PERANAN VITAMIN C DALAM PERAWATAN KULIT MAKALAH Disusun oleh : R. RIZKY SUGANDA P. D100.531 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011 repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Di zaman yang serba cepat ini, manusia dituntut untuk mempunyai mobilitas yang tinggi dalam kehidupannya. Walaupun kemajuan teknologi tampaknya membuat tugas manusia semakin ringan dan praktis, namun saat ini kesibukan banyak orang, terutama di kota besar, bertambah tinggi. Perkembangan teknologi juga menyebabkan banyaknya radikal bebas berupa polusi kendaraan bermotor dan yang berasal dari gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti rokok, junk food, dan lainnya. Semua itu membuat tubuh rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan. Daya tahan mudah menurun dan serangan radikal bebas membuat sel-sel tubuh mudah rusak dan tak mampu berfungsi dengan baik. Hal itu menjadikan seseorang merasa membutuhkan vitamin dalam dosis tinggi terutama yang berfungsi sebagai antioksidan, salah satunya adalah vitamin C. Beberapa tahun kebelakangan ini praktek suntik vitamin C menjamur di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan animo masyarakat terhadap vitamin C cukup tinggi. Bukan hanya secara suntik, pemakaian vitamin C secara topikal dan peroral pun banyak sekali, dapat kita lihat dari banyaknya produk-produk kesehatan dan kecantikan yang mempunyai kandungan vitamin C. Produsen-produsen obat dan produk kesehatan pun melihat animo masyarakat akan antioksidan yang cukup popular ini. Seperti yang kita lihat di layar kaca televisi pada iklan-iklan komersial kita melihat produk-produk vitamin C bermacam-macam, ada yang berbentuk seperti permen, minuman, ada pula 1 repository.unisba.ac.id yang berbentuk krim. Dan mereka memasang wanita-wanita cantik berkulit halus dan putih untuk jadi bintang iklan produk mereka, seperti Luna Maya, Zuleyka Rivera, Dayana Mendoza, dan sebagainya agar dapat lebih menarik minat konsumen. Mengkonsumsi vitamin ini bukannya tanpa masalah, sebagaimana halnya mengkonsumsi sesuatu yang berlebihan dari angka kecukupan gizi seseorang dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Masalah kesehatan ini tentunya dapat menyebabkan berbagai kerugian di berbagai aspek kehidupan, dari mulai aspek ekonomi, budaya, psikologi hingga masalah kesehatan. Melihat dari munculnya salah satu kasus yang ada di masyarakat ketika seseorang mendapati dirinya menderita penyakit batu ginjal (nefrolithiasis) akibat dari mengonsumsi vitamin C dalam dosis yang sangat tinggi, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang vitamin C sehingga masalah ini dapat ditanggulangi dan tidak terjadi lagi kejadian yang serupa di kemudian hari. 2 repository.unisba.ac.id BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Sejarah Vitamin C Terapi vitamin C yang sekarang banyak diteliti ini tidak terlepas dari peranan seseorang yang pernah mendapatkan dua hadiah nobel dari kategori yang berbeda, Linus Pauling (1901-1994). Karena Pauling ini vitamin C pernah menjadi pusat perhatian di tahun 1960. Berdasarkan fakta yang menyebutkan tubuh manusia telah kehilangan kemampuan untuk memproduksi vitamin C, Pauling berhipotesa kita harus memakan vitamin C beberapa gram sehari. 1 Pauling berpendapat bahwa vitamin C dapat mencegah atau menyembuhkan berbagai macam penyakit serius. Walaupun teorinya banyak diragukan orang, dua dekade terakhir telah menghasilkan banyak pemahaman baru mengenai terapi dan penggunaan dari vitamin C. 1 Suplementasi vitamin C sudah sering diteliti sejak awal tahun 1990-an. Sekitar 8000 publikasi tentang vitamin C telah masuk Medline (kumpulan data kedokteran penting) sejak 1990. 1 3 repository.unisba.ac.id 2.2. Struktur Vitamin C Gambar 2.1 Struktur Vitamin C2 Berdasarkan nomenklatur internasional IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) vitamin C mempunyai nama sistemik 2-oxo-Lthreo-hexono-1,4- lactone-2,3-enediol or (R)-3,4-dihydroxy-5-((S)- 1,2- dihydroxyethyl)furan-2(5H)-one.2 Ascorbyl palmitate digunakan dalam preparat antioksidan komersial. Semua bentuk komersial kecuali asam askorbat ascorbyl palmitate adalah larut dalam air. L-asam askorbat dan asam lemak ester digunakan sebagai penambah makanan, antioksidan, penyesuai rasa, pengubah dan penyesuai warna adonan. Ascorbyl palmitate telah digunakan untuk preparat antioksidan karena lebih tinggi kelarutan dalam lemaknya. Dalam makanan, pH mempengaruhi stabilitas asam askorbat. Memasak dapat menghilangkan kandungan asam askorbat tergantung pada tingkat pemanasan, luas permukaan terkena air, oksigen, pH dan kehadiran logam transisi. 