Ecodomica,Vol. No Maret 2017 - E

advertisement
Ecodomica,Vol. No Maret 2017
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia)
Wayan Golgol Betman
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
corporate governance terhadap praktik manajemen laba.Variabel yang digunakan pada
penelitian ini adalah penerapan corporate governance sebagai variabel (X) dengan
indikatornya adalah komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit,
ukuran perusahaan. Manajemen laba (Y). manajemen laba merupakan salah satu
kebijakan yang digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu.Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2011. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari bursa efek indonesia dan terdiri dari laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan mulai dari periode 2009-2011. Analisis data untuk
mengukur pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
menggunakan uji linier berganda.Hasil pengujian menunjukan bahwa dari empat
variabel yang diuji, hanya komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap
praktik manajemen laba (earnings manajemen) yang dilakukan oleh perusahaan,
sedangkan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pratik manajemen laba (earnings
manajemen) yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil pengujian secara simultan
(pengujian dengan menggunakan uji F) menunjukan bahwa semua varibel
independen tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba (earnings
manajemen) yang dilakukan oleh perusahaan.
Kata Kunci: Corporate Governance, Manajemen Laba.
ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
1
Ecodomica,Vol. No Maret 2017
Latar Belakang
Laba
merupakan
komponen
keuangan yang menjadi pusat perhatian
sekaligus dasar pengambilan keputusan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pada umumnya laba digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan ataupun
kinerja manajer sebagai dasar untuk
memberikan bonus kepada manajer, dan
juga
digunakan
sebagai
dasar
penghitungan penghasilan kena pajak.
Manajemen laba merupakan salah satu
cara yang dilakukan pihak manajemen
untuk
memanipulasi
laba
guna
mendapatkan
keuntungan
yang
diinginkan manajemen.
Terjadinya kasus manajemen
laba menimbulkan rasa ketidakpercayaan
masyarakat terhadap laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh perusahaan,
terlebih lagi tindak manajemen laba
tersebut dilakukan pula oleh perusahaanperusahaan
bonafit.
Salah
satu
contohnya adalah kasus PT Kimia Farma
Tbk. pada tahun 2002. Kejadian ini
sangat memalukan mengingat tanggal 4
Juli 2001 PT Kimia Farma telah go public.
Laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk.
untuk tahun buku yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2001, melaporkan
bahwa laba bersih yang diperoleh kimia
farma adalah sebesar Rp 132,3 milyar.
Kesalahan penyajian pada tahun buku
tersebut mengakibatkan overstated laba
pada laba bersih sebesar Rp 32,7 milyar.
Adanya conflict of interest antara
agen dengan pemilik mengakibatkan
agen
dapat
bertindak
sesuai
keinginannya
yang
hanya
menguntungkan dirinya sendiri dengan
mengabaikan kepentingan pemilik karena
agen
memiliki informasi yang lebih
mengenai perusahaan dibandingkan
pemilik,.
Mekanisme
corporate
governance yang diteliti adalah komposisi
dewan
komisaris,
ukuran
dewan
komisaris,
komite
audit.
Hasil
penelitiannya
menunjukan
bahwa
komposisi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, komite audit Penelitian
ini merupakan kelanjutan dari penelitian
sebelumnya
yang
dilakukan
oleh
Nasution dan Setiawan (2007), yang
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
mekanisme
corporate
governance terhadap manajemen laba di
Indonesia
pada
20
perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta
pada
tahun
2000-2004.
Mekanisme corporate governance yang
diteliti adalah komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, komite audit.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
komposisi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, komite audit secara
serentak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
KAJIAN LITERATUR
Prinsip
Good
Corporate
Governance.Prinsip-prinsip internasional
mengenai corporate governance mulai
muncul dan berkembang baru-baru ini.
