BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo
Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk
mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan kekebalan tubuhnya. Jumlah
sel darah putih ikan lele dumbo yang diuji dalam penelitian ini pada minggu
ketiga, yaitu minggu terakhir aklimatisasi dihitung jumlahnya dan dirata-rata
sebagai jumlah awal sel darah putih ikan lele dumbo, yaitu sebanyak
96.125 sel/ml (Lampiran 6). Sejalan dengan pendapat Bond (1977), yaitu jumlah
sel darah putih pada ikan normal berkisar antara 20.000-150.000 sel/ml.
Jumlah Sel Darah Putih
600000
500000
400000
A = Vitamin A
300000
B = Vitamin C
200000
C = Vitamin E
D = Vitamin A,
100000
C, dan E
0
3
4
5
6
Minggu KeKeterangan : a. Minggu ke-3 merupakan minggu pemeliharaan dengan pakan komersil
b. Minggu ke-4 merupakan minggu pemeliharaan dengan pakan yang telah
tambahkan vitamin
c. Minggu ke-5 dan ke-6 merupakan minggu saat bakteri pseudomonas
fluorescens telah diinfeksikan
Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
Pada Gambar 4 terlihat bahwa selama penelitian jumlah sel darah putih
pada minggu keempat meningkat yang menunjukkan bahwa pemberian vitaminvitamin mampu meningkatkan jumlah sel darah putih karena vitamin sebagai
imunostimulan efektif dalam menstimulasi produksi sel darah putih sesuai dengan
pernyataan Sohne (2000) dalam Alifuddin dkk. (2001). Sedangkan peningkatan
jumlah sel darah putih pada minggu kelima dan keenam selain karena peran
vitamin sebagai imunostimulan juga menunjukkan bahwa ikan tersebut sedang
mengalami infeksi bakteri. Jumlah sel darah putih terbanyak terlihat pada
perlakuan D, perlakuan dengan pemberian kombinasi vitamin A, C dan E.
Tingginya jumlah sel darah putih pada perlakuan ini karena kombinasi fungsi
vitamin A berperan dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit (Linder
1992) dan vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun nonspesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005). Sedangkan jumlah
sel darah putih terendah terlihat pada perlakuan C, perlakuan dengan pemberian
vitamin E. Rendahnya jumlah sel darah putih pada perlakuan C (vitamin E)
dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan vitamin A, vitamin C
maupun vitamin kombinasi karena vitamin E berperan untuk meningkatkan
jumlah trombosit/keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah serta
berperan dalam menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang
menginduksi perbanyakan sel darah putih. Oleh sebab fungsinya yang tidak
langsung berdampak terhadap sel darah putih maka vitamin E membutuhkan
waktu dalam meningkatkan jumlah sel darah putih.
Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa ikan uji yang diberi
pakan dengan vitamin A dan kombinasi vitamin A, B dan C memberikan
pengaruh yang nyata terhadap penambahan jumlah sel darah putih (Lampiran 7).
Hasil uji berjarak Duncan pada taraf 5% memperlihatkan bahwa perlakuan A
(vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) berbeda nyata terhadap
perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E).
Tabel 1. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Minggu Ke-4
(Pemeliharaan Dengan Pakan yang Telah Ditambahkan Vitamin)
Jumlah Sel Darah Putih
Perlakuan
(sel/ml)
Notasi
Pada Minggu Ke-4
A (Vitamin A)
b
408.000
B (Vitamin C)
a
271.500
C (Vitamin E)
a
255.125
b
D (Vitamin A, C dan E)
435.000
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah sel darah putih pada perlakuan A
(vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) menghasilkan jumlah sel
darah putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B (vitamin C) dan C
(vitamin E). Tingginya jumlah sel darah putih pada perlakuan A (vitamin A),
karena vitamin A berperan dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit
(Linder 1992), sedangkan pada perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E)
merupakan kombinasi fungsi vitamin A yang berperan dalam menstimulasi
produksi dan maturasi limfosit (Linder 1992) dengan vitamin C yang berperan
dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit
(Johnny dkk. 2005).
