PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

advertisement
PENILAIAN DAN KUNCI
PENGELOLAAN LAHAN BASAH:
Studi Kasus Daerah Eks PLG 1 Juta Hektar di Kalimantan
B. Mulyanto, B Sumawinata, Darmawan dan Suwardi
Pusat Studi Lahan Basah, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,
Phone 0251-629360, Fax 0251 629 358 Email: soilipb @indo.net.id
PENDAHULUAN
Rasional
- 
- 
- 
- 
Lahan basah merupakan wilayah strategis bagi Indonesia
Berpotensi tinggi untuk berbagai usaha
Sampai saat ini sebagian lahan basah telah di huni oleh penduduk
Namun, sebagian besar masyarakat yang tinggal di lahan basah
kesejahteraannya perlu ditingkatkan.
-  Kunci pemberdayaan masyarakat antara lain meningkatkan
produktivitas lahan,
-  Sementara itu perkembangan lahan basah dari suatu tempat ke
tempat lain dapat berbeda oleh karena karakteristik lahannya
berbeda, dan teknik penglolaannya berbeda.
Tujuan
-  Sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan dikembangkan sistem
penilaian lahan basah untuk menentukan kunci-kunci pengelolanya
bagi pemberdayaan masyarakat yang mengandalkan kelangsungan
hidupnya pada lahah basah.
METODOLOGI
Pengumpulan data
citra satelit (landsat TM)
Konsep Penilaian
Lahan
Penentuan
kunci-kunci
interpretasi
Koreksi geometrik dan
radiometrik
Klasifikasi dan delineasi
tipologi lahan basah
Tipologi lahan basah
Survei lapangan
Reinterpretasi citra
Penentuan Kunci
Pengelolaan Lahan
input teknologi
(reklamasi)
respon negatif
respon positif
daerah berkembang daerah mala-kembang
(developed area) (mal-developed area)
Karakteristik Kunci Lahan Basah Indonesia
Sebagai Dasar Sistem Penilaian
- 
- 
- 
- 
- 
- 
Terbentuk karena pembentukan cekungan (cth: laguna, danau). Di dalam
cekungan terbentuk sedimen bahan mineral atau bahan organik
(gambut).
Karakteristik bahan mineral yang menjadi dasar sedimen organik
tergantung lingkungan pengendapan dan bahan yang diendapkan (pyritic
sediment dan non pyritic sediment).
Sebagian besar lahan basah di Indonesia merupakan membentuk kubah
(dome).
Gambut di Indonesia umumnya terbentuk dari tumpukan bahan organik
dari hutan tropika basah, berukuran kasar sampai halus.
Komposisi ukuran fraksi organik beragam memungkinkan porositas
gambut sangat besar.
Bentuk kubah dan porositas yang besar ini merupakan konstruksi yang
sangat rapuh.
Batasan masing-masing tipologi lahan basah
Tipologi Lahan
basah
Uraian
D1
Lahan basah yang pada tanah yang berkembang dari sedimen yang tidak mengandung
pirit (non pyritic sediment)
D2
Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka
secara tradisional, dan paritnya kurang lebih tegak lurus sungai atau laut, sekitar 3-5
km dari sungai atau laut.
D3
D4
MD1
MD2
MD3
MD4
UD
Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka
untuk lahan transmigrasi, ditanami dengan tanaman keras (pekarangan, perkebuman
rakyat)
Lahan basah yang berkembang pada tanah dari sedimen yang mengandung pirit, yang
dibuka oleh untuk perkebunan (estate) atau hutan tanaman.
Lahan yang berada pada tanah dari sedimen yang tidak mengandung pirit, yang tidak
berkembang oleh karena masalah lain, termasuk masalah
yang disebabkan oleh air
masam yang ditimbulkan oleh daerah lain
Lahan yang tidak berkembang oleh karena lahan pada tanah dari sedimen berpirit
(pyritic sediment), dan input teknologi menyebabkan produksi asam dan sampai
sekarang ancaman asam ini belum selesai. Daerah semacam ini umumnya ditumbuhi
oleh purun kudung dan bersuksesi menjadi gelam
Lahan yang dikembangkan di atas tanah yang berkembang dari sedimen berpirit,
berproduksi sangat terbatas, oleh karena produksi hanya keluar dari pekarangan. Lahan
usahanya tidak digarap oleh karena problem asam masih ada.