Prinsip-prinsip corporate governance
yang dikembangkan oleh Organization
For
Economic
Co-operation
and
Development
(OECD)
corporate
governance.Organization for Economic
Co-operatin and development (OECD)
2004,
menguraikan
prinsip
dalam
corporate governance, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Perlindungan terhadap hak-hak
pemegang saham (the rights of
shareholders).
Persamaan perlakuan terhadap
seluruh pemegang saham (the
equitable
treatment
of
shareholders).
Peran stakeholers yang terkait
dengan perusahaan (the role of
shareholders).
Keterbukaan dan transparansi
(disclosure and transparancy).
Akuntabilitas dan komisaris (the
responsibilities of the board)..
Komposisi Dewan Komisaris.
Menurut
Forum
for
Corporate
Governance Indonesia (FGCI) 2001
Komisaris Independen adalah anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan manajemen,. Ketentuan dalam
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
mengharuskan dewan komisaris memiliki
komisaris independen yang berjumlah
proporsional sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali, dan
minimal 30% dari jumlah anggota
komisaris.Komisaris
Independen
ISSN: 2355-0295, e-ISSN: 2528-2255
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/ecodemica
2
3
diharapkan dapat tetap berpegang pada
kepentingan
perusahaan
secara
keseluruhan dan mempertimbangkan
kepentingan
semua
stakeholder
(Adrian,2011).
Ukuran Dewan Komisaris.
untuk memiliki akses pada informasi
perusahaan
(Marihot
dan
Dudi,
2007).Undang- Undang Nomor 40 Tahun
2007
tentang
Perseroan
terbatas
(UUPT),
mengharuskan
adanya
kelembagaan komisaris sebagai salah
satu organ perseroan. Bahkan perseroan
terbuka,
atau
perseroan
yang
menerbitkan surat pengakuan utang atau
perseroan yang melakukan fungsi fidusia,
wajib memiliki sekurang- kurangnya 2
orang komisaris (Adrian, 2011).
Komite Audit.
Menurut Imbuh salim (2005) Komite audit
dibentuk
oleh
dewan
komisaris
perusahaan. Anggota komite audit
diangkat dan diberhentikan oleh dewan
komisaris perusahaan tercatat. Tugas
dan wewenang komite audit adalah untuk
melakukan pemeriksaan atau penelitian
yang
dianggap
perlu
terhadap
pelaksanaan
fungsi
direksi
dalam
pengelolaan
perusahaan
tercatat.
Pembentukan
Komite
Audit
harus
dilengkapi dengan Piagam, Komite Audit
yang ditandatangani oleh Komisaris
Utama dan Direktur Utama Perseroan
Ketua maupun anggota Komite Audit
diangkat dan diberhentikan oleh Rapat
Dewan
Komisaris.Komite
Audit
berkedudukan mandiri baik dalam
pelaksanaan tugasnya maupun dalam
pelaporan dan bertanggung jawab
langsung kepada Dewan Komisaris,
Anggota
Komite
Audit
sekurangkurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang
dengan komposisi 2 (dua) orang anggota
Dewan Komisaris dan 1 (satu) orang
tenaga ahli yang bukan merupakan
pegawai perusahaan yang bersangkutan,
dan memiliki keahlian, pengalaman di
bidang audit dan kualitas lain diperlukan.
Manajemen Laba. Menurut Scott (2003)
mendefinisikan manajemen laba sebagai
berikut :"Given that managers can
choose accounting policies from a set (for
example,GAAP), it is natural to expect
that they will choose policies so as to
maximize their own utility and/or the
market value of the firm". Dari definisi
tersebut
dapat
dipahami
bahwa
manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari
standar akuntansi yang ada dan secara
alamiah dapat memaksimumkan utilitas
mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Ukuran perusahaan. Menurut Yusuf dan
Soraya (2004) ukuran perusahaan dapat
dihitung dari besar jumlah asset yang
dimiliki perusahaan. Semakin besar aset
maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan
maka semakin banyak perputaran uang,
Manajemen Laba. Menurut Chan,
Jegadesh, dan Lakonoshok (2001),
discretionary accruals merupakan laba
abnormal
yang
sebagian
besar
dikarenakan oleh item non-kas yang
mewakili manipulasi laba. Discreationary
accruals digunakan sebagai indikator
adanya praktik manajemen laba, karena
manajemen laba lebih menekankan pada
keleluasaan atau kebijakan (discretion)
yang tersedia dalam memilih dan
menerapkan prinsip-prinsip akuntansi
untuk mencapai hasil akhir, dan
dijalankan dalam kerangka praktik yang
berlaku secara umum yang masih
diperdebatkan.
