DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Boalemo ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Boalemo. Program dan kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten/Kabupaten, Provinsi maupun Kementerian / Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain : Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum Program Investasi Kabupaten/Kabupaten merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten/Kabupaten dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum Program Investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/WaliKabupaten/Gubernur selaku kepala daerah. Program Investasi Sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten/Kabupaten untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten/Kabupaten. Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/Kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup : Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perkabupatenannya. I-1 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud : a. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah Kabupaten Boalemo dan pihak terkait untuk rancangan implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif untuk Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai “Expenditure Plan” yang merupakan rencana penganggaran khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi. b. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan. 1.2.2 Tujuan : a. MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). b. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kabupaten Boalemo selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. c. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. d. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Boalemo I-2 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 Gambar 1.2. – Skema Proses Perencanaan PPSP 1.3. Wilayah Perencanaan 1.3.1. Gambaran Umum Sebelum meninjau lebih jauh mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Boalemo, perlu dipaparkan terlebih dahulu mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Boalemo. Secara geografis Kabupaten Boalemo berada pada koordinat 2º53’15” - 3º04’08” Lintang Selatan dan 120º03'10" - 120º14'34" Bujur Timur. Adapun batasan administrasi Kabupaten Boalemo terdiri dari : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Boalemo Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala Kabupaten Toraja Utara Tahun 2013 populasi penduduk Kabupaten Boalemo berjumlah 156,017 jiwa. Dalam tiga tahun terakhir (2011-2013) populasi peduduk Kabupaten Boalemo telah tumbuh dengan rata- rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,20 % pertahun. Diperkirakan, I-3 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 tahun 2018 jumlah penduduk Kabupaten Boalemo akan meningkat menjadi sekitar 173,701 jiwa. Tingginya populasi penduduk tersebut mejadi tantangan tersendiri dalam penyediaan akses sanitasi dan air bersih yang layak bagi penduduk Kabupaten Boalemo. Kecamatan Wara Timur, Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Wara Utara, Kecamatan Bara, Kecamatan Telluwanua dan Kecamatan Wara Barat dengan jumlah 48 kelurahan. KONDISI HIDROLOGI Keadaan Hidrologi di Kabupaten Boalemo umumnya di Pengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu, Sungai Battang dan Sungai Latuppa dananak sungai serta mata air dengan debit bervariasi.Disatu sisi keberadaan sungaisungai tersebut sangat potensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata rafting. Kondisi hidrologi Kabupaten Boalemo secara umum adalah sebagai berikut : Air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40 – 100 meter Air Permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan. Potensi sumber daya air di Kabupaten Boalemo selain dipengaruhi oleh klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan . Kabupaten Boalemo terdapat 6(enam) wilayah DAS yaitu DAS Purangi,DAS Bua, DAS Songkamati, DAS Pacangkuda, DAS Boting dan DAS Salubattang. Keenam DAS tersebut dapat disajikan pada table 2.1. Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Boalemo Nama DAS DAS Purangi Luas (Ha) 1.037 DAS Bua 1.168,04 DAS Songka Mati 136,20 DAS Pacangkuda 6.412,80 DAS Das Boting 3.087,25 DAS Salubattang 13.760,59 Jumlah 25.602 Sumber: Dokumen RTRW Tahun 2012-2032 Potensi sumber daya air di wilayah Kabupaten Boalemo yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah I-4 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui pengeboran. Luas wilayah Kecamatan di Kabupaten Boalemo terdiri atas 9 Kecamatan, masing-masing kecamatan dengan komposisi jumlah kelurahan yang beragam. Untuk nama dan luas seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan Luas Wilayah Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Wara Selatan 4 Administrasi (%) thd (Ha) total 106,6 4,31 Sendana 4 370,9 14,98 148,36 12,28 Wara 6 114,9 4,64 80,43 6,66 Wara Timur 7 120,8 4,88 84,56 7,00 Mungkajang 4 538,0 21,74 215,20 17,81 Wara Utara 6 105,8 4,27 63,48 5,26 Bara 5 233,5 9,43 140,10 11,60 Telluwanua 7 343,4 13,87 206,04 17,06 Wara Barat 5 541,3 21,87 216,52 17,92 48 2475,2 100 1207,99 100 Jumlah Terbangun (%) thd (Ha) total 53,30 4,41 Sumber: Boalemo Dalam Angka Tahun 2013 Berdasarkan tabel 2.2 diatas, terlihat bahwa Kecamatan Wara Barat merupakan kecamatan dengan wilayah administrasi terluas, sekitar 21,87% dari total luas wilayah Kabupaten Boalemo Sedangkan Kecamatan yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil yaitu Kecamatan Wara Utara, hanya meliputi 4,27% dari total luas wilayah Kabupaten Boalemo. Meskipun demikian, dalam hal wilayah terbangun, luas wilayah terbangun perkecamatan menunjukkan pola yang berbeda. Kecamatan Wara Barat memiliki persentase luas wilayah terbangun paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya persentase kawasan terbangun di kecamatan ini mencapai 17,92%. luas wilayah terbangun yang paliing rendah dibanding kecamatan lainnya, adalah Kecamatan Wara Selatan sekitar 4,41% terhadap luas wilayah administatif Kecamatan. I-5 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 215.2 2015- 2019 216.52 148.36 206.04 Terbangun (Ha) 1 370.9 53.3 80.43 84.56 1 106.6 114.9 120.8 4 4 6 7 1.2 140.1 538 Administrasi (Ha) 541.3 63.48 4 105.8 6 233.5 5 jml Kel. 343.4 7 5 DEMOGRAFI Berdasarkan data BPS Kabupaten Boalemo pada akhir Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Boalemo sebanyak 152.703 jiwa,(74.870 jiwa laki-laki dan 77.833 jiwa perempuan), dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,20 % per tahun. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Boalemo sebanyak ……jiwa/km2, untuk Kecamatan Wara Selatan 980,11 jiwa/km2, Kecamatan Sendana 159,48 jiwa/km2, Kecamatan Wara Timur 2648,84 jiwa/km2, Kecamatan Mungkajang 133,92 jiwa/km2, Kecamatan Wara Utara 1885,20 jiwa/km2, Kecamatan Bara 1015,03 jiwa/km2, Kecamatan Telluwanua 351,66 jiwa/km2 dan Kecamatan Wara Barat 179,31 jiwa/km2. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Wara dan jarang penduduknya adalah Kecamatan Mungkajang. Sejalan dengan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam membangun daerah juga memperhatikan jumlah penduduk, sebaran dan laju pertumbuhannya, untuk itu perlu dilakukan proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan, dimulai dari tahun 2014 sampai dengan 2018 Dimana sebagai tahun dasar digunakan tahun 2013 proyeksi dilakukan untuk setiap kecamatan, dengan menggunakan angka laju pertumbuhan penduduk setiap kecamatan, dan untuk proyeksi penduduk Kabupaten Boalemo didapat dari jumlah total setiap kecamatan. Proyeksi dilakukan dengan menggunakan metode bunga berganda, dari proyeksi yang dilakukan terlihat pada tahun 2018, penduduk Kabupaten Boalemo berjumlah I-6 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 173,701 jiwa dimana jumlah penduduk terbanyak akan berada di Kecamatan Wara dengan laju pertumbuhan sebesar 2,20 %. Tabel 2.3: Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 tahun terakhir Jumlah Penduduk Jumlah KK Tahun Tahun Nama Kecamatan Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Tahun Tahun 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Wara Selatan 10266 10448 10633 2567 2612 2658 1.40 1.77 1.77 96 98 100 Sendana 5790 5915 6043 1448 1479 1511 1.01 2.16 2.16 16 16 16 Wara 31335 32026 32732 7834 8007 8183 1.14 2.21 2.20 273 279 285 Wara Timur 31308 31998 32703 7827 8000 8176 1.00 2.20 2.20 259 265 271 Mungkajang 7052 7205 7361 1763 1801 1840 1.02 2.17 2.17 13 13 14 Wara Utara 19203 19628 20062 4801 4907 5016 1.04 2.21 2.21 182 186 190 Bara 23190 23701 24223 5798 5925 6056 1.93 2.20 2.20 99 102 104 Telluwanua 11819 12076 12339 2955 3019 3085 1.01 2.17 2.18 34 35 36 Wara Barat 9496 9706 9921 2374 2427 2480 0.99 2.21 2.22 18 18 18 Sumber: Boalemo Dalam Angka 1.3.2. Arah Pengembangan Kabupaten Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kabupaten (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kabupaten dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kabupaten. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah khususnya Rencana Lahan Permukiman di Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada Gambar 1.1 Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten xxxx menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boalemo tahun 2010-2030 dengan Visi ”Terwujudnya Penataan ruang Wilayah yang Produktif,Seimbang dan Lestari I-7 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 bagi Kesejahteraan Masyarakat” yang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Boalemo yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi yang ditetapkan adalah: 1. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah; 2. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan bekelanjutan; 3. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; 4. Mewujudkan penyediaan sarana dan pasarana untuk peningkatan kualitas SDM yang lebih produktif dan mandiri serta berdaya saing tinggi. I-8 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Boalemo I - 10 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOAL 1.4 Methodologi 1.4.1 Methodologi Penyusunan Dokumen Metode penyusunan MPS adalah sebagai berikut: 1. Review SSK 2. Internalisasi 3. Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi. 4. Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah 5. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran. Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan Review SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program. 2. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kabupaten Boalemo 3. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait. 4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kabupaten Boalemo 5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme panganggaran. 1.4.2 Sistimatika Penyajian Sistematika dokumen MPS terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen. Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis. Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur. Bagian 2 Outline 11 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOAL Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkahlangkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CONTOH: Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kab/Kabupaten, Provinsi maupun Kementerian / Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi peng-anggaran pada tingkat Kab/Kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum Program investasi kabupaten/Kabupaten merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten/Kabupaten dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum Program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/ WaliKabupaten/ Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan kabupaten/Kabupaten untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten/Kabupaten. Proses penyusunan rencana program investasi ini telah melalui aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Bagian 2 Outline 12 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOAL Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana pelaksana an periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang perKabupatenannya. 