Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISA DRIFT-BASE FRAGILITY: EVALUASI HASIL EKSPERIMENTAL DAN NUMERIKAL DINDING BATU BATA DAN RANGKA KAYU I Gede Adi Susila1, Partha. Mandal2, Tom. Swailes3 1 2,3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana - Bali MACE School, The University of Manchester - UK e-mail : [email protected] ABSTRAK Pada studi ini, ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada jenis struktur yang tidak didesain oleh qualified engineer dan dikategorikan sebagai non-engineered structure. Penelitian dilakukan pada jenis struktur bertingkat rendah (low-rise structure) adalah tipe bangunan yang rentan (vulnerable) dan sebaliknya (resists) terhadap beban gempa dengan material struktur terdiri dari batu bata dan kayu. Menurut FEMA 461 dinyatakan bahwa diperlukan sebuah pendekatan statistik (probabilistic) untuk mengevaluasi kinerja pada benda uji yang menerima beban lateral. Evaluasi hasil-hasil uji eksperimental dan numerik terhadap struktur dinding batu bata dan portalrangka kayu tradisional dapat dipergunakan untuk memperediksi tingkat kerusakan akibat beban lateral monotonik maupun siklik. Interpretasinya dari FEMA ini pada umumnya berkaitan dengan evaluasi terhadap perbaikan dan kemungkinan cost yang diperlukan pada struktur tersebut. FEMA 461 merekomendasikan penggunaan sebuah prosedur yakni fragility function sebagai salah satu prosedur sederhana untuk mengevaluasi tingkat kerusakan struktur. Dari studi ini, dibangun sebuah kurva drift-base fragility untuk memperoleh sebuah estimasi dari probailitas yang ditentukan oleh ambang batas lendutan (deformasi) pada puncak struktur. Deformasi akibat beban lateral monotonik maupun siklik biasanya diasosiasikan dengan beberapa kegagalan struktur awal misalnya berupa retak (crack) sampai pada pengamatan terhadap retak diagonal (shear failure) atau sampai pada keruntuhan secara total (collapse). Kata kunci: Non-engineered structure, batu bata dan kayu, uji lateral, fragility study 1. PENDAHULUAN Latar belakang The 2011 Annual Disaster Statistical Review (Debby Guha-Sapir, 2011) melaporkan bahwa 5 negara yang paling sering dilanda bencana alam selama dekade terakhir adalah Cina, Amerika Serika, Filipina, India dan Indonesia. Diantaranya, Filipina dan Indonesia adalah negara berkembang yang resikonya masih sangat tinggi menghadapi bencana alam, maka lebih rentan (Roberto Meli, 2004) dalam menghadapi kejadian bencana. Penelitian ini berkaitan dengan kondisi aktual yang dimiliki oleh Indonesia dimana gempa bumi sering terjadi karena interaksi (kontak konvergen) antara lempeng Indo-Australia dan tektonik Eurasia (M. B. Sørensen, 2007; Survey-USGS, 2010). Akibat kegiatan subduksi disepanjang garis (Sunda trench), selain menghasilkan gempa bumi juga memicu timbulnya hampir 76% zone gunung api disepanjang garis patahan (Ales Spicak, 2005; USGS-vulcan, 1997). Sehingga Indonesia mengalami gempa tektonik dan gempa vulkanik. Hal ini memberikan gambaran beban ekstrim alami yang dinamis yang selalu terjadi terhadap struktur gedung baik bertingkat rendah, sedang maupun tinggi di Indonesia. Namun, penelitian ini terbatas pada pembebanan gempa terhadap jenis bangunan bertingkat rendah (low-rise) khususnya struktur dengan dinding batu bata (unreinforce masonry: URM) yang cukup memprihatinkan yang menerima beban gempa serta rangka kayu (traditional timber frame) yang memiliki performa yang lebih baik. Struktur kayu tradisional dalam prakteknya sangat baik untuk dipertimbangkan dalam rekayasa seismik. Meskipun rangka kayu tradisional memiliki reputasi yang baik untuk menghadapi gempa, tetapi tidak banyak penjelasan tentang perilakunya (Runa, 2000). Oleh karena itu, penelitian yang berkaitan dengan mekanisme pembebanan dan kegagalan struktural pada struktur kayu diperlukan. Banyak studi telah dilakukan terkait efektivitas metode penyambungan kayu. Di sisi lain, penelitian tentang struktur kayu terbatas di Indonesia (Runa, 2000). Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- I Gede Adi Susila Pada kondisi lainnya bahwa bangunan masonry URM maupun infill-masonry khususnya non-engineered structure yang jumlahnya hampir 60% di Indonesia (Kusumastuti, 2008), terutama struktur batu bata yang rusak parah menyebabkan korban jiwa dan kerugian materi (Boen, 2000; 2001; 2006a; b; 2009; Boen and Pribadi, 2003) selama kejadian gempa. Menariknya, struktur rangka kayu tradisional, seperti rumah panjang panggung, bisa menahan gempa bumi tanpa kerusakan yang signifikan (P. Pudjisuryadi 2005). Rumah tradisional (omo hada) adalah salah satu contoh yang baik tahan terhadap gempa. Pengamatan struktur perumahan kayu yang ringan memiliki ketangguhannya setelah gempa 7.0 MW di HAITI (EERI-USGS, 2010). Tidak ada kerusakan atau kehancuran struktur pada perumahan yang terbuat dari kayu. Pada dasarnya, bobot yang ringan dari bahan bangunan mengurangi gaya inersia gempa. Pengamatan yang berkaitan dengan kinerja struktur (performance base) terhadap URM dan infill-masonry beserta portal/rangka kayu (traditional timber frame) juga telah dilakukan dengan simulasi numerik (Susila, 2012a; b). Hasil studi menunjukkan bahwa kinerja seismik struktur rangka kayu (sambungan tradisional) lebih baik dibandingkan URM karena adanya knee-brace dan karakteristik material kayunya sendiri. Namun, beberapa bangunan kayu menderita kerusakan setelah tsunami, bencana kebakaran (Kantorinfokom, 2007), karena material yang digunakan adalah kayu ringan dan mudah terbakar serta angin ribut dapat menyebabkan keruntuhnya (ANTARA News, 2012; Balipost, 2013) Manfaat penelitian Memberikan informasi tentang ketahanan struktur berkaitan dengan kinerja seismik-nya pada bangunan URM dan rangka kayu (traditional timber frame). Untuk menentukan kapasitas lateral dari URM dan timber frame dilakukan kajian dan pengamatan eksperimental dan numerical dengan pembebanan tipikal statik pushover monotonik dan siklik. Dari hasil pengamatan dapat dilakukan perbaikan struktur (retrofitting, strengthening) sehingga dapat meningkatkan kapasitas lateral secara khusus dan meningkatkan kinerja seismiknya. Bambu sebagai salah satu material yang sustainable juga dipergunakan sebagi tulangan pada dinding batu bata dan sebagai pengikat luar (woven type) sebagai upaya memperbaiki kinerja struktur masonry. Penggunaan bambu sangat memungkinkan sebagai material alternative dan material ini mudah didapatkan pada daerah-daerah yang terpencil ataupun diperkotaan. Pengamatan juga dilakukan untuk timber frame yang menggunakan traditional base isolation (batu), kemudian dilakukan perbaikan kinerja pada perletakannya dengan menggunakan fix support (steel base plate and connector) hal ini dilakukan karena alasan penggunaan kolom miring. 2. METODE PENELITIAN Properti material Densitas batu bata diselidiki dengan mengukur dimensi batu bata sebagai adalah rasio berat dan volume. Densitasnya adalah Densitas sebesar 1.21 +/- 0,4 gr / cm3 dimana dimensi rata-rata batu bata Bali panjang = 230 +/-1,5 mm , lebar = 110 +/- 1,0 mm dan ketebalan = 55 +/- 1,0 mm. Dimensi dikategorikan sebagai M6 dalam standar Indonesia (SK SNI 5-04-1989 F). Penyerapan air dari batu bata ditentukan oleh kecepatan air yang diserap oleh bata bata (tingkat hisap) . Hal ini dievaluasi dengan cara merendam permukaan bidang unit batu bata di sebuah nampan air. Prosedur ini ditentukan dalam BS 3921 dan BS-EN (BS 3921:1985, 1985; BS EN 771-1:2011, 2011) untuk High Density ( HD - Unit padat ). Tes ini berhubungan dengan berat total air yang diserap per satuan tidur daerah sendi dari