Cara
menghitung
discretionary accruals dilakukan dengan
3 langkah yaitu:
dengan menentukan Total Accruals
dihitung dengan menggunakan rumus:
TACt / TAt-1 = α1 (1 / TAt-1)
Keterangan:
+ α2 (∆Salest /
TAt-1) + α3
TACt
:
Total
Accruals
(PPEt / TApada
t-1) periode t
perusahaan
TAt-1
:
Total
aset
perusahaan pada periode t-1
∆Salest :
Perubahan
penjualan bersih perusahaan pada
periode t
PPEt
:
Aset
perusahaan pada periode t
tetap
α1 α2 α3 :
Parameter
perusahaan tertentu pada periode t
4
Non-Discretionary
dihitung dengan
rumus:
Accruals
menggunakan
NDTACt = α1 (1 / TAt-1) + α2
Paradigma Penelitian dan Perumusan
Hipotesis
Dari uraian permasalahan dan teori
teori serta penelitian terdahulu maka
peneliti merumuskan kerangka penelitian
dan hipotesis penelitian sbb:
Kerangka Pemikiran
(∆Salest - ∆RECt) / TAt-1 + α3
Corporate
Keterangan:
(PPEt / TAt-1)
NDTACt :
NonDiscretionary Accruals perusahaan
pada periode t
Governance
(X)
Manajemen
Laba (Y)
Komposisi
TAt-1
:
Total
aset
perusahaan pada periode t-1
∆Salest :
Perubahan
penjualan bersih perusahaan pada
periode t
∆RECt :
Perubahan
piutang bersih perusahaan pada
periode t
PPEt
:
Aset
perusahaan pada periode t
tetap
Discretionary Accruals dihitung
dengan
mengurangkan
Total
Accruals dengan Non-Discretionary
Accruals
DTAC menggunakan
= TAC / rumus:
TA
t
Dewan
Komisaris
(X2)
Mekanis
me
Komite
Audit
Manajem
en Laba
(Y)
(X3)
Pengembangan Hipotesis adalah sbb:
α1 α2 α3 :
Parameter
perusahaan tertentu pada periode t
t
Dewan
Komisaris
(X1)
Ukuran
t-1
NDTACt
H1 : Komposisi dewan komisaris
berpengaruh terhadap manajemen laba.
H2:
Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh terhadap manajemen laba.
H3:
Keberadaan
komite
audit
berpengaruh
positif
terhadap
manajemen laba.
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Keterangan:
METODE PENELITIAN
DTACt :
Discretionary
Accruals perusahaan pada periode
t
Desain Penelitian
NDTACt :
NonDiscretionary Accruals perusahaan
pada periode t
Objek penelitian ini adalah tindak
manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Subjek dari penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
Jika DTACt positif, maka manajemen laba
dilakukan dengan cara meningkatkan
laba.
Jika
DTACt
negatif, maka
manajemen laba dilakukan dengan cara
menurunkan laba. Jika DTACt nol, maka
tidak terdapat indikasi manajemen laba.
Variabel Penelitian
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini adalah tindakan manajemen
laba.
