BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional

advertisement
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga
kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih
terganggu akibat salah satu pihak bertindak atau bersikap yang tidak sesuai
bagi pihak lainnya.
Beberapa contoh konflik internasional antar negara-negara di dunia yang
telah terjadi, seperti:konflik Jerman Barat dan Jerman Timur 1 , konflik
kedaulatan Taiwan2, atau bahkan konflik yang terjadi di Indonesia, seperti:
konflik kedaulatan atas Timor Leste.3
Konflik-konflik tersebut berlangsung tidak hanya dalam kurun waktu yang
sebentar saja, tetapi bisa berlangsung hingga berpuluh-puluh tahun. Bahkan,
dari konflik tersebut negara-negara yang terlibat dalam
konflik itu bisa
menyatakan perang atau pertikaian sengit.
Menurut K. J. Holsti dalam bukunya yang berjudul Politik Internasional:
Kerangka untuk Analisis yang diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary, ada enam
1
Konflik pemisahan antara Jerman Barat dan Jerman Timur hingga dibuatnya tembok Berlin
pada tahun 1961 karena saat itu Jerman Timur dibawah kendali Uni Soviet dan Jerman Barat
dibawah kendali negara-negara Barat (Amerika, Inggris, dan Perancis).
2
Konflik kedaulatan Taiwan yang disebabkan perang saudara (1945-1949) yang terjadi di
China antara Partai Komunis China (PKC) yang dipimpin Mao Zhedong dengan Partai
Nasionalis yang dipimpin Chiang Kai Shek, yang kemudian dimenangkan oleh PKC,
sehingga Chiang Kai Sek yang kalah perang menyingkir ke Pulau Formosa atau yang
sekarang dikenal dengan Taiwan.
3
konflik kedaulatan atas Timor Leste sebagai akibat dari berakhirnya kekuasaan pemimpin
Orde Baru melalui gerakan reformasi secara berkesinambungan menunjukan
ketidakpercayaan masyarakat dalam negeri terhadap pemerintah sehingga menimbulkan krisis
kepercayaan terhadap pemerintah.
2 bidang isu yang terdapat di konflik internasional. Misalnya, konflik
kehormatan nasional seperti pada kasus invasi Yunani atas Bulgaria pada
tahun 1925 yang disebabkan oleh insiden perbatasan yang melibatkan
pembunuhan dua orang penjaga perbatasan Yunani.
Selain itu, salah satu bidang isu yang lain dalam konflik internasional ialah
konflik regional atau konflik wilayah terbatas. Konflik regional sendiri
bermula sejak diberlakukannya sistem kedaulatan Westphalia 4 , atau sistem
kedaulatan yang bebas dari campur tangan pihak asing dengan melalui
pembuatan sistem perbatasan regional yang tegas.
Dari sistem kedaulatan Westphalia itulah, akhirnya seluruh negara yang
ada di dunia mulai memberlakukan pembatasan wilayah negara yang tegas
dan akhirnya dapat diketahui wilayah negara tetangga yang jelas pula. Selain
itu, karena pembatasan wilayah negara itu, akhirnya ada kemungkinan
timbulnya suatu konflik atas nama perbatasan demi kedaulatan suatu negara,
walaupun batas wilayah itu hanya kurang dari puluhan kilometer persegi saja.
Konflik antara Jepang dan China yang bertetangga merupakan salah satu
contoh konflik yang ditimbulkan dari sistem kedaulatan Westphalia. Jepang
dan China, kedua negara ini termasuk sebagai salah satu negara besar di dunia
yang terletak di Asia Timur. China adalah negara tetangga Jepang yang samasama saling bersaing dalam kemajuan militer, teknologi, atau bahkan dalam
bidang ekonomi pula. Hubungan kedua negara ini mengalami pasang-surut.
4
Asal nama Westphalia diambil dari nama kota tempat awal terjadinya sistem kedaulatan itu
dicetuskan, yaitu kota Westphalen, Jerman.
3 Tercatat ada beberapa konflik antara Jepang dengan China, termasuk salah
satunya ialah konflik regional yang hingga sekarang masih belum selesai.
Pada tanggal 8 September 2010, konflik regional antara Jepang dengan
China kembali terjadi. Konflik regional antara Jepang dengan China ini terkait
masalah perebutan wilayah Kepulauan Senkaku atau dalam bahasa China,
disebut Diaoyu. Kepulauan Senkaku atau Diaoyu ini hanya memiliki luas 7
kilometer persegi saja. Akan tetapi, kepulauan kecil ini telah diperebutkan
oleh Jepang dan China selama berpuluh-puluh tahun lamanya.5
Kepulauan Senkaku telah dipersengketakan sejak pasca Perang Dunia II
hingga saat ini. Walaupun tidak menyebabkan perang, tetapi konflik sengketa
Kepulauan ini membuat hubungan antara Jepang dan China menjadi tidak
harmonis.6
Upaya-upaya penyelesaian terhadap konflik perebutan wilayah Kepulauan
Senkaku pun telah banyak dilakukan. Namun, pada kenyataannya kedua
negara masih mengklaim bahwa Kepulauan Senkaku itu milik mereka. Dari
penjelasan tersebut, penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti lebih dalam
lagi mengenai konflik perebutan wilayah Kepulauan Senkaku.
