SIFAT OLAH-TANAH DAN BAHAN ORGANIK TANAH Suatu tanah yang “meng-atus” dengan baik , tidak membentuk kerak-tanah di permukaan , menyerap air dengan cepat , dan tidak menggumpal, dikatakan memiliki “sifat-olah” yang baik. “Sifat-olah” tanah adalah kondisi fisik tanah yang berhubungan dengan kemudahan pengolahan tanah, kualitas seedbed (media tanam benih) yang baik , kecambah benih mudah muncul , dan penetrasi akar yang mendalam . “Sifat-olah” yang baik tergantung pada agregasi proses, dimana individual partikel tanah bergabung menjadi gumpalan yang disebut " agregat". Agregat tanah terbentuk ketika individu partikel tanah berorientasi dan bergabung bersamasama karena adanya proses pembasahan dan pengeringan , pembekuan dan pencairan , dan adanya pertumbuhan tanaman dan aktivitas cacing tanah . Muatan listrik lemah dari kalsium dan magnesium mengikat partikel tanah bersama-sama ketika tanah mengering. Ketika agregat menjadi basah lagi, stabilitasnya menghadapi tantangan, dan mungkin saja agregat ini hancur lagi. Dalam kasus agregat-tanah yang terbentuk oleh bantuan cacing, mereka stabil setelah mereka keluar dari tubuh cacing . Agregat tanah yang terbentuk dari kekuatan fisik menjadi stabil ( akan tetap utuh pada saat basah ) melalui proses yang melibatkan proses dekomposisi bahan organik dan produk sampingannya, terutama gusi , lilin , dan zat lainnya, bertindak sebagai perekat bagi partikel tanah . Agregat tanah ini cukup kuat dan tidak hancur ketika basah, maka disebut agregat yang stabil. Tanah yang agregasinya bagus, mempunyai sifat mudah meresapkan air, meningkatkan aerasi , dan peningkatan kapasitas menahan air. Akar tanaman menempati volume yang lebih besar pada tanah yang agregatnya bagus dan kaya bahan organik tanah, dibandingkan dnegan tanah yang ditumbuk halus dan terdispers, miskin bahan organik tanah. Akar tanaman, cacing tanah , dan arthropoda tanah dapat menembus dnegan mudak ke dalam tanah tanah yang agregatnya bagus.. Agregat tanah juga mencegah pembentukan kerak-tanah di permukaan. Akhirnya , tanah yang agregatnya bagus lebih tahan erosi , karena agregat-tanah lebih berat daripada partikel primer tanah. Tanah yang agregasinya jelek juga cenderung lengket saat basah dan menggumpal saat kering. Jika partikel liat dalam tanah dapat bergabung memmbentuk agregat tanah, akan menghasilkan aerasi yang baik dan infiltrasi yang bagus. Tanah-tanah berpasir mendapatkan keuntungan dari proses agregasi, partikel-partikel liat berfungsi sebagai perekat bagi partikel pasir dan debu, dan perkolasi-dalam yang berlebihan dapat dibatasi. Kerak tanah di permukaan menjadi masalah umum pada tanah yang agregasinya buruk. Pembentukan kerak-permukaan ini merupapan dampak dari turunnya hujan. Curah hujan menyebabkan partikel liat di lapisan permukaan tanah mengalami disperse dan menyumbat pori-pori pada lapisan tanah bawahpermukaan. Setelah tanah mengering, permukaan tanah seperti diperkeras karena sebagian besar ruang pori telah tersumbat oleh partikel-partikel liat. Curah hujan berikutnya akan menghasilkan banyak runoff. Karena pukulan air hujan menjadi penyebab terbentuknya kerak-permukaan, praktek manajemen lahan yang melindungi muka-tanah dari pukulan air hujan akan mengurangi pembentukan kerak-permukaan dan meningkatkan ilfiltrasi air hujan ke dalam tanah. Mulsa permukaan dan tanaman penutup tanah dapat memainkan fungsi pelindung muka tanah, demikian juga tanpa-olah tanah yang memungkinkan akumulasi residu tanaman di permukaan tanah. Tanah yang agregasinya baik akan melawan pembentukan kerak-permukaan karena agregat yang stabil kuat menahan pukulan air hujan. Akar tanaman di dalam tanah memproduksi makanan bagi mikroorganisme tanah dan cacing tanah , organism tanah ini menghasilkan senyawa perekat yang mengikat partikel tanah menjadi agregat yang stabil . Selain itu, tanah berumput permanen memberikan perlindungan muka tanah terhadap pukulan air hujan dan erosi. Kombinasi faktor-faktor tersebut menciptakan kondisi yang optimal bagi proses pembentukan agregat yang stabil pada kondisi vegetasi penutup tanah yang permanen . Sebaliknya, pergiliran tanam yang melibatkan tanaman tahunan dan tanaman budidaya ekstensif kurang memberikan biomasa vegetatif dan bahan organik sebagai pelindung muka tanah, dan biasanya mengakibatkan degradasi agregat tanah dan bahan organik tanah. Praktek pertanian dapat diarahkan untuk melestarikan dan mempromosikan agregasi tanah . Karena substansi perekat agregat tanah itu sangat rentan terhadap degradasi mikroba , bahan organik perlu ditambahkan untuk mempertahankan status agregat yang baik. Praktek pertanian juga harus menghemat agregat-tanah setelah mereka terbentuk , meminimalkan faktor-faktor yang dapat menghancurkan agregasi. Beberapa faktor yang merusak agregat tanah adalah: 1. Pengolahan tanah yang berlebihan 2. Mengiolah bekerja tanah ketika masih terlalu basah atau terlalu kering 3. Penggunaan amonia anhidrat yang dapat mempercepat dekomposisi bahan organik 4. Pemupukan nitrogen berlebih 5. Membiarkan akumulai natrium dalam tanah yang berasal dari air irigasi atau pupuk yang mengandung natrium.