batu bata. Sedangkan kuat tekan (mean compressive strength) unit batu bata di beberap daerah di Bali berkisar antara 4.4 -4.7 MPa. Komposisi mortar pada dinding batu bata terdiri dari semen biasa - hidrolik, agregat (pasir) dan air biasa berdasarkan ASTM (ASTM C109/C109M - 08, 2008) beserta pengujiannya untuk menentukan kuat tekan mortir semen hidrolik. Spesimen kubus dibuat dengan komposisi semen: pasir menurut SNI-03-6825: 2002, mortar kelas-A (1: 3) merupakan mortar untuk kategori struktural dan kelas-C (1:5) sampai kelas-E (1:7) merupakan mortar untuk non structural. Benda uji dibuat di laboratorium struktur Universitas Udayana dan diuji pada umur 28 hari. Hasil pengujian menunjukan bahwa mortar kelas A memiliki rata-rata tertinggi kuat tekan fb = 21.03 MPa, kelas C dan kelas E masing-masing fb = 9,2 MPa dan 8,0 MPa. Pengujian untuk unit dinding pasangan bata (masonry wall-panel) dilakukan dengan menggunakan mesin desak yang kapasitas 150 kN dan 2000 kN. Jenis panel batu (MW7) diuji untuk menentukan kekuatan dan memberikan kurva tegangan regangan, modulus elastisitas, dan yang lainnya. Rata-rata kuat tekan (fb ) dari batu bata panel MW7 adalah 1,373 MPa , rata-rata kuat tekan karakteristik fk adalah 1,14 MPa dan modulus elastisitas ( Em ) adalah di kisaran 1029,54 untuk 1143,94 MPa (Susila, 2014) . Tulangan bambu ini dibuat dari bambu petung (Dendrocalamus Asper Schult) yang telah diuji tarik di laboratorium untuk mengetahui diagram tegangan dan regangannya. Tulangan bambu ini dibuat dengan tingkat kekeringan pada kondisi kadar air 8% dimana tegangan yang didapat dengan dan tanpa nodia berkisaran sampai Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- Analisa Drift-Base Fragility: Evaluasi Hasil Eksperimental dan Numerik Dinding Batu Bata dan Rangka Kayu fbambu = 440 MPa (Juniartha, 2003; Suastiningsih, 2003). Tulangan bambu ini kemudian dibuat dalam permodelan numerik (FEM-Abaqus) memiliki ukuran untuk 10x10mm (Ab1 = 100 mm2). Untuk pengujian timber frame, material kayu yang dipergunakan adalah bangkirai (Dryobalanops) yang telah diuji tekan, tekan parsial dan bending di laboratorium Struktur Universitas Gajah Mada untuk mengetahui diagram tegangan dan regangannya. Hasil pengujian kuat tekan beberapa material kayu untuk tegangan-regangannya dapat dilihat pada (Susila, 2014). Uji lateral pada dinding bata dan portal kayu tradisional Benda uji dinding batu bata (wall panel) dibuat berbentuk persegi sebesar (600 x 600 x 110) mm. Benda uji timber frame terbuat dari kayu Bangkirai berukuran kolom 110 mm x110mm dan 140mm x140mm dengan tinggi kolom +/- 3 meter dan bentang balok 3.3 meter disertai diagonal bracing. Sambungan-sambungan pada struktur kayu ini adalah tipe sambungan tradisional carpenter connection (tenon-mortice) dengan pasak (dowel) sebagai fuse (elemen terlemah) pada struktur. Pembebanan lateral monotonik dan siklis diberikan mengikuti setup pengujian seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2 (Susila, 2014). Gambar 1 Setup pengujian dinding batu bata (masonry wall panel) Gambar 2 Setup pengujian portal kayu (traditional timber frame) Gambar 3 Uji lateral monotonic pada dinding batu bata Gambar 4 Hasil uji lateral monotonik pada dinding batu bata dari pengujian terlihat pada Gambar 3 Simulasi dengan pemodelan numerik (FEM-Abaqus) juga dilakukan bertujuan untuk membuat validasi terhadap hasil pengujian dilaboraturium (experimental). Dengan memanfaatkan semua sifat-sifat mekanis dari material (material property). Selanjutnya, dengan mempertimbangkan validasi yang meyakinkan maka bisa dicoba membuat studi lanjutan dengan parameter yang berbeda untuk tujuan-tujuan khusus seperti retrofitting dan strengthening pada berbagai struktur yang ditinjau. Misalnya pada studi ini, perkuatan dinding batu bata dengan tulangan bambu atau memberikan selimut/pengekangan dari luar (bamboo woven). Parametric study juga dilakukan pada struktur kayu (traditional timber frame) dengan memberikan variasi perlakuan pada struktur misalnya mengganti jenis perletakan pada struktur, memberi perkuatan pada knee-brace dan lain sebagainya. Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- I Gede Adi Susila Upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk membuat validasi antara hasil eksperimental dan analisa numerik antara lain: 1). Geometric nonlinearity berguna untuk memprediksi nonlinear dari struktur yang solid. Dalam FEM, iterasi numerik mengasumsikan degradasi kekakuan bahan struktur sebagai akibat dari pengaruh beban/kekuatan eksternal. Perubahan kekakuan struktur (tangent stiffness) mempengaruh perubahan beban dan deformasi berlaku untuk masalah deformasi yang sangat besar maupun sangat kecil (large and small deformation problem). Pada ABAQUS, metofe numeriknya berdasarkan metode Newton – Raphson klasik atau yang dimodifikasi (Susila, 2012b). Gambar 5. Hasil uji lateral siklik pada dinding batu bata 2) Material nonlinearity berkaitan dengan model plastisitas dimana hubungan tegangan-regangan linier dari bahan yang diubah menjadi model bahan nonlinear. Beberapa model material dapat diadopsi seperti DruckerPrager, Crystal plastisitas dan elemen kohesif (cohesive element) untuk menyediakan hubungan elastik-plastik. Ketiga material model diatas dipergunakan untuk memprediksi prilaku dinding batu bata yang menerima beban lateral monotonik dan siklik. Secara khusus crystal plasticity model (Crystaline suboutine-UMAT) digunakan untuk mengestimasi perilaku material kayu yang orthotropic (Susila, 2014). (a) Gambar 7 Beberapa upaya validasi terhadap hasil eksperimental dari evaluasi mesh sensitivity (a) (b) (b) Gambar 6 (a) perbandingan retak (crack) yang terjadi pada hasil laboraturium dan numerik FEM, (b) hasil Fem dengan menggunakan material model cohesive element Pada Abaqus dipilih dua jenis elemen solid antara lain: C3D8R type elemen linear brick (8 node – integrasi tereduksi) dan C3D20R type elemen quadratic brick (20 node – integrasi tereduksi). (c) Gambar 8 (a-b) perkuatan bamboo woven dalam FEM dan (c) perkuatan dengan tulangan dalam dinding Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- Analisa Drift-Base Fragility: Evaluasi Hasil Eksperimental dan Numerik Dinding Batu Bata dan Rangka Kayu Dari uji validasi didapatkan kelayakan berdasarkan mesh sensitivity dan convergence yang memberikan hasil seperti Gambar 7 dimana berbagai ukuran dan jumlah element (El) dievaluasi dan pemilihan tipe (C) elastik continuous elemen, membandingkan lamanya proses simulasi (CPU) serta penggunaan plasticity model (CP) yang dibandingkan dengan hasil eksperimental. Salah satu hasil material model (cohesive element) ditunjukan pada Gambar 6 (a –b) dengan keterangan hasil: RF (reaction force), U (displacment), S(stress), LE (strain), PHLSM dan STATUS XFEM (contour kegagalan elemen terkait terjadinya crack berdasarkan analisa XFEM). Sedangkan Gambar 8 menunjukan upaya perkuatan struktur pada dinding batu bata (a-b) bamboo woven dan (c) perkuatan dengan tulangan bambu setelah validasi pada Gambar 6 dan Gambar 7 dilakukan. Validasi juga dilakukan pada hasil uji lateral baik monotonik maupun siklik untuk struktur kayu (timber frame) seperti Gambar 9 (Susila, 2014). Selanjutnya seluruh hasil eksperimental maupun hasil analisa numerik terkait dengan load-displacement di kumpulkan sebagai basis data untuk dapat dilakukan studi terkait base-drift fragility. (a) Gambar 9 (a) Uji lateral (montonik pushover) pada struktur kayu (traditional timber frame) di UGM, (b) hasil analisa numerik yang menggunakan traditional baseisolation, failure