Fish Behvior and Fishing Techniques. Israel Program for Scientific Translations, Jerussalem.