Pada perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E) memiliki jumlah sel
darah putih yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan A (vitamin A) dan
D (kombinasi vitamin A, C dan E), karena vitamin E berperan untuk
meningkatkan jumlah trombosit/keping darah yang berfungsi dalam pembekuan
darah serta berperan dalam menghasilkan protein kekebalan yang disebut
interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel darah putihsehingga dibutuhkan
waktu yang cukup lama untuk vitamin E dalam meningkatkan jumlah sel darah
putih. Sedangkan belum diinfeksikannya bakteri pada ikan lele dumbo membuat
vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit
oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005) belum benar-benar terlihat, diduga
pula bahwa konsentrasi vitamin C dalam penelitian ini konsentrasinya kurang
dalam meningkatkan jumlah sel darah putih.
Pada minggu Ke-5 dan Ke-6 setelah penginfeksian bakteri, hasil analisis
sidik ragam jumlah sel darah putih dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf
5% (Lampiran 8 dan Lampiran 9) memperlihatkan bahwa perlakuan A (vitamin
A) tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C) dan D (kombinasi vitamin
A, C dan E). Perlakuan B (vitamin C) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A
(vitamin A) dan C (vitamin E) namun berbeda nyata dengan perlakuan D
(kombinasi vitamin A, C dan E). Perlakuan C (vitamin E) berbeda nyata dengan
perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C). Perlakuan D (kombinasi vitamin
A, C dan E) berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E)
namun tidak berbeda dengan perlakuan A (vitamin A).
Tabel 2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Minggu Ke-5 dan
Ke-6 Setelah Penginfeksian Bakteri
Jumlah Sel Darah Putih (sel/ml)
Perlakuan
Notasi
Minggu Ke-5
Minggu Ke-6
A (Vitamin A)
bc
423.875
426.625
B (Vitamin C)
ab
351.500
355.375
C (Vitamin E)
a
277.500
281.000
D (Vitamin A, C dan E)
c
474.750
478.000
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa jumlah sel darah putih pada perlakuan
A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) lebih tinggi dari perlakuan
B (vitamin C) dan C (vitamin E). Sama seperti minggu ke-4 (sebelum
diinfeksikan bakteri), namun pada minggu ke-5 dan ke-6 memperlihatkan bahwa
perlakuan B (vitamin C) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (vitamin A)
yang tidak sama dengan minggu ke-4 (sebelum diinfeksikan bakteri yang diberi
pakan dengan penambahan vitamin). Hal ini terjadi karena vitamin C yang
berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan
monosit (Johnny dkk. 2005) sudah mulai terlihat oleh karena bakteri sudah
diinfeksikan sehingga jumlahnya meningkat lebih banyak, tidak sama dengan
perlakuan C (vitamin E) yang hanya meningkat sedikit jumlahnya yaitu sebesar
22.375 sel/ml dari minggu ke-4 (sebelum diinfeksikannya bakteri) dan tetap
menjadi perlakuan dengan jumlah sel darah putih terkecil, dapat terlihat selisih
jumlah sel darah putih tesebut pada Tabel 4 berikut:
Tabel 3. Peningkatan Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo pada Setiap
Perlakuan
Jumlah Sel Darah Putih (sel/ml)
Perlakuan
Selisih (sel/ml)
Minggu Ke-4
Minggu ke-5
A (Vitamin A)
408.000
423.875
15.875
B (Vitamin C)
271.500
351.500
80.000
C (Vitamin E)
255.125
277.500
22.375
D (Vitamin A, C dan E)
435.000
474.750
39.750
Vitamin A dan vitamin C sebagai bahan imunostimulan dalam penelitian
ini bekerja menekan komponen sistem kekebalan tubuh sejalan dengan pendapat
Agrawal dan Singh 1999. Vitamin A yang berfungsi dalam menstimulasi produksi
dan maturasi limfosit (Linder 1992), vitamin C yang berperan dalam menstimulasi
respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005),
sedangkan vitamin E meningkatkan jumlah dan agragasi trombosit juga berperan
menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi
perbanyakan sel darah putih (Combs 1998) sehingga dapat diduga bahwa
kombinasi ketiganya meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami yang membuat
sel darah putih dalam tubuh lebih agresif melawan dan mencegah infeksi dari
berbagai macam mikroorganisme (Linder 1992) yang dalam hal ini adalah bakteri
Pseudomonas. Pada penelitian ini terlihat bahwa kombinasi ketiganya
meningkatkan sel darah putih yang paling tinggi dari pada perlakuan masingmasing vitamin. Sel darah putih pada ikan merupakan bagian penting dari sistem
pertahanan tubuh yang bersifat non-spesifik. Sel-sel ini berfungsi untuk
memangsa pathogen yang masuk ke dalam tubuh.