Lahan yang dibuka, telah didrainase namun tidak dikerjakan lebih lanjut
Lahan yang tidak menerima input teknologi
INFORMASI DASAR
Informasi dasar yang
digunakan sebagai dasar
klasifikasi dan deliniasi
adalah :
- Data spasial (citra landsat TM )
- Data penggunaan lahan
- Data Iklim
- Data tanah
- Data Kependudukan
- dsb
Teknik Interpretasi
(1) Citra komposit band 5, 4, dan 2 dari citra landsat TM (Juli 2000)
diinterpretasi secara visual dengan menggunakan software ArcView
GIS 3.2,
(2) Identifikasi setiap ciri pola yang tampak pada layar monitor dengan
teknik zoom in untuk memperjelas kenampakan dan sekaligus
identifikasi kombinasi dari kisaran spektral (warna),
(3)
Penarikan batas setiap tipologi lahan yang dijumpai berdasarkan
kesamaan kenampakan ciri pola dan kombinasi kisaran warna dengan
cara digitasi on-screen.
Ciri Pola Beberapa Penggunaan Lahan
Jenis Penggunaan Lahan
Ciri Pola
Kota / konsentrasi pemukiman
-
Daerah Pertanian Tradisional
- - terletak sepanjang sungai/parit besar
- - terdapat parit-parit kecil agak berkelok dengan panjang 3-5 km
dan relatif tegak lurus sungai
- - jarak antar parit kecil ± 500 m
- - petak-petak tidak teratur dan berukuran kecil
Daerah Transmigrasi
Perkebunan
Hutan
terletak di tepi sungai/parit besar konfigurasi saling potong
jalan dan saluran
-terdapat parit utama berukuran lebar (di Kalimantan parit-parit
utama ini membentuk konfigurasi garpu dan di ujung parit
terdapat bak air
- - jarak antar parit utama lebar
- - petak-petak teratur dan berukuran relatif besar
-
- - terdapat parit utama relatif lebar
- - jarak antar parit utama lebar
- - petak-petak berukuran sangat lebar
- tidak terdapat parit-parit maupun petak-petak
Karakteristik Spektral Landsat TM (Band 5, 4, dan 2) dari Berbagai Penutupan Lahan Bulan Juli 2000
Jenis Penutupan Lahan
perumahan, perkantoran, pertokoan,
pasar, lahan terbuka kering
padi, purun, rumput
Kisaran Warna*)
Violet
255
102
204
Maroon
153
51
102
Red
255
0
0
Pink
255
124
128
51
204
51
Chartreuse
204
253
53
Yellow
255
255
0
0
102
0
51
204
51
255
215
0
51
204
51
127
255
212
0
255
255
Turquoise
64
224
208
Dark blue
0
0
128
Blue
0
0
153
Green
kebun campuran dan pekarangan (rambutan,
kelapa, tanaman sayuran dll), tanaman
perkebunan (karet, kelapa, kelapa sawit,
akasia dll), gelam, tanaman hutan, padi,
purun, rumput
Dark green
Gelam
Gold
Green
Green
kelakai, semak lain
Aquamarine
Cyan
perairan (sungai, kolam) lahan terbuka
basah bervegetasi jarang
RGB tipikal
Palet
Kunci Interpretasi
Tipologi Lahan Basah
Simbol
D1
Uraian
Lahan basah yang
berkembang pada
sedimen yang tidak
mengandung pirit
(non pyritic
sediment)
Kunci Interpretasi
Ciri Pola
- terdapat parit-parit kecil
- petak-petak agak teratur dan
agak lebar
Kombinasi Warna
chartreuse
green
dark green
gold
blue
violet
D2
Lahan basah yang
berkembang pada
tanah yang
mengandung pirit,
dibuka secara
tradisional dan
paritnya kurang
lebih tegak lurus
sungai atau laut,
sekitar 3-5 km dari
sungai atau laut
- terletak sepanjang sungai/
parit
besar
- terdapat parit-parit kecil agak
berkelok dengan panjang 3-5
km relatif tegak lurus sungai,