4 repository.unisba.ac.id 2.3. Metabolisme Vitamin C Asam askorbat dalam makanan sudah tersedia dan mudah diserap oleh transpor aktif dalam usus. Sebagian besar (80-90%) akan diserap ketika di ambil hingga 100 mg / hari, sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi asupan (500 mg / hari) efisiensi penyerapan asam askorbat menurun dengan cepat. Asam askorbat sensitif terhadap udara, cahaya, panas dan mudah dihancurkan oleh berkepanjangan penyimpanan dan atas pengolahan makanan. Asam askorbat menjadi senyawa larut dalam air mudah diserap tetapi tidak disimpan dalam tubuh. Rata-rata tubuh orang dewasa memiliki kolam 1,2-2,0 g asam askorbat yang dapat dipertahankan dengan 75 mg / d asam askorbat. Sekitar 140 mg / d asam askorbat akan menjenuhkan kolam vitamin C total tubuh. Ratarata paruh waktu asam askorbat dalam manusia dewasa adalah sekitar 10-20 hari, dengan menyerahkan (turn over) 1 mg / kg tubuh dan badan kolam dari 22 mg / kg pada askorbat plasma konsentrasi 50 µmol / L . Oleh karena itu asam askorbat secara teratur dilengkapi melalui diet atau tablet untuk menjaga kolam asam askorbat dalam tubuh. Metabolit utama asam askorbat adalah asam dehydroascorbic, 2,3diketogulonic asam dan asam oksalat (Gambar 2.2). Jalur utama eliminasi asam askorbat dan metabolit adalah melalui urin. Asam askorbat diekskresikan tidak berubah ketika dosis tinggi asam askorbat dikonsumsi. Asam askorbat umumnya tidak beracun tetapi pada dosis tinggi (2-6 g / hari) dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau diare. Efek samping biasanya tidak serius dan dapat dengan 5 repository.unisba.ac.id mudah dibalik dengan mengurangi asupan asam askorbat. Selain itu, tidak ada data yang konsisten pada efek kesehatan yang serius vitamin C pada manusia. Gambar 2.2 Katabolisme Asam Askorbat 3 Kekurangan asam askorbat menyebabkan penyakit kudis. Hal ini ditandai oleh spons pendarahan gusi bengkak, kulit kering, luka terbuka pada kulit, kelelahan, gangguan penyembuhan luka dan depresi. Kudis adalah kejadian langka saat ini disebabkan oleh kecukupan asupan asam askorbat melalui sayuran segar dan buah-buahan dan atau suplemen dalam bentuk tablet. 3 2.4. Peran Vitamin C 2.4.1 Sebagai Anti-okidan 6 repository.unisba.ac.id Vitamin C melepaskan elektron dengan mudah, karakter yang dapat menjadi antioksidan. Dalam tubuh antioksidan bertahan melawan radikal bebas. Gambar 2. 3 Bentuk Aktif Vitamin C (Understanding Nutrition)4 Gambar di atas mengilustrasikan bagaimana vitamin C dapat memberikan elektron untuk menghentikan kerusakan radikal bebas, kemudian menerima elektron itu kembali untuk reaktivasi. 4 2.4.2 Sebagai kofaktor dalam pembentukan kolagen Vitamin C membantu dalam pembentukan serabut protein dari jaringan penghubung yang dinamakan dengan kolagen. Kolagen menjadi sebagai matriks dimana tulang dan gigi dibentuk. Ketika seseorang terluka, perekat kolagen (collagen glues) melekatkan jaringan yang terpisah agar bersatu, menjadi bentuk yang kita ketahui sebagai bekas luka. Sel bersatu kebanyakan karena kolagen, hal ini sangat penting pada dinding arteri, dimana harus membesar dan berkontraksi sesuai detak jantung, dan dalam dinding kapiler yang tipis dimana harus bertahan dengan denyutan nadi setiap saat. 4 2.4.3 Sebagai kofaktor pada reaksi lain Vitamin C juga berperan sebagai kofaktor dalam sintesis senyawa lain. Sama seperti dalam pembentukan kolagen, vitamin C membantu dalam 7 repository.unisba.ac.id hidroksilasi dari carnitine, senyawa yang mentranspor asam lemak rantai panjang ke dalam sel dari mitokondria untuk metabolisme energi. Vitamin C juga membantu dalam pembuatan hormon, termasuk tiroksin, yang mengatur kecepatan metabolik. 