GAMBARAN PENYEBAB RUPTUR PERINEUM SAAT PERSALINAN DI RUANG BERSALIN RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyebab terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin saat persalinan di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudiro husudo tahun 2011. Desain Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan yang di lakukan secara observasi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 105 responden, Teknik pengambilan sampel di lakukan dengan teknik Non probability sampling dengan jenis Total Sampling. Dari 105 responden ibu melahirkan yang mengalami ruptur perineum, disebabkan oleh faktor usia ibu, janin dan penolong persalinan. Faktor ibu terdiri dari usia ibu melahirkan, paritas dan kondisi berat badan ibu selama kehamilan. Faktor Janin meliputi berat badan bayi lahir, makrosomia, distosia bahu dan letak sungsang. Sedangkan Faktor penolong persalinan meliputi lama masa kerja dan latar belakang pendidikan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor utama penyebab ruptur perineum di ruang bersalin RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo adalah berat badan bayi lahir > 4000 gram sebanyak 81 responden. Berdasarkan hasil penelitian ini nantinya diharapkan Ibu nifas dapat menambah informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum, sehingga diharapkan semua ibu hamil memperhatikan gizi, senam hamil yang semua itu berguna bagi proses persalinan normal, sehingga dapat menghilangkan kekhawatiran ibu hamil terhadap jalannya proses persalinan yang akan dijalani. Kata Kunci : Berat Badan Bayi Baru Lahir, Ruptur Perineum dan penolong. DESCRIPTION CAUSE OF RUPTUR PERINEUM DURING CHILD BIRTH IN THE MATERNAL ROOM RSU Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO CITY MOJOKERTO ABSTRACT This research aims to determine the description cause of the rupture perineum during child birth in the maternal room RSU Dr Wahidin Sudirohusudo 2011.The research design was a descriptive research approach in doing to the observations, the number of samples in this research were 105 respondents, the sampling technique is done with non-probability sampling technique with total sampling species. Of the 105 respondents of maternal had occur rupture perineum, occurred caused by maternal age, fetus and midwife. Maternal factors consist of maternal age, parity and maternal weight condition during pregnancy. Fetal factors include birth weight, macrosomia, shoulder dystocia and breech position. While the midwife factors include the length of working experience and educational backgrounds. From the data obtained shows that the main factors causing the rupture perineum in the maternal room RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo is a birth weight > 4000 grams with total of 81 respondents. Based on the results of this research hopefully will be able to add a post partum mother information about factors that may influence the occurrence of rupture perineum, so that all pregnant women are expected to pay attention to nutrition, pregnancy exercise is all that useful for the normal birth process, so as to eliminate the concerns of pregnant women on the course of the child birth that will be undertaken. Keywords : Newborn Weight, Ruptured Perineum, and midwife PENDAHULUAN Ruptur perineum merupakan penyebab kedua perdarahan post partum setelah atonia uteri. Ruptur Perineum dapat terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Keluhan ruptur perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktivitas peristaltik normal (dengan menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat. Menurut Oxorn (1996), penyebab ruptur perineum antara lain: umur, paritas, berat bayi lahir dan posisi persalinan. Menurut Cristine Hendeson (2002) dan George Povey (2006) kepala janin besar dan bayi besar merupakan salah satu faktor penyebab ruptur perineum, angka-angka kejadian ruptur perineum diruang bersalin mengalami peningkatan yaitu 70% (2010) menjadi 81% (2011). Data yang didapatkan dari RSU Dr Wahidin Sudiro husodo kota Mojokerto 6 Desember 2011 menunjukan pada bulan oktober 2011 terdapat 35 ibu bersalin normal, 12 ibu bersalin yang mengalami ruptur dan 23 ibu bersalin yang tidak mengalami ruptur. Data bulan November 2011 terdapat 40 ibu bersalin normal, 14 ibu bersalin yang mengalami ruptur dan 16 ibu bersalin yang tidak mengalami ruptur. Data bulan Desember 2011 terdapat 45 ibu bersalin normal, 20 ibu bersalin yang mengalami ruptur dan 14 ibu bersalin yang tidak mengalami ruptur.