8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Teori Dasar 2.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Teori Dasar
2.1.1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi sangat penting bagi makhluk hidup sosial. Tanpa
komunikasi yang efektif dengan sesama makhluk hidup, mereka tidak akan
dapat melayani kebutuhan seseorang dengan baik.
Wilbur Schramm (dikutip oleh Schiffman & Kanuk, 2006), memberi
gambaran antara lain bahwa “communication” berasal dari perkataan latin
“common” yang berarti sama. Jadi apabila seseorang mengadakan
komunikasi menurut Wilbur Schramm berusaha megadakan “persamaan”
dengan orang lain.
Charles H. Cooley (dikutip oleh Schiffman & Kanuk, 2006): “By
Communication is here menat the mechanism througt which human relation
exist and develop all the symbols of the mind, together with the means of
converying them through space and preserving them in time”. Dengan
maksud (mekanisme yang mengadakan hubungan antara manusia dan yang
mengembangkan semua lambing dari pikiran, bersama dengan arti yang
menyertainya dan melalui keleluasaan serta menyediakan tepat pada
waktunya.
Carl I. Hovland (dikutip oleh Schiffman & Kanuk, 2006): Science of
communication is a systematic attempt to formulate inrigous the principle by
which information in transmited and opinions and attitudes formed”. (Ilmu
8
9
komunikasi adalah suatu system yang berubah menyusun prinsip-prinsip
dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan
membentuk pendapat serta sikap-sikap).
Mengenai komunikasi Carl I. Hovland dalam Wiryanto (2004: 6)
mengemukakan: Communication is the process by which individual (the
communicator) transmits stinuly (usually verbal symbols) to modify the
behavior of other individuals. (Komunikasi adalah proses dimana seorang
individu (komunikator) mengoperkan perangsang (biasanya lambanglambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain
(komunikan).
Selanjutnya Sir Geral Barry (dikutip oleh Schiffman & Kanuk, 2006)
mengemukakan bahwa dengan komunikasi orang memperoleh pengetahuan,
informasi dan pengalaman, karena itu maka saling mengerti, percakapan,
keyakinan, kepercayaan dan kontrol saling diperlukan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
komunikasi itu mempelajari suatu gejala yang sama, yaitu pernyataan yang
dilakukan oleh manusia. Dengan demikian, yang dipelajari oleh komunikasi
yaitu “pernyataan manusia”, sedangkan kata-kata tertulis atau pun lisan di
samping itu, dapat dilakukan juga dengan isyarat-isyarat atau symbol-simbol.
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid dalam (Wiryanto, 2004:6),
menyatakan bahwa komunikasi ialah suatu proses kegiatan di mana terdapat
dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain,
yang pada gilirannya akan terjadi saling pengertian yang mendalam.
10
Menurut
Harold
D.
Lasswell,
cara
yang
baik
untuk
dapat
menggambarkan komunikasi adalah dengan cara menjawab pertanyaan
sebagai berikut :
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa
yang mengatakan dengan saluran apa kepada siapa dengan efek bagaimana?)
(Wiryanto 2004, 6).
Shannon dan Weaver dalam buku (Wiryanto, 2004: 7), menyatakan
bahwa komunikasi adalah suatu bentuk dari interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, dengan cara sengaja maupun tidak sengaja dan
tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka atau (non verbal), lukisan, seni dan teknologi (Wiryanto 2004, 7).
Sedangkan menurut A.M. Hoeta Soehoet dalam buku (Soehoet, 2003:
5), ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari dan memahami usaha
manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain. Objek
ilmu
komunikasi
adalah
usaha
manusia
dalam
menyampaikan
isi
pernyataannya kepada manusia lain (Soehoet 2003, 5).
Dari pengertian di atas, penulis memahami bahwa komunikasi adalah
usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain
melalui bahasa tulisan, gambar-gambar, symbol-simbol, isyarat, bunyibunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh
orang lain.
11
2.1.2
Teori Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, sebagai
kependekan dari mass media communication
(komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media
massa. Istilah mass communications atau communications diartikan sebagai
salurannya, yaitu media massa sebagai kependekan dari media of mass
communication (Wiryanto 2004, 69).
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling
terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948
mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak
orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang
mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa
(what that effect) (Littlejhon, 1996).
Dan salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi
teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori
matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude
Shannon dan Warren Weaver. Teori ini melihat komunikasi sebagai
fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai
transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media
komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses
yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan
menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada
akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi
seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of
mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa
12
yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan
komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk
mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga
cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan
sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.
Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah
Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat
mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana yang berkepentingan atas
penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver
mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk
komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di
mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut
mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel
telepon dan gelombang radio. Latar belakang keahlian teknik dan matematik
Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam
suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi
adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab
semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses
transmisi. (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai, “komunikasi yang
berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima
tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir
kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar,
majalah, radio, film atau televisi” (Wiryanto 2000, 1).
13
Di sini terlihat bahwa komuniksai terjadi tidak secara langsung
melainkan melalui media sebagai penyampai informasi tersebut. Komunikasi
massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan sarana-sarana teknik
yang mampu menyampaikan pesan kepada suatu khalayak yang besar dalam
waktu relatif singkat atau bahkan secara langsung. Ciri utamanya,
penyampaian pesan atau gagasan itu dilakukan orang yang bekerja pada
media massa (Junaedhie 1991, 134).
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana 2000, 75).
Dari definisi-definisi di atas, dapat penulis pahami bahwa komunikasi
massa adalah jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesanpesan yang disampaikan. Melalui definisi-definisi komunikasi massa itu pula
kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa.
2.1.3
Karakteristik Komunikasi Massa
Adapun karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:
a. Komunikator terlembagakan,
b. Pesan bersifat umum,
c. Komunikannya anonim dan heterogen,
d. Media massa menimbulkan keserempakan,
e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan,
f. Komunikasi massa bersifat satu arah,
g. Stimulasi alat indra “terbatas”, dan
14
h. Umpan balik tertunda (delayed).
2.1.4
Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah suatu proses berkomunikasi dengan melalui
media massa. Komunikasi massa mempunya dua fungsi yaitu komunikasi
massa secara umum dan komunikasi secara khusus. Fungsi komunikasi massa
secara umum, dilihat dari perspektif secara umum yang meliputi (Effendi,
2007:18) :
1. Memberikan informasi
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi
pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak
media
massa
yang
bersangkutan
sesuai
dengan
kepentingannya. Khalayak sebagai mahkluk sosial akan selalu merasa
haus akan informasi yang terjadi.
2. Memberikan pendidikan (to educated)
Fungsi ini diartikan bahwa media massa merupakan sarana pendidikan
bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak
meyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik.
Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui
pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa
atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita,
diskusi, dan artikel.
3. Memberikan hiburan (to entertain)
Fungsi ini diartikan bahwa menghibur untuk mengurangi ketengangan
pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau
15
melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak
segar kembali.
4. Mempengaruhi (to influence)
Fungsi ini diartikan bahwa media massa secara implicit terdapat pada
tajuk/editorial, features, Iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat
terpengaruh iklan-iklan yang ditayangkan televisi maupun surat kabar.
Fungsi komunikasi massa secara khusus, mempunyai fungsi yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Fungsi komunikasi massa
secara khusus adalah sebagai berikut (Siti Karlinah, 2007:18):
1. Fungsi untuk meyakinkan melalui pengukuhan atau memperkuat sikap
atau nilai seseorang, mengubah sikap, menggerakkan seseorang untuk
melakukan sesuatu serta memperkenalkan etika atau menawarkan sistem
nilai tertentu.
2. Fungsi
menganugerahkan
menganugerahkan
status,
yaitu
fungsi
yang
dapat
status publik terhadap orang-orang tertentu,
sedangkan fungsi membius, merupakan fungsi yang sangat menarik
karenakhalayak seolah-olah tidak berdaya dalam menerima pesan-pesan
yang disampaikan oleh media.
3. Fungsi sebagai alat untuk menciptakan rasa kebersamaan, yaitu
kemampuan media massa membuat khalayakmenjadi anggota suatu
kelompok.
4. Fungsi privatisasi yaitusebagai suatu kecenderungan bagi seseorang
untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam
dunia sendiri.
16
2.1.5
Program Televisi
Televisi selain berfungsi sebagai penyajian informasi, memberikan
pendidikan dan sebagai sumber hiburan kepada masyarakatnya seperti
dengan menyajikan tayangan-tayangan atau program acara yang bagus serta
menarik untuk ditonton. Sebuah program acara yang dapat dikatakan bagus
adalah program acara yang dapat menaikkan rating dari televisi tersebut. Pada
umumnya isi program siaran televisi mempunyai jenis-jenis programnya,
meliputi acara seperti: “News reporting (laporan berita), talk show,
documentair, magazine/tabloid, advertising, education, art and culture, dan
sebagainya yang kemudian diberi mana sesuai dengan keinginan masingmasing televisi” (Muda, 2005: 63).
