BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Timur-Tengah merupakan kawasan yang amat dinamis di dunia. Kedinamisan Timur-Tengah dapat terlihat dari perilaku politik masing-masing negara yang ada di kawasan tersebut, termasuk kepentingan dari negara-negara besar terutama Amerika Serikat. Oleh sebab itu, kawasan Timur-Tengah merupakan tempat pencapaian kepentingan nasional dari banyak negara di dunia, sehingga berpotensi untuk terjadinya gesekkangesekkan maupun konflik antarnegara. Republik Islam Iran merupakan salah satu negara yang secara geografis berada di kawasan Timur-Tengah. Iran merupakan sebuah negara besar di kawasan dengan tradisi politik dan pola kepemimpinannya yang khas. Sejarah telah mencatat bahwa Iran kerap kali muncul sebagai aktor penting di kawasan. Dalam perkembangan paling mutakhir, Iran sedang berkonsentrasi kepada program pengembangan energi nuklir. Kebijakan pengembangan nuklir yang dilakukan Iran nyatanya telah memicu beragam persepsi di kalangan masyarakat Internasional. Bahkan negara besar seperti Amerika Serikat telah secara terbuka mengeluarkan pernyataan yang bahwasannya pengembangan nuklir oleh Iran tersebut akan digunakan untuk tindakan-tindakan penyerangan dan membangun hegemonisme Iran di Timur-Tengah. Amerika Serikat memandang tindakan dan perilaku politik Iran senantiasa berseberangan dengan garis politik luar negeri Amerika Serikat. Bagi Iran, tindakan kontra Amerika Serikat merupakan sebuah jihad dan konsistensi politik. Sementara itu, bagi Amerika Serikat tindakan Iran secara tegas telah mengancam kepentingannya di kawasan Timur-Tengah. Mantan presiden Amerika Serikat George W. Bush dalam suatu pidato di tahun 2002, melabel Iran sebagai bagian dari “poros kejahatan” bersama Korea Utara dan Irak. Amerika Serikat seringkali mengaitkan Iran dengan praktik radikalisme dan terorisme. Sementara Presiden Barack Obama tidak berbeda jauh dengan pendahulunya dalam menyikapi Iran. Obama bahkan telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk ~1~ meminimalisir perilaku politik Iran yang dinilai berbahaya. Kepentingan politik dan ekonomi Amerika serikat yang besar di kawasan Timur-Tengah mengharuskan Washington untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang tegas terhadap Iran. Salah satu langkah yang diambil Amerika Serikat untuk meredam agresifitas Iran, yakni dengan memanfaatkan keberadaan media massa. Sejak lama, Amerika Serikat telah menguasai dan mendominasi pemberitaan di media massa global. Untuk itu, media massa dipandang sebagai alat yang strategis untuk melancarkan propaganda anti Iran. 1.2.Latar Belakang Masalah. Berdasarkan latar belakang diatas , maka tulisan ini akan terfokus kepada ”Bagaimana propaganda yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran melalui media massa sebagai upaya untuk meredam politik agresif Iran di Timur-Tengah? 1.3.Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini yakni: 1. Mengetahui propaganda yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran melalui media massa sebagai upaya untuk meredam politik agresif Iran di Timur-Tengah. 2. Mengetahui peran aktor politik dalam mempengaruhi opini publik dengan menggunakan media massa. 1.4.Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yakni: 1. Memperoleh pengetahuan tentang masalah yang ditulis. 2. Memperoleh refrensi baru dalam mengkaji masalah yang memiliki kemiripan. ~2~ BAB II PEMBAHASAN 2.1. Teori dan Konsep . 