PENGARUH KONSENTRASI GLUKOSA DAN SUSU SKIM TERHADAP FERMENTASI SUSU KORO BEGOG (Canavalia ensiformis) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei subsp. rhamnosus Jene 1>, Hardoko1', Lidia Sri Ratnawati11, Emilia Margaretha31 ABSTRACT Koro begog (Canavalia ensiformis) has similar nutrient value as soya bean but it is limited in usage. To extend its usage, koro begog is used as a basic ingredient to make fermented koro begog milk. The concentration of glucose and skim milk influences pH, lactic acid content, total number of lactic acid bacteria, and organoleptic properties in fermented milk. The best combination will be 5% of skim milk and 6% of glucose. Addition of higher skim milk and glucose concentration tends to result in higher amount of L. casei cell and higher lactic acid productivity. Key Words: koro begog, L. casei subsp. rhamnosus, fermentation PENDAHULUAN Koro begog termasuk kelompok leguminosa minor dengan kandungan protein yang cukuptinggi (23.8-27.6%), kaya vitamin dan mineral, serta harganya relatif murah namun belum banyak dimanfaatkan. Pengembangan produk dari koro begog ini dapat berfungsi sebagai penyediaan zatgizi terutama protein dan mineral, diversifikasi produk pangan dan sekaligus menstimulir budidaya pertaniannya. Lactobacillus case/ subsp. rhamnosus merupakan golongan bakteri probiotik yang menghasilkan asam laktat dan hidup pada pH 5.5-5.8. Spesifikasi rhamnosus dibandingkan subspesies L casei lain adalah kemampuannya dalam memfermentasi rhamnosayang merupakan gula metil pentosa. Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan adalah pembuatan susu koro begog untuk menghasilkan minuman susu fermentasi dengan karakteristik terbaik. Tujuan khusus adalah mengetahui pengaruh konsentrasi susu skim dan glukosa terhadap kadar asam laktat, pH, dan total asam laktat susu fermentasi koro begog. " Dosen Tetap Jurusan Teknologi Pangan UPH Alumni jurusan Teknologi Pangan UPH 21 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 23 METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah koro begog, susu skim "Protifar", dan kultur Lactobacillus casei subsp. rhamnosus. Bahan tambahan yang digunakan adalah NaHC03, glukosa, dan sirup fruktosa. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah blender, neraca analitik, pH meter, autoklaf, labu Kjeldahl, tanur, soxhlet, dan inkubator. Metode Penelitian Tahap Persiapan Pembuatan Susu Koro Begog Koro begog sebanyak 1 kilogram direndam dalam larutan 0.5% NaHC03 selama 24 jam. Perebusan dilakukan dalam larutan 0.5% NaHC03selama 30 menit pada suhu 70°C. Penggilingan dengan blender dengan penambahan air sebanyak 3 kali berat awal koro begog (3 liter air). Setelah penggilingan dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dan ampas. Filtrat yang dihasilkan direbus pada suhu 70°C selama 30 menit. Filtrat yang telah direbus kemudian dimasukkan dalam botol yang kemudian dipasteurisasi pada suhu 90°C selama 30 menit. Susu koro begog yang dihasilkan sebanyak 2.4 liter. Persiapan Kultur Starter Starter untuk pembuatan susu fermentasi kacang koro dipersiapkan dengan menumbuhkan kultur L casei subsp. rhamnosus dari ampul ke media MRSB. Kemudian sebanyak 1-2 ose kultur dimasukkan ke dalam susu skim 10% yang telah disterilisasi pada suhu 120UC selama 15 menit. Lalu difermentasi selama 2 hari pada suhu 37L/C. Kultur ini disebut sebagai kultur induk. Selanjutnya kultur induk sebanyak 0.1% ditumbuhkan dalam susu skim 10% yang telah disterilisasi, kemudian diinkubasi selama 2 hari pada suhu 37UC. Kultur ini disebut sebagai kultur antara. Kultur antara diambil sebanyak 0.5% dan ditumbuhkan kembali ke dalam campuran 10% susu skim dan 3% glukosa yang telah disterilisasi. Inkubasi dilakukan selama 1 hari, maka kultur kerja ini siap diinokulasikan ke dalam susu koro begog sebanyak 