1.2 Maksud dan Tujuan CONTOH: Maksud: Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah Kabupaten / Kabupaten dan pihak terkait untuk rancangan implementasi pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif untuk Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai “Expenditure Plan” – khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi. Tujuan: i). MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran untuk implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 20xx sampai dengan tahun 20xx yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kab/Kabupaten. ii). Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi pembangunan Sanitasi Kab/Kabupaten Xxx selama 5 tahun yaitu tahun 20xx sampai dengan tahun 20xx. iii). Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. iv). Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kab/Kabupaten Xxx. Bagian 2 Outline 13 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOAL 1.3 Wilayah Perencanaan 1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Boalemo secara geografi berada pada ketinggian 67 meter di atas permukaan laut serta terletak pada 111,15o hingga 112,03o Bujur Timur dan 7,45o hingga 7,55o Lintang Selatan, terbelah oleh Sungai xxxxxx yang mengalir dari selatan ke utara menjadi dua wilayah yaitu wilayah barat sungai dan timur sungai. Luas Wilayah Kabupaten Kediri mencapai 63,40 km2 terbagi menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan xxxxxxx, Kecamatan xxxxx dan Kecamatan xxxxxx. Seluruh wilayah Kabupaten xxxxx berbatasan dengan kecamatankecamatan pada wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Kediri. Adapun batas administratif Kabupaten xxxx sebagai berikut : • Sebelah barat : Kabupaten Pohuwato • Sebelah timur : Kabupaten Gorontalo • Sebelah utara : Kabupaten Gorontalo Utara • Sebelah selatan : Teluk Tomini Kondisi wilayah yang relatif datar, meskipun di bagian barat dibatasi oleh Gunung xxx dengan ketinggian 672 meter dan Gunung xxxxx setinggi 300 meter. Tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%. Rata-rata area luas kemiringan lahan wilayah Kabupaten xxxxxx terdiri dari datar (0-2%) seluas 5.737 Ha, bergelombang (315%) : 197 Ha, Curam (16-40%) 182 Ha dan sangat curam (>40%) : 224 Ha. Secara Administratif Kabupaten A terbagi dalam 8 kecamatan dan 11 kelurahan. Secara detail batas administrasi Kabupaten A seperti gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten A. 1.3.2 Arah Pengembangan Kabupaten Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kabupaten (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya. Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/Kabupaten dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/Kabupaten. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah khususnya Rencana Lahan Permukiman di Kabupaten xxx dapat dilihat pada Gambar 1.2 Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten xxxx menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten xxxx tahun 2010-2030 dengan Visi ”Terwujudnya Penataan ruang Wilayah yang Produktif, Seimbang dan Lestari bagi Kesejahteraan Masyarakat” yang bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten xxxxxx yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi yang ditetapkan adalah: 1. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah; 2. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan bekelanjutan; 3. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; Bagian 2 Outline 14 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOAL 4. Mewujudkan penyediaan sarana dan pasarana untuk peningkatan kualitas SDM yang lebih produktif dan mandiri serta berdaya saing tinggi. Bagian 2 Outline 15 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO Bagian 2 Outline 2015- 2019 16 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten A Bagian 2 Outline 17 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO Bagian 2 Outline 2015- 2019 18 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 Gambar 1.1 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Bagian 2 Outline 19 DOKUMEN MPS KABUPATEN BOALEMO 2015- 2019 1.4 Methodologi 1.4.1 CONTOH: Methodologi Penyusunan Dokumen Metode penyusunan MPS adalah sebagai berikut: 6. Review SSK 7. Internalisasi 8. Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi. 9. Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah 10. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme penganggaran. Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut: 6. Melakukan Riview SSK khususnya untuk Kerangka Logis, Program, Kegiatan dan Penganggaran serta Prioritasi Program. 7. Melakukan konsultasi kepada SKPD terkait di Kab./Kabupaten 8. Melakukan konsultasi teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait. 9. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif non pemerintah ditingkat Kab./Kabupaten 10. Melakukan pengawalan kepada mekanisme panganggaran. 1.4.2 Sistimatika Penyajian CONTOH: Sistematika dokumen MPS terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen. Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi, Prioritasi Program, kerangka logis. Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur. Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap. Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria kesiapan dan rencana Monev I - 20