1. Teori Teori yang di gunakan dalam makalah ini untuk membahas masalah yang diangkat adalah a. Neo-realisme. Neo-realisme seringkali disebut dengan realisme struktural, dikarenakan malihat pada struktur kekuatan dari sistem suatu negara. Kenneth Waltz berpendapat bahwa negara-negara berkekuatan besar yang mengatur sistem internasional, dimana negara-negara berkekuatan besar tersebut memiliki kepentingan besar dalam sistem mereka (Jackson & Sorensen, 2005 : 110). Neo-realisme masih mengadopsi beberapa pemikiran dasar dari realisme, seperti negara sebagai unit analisis yang rasional dan power sebagai konsep analisis sentral. Namun neo-realisme lebih mengarahkan perhatiannya kepada karakteristik struktural dari sistem internasional terhadap negara-negara. Konsep struktur disini disamakan dengan suatu tatanan yang merupakan bagian dari suatu tekanan struktural dari sistem global yang dapat menjelaskan perilaku suatu negara (Burchill & Andrew Linklater, 1996 : 83). Sementara menurut Robert Gilpin, neo-realisme telah mengabaikan perhatiannya terhadap politik, keamanan dan militer serta mulai menaruh perhatian pada peran kekuasaan yang mempengaruhi hubungan antarnegara dengan kekuatan ekonomi internasional. Gilpin juga menjelaskan bahwa saat ini merupakan masa transisi dari masa yang panjang internasionalisme liberal menuju suatu merkantilisme. Merkantilisme itu sendiri merupakan suatu paham yang cenderung lebih mengedepankan kepentingan ekonomi agar dapat menjaga keselamatan suatu negara. Singkatnya neo-realisme adalah paham yang mengakui adanya integrasi antara politik internasional dengan ekonomi internasional (Martin Griffits, 2001 : 15). ~3~ Neo-realisme digunakan dalam tulisan ini untuk menggambarkan bagaimana Amerika Serikat sebagai kekuatan yang dominan di dalam sistem internasional memiliki kepentingan yang besar di kawasan Timur-Tengah. Kepentingan nasional Amerika tersebut meliputi kepentingan politik dan ekonomi. Selain itu, Amerika Serikat berupaya untuk mengatur sistem yang berlaku. b. Propaganda Propaganda menurut Harold D. Laswell adalah teknik untuk mempengaruhi kegiatan manusia dengan memanipulasikan representasinya. Definisi lainnya yakni propaganda adalah semata-mata kontrol opini yang dilakukan melalui simbol-simbol yang mempunyai arti, atau menyampaikan pendapat yang konkrit dan akurat, melalui sebuah cerita, rumor, laporan gambar-gambar dan bentuk-bentuk lain yang bisa digunakan dalam komunikasi sosial (Nurudin, 2001 : 10). Teori propaganda digunakan untuk menjelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan Amerika Serikat untuk membentuk citra negatif Iran di dunia internasional melalui pemberitaan di media massa internasional. Melalui pemberitaan yang menyudutkan tersebut, diharapkan dunia internasional mendukung langkah-langkah Amerika Serikat untuk mengisolasi Iran dari komunitas internasional. 2. Konsep a. Politik Luar Negeri Kebijakan suatu negara umumnya dirumuskan melalui politik luar negeri yang dijalankannya. Untuk itu, politik luar negeri suatu negara ditujukan untuk kepentingan pemeliharaan kemerdekaan serta keamanan dan melindungi kepentingan-kepentingan ekonominya (Karl W. Deutch, 1978 : 100). Keamanan bukan hanya untuk melindungi suatu negara yang terdiri dari wilayah dan bangsanya dengan kapabilitas militer. Tetapi juga diartikan bahwa akan ada jaminan untuk melindungi akses-akses terhadap sumber-sumber alam, ekonomi demi keberlangsungan hidup suatu bangsa. Menurut Coulombis dan Wolfe, politik luar negeri merupakan sintesis dari tujuan kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas. Tujuan politik luar negeri ~4~ untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran atas keadaan negara di masa mendatang dan kondisi masa depan yang diinginkan (Soeprapto, 1997 : 187). Sedangkan menurut James N. Rosenau, politik luar negeri adalah bagian dari sistem politik nasional dan diartikan sebagai keseluruhan sikap dan aktivitas dimana suatu masyarakat internasional yang terorganisasi mencoba menanggulangi masalah serta memetik keuntungan dari lingkungan internasionalnya, dengan memperoleh masukkan dari lingkungan eksternal maupun internal baik yang berupa dukungan maupun tuntutan yang selanjutnya menjadi output politik luar negeri