Etika Administrasi - Blog UB

advertisement
ETIKA ADMINISTRASI
Dosen: Hamidah NU, DR. MSI
Kelompok 2:
Andini Tirtanira
(125030407111046)
Diah Fitri M
(125030401111034)
Naca Ardila F
(125030400111079)
Salma Afifah
(125030400111075)
Riskha Ayu
(125030400111081)
Esa Wulanningtyas
(125030400111084)
Farahgita Langensari (125030400111090)
Kelas A
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Bisnis modern merupakan realitas yang sangat kompleks. Hal ini tidak hanya terjadi
pada bisnis makro, namun juga mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan
kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan
kompleksitas masyarakat modern. Karena bisnis merupakan kegiatan sosial, yang di
dalamnya terlibat banyak orang, bisnis dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 sudut
pandang berbeda, antara lain: sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut
pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal yang
terjadi dalam kegiatan ini antara lain tukar menukar, jual beli, memproduksi memasarkan,
dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Namun, perlu diingat
pencarian keuntungan dalam kegiatan berbisnis tidak hanya sepihak, tetapi diadakan dalam
interaksi. Pada kenyataannya, banyak pelaku bisnis di Indonesia tidak memikirkan tentang
hal tersebut. Mereka lebih cenderung untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
memikirkan kerugian pihak lain. Sebagai contoh, seseorang yang ingin menjual sepeda
motornya kepada seorang pembeli. Penjual tersebut menjual dengan harga tinggi. Padahal,
banyak kekurangan pada motor tersebut. Namun si penjual tidak mengatakan hal tersebut
kepada pembelinya. Dia tidak peduli dengan kerugian yang akan ditanggung oleh si pembeli.
Yang diinginkan penjual tersebut adalah mendapat banyak keuntungan. Hal ini hanya ada
satu pihak yang diuntungkan, sedangkan yang lain dirugikan.
Dengan tidak mengindahkan peranan sentral dari sudut pandang ekonomis, perlu
ditambahkan juga sudut pandang moral. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan
adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak
pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan
hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu
yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan
merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang
baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis
tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam
konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul
dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional.
Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam
hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada
masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan teknologi. Pada tahun 1985 di
Indonesia terjadi kasus menggemparkan dengan berita dalam media massa Internasional
tentang dibajaknya kaset rekaman yang memuat lagu-lagu artis kondang dan dibuat untuk
tujuan amal. Pada saat itu perbuatan tersebut menurut hukum yang berlaku di Indonesia
masih dimungkinkan, tetapi dari segi etika tentu tidak dibenarkan karena dua alasan, pertama
dengan pembajakan kaset ini, berarti melanggar hak milik orang lain, kedua pembajakan
lebih jelek lagi karena kaset itu berkaitan dengan maksud amal. Dapat dimengerti bila reaksi
di luar negeri terhadap pembajak Indonesia itu sangat tajam dan emosional.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar
pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika
bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan
pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung
jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat
oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor
lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara
lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor
tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika
dengan berbagai cara.
b. Permasalahan
1. Apakah pengertian Etika?
2. Bagaimana fungsi etika bagi para stakeholder?
3. Apakah pengertian etika bisnis?
4. Apaka ada Permasalahan etika dalam kehidupan antar stakeholder dalam bisnis?
c. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
diharapkan bermanfaat bagi kita semua. Dibuat untuk mengevaluasi hasil kerja kita
untuk dijadikan acuan dan diintervenkasikan di muka umum agar bisa dipahami dan
bisa disebar luaskan agar bisa berguna bagi orang lain.
Bisa memberikan gambaran tentang hasil kerja kita beserta contoh-contohnya dan
solusi dari masalah yang kita hadapi agar dapat menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan cepat dan tepat sasaran, jadi bisa lebih berguna lagi jika dari hasil kajiankajian ini ternyata bisa memberikan kepastian bagi orang lain sehingga bisa
menimbulkan gagasan baru atau semangat bekerja yang lebih tinggi bagi orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau
kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah
dilakukan.