. Sedangkan Variabel independen dalam
penelitian ini adalah :
TACt / TAt-1
:Total Accruals
perusahaan pada periode t
5
Komposisi Dewan Komisaris, proksi
yang digunakan yaitu persentase jumlah
dewan komisaris independen terhadap
jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris perusahaan
sampel.
Ukuran dewan komisaris, yaitu jumlah
total anggota dewan komisaris, baik yang
berasal dari internal perusahaan maupun
dari eksternal perusahaan sampel.
Keberadaan komite audit, merupakan
variabel dummy, bila perusahaan sampel
memiliki komite audit maka dinilai 1, dan
jika sebaliknya maka dinilai 0.
ukuran
perusahaan.Proksi
yang
digunakan dalam mengukur ukuran
perusahaan adalah jumlah total asset
yang dimiliki oleh perusahaan.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif ,serta
jenis data sekunder yang diperoleh dari
laporan
keuangan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia,
Metode Analis Data
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
regresi
linier
berganda.Namun
sebelumnya,data terlebih dahulu diukur
menggunakan Pengukuran asumsi klasik
yang meliputi uji normalitas dengan
scatter-plot, uji multikolinearitas dengan
melihat nilai toleransi dan nilai variance
inflation
factor
(VIF),
uji
heteroskedastisitas dengan melihat grafik
scalterplot atau nilai prediksi variabel
terikat yaitu SRESID dengan residual
error, dan uji autokolerasi untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linier
berganda terdapat korelasi antara
residual pada periode t dengan residual
periode t-1,Uji Koefesien Determinasi
( ) antara nol dan satu. Nilai ( ) yang
kecil berarti kemampuan.Uji hipotesis
penelitian ini menggunakan uji statistik t
agar
diketahui
pengaruh
variabel
independen
secara
sendiri-sendiri
terhadap variabel dependennya dengan
membandingkan nilai t-statistik dengan
nilai t-tabel dengan signifikan (α =
0,05),Uji
Statistik
F
dengan
membandingkan nilai F-hitung dengan
nilai F-tabel dengan signifikan (α = 0,05).
(Ghozali, Imam.2011.)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Perhitungan Statistik dan Pengujian
Hipotesis
Berikut ini adalah tabel hasil
perhitungan analisis deskriptif untuk 5
variabel yang terdapat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1
Statistika deskriptif
Sumber
:
Pengolahan
Data
Menggunakan SPSS 20.0
Tabel 4.1 diatas menyajikan hasil
perhitungan analisis deskriptif lima
variabel yaitu manajemen laba, ukuran
perusahaan, komite audit, komposisi
dewan komisaris, dan ukuran dewan
komisaris pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Statistics
Descr Komp Ukura Komi Ukura
enatio osisi
n
te
n
nary Dewa Dewa Audit Perus
Accru
n
n
ahaan
al
Komis Komis
aris
aris
Val
46
46
46
46
46
id
N
Mi
ssi
0
0
0
0
0
ng
Me ,0646 ,4248
27,81
4,76
,43
an
70
74
2273
Std
.
,0744 ,1511
1,775
De
2,378 ,501
840
505
3575
viat
ion
Min
24,75
imu ,0104 ,2500
2
0
02
m
Ma
1,000
32,66
xim ,4238
11
1
0
49
um
(BEI)
tahun
2009-2011.
Berikut
penjelasan dari tabel stastistik diatas :
1. Variabel
terikat
(dependen)
dalam penelitian ini adalah
manajemen
laba
(earnings
manajemen). Dalam penelitian ini
yang indikator yang digunakan
dala perhitungan manajemen
laba
adalah
menggunakan
Discretionary Accruals. Rata-rata
nilai manajemen laba yang
diperoleh
adalah
0,064670,
6
dengan Nilai terkecil dalam
variabel ini adalah 0,0104 pada
perusahaan dan nilai tertinggi
adalah sebesar 0,4238 pada
perusahaan sedangkan standar
deviasi yang diperoleh adalah
0,0744840.