4 2.4.4 Pada keadaan stres Kelenjar adrenal mengandung lebih banyak vitamin C daripada organ lain dalam tubuh, dan pada keadaan stres, kelenjar ini melepaskan vitamin, bersamaan dengan hormon, ke dalam darah. Sebenarnya peran vitamin dalam reaksi stres belum begitu jelas tetapi stres fisik meningkatkan kebutuhan akan vitamin C. Infeksi, terbakar, temperatur sangat tinggi atau rendah, terkena toksik logam seperti timbal, merkuri, dan kadmium, pengobatan kronis, dan merokok meningkatkan kebutuhan vitamin C. 4 2.4.5 Penyembuh Flu Vitamin C melawan flu dengan meningkatkan fungsi banyak sel imun (seperti leukosit) sementara melawan histamin yang menyebabkan gejala flu.5 2.5. Defisiensi Vitamin C Pada keadaan kekurangan vitamin C dapat terjadi kudis (scurvy). Tanpa vitamin ini, hasil sintesis kolagen tidak stabil untuk menjalankan fungsinya. Gejala kudis ini seperti pembentukan liver spot pada kulit, gusi yang seperti bunga karang (spongy gums), dan perdarahan dari semua mukosa membran. Bintiknya tersebut kebanyakan di daerah paha dan tungkai, dan orang yang kena penyakit tersebut terlihat pucat, depresi, dan sebagian tidak bergerak tubuhnya.6 8 repository.unisba.ac.id Merokok berhubungan dengan kadar vitamin C dalam darah. Relatif jumlah vitamin C berkurang seiring dengan peningkatan rokok yang dihisap.7 2.6. Angka Kecukupan Gizi Vitamin C Angka kecukupan gizi (AKG) yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari akan asam askorbat untuk dewasa (>19 tahun) adalah 90mg/hari untuk laki-laki dan 75mg/hari untuk perempuan.8 Konsumsi asam askorbat (vitamin C) 100 mg/hari diketahui cukup untuk memenuhi seperti netrofil, leukosit, dan jaringan lainnya pada individu yang sehat. Berdasarkan penelitian klinis dan epidemiologis telah disarankan bahwa mengkonsumsi vitamin C 100 mg/hari berhubungan dengan penurunan insidensi kematian karena penyakit jantung, stroke, dan kanker.9 Walaupun begitu, stress, merokok, alkohol, demam, infeksi virus menyebabkan penurunan yang cepat vitamin C dalam darah. 2.7. Efek Samping Vitamin C Pada umumnya vitamin C tidak berefek samping, namun dalam dosis tertentu memungkinkan untuk terjadinya hal itu. Secara relatif vitamin C dosis tinggi dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan, terutama jika dikonsumsi pada keadaan perut kosong. Ketika dimakan dalam dosis tinggi, vitamin C dapat menyebabkan diare pada subjek yang sehat. Pada suatu percobaan, dosis mencapai 6 g asam askorbat diberikan pada 29 bayi baru lahir, 93 anak umur belum sekolah dan bersekolah, dan 20 orang dewasa selama lebih dari 1400 hari. Dengan dosis yang lebih, manifestasi 9 repository.unisba.ac.id toksik ditemukan pada 5 orang dewasa dan 4 bayi baru lahir. Tanda dan gejala pada dewasa adalah mual, muntah, diare, muka memerah, pusing, lemah, dan gangguan tidur. Reaksi toksik yang utama pada bayi baru lahir (infant) adalah ruam kulit.10 Di sisi lain, Cathcart telah mendemonstrasikan pada pasien sakit dengan influenza dan kanker contohnya, tidak menderita efek samping apapun sampai dosisnya dinaikkan 100 g atau lebih.11 Efek samping yang mungkin terjadi selain di atas adalah keracunan besi, dikarenakan vitamin C meningkatkan absorpsi besi. Tetapi hal itu biasanya pada seseorang yang mempunyai penyakit gangguan kelebihan besi seperti haemochromatosis. Kondisi genetik seperti defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), dapat menyebabkan penderitanya anemia hemolitik setelah mengkonsumsi zat pengoksidasi tertentu misalnya vitamin C dosis besar.12 Selama puluhan tahun, vitamin C dosis tinggi dapat menstimulasi pembentukan oxalate dan meningkatkan absopsi konsumsi oxalate, yang memungkinkan mengakibatkan batu ginjal.13 Meskipun begitu ada juga yang mengatakan tidak ada hubungan yang jelas antara konsumsi vitamin C yang berlebihan dengan pembentukan batu ginjal.3 Selama kehamilan bulan pertama, vitamin C dosis tinggi dapat menekan produksi progesteron dari corpus luteum.14 Karena dapat memblok fungsi tersebut, vitamin C dosis tinggi (1000+ mg) secara teori dapat mengakibatkan keguguran. 2.8. Sumber Vitamin C 10 repository.unisba.ac.id 2.8.1. Nabati Sumber vitamin C yang berasal dari nabati atau sayuran dan buah-buahan banyak sekali, termasuk diantaranya adalah asparagus, papaya, jeruk, semangka, kembang kol, brokoli, brussel sprouts, green peppers, anggur, grapefruit, lemon, stroberi, dll.5 2.8.2. Hewani Mayoritas spesies binatang dan tumbuhan mensintesis vitamin C-nya sendiri. Tapi tak semua produk hasil binatang merupakan sumber dari vitamin C. Vitamin C banyak terdapat di hati dan sedikit ada di otot (daging). Vitamin C terdapat pada ASI (air susu ibu), dalam jumlah sedikit, pada susu sapi asli, yang sudah terpasteurisasi hanya mengandung jumlah sedikit.15 Semua kelebihan vitamin C dibuang melalui sistem perkemihan. Gambar 