TOLERANSI Oleh Muhammad Isro’ Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memperjuangkan cita-cita idiologi kepentingan dan agama sudah diatur dengan undang-undang. Dalam setiap pengamalan ajaran-ajaran Islam yang penuh tata cara dan aturan, harus pula berjalan sesuai dengan koridor norma dan etika yang ada di dalamnya. Dua muslim bersaudara yang sama-sama memperjuangkan cita-cita dan tujuannya, harus saling menghormati dan menghargai upaya dan jerih payah yang dilakukannya. Dalam setiap rivalitas seringkali dapat menyeret gesekan pemaksaan kehendak dalam menyampaikan kepentingan, cara-cara yang dilakukan bahkan seringkali menggunakan ejekan, dan penghinaan untuk menjatuhkan rivalitas lawan. Dalan meraih simpati, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menjatuhkan rivalitas lawan apalagi sesama saudara muslim yang kebetulan berbeda dalam memperjuangkan tujuan dan cita-cita politiknya. Memperjuangkan kepentingan politik, seringkali terbentur dengan berbagai perbedaan dan persepsi dan visi yang ada dalam kelompoknya. Kendati hal itu menyangkut sesama muslim yang sama-sama memperjuangkan kepentingan politiknya, dapat memunculkan rivalitas dan persaingan yang terkadang menjadi rawan bagi masa akar rumput pengikutnya. Islam mengajarkan untuk berpolitik secara santun dan beretika. Upaya-upaya untuk mendukung salah satu jago calon presiden dan wakil presiden terkadang tidak dapat terhindari lagi. Rasa legowo para calon pimpinan bangsa dituntut lebih didahulukan untuk berlaku jujur, adil dan menghargai sesama calon dengan toleransi yang lebih terukur. Pengalaman adanya saling tuding, pukul dan provokasi antar pengikut akar rumput, menjadi pengalaman pahit dalam pergesekan kampanye harus menjadikan instrospeksi diri. Terutama sesama muslim yang memiliki jalan perjuangannya sendiri. Kerukunan antar umat beragama, terutama sesama muslim menjadi dambaan umat untuk menciptakan suasana lingkungan yang lebih kondusif dalam memikirkan dan menyiapkan calon pimpinan bangsanya dengan rasa tenang. Umat yang mengaku muslim sebaiknya terus-menerus mengingatkan pada dirinya sendiri agar tidak terjerumus dalam upaya tarik-manarik kepentingan,, agar dapat terhindar dari upaya fitnah dan penistaan agamanya. Corong dan mimbar kampanye merupakan media untuk melontarkan kata-kata dan tindakan, di sanalah dapat terjadi kelakuan baik dan buruk, yang berbau ajakan atau fitnah. Dan memperalat agama untuk kepentingan sesaat. Dengan mendatangkan keributan dan perselisihan antara umat, antara sesama muslim hanya akan membinasakan bagi yang berselisih. Masing-masing hanya akan menderita kerugian bagi diri sendiri. Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan,”….orang-orang sebelum kalian dulu berselisih sehingga mereka celaka”. Karena itu biarkan perbedaan menjadi hikmah yang dapat mengantarkan kepentingan yang lebih besar. . Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, hadits:10) Siapa muslim yang terbaik? Diriwiyatkan dari Abu Musa r.a. , dia berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw. “Ya Rasulullah siapa muslim yang terbaik?” beliau menjawab, “Muslim yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain.” (Diriwayatkan Al Bukhari, hadis:11). Menghindari fitnah adalah bagian dari Islam., karena Rasulullah selalu mengingatkan agar umat pengikutnya terus berupaya dan menjaga penampilan dirinya agar tidak mendatangkan fitnah bagi orang lain. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudriy r.a., dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda,”Akan tiba suatu masa di mana harta yang terbaik bagi seorang muslim adalah kambing yang dia gembalakan di puncak-puncak gunung dan di lembah-lembah tempat hujan turun, yang dengan itu dia menyelamatkan agamanya dari berbagai fitnah”. (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, hadis :19) Urusan yang terpenting saat ini adalah berupaya agar dapat mendatangkan dan mengantarkan pimpinan umat yang tidak berbuat kelaziman. Pilih calon pimpinan yang terbaik, dan ingatkan mereka terhadap kezaliman yang bahanya akan mendatangkan kesengsaraan yang berkepanjangan. Diriwiyatkan Abu Sa’id Al Khudriy: “Ketika orang-orang mukmin selamat dari neraka, mereka ditahan di suatu jembatan yang melintang antara surga dan neraka. Di situlah mereka saling mendapat pembalasan atas kezaliman yang mereka lakukan di dunia. Apabila mereka sudah dibersihkan dari dosa dengan mendapat pembalasan tersebut, maka mereka diizinkan masuk surga. Demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya! Penghuni surga lebih mengenal tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya di dunia”.(A Bukhari hadis: 2440. Ingatlah firman Allah: “Ingatlah! Laknak Allah menimpa orang-orang yang zalim.” (Al Quran, Surat Huud:18)*** Sumber: Suara Muhammadiyah Edisi 14 2004