setelah melalui proses konversi (Teuku May Rudy, 1993). Konsep politik luar negeri digunakan untuk mendasari analisis tentang kebijakan Amerika Serikat terhadap pengembangan nuklir Iran. Penjabaran kebijakan Amerika Serikat tersebut akan termanifestasi pada politik luar negeri yang dijalankannya terhadap Iran. b. Kepentingan Nasional Menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional adalah kemampuan minimal suatu bangsa untuk melangsungkan kehidupannya dengan cara melindungi identitas fisik, politik, kultural dari gangguan negara lain (Mas’oed, 1990 : 190). Joseph Frankel merumuskan kepentingan nasional sebagai aspirasi dari suatu negara yang diwujudkan secara operasional dalam upaya mencapai suatu tujuan yang spesifik. Salah satu cara operasionalisasi kepentingan nasional dapat dilakukan negara melalui sarana diplomasi yang mengandung arti memperjuangkan kepentingan negara. Kepentingan nasional bisa berupa kepentingan ekonomi dan politik (Soeprapto, 1997 : 144). Kepentingan nasional menurut K.J. Holsti terbagi tiga, yakni dalam hal tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Kepentingan dalam tujuan jangka pendek dapat digambarkan sebagai jenis kepentingan yang untuk mencapainya kebanyakan pihak bersedia melakukan pengorbanan sebesar-besarnya. Dalam tujuan jangka menengah, tujuan utama suatu pemerintahan tidak dapat dicapai dengan kekuatan ~5~ sendiri, negara harus berinteraksi dengan negara lain. Tujuan jangka panjang adalah rencana, impian dan pandangan mengenai organisasi politik atau ideologi terakhir sistem internasional, aturan yang mengatur hubungan dalam sistem itu dan peran negara tertentu di dalamnya (Holsti, 1988 : 142-147). Konsep kepentingan nasional digunakan untuk menganalisis kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur-Tengah, khususnya terhadap Iran yang meliputi kepentingan politik dan ekonomi. Di samping itu, pengejaran dan pencapaian kepentingan nasional Amerika Serikat di Timur-Tengah merefleksikan peran, dominasi dan identitas Amerika Serikat di kawasan Timur-Tengah, termasuk Iran di dalamnya. c. Media Massa Menurut Denis McQuail, media massa memiliki sifat atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik media massa tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan politik masyarakat kontemporer dewasa ini (Morissan dkk, 2010 : 1). Konsep media massa digunakan untuk menjelaskan tentang peran media dalam percaturan politik global dewasa ini. Media menjadi amat penting dikarenakan daya jangakaunya yang luas. Atas dasar itulah, Amerika Serikat memanfaatkan media massa untuk melancarkan politik propaganda terhadap Iran. ~6~ 2.2. Isi Pembahsan Masalah. 1. Kontroversi Teknologi Nuklir Iran Isu aktivitas nuklir Iran berawal sejak masa pra revolusi Islam. Tahun 1956, disahkan pendirian Pusat Atom Universitas Tehran yang kemudian disusul dengan terjalinnya perjanjian kerjasama nuklir Iran dan Amerika Serikat. 11 tahun kemudian, Amerika Serikat mengoperasikan sebuah reaktor berkapasitas 5 megawatt untuk riset dan kegiatan akademi Universitas Tehran. Pada tahun 1971, Rezim Syah Pahlevi menjalin sejumlah kontrak nuklir lain dengan beberapa negara Eropa, termasuk pembangunan reaktor Bushehr dengan Jerman dan reaktor Darkhoin dengan Prancis. Namun semua kerjasama dan kontrak tersebut terhenti setelah rezim Pahlevi terguling oleh Revolusi Islam. Negara-negara Barat tidak lagi melanjutkan kerjasama dengan Iran. Iran tetap memajukan proyek nuklirnya dengan kemampuan sendiri di tengah tekanan Amerika Serikat dan Barat. Dengan kemandiriannya, Iran merampungkan Pabrik Uranium Di Isfahan. Selain itu, Iran membangun mega instalasi nuklir Natanz untuk pengayaan uranium. Program nuklir Iran digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Sehingga Iran telah menunjukkan kemandirian energi melalui pembangunan teknologi