Data Kalibrasi hara K - Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo

advertisement
JURNAL AGROTEKNOS Juli 2011
Vol. 1 No. 2. Hal 102-106
ISSN: 2087-7706
MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK TANAH
DI PUGERAN, YOGYAKARTA
Morphology and Soils Characteristic in the Pugeran Village,
Yogyakarta
RESMAN*
Jurusan Agroteknologi FAPERTA Universitas Haluoleo Kendari 93232
ABSTRACT
The research was conducted in the Pugeran village, Yogyakarta in 2006. The aims of
this research were to know the morphology and soil characteristic. Research findings
showed that the soil had many alluvial materials with different sizes (granular, rough and
rather rough). It was caused the activity of Merapi Mountain’s cold lava that was brought by
river flow. Observation and laboratory analysis indicated that some soil characteristics
were soil color between 10 YR 2/2 and 10 YR 6/2, soil texture geluhan sand, pH (H 20) 5,415,68, pH (KCl) 4,95-5,54, pH (NaF) 8,62-9,48 and organic materials 4,11%-9,44%. The soil
was dominated by brown and black colors, caused by the high content of organic materials
in the inceptisol and entisol. The soil texture” geluhan sand” was caused by the soil
development and establishment processes that were not quite intensive. The difference
between pH (KCl) and pH (H2O) at all horizons in the profile had a negative value, with an
interval of -0.15 to -1.35. The negative value of the pH difference indicated that the soil in
the observed area was dominated by negative content. pH (NaF) was decreased by the
increase of ”jeluk tanah”. This was caused by the cleansing processes of iron and aluminum
amorf in each soil horizon. Organic materials on the top horizon were higher than the other
horizons. This was because the top horizon received many organic materials coming from
decomposed died plants and animals from higher areas.
Keyword: Morphology, alluvial material, soil characteristic
8
PENDAHULUAN
Pugeran adalah sebuah tempat didekat
kampus UPN Yogyakarta. Di daerah ini banyak
terdapat bahan-bahan aluvial. Bahan aluvial
berasal dari lahar dingin Gunung Merapi yang
dibawah air sungai. . Tanah ini yang
berkembang dan terbentuk di daerah ini
adalah tanah-tanah muda dan mineral
lempung yang terkandung pada jenis ini
adalah mineral lempung jenis amorf, serta
memiliki tekstur yang relatif kasar (pasir
geluhan). Proses pembentukan tanah dapat
dibagi atas proses pelapukan dan proses
perkembangan tanah. Proses pelapukan
merupakan suatu proses penghancuran fisik
dan kimia dari batuan induk, mineral-mineral
Alamat koresponding:
E-mail : [email protected]
*)
primer dalam batuan tersebut tidak ada
keseimbangan dengan suhu, tekanan dan
kelembaban
sehingga membentuk bahan
induk.
Pelapukan dapat terjadi di bawah solum
(horison C) dan dapat terjadi pada solum
tanah (horison A dan horison B). Sedangkan
proses perkembangan tanah menghasilkan
horison-horison genetik pada tanah yang
bersangkutan dari bahan induk tanah, yang
terjadi dalam solum tanah (Notohadiprawiro
dan Suparnowo, 1978 dalam Zainuddin,
2001).
Tanah
yang
baru
berkembang
memperlihatkan sifat dan ciri yang
dipengaruhi batuan induk. Batuan induk yang
mengalami pelapukan menjadi bahan induk,
kecepatan pembentukannya ditentukan oleh
sifat fisk dan sifat kimia mineraloginya. Sifat
fisik mineral sangat tergantung dari susunan
Vol. 1 No.2, 2011
Morfologi dan Karakteristik Tanah di Pugeran, Yogyakarta
atau struktur kristal yang dimilkinya dan
komposisi mineral yang menyusunnya.
Komposisi kimia mineral di tentukan oleh
unsusr-unsur
penyusun
batuan,
yang
berpengaruh terhadap kecepatan proses
pelapukan dan jenis tanah yang berkembang.
Proses perubahan batuan induk menjadi
bahan induk dipengaruhi oleh tingkat
kekerasan batuan secara relatif, semakin keras
batuan maka proses pelapukan semakin
lambat dibanding dengan yang lebih lemah,
bila dalam kondisi lingkungan yang sama.