5
Dimensi Politik Domestik Krisis Cina-Jepang, http://www.tempo.co/read/kolom/2010/
10/12/259/Dimensi-Politik-Domestik-Krisis-Cina-Jepang, diakses pada tanggal 17 Juli 2013,
pukul 09:35 WIB.
6
Millati, Izzato. Skripsi "China dan Jepang dalam Sengketa Teritorial Kepulauan Senkaku
(1970 – 2006)”. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2009.
4 1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah:
Apa saja dampak yang ditimbulkan dari konflik Kepulauan Senkaku tersebut
terhadap hubungan antara dua negara tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:
Untuk memperoleh gambaran mengenai dampak yang ditimbulkan dari
persoalan Kepulauan Senkaku terhadap hubungan Jepang – China.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Jangkauan penelitian pada skripsi ini lebih ditekankan pada peristiwaperistiwa mengenai sengketa memperebutkan wilayah Kepulauan Senkaku
antara Jepang dan China dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Alasan
penetapan waktu tersebut karena pada tahun 2010, sengketa kedaulatan
wilayah Kepulauan Senkaku kembali dipermasalahkan. Selain itu, untuk
membatasi penelitian agar tidak terlalu luas.
1.5 Landasan Teori
Pendekatan ilmu sosial yang dipakai dalam skripsi ini ialah konsep konflik
internasional dengan bidang isu konflik wilayah terbatas. Menurut K.J. Holsti
dalam bukunya yang berjudul Politik Internasional: Kerangka untuk Analisis
yang diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary, konflik ialah apabila suatu pihak
menduduki suatu posisi yang tidak sesuai dengan keinginan atau kepentingan
pihak lainnya. Konflik internasional meliputi tindakan ancaman dan hukuman
5 yang bersifat diplomatik, propaganda, komersial, atau militer yang diambil
oleh pihak yang menentang terhadap pihak yang lain. Para pihak yang terlibat
dalam suatu konflik internasional biasanya adalah pemerintah suatu negara
bangsa.7
Menurut K. J. Holsti, konflik-konflik internasional juga memiliki bidang
isu yang menimbulkan konfrontasi dan perang. Berdasarkan studi atas konflik
internasional, bidang-bidang isu tersebut ialah (1) Konflik Wilayah Terbatas;
(2) Konflik Komposisi Wilayah; (3) Konflik Kehormatan Nasional; (4)
Imperalisme Regional; (5) Konflik Pembebasan; (6) Konflik Unifikasi
Nasional.8
Bidang isu yang akan diambil pada penelitian skripsi ini ialah bidang isu
konflik wilayah terbatas. Pengertian konflik wilayah terbatas sendiri ialah di
mana terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan
suatu bagian wilayah yang khusus atau pada hak-hak yang diperoleh oleh
suatu negara atau di dekat wilayah negara lain.9
Kemudian, dalam konflik internasional sendiri terdapat dampak yang
ditimbulkan dari konflik tersebut. Menurut K. J. Holsti, ada 6 hasil yang
mungkin timbul dari konflik internasional, yaitu: penghindaran diri,
penaklukan, penundukan atau penangkalan, kompromi, imbalan, dan
penyelesaian pasif.
7
K. J. Holsti. Politik Internasional; Kerangka untuk Analisis. Edisi ke 4. Diterjemahkan
oleh: M. Tahir Azhary (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983), Hal. 170.
8
Ibid, Hal. 174.
9
Ibid.
6 1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode historis. Metode
ini terdiri dari empat tahapan10, yaitu: pengumpulan sumber, verifikasi sumber,
evaluasi dan interpretasi sumber, dan penyajian. Tahap pertama adalah
heuristik atau pengumpulan sumber. Pada tahap ini penulis mengumpulkan
sumber baik berupa sumber primer maupun sekunder. Sebagai sumber primer,
penulis menggunakan jurnal tahunan yang diterbitkan oleh Kementerian
Pertahanan Jepang berjudul Defense Programs and Budget of Japan Defense
Programs and Budget of Japan. Jurnal tersebut dijadikan penulis sebagai
acuan untuk mengetahui aktivitas dan agenda militer Jepang yang berkaitan
dengan isu konflik Kepulauan Senkaku. Selain itu, penulis juga menggunakan
laporan hasil survei yang dilakukan oleh The Genron NPO dan China Daily
sebagai acuan untuk melihat peningkatan sentimen anti-Jepang pada
masyarakat China atas isu konflik Kepulauan Senkaku. Penulis juga
menggunakan hasil konferensi pers Menteri Pertahanan Jepang sebagai acuan
untuk melihat langkah apa yang diambil oleh Jepang dalam konflik Kepulauan
Senkaku. Selain itu, penulis juga menggunakan artikel yang ditulis oleh koran
online Jepang untuk melihat perkembangan konflik Kepulauan Senkaku.