0.5%. Pengamatan dilakukan baik terhadap koro begog maupun susu koro begog. Parameter pengamatan meliputi analisis proksimat (kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat) dan uji HCN. 24 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 Penelitian Utama Tujuan penelitian utama adalah untuk mendapatkan perbandingan konsentrasi susu skim dan glukosa yang tepat untuk menghasilkan susu fermentasi dengan karakteristik fisik yang terbaik. Susu koro begog yang dihasilkan pada tahap persiapan difermentasi dengan L casei subsp. rhamnosus dengan perlakuan konsentrasi susu skim 3%, 5%, 7% dan glukosa 2%, 4%, 6%. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 x 3 = 9 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan model matematika Y,jk=u+Ai + B]+ABi|+pi]kM,|rNID(0,A^) Bila terdapat perbedaan yang nyata dari hasil uji anova, maka dilakukan uji lanjutan BedaNyataJujur(BNJ). Prosedur pembuatan susu fermentasi (Anonim3,1990) adalah sebagai berikut: susu koro begog ditambah susu skim dan glukosa. Campuran dipasteurisasi 80-90UC selama 30 menit kemudian didinginkan hingga 37UC dan diinokulasi 0.5% starter L casei lalu diinkubasi pada suhu 37UC selama 4 hari hingga terbentuk susu fermentasi. Pengamatan yang dilakukan pada susu fermentasi ini meliputi pH, total asam tertitrasi, dan total bakteri asam laktat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Proksimat Hasil analisis proksimat koro begog menunjukkan bahwa komponen padatan yang terbanyak adalah karbohidrat (mencapai 58%), diikuti oleh protein, air, lemak danterakhirabu. Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Koro Begog dalam Basis Kering (%) Kandungan Koro Begog (%) Abu 3.53 Lemak 5.25 Protein 25.82 Karbohidrat (by difference) 65.39 Ctatatan : kadar air = 93.28 % Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1. April 2004 25 Menurut Salunkhe dan Deshpande (1991), komponen karbohidrat koro begog terdiri dari gula, pati, dan serat kasar. Protein koro begog mengandung globulin (±globulin dan '-globulin) dan sedikit albumin. Kandungan abu atau mineral dalam koro begog yang telah diidentifikasi adalah fosfat, kalsium, besi dan tembaga (Salunkhe dan Deshpande, 1991). Hasil Analisis HCN HCN yang terdapat pada biji koro begog dapat dikurangi dengan adanya perlakuan perendaman, perebusan dan kombinasi keduanya. Hasil analisis HCN dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Kadar HCN Awal dan Sesudah Perlakuan Perlakuan Awal (tanpa perlakuan) Hasil Analisis (mg/kg) 62.293 Rendam 1 malam (air) + rebus 30 menit (air) 31.13 Rendam 1 malam (air + 0.5% NaHC03) + kukus 30 menit (air + 0.5% NaHC03) 24.151 Rendam 1 malam (air + 0.5% NaHC03) + Rebus 30 menit (air + 0.5% NaHC03) 20.607 Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar HCN akan berkurang dengan adanya perlakuan perendaman dan pemanasan. Penambahan 0.5% NaHC03pada perendaman dan perebusan juga membantu mengurangi kadar HCN karena NaHC03akan melunakkan kulit biji sehingga proses penyerapan air ke dalam biji menjadi lebih mudah. Perebusan lebih baik daripada pengukusan karena biji kontak langsung dengan air sehingga HCN cepat larut dalam air. Hasil analisis tersebut menyatakan bahwa kandungan HCN dalam koro begog dalam batas konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi. Batas aman yang diperbolehkan adalah 100 sampai 200 mg/ kg (Salunkhe & Deshpande, 1991). Sedangkan kandungan HCN yang diperbolehkan ada dalam bahan olahan adalah 40 mg/kg (Haryoto, 2000). Analisis Parameter Susu Koro Begog Fermentasi Susu skim ditambahkan dalam susu koro begog sebagai sumber laktosa yang dibutuhkan oleh bakteri asam laktat untuk pertumbuhannya (Tamime and Robinson, 26 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 1985). Komponen susu yang paling berperan selama proses fermentasi adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan oleh bakteri asam laktat sebagai sumber karbon dan energi. Kadar Asam Laktat H glukosa 2% • glukosa 4% Q glukosa 6% Gambar 1. KadarAsam Laktatpada Konsentrasi Susu Skim dan Glukosa yang Berbeda Berdasarkan hasil anaiisis, konsentrasi glukosa dan konsentrasi susu skim berpengaruh secara nyata terhadap kadar asam laktat (± = 0.01). Penambahan susu skim berbeda nyata untuk seluruh konsentrasi. Konsentrasi susu skim sebanyak 7% cenderung menyebabkan penurunan kadar asam laktat. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya interaksi antara konsentrasi susu skim yang tinggi dan konsentrasi glukosa yang tinggi pula sehingga sel akan terhambat dalam memproduksi asam laktat. Menurut Tamime dan Robinson (1985), penambahan glukosa lebih dari 5% akan menghambat pertumbuhan mikroba pada pembuatan susu fermentasi. Pada konsentrasi glukosa 6% kemungkinan sel akan mengalami lisis karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Interaksi konsentrasi susu skim dan glukosa mulai berbeda pada konsentrasi susu skim 7% dan glukosa 4%. Penambahan glukosa sebanyak 6% pada konsentrasi susu skim 3% dan 5% tidak mempengaruhi kadar asam laktat secara nyata. Pada perbandingan konsentrasi susu skim : glukosa = 7% : 6% cadangan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat sangat mencukupi, sehingga Lease/akan terus Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 27 berkembang biak meskipun sebagian sel akan mengalami lisis dan mati mengakibatkan pembentukan asam laktat tidak optimal. Interaksi antara susu skim 3% dan 5% dengan glukosa 6% akan menghasilkan kadar asam laktat sekitar 2.37-2.39%. Nilai kadar asam laktat tersebut yang paling mendekati persyaratan kadar asam untuk susu fermentasi yaitu sekitar 2.7% (Speck, 1982). PH Berdasarkan hasil analisis statistik, konsentrasi glukosa dan konsentrasi susu skim berpengaruh secara nyata terhadap nilai pH (± = 0.01). Interaksi kedua perlakuan tersebut juga menunjukkan perbedaan nyata terhadap nilai pH. Hasil pengamatan terhadap nilai pH rata-rata untuk semua perlakuan berkisar antara 3.67 - 3.96. pH yang dihasilkan lebih tinggi daripada pH yakult yaitu 3.3 - 3.5. Perbedaan ini disebabkan oleh konsentrasi susu skim yang digunakan, dimana konsentrasi susu skim yang digunakan pada yakult adalah 14.4%. 2,39" 2,37" 2,25c S3 glukosa 2% • glukosa 4% • glukosa 6% 1,54* 3% 5% Konsentrasi susu skim (%) 7% Gambar2. Nilai pH pada Konsentrasi Susu Skim dan Glukosa yang Berbeda Penggunaan konsentrasi glukosa sebanyak 4% dan 6% pada berbagai konsentrasi susu skim menghasilkan penurunan pH, disebabkan glukosa yang diubah menjadi asam laktat selama fermentasi. Penambahan konsentrasi susu skim pada perlakuan konsentrasi glukosa 2%, 4% dan 6% akan dapat menyebabkan penurunan pH. Hal ini berkaitan dengan jumlah komponen susu skim yaitu laktosa yang akan 28 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 diubah menjadi asam laktat selama fermentasi. Laktosa akan dihidrolisis oleh L.casei menjadi glukosa dan galaktosa kemudian diubah menjadi asam laktat melalui jalur Embden Meyerhoff atauglikolisisoleh bakteri homofermentatif (Gilliland, 1986). Penambahan susu skim pada konsentrasi 5% akan menghasilkan pH yang lebih tinggi daripada konsentrasi 3%. Hal ini diduga karena adanya penghambatan pada metabolisme pemecahan laktosa menjadi asam laktat. Proses penghambatan terutama berkaitan dengan penghambatan aktivitas laktat dehidrogenase, sehingga energi untuk pertumbuhan bakteri masih dapat dipenuhi untuk pertumbuhan sel, namun perubahan piruvat menjadi asam laktat akan terhambat. Pengukuran nilai pH tidak sesuai dengan hasil kadarasam laktat yang diperoleh. Menurut Frazier dan Westhoff (1979), perubahan dalam total asam laktat tidak selalu sesuai dengan pengukuran pH karena