jarak antar parit ± 500 m
- petak-petak tidak teratur,
ukuran kecil
chartreuse
green
dark green
blue
violet
pink
dark blue
turquoise
Sampel
Tipologi Lahan Basah
Simbol
D3
Uraian
Lahan basah yang
berkembang pada
tanah dari sedimen
yang mengandung
pirit, dibuka untuk
lahan transmigrasi,
ditanami dengan
tanaman keras
(pekarangan,
perkebuman rakyat)
Kunci Interpretasi
Ciri Pola
-terdapat parit utama
berukuran lebar
- jarak antar parit utama lebar
- petak-petak teratur dan
berukuran relatif besar
Kombinasi Warna
green
chartreuse
dark green
violet
pink
D4
Lahan basah yang
berkembang pada
tanah dari sedimen
yang mengandung
pirit, yang dibuka
oleh untuk
perkebunan (estate)
atau hutan tanaman.
- terdapat parit utama
berukuran lebar
- jarak antar parit utama lebar
- petak-petak berukuran
sangat
lebar
dark green
maroon
Sampel
Tipologi Lahan Basah
Kunci Interpretasi
Simbol
Uraian
Ciri Pola
MD1
Lahan yang berada
pada tanah dari
sedimen yang tidak
mengandung pirit,
yang tidak
berkembang oleh
karena masalah lain,
termasuk masalah
yang disebabkan oleh
air masam yang
ditimbulkan oleh
daerah lain
Lahan yang berada
pada tanah dari
sedimen yang tidak
mengandung pirit,
yang tidak
berkembang oleh
karena masalah lain,
termasuk masalah
yang disebabkan oleh
air masam yang
ditimbulkan oleh
daerah lain
- terdapat parit utama
berukuran lebar
- jarak antar parit utama
lebar
- petak-petak teratur dan
berukuran relatif besar
MD2
Kombinasi Warna
brown
chartreuse
gold
green
- terdapat parit utama
berukuran lebar
- jarak antar parit utama
lebar
- petak-petak teratur dan
berukuran relatif besar
violet
chartreuse
green
dark green
gold
red
Sampel
Tipologi Lahan Basah
Kunci Interpretasi
Simbol
Uraian
Ciri Pola
MD3
Lahan yang
dikembangkan di atas
tanah yang
berkembang dari
sedimen berpirit,
berproduksi sangat
terbatas, oleh karena
produksi hanya keluar
dari pekarangan.
Lahan usahanya tidak
digarap oleh karena
problem asam masih
ada.
- terdapat parit utama
berukuran lebar
- jarak antar parit utama
lebar
- petak-petak teratur dan
berukuran relatif besar
Lahan yang dibuka,
telah didrainase
namun tidak
dikerjakan lebih
lanjut
- terdapat parit utama
berukuran lebar dan
sangat panjang
- jarak antar parit utama
lebar
MD4
Kombinasi Warna
violet
maroon
green
dark green
gold
dark blue
dark green
turquoise
green
blue
Violet
Sampel
Tipologi Lahan Basah
Simbol
UD
Uraian
Lahan yang tidak
menerima input
teknologi
Kunci Interpretasi
Ciri Pola
- tidak terdapat parit-parit
maupun petak-petak
Kombinasi Warna
dark green
green
Sampel
Klasifikasi
Tipologi Lahan
Basah
Daerah
Kalimantan
Selatan dan
Kalimantan
Tengah
Kunci Pengelolaan Lahan Basah
Tipologi
Lahan basah
D1
D2
D3
Uraian
Kunci Pengelolaan
Lahan basah yang pada tanah yang
berkembang dari sedimen yang tidak
mengandung pirit (non pyritic sediment)
Mempertahankan lahan agar tidak
tercemari air asam dari daerah lain
Lahan basah yang berkembang pada tanah
dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka
secara tradisional, dan paritnya kurang
lebih tegak lurus sungai atau laut, sekitar 3-5
km dari sungai atau laut.
