BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Filsafat Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab ﻓﻠﺴﺔ, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea 1 2 (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat. Ini memang ada alasannya, karena dunia barat (Erofa barat) dalam alam-alam fikirannya berpangkalkan kepada pikiran Yunani. Di tanah Yunani, atau setidak-tidaknya di daerah yang dimasukan ke dalam wilayah Yunani, adalah sudah lama sebelum permulaan tahun Masehi ahli fikir Yunani yang mencoba menerka tekateki alam. Mereka mau mengerti apakah yang menjadi asal mula alam yang melingkunginya itu serta dengan isinya. 1 Namun selain pendapat di atas yaitu mengenai kemunculan filsafat di Yunani, ada pula yang beberapa pendapat yang membuktikan bahwa sebenarnya perkembangan filsafat Yunani dipengengaruhi oleh perkembangan kebudayaan daerah-daerah yang berada disekitarnya. Karena beberapa perkembangan awal peradaban Yunani kuno (sebelum abad ke-5 M) tersebut pada dasarnya mendapatkan beberapa pengaruh dari kebudayaan Mesir kuno, Mesepotamia dan Babilonia Munculnya peradaban baru di Yunani memang dirasakan mengejutkan. Hal ini karena berbagai unsur yang membentuk peradaban sebenarnya sudah hadir ribuan tahun sebelumnya di Mesir kuno dan Mesopotamia, dan dari sana menyebar ke negeri-negeri tetangga. Peradaban Mesir dan Babilonia, yang berdiri di sekitar sungai-sungai besar, pada dasarnya bersifat pertanian. Penyebaran peradaban ini dimungkinkan karena adanya perdagangan, yang pada awalnya hampir seluruhnya bersifat maritim. Penyebaran ini antara lain berlangsung lewat pelaut-pelaut dari Pulau Crete, yang lalu sampai ke Yunani. 1 Prof. I. R. Poedjawijatna, Pembimbing, ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, Rineka Cipta 2002, Cet kesebelas, hal;22 3 Aritmatika dan semacam ilmu geometri sudah dikenal di kalangan orang Mesir kuno dan Babilonia, namun umumnya dalam bentuk yang sederhana. Namun, penalaran deduktif dari premis-premis umum adalah hasil inovasi orang Yunani. 2 Namun perbedaan kemunculan filsafat pertama kali bukanlah sesuatu yang mengejutkan, hal ini bisa saja terjadi karena pada dasarnya setiap daerah atau wilayah saling memberi pengaruh terhadap pola pemikiran wilayah lainnya yang didasari pola kehidupan masyarakat pada waktu itu. Perkembangan filsafat yang berasal dari kebudayaan Mesir kuno, Mesepotamia, dan Babilonia memanglah tidak banyak ditemukan oleh kami dalam mereferensikan makalah ini. Hal ini disebabkan kurang besarnya pengaruh pemikiran filsafat Babilonia dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat. Karena perkembangan filsafat Barat yang diajarkan di universitas-universitas besar di Erofa dan daerah jajahan-jajahan mereka sangat dipengaruhi oleh pemikiran falsafi orang Yunani kuno dengan filsuf-filusf besar mereka seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. Namun kami akan mencoba memfresentasikan beberapa hal yang yang kami temukan sebagai bahan diskusi dalam pertemuan kali ini. B. IDENTIFIKASI MASALAH Perkembangan pesat pemikiran yang terjadi pada masa Yunani dengan tokoh-tokoh filusuf terkenalnya seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles menginsfirasi perkembangan filsafat pada masa-masa sesudahnya. Hal tersebut juga sangat berdampak signifikan dalam 2 Satrio Aris Munandar, sebagai tugas mata kuliah Filsafat Yunani, yang diajar oleh Vincensius J. Jolasa, Ph. D, di program S-3 Ilu Filsafat, FIB-UI 4 perkembangan kebudayaan dan pengetahuan di zaman sekarang ini, karena perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini di dunia barat merupakan hadir dari pemikiran filusuf-filusuf zaman Yunani. Namun, kemahsyuran karya para filsuf Yunani tidaklah menjadi ukuran bahwa perkembangan filsafat tidak terjadi di daerah-daerah lainnya. Karena sebelum perkembangan filsafat bangsa Yunani begitu dominan ada beberapa bukti yang menunjukan perkembangan pemikiran mereka dipengaruhi oleh pemikiran bangsa-bangsa sebelumnya seperti Mesir kuno dan Babilonia. Sehingga dirasakan sangat perlu untuk mempelajari perkembangan pemikiran Bangsa Babilonia dan pengaruhnya terhadap pemikiran yang dihasilkan oleh bangsa Yunani. C. TUJUAN PENULISAN Dalam penulisan makalah ini pemakalah mempunyai tujuan: 1. Mengenal dengan baik sejarah perkembangan bangsa Babilonia sebagai salah satu bangsa kuno yang mempunyai peradaban maju di dunia. 