2.4 Biosintesis L-Askorbat pada Binatang 3 11 repository.unisba.ac.id BAB III VITAMIN C DALAM PERAWATAN KULIT Vitamin C adalah salah satu vitamin yang paling efektif dan komposisi penting bagi ahli kecantikan untuk mengobati sejumlah masalah kulit, termasuk penuaan kulit, jerawat dan gangguan pigmentasi. Sangat penting untuk memahami dasar kimia dan fisiologi vitamin C untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaannya. Vitamin C adalah agen perawatan yang hebat dan membutuhkan pengetahuan dan pengalaman untuk menggunakannya secara efektif dan aman. 3.1 Pembentukan kolagen Kolagen adalah protein yang paling berlimpah dalam tubuh, kolagen membentuk 70% dari bobot kering kulit manusia dan merupakan komponen penting dari sistem vaskular dan otot. Vitamin C sangat penting dalam pembentukan kolagen. Meskipun pembentukan kolagen merupakan proses yang kompleks, langkah-langkahnya dapat dibatasi hanya tujuh: empat di dalam fibroblas dan tiga di sitoplasma.16 Proses ini dapat dilihat secara skematis pada diagram (Gambar 3.1). 1. Pada Langkah 1, transkripsi terjadi, dan vitamin C diperlukan. Transkripsi adalah proses dimana asam deoksiribonukleat (DNA) terbuka dari satu untai ganda menjadi dua untai tunggal untuk memungkinkan dibuatnya salinan dari kode kolagen. Kode ditranskripsi sebagai asam ribonukleat 12 repository.unisba.ac.id (RNA) dan kemudian meninggalkan inti sebagai RNA messenger (mRNA). mRNA memasuki retikulum endoplasma (RE), yang menggunakannya sebagai template untuk membangun protein kolagen. Dalam langkah pertama ini, sebuah polipeptida disintesis di RE. Polipeptida adalah awal dari protein kolagen. 2. Pada Langkah 2, polipeptida dimodifikasi oleh proses yang disebut hidroksilasi dan glikosilasi, yang sangat penting untuk pembentukan silang (cross-linking) pada langkah berikutnya. 3. Langkah 3 menghasilkan triple heliks prokolagen (procollagen), yang juga terjadi di RE, tetapi lebih pada RE kasar daripada RE halus. 4. Pembentukan prokolagen (dalam sel-intraselular terakhir) terjadi dalam aparatus Golgi pada Langkah 4, langkah ekskresi di mana serat (fibril) prokolagen siap untuk dibuang dari fibroblast ke ruang ekstraselular untuk perakitan akhir ke serat-serat kolagen. Langkah-langkah ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1. 5. Dalam ruang ekstraselular, serat prokolagen mengalami Langkah 5 di mana telopeptida, atau ujung terminal, dipotong oleh hidrolisis dan sekarang disebut tropokolagen. 6. Pada Langkah 6, tropokolagen mulai merakit diri menjadi serat kolagen, tetapi bukan kolagen yang matang sampai Langkah 7. 7. Kolagen matang dibentuk pada Langkah 7, tahap perhubungan silang (cross-linking). Vitamin C digunakan pada langkah pertama dan di setiap langkah di mana hidroksilasi terjadi. Lihat Gambar 3.2 untuk diagram 13 repository.unisba.ac.id yang menggambarkan proses hidroksilasi dimana oksigen dan asam askorbat bekerja pada lisin untuk mengubahnya menjadi sebuah gugus karbonil, yaitu, sebuah gugus H-C=O. Dua kelompok-kelompok ini bergabung dan membentuk perhubungan silang (cross-linking) dua serat kolagen. Asam askorbat penting untuk inisiasi transkripsi, dalam pembentukan procollagen dan persilangan dari kolagen fibers di ekstraselular.1 Gambar 3.1 Proses Pembentukan Kolagen1 14 repository.unisba.ac.id Gambar 3.2 Proses Hidroksilasi1 3.2 Vitamin C dalam Perawatan Kulit Pengetahuan yang cukup tentang peran vitamin C dalam kulit dibutuhkan agar dapat vitamin C dapat digunakan dengan efektif dalam perawatan kulit. Peran vitamin C ini melibatkan hubungan antara fibroblas dan keratinosit.17 Vitamin C diduga mempunyai beberapa efek yang mengontrol proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Penambahan 25 μg / mL vitamin C pada suatu susunan keratinosit yang rusak (disordered arrangement) dalam kultur lapisan epidermis segera diikuti oleh hilangnya kerusakan (disorder) dan munculnya ekspresi sebuah penanda diferensiasi yang mirip dengan yang di kulit normal. Data ini menunjukkan bahwa fibroblas manusia dan beberapa pengubah dari proliferasi 15 repository.unisba.ac.id dan diferensiasi, seperti vitamin C, sangat penting untuk epidermalisasi dalam rekonstruksi epidermis. Pikirkan tentang tanda regang (stretch mark) hal itu adalah manifestasi epidermis dari gangguan dermal di fibroblas. Vitamin C, bersama dengan vitamin A, dapat membalikkan perubahan