( Data rekam medik RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo 2011) Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun karena tanpa dijahit. Bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan di tengah masyarakat melalui bidan polindes, sehingga peranan dukun makin berkurang. Bidan dengan pengetahuan medisnya dapat mengetahui hamil dengan risiko tinggi dan mengarahkan pertolongan pada kehamilan dengan risiko rendah yang mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal. Dengan demikian komplikasi robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan semakin berkurang (Manuaba, 1998). Pencegahan trauma perineum merupakan masalah yang banyak didiskusikan (Johson & Thylor, 2006 ). Besarnya ruptur perineum diakibatkan tekanan antara lain: waktu kala II yang memanjang, berat badan bayi lahir yang berlebihan dan usia maternal lanjut (Chistine Hendeson, Keshlen Joner, 2002). Beberapa faktor yang berhubungan dengan perlukaan kelahiran adalah perlahiran pervaginan dengan komplikasi (letak sungsang, distosia bahu, forcef ekstraksi vacum), tekanan yang berlebihan pada perineum karena berat badan bayi yang besar (makrosomia). Mencegah kerusakan jaringan perineum yang berlebihan dan mempercepat kala 2 pada keadaan gawat janin (George Povey 2006). Pemerintah telah juga menetapkan asuhan persalinan normal (APN) pada pelaksana asuhan kebidanan yang dicanangkan dalam kerja kolaborasi DEPKES RI, POGI, IBI, JNPKKR, atas dukungan JHPIEGO Corporation. Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dan dibutuhkan tenaga kesehatan yang terampil yang didukung tersedianya sarana dan prasarana yang memadai (JNPKKR 2009). Berdasarkan fenomena di atas judul yang akan dilakukan penelitian penulis adalah Gambaran Penyebab Ruptur Perineum saat persalina Di ruang Bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto. SUBJEK DAN METODE Subjek penelitian ini adalah ibu bersalin dengan persalinan normal yang mengalami ruptur perineum di ruang bersalin RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto pada Bulan Januari – Desember 2011 sebanyak 105 responden. Penelitian ini menggunakan Total sampling atau Sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan umur ibu di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Tahun 2011 Umur Ibu Jumlah (Tahun) Pasien 1 ≤ 30 74 2 > 30 31 Total 105 Sumber : Data Sekunder 2011 No Persentase (%) 70,47 29,53 100 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data ibu bersalin di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto menunjukkan mayoritas responden dengan umur ≤ 30 tahun sebanyak 74 responden (70,47 %) mengalami ruptur perineum. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock E.B, (2002), wanita yang melahirkan anak pada usia di bawah 30 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematikan maternal. Hal ini dikarenakan pada usia di bawah 30 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa umur ibu melahirkan dengan umur ≤ 30 tahun sangat rentan mengalami terjadinya ruptur perineum. Sedangkan pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih kecil. Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan Paritas di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2011 Jumlah Pasien 1 Primipara 56 2 Multipara 33 3 Grandemultipara 16 105 Total Sumber : Data Sekunder 2011 No Paritas Persentase (%) 53,33 31,42 15,23 100 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden ibu bersalin di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto menunjukkan responden dengan jumlah anak 0-1 (primipara) sebanyak 56 responden (53,33 %). Menurut Prawirohardjo (2006) bahwa ruptur perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu melahirkan dengan kategori primipara merupakan penyebab terjadinya ruptur perineum karena organ perineum masih kaku dan belum bisa berfungsi dengan baik. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa “kepala keluar pintu”. Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak dapat tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan Berat Badan Bayi Lahir di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2011 Berat Badan Bayi yang dilahirkan 1 Berat bayi lahir > 4000 gram 2 Berat bayi lahir ≤ 4000 gram Total Sumber : Data Sekunder 2011 No Jumlah Bayi 81 24 105 Persentase (%) 77,15 22.85 100 Data di atas juga dipengaruhi oleh faktor janin yaitu berat badan bayi. Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden ibu bersalin di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto menunjukkan responden dengan berat bayi >4000 gram sebanyak 81 responden (77,15 %). Menurut Supariasa (2002) berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran, semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Berat bayi lahir normal sekitar 2500-4000 gr. Menurut Rini Sekartini (2007) robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat bayi lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat bayi lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian mengenai gambaran penyebab terjadinya ruptur perineum di ruang bersalin RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo ini berat badan bayi lahir dengan berat < 4000 gram merupakan penyebab utama terjadinya ruptur perineum. Bayi dengan berat lahir ≥ 4000 gram secara otomatis mempunyai fisik yang lebih besar sehingga proses persalinan akan lebih sulit. Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan Kondisi Janin di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2011 Jumlah Pasien 1 81 Makrosomia 2 11 Distosia Bahu 3 13 Letak sungsang 105 Total Sumber : Data Sekunder 2011 No Paritas Persentase (%) 77,14 10,47 12,38 100 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden ibu bersalin di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto menunjukkan responden dengan Makrosomia sebanyak 81 responden ( 77,14 %). Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).Berdasarkan analisa data di atas menunjukan bahwa kenaikan berat badan pada ibu hamil menjadi penyebab ruptur perineum pada proses persalian. Hal ini dikarenakan berat badan bayi akan mempengarui kelancaran dalam proses persalinan. Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan Masa Kerja Penolong Persalinan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2011 No 1 2 3 Tenaga Penolong Persalinan Masa kerja < 1 Th Masa kerja 1- 5 Th Masa kerja > 5 Th Total Sumber : Data Sekunder 2011 Jumlah Persalinan Persentase (%) 3 5 6 14 21,42 35,71 42,85 100 Dalam penelitian ini faktor penolong persalinan juga mempengaruhi robekan perineum. Faktor penolong dipengaruhi oleh lama kerja. Masa kerja dikelompokkan menjadi masa kerja penolong persalinan <1 Th tahun dan masa kerja penolong <1- 5 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan data ibu bersalin di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudirohusudo Kota Mojokerto menunjukkan mayoritas responden yang ditangani penolong persalinan dengan masa kerja >5 tahun sebanyak 6 responden (42,85 %). Menurut Mochtar (1998) pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2007) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melalui introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Berdasarkan analisa data di atas menunjukkan bahwa lama masa kerja penolong persalinan menjadi salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum pada proses persalinan. Hal ini dikarenakan ketrampilan dan cara kerja penolong persalinan dalam menghadapi masalah pada saat proses persalinan seperti posisi bayi yang tidak wajar (sungsang), kondisi fisik ibu yang tidak mendukung seperti karena obesitas dapat ditangani dengan benar berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Table 6 Distribusi frekuensi berdasarkan Pendidikan penolong Persalinan di RSU Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2011 No 1 2 3 Pendidikan Jumlah Penolong Pasien 4 D1 8 DIII 2 D1V 14 Total Sumber : Data Sekunder 2011 Persentase (%) 28,57 57,14 14,28 100 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan tingkat pendidikan DIII penolong persalinan di ruang bersalin RSU Dr Wahidin Sudiro husudo Kota Mojokerto sebanyak 8 responden (57,14% ). Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Berdasarkan analisa di atas menunjukakan tingginya tingkat pendidikan menjadi salah satu penyebab ruptur perineum pada proses persalian dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin matang dan mudah untuk menerima dan memahami informasi yang ada. Simpulan Hasil penelitian untuk Gambaran Penyebab Ruptur Perineum Saat Persalinan di Ruang Bersalin Dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto terhadap 105 responden ibu melahirkan dapat diambil kesimpulan bahwa berat bayi lahir > 4000 (Kg) sebanyak 81 responden sebagai penyebab ruptur perineum . Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Gambaran Penyebab Ruptur Perineum Saat Persalinan di Ruang Bersalin Dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto antara lain adalah : Umur, Paritas, Janin dan penolong persalinan. DAFTAR PUSTAKA Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Ben-Zion Taber MD, 2002 : 254, Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi Jakarta : EGC. Cristine Hendeson, 2002 : 495, KONSEP KEBIDANAN : Jakarta : EGC Cunningham, 2005 : 354, Obstetri William Edisi 21 : Jakarta : EGC Derek Ilewellyn Jones, 2002 : 79, Obstetri Gynekologi edisi 6 : Jakarta : EGC George povey, 2006 : 307, Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Jakarta : World Health Organization. Hurlock, EB. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Erlangga : Jakarta JNPKKR 2007, ASUHAN PERSALINAN NORMAL Edisi 3 Jakarta : JNPKKR DAN JHPIEGO Corporation. Johson & Thylor, 2002 : 416, PRAKTIK KEBIDANAN : Jakarta : EGC Manuaba, 1998 : 162, Kesehatan Reproduksi Wanita : Jakarta : EGC Manuaba, 1999 : 108, Operasi Kebidanan, Kandungan dan KB untuk Dokter Umum : Jakarta : EGC Mochtar, 2002 : 7, Sinopsis Obstetri : Jakarta : EGC Nursalam. 2007. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Rubert jan Driessen, 2007 : 214, Baby Guide : Jakarta : Maxmedia Saifuddin AB 2002, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wiknjosastro, 2002 : 194, Ilmu Kebidanan : Jakarta : EGC