2. Memahami pola-pola pemikiran bangsa Babilonia dan pengaruh yang diberikannya kepada pemikiran bangsa Yunani. 3. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Filsadat Sains dan Tekhnologi mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Administrasi Pendidilkan. BAB II KAJIAN TEORI Dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (1792-1750 SM) menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia. 5 Literatur Bangsa Babylonia dibangun dengan sangat bagus dan rekaman cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan agama, sejarah dan ilmu pengetahuan sangat berkembang pada masa itu. Obat-obatan, kimia, alchemy, botany, matematika dan astronomi juga dipraktekkan. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform ini berasal dari kebudayaan Sumer yang lebih tua. Mereka juga mengembangkan bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform (berbentuk baji). Tulisan ini ditulis di tanah lempung yang basah dan dibakar dibawah terik matahari. "Dongeng tentang penciptaan" bangsa Babylonia ditulis dalam tujuh lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun baru di Babylon. Lembaran-lembaran tersebut mengisahkan tentang kesuksesan Tuhan Kota Babylon, Marduk dan bagaimana Marduk bisa menjadi tuhan tertinggi, raja semua tuhan yang ada di surga dan bumi Babilonia adalah wilayah yang berdekatan dengan mesir, wilayah Babilonia yang sekarang kita kenal dengan Irak merupakan bangsa yang telah memiliki peradaban tinggi. Perkembangan peradaban Bangsa Babilonia terbagi menjadi tahap, yaitu: 1. Babilonia lama Bangsa Babilonia Lama (3000 SM) Raja Babilonia I adalah Hamurabi (+1900 SM) Hasil Kebudayaan bangsa Babilonia I adalah : a. Codex Hamurabi, Codex Hammurabi adalah hukum atau undang-undang yang di buat oleh raja Hammurabi. Hukum ini dibuat pada prasasti batu yang tingginya 8 kaki atau sekitar 2,5 m dan diletakan ditengahtengah kota Babilonia. yang berisi : larangan main hakim sendiri, sehingga keamanan dan keadilan masyrakat dijunjung tinggi dan juga Hukum perdata dan Pidana. b. Konsep kepercayaan bangsa Babilonia I telah mengenal dewadewa. Dewa Marduk merupakan Dewa Utama Kerajaan Babilonia I hancur setelah mendapat serangan dari Bangsa Asyiria 6 2. Babilonia baru Nebopalasar sebagai pendiri kerajaan Babilonia baru. Babilonia mencapai kejayaan pada masa Nebukadnezar (612-536 SM) Hasil kebudayaan Babilonia baru adalah: a. Taman gantung dan Istana Bertingkat Taman gantung babilonia (The Hanging Garden)adalah taman yang didirikan oleh peradaban Babilonia diatas bukit-bukit buatan.Taman-taman tadi dikatakan taman gantung, karena jika dilihat-lihat seolah-olah taman itu menggantung. Namun, dalam literature Babylonia, tidak ditemukan adanya rekaman sejarah tentang taman bergantung, dan laporan yang sangat deskriptif berasal dari ahli sejarah bangsa Yunani. Dalam lembaran tanah liat yang berasal dari periode Nebukadnezar, deskripsi tentang istananya, kota Babylon dan dindingnya ditemukan, tetapi tidak ada satupun referensi yang ditemukan tentang taman bergantung. Sebagian ahli sejarah percaya bahwa legenda taman bergantung hanyalah cerita campuran tentang taman dan pohon palm di Mesopotamia, istana Nebukadnezar, the tower of Babel, dan ziggurats yang diceritakan oleh tentara Alexander ketika mereka kembali ke kampung halamannya. b. Menara Babilonia, menara ini tidak pernah selesai karena pekerjanya berselisish faham karena tidak mengerti bahasa masing- masing. Babilonia baru melanjutkan kebudayaan Babilonia lama dan Sumeria mereka telah mengenal ilmu perbintangan: gerhana Matahari dan Bulan. Kerajaan Babilonia berakhir (+ 536 SM). 3 3 Tholabul Ilmi with Eko. Blogger 7 A. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BANGSA BABILONIA: 1. Aritmatika dan Ilmu Geometri Aritmatika dan semacam ilmu Geometri yang sudah dikenal di kalangan bangsa orang Mesir dan Babilonia. Pada umumnya penemuan mereka masih sangat bersifat sederhana. Namun, penalaran dedukatif dari premis-premis umum adalah hasil inovasi dari orang Yunani. 