kulit pada photoaging dan chronological aging. Telah diketahui bahwa plasma antioksidan menurun pada actinic keratosis dan karsinoma sel basal, yang kemungkinan besar disebabkan oleh paparan lama iradiasi ultraviolet (UV), faktor utama dalam penyebab penyakit ini. Penurunan kadar alfa tokoferol dan GSH juga ditemukan dalam sel basal karsinoma. Fungsi pertahanan (barrier function) adalah bagian penting dari tugas stratum corneum. Dalam studi kultur jaringan dengan keratinosit, setelah dua minggu pertumbuhan, sebuah epidermis yang ter-orthokeratinisasi berkembang dengan lapisan suprabasal menunjukkan tanda diferensiasi normal. Sel-sel granular dengan butiran-butiran keratohyalin dan tubuh lamelar, dan korneosit terbungkus (cornified envelopes) dan filamen keratin yang dikemas rapat semuanya ada. Suplementasi vitamin C dari kultur lebih jauh lagi meningkatkan pola normal dari stratum korneum dan terdapat beberapa jumlah butiran keratohialin, dan juga, kuantitas dan organisasi interselular lamel lipid dalam interstisial stratum korneum.18 Temuan ini memperlihatkan vitamin C berkorelasi dengan peningkatan fungsi pertahanan (barrier) epidermis seperti yang terlihat dari jumlah hilangnya air transepidermal yang mirip sekali dengan kulit manusia. 3.3 Penuaan Kulit 16 repository.unisba.ac.id Perhatikan bahwa tanda-tanda penuaan kulit berhubungan dengan kehilangan produksi kolagen dan kolagen yang rusak. Penggunaan vitamin C adalah garis pertahanan utama serta pengobatan penuaan kulit. Wanita mengalami secara bertahap hilangnya integritas dan produksi kolagen sepanjang tahun yang berhubungan dengan aliran dalam sirkulasi kolagenase karena tingkat siklik (cyclic level) ditentukan oleh siklus menstruasi. Sayangnya setelah menopause, kerusakan akibat kolagenase tetap berlanjut karena produksi estrogen diinisiasi dari jaringan adiposa. Kerusakan akibat sinar matahari dan merokok merupakan dua penyebab utama kulit rusak, dan meskipun kulit bisa memperbaiki banyak gangguan, hal ini terlalu sulit untuk tubuh perbaiki. 19 Dokter Peter dalam artikelnya menyarankan beberapa cara untuk mengatasi penuaan.19 Beberapa cara tersebut yaitu mengkonsumsi diet yang baik; hindari gula dan yang manis-manis, makan banyak buah-buahan dan sayuran, memilih daging tak berlemak dan ikan, dan menghindari makanan gorengan, panggang dan bakar. Selain itu menyarankan untuk mengkonsumsi multivitamin setiap hari, bersama dengan 100 mg proanthocyanidins (OPC) dan 500 mg vitamin C setiap hari. Pengobatan topikal harus berpusat pada individu. Pada dasarnya, ada tiga derajat kerusakan kulit dan penuaan kulit termasuk kerusakan kulit.19 1. Kerusakan minimal. Kerusakan minimal biasa berupa garis-garis halus di sekitar mata dan mulut tanpa pipi yang melorot, dan kerutan yang merupakan garis rambut secara mendalam. 17 repository.unisba.ac.id Pengobatan topical kerusakan minimal. Mulailah dengan pengelupasan (peel) kimia entah dengan asam salisilat atau asam laktat. Gunakan krim malam dengan 0,1-0,5% retinol dan vitamin C pada 3-5%, dan inhibitor kolagenase, seperti OPC. Pada siang hari, gunakan 5-10% vitamin C dalam serum atau krim, bersama dengan vitamin E dan OPC, serta SPF paling sedikit 15. Ingat bahwa vitamin C akan memperlambat kerusakan akibat sinar matahari. Lihat klien setiap bulan selama tiga bulan, selanjutnya setiap dua bulan. Terakhir, jika dia merokok, sangat penting untuk mencoba mengubah perilaku dirinya. 2. Kerusakan sedang. Kerusakan moderat muncul sebagai lebih dalam, lebih panjang, deretan garis di sekitar mata, dengan lebih jelas di lipatan nasolabial dan aksentuasi dari lipatan labiomental, serta perubahan-perubahan pigmentasi sebagai bintik-bintik berwarna di sana-sini, pipi mengendur dan kening yang keriput. Pengobatan topical kerusakan moderat. Menghentikan kerusakan dan kemudian kembalikan. Hal ini akan memakan waktu. Mulailah dengan krim asam salisilat siang dan malam seperti pada kerusakan minimal. Untuk kunjungan berikutnya dalam satu bulan, melakukan Jessner's peel, dan jadwal janji pertemuan lain untuk bulan berikutnya. Klien juga akan mendapat keuntungan sekali-sekali dari perawatan oksigen dan perawatan enzim. Anda dapat mengulangi Jessner itu dalam tiga sampai enam bulan dan harus merekomendasikan vitamin C serum untuk pemakaian sehari-hari. Ingat bahwa vitamin C adalah penting dalam membangun kembali kolagen. 