1.2
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Lele Dumbo
Grafik kelangsungan hidup harian selama masa infeksi (Gambar 5)
memperlihatkan bahwa pemberian vitamin A, C, E maupun kombinasi vitamin
ketigannya bekerja dengan baik dalam menjaga ketahanan ikan lele dumbo
terhadap infeksi Pseudomoniasis. Terlihat bahwa setelah hari kedelapan
penginfeksian, kelangsungan hidup ikan lele dumbo menjadi stabil.
Gambar 2. Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Harian
Nilai perhitungan rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo
(Lampiran 10) selama masa penginfeksian disajikan dalam grafik pada Gambar 6
berikut :
Gambar 3. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Dengan
Pemberian Vitamin yang Berbeda
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan lele
dumbo tertinggi sebesar 97.5% terdapat pada perlakuan D yaitu perlakuan dengan
penambahan kombinasi vitamin A, C dan E dalam pakan. Tingginya tingkat
kelangsungan hidup pada perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) karena
selain menambah jumlah sel darah putih yang meningkatkan imunitas sehingga
melindungi tubuh dari serangan bakteri, vitamin A bermanfaat dalam mendukung
proses pembaharuan kulit atau regenerasi sel-sel kulit (Linder 1992), vitamin C
dapat mempercepat proses penyembuhan luka dengan merangsang prolin dan lisin
dalam pembentukkan kolagen (Muray et al. 1999), serta vitamin E yang berperan
dalam memelihara integritas semua sel termasuk kulit (Combs 1998), sehingga
kombinasi ketiganya sangat baik dalam meningkatkan kelangsungan hidup.
Sedangkan tingkat kelangsungan hidup yang terendah terdapat pada ikan lele
dumbo dengan perlakuan C yaitu perlakuan dengan penambahan vitamin E pada
pakan, hal ini terjadi karena fungsi vitamin E yang hanya dapat memelihara
integritas semua sel termasuk kulit (Combs 1998) juga berperan menghasilkan
protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel
darah putih membutuhkan waktu dalam prosesnya, sehingga perlindungan dari sel
darah putih dalam maningkatkan imunitas terhadap infeksi kurang efektif.
Vitamin A, C dan E dalam penelitian ini selain meningkatkan sel darah
putih, juga berfungsi dalam melindungi kulit dengan memelihara fungsi sel dan
perkembangannya terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan
mengeluarkan sel mukus atau lendir (Linder 1992) yang sebagaimana diketahui
bahwa lendir pada ikan merupakan pelindung tubuh pertama yang bekerja dari
serangan benda asing di luar tubuh, selain itu vitamin C dapat mempercepat reaksi
kelompok
hidroksilasi
dengan
formulasi
kolagen
dalam
pemeliharaan
keseimbangan alami kulit (Mahardika et al. 2004). Terlihat dari gejala klinis yang
terjadi saat penelitian, dimana pada setiap perlakuan didominasi oleh ikan uji
dengan gejala bercak merah saja dan hanya beberapa yang terkena kerusakan
lebih lanjut.
Hasil analisis sidik ragam nilai rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan
lele dumbo menyatakan bahwa keempat perlakuan tidak memberikan perbedaan
yang nyata (Lampiran 11), namun nilai persentase hasil uji statistik (Tabel 5)
memperlihatkan perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) dalam penelitian ini
memberikan kecenderungan kelangsungan hidup yang tertinggi yaitu sebesar
97,5%.
Tabel 4. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo
Tingkat
Jumlah Ikan
Jumlah Ikan
Perlakuan
Kelangsungan
Awal (No)
Akhir (Nt)
Hidup (%)
A (Vitamin A)
20
19,3
96,3
B (Vitamin C)
20
18,0
90,0
C (Vitamin E)
20
17,5
87,5
D (Vitamin A, C dan E)
20
19,5
97,5
1.3
Gejala Klinis Ikan Lele Dumbo
Pengamatan gejala klinis ikan lele dumbo yang diinfeksi dengan bakteri
P. fluorescens dilakukan dengan melihat kerusakan yang timbul pada permukaan
kulit tubuh ikan lele dumbo.