2. Variabel bebas (independen)
dalam penelitian ini berjumlah
empat variabel yaitu ukuran
perusahaan,
komite
audit,
komposisi dewan komisaris, dan
ukuran dewan komisaris.
a. Komposisi Dewan Komisaris
:
Dalam
penelitian
ini
indikator untuk komposisi
dewan komisaris, proksi yang
digunakan yaitu persentase
jumlah
dewan
komisaris
independen terhadap jumlah
total komisaris yang ada
dalam
susunan
dewan
komisaris
perusahaan
sampel. Nilai rata-rata yang
diperoleh nilainya adalah
0,424874
dengan
nilai
terendah 0,2500 dan nilai
tertinggi 1,0000 sedangkan
nilai deviasi yang diperoleh
adalah 0,1511505.
b. Ukuran Dewan Komisaris :
Dalam penelitian ini Ukuran
dewan komisaris diperoleh
dari jumlah total anggota
dewan komisaris, baik yang
berasal
dari
internal
perusahaan maupun dari
eksternal
perusahaan
sampel. Nilai rata-rata yang
diperoleh
adalah
4,76
dengan jumlah ukuran dewan
komisaris terkecil adalah 2
orang dan ukuran dewan
komisaris terbanyak adalah
11 orang standar deviasi
yang
diperoleh
sebesar
2,378.
c. Komite
Audit
:
Dalam
penelitian ini keberadaan
komite audit, merupakan
variabel dummy. Angka 1
menjelaskan
bahwa
perusahaan memiliki komite
audit sedangkan angka 0
menjelaskan sebaliknya. Dari
46
laporan
keuanga
perusahaan yang memiliki
komite audit sebanyak 20
laporan
keuangan
perusahaan dan yang tidak
memiliki
komite
audit
sebanyak
26
laporan
keuangan perusahaan.
d. Ukuran
perusahaan
merupakan
variabel
independen dalam penelitian
ini. Berdasarkan ukurannya,
perusahaan dibagi ke dalam
kelompok perusahaan besar
dan kelompok perusahaan
kecil. Sebagai dasar ukuran
suatu
perusahaan,
digunakan total aset. Untuk
mengetahui
nilai
ukuran
perusahaan
semua
perusahaan yang menjadi
sampel penelitian, Nilai ratarata ukuran perusahaan yang
didapat adalah 27,812273
dengan
nilai
terendah
24,7502 terdapat pada PT
Kedaung Indah Can Tbk dan
nilai tertinggi adalah 32,6649
terdapat pada PT Astra
Internasional Tbk sedangkan
standar
deviasi
ukuran
perusahaan
adalah
1,7753575.
Hasil pengukuran data Uji Asumsi
Klasik engujian asumsi ini terdiri atas
empat pengujian, yakni Uji Normalitas, Uji
Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas
dan Uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Berikut hasil uji normalitas dengan
menggunakan software SPSS 20.0
for window.
Gambar 4.1
Uji normalitas dengan menggunkan
metode scater plot
7
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.4
maka model regresi linear berganda
diperoleh sebgai berikut :
Y= -0,169 - 0,113KDK - 0,007 UDK +
0,050 KA + 0,010 TA
Model regresi linear berganda memiliki
makna sebagai berikut :
Sumber : Pengolahan Data
Menggunakan SPSS 20.0
Berdasarkan
grafik
normal
probability plot di atas, dapat
diketahui bahwa data (titik-titik)
menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal
yang menunjukkan bahwa pola
berdistribusi normal, maka model
regresi
memenuhi
asumsi
normalitas
Persamaan Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh
fungsional antara variabel independen
variabel dependen. Dengan persamaan :
Keterangan :
= manajemen laba
= koefisien konstanta
= koefisien regresi
= komposisi dewan komisaris
= ukuran dewan komisaris
= komite audit
= ukuran perusahaan
Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda (multiple regression analysis),
dengan perhitungan SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) versi
20.0, dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.4
Model Regresi Liner Berganda
Sumber : Hasil Pengeolahan Data
dengan menggunaka SPSS 20.0
1. α = konstanta sebesar -0,169,
artinya apabila semua variabel
independen ( KDK, UDK, KA, TA)
dianggap benilai konstan (bernilai
0) maka nilai manajemen laba
sebesar -0,169 satuan.