18 repository.unisba.ac.id 3. Kerusakan berat. Kerusakan berat digambarkan dengan sangat dalam dan keriput panjang di mana-mana pada wajah, banyak yang mengendur, perubahan warna dari semua jenis dan gangguan pigmentasi, mata mulai tenggelam, lipatan nasolabial yang dalam dan keriput labiomental, dan leher kalkun (turkey neck). Pengobatan topikal pada kerusakan berat. Kulit rusak berat adalah tantangan nyata. Jika kerutan-kerutan itu cukup dalam sampai dapat memegang sedotan, Anda harus merujuk pada seorang dokter kulit dan menindaklanjuti sesuai prosedur. Jika hal ini tidak dilakukan, klien akan membutuhkan Jessner’s peel secara periodik, yang harus didahului oleh enzim peel. Ikuti perkembangannya karena klien mungkin perlu perawatan retinol kadar 1-2%. Diperlukan pengalaman dan beberapa pelatihan pada tingkat ini untuk menggunakannya. Seberapa sering melakukan pengelupasan (peel) akan tergantung pada respon klien dan tingkat keahlian dokternya. 3.4 Hiperpigmentasi Ada tiga jenis utama hiperpigmentasi kulit. 1. Melasma adalah istilah umum yang menggambarkan kulit yang menggelap. 2. Chloasma biasanya digunakan untuk menggambarkan diskolorasi kulit yang disebabkan oleh hormon, seperti kehamilan, pil KB atau terapi penggantian estrogen. Sering, melasma dan chloasma digunakan secara bergantian. 19 repository.unisba.ac.id 3. Solar lentigenes adalah istilah teknis untuk bintik-bintik gelap pada kulit yang disebabkan oleh matahari. Lentigenese menggambarkan daerah gelap kulit yang sangat umum pada orang dewasa dengan riwayat lama tak terlindungi paparan sinar matahari. Vitamin C dapat memblokir tirosinase, yang sangat penting dalam pembentukan melanin. Mungkin diperlukan waktu selama 4-12 minggu untuk mengurangi bercak pigmen (pigmented spots). Vitamin C berfungsi baik dengan asam laktat sebagai obat kombinasi. Magnesium ascorbyl fosfat, L-asam askorbat, ascorbyl glukosamin dan asam askorbat adalah berbagai bentuk vitamin C yang dianggap antioksidan yang stabil dan efektif untuk kulit. Dibutuhkan asam askorbat tingkat tinggi untuk mengurangi pigmen, sampai 10% dari beberapa bentuk. Umumnya, asam askorbat bekerja lebih baik dengan agen lainnya. Pigmen kulit (Dermal pigment) didiagnosis dengan lampu Wood. Sebuah pengamatan baru menunjukkan bahwa lampu Wood dapat digunakan untuk menentukan kedalaman pigmentasi melanin dalam kulit.20 Kombinasi asam mandelat (mandelic acid) 5% dengan asam askorbat 5-10% sering efektif untuk pigmentasi dermal. Selalu yang terbaik untuk merujuk klien dengan pigmentasi dermal ke dokter spesialis kulit. Lampu Wood adalah salah satu alat diagnostik terbaik yang dapat miliki. 3.5 Bekas luka bekas luka dan perawatan Bekas luka wajah tidak mudah untuk diobati. Luka parut adalah hasil dari proses penyembuhan luka yang merangsang pembentukan kolagen. Vitamin C 20 repository.unisba.ac.id sangat penting dalam proses ini, tetapi terkadang hal itu membuat kelebihan produksi kolagen, sehingga membentuk luka parut. Bekas luka hipertrofik adalah benjolan/bengkakan merah pada kulit yang terbatas pada batas-batas luka asli. Meskipun beberapa bersifat permanen, mereka dapat hampir hilang setelah beberapa tahun.21 Keloid adalah bekas luka yang besar yang terus tumbuh dan sering berubah bentuk menjadi besar, seperti tumor, tumbuh jinak dan yang paling sering terjadi pada orang yang berkulit gelap. Mereka dapat disebabkan oleh operasi, cedera, masalah kulit seperti jerawat atau tindikan di badan, terutama pada lobus telinga. Tempat tersering untuk keloid adalah bahu dan dada.21 Bekas luka berbintik-bintik (pitted scars) bekas luka yang berbentuk cekung relung di kulit yang disebabkan hilangnya struktur-struktur pendukung kulit, seperti lemak atau otot, dan yang paling sering dikaitkan dengan jerawat dan ayam pox.21 Usia rata-rata onset untuk keloid telah diperkirakan sekitar 22 tahun bagi perempuan dan laki-laki. Daerah tubuh tertentu yang lebih rentan terhadap luka mencakup wilayah dengan kelenjar sebasea yang mensekresikan minyak atau daerah yang ketegangan kulitnya tinggi termasuk bahu, dada, leher, punggung atas, telinga dan lengan atas.22 Tanda regang (Stretch mark) atau striae adalah luka yang dapat mempunyai banyak bentuk juga. Mereka terjadi lebih sering pada wanita selama masa remaja dan penambahan berat badan. 