Pengertian ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun suatu masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Pengertian ada dua makna:
- Pengertian etika yang pertama, identik dengan pengertian moralitas.
Moralitas berasal dari bahasa latin, mos (tunggal) atau mores (jamak) yang berarti
adat atau kebiasaan. Jadi etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai
system nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik yang kemudian terwujud
dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi
sebuah kebiasaan.
-
Pengertian etika yang kedua berbeda dengan moralitas.
Etika dalam pengertian kedua ini dipahami sebagai filsafat moral atau ilmu yang
menekankan pada pendekatan kritis dalam melihat dan memahami nilai dan norma
moral serta permasalahan-permasalahan moral yang timbul dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengertian ini berbeda dengan pengertian sebelumnya, karena tidak
berisikan nilai dan norma kongkret yang menjadi perbedaan hidup manusia.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok
Dengan demikian, sebagaimana dikatakan oleh Magnis Suseno, Etika adalah sebuah
ilmun dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita
harus hidup adalah moralitas. Sedangkan etika justru melakukan refleksi kritis atau
norma atau ajaran moral tertentu. Atau kita bisa juga mengatakan bahwa moralitas
adalah petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup.
Sedangkan etika adalah perwujudan dan pengejawantahan secara kritis dan rasional
ajaran moral yang siap pakai itu.Keduanya mempunyai fungsi yang sama, yaitu
memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini.
Jadi pada dasarnya, Etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat
dalam merealisasikan moralitas itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap
moralitas, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan
moralitas begitu saja.
Etika memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan
moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu diperintahkan oleh moralitas (nenek
moyang, orang tua, guru), melainkan karena ia sendiri tahu bahwa hal itu memang
baik baginya. Sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya
bertindak seperti itu.Etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak
secara otonom dan bukan heteronom.Etika bermaksud membantu manusia untuk
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakannya
selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena memang ada alasan-alasan dan
pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia bertindak begitu atau begini.
Pengertian Etika menurut beberapa ahli:
1. Menurut Drs. AW. Widjaja: 1994 dalam buku Etika Administrasi Negara Etika
administrasi di kalangan pegawai negeri tertentu disebut dengan kode etik. Misal
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki kode etik KORPRI yang disebut dengan Sapta
Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia dan Doktrin Korps Pegawai Negara
Indonesia
2. Menurut Ginandjar Kartasasmita, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas Etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral.
Administrasi adalah dunia keputusan dan tindakan. Etika bersifat abstrak dan
berkenaan dengan persoalan baik dan buruk, sedangkan administrasi adalah konkrit
dan harus mewujudkan apa yang diinginkan (get thejob done). Pembicaraan tentang
etika dalam administrasi adalah bagaimana mengaitkan keduanya, bagaimana
gagasan-gagasan administrasi —seperti ketertiban, efisiensi, kemanfaatan,
produktivitas— dapat menjelaskan etika dalam prakteknya, dan bagaimana
gagasangagasan dasar etika –mewujudkan yang baik dan menghindari yang buruk
itu—dapat menjelaskan hakikat administrasi.
3. Menurut Cooper (dalam Frederickson,1997:160) Etika merupakan dimensi yang
penting dalam administrasi negara . Etika dalam administrasi negara adalah aplikasi
dari prinsip-prinsip moral dalam perilaku pejabat pada sebuah organisasi publik atau
birokrasi. Pejabat negara menjalankan mandat kepentingan publik sehingga dalam
bertindak, membuat pernyataan, membuat keputusan, semuanya harus mencerminkan
nilai-nilai kepentingan publik bukan kepentingan pribadi atau golongan.
b. Fungsi Etika bagi Para Stakeholder
Stakeholders adalah orang-orang dan kelompok-kelompok yang menyediakan suatu
perusahaan dengan sumber daya yang produktif dan mempunyai suatu klaim terhadap
sumber daya nya. Ketika hukum itu tidak menetapkan bagaimana perusahaan perlu
bertindak, para manajer harus memutuskan apa yang merupakan hak atau cara etis
untuk bertindak terhadap orang-orang dan kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh
tindakan-tindakan mereka. Stakeholder merupakan orang-orang atau kelompok yang
secara langsung akan berpengaruh terhadap tindakan perusahaan dan manajernya.