Disamping itu juga dipengaruhi susunan
kristal dan susunan kimia unsur-unsur
penyusunnya.
Warna
batuan
juga
berpengaruh, pada batuan yang berwarna
gelap lebih banyak menyerap panas dibanding
dengan yang berwarna cerah, sehingga
pelapukannya lebih cepat dibanding yang
berwarna cerah (Jenny, 1980 dalam Uca,
2001).
Menurut
Jenny
(1941)
dalam
Notohadiprawiro (2000) tanah adalah suatu
tubuh alam, yang berdiferensiasi kedalam
horison-horison dengan bahan penyusun
mineral dan organik, biasanya tidak padu,
kedalaman bervariasi, yang berbeda dari
bahan induk di bawah dalam hal sifat
morfologi, sifat kimia, sifat fisik, komposisi
dan karakteristik biologi tertentu. Selanjutnya
Schroeder (1984) dalam Notohadiprawiro
(2000)
mengemukakan
bahwa
tanah
merupakan hasil pengalihragaman bahan
mineral dan organik yang berlangsung di
muka daratan bumi di bawah pengaruh
faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama
waktu sangat panjang dan berbentuk tubuh
dengan organisasi dan morfologi teraktifkan.
Sifat morfologi/sifat fisik tanah umumnya
diperoleh dari hasil karakteristik di lapangan.
Untuk memantapkan hasil tersebut perlu
didukung analisis laboratorium. Hasil analisis
diperlukan untuk mengurangi subyektifitas
dan mengahasilkan nilai kuantitatif. Nilai
tersebut
digunakan
untuk
keperluan
pengelompokan lebih detail tiap sifat tanah.
Morfologi tanah merupakan penguraian
atau pelukisan tentang tanah mengenai
kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum
yang diperlihatkan pada suatu profil tanah,
sehingga dapat menjelaskan persoalan
genesiss tanah. Ciri-ciri morfologi profil tanah
merupakan petunjuk dari proses-proses yang
telah terjadi pada suatu jenis tanah tertentu
103
selama pelapukan dan perkembangannya.
Perbedaan intensitas faktor-faktor pembentuk
tanah, akan memperlihatkan ciri-ciri pada
profil tanah yang dapat digunakan untuk
menentukan suatu jenis tanah tertentu
(Darmawijaya, 1997). Dari uraian di atas maka
perlu
dilakukan
pengkajian
mengenai
morfologi dan karakteristik tanah yang ada di
daerah Pugeran Yogyakarta.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan penelitian ini dilakukan di
Pugeran dekat kampus UPN Yogyakarta, pada
tahun 2006. Bahan dan alat yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu: peta, kompas, buku
munsel, altimeter, clinometer, pacul, sekop,
pisau, meteran, lensa kaca, label, kamera, palu
geologi, kantong plastik, karet gelang, bor
tanah, karung plastik, ring sampel, kartu label,
busur derajat dan alat tulis.
Pemerian profil di lapangan. Pertamatama membuat profil tanah pada kedua titik
sampel pengamatan. Pemerian ciri morfologi
pada setiap pedon tanah menggunakan acuan
Guidelines for Soil Profile Description (FAO,
1977 dalam Zainuddin, 2001). Parameter
pengamatan meliputi tiga komponen yaitu
menyangkut : (1) informasi pada lokasi
cuplikan mencakup; nomor profil, nama tanah,
klasifikasi kategari tanah, tanggal pengamatan,
kelompok
pemerian,
lokasi,
wilayah
administrasi, bentuk wilayah, lereng, vegetasi
alami, atau penggunaan tanah, (2) informasi
umum tanah mencakup; bahan induk,
drainase,
kondisi
kelembaban
tanah,
kedalaman air tanah, keadaan batuan
dipermukaan, keadaan erosi dan pengaruh
manusia, (3) pemerian individu tanah
mencakup ; simbol horizon, kedalaman
horizon lapisan atas dan bawah, warna tanah,
tekstur, struktur, bahan organik dan pH tanah
Pengambilan cuplikan tanah. Dilakukan
dengan jalan mendiskripsi profil tanah,
kemudian
mengambil
cuplikan
tiap
lapisan/horison tanah yang diperlukan kirakira (2-3 kg) guna kebutuhan analisis
laboratorium.. Cuplikan tanah terusik untuk
kebutuhan analisis kimia tanah dan cuplikan
tanah tak terusik untuk kebutuhan analisis
fisik tanah.