Pada kurun waktu 24 jam setelah dilakukan penyuntikan bakteri
P. fluorescens belum muncul gejala klinis pada permukaan kulit tubuh ikan lele
dumbo, namun ikan lele dumbo terlihat bergerak lambat. Pada hari ke-2
pengamatan, gejala klinis muncul dengan terlihatnya bercak merah pada
permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo (Gambar 7) sebagai tanda bahwa bakteri
sudah beradaptasi dan mendegradasi jaringan kulit ikan lele dumbo dengan tujuan
mencari nutrisi untuk kelangsungan hidupnya.
Gambar 4. Bercak Merah pada Kulit Ikan Lele Dumbo
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Pada hari ketiga setelah penginfeksian, terjadi kerusakan pada sirip dan
kulit serta permukaan tubuh menghasilkan lendir yang berlebih (Gambar 8) yang
mengindikasikan bahwa bakteri telah berhasil memperbanyak diri sehingga
kerusakan kulit pada ikan lele dumbo lebih banyak.
Gambar 5. Kerusakan Sirip dan Kulit Ikan Lele Dumbo
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Pada hari kelima setelah penginfeksian, perut ikan lele dumbo menjadi
kembung dan terlihat pendarahan didalamnya (Gambar 9). Infeksi bakteri yang
banyak telah mengalami fase stasioner sehingga pendegradasian jaringan berhasil
hingga masuk ke dalam tubuh dan mulai menginfeksi organ dalam ikan lele
dumbo seperti hati, usus dan ginjal.
Gambar 6. Pendarahan, Perut Kembung
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Pada hari keenam setelah penginfeksian, sirip dan ekor ikan lele dumbo
rontok serta terjadi pendarahan pada tubuh ikan lele dumbo (Gambar 10). Bakteribakteri yang telah menginfeksi ikan lele dumbo akan mengalami fase kematian
sehingga memerlukan nutrisi lebih banyak untuk kelangsungan hidupnya yang
mengakibatkan baik tubuh ikan lele dumbo bagian luar maupun bagian dalam
rusak hebat, seperti ekor yang membusuk dan pendarahan pada organ dalam
tubuh.
Gambar 7. Sirip dan Ekor Busuk Serta Pendarahan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Penambahan vitamin A, C dan E pada pakan ikan lele dumbo,
memberikan kelangsungan hidup yang relatif tinggi hingga akhir penelitian. Ini
menunjukkan bahwa vitamin A, vitamin C maupun vitamin E bekerja dalam
meningkatkan ketahanan ikan lele dumbo.
Vitamin A dapat menstimulasi respon imun dengan membuat sel darah
putih serta antibodi dalam tubuh lebih agresif melawan dan mecegah infeksi
antigen juga memelihara fungsi sel dan perkembangannya pada kulit terutama sel
goblet yang mengeluarkan sel mukus atau lendir (Linder 1992) yang sebagaimana
diketahui bahwa lendir pada ikan merupakan pelindung tubuh pertama yang
bekerja dari serangan mikroorganisme di luar tubuh yang membahayakan, serta
mempertahankan perkembangan epiteal sehingga mempecepat penyembuhan
luka.
Vitamin C mempunyai fungsi meningkatkan respon imun non-spesifik
dengan membantu mempercepat produksi sel darah putih (Johnny et al. 2005),
juga mempercepat reaksi kelompok hidroksilasi prolin dan lisin dalam
pembentukan kolagen guna memelihara keseimbangan alami kulit beserta
jaringannya sehingga mempercepat penyembuhan luka (Mahardika et al. 2004).
Vitamin E memiliki fungsi meningkatkan jumlah dan agragasi trombosit
dan memelihara integritas membran semua sel termasuk pada kulit (Combs 1998)
sehingga dapat terhindar/meminimalisir apabila akan terjadi pengrusakan.
Setelah terjadi fase kematian bakteri di hari kedelapan, kelangsungan
hidup ikan lele dumbo mulai stabil. Setelah hari kedelapan, ikan lele dumbo yang
hidup merupakan ikan dengan gejala klinis bercak merah dan kerusakan pada sirip
(Gambar 11). Hal ini membuktikan bahwa vitamin A, C, E maupun kombinasi
vitamin A, C dan E mampu meningkatkan imunitas ikan lele dumbo sehingga
menghambat bakteri dalam memberikan kerusakan yang lebih parah pada
permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo.