nuklir. Sementara pembangunan nuklir Iran tengah berjalan, pemimpin Iran saat ini, Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mendukung pembangunan teknologi nuklir untuk tujuan damai sebagai hak dari negara yang berdaulat. Teknologi nuklir Iran menjadi wacana serius bagi Amerika Serikat untuk melucutinya. Maka isu nuklir menjadi propaganda bagi para aktor kedua negara yang terlibat. Dalam Harian Washington Post tanggal 31 Januari 2001, Presiden George W. Bush mengatakan dirinya tidak menginginkan negara yang diktator dan menyatakan perang melawan terorisme. Bush menyatakan: “At some Point, We may be the only ones left. That’s okay with me. We are America” (Hanya kami yang dapat melindungi. Untuk saya bukan masalah karena kami bangsa Amerika). Sementara Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menyatakan : “given Iran’s behavior to date we do not expect them to comply but we are dealing with all of these provocations and concerning actions taken by Iran in close concert with our closest allies and partners” (kami tidak akan tunduk pada kebijakan Iran tetapi kami akan berurusan dengan provokasi Iran dan memusatkan perhatian untuk tindakan yang akan diambil terhadap Iran dengan sekutu dan rekan-rekan kami). ~7~ Sementara pihak Iran pun tidak tinggal diam dalam perang pernyataan tersebut. Pada 16 Januari 2007, Komandan Garda Revolusi Iran, Yahya Hakim dikutip dari kantor berita Iran ISNA menyatakan: “Amerika, Inggris dan rezim Zionis (Israel) adalah poros kejahatan terhadap dunia Islam dan seluruh umat manusia.” Pernyataan tersebut berupaya menyerang balik atas tuduhan poros kejahatan dunia yang dituduhkan Bush kepada Iran. Sementara Pemimpin Spiritual Iran, Ayatullah Khomeini pada 20 Maret 2012 dikutip dari kantor berita Reuters melontarkan pembelaan bahwa pembangunan nuklir untuk mempersenjatai diri. ”Kami tak mempunyai senjata nuklir dan tak akan membuat satu pun senjata seperti itu. untuk menanggapi serangan musuh—demi mempertahankan diri, baik dari AS atau rezim Zionis—kami akan melakukan serangan balasan setimpal.” 2. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Iran Mengetahui kebijakan Luar negeri Amerika Serikat menjadi analisa dalam upaya propaganda yang dilakukan terhadap Iran. Iran dianggap Amerika Serikat berpengaruh secara regional di Timur Tengah. Aspek lainnya yang dianggap Amerika Serikat, Iran sebagai poros kejahatan dunia karena memiliki program nuklir Iran. Iran memiliki peran sebagai produsen energi dengan memproduksi minyak mentah ekspor di dunia dalam tingkatan empat besar. Selain itu Iran mendukung terorisme dan aktor non negara. Iran turut serta membantu teroris dan kelompok militan di Irak dan Afganistan, Hizbullah di Libanon, Hamas, dan membantu kelompok teroris Palestina. Peta politik di Timur Tengah menjadi agenda penting bagi Amerika Serikat untuk memperluas hegemoninya. Iran dianggap kontra terhadap Barat sementara Arab Saudi menjadi sekutu bagi Barat. Iran dan Arab Saudi terlibat dalam persaingan langsung dalam penyebarluasan pengaruh dalam kebijakan terkait Lebanon dan proses perdamaian IsraelPalestina. Kedudukan Saudi Arabia sebagai pemimpin spiritual, tidak sebagai penguasa politik baik kedudukan dalam Islam Sunni maupun komunitas muslim transnasional. Pemimpin Arab memperkuat solidaritas Pan-Arab sebagai upaya menumpas ancaman ekstrimis dan membendung kekuatan Iran. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat memiliki perhatian lebih terhadap kebangkitan Iran, terutama dalam program nuklir. Kebijakan mempengaruhi Iran merupakan kebijakan yang rasional. Washington mempertimbangkan keuntungan mengenai kesepahaman Iran dan Amerika Serikat. Kepentingan nasional Amerika Serikat berupaya meredam kekuatan di ~8~ Timur Tengah, salah satunya memusatkan perhatian terhadap Iran. Perlakuan standar ganda dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran melalui sekuritisasi isu nuklir yang mengancam keamanan internasional. Beberapa potensi Iran yang dilirik oleh Amerika Serikat: 1. Iran dapat melakukan upaya lebih dibanding negara lain dalam menciptakan perdamaian jangka panjang di Irak. 2. Iran dapat membantu stabilisasi dengan Afganistan. 