Selain sumber primer, penulis juga mengumpulkan sumber-sumber
sekunder. Untuk sumber sekunder, penulis menggunakan sumber literatur baik
berupa buku, artikel surat kabar, jurnal asing, dan internet yang memiliki
10
Suhartono, dkk., Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada, 2007), Hal. 13.
7 relevansi terhadap konflik Kepulauan Senkaku, baik berbahasa Indonesia,
Inggris, maupun Jepang.
Tahap kedua adalah kritik atau verifikasi sumber. Dalam tahap ini, penulis
melakukan uji otentisitas serta kredibilitas sumber. Seleksi otentisitas
dilakukan dengan memeriksa keaslian sumber primer yang didapatkan.
Selanjutnya, untuk menguji kredibilitas sumber yaitu dengan memeriksa
apakah
informasi
yang
terdapat
di
dalam
sumber
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Tahap ketiga adalah evaluasi dan interpretasi sumber. Dalam tahap ini
penulis melakukan interpretasi atau penafsiran berdasarkan fakta-fakta yang
telah ditemukan melalui studi sumber primer maupun sekunder. Kemudian,
tahap terakhir yaitu darstellung atau tahap penyajian gagasan baru dari sumber
sejarah. Setelah melakukan interpretasi sumber-sumber yang ditemukan,
ditulis dalam bentuk karya ilmiah penelitian sejarah.
1.7 Tinjauan Pustaka
Penelitian yang mengambil tema konflik kepulauan Senkaku belum ada di
jurusan Sejarah FIB UGM dan jurusan Sastra Jepang FIB UGM. Akan tetapi,
penulis menemukan skripsi yang juga membahas sengketa Kepulauan
Senkaku, yaitu skripsi yang berjudul “China dan Jepang dalam Sengketa
Teritorial Kepulauan Senkaku (1960-2006)” yang ditulis oleh Izzato Millati,
mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta pada tahun 2009. Dalam skripsi tersebut, dibahas faktor-faktor
penyebab mengapa Kepulauan Senkaku itu disengketakan oleh pihak Jepang
8 dan China. Teori yang digunakan oleh Izzato pada skripsinya adalah teori
Geopolitik dan konsep kepentingan nasional.
Penulis juga menemukan tesis yang membahas objek yang sama mengenai
konflik sengketa Kepulauan Senkaku yang berjudul “The Diaoyu / Senkaku
Islands Dispute: Questions of Sovereignty and Suggestions for Resolving the
Dispute” yang ditulis oleh Martin Lohmeyer, mahasiswa S2 Fakultas Hukum,
Universitas Canterbury, Amerika Serikat pada tahun 2008. Dalam tesis ini,
Martin Lohmeyer membahas mengenai evaluasi konflik Kepulauan Senkaku
dan saran untuk upaya penyelesaian konflik tersebut.
Dengan demikian, sampai saat ini belum ditemukan penelitian atau skripsi
yang membahas mengenai dampak yang ditimbulkan dari sengketa Kepulauan
Senkaku. Oleh karena itu, skripsi ini akan membahas mengenai dampakdampak yang telah ditimbulkan dari persoalan sengketa Kepulauan Senkaku
terhadap hubungan Jepang dan China dalam kurun waktu 2010 – 2012 dengan
menggunakan konsep dari K. J. Holsti.
1.8 Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan.
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
landasan teori ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
Bab II akan dibahas mengenai gambaran umum mengenai Kepulauan
Senkaku, letak geografis dan kondisi Kepulauan Senkaku, serta mengulas
mengenai faktor-faktor yang menjadi latar belakang penyebab Kepulauan
9 Senkaku/Diaoyu diperebutkan, berikut kepentingan masing-masing negara
terhadap wilayah tersebut.
Bab III akan membahas mengenai sejarah sengketa Kepulauan Senkaku.
Selain itu, juga menjelaskan bagaimana Kepulauan Senkaku di awal Dinasti
Ming hingga bagaimana status Kepulauan Senkaku pada tahun 1990-an.
Pada bab IV akan berisi pembahasan mengenai dampak apa saja yang
ditimbulkan dari persoalan sengketa memperebutkan wilayah Kepulauan
Senkaku terhadap hubungan Jepang – China. Kemudian, bab V merupakan
kesimpulan dari seluruh bahasan.
Download