Karena Stakeholder dapat secara langsung diuntungkan atau dirugikan oleh karena
tindakan perusahaan, maka etika perusahaan dan manajernya sangat penting untuk
Stakeholder.
Stakeholder yang paling utama bagi perusahaan:
- Stockholder Atau Pemegang saham
Pemegang saham mempunyai hak dalam perusahaan, karena ketika mereka
membeli saham perusahaan, mereka menjadi pemilik perusahaan, dan
memiliki hak untuk mendapatkan dividen.
- Manajer
Manajer merupakan stakeholder yang sangat vital karena mereka bertanggung
jawab untuk menggunakan modal dan sumber daya perusahaan untuk
meningkatkan kinerja dan harga saham perusahaan.
- Karyawan
- Para Pemasok Dan Distributor
Tidak ada perusahaan yang dapat beroperasi sendiri. Tiap perusahaan selalu
menjalin kerja sama dengan perusahaan lain untuk mensuplai input seperti bahan
baku, buruh kontrak, dan klien.
- Pelanggan Atau Konsumen
Konsumen merupakan stakeholder yang paling kritis. Perusahaan harus bekerja
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas untuk mendapatkan pelanggan yang
setia dan menarik bagi mereka.
- Lingkungan, Masyarakat, Dan Negara
Kesimpulannya semua bagian yanga ada dalam stakeholder perlu memahami bahwa
mereka adalah bagian dalam kelompok sosial yang besar. Setiap keputusan yang
mereka ambil dan tindakan yang dilakukan tidak hanya mempengaruhi mereka saja
tetapi juga mempengaruhi yang lain.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat
membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good
conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan.
Etika ini akan menuntun para stakeholder dalam menjalankan kegiatannya. Dengan
etika, para stakeholder mempunyai acuan untuk kegiatan bisnisnya agar tidak terlepas
dari kendali.
Beberapa fungsi etika bagi para stakeholder:
- Pengendalian diri
- Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
- Mampu menyatakan yang benar itu benar
- Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha kebawah
- Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
-
-
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
Etika juga digunakan tentunya dalam pengambilan keputusan dengan etis:
 Utilitarian Rule
Keputusan yang etis adalah keputusan yang menghasilkan kebaikan yang
terbesar untuk sebanyak-banyaknya orang.
 Moral Rights Rule
Keputusan yang etis adalah keputusan yang menjaga dan melindungi hak-hak
asasi dan hak istimewa setiap orang.
 Justice Rule
Keputusan yang etis adalah keputusan yang mendistribusikan keuntungan dan
kerugian di antara seluruh orang dan kelompoknya secara adil.
 Practical Rule
Keputusan yang etis salah satunya adalah manajer tidak memiliki keengganan
untuk berkomunikasi dengan masyarakat di luar perusahaan.
Dll
c. Pengertian Etika Bisnis
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian
yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan
secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud
dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich,1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika
bisnis sebagai batasan-batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilainilai moral masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam
setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005).
Pada kesempatan lain, ada juga yang mengemukakan pengertian etika bisnis secara
sederhana adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan berbisnis yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana menjalankan bisnis secara adil sesuai dengan
hukum yang berlaku, dan tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam bisinis seringkali ditemukan wilayah abu-abu yang
tidak diatur oleh hukum.
Dari berbagai pendapat diatas, ada banyak pengertian tentang etika bisnis. Yang
terpenting bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada kedudukan
yang pantas di dunia bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah berorientasi pada normanorma moral. Dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dia selalu berusaha dalam
kerangka ‘etis’, yaitu tidak merugikan siapapun secara moral.