Cuplikan tanah diambil
perhorison dimulai dari horison paling bawah
sampai kehorison teratas kemudian diberi
kode per label.
104
RESMAN
J. AGROTEKNOS
Analisis tanah. Cuplikan tanah yang
didapat dari lapangan akan ditentukan
warnahnya dengan memakai buku standar
warna ( Munsell Soil Color Charts), sedangkan
analisis laboratorium diantaranya: (1) tekstur
tanah (lempung, debu, pasir) dengan
menggunakan (metode ISRIC, 1993), (2) pH
tanah dengan menggunakan metode; (pH
(H2O) dengan pelarutan air aguadest (1 : 2,5)
kemudian diukur secara potensiometer
menggunakan elektroda gelas-kolonel (ISRIC,
1993), pH (KCl) dengan menggunakan metode
kalorimetrik dalam Hanudin, 2000) dan pH
(NaF), di tentukan dengan pH meter dengan
nisbah (1 : 2,5) (Blakemore, 1987), (3) bahan
organik ditetapkan dengan K2Cr2O7 (metode
Wkley and Black dalam ISRIC, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Tanah. Pada kedua lokasi
penelitian berada pada ketinggian 175m (dpl)
sampai 350m (dpl), dengan topografi
bergelombang hal ini menyebabkan darinase
yang terjadi pada kedua lokasi berlangsung
cepat. Tanah yang terbentuk adalah tanah
Inceptisol muda dan Entisol yang berasal
material merapi melalui proses erupsi dan
aliran lahar dingin. Pada kedua lokasi banyak
terdapat bahan-bahan aluvial (teksturnya
mempunyai ukuran yang tidak sama ada yang
halus, agak kasar dan ada yang kasar). Tanah
aluvial tersebut dipengaruhi oleh aktivitas
sungai/mengalami banjir lahar dingin yang
berasal dari gunung merapi, sehingga dapat
dinggap tanah masih muda dan belum ada
diferensiasi horison.
Suatu hal yang
mencirikan pada pembentukan aluvial adalah
sebagian terbesar bahan-bahan kasar akan
diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu
tempat yang sama akan lebih seragam, makin
jauh dari sumbernya makin halus butir yang
dinagkut.
Kenampakan morfologi profil tanah yang
teramati pada kedua lokasi pengamatan,
memperlihatkan proses sedimentasi berulang
atau masih menampakan sifat bahan
induknya Tekstur tanah yang terdapat di
lokasi penelitian ini didominasi batuan,
kerikil dan pasir yang sangat tidak cocok
untuk tanaman semusim tetapi sangat cocok
untuk tanaman tahunan dan makanan ternak.
Tabel 1. Morfologi tanah
Yang diamati
Fisiografi
Elevasi
Drainase
Bahan induk
Jenis tanah
Penggunaan lahan
Pengelolaan
Kendala
Tipe erosi
Lokasi I
topografi bergelombang
175 m (dpl)
cepat
bahan aluvial
Inceptisol muda
perkebunan, vegetasi
konservasi penghijauan
drainase cepat
parit
Karakteristik Tanah. (a) Warna tanah.
Pada kedua lokasi pengamatan warna tanah
berkisar antara ((10YR2/2) coklat sangat
gelap sampai (10YR 6/2) kelabu kecoklatan
terang). Warna tanah ini didominasi warna
coklat dan hitam, karena adanya bahan
organik yang agak tinggi pada tanah Inceptisol
dan Entisol yang cenderung memberikan
warna tanah kearah hitam. Sutanto (1995)
menyatakan bahwa adanya bahan organik
yang berikatan dengan besi (Fe) akan
menyebabkan
warna
tanah
menjadi
kecoklatan. Pada kedua lokasi pengamatan
tanah, selalu didominasi oleh warna gelap,
karena adanya proses melanisasi yaitu proses
Lokasi II
topografi bergelombang
350 m (dpl)
cepat
bahan aluvial
Entisol
penambangan pasir
pembuatan tanggul lahar dingin
aliran sungai yang cepat
alur
pembentukan warna dari percampuran bahan
organik dan bahan amorf yang resisten
terhadap dekomposisi mikroorganisme tanah.