Mempertahankan sumber air tawar
dari hutan yang ada di daerah di
atasnya.
Lahan basah yang berkembang pada tanah
dari sedimen yang mengandung pirit, dibuka
untuk lahan transmigrasi, ditanami dengan
tanaman keras (pekarangan, perkebunan
rakyat)
Perbaikan lahan dan teknologi
budidaya pertanian serta menjaga
air tidak makin masam.
Tipologi
Lahan basah
D4
MD1
MD2
Uraian
Kunci Pengelolaan
Lahan basah yang berkembang pada tanah
dari sedimen yang mengandung pirit, yang
dibuka oleh untuk perkebunan (estate) atau
hutan tanaman.
Mempertahankan sistem yang
telah mapan dan menjaga hutan
sebagai sumber air tawar.
Lahan yang berada pada tanah dari sedimen
yang tidak mengandung pirit, yang tidak
berkembang oleh karena masalah lain,
termasuk masalah yang disebabkan oleh air
masam yang ditimbulkan oleh daerah lain
Mencegah air masam masuk ke
wilayah lahan tersebut.
Lahan yang tidak berkembang oleh karena
lahan pada tanah dari sedimen berpirit
(pyritic sediment), dan input teknologi
menyebabkan produksi asam dan sampai
sekarang ancaman asam ini belum selesai.
Daerah semacam ini umumnya ditumbuhi
oleh purun kudung dan bersuksesi menjadi
gelam
Dibiarkan agar bersuksesi menjadi
hutan kembali.
Tipologi
Lahan basah
Uraian
Kunci Pengelolaan
Lahan yang dikembangkan di atas tanah
yang berkembang dari sedimen berpirit,
berproduksi sangat terbatas, oleh karena
produksi hanya keluar dari pekarangan.
Lahan usahanya tidak digarap oleh karena
problem asam masih ada.
Lahan usaha dibiarkan agar
bersuksesi menjadi hutan kembali.
MD4
Lahan yang dibuka, telah didrainase namun
tidak dikerjakan lebih lanjut
Permukaan air dinaikkan dengan
mengatur pintu-pintu air saluran
drainase.
UD
Lahan yang tidak menerima input teknologi
Tetap dipertahankan sebagai hutan
atau dibuka setelah melalui studi
yang memadai.
MD3
KESIMPULAN
• 
• 
• 
• 
Konsep penilaian lahan basah disusun berdasarkan pada respond
lahan terhadap input teknologi yang diberikan. Penilaian ini
memisahkan lahan basah menjadi Tidak dikembangkan (UD),
Berkembang (D) dan Tidak Berkembang (MD). Kelas D dan MD
masing masing mempunyai 4 sub-kelas (nomor tidak menunjukkan
gradasi, oleh karena masing-masing sub-kelas mempunyai keunikan
sendiri)
Kunci interpretasi citra landsat disusun untuk dapat mengkelaskan
dan mendelineasi lahan basah kedalam kelas dan sub-kelas yang
mungkin dijumpai. Parameter kunci interpretasi tsb terdiri dari pola
dan warna spektra
Di lahan bekas PLG 1 juta hektar dan sekitarnya dijumpai Kelas
lahan yang berkembang (D) dan tidak berkembang (MD), dan di
masin-masing kelas lahan terdapat sub-kelas (D1, D2, D3, D4, MD1,
MD2, MD3 dan MD4).
Bedasarkan ujicoba di PLG konsep penilaian ini mempunyai workability
cukup baik
Download