4 2. Astrologi Bangsa Babilonia Ahli astronomi bangsa Babylonia telah lama dikenal unggul di dunia peradaban kuno. Beberapa ribu tahun sebelum Copernicus, mereka telah menyadari bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk bulat dan bahwa mereka berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini mereka dapat secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak pelajar modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan teori bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan pergerakan dari bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang kompleks dari peradaban Bangsa Sumeria. Bangsa Babylonia nampaknya tidak memiliki pemahaman tentang teori dasar dari formula ini, hanya mengetahui bagaimana menggunakannya saja. 5 4 5 Ibid http://www.pureinsight.org/pi/index.php?news=122 Dikirim oleh Admin, Tanggal 2008-06-25 Jam 04:30:08 8 3. Sains Bangsa Babilonia adalah bangsa kuno yang juga memberikan subangsih besar dalam masalah sains. Hal ini yang kemudian menjadi dasar pemikiran para filsuf Yunani dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Diantara karya besar bangsa Babilonia dalam bidang sains adalah pembagian hari menjadi 24 jam, pembagian lingkaran menjadi 360 derajat, siklus gerhana (yang bisa memastikan tanggal gerhana bulan, dan memperkirarkan tanggal gerhana matahari). Karya pemikiran bangsa Babilonia tersebut kemudian menjadi bahan yang dipelajari oleh filsuf Yunani, Thales. Thales dari Militus (sekitar 625 – 545 SM) adalah filsuf pertama zaman Yunani kuno. Ia adalah pedagang pertama yang melakukan perjalanan ke Mesir ia kemudian memperoleh pengetahuan geometri dan ke Mesopotamia untuk mempelajari Astronomi. Ia dihormati atas kemampuannya meramalkan terjadinya gerhana matahari. Ia pun mengenal mitos penciptaan alam semesta yang dianut oleh bangsa Mesir dan Babilonia. 4. Agama Bertand Rusel dalam tulisannya mengemukakan, agama bangsa Mesir dan Babilonia, sebagaimana kepercayaan kuno lainnya, pada mulanya berupa kultus kesuburan. Bumi adalah betina, matahari jantan. Lembu jantan lazimnya disebut dengan kesuburan pria sehingga dewa-dewa lembu banyak yang dipuja dan disembah. Di Babilonia, Isthar adalah dewa bumi yang tinggi kedudukannya diantara dewi-dewi lainnya. Ketika kaum koloni Yunani di Asia Kecil menemukan kuil-kuil pemujaan Ishtar, mereka menamainya Artemis dan mengambil alih kultus yang ada. Ini adalah asal-usul Diana dari Ephesia, yang merupakan sebutan Latin untuk Artemis. Penganut Nasrani 9 kemudian mentransformasikannya menjadi Perawan Maria, yang kemudian dilegitimasikan menjadi “Mother of God.”. Seperti halnya di seluruh Asia Barat, dewa yang agung dipuji dengan pelbagai nama. 6 Penggambaran dan pencitraan dewa dewi seperti layaknya manusia sebenarnya merupakan konsekuensi dari kenyataan historis bahwa dewa-dewi yang diyakini adalah ciptaan atau kreasi dari manusia. 5. Seni tulis menulis Seni tulis menulis untuk pertama kalinya ditemukan di Mesir kira-kira pada tahun 4000 SM, dan di Babilonia tidak lama kemudian. Di masing-masing itu tulisan bermula dari gambargambar yang objek yang di acu. Gambar-gambar tersebut dengan cepat mengalami konsevsionalisasi, sehingga kata-kata lantas ditampilkan dengan indigrom-indigrom seperti masih terdapat di Cina. Dalam jangka ribuan tahun, system yang bertele-tele ini berkembang menjadi tulisan alfabetis. Bangsa Yunani mengenal dan mempelajari seni tulis menulis dari bangsa Phoenicia. Bangsa Phoenicia dalam hal seni tulis menulis di pengaruhi oleh bangsa Mesir dan Babilonia. Bangsa Yunani, dengan meminjam dari bangsa Phoenicia, merombak abjad-abjad itu agar sesuai dengan bahasa mereka, dan melakukan penyempurnaan penting penambahan huruf-huruf hidup terhadap alphabet yang hanya terdiri dari huruf mati. Ditemukannya metode penulisan yang praktis ini tak layak lagi telah mendorong perkembangan peradaban Yunani. 