Warna hitam tersebut terjadi jika allofan
masih segar dan pelapukan bahan organik
berlangsung
lambat
(Hardjowigeno,
1993); (b) Tekstur tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan relatif fraksi-fraksi
penyusun tanah, yaitu partikel pasir, debu dan
lempung (Darmawijaya, 1997). Tekstur tanah
mempunyai sifat yang hampir tidak dapat
berubah, berlainan dengan struktur tanah.
Notohadiprawiro (2000) menyatakan bahwa
untuk klasifikasi kelas tekstur yang lebih rinci
terdiri atas 15 kelas yaitu : Pasir, pasir
Vol. 1 No.2, 2011
Morfologi dan Karakteristik Tanah di Pugeran, Yogyakarta
geluhan, geluh pasiran, geluh pasiran halus,
geluh pasiran sangat halus, geluh, geluh
debuan, debu, geluh lempung pasiran, geluh
lempungan, geluh lempungan debuan,
lempung pasiran, lempung debuan, lempung
dan lempung berat. Klasifikasi tinjau terdiri
atas pasir dan pasir geluhan, geluh pasiran,
geluhan, tekstur setengah berat, lempung dan
lempung debuan.
Pada kedua lokasi
pengamatan tekstur tanah menunjukkan pasir
geluhan,
hal
ini
disebabkan
proses
perkembangan dan proses pembentukan
tanah belum berjalan intensif; (c) pH Tanah
(reaksi tanah). Reaksi tanah (pH) adalah
parameter tanah yang dikendalikan kuat oleh
sifat-sifat elektrokimia koloid-koloid tanah.
Istilah ini menunjukkan kemasaman atau
kebasahan tanah, yang derajatnya ditentukan
oleh kadar ion hidrogen dalam larutan tanah.
Pada kedua lokasi hasil analisis pH (H20)
berkisar antara (5,27 sampai 5,68) ini
menunjukan harkat masam sampai agak
masam. Sedangkan hasil analisis pH (KCl)
berkisar antara (4,95 sampai 5,54) ini
menunjukan harkat masam sampai agak
masam. Selisih antara pH (KCl) dan pH (H2O)
pada semua lapisan dalam profil bernilai
negatif dengan kisaran (-0,15 sampai -1,35).
Selisih pH yang bernilai negatif menunjukkan
bahwa tanah pada daerah pengamatan
didominasi oleh muatan negatif. Pada kedua
lokasi pengamatan hasil analisis pH (NaF)
berkisar antara (8,61 sampai 9,48), ini
menunjukkan bahan amorf terutama allofan
105
dengan
status
sedikit.
Menurut
Notohadiprawiro (1998) kisaran pH (NaF)
tersebut menunjukkan bahan amorf terutama
allofan dengan status sedikit (9,2 sampai 10),
sedang (10 sampai 11). Sedang pH (NaF)
menunjukkan nilai yang cukup tinggi sebesar
(11,2), ini nampak sekali bahwa pada kedua
lokasi mengandung allofan yang tidak terlalu
tinggi. Hasil pengamatan pada kedua lokasi
menunjukkan jumlah pH (NaF) menurun
dengan meningkatnya kedalaman tanah, hal
ini
disebabkan
oleh
proses
pencucian/pelindian besi dan aluminium
amorf pada setiap horison tanah; (d) Bahan
Organik. Hasil pengamatan bahan organik
berkisar antara (4,11% sampai 9,44%). Pada
kedua lokasi menunjukkan bahan organik
menurun dengan meningkatnya kedalaman
tanah. Pada horison A kandungan bahan
organik lebih tinggi karena menerima bahanbahan material dari sekitarnya seperti
jaringan tanaman dan binatang yang telah
mati yang sudah terdekomposisi dari daerah
disekitarnya yang lebih tinggi terakumulasi
ditempat
lokasi
pengamatan.
Dengan
demikian kandungan bahan organik pada
horison A lebih tinggi bila dibandingkan
dengan horison di bawahnya. (Munir, 1986)
mengatakan senyawa-senyawa mineral yang
amorf tersebut akan menstabilkan bahanbahan organik dan melindunginya terhadap
biogradasi jasad-jasad mikro serta memacu
terjadinya
pangakumulasian
senyawasenyawa tersebut dalam profil tanah.