3. Iran yang stabil dan aman tidak memerlukan lagi kambing hitam yang mungkin dapat menghentikan ancaman untuk Israel. 4. Iran dapat menjinakkan kelompok militan seperti Hamas dan Hizbullah, sehingga berkontribusi untuk keamanan Israel, membantu stabilisasi Libanon dan secara dramatis memperbaiki peluang perdamaian antara Israel dengan negara-negara tetangganya di jazirah Arab. 5. Rekonsiliasi antara Iran dan Amerika Serikat secara meyakinkan dapat memperbaiki hubungan antara Amerika Serikat dan dunia Muslim. 6. Iran akan menjadi kurang tertarik untuk mengajak kekuatan Rusia di Timur Tengah[ , hal ini sangat dihindari oleh Amerika Serikat. 7. Iran merupakan musuh Al Qaeda dan akan bekerjasama dalam usaha internasional untuk memeranginya. 8. Iran memiliki 7% dari sumber minyak dunia dan 16% gas alam. Jika Amerika Serikat tidak menguasai ladang minyak tersebut, maka Rusia dan Cina yang akan memperluas pengaruhnya. 9. Infrastruktur minyak Iran memerlukan modernisasi dengan biaya milyaran dolar. Perusahaan Amerika Serikat secara ideal tepat untuk mendudukinya. 10. Iran tidak akan merasa terancam oleh Amerika Serikat apabila melakukan kompromi mengenai isu nuklir. Pengambil kebijakan di Amerika Serikat merumuskan tujuan untuk mencegah Iran membangun persenjataan nuklir, menghalangi Iran menggunakan senjata nuklirnya. Kepentingan nasional Amerika Serikat untuk mempertahankan tanah air dari musuh yang mengancam keamanan militer. Hal tersebut terkait dengan kebijakan politik luar negeri Iran yang mengalami perubahan radikal pasca kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad. Pada tahun 2010 Departemen Pertahanan Nuclear Posture Review AS mengumumkan perubahan jaminan keamanan yang negatif karena ancaman keamanan dari Iran. ~9~ 3. Propaganda Amerika Serikat Melalui Media Massa Media menduduki peran yang sangat penting dalam proses penyebaran pesan. Salah satu media yang biasanya digunakan dalam kegiatan propaganda adalah media massa. Keunggulan media massa adalah jangkauannya yang luas. Peran media massa dalam propaganda bisa dikatakan sangat efektif. Media secara signifikan berpengaruh terhadap dunia politik berfungsi sebagai saluran politisi dan negarawan untuk memperluas pengaruhnya. Bahkan dalam konteks Hubungan Internasional dapat dipersepsikan menjadi konteks propaganda dimana media massa dipahami sebagai alat yang potensial bagi kekuatan negara. Dunia penyiaran mengalami fenomena ‘CNN Effects’ pada tahun 1990an terkait Perang Teluk yang melibatkan pembuat kebijakan, aktor politik global hingga media besar yang melibatkan beberapa negara besar. Sehingga media tersebut diberi label media global. Dalam setiap pemberitaan CNN seringkali menuliskan senior official bagi narasumber yang memberi pernyataan tentang Iran. Persepsi dan pemahaman terhadap Iran dipengaruhi oleh kerja akademik Barat dan terutama dipengaruhi pula oleh berita sensasi korsepondensi internasional dari program CNN, BBC, Fox dan sebagainya. Media merupakan senjata yang memiliki kekuatan dalam mempengaruhi perilaku negara maupun individu. Kantor berita internasional yang melebar luas merupakan bentuk perkembangan media berita Barat seperti media yang berasal dari Amerika Serikat, Inggris maupun Prancis. Ledakan media massa saat ini menyajikan propaganda dan laporan suatu peristiwa. Propaganda dianggap sama pentingnya dengan peristiwa itu sendiri. Kelebihan media Barat yaitu memiliki teknologi yang mumpuni juga kualitas sumber daya manusia yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Sehingga