Etika bisnis mempunyai prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar mempunyai standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar
kerja atau operasional perusahaan.
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi.
Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika
selalu mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini
dinilai baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk
bagi orang lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain
pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar, dan lain sebagainya.
Sony Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
1.
Prinsip otonomi
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2.
Prinsip kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis
tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3.
Prinsip keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
4.
Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle)
Pada prinsip ini, pebisnis dituntut agar menjalankan bisnis sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
5.
Prinsip integritas moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan,
agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orangorangnya maupun perusahaannya.
d. Permasalahan etika dalam kehidupan antar stakeholder Dalam Bisnis
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak perusahaan yang
menghalalkan segala cara. Praktek curang ini bukan saja merugikan masyarakat, tapi
perusahaan itu sendiri sebenarnya.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi
kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan
saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan
oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktek bisnis yang
terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan
kerapkali diwarnai praktek-praktek tidak terpuji atau moral hazard.
Berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan contoh pelanggaran etika
dalam kegiatan bisnis di Indonesia :
1.
Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Contoh pelanggaran tersebut seperti sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan yang
pailit akhirnya memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun dalam
melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesangon sebagaimana yang
diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan X dapat
dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum.
2.
Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran
baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan
sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga
setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar. Disamping itu tidak ada informasi
maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu kepada wali murid. Setelah didesak
oleh banyak pihak, yayasan baru memberikan informasi bahwa uang itu dipergunakan untuk
pembelian seragam guru. Dalam kasus ini, pihak yayasan dan sekolah dapat dikategorikan
melanggar prinsip transparansi.
3.
Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan
yang akan mendaftar PNS secara otomotis dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah
seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena
menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola, dalam hal ini direktur, sehingga segala hak
dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri
tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A
akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan
melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit
4.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Yogyakarta melakukan rekrutmen untuk tenaga baby
sitter. Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke negaranegara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang dikeluarkan
pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B yang tertarik
dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 7 juta
untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan training,
B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika
dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari
kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip
pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya
diberangkatkan ke negara lain tujuan untuk bekerja.
5.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan properti ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin
membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling
perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya
membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya. Sementara
konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali
akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat
perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang
ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya
sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan
perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua
orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera
pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan properti tersebut telah
melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder
(konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.
6.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah
perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatan
pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalam
pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan
tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan
sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat
dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan
yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang
7.
Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah X dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar angsuran mobil
sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada
pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan
respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung
mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih
diangsur itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan
tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat mengkategorikan pihak
perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya
pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak
dan tepat.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal.
Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa
memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya. Faktor lain yang membuat pebisnis
melakukan pelanggaran antara lain :
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2. Ingin menambah pangsa pasar
3. Ingin menguasai pasar.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh
paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah
iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkann
produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk
menjelek-jelekkan produk iklan lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Etika adalah sikap kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan
moralitas itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka etika tidak
bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.
2. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing
dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus
selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika ini akan menuntun para stakeholder dalam
menjalankan kegiatannya. Dengan etika, para stakeholder mempunyai acuan untuk kegiatan
bisnisnya agar tidak terlepas dari kendali.
3. Etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis
yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara
ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan
kegiatan bisnis.
4. Permasalahan yang sering dihadapi antar stakeholder dalam dunia bisnis adalah
pelanggaran etika bisnis. Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia
bisnis. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak perusahaan yang
menghalalkan segala cara. Praktek curang ini bukan saja merugikan masyarakat, tapi
perusahaan itu sendiri sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://capoeiranakbrantakan.blogspot.com/2012/03/makalah-etika-administrasi-bisnis.html
http://dimasnova.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika-administrasi.html
http://edhoo91.blogspot.com/2010/11/etika-administrasi.html
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6308263269.pdf
http://ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id=160:stakeholdersdan-etika-&catid=58:pengantar-manajemen&Itemid=54
http://jeanecutepink-jeane.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika.html
Download