2. Komposisi
dewan
komisaris
(KDK) sebesar -0,113 artinya
apabila
komposisi
dewan
komisaris (KDK)
mengalami
kenaikan sebesar 1 persen
sedangkan
variabel
lainnya
dianggap konstan maka nilai
manajemen laba sebesar -0,113
satuan.
3. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
sebesar -0,007, artinya apabila
ukuran dewan komisaris (UDK)
mengalami kenaikan sebesar 1
Coefficientsa
Model
Unstandar Standar T
dized
dized
Coefficient Coefficie
s
nts
B
Std.
Beta
Error
(Constant)
,16 ,314
,53
9
8
Komposisi
Dewan
,11 ,079
-,230 1,4
Komisaris
3
26
1 Ukuran
Dewan
,00 ,010
-,210 ,66
Komisaris
7
9
,05
2,0
Komite Audit
,024
,333
0
97
Ukuran
,01
,80
,013
,250
Perusahaan
0
5
a. Dependent Variable: Descretionary Accrual
satuan sedangkan varibel lainnya
dianggap konstan, maka nilai
manajemen laba sebesar -0,007
satuan.
4. Komite Audit (KA) sebesar 0,050
artinya apabila terdapat komite
audit (KA) yang diwakili oleh
Sig
.
,59
4
,16
1
,50
8
,04
2
,42
6
8
angka 1 sedangkan variabel
lainnya dianggap konstan, maka
nilai manajemen laba sebesar
0,050 satuan.
5. Ukuran Perusahaan (TA) sebesar
0,010 artinya apabila total aset
(TA)
mengalami
kenaikan
sebesar 1 satuan sedangkan
variabelnya dianggap konstan,
maka nilai manajemen laba
sebesar 0,010 satuan.
Uji koefisien Determinasi (
Berikut hasil perhitungan koefisien
determinasi (R2) dengan menggunkan
program SPSS 20 for window seperti
yang disajikan dalam tabel 4.5
Tabel 4.5
Uji koefisien Determinasi (
Berdasarkan tabel statistik 4.5 di
atas dapat dilihat koefisien determinasi
(R square) sebesar 0,121 menunjukkan
bahwa variabel independen penelitian
hanya dapat menjelaskan 12,1% dari
perubahan
variabel
dependen.
Sedangkan 87,9% lainnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan ke dalam model penelitian.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji t yang terlihat
pada tabel 4.4 Pada penjelasan
sebelumnya,
maka
dapat
ditarik
kesimpulan sabagai berikut :
1. Komposisi
dewan
komisaris
berpengaruh
tidak
secara
signifikan
terhadap
praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan
Dari
hasil
pengujian
yang
dilakukan pada model regresi,
diperoleh t hitung sebesar -1,426
< t tabel sebesar 1,671, hal ini
juga dapat dilihat dari signifikansi
t sebesar 0,161 > tingkat
signifikansi (α) 0,05 yang artinya
bahwa Ho tidak dapat ditolak dan
Ha ditolak atau dengan kata lain
komposisi
dewan
komisaris
berpengaruh
tidak
secara
signifikan terhadap praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
2. Ukuran
dewan
komisaris
berpengaruh
tidak
secara
signifikan
terhadap praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
Dari
hasil
pengujian
yang
dilakukan pada model regresi,
diperoleh t hitung sebesar -0,669
< 1,671 hal ini juga dapat dilihat
dari signifikansi t sebesar 0,508 >
tingkat signifikansi (α) 0,05 yang
Model Summaryb
Change Statistics
M
R
F df df Sig. Dur
o
binSqu
Ch
1 2
F
d
Wat
are
an
Cha
e
nge son
l Cha ge
nge
,121 1,4
2,26
1
4 41 ,248
a
08
0
a. Predictors:
(Constant),KDK,UDK,KA,TA
b. Dependent Variable: DAC
artinya bahwa Ho tidak dapat
ditolak dan Ha ditolak atau
dengan kata lain ukuran dewan
komisaris berpengaruh tidak
secara signifikan terhadap praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
3. Komite
audit
berpengaruh
signifikan
terhadap
praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
Dari
hasil
pengujian
yang
dilakukan pada model regresi,
diperoleh t hitung sebesar 2,097
> t tabel sebesar 1,671 hal ini
juga dapat dilihat dari signifikansi
t sebesar 0,042 < tingkat
signifikansi (α) 0,05 yang artinya
bahwa Ho dapat ditolak dan Ha
tidak dapat ditolak atau dengan
kata
lain
komite
audit
berpengaruh signifikan terhadap
praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan.