Gambar 8. Kerusakan Kulit dan Sirip Ikan Lele Dumbo
pada Akhir Penelitian
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Secara garis besar gejala klinis setiap perlakuan yang timbul selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:
Tabel 5. Gejala Klinis yang Timbul Selama Penelitian
Gejala Klinis
Perlakuan
1
2
3
A (Vitamin A)
x
B (Vitamin C)
x
x
x
C (Vitamin E)
x
x
x
D (Vitamin A, C dan E)
x
-
4
x
-
Keterangan : 1. Bercak merah (ringan)
2. Kerusakan sirip dan kulit (sedang)
3. Pendarahan (parah)
4. Sirip dan ekor busuk (sangat parah)
Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa kerusakan sangat parah terjadi pada
perlakuan C (perlakuan dengan penambahan vitamin E) dengan gejala klinis sirip
dan ekor busuk. Keseluruhan ikan lele dumbo selama penelitian mengalami gejala
becak merah (ringan) pada hari kedua setelah penginfeksian dan menyebabkan
kematian pada semua perlakuan sebanyak 1 – 2 ekor. Kerusakan sirip dan kulit
(gejala sedang) yang terjadi pada hari ketiga menyebabkan empat ekor ikan lele
dumbo
pada perlakuan B (vitamin C) mati. Perut kembung dan pendarahan
(gejala parah) yang terjadi pada hari kelima menyebabkan satu ekor ikan lele
dumbo pada perlakuan B (vitamin C) dan lima ekor ikan lele pada perlakuan C
(vitamin E) mati. Sirip dan ekor busuk disertai pendarahan (gejala sangat parah)
yang terjadi pada hari keenam menyebabkan empat ekor ikan lele dumbo pada
perlakuan C (vitamin E) mati. Ikan lele dumbo yang hidup disetiap perlakuan
hingga akhir penelitian merupakan ikan dengan gejala klinis bercak merah (gejala
ringan).
Penambahan kombinasi vitamin A, C dan E kedalam pakan menjadi lebih
baik dalam membantu meningkatkan ketahanan ikan lele dumbo terhadap
penyakit Pseudomoniasis baik dari dalam tubuh (peningkatan jumlah sel darah
putih) maupun dari luar tubuh, yaitu ketahanan sel-sel pada kulit serta mukosa
(gejala klinis).
Pada Tabel 7 berikut merupakan hasil pengamatan dari beberapa
parameter yang diamati dengan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui
efektivitas penambahan vitamin yang dapat mencegah infeksi penyakit
Pseudomoniasis.
Tabel 6. Efektivitas Penambahan Vitamin Kedalam Pakan Terhadap Jumlah Sel
Darah Putih, Kelangsungan Hidup, dan Gejala Klinis Untuk Mencegah
Penyakit Pseudomoniasis
Parameter yang Diamati
Perlakuan
Jumlah Sel Darah Putih Kelangsungan Hidup Gejala
(sel/ml)
(%)
Klinis
A (vitamin A)
423.875
96,3
1
B (vitamin C)
351.500
90,0
3
C (vitamin E)
277.500
87,5
4
D (vitamin A, C dan E)
474.750
97,5
1
Keterangan : 1. Bercak merah (ringan)
2. Kerusakan sirip dan kulit (sedang)
3. Pendarahan (parah)
4. Sirip dan ekor busuk (sangat parah)
Pada Tabel 7 di atas terlihat bahwa perlakuan D (perlakuan dengan
penambahan kombinasi vitamin A, C dan E kedalam pakan) merupakan perlakuan
terbaik yang menghasilkan jumlah sel darah putih dan nilai kelangsungan hidup
tertinggi serta gejala klinis ringan, yaitu bercak merah. Pada Tabel 7 tersebut
dapat dilihat pula bahwa vitamin A (perlakuan A) paling efektif dibandingkan
vitamin C dan E yang digunakan pada penelitian ini dalam mencegah infeksi
penyakit Pseudomoniasis, terlihat dari besarnya jumlah sel darah putih dan
tingginya kelangsungan hidup, serta gejala klinis yang ringan yaitu bercak merah
dibandingkan vitamin C dan E yang mencapai kerusakan parah hingga sangat
parah yaitu pendarahan serta pembusukan pada ekor dan sirip.
Download