dominan pada sambungan khusunya fuse struktur (yield pada dowel) (b) Analisa drift-base fragility Untuk kasus prosedur pengujian diperlukan fragility function untuk komponen struktur, data kerusakan mungkin didapatkan dari data empiris, analisis, atau dari pendapat ahli (Keith Porter, 2006) yang dikenal sebagai data engineering demand parameter (EDP) yang komponen dikenakan dan terkait dengan kerusakan. Fungsi komponen kerapuhan struktural relevan dengan probabilitas bahwa komponen dari jenis tertentu akan mencapai atau melebihi keadaan kerusakan tertentu. Damage states dapat dibuat berdasarkan sebuah hubungan matematis digunakan untuk menunjukkan fungsi kerapuhan ketika struktur/sistem akan mengalami kerusakan pada saat dan atau pada tingkat tertentu. Biasanya damage states (kerapuhan/kerentaan: kondisi kerusakan) diekspresikan selalu dibawah tingkat permintaan (demand: DP ). Bentuk matematis didefinisikan sebagai berikut : ( )= [ ≥ | = ] atau ( )≡ [ ≥ | = ] ( / ( )= pers. 1 di mana, D atau DM adalah kerusakan yang diderita oleh komponen/struktur, DS atau dm adalah keadaan kerusakan tertentu yang dapat inisiasi seperti retak, cacat struktural, dan lainnya, DP atau EDP merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kebutuhan struktur / sistem , Φ adalah standar normal ( Gaussian ) fungsi distribusi kumulatif, xm adalah nilai median dari distribusi dan adalah standar deviasi logaritmik . Biasanya, permintaan (deman) bisa menjadi parameter: ( perpindahan ) , ( inter-storey drift ratio ), a atau sa (akselerasi dan respon percepatan komponen/struktur (FEMA-461, 2007) Komponen yang dalam keadaan rusak (dm ) dapat didefinisikan dengan menggunakan parameter EDP = edp, sebagai berikut : Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- I Gede Adi Susila [ ]=1− ( ) =0 ( ) ( )− ( ) 1≤ = < ( ) ( ) = = ( ) pers. 2 di mana , N adalah jumlah negara kemungkinan kerusakan untuk komponen . Ada tiga kondisi yang mungkin yang dapat dikaitkan dengan damage states (failure : rusak) dan total failure (kerusakan total) ditentukan dalam persamaan 2 (a) dan ( c ). Untuk menurunkan fungsi kerapuhan/kerusakan/keruntuhan (fragility function), normal (Gaussian ) kumulatif digunakan sebagai fungsi distribusi dapat digunakan. Hal ini memerlukan program konversi untuk mengubah fungsi kerapuhan normal yang lognormal (Keith Porter, 2006) . Untuk menentukan xm dan , sebuah perhitungan dapat digunakan dari parameter dari distribusi normal , sebagai berikut : = ln(1 + ( ⁄ ) = ⁄ ( +( ⁄ ) pers. 3 di mana adalah nilai rata-rata Gaussian fragility function dan standar deviasi. Di sisi lain, prosedur untuk mengembangkan fragility function disediakan berkaitan dengan observasi pada data eksperimental maupun analisa numerik. Untuk spesimen gagal (rusak), actul EDP dapat ditentukan dengan memperkirakan xm dan sebagai berikut: | = = = 1 N ( ln( ⁄ )) + pers. 4 = di mana, i = indeks spesimen, i ∈ (1, 2, ... N ), N adalah jumlah spesimen yang diuji dengan kegagalan, ri adalah EDP di mana kerusakan yang diamati terjadi pada spesimen ke i (dalam hal ini ri = displacement/drift) dan = 0,25 untuk setiap kondisi benar: semua spesimen berada di konfigurasi yang sama, kondisi instalasi yang sama, diberikan pembebanan yang sama /setara dan N kurang dari 5, atau bisa bernilai nol (0). Untuk menentukan batas limit states atau damage state struktur dari kurva fragility, damage states dapat diasosiasikan dengan kriteria batas layanan (serviceability criteria). Untuk damage states d (displacement/ratio drift), dapat diasumsikan bahwa struktur mencapai batas kelayanan di mana respon struktural F(t) melebihi Fd* _ di bawah respons kritisnya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Estimasi damage states (EDP) dari observasi untuk uji lateral dinding