4. Ukuran perusahaan berpengaruh
tidak secara signifikan terhadap
praktik manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan.
Model Summaryb
9
Dari
hasil
pengujian
yang
dilakukan pada model regresi
nilai t hitung sebesar 0,805 < t
tabel sebesar 1,671 hal ini juga
dapat dilihat dari nilai signifikansi
t 0,426 > tingkat signifikansi (α)
0,05 dengan demikian Ha ditolak
dan Ho tidak dapat ditolak ,yang
artinya
ukuran
perusahaan
berpengaruh
tidak
secara
signifikan
terhadap
praktik
manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan
.
Pengaruh simultan.
Berikut hasil uji statistik F seperti
tersaji dalam tabel 4.6
Tabel 4.6
Uji Statistika F
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Menggunakan SPSS 20.0
Berdasarkan hasil analisis pada
tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa
Fhitung
sebesar
1,408.
Dengan
menggunakan
tingkat
signifikansi
sebesar
5%
(0,05)
dan
derajat
kebebasan df1 = k = 5, dan df2 = n – k – 1
= 46 – 5 – 1 = 40, maka diperoleh Ftabel
sebesar 2,02. Karena nilai F hitung < Ftabel
dan tingkat signifikansinya adalah 0,28 >
0,05 (α), maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan kata lain variabel
independen yaitu komposisi dewan
komisaris (X1), ukuran dewan komisaris
(X2), komite audit (X3), dan ukuran
perusahaan (X4) secara bersama-sama
berpengaruh tidak secara signifikan
terhadap variabel dependen, yaitu
manajemen laba (Y). Besarnya pengaruh
seluruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap nilai variabel
dependen yang didapat dari koefisien
determinasi adalah sebesar 0,121 atau
sebesar 12,1%.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan ini
menunjukan secara empiris bahwa
praktik manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2009-2011 dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu komposisi dewan
komisaris, ukuran dewan komisaris,
komite audit, ukuran perusahaan secara
bersama-sama. Dari hasil analisis regresi
didapat koefisien determinasi (R2)
M
R
o
d
e
l
R
S
q
u
a
r
e
Ad
jus
te
d
R
Sq
ua
re
St
d.
Er
ror
of
th
e
Es
ti
m
at
e
R
Sq
ua
re
Ch
an
ge
Change
Statistics
F d d
C f f
h 1 2
a
n
g
e
Si
g.
F
Ch
an
ge
Durbin
Watso
n
,
1
,
,0
3
,
1 ,0 73 ,1
4 ,2
14
4 4
2,260
2 35 16 21
1 48
7
0
99
a 1
8
a. Predictors: (Constant), TA, KDK, KA,
UDK
b. Dependent Variable: DAC
sebesar 0,121 atau 12,1% maksudnya
variabel independent dapat menjelaskan
pengaruhnya
terhadap
variabel
dependent sebesar 12,1%. Sedangkan
87,9% lainnya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian.