Tabel 2. Karakteristik tanah
Kode
profil
PI
Jeluk
(cm)
0-16
16-32
32-43
PII
0-17
17-30
30-41
Parameter pengamatan
Warna
tanah
Gelap kekuningan
(10 YR 4/4)
Kekelabuan gelap
(10 YR 4/2)
Kelabu kecoklatan terang
(10 YR 6/2)
Kekelabuan sangat gelap
(10 YR3/2)
Coklat kelam
(10 YR3/3)
Coklat sangat gelap
(10 YR2/2)
Tekstur
tanah
Pasir
geluhan
Pasir
geluhan
Pasir
geluhan
Pasir
geluhan
Pasir
geluhan
Pasir
geluhan
pH
(H2O)
5,41
pH
(KCl)
5,01
pH
(NaF)
9,42
B.O
(%)
9,44
5,62
5,05
8,61
6,72
5,60
4,95
8,98
4,48
5,27
5,02
9,48
8,60
5,53
5,24
9,45
4,70
5,68
5,54
9,42
4,11
106
RESMAN
J. AGROTEKNOS
SIMPULAN
Pada kedua lokasi banyak terdapat bahanbahan alluvial (teksturnya mempunyai ukuran
yang tidak sama ada yang halus, agak kasar
dan ada yang kasar), hal ini merupakan
kegiatan lahar dingin yang berasal dari
Gunung Merapi yang di bawah oleh air sungai.
Warna tanah ini didominasi warna coklat dan
hitam, karena adanya bahan organik yang
agak tinggi pada tanah Inceptisol dan Entisol
yang cenderung memberikan warna tanah
kearah hitam. Tekstur tanah menunjukkan
pasir geluhan, hal ini disebabkan proses
perkembangan dan proses pembentukan
tanah belum berjalan intensif.
Selisih antara pH (KCl) dan pH(H2O) pada
semua lapisan dalam profil bermilai negatif
dengan kisaran (-0,15 sampai -1,35). Selisih
pH yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
tanah pada daerah pengamatan didominasi
oleh muatan negatif. pH (NaF) menurun
dengan meningkatnya kedalaman tanah, hal
ini
disebabkan
oleh
proses
pencucian/pelindian besi dan aluminium
amorf pada setiap horison tanah.
Pada horison teratas kandungan bahan
organik lebih tinggi karena menerima bahanbahan material dari sekitarnya seperti
jaringan tanaman dan binatang yang telah
mati yang sudah terdekomposisi dari daerah
disekitarnya yang lebih tinggi terakumulasi
ditempat ditempat lokasi pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Blakemore, L. C., Searle, and B.K. Daly. 1987.
Methods for Chemical Analysis of Soils. NZ
Soils Bureu. Departemen of Scientific and
Industrial
Reseaach. Lower
Hutt,New
Zealand. 103 p.
Darmawijaya, M. I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar
Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan
Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. (Edisi ketiga).
Hanudin, E. 2000. Pedoman Analisis Kimia Tanah
(Dilengkapi Dengan Teori, Prosedur dan
Keterangan). Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesi.
Edisi
Pertama.
Akademika
Pressindo. Jakarta. 274 hal.
ISRIC, 1993. Procedures for Soil Analysis. Fourth
Edition International Soil Reference and
Imformation Centre.
Munir, M. 1986. Tanah-Tanah Utama Indonesia.
Karakteristik, Klasifikasi dan Pemanfaatanya.
Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang
Notohadiprawiro, T. 1985. Selidik Cepat Ciri
Tanah di Lapangan. Ghalia Indonesia. Jakarta
Timur. 94h.
Notohadiprawiro,
T.
2000.
Tanah
dan
Lingkungan. Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian.
Universitas
Gadjah
Mada.
Yogyakarta.
Sutanto, R. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep
dan Kenyataan. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian. Unuversitas Gadjah Mada
Uca. 2001. Karakteristik Tanah Pada Litosequen
Bentang Lahan Karst di Kecamatan Tepus,
Gunung Kidul (Tesis). Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Zainuddin, R. 2001. Pembentukan Tanah Banjar
Topografi Batuan Induk Granit dan Basalt di
Taman Nasional Lore Lindu (Tesis). Program
Pascasarjana
Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta.
Download