21 repository.unisba.ac.id Beberapa pengobatan untuk bekas luka dikembangkan beberapa tahun yang lalu dengan menggunakan pita silikon. Perawatan yang dilakukan tampaknya adalah menghidrasikan bekas luka, secara parsial melarutkan kolagen dan merangsang pembentukan kolagen baru. Ini penjelasan sederhana untuk suatu proses yang sebenarnya sangat kompleks. Meskipun hal itu dapat memperbaiki bekas luka, tetapi kulit tidak pernah kembali ke keadaan semula. Berikut adalah beberapa saran dokter Peter untuk bekas jerawat, bekas luka bedah dan bekas luka bakar. Perawatan akan memakan waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan tergantung pada ukuran dan umur bekas luka. Gunakan vitamin C dengan pemakaian oklusi, seperti bungkus plastik atau jeli berminyak. Dibutuhkan 3-5% konsentrasi asam askorbat. Jika ada iritasi, ubah asam askorbat kristal (crystalline ascorbic acid) jadi magnesium ascorbyl fosfat. Jika sudah berpengalaman konsentrasi asam askorbat dapat ditingkatkan, meskipun tidak boleh melebihi 10%.19 3.6 Hasil-hasil Penelitian Beberapa hasil penelitian menunjukkan vitamin C, atau L-ascorbic acid, dapat menjadi agen topikal yang efektif untuk keriput dan garis halus. Karena vitamin C penting untuk produksi kolagen dan mereduksi radikal bebas. Jika radikal bebas dibiarkan dapat merusak sekitar sel yang sehat dan mempercepat penuaan. Oksidasi dapat dipicu oleh polusi, sinar matahari, stres, merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebih.23 22 repository.unisba.ac.id L-asam askorbat larut air dianggap sebagai bentuk yang paling aktif dari vitamin itu, tetapi tidak stabil untuk preparat topikal. Vitamin C larut lemak (atau ascorbyl palmitate) lebih stabil dan juga cenderung rendah iritasi. 23 Vitamin C topikal memiliki efek fotoprotektif melalui kandungan antioksidannya, tetapi dapatkah membalikan kerusakan yang dibuat sinar matahari tersebut? Mempertahankan vitamin C aktif yang diolesi di kulit adalah tantangan karena sensitivitasnya pada cahaya dan oksigen. 24 Pada suatu penelitian placebo-controlled, double-blind, 10 orang menerima vitamin C topikal selama 3 bulan pada sebagian wajahnya dan medium jel sendiri pada bagian satunya. Senyawa aktifnya mengandung 10% vitamin C (larut air) dan 7% tetrahexyldecyl ascorbate (analog vitamin C larut lemak) dalam gel polisilikon anhydrous, dimana kandungan aktifnya dapat dilepas perlahan. Keriput dinilai dengan skala 9. Keriput menunjukkan perbaikan secara signifikan pada bagian yang diberi vitamin C: 15% di sekitar mulut, 13% pada pipi, dan 18,6% pada daerah sekitar mata. Gel-nya sendiri secara statistik menghasilkan perbaikan signifikan hanya keriput di sekitar mata (14,5%). Tidak ada perbaikan yang signifikan pada daerah dahi pada kedua bagiannya. Hidrasi membaik sampai batas normal pada kedua sisi tersebut pada 6 orang yang sebelumnya dikategorikan kulit kering pada awal penelitian. Tidak ada perbaikan yang signifikan pada dispigmentasi kulit. Sampel biopsi diambil pada 12 minggu pada 4 orang menunjukkan ketebalan median Grenz-zone 52 µm on pada sisi yang diberi vitamin C dan 37 µmon pada sisi gel- 23 repository.unisba.ac.id nya sendiri. mRNA kolagen tipe I lebih menonjol pada sisi yang diberi perlakuan dibanding dengan sisi satunya. 25 24 repository.unisba.ac.id BAB IV KESIMPULAN & SARAN 4.1 KESIMPULAN Dari berbagai penelitian vitamin C (asam askorbat) yang telah dilakukan diketahui vitamin C memiliki peran dan fungsi yang cukup berharga bagi kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah bersifat antioksidan. Vitamin C sebagai antioksidan diakui sebagai senyawa penting dalam produk-produk antiaging baik itu berupa suplemen yang diminum, topikal yang dioleskan, ataupun cairan suspensi yang disuntikkan. Vitamin C adalah salah satu vitamin yang paling efektif dan komposisi penting bagi ahli kecantikan untuk mengobati sejumlah masalah kulit. Sangat penting untuk memahami dasar kimia dan fisiologi vitamin C untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penggunaannya. Vitamin C adalah agen perawatan yang hebat dan membutuhkan pengetahuan dan pengalaman untuk menggunakannya secara efektif dan aman. 4.2 SARAN Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek dari vitamin C tersebut sebagai antioksidan terhadap kesehatan kulit, baik peroral, topikal, maupun secara injeksi. 