2.1.6
Jenis Program Televisi
Jenis program acara dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar
menurut jenisnya, yaitu:
1. Program jenis informasi berita
Segala bentuk siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan
pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens. Daya tarik program ini
adalah informasi yang kemudian dijual kepada penonton dan program
jenis hiburan.
2. Program jenis hiburan
Segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam
bentuk musik, drama, film, permainan dan pertunjukan. Pada dasarnya
pemirsa menggunakan program televisi karena untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya guna untuk pemuasan kebutuhan secara berbeda.
17
Kunci dari program acara yang disajikan untuk masyarakat adalah
berada pada area pendidikan, pemberitaan politik, berita seni, agama dan
representasi dari keragaman kelompok sosial. Pada umumnya kesuksesan
sebuah acara dapat dilihat dari sebuah rating yang didapatkan program
acara tersebut dan dapat juga dianggap sebagai penentu kualitas dari
sebuah program acara. Beberapa pelaku penyiaran memutuskan untuk
melanjutkan program tertentu tanpa harapan untuk meraih rating tertinggi
dan beberapa lainnya memutuskan untuk menghentikan tayangan. Fungsi
dari sebuah rating dipakai untuk mengetahui apakah orang menyaksikan
program acara tersebut atau tidak dan berapa banyak jumlahnya.
2.1.7
Pengaruh Tayangan Televisi
Untuk mengukur pengaruh tayangan televisi juga dapat dilihat dari
indikator frekuensi , durasi dan atensi. Menurut Adriyanto dan Erdinaya
ketiga pola ini sering dilakukan untuk mengukur pengaruh tayangan televisi,
pengukuran frekuensi program mingguan seperti berapa kali dalam sebulan.
Sedangkan pengukuran
durasi penggunaan media dihitung berapa lama
khalayak tergantung pada suatu media, berapa menit khalayak mengikuti
program. Kemudian hubungan khalayak dan program berkaitan dengan
perhatian
atau
atensi.
Frekuensi,
merupakan
penggunaan
media
mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali dalam sebulan seseorang
mengkonsumsi tayangan suatu program televisi. Durasi merupakan data
berupa berapa lama menyaksikan tayangan televisi serta atensi yaitu seberapa
besar perhatian pada tayangan televisi (Pahlevi, 2009:15).
18
2.1.8
Reality Show
Televisi memberikan pengaruh sosial yang luar biasa terhadap
masyarakat. Begitu juga dengan kehidupan remaja. Salah satu pengaruh
tayangan televisi tentang reality show. Reality show adalah acara yang
menampilkan realitas kehidupan seseorang yang disiarkan melalui jaringan
TV. Sehingga bisa dilihat oleh masyarakat. Reality show secara istilah berarti
pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa dan tidak dibuat-buat.
Kejadiannya diambil dari keseharian kehidupan masyarakat apa adanya
(Widyaningrum dan Christiastuti, 2004).
Dalam meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu
dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai
kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya.
Hal ini disebabkan karena industri pertelevisian kurang memberikan pesanpesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam
berbagai program televisi seperti salah satunya pada reality show yang
banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis,
kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan di layar kaca.
Oleh karena program tersebut banyak diminati publik, khususnya remaja.
Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak stasiun TV.
Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di
kota besar, seperti salah satunya adalah yang sarat akan dunia gemerlap
(dugem). Seperti tayangan remaja dalam, cara berpakaian yang terlalu minim
/ seksi, goyang-goyangan yang sensual para remaja yang sedang clubbing dan
sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering
19
mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk
mengikuti perilaku tersebut.
Dari tayangan – tayangan tersebut ada remaja yang hanya sekedar
menyaksikan, tapi tidak terpengaruh mengikutinya. Dan ada juga remaja yang
memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut
guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling
rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh
dan ingin mencari sensasi di lingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai
remaja yang gaul. Terhadap remaja yang mudah terpengaruh oleh adeganadegan tersebut, mengakibatkan mereka ingin mencoba hal-hal yang mereka
lihat dalam bergaul.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Teori Kultivasi
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu
(penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang
berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan
keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung
banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi
juga dalam kehidupan sehari-hari”.
Dalam hal ini, seperti Marshall McLuhan, Gerbner menyatakan
bahwa televisi merupakan suatu kekuatan yang secara dominan dapat
mempengaruhi
masyarakat modern.
Kekuatan
tersebut berasal dari
kemampuan televisi melalui berbagai simbol untuk memberikan berbagai
gambaran yang terlihat nyata dan penting seperti sebuah kehidupan sehari-
20
hari.Televisi mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga apa yang
ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang nyata,
kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di media dipandang sebagai
sebuah realitas objektif.
Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian yang penting dalam
sebuah rumah tangga, di mana setiap anggota keluarga mempunyai akses
yang tidak terbatas terhadap televisi. Dalam hal ini, televisi mampu
mempengaruhi lingkungan melalui penggunaan berbagai simbol, mampu
menyampaikan lebih banyak kisah sepanjang waktu. Gebrner menyatakan
bahwa
masyarakat
memperhatikan
televisi
sebagaimana
mereka
memperhatikan tempat ibadah. Menurut Gerbner khalayak melihat tayangan
televisi adalah kekerasan, karena ia merupakan cara yang paling sederhana
dan paling murah untuk menunjukkan bagiamana seseorang berjuang untuk
mempertahankan hidupnya. Televisi memberikan pelajaran berharga bagi
para penontonnya tentang berbagai ‘kenyataan hidup’, yang cenderung
dipenuhi berbagai tindakan kekerasan.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada
2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu:
1. Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang
menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok
penonton ini sering juga disebut sebagai kahalayak ‘the television type”.
2. Para penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton
televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya (Nurudin, 2007).
21
Teori kultivasi pada awal perkembangannya lebih memfokuskan
kajiannya pada studi televisi fan audience, khususnya pada tema-tema
kekerasan di televisi. Namun dalam perkembangannya, teori kultivasi dapat
digunakan untuk kajian diluar tema kekerasan. (Nurudin, 2007).
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa menjadikan
agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton adalah agen sosialisasi dan
menyelidiki apakah penonton televisi ini lebih mempercayai apa yang
disajikan daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya.
Gerbner mengatakan bahwa media massa khususnya televisi diyakini
memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya. Pengaruh
tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat komulatif dan tidak
langsung. Pada hal ini bagi penonton program Paranoia di O Channel, mereka
yang menonton program tayangan ini perlahan-lahan akan dipengaruhi oleh
tayangannya sehingga tercipta persepsi di dalam benak penonton bahwa apa
yang mereka lihat dari tayangan Paranoia merupakan hal yang nyata terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan pergaulan masyarakat kota
Jakarta.
Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh
Profesor George
Gerbner ketika ia menjadi dekan Annenberg School of
Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan
pertama yang memperkenalkan teori ini adalah “Living with Television: The
Violenceprofile”, Journal of Communication. Awalnya, ia melakukan
penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk
mempelajari pengaruh menonton televisi. Dengan kata lain, ia ingin
22
mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh
penonton televisi itu?. Itu juga bisa dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang
dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”.
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama
dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di
lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak anda
tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya,
melalui kontak anda dengan televisi anda belajar tentang dunia, orangorangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya.
Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa
apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Misalnya, tentang
perilaku gaya hidup masyarakat yang senang dengan dunia malam seperti
clubbing atau party yang terjadi di kalangan masyarakat kota Jakarta. Para
pecandu berat televisi ini akan mengatakan sebab utama munculnya gaya
hidup masyarakat yang senang dengan dunia malam adalah karena faktor
masalah pergaulan sosial. Padahal bisa jadi sebab utama itu lebih karena
faktor cultural shock (keterkejutan budaya) dari tradisonal ke modern.
Dengan kata lain, penilaian, persepsi, opini penonton televisi digiring
sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi. Bagi
pecandu berat televisi, apa yang terjadi pada televisi itulah yang terjadi pada
dunia sesungguhnya.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan
nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan
nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama
23
pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing
penonton itu menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya
kecenderungan sikap yang sama satu sama lain.
Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa sebagai agen
sosalisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai
apa yang disajikan televisi daripada apa yan mereka lihat sesungguhnya.
Gerbner dan kawan-kawannya melihat bahwa film drama yang disajikan di
televisi mempunyai sedikit pengaruh tetapi sangat penting di dalam
mengubah sikap, kepercayaan, pandangan penonton yang berhubungan
dengan lingkungan sosialnya. Televisi, sebagaimana yang pernah dicermati
oleh Gerbner, dianggap sebagai pendominasi “lingkungan simbolik” kita.
2.2.2 Dampak Kultivasi
Kultivasi secara makna kata berarti menanam, sehingga secara makna
kata teori kultivasi dapat diartikan sebagai teori yang menfokuskan pada
proses penanaman nilai. Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan
salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan dampak media bagi
khalayak. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang
dilakukan oleh Gerbner lebih menekankan pada “dampak”. Dampak yang
berkaitan adalah dengan perubahan sikap, perasaan dan perilaku dari
audiensnya. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa media massa
dampak kognatif, afektif dan konatif (Ardianto dan Erdinaya, 2005: 49):
1. Dampak Kognitif
Berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga audiens yang
semula tidak tahu, tidak mengerti dan bingung menjadi jelas. Dampak ini
24
berkaitan dengan penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan
maupun kepercayaan oleh media massa.