batu bata (qualitative data) Rasio demand kerusakan dapat dilihat pada Tabel 1dan estimasi kerusakan runtuhnya dapat ditemukan pada Gambar 10. Estimasi berbagai kerusakan sampai keruntuhan totalGambar 10. Untuk menunjukkan prosedur sederhana untu damage states yang berbeda kerusakan, analisis statistic dapat dikerjakan dengan menggunakan Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- Analisa Drift-Base Fragility: Evaluasi Hasil Eksperimental dan Numerik Dinding Batu Bata dan Rangka Kayu lembar kerja Microsoft Office Excel dengan probabilitas terjadinya . Tingkat kerusakan yang telah ditetapkan. dengan menggunakan lembar kerja, estimasi kerusakan / runtuhnya dapat dihitung dengan menggunakan perintah di kolom teoritis fragility function = NORMDIST (LN (DM-Hakim), LN (median), dispersi, TRUE). DM-ditentukan dengan mengidentifikasi damage states perkiraan, rata-rata adalah xm dan dispersi adalah . Untuk menemukan nilai standar normal Distribusi kumulatif Fungsi (z), lihat situs web (Lee, 2013) Gambar 10. Estimasi berbagai kerusakan sampai Gambar 11 Estimasi damage states (EDP): drift base keruntuhan total fragility yang dkembangkan dari microsoft Excel Tabel 2 Fragility study: estimasi damage state (EDP) untuk uji lateral dinding batu bata (masonry URM) dan timber frame berdasarkan data load-deformation: peak load-drift (a) Peak transient drift ratio (b) Distribusi kumulatif dari seluruh sample Gambar 12 Estimasi EDP diadopsi dari (Baker, 2011) dengan menggunakan probabilitas yang memperkirakan fraksi keruntuhan / kegagalan: (a) Excel dan (b) Matlab. Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- I Gede Adi Susila Tabel 3 Damage state yang diperoleh dari seluruh hasil test pada dinding batu bata (masonry) dan timber frame terkait beban puncak (peak load) dan beban ultimate terhadap drift-nya 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Estimasi EDP dapat dilakukan denagn mengumpulkan seluruh potensi yang menyebabkan kegagalan struktur (pengamatan visual: retak, gagal geser dan keruntuhan total) . 2. Data-data beban puncak, ultimate load dibandingkan dengan displacement (drift) diberikan batas secara khusus dimana batas displacement yang menentukan keruntuhan sebagai acuan menentukan tingkat kegagalan struktur. 3. Rata-rata kegagalan geser struktur masonry terjadi pada displacement yang relatif kecil. Struktur masonry yang getas mengalami kegagalan pada drift yang terbatas sementara rasio drift pada struktur kayu relatif tinggi dibandingkan dengan masonry karena material kayu cukup ductile. DAFTAR PUSTAKA Ales Spicak VH, Jirı Vanek (2005) Seismotectonic pattern and the source region of volcanism in the central part of Sunda Arc. Journal of Asian Earth Sciences 25:583–600. ANTARA News (2012) Lost: 1.9 Billions Rupiah Due to 'Whirlwind' Disaster (in Sukawati-Gianyar). ASTM C109/C109M - 08 (2008) Standard Test Method for Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars (Using 2-in. or [50-mm] Cube Specimens), ASTM International, Philadelphia, Pensylvania. Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM- Analisa Drift-Base Fragility: Evaluasi Hasil Eksperimental dan Numerik Dinding Batu Bata dan Rangka Kayu Baker JW (2011) Fitting Fragility Functions to Structural Analysis Data Using Maximum Likelihood Estimation, Standford University. Balipost (2013) Whirlwind in Tabanan Two Temple Destroyed, Denpasar-Bali. Boen T (2000) Disaster Mitigation of Urban Non-Engineered Buildings in Indonesia, in 3rd EQTAP workshop, Manila. Boen T (2001) Earthquake Resistant Design of Non-Engineered Buildings In Indonesia1, in 4th EQTAP workshop, Kamukara, Japan. Boen T (2006a) Observed Reconstruction of Houses in Aceh Seven Months after the Great Sumatra Earthquake and Indian Ocean Tsunami of December 