25 repository.unisba.ac.id DAFTAR PUSTAKA 1. Schiffenberger. (2006). History of High-dose Vitamin C. [Online]. Tersedia: http://www.pascoe-global.com/sites/vc/content/e4279/e4289/ index_eng.html [30 Mei 2009] 2. IUPAC. (2009). Systematic IUPAC Name. In Vitamin C: Wikipedia [Online]. http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C. [30 Mei 2009] 3. Naidu, KA. (2003). "Vitamin C in human health and disease is still a mystery? An overview.". J. Nutr. [Online]. 2. doi:10.1186/1475-2891-2-7. Tersedia: http://www.nutritionj.com/content/pdf/1475-2891-2-7.pdf [10 Juli 2009] 4. Whitney, E. dan Rolfes, S.R. (2005). Understanding Nutrition (Tenth ed.).Wadsworth: Thomson Wadsworth. 5. Gropper, S.S., Smith, J.L. and Groff, J.L. (2005). Advanced Nutrition and Human Metabolism (Fourth ed.). Wadsworth: Thomson Wadsworth. 6. McGee, William (2007). Vitamin C. National Institutes of Health. [Online]. Tersedia: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/ 002404.htm [3 Juli 2009] 7. BBC News. (2000). The influence of smoking on vitamin C status in adults. BBC news and Cambridge University. [Online]. Tersedia: http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/901196.stm [6 Juni 2009] 8. Frei B, Traber M. (2001). “The new US dietary reference for vitamins C and E”. Redox Rep 2001, PubMed Abstract. 6:5-9. [10 Juli 2009] 9. Carr AC, Frei B. (1999). Does vitamin C act as pro-oxidant under physiological conditions ?. FASEB J, [Online]. 13:1007-1024. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10336883?dopt=Abstract&holding= f1000,f1000m,isrctn [10 Juli 2009] 10. World Health Organization. (2007). Toxicological evaluation of some food additives including anticaking agents, antimicrobials, antioxidants, emulsifiers and thickening agents [Online]. Tersedia: http://www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v05je20.htm [10 Juli 2009] 11. Cathcart, Robert F. III (1985). "Vitamin C: the nontoxic, nonrate-limited, antioxidant free radical scavenger". Medical Hypotheses [Online]. 18 (1). doi:10.1016/0306-9877(85)90121-5. [10 Juli 2009] 26 repository.unisba.ac.id 12. Cook, JD., Reddy, MB. (2001). "Effect of ascorbic acid intake on nonheme-iron absorption from a complete diet". Am. J. Clin. Nutr. [Online]. 73 (1): 93-8. Tersedia: http://www.ajcn.org/cgi/reprint/73/1/93.pdf [10 Juli 2009] 13. Massey, LK., Liebman, M., Kynast-Gales SA (2005). "Ascorbate increases human oxaluria and kidney stone risk". J. Nutr. [Online]. 135 (7): 1673-7. Tersedia: http://jn.nutrition.org/cgi/reprint/135/7/1673.pdf [10 Juli 2009] 14. Ovcharov R, Todorov S (1974). "[The effect of vitamin C on the estrus cycle and embryogenesis of rats]" (in Bulgarian). Akusherstvo i ginekologiia [Online]. 13 (3): 191-5. [10 Juli 2009] 15. Clark, Stephanie, Ph. D (2007). Comparing Milk: Human, Cow, Goat & Commercial Infant Formula. Washington State University. [Online]. Tersedia: http://www.saanendoah.com/compare.html [10 Juli 2009] 16. S Murad et al. (1981). Regulation of collagen synthesis by ascorbic acid, Proc Nat Acad Sci, 78 2879–2892 17. S Wha Kim et al. (2002). Fibroblasts and ascorbate regulate epidermalization in reconstructed human epidermis. J Dermatol Sci, 30(3) 215–223 [Desember 2009] 18. S Pasonen-Seppänen et al. (2001). Vitamin C enhances differentiation of a continuous keratinocyte cell line (REK) into epidermis with normal stratum corneum ultrastructure and functional permeability barrier, Histochem Cell Biol, 116(4) 287–297 2001. 19. Pugliese, P.T.,MD. 2009. Vitamin C in Skin Care. Skin Inc Magazine. June 2009 issue 20. B Gilchrest et al. (2006) Localization of melanin pigmentation in the skin with Wood’s lamp. Brit J Dermat, 96 245–247 2006. 21. en.wikipedia.org/wiki/Scar [20 Desember 2009] 22. www.dowcorning.com/content/publishedlit/poster064.pdf [20 Desember 2009] 23. BNET. (2008). Vitamin C Fights Aging Skin. BNET. [Online]. Tersedia: http://www.redorbit.com/news/health/1382504/vitamin_c_fights_aging_sk in/index.html [22 Juli 2009] 27 repository.unisba.ac.id 24. Hruza, G.J. (2002). Vitamin C Skin Rejuvenation. Journal Watch Dermatology.[Online]. Tersedia: http://dermatology.jwatch.org/cgi/content/full/2002/430/5 [3 Agustus 2009] 25. Fitzpatrick RE and Rostan EF. (2002). Double-blind, half-face study comparing topical vitamin C and vehicle for rejuvenation of photodamage. Dermatol Surg [Online]. 28:231-6. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11896774 [3 Agustus 2009] 28 repository.unisba.ac.id