2. Dampak Afektif
Berkaitan dengan perasaan. Akibat dari menonton acara yang di
tayangkan di televisi, timbul perasaan tertentu pada audiens. Dampak
afektif terjadi ketika pada audiens timbul perasaan tertentu, missal:
gembira, iba, percaya, dan lainlain. Sehingga dampak dari tayangan
tersebut dikatakan sampai pada tahap efektif apabila tayangan di televisi
mengubah pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.
3. Dampak Konatif
Berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang cenderung menjadi
suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif sering juga disebut sebagai
efek behavioral atau sebuah aksi karena berbentuk perilaku (Effendy,
2003: 318). Dampak pada tayangan di televisi pada tahap konatif apabila
tayangan di televisi menimbulkan pola-pola tindakan, kegiatan atau
perilaku yang dapat diamati.
Asumsi mendasar dalam teori ini adalah pengaruh media yang terus
menerus akan memberikan gambaran dan persepsi pemirsanya bahwa yang
mereka saksikan itu adalah hal yang tidak tabu di lakukan di lingkungan
masyarakat setempat. Artinya, selama pemirsa melakukan kontak dengan
televisi mereka akan belajar tentang dunia, menciptakan persepsi sesuai yang
mereka lihat di televisi.
25
2.2.3 Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
individu
yang
secara
langsung
terlibat
untuk
mendapatkan
dan
mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk didalamnya yaitu kegiatan
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatankegiatan tersebut.
Ada 2 (dua) elemen penting dari perilaku konsumen, yaitu proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang keduanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan dan mempergunakan barang atau jasa
secara ekonomis.
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.
Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perilaku konsumen yang dinamis mengartikan bahwa perilaku
seorang konsumen, kelompok konsumen ataupun masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal studi perilaku konsumen,
salah satu implikasinya adalah bahwa generasi perilaku konsumen biasanya
terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk dan individu atau kelompok
tertentu.
Dan perilaku konsumen merupakan interaksi
antara perilaku dan
lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
manusianya. Dimana melibatkan pertukaran yang mengartikan bahwa hal
terakhir yang ditekankan yaitu pertukaran diantara individu. Dimana
26
pertukaran dengan konsumen melalui informarsi dari individu ke individu
lainnya.
“Generally,
self-concept
has
been
construed
from
a
multidimensional perspective. Actual self refers to how a person perceives
herself, ideal self refers to how a person would like to perceive herself and
social self refers to how a person presents herself to others”. Umumnya,
konsep diri telah ditafsirkan dari perspektif multidimensi. Diri yang
sebenarnya mengacu pada bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri,
diri ideal mengacu pada bagaimana seseorang ingin melihat dirinya dan diri
sosial mengacu pada bagaimana seseorang menyajikan dirinya kepada orang
lain (M. Joseph Sirgy, 2009:Vol 09 No. 03).
Manusia berperilaku juga di pengaruhi karena adanya dorongandorongan (motif) dari dalam dirinya sendiri. Hal yang timbul tersebut
dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia
tersebut.
Menurut Dennis McQuail (388:2005) ada empat kategori motif
pengkonsumsian media secara umum yaitu:
1. Motif Informasi (Survaillance)
Berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan eksplorasi
sosial.
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai dan motif yang
ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang dianggap
penting
dalam
bersangkutan.
kehidupannya
dengan
situasi
khalayak
yang
27
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationship)
Motif yang meliputi interaksi dan integrasi sosial, merajuk pada
kelangsungan antara hubungan individu tersebut dengan individu atau
kelompok lainnya, persahabatan dan kegunaan sosial.
4. Motif Hiburan (Diversion)
Motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari kegiatan
rutinitas yang dijalaninnya, tekanan, masalah dan sarana pelepasan
emosi serta kebutuhan akan hiburan khalayak.
Menurut Well dan Tigert (Susanto, 2010:11) perilaku konsumen dapat
diamati dan di ukur melalui AIO (Activities, Interest and Opinion) yang
mengartikan:
1. Bagaimanakah seseorang dapat menggunakan waktunya dalam
kehidupan sehari-harinya
2. Apa sajakah yang dapat menjadi minat atau keinginan apa saja yang
ada di sekelilingnya yang akan dianggap penting dalam kehidupan
dalam berinteraksi social
3. Bagaimana pendapat atau opini dari diri sendiri dan opini terhadap
dunia di sekitarnya
4. Karakteristik dari dasar kelompok konsumen tersebut umumnya
dapat di lihat berdasarkan pada wilayah geografis.