akses untuk mendapatkan berita tidak mengalami kendala berarti. Sementara karena kekurangmampuan dalam mengumpulkan berita luar negeri di negara-negara Arab, para wartawan Arab lebih banyak menyandarkan pada kantor-kantor berita. Sehingga media massa di jazirah Arab ataupun media di Asia belum dapat mengimbangi kesenjangan arus informasi dari media Barat. Propaganda yang dilakukan media AS terhadap Iran dengan pemberitaan yang bersifat tendensius. Pemberitaan yang memberi stigma negatif terhadap Iran. Headline mengenai pemberitaan Iran terkesan provokatif. Salah satu contohnya berita media cetak bertajuk “Iran, perceiving threat from West, willing to attack on U.S. soil, U.S. intelligence ~ 10 ~ report finds” pada harian The Washington Post tanggal 31 Januari 2012. Dalam pemberitaan tersebut, ambisi Iran dalam pengembangan nuklir merupakan hal yang membahayakan. Selain itu contoh lainnya, pada media elektronik maupun online yang dimiliki CNN, pemberitaan terhadap Iran seringkali tidak berimbang. Konteks pemberitaan yang diangkat berupaya membangun opini publik negatif mengenai Iran. Dalam pemberitaan CNN tanggal 21 February 2012 yang bertajuk “Iran Threatens Preemptive Action” menempatkan Iran sebagai negara yang agresif yang akan menggunakan serangan yang mengancam kepentingan nasionalnya. Kemudian pada tanggal 4 Juli 2012 dengan tajuk berita Televisi CNN “Iran threatens Missile Strike On US bases in Middle East” memberitakan Iran berupaya meluncurkan pelurunya kepada target yang tepat yaitu kepada Israel dan pangkalan Amerika Serikat.Hal tersebut berdasarkan pernyataan pejabat Iran, namun hanya berupa tulisan tanpa ada pernyataan lisan yang disampaikan oleh pihak berwenang. Maka keakuratan beritanya belum memenuhi prinsip cover both side. ~ 11 ~ BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan 1. General Kawasan Timur-Tengah merupakan tempat pencapaian kepentingan nasional dari banyak negara di dunia, sehingga berpotensi untuk terjadinya gesekkan-gesekkan maupun konflik antarnegara. Republik Islam Iran merupakan salah satu negara yang secara geografis berada di kawasan Timur-Tengah. Iran merupakan sebuah negara besar di kawasan dengan tradisi politik dan pola kepemimpinannya yang khas. Sejarah telah mencatat bahwa Iran kerap kali muncul sebagai aktor penting di kawasan Amerika Serikat memandang tindakan dan perilaku politik Iran senantiasa berseberangan dengan garis politik luar negeri Amerika Serikat. Bagi Iran, tindakan kontra Amerika Serikat merupakan sebuah jihad dan konsistensi politik. Sementara itu, bagi Amerika Serikat tindakan Iran secara tegas telah mengancam kepentingannya di kawasan Timur-Tengah. Salah satu langkah yang diambil Amerika Serikat untuk meredam agresifitas Iran, yakni dengan memanfaatkan keberadaan media massa. Sejak lama, Amerika Serikat telah menguasai dan mendominasi pemberitaan di media massa global. Untuk itu, media massa dipandang sebagai alat yang strategis untuk melancarkan propaganda anti Iran. Teori Neoralisme dan teori propaganda serta beberapa konsep seperti politik luar negeri, kepentingan nasional, media massa dalam pembahsan masalah yang di tulis dalam makalah ini. Iran tetap memajukan proyek nuklirnya dengan kemampuan sendiri di tengah tekanan Amerika Serikat dan Barat. Dengan kemandiriannya, Iran merampungkan Pabrik Uranium Di Isfahan. Selain itu, Iran membangun mega instalasi nuklir Natanz untuk pengayaan uranium. Program nuklir Iran digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Sehingga Iran telah menunjukkan kemandirian energi melalui pembangunan teknologi nuklir. Sementara pembangunan nuklir Iran tengah berjalan, pemimpin Iran saat ini, Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mendukung pembangunan teknologi nuklir untuk tujuan damai sebagai hak dari negara yang berdaulat. ~ 12 ~ Mengetahui kebijakan