7 Angka-angka Babilonia dulunya ditulis dalam bentuk cuneiform (bentuk runcing), menggunakan alat tulis dari tanaman 6 Bertand Russel, “Sejarah filsafat Barat: Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002. Hlm. 5. 7 Browsing internet 10 reed berujung runcing untuk menulis di atas sepotong tanah liat yang mana akan dijemur di matahari untuk mengeraskannya untuk membuat rekaman permanen. Orang-orang Babilonia menggunakan sistem angka sexagesimal (basis 60) yang diambil dari Sumeria. Karena sudah jelas sistem mereka memiliki sistem desimal dan mereka menggunakan 60 sebagai satuan terkecil kedua, bukannya 100 seperti yang kita gunakan sekarang, makanya lebih tepatlah kalau sistem ini dianggap sebagai sistem campuran dari basis 10 dan basis 6. Sexagesimal masih ada sampai saat ini, dalam bentuk derajat, menit, dan detik di dalam trigonometri dan pengukuran waktu. 8 B. Perkembangan alam pikiran manusia pada zaman Babilonia Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan pertanyaan tersebut mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang atau kenapa gunung dapat meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal itu kemudian timbul pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan pengindraan, penalaran dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan kemajuan zaman maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmuah. Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yaitu kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam 8 Wikipwdia Indonesia 11 semesta ini sebagai ruangan setengah bola dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit serta bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka mengenal ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu). 9 BAB III KESIMPULAN Sebagai kesimpulan di ulasan pertama ini yakni pengantar kepada filsafat Babilonia dapatlah diketahui bahwa filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis, tentang objek yang abstrak logis, kebenarannya hanya dipertanggungjawabkan secara logis pula. Filsafat Babilonia berdasarkan bukti-bukti yang didapat menunjukan pengaruh besarnya terhadap perkembangan pemikiran bangsa yunani, Thales yang menjadi filsuf pertama pada masa Yunani kuno menghasilkan pemikiran yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran bangsa Babilonia. Hal ini terjadi sebelum munculnya trio filsuf terkenal yunani yakni Socrates, Plato dan Aristotels. Sumbangan-sumbangan besar dari pemikiran bangsa Babilonia seperti masalah Astronomi, sains,dan tulis menulis sangat mempengaruhi perkembangan pengetahuan pada masa sesudahnya. Hanya saja karena pemikiran tersebut didasari oleh pengaruh tradisi dan mitos menyebabkan hasil pemikiran mereka tidak dipergunakan secara penuh. Tetapi tetap saja pondasi-pondasi awal dari pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan zaman-zaman sesudahnya sedikit banyak diambil dari pemikiran bangsa Babilionia. 9 Sumber www.setiabinausaha.ac.id filsafat babilonia 12 Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa bangsa Babilonia baik Babilonia lama dan Babilonia baru adalah bangsa yang sudah mempunyai peradaban maju dengan banyak penemuan-penemuan di masanya. Karya-karya arsistektur berupa Codex Hamurabi, jembatan gantung dan menara Babilonia tidak mungkin ada tanpa ditunjang oleh kemajuan peradaban dan pemikiran. Daftar Pustaka 1. Aris Munandar, Satrio, sebagai tugas mata kuliah Filsafat Yunani, yang diajar oleh Vincensius J 2. Bertand Russel, “Sejarah filsafat Barat: Kaitannya Dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002. 3. http://www.pureinsight.org/pi/index.php?news=122 Dikirim oleh Admin, Tanggal 2008-06-25 Jam 04:30:08 4. I. R. Poedjawijatna, Prof., Pembimbing, ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, Rineka Cipta 2002 5. Tholabul Ilmi with Eko. Blogger 6. www.setiabinausaha.ac.id filsafat babilonia 13 FILSAFAT BABILONIA Dibuat sebagai bahan presentasi pada mata kuliah Filsafat Sains dan Tekhnologi Dosen Pembimbing: Dr.Nurhamid Sayuti, M.Sc Di Susun Oleh: Tulus Suratno Hadi Prana Abadi Hj. Umul Fitri Lizza Ayu Dita PROGRAM STUDY MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH DR. HAMKA (UHAMKA) JAKARTA 2010