nilai pH terukur adalah konsentrasi ion hidrogen dalam bentuk terdisosiasi saja sehingga tidak semua komponen asam terukur. Hubungan antara nilai pH dengan total asam memang tidak dapat ditentukan secara langsung karena nilai pH tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi asam saja, tetapi juga jenis asam, kation dan komponen lainnya yang bersifat basa. Total Bakteri Asam Laktat L casei termasuk golongan bakteri homofermentatif yang memecah laktosa menjadi asam laktat. L. caseisusp. Rhamnosus dapat memfermentasi gula rhamnosa sehingga dapat dibedakan dari subspesies Lcasei lain (Anonim", 1995). L. casei subsp. rhamnosus bersifat termobakterium dengan kondisi optimum pertumbuhan 37UC dan pH 6.8 (Mutai, 1981). Bakteri ini bersifat homofermentatif, gram positif, katalase negatif, tidak membentuk spora, serta terlibat sebagai starter dalam fermentasi susu. Spesies ini efektif sebagai bakteri probiotik karena kemampuannya untuk bertahan hidup terhadap asam lambung dan empedu dalam sistem pencernaan manusia. Berdasarkan hasil analisis statistik, konsentrasi glukosa berpengaruh nyata terhadap total L casei. Penambahan konsentrasi susu skim dan interaksi antara susu skim dan glukosa tidak berpengaruh nyata pada hasil total L casei. Penambahan glukosa secara statistik berpengaruh nyata, hal ini disebabkan glukosa digunakan sebagai prekursor dan sumber energi awal oleh bakteri asam laktat sebelum memfermentasi karbohidrat lain. Jadi, semakin banyak glukosa yang ditambahkan maka persediaan nutrisi untuk bakteri asam laktat lebih banyak sehingga bakteri asam laktat yang hidup lebih banyak. Jumal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 29 Gambar 3. Total L. casei pada Konsentrasi Susu Skim dan Glukosa Berbeda Konsentrasi susu skim tidak mempengaruhi jumlah mikroba secara nyata. Hal ini dapat disebabkan karena susu skim yang digunakan berprotein tinggi dengan kadar protein sebesar 60% dan kadar laktosa sebesar 27.8%, sehingga pada konsentrasi 3% saja sudah dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri asam laktat. Jadi penambahan susu skim dengan konsentrasi 3% dan 5% akan lebih ekonomis karena tidak mempengaruhi pertumbuhan bakteri asam laktat. KESIMPULAN Hasil kadar asam laktat dan pH menunjukkan konsentrasi susu skim dan konsentrasi glukosa mempengaruhi karakteristik fermentasi L case/secara nyata.pada ±=0.01. Hasil total BAL menunjukkan hanya konsentrasi glukosa yang mempengaruhi hasil secara nyata. Kombinasi konsentrasi susu skim dan glukosa terbaik adalah 5% dan 6% secara berurutan. Berdasarkan jumlah bakteri asam laktat yang tumbuh pada susu koro begog fermentasi maka disimpulkan bahwa koro begog cocok sebagai media tumbuh Lease/. 30 Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 DAFTAR PUSTAKA Anonim". 1990. Yakuit. PT Yakuit Indonesia Persada. Jakarta. Anonimb. 1995. 19 April 2004. Danone World Newsletter : Lactobacillus casei. www.danonevitapole.com Frazier, W.C dan DC. Westhoff. 1979. Food Microbiology. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New Delhi. Gilliland, S.E. 1986. Bacterial Starter Cultures for Foods. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida. Haryoto. 2000. "Kecap Benguk". Teknologi Tepat Guna. Kanisius. Yogyakarta. Mutai, M.1981 The Properties of Lactobacillus Product "Yakuit 80" (Japanese). New Food Industries. 23,7:33-41. Salunkhe, D.K. & S. S. Deshpande. 1991. Food of Plant Origin: Production, Technology and Human Nutrition. Van Nostrand Reinhold. New York. USA. Speck, M. L. 1982. Development in Industrial Microbiology, di dalam : A.H. Rose. Economic Microbioloy. Vol 7: Fermented Food. Academic Press, Inc. London. Tamime.A.Y. dan R.K. Robinson. 1985. Yoghurt Science and Technology. Pergamon Press Ltd. London. Jurnal llmu dan Teknologi Pangan, Vol. 2, No. 1, April 2004 31