Secara parsial hasil penelitian yang
dilakukan terhadap komposisi dewan
komisaris
independen,
hasilnya
menunjukan bahwa tingkat komposisi
dewan komisaris independen tidak
mempunyai pengaruh terhadap kegiatan
manajemen laba,.
Dari segi ukuran dewan komisaris
hasil penelitian menunjukan bahwa
ukuran
dewan
komisaris
tidak
berpengaruh
terhadap
kegiatan
manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan.
Hasil
penelitian
ini
juga
menunjukkan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil.
Tidak
berpengaruhnya
ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba
diduga karena sampel dan proksi ukuran
perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini berbeda dengan yang
digunakan pada penelitian sebelumnya di
atas. Akan tetapi hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Nasution
dan Setiawan (2007) yang menyatakan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
10
PENUTUP
dari penelitian ini dapat
kesimpulan sebagai berikut:
diambil
yang mungkin mempengaruhi
praktik manajemen laba seperti,
struktur kepemilikan.
REFERENSI
1. Komposisi dewan komisaris tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap praktik manajemen laba..
2. Ukuran
dewan
komisaris
tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap praktik manajemen laba.
3. Komite audit mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap praktik
manajemen
laba.
Berpengaruh
positifnya komite audit terhadap
manajemen laba diduga karena
komite audit mempunyai peranan
yang besar dalam mendukung atau
mengurangi
terjadinya
praktik
manajemen
laba
di
dalam
perusahaan, Ukuran perusahaan tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian, dan
kesimpulan
yang
telah
dijabarkan
sebelumnya, maka penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1.
2.
Bagi perusahaan diharapkan
untuk
mengevaluasi
dan
melakukan pengawasan yang
lebih
mendalam
terhadap
penerapan corporate governance
dalam perusahaan agar berjalan
secara efektif sehingga praktik
manajemen laba dapat dikurangi.
Bagi
peneliti
selanjutnya
hendaknya
menggunakan
karakteristik yang jelas dalam
menentukan indikator komite
audit misalnya : kompetensi,
keahlian,
latar
belakang
pendidikan, dan pengalaman.
Serta meneliti faktor-faktor lain
Biodata penulis
Wayan Golgol Betman SE,,
Saat ini sedang menemupuh pendidikan
S2 di STIE Jakarta konsentrasi
akuntansi keuangan,aktivitas keseharian
bekerja di salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang minyak dan gas
sebagai auditor ISO (2009-sekarang)an
Adrian Sutedi.(2011). Good Corporate
Governance.
Jakarta:
Sinar
Grafika.
Corporate Governace dan Dampak
Manajemen
Laba
dengan
Menggunakan
Analisis
Jalur.
Simposium Nasional Akuntansi
VIII, IAI, 2005
Ghozali, Imam.2011. Aplikasi Analisis
Multivariate
Dengan
Program
SPSS. Badan Penerbit Universitas
Doponegoro. Semarang
IICG, 2002. Laporan Hasil Survei, IICG,
Jakarta
Marihot,Nasution, Dudi,Setiawan.2007.
Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba Di
Industri Perbankan Indonesia.
Jurnal Simposium Akuntansi X
.Padang.
Nasution,
Setiawan.2007.
Pengaruh
Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba di Industri
Perbankan Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X:1-26.
OECD.(2004), Principles of Corporation
Governance
Peasnell, KV., PF Pope, and S Young.
1998. Outside Director, Board
Effectiveness,
and
Earnings
Management. Working Papers
from Lancaster University
Scott, William R. 2003. Financial
Accounting Theory. New Jersey :
Prentice Hall Inc
juga sebagai pengajar paruh waktu di
Bina Sarana Informatika bekasi (2009sekarang)
Download