2.2.4 Faktor Perilaku Konsumen
Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen,
yakni sebagai berikut (Hawkins, 2007):
1. Motivasi
28
Motivasi adalah penggerakan dalam iri seseoran yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan. Hal ini timbul akibat ketegangan yang terjadi
karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi. Motivasi adalah alasan dari
sebuh tingkah laku.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih dan menginterpretasikan
dorongan ke dalam suatu gambaran yang berarti dan masuk akal. Persepsi
dapat diartikan dengan bagaimana seseorang melihat di sekitarnya.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah dimana seseorang yang biasanya pernah mengalami
suatu hal dan hal tersebut dijadikan suatu pengalaman yang berdampak
untuk mereka terapkan bagi tingkah laku di masa depan.
Pembelajran
tersebut adalah sebagai hasil dari pencarian informasi.
Ada beberapa cara untuk mengukur perilaku konsumen, yaitu
pernyataan sendiri (self-report), pengamatan perilaku (observation of overt
behavior), teknik tidak langsung (indirect techniques), performance of
objective task, dan reaksi psikologis (psychological reaction). Yang paling
banyak dilakukan adalah pernyataan sendiri, yaitu suatu cara dimana orangorang ditanya secara langsung tentang kepercayaan atau perasaan terhadaap
suatu objek. Metode ini banyak digunakan dalam mengukur sikap dan
persepsi. Dalam menggunakan metode ini harus disepakati dulu bahwa
perilaku seseorang dapat diamati melalui perilaku konsumtif. Yang di
maksud perilaku konsumtif disini adalah tindakan-tindakan yang dapat
diamati (Bilson Simamora, 2008).
29
“Self-control research seemingly has much to offer researchers
interested in consumer behavior. This could be tested by examining whether
the behavior of consumers changes systematically as a function of the factors
that undermine or weaken self-control. Self-control should therefore be
weakened by conflicting standards and goals”. Penelitian pengendalian diri
yang tampaknya memiliki banyak untuk menawarkan peneliti tertarik dalam
perilaku konsumen. Hal ini dapat diuji dengan memeriksa apakah perilaku
konsumen berubah sistematis sebagai fungsi dari faktor-faktor yang merusak
atau melemahkan kontrol diri. Kontrol diri karenanya harus melemah oleh
standar yang saling bertentangan dan tujuan. (Roy F. Baumeister, 2002:Vol 2.
No.4)
Dari pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah bukan hanya sekedar karakteristik yang sifatnya
kekal, namun dapat berubah dan berkembang sebagai hasil dari suatu
kegiatan interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan bisa bersifat
positif dan negatif. Perubahan sifat dapat terjadi ditentukan oleh dirinya
sendiri atau individu yang bersangkutan di pengaruhi dengan lingkungannya.
Pola pola perilaku konsumen akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang
menetap (fixed).
2.2.5 Gaya Hidup
Gaya hidup pada dasarnya merupakan suatu perilaku yang
mencerminkan masalah apa yang sebenarnya yang ada di dalam alam pikiran
manusia yang cenderung membaur dengan berbagai hal yang terkait dengan
masalah emosi dan psikologis manusia.
30
Gaya hidup ditunjukan oleh perilaku tertentu sekelompok orang atau
individu yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama. Gaya
hidup yang berkembang di masyarakat dapat merefleksikan nilai-nilai yang
dianut oleh masyarakat itu sendiri. Gaya hidup menunjukkan bagaimana
orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di
depan umum dan upaya yang dapat membedakan status dirinya terhadap
status dari orang lain melalui symbol atau nilai sosial. Gaya hidup dapat
diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan
dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu yang sifatnya tidak
selalu sama dengan gaya hidup semua orang.
Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang dengan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut
di dalam
masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Gaya hidup juga merupakan suatu
seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan
erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya
zaman secara tidak langsung teknologi juga akan semakin canggih. Maka
semakin berkembang luas juga penerapan yang di lakukan oleh manusia
dalam gaya hidup di dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam arti lain, gaya
hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang
menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya.
“How human lifestyle behaviors can change over time, in which
national differences rather than ethnic students can be investigated in
relation to lifestyle behaviors”. Bagaimana perilaku gaya hidup manusia
dapat berubah seiring waktu,di mana perbedaan nasional daripada etnis siswa
31
dapat diselidiki dalam hubungan dengan perilaku gaya hidup (Schmidt,
Manuela. (2012): 1-14)
Dewasa ini, gaya hidup sering disalah gunakan oleh sebagian besar
para remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan.
Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini. Tentu
saja, mode yang mereka tiru adalah mode dari orang barat. Jika mereka dapat
memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan positif.
Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter mode dari orang barat
tersebut, maka akan berpengaruh negatif bagi mereka sendiri (Siti
Nurhasanah, 2009).
Gaya hidup merupakan ekspresi dari suatu situasi individu,
pengalaman hidup, nilai, sikap dan harapan dari seseorang. Singkatnya, gaya
hidup merupakan bagaimana cara individu hidup. Fungsi dari karakteristik
seseorang
yang telah dibentuk melalui interaksi sosial dimana individu
mengalami siklus hidup. Gaya hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti nilai atau norma, demografi, kelas sosial, referensi kelompok,
keluarga dan juga karakter individu itu sendiri seperti motivasi, emosi, dan
personalitas dari dlam dirinya. Perbedaan gaya hidup seseorang akan
mempengaruhi kebutuhan mereka (Cathy Neal, 2006:398).
Gaya hidup didefinisikan sebagai suatu cara hidup yang dapat di
gambarkan dari bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa
yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa
yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya
(pendapat). Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda-beda dengan
32
masyarakat yang lainnya. Bahkan dari masa ke masa, gaya hidup suatu
individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun
demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu
gaya hidup relatif permanen. Gaya hidup akan berkembang pada masingmasing aktivitas, ketertarikan dan opini (Setiadi, 2003:148).
2.2.6 Jenis Gaya Hidup
Jenis gaya hidup secara luas dapat dibagi sebagai berikut (Ari, 2010):
1. Aktivitas
Cara hidup yang dapat diidentifikasikan dengan bagaimana cara
seseorang mengahabiskan waktunya.
2. Ketertarikan
Apa yang akan dianggap penting dalam lingkungannya.
3. Pendapat
Apa yang dipikirkan tentang dirinya sendiri dan juga dunia di
sekitarnya.
Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang
lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok
masyarakat lainnya akan bergerak dinamis. Namun, gaya hidup tidak cepat
berubah sehingga kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen.
Gaya hidup individu di lihat dengan pola perilaku individunya
tersebut, dimana perilaku tersebut akan memberi dampak yang berbeda-beda
tiap orangnya. Dampak tersebut ada yang positif dan negatif. Gaya hidup
seseorang dapat diubah dengan cara memberdayakan individu agar merubah
33
gaya hidupnya, tetapi merubahnya bukan pada si individu saja namun juga
harus merubah lingkungan sosial dan kondisi kehidupan yang mempengaruhi
pola perilakunya. Namun pada dasarnya bahwa tidak ada aturan ketentuan
baku tentang gaya hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya,
pendapatan, struktur keluarga, umur, kemampuan fisik, lingkungan rumah
dan lingkungan tempat kerja, menciptakan berbagai “gaya” dan kondisi
kehidupan lebih menarik, dapat diterapkan dan diterima oleh semua orang
tanpa batasan kelompok.
2.2.7 Faktor Gaya Hidup
Menurut pendapat Amstrong, gaya hidup seseorang dapat dilihat dari
perilaku yang dilakukan oleh seseorang seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk
didalamnya adalah bagaiman cara dalam proses pengambilan keputusan pada
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong menyatakan
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang terdapat
ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan
faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal adalah sebagai
berikut (Nugraheni, 2003):
1. Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikirannya yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang
didasarkan melalui pengalaman dan secara langsung dapat mempengaruhi
pada perilakunya. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
34
2. Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat sangat mempengaruhi dalam pengamatan sosial di
dalam tingkah laku, pengalaman tersebut dapat diperoleh dari semua
tindakannya yang dialami dimasa lalu tersebut. Dengan pengalaman masa
lalu tersebut maka seseorang dapat mempelajari, melalui belajar maka
orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial
akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek yang diamatinya.
3. Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik dari seseorang dan cara tindak
berperilakunya dapat menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu
lainnya.
4. Konsep diri
Kepribadian dari seseorang adalah di lihat dari konsep diri. Konsep diri
sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan
hubungan antara konsep diri seseorang dengan di nilai dari pencitraan
dirinya tersebut. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri merupakan inti
dari kepribadian seseorang, dimana akan menentukan perilaku individu
dalam
menghadapi
permasalahan
hidupnya,
karena
konsep
diri
merupakan tindakan yang menjadi awal perilaku.
5. Motif
Perilaku seseorang muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman. Kebutuhan tersebut merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika
35
motif seseorang terhadap kebutuhan itu besar maka akan membentuk
gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang menganalisis, memilih,
mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu
gambar yang berarti mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal dijelaskan sebagai berikut :
1. Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada
perilaku dan gaya hidup tertentu.
2. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan
perilaku seseorang. Dalam hal ini pola asuh orang tua akan membentuk
kebiasaan
anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
3. Kelas sosial
36
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan
lama
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang,
dan para
anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku
yang sama.
Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam
masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya
tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan
usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan
aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu
peranan dalam kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan
yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari
segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi
ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Remaja cenderung tidak ingin dikatakan sebagai anak-anak lagi
walaupun belum dapat dikatakan orang dewasa, pada masa transisi inilah
mereka menciptakan penampilan yang berbeda seperti tingkah laku dan gaya
hidup. Selain itu remaja yang mengalami perkembangan, baik dalam kognisi,
afeksi maupun konasinya sehingga mereka cenderung selalu ini tahu hal-hal
baru dan mencobanya.
37
Kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan
karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep diri
mereka sebagai remaja dan tingkat konformitas terhadap teman sebaya.
Konformitas teman sebaya adalah suatu perubahan dan penyesuaian persepsi,
keyakinaan dan perilaku individu terhadap keyakinan kelompok karena
adanya tuntutan maupun tekanan yang sifatnya imajinatif atau nyata.
Gaya hidup hedonis yang rendah pada subjek dapat disebabkan karena
pengaruh uang saku yang diberikan oleh orang tua, sebagian besar subjek
mendapatkan uang saku yang hanya cukup untuk jajan dan biaya transportasi
ke sekolah. Sehingga dengan uang saku yang dimiliki, subjek tidak bisa
membeli semua diinginkannya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian
ingin menjadi pribadi yang mandiri pribadi diri sendiri dan tidak ingin
mengikuti teman-temannya. Subjek ingin menjadi diri sendiri yang mandiri
dan mulai memiliki pemikiran yang berbeda dengan teman-temannya yang
lain. Mereka ingin mempertahankan pendapat mereka jika menurut mereka
pendapat itu benar dan tidak terpengaruh oleh bujukan teman. Subjek
penelitian sudah mulai menemukan identitas diri mereka sehingga mereka
ingin menunjukkan jati diri mereka dengan menjadi diri mereka sendiri tanpa
meniru dan mengikuti pengaruh dari teman-teman sebayanya (Nurul Ajeng
Sholihah, Istiana Kuswardani).
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang secara
kasatmata, yang menandai sistem nilai, serta sikap terhadap diri sendiri dan
lingkungannya. Sehingga teori ini menyebutkan bahwa tidak semua orang
memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang
38
berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak
orang yang memiliki resiko daripada gaya hidup lainnya. Gaya hidup ini
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor, yaitu yang mempengaruhi gaya hidup
berasal dari dalam(internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi
sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan
persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga,
kelas sosial, dan kebudayaan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Hubungan yang di dasarkan teori-teori yang di bahas sebelumnya mempunyai
efek dalam penelitian ini adalah apabila para Siswa/I SMA Bakti Mulya 400 sering
menonton tayangan Paranoia di O Channel TV apakah akan mempengaruhi gaya
hidup mereka atau tidak. Gaya hidup yang dimaksudkan dapat digambarkan dari
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap
penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang
diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat).
Sehingga kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tayangan Paranoia
Variabel X
Frekuensi
Gaya Hidup Ramaja SMA Bakti
Mulya 400 Jakarta
Variabel Y
Aktivitas
Durasi
Atensi
Ketertarikan
Pendapat
(Pahlevi, 2009:15)
(Susanto, 2010:11)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
39
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan dua atau lebih variabel yang
masih perlu dibuktikan (diragukan) kebenarannya (Hamidi, 2007: 24). Sedangkan
menurut Kriyantono (2006:28) menyatakan bahwa hipotesis adalah pendapat yang
kurang, maksudnya merupakan pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu
kebenarannya. Kebenarannya masih harus diuji terlebih dahulu karena bersifat
sementara atau dugaan awal. Jadi hipotesis merupakan suatu pemecahan atau
jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang bertujuan sebagai tuntutan
sementara dalam penelitian untuk mencari bukti kebenarannya. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
Paparan media dapat merubah perilaku seseorang sebelum di pengaruhi dan sesudah
di pengaruhi.
Ha: Tayangan program acara Paranoia mempengaruhi gaya hidup aktivitas,
ketertarikan dan pendapat SMA Bakti Mulya 400 Jakarta tentang dunia hiburan
malam.
Ho: Tayangan program acara Paranoia tidak mempengaruhi gaya hidup aktivitas,
ketertarikan dan pendapat SMA Bakti Mulya 400 Jakarta tentang dunia hiburan
malam.
Download