2004. Earthquake Spectra 22:S803-S818. Boen T (2006b) Yogya Earthquake 27 May 2006, Structural Damage Report. Boen T (2009) Constructing Seismic Resistant Masonry Houses in Indonesia. Boen T and Pribadi KS (2003) Engineering the Non Engineered Houses for Better Earthquake Resistance in Indonesia. BS 3921:1985 (1985) Specification for Clay bricks, The British Standard Institution. BS EN 771-1:2011 E (2011) Methods of test for masonry units Part 11: the initial rate of water absorption of clay masonry units, The British Standard Institution. Debby Guha-Sapir FV, Regina Below, Sylvain Ponserre (UNISDR) (2011) Annual Disaster Statistical Review 2011, The numbers and trends, Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), Institute of Health and Society (IRSS), Université catholique de Louvain – Brussels, Belgium. EERI-USGS (2010) The Mw 7.0 Haiti Earthquake of January 12, 2010, (Team UEAR ed), EERI-USGS, Washington. FEMA-461 (2007) Interim Testing Protocols for Determining the Seismic Performance Characteristics of Structural and Non-Structural Components, Building Seismic Safety Council for the Federal Emergency Management Agency of the Department of Homeland Security. Juniartha IM (2003) Daya Layan Balok Beton Dengan Tulangan Tunggal Dari Bambu Petung, in Jurusan Teknik Sipil UNUD, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Kantorinfokom PTD-MM (2007) Rumah Gadang Pagaruyuang terjadi musibah kebakaran (Fire disaster). Keith Porter RK, Robert Bachman (2006) Developing Fragility Functions for Building Components for ATC-58, ATC-58 Nonstructural Products Team. Kusumastuti P, Rildova (2008) Reducing Earthquake Vulnerability of Non-Engineered Buidlings: Case Study of Retrofitting of School Building in Indonesia, in 14th World Conference on Earthquake Engineering. Lee JR (2013) Table of the Standard Normal Cumulative Distribution Function F(z) (University of Washington). M. B. Sørensen KA, and N. Pulido (2007) Simulated Strong Ground Motions for the Great M 9.3 SumatraAndaman Earthquake of 26 December 2004. Bulletin of the Seismological Society of America 97. P. Pudjisuryadi BL, Y. Lase (2005) Base Isolation in Traditinal Building Lesson Learned from Nias March 23,2005 Earthquake, in EACEF (Euro Asia Civil Engineering Forum Conference). Roberto Meli SMA (2004) Implementation of Structural Earthquake-Disaster Mitigation Programs in Developing Countries. Natural Hazard Review, ASCE 5:29-39. Runa APP (2000) Physical structure of Balinese Traditional Architecture (Struktur Fisik Arsitektur Traditional Bali). Media Teknik 3. Suastiningsih NLP (2003) Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulangan Rangkap Dari Bambu Petung, in Jurusan Teknik Sipil UNUD, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Survey-USGS USG (2010) Earthquakes and Plate Tectonics. Susila A (2014) Structural Integrity Under Seismic Loadings of Low-Rise Structures in Indonesia: Experimental and Numerical Studies of Masonry Wall Panels and Timber Frames, in MACE School p 304, The University of Manchester - UK, Manchester-UK. Susila GA, Mandal, P. Swailes, T. (2012a) A Comparison of the Structural Performance of Low-Rise Timber Framed Buildings and masonry Buildings in a Developing Country (Indonesia), in ASPSEC-ICCER 2012, Surabaya, Indonesia. Susila GA, Mandal, P. Swailes, T. (2012b) Geometry Non-Linearity and Performance Base Design Procedure Relevant to Predict the Seismic Performance of Low-Rise Building and Structures in a Developing Country (Indonesia), in Proceedings of the 2nd International Conference on Sustainable Technology Development, 2012, Denpasar-Bali, Indonesia. USGS-vulcan (1997) Ring of Fire - Modified from: Tilling, Heliker, Wright, 1987 and Hamilton 1976. Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-