Luar negeri Amerika Serikat menjadi analisa dalam upaya propaganda yang dilakukan terhadap Iran. Iran dianggap Amerika Serikat berpengaruh secara regional di Timur Tengah. Aspek lainnya yang dianggap Amerika Serikat, Iran sebagai poros kejahatan dunia karena memiliki program nuklir Iran. Iran memiliki peran sebagai produsen energi dengan memproduksi minyak mentah ekspor di dunia dalam tingkatan empat besar. Selain itu Iran mendukung terorisme dan aktor non negara. Iran turut serta membantu teroris dan kelompok militan di Irak dan Afganistan, Hizbullah di Libanon, Hamas, dan membantu kelompok teroris Palestina Media menduduki peran yang sangat penting dalam proses penyebaran pesan. Salah satu media yang biasanya digunakan dalam kegiatan propaganda adalah media massa. Keunggulan media massa adalah jangkauannya yang luas. Peran media massa dalam propaganda bisa dikatakan sangat efektif. Media secara signifikan berpengaruh terhadap dunia politik berfungsi sebagai saluran politisi dan negarawan untuk memperluas pengaruhnya. Bahkan dalam konteks Hubungan Internasional dapat dipersepsikan menjadi konteks propaganda dimana media massa dipahami sebagai alat yang potensial bagi kekuatan negara. 2. Khusus Kebijakan Politik luar negeri Amerika Serikat mencerminkan sebagai kekuatan unipolar. Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki keinginan untuk menjadi negara yang superior. Sehingga ketika negara lain mengembangkan postur persenjataan militer maupun teknologi nuklir dianggap sebagai ancaman. Kebijakan politik Amerika Serikat berdasarkan ideologi yang dianutnya, sehingga negara yang memiliki ideologi yang berbeda menjadi ancaman. Iran merupakan negara yang mengalami pergumulan sejarah dan proses yang menempatkannya menjadi negara yang disegani di kawasan Timur Tengah. Selain itu, Iran memiliki karakteristik yang unik karena memiliki prinsip berseberangan dengan Amerika Serikat dalam politik internasional. Walaupun Iran dianggap sebagai bagian poros kejahatan dunia, namun Amerika Serikat mengakui keunggulan Iran dalam hal teknologi nuklir, sumber daya alam dan pengaruh Iran di Timur Tengah. Hal tersebut dapat terlihat dari ‘ketakutan’ Amerika Serikat terhadap Iran melalui berbagai kebijakannya. ~ 13 ~ Maka kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat berupaya menaklukkan Iran dengan berbagai cara. Seperti melakukan lobi kepada PBB dalam pemberian embargo dan sanksi ekonomi, menempatkan pangkalan militer di kawasan Timur Tengah hingga menyebarluaskan pengaruh kepada negara-negara di jazirah Arab. Promosi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dilakukan media massa Barat khususnya media-media di Amerika Serikat. Propaganda dilakukan oleh pihak media dengan menempatkan pemerintah, elit politik Amerika Serikat sebagai narasumber utama. Namun, media-media Amerika Serikat seringkali bertindak tidak adil dalam pemberitaan menyangkut Iran. Penggalan pernyataan dari pihak Iran tidak akurat karena seringkali pernyataan yang disiarkan bukan pernyataan lisan sehingga kebenarannya diragukan. Media seringkali memberitakan secara provokatif dan bersifat tendensius terhadap Iran. Agenda setting media Amerika Serikat seolah-olah menempatkan Iran sebagai aggresor, sebagai negara yang memiliki nafsu berperang menggunakan teknologi nuklirnya. 3.2. Saran Amerika Serikat seharusnya melakukan dan memutuskan kebjakan luar negeri yang menguntungkan bagi negara Iran juga buka memihak atas kepentingan negaranya sendiri. Seharusnya kedua negara tetap menjaga hubungan baik, masalah isu dan ancaman bisa di atasi dengan kesepakatan yang bernilai positif bagi kedua negara maupun kepentingan dunia. ~ 14 ~ DAFTAR PUSTAKA Griffits, Martin. (2001). Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Holsti, K.J. (1988). Politik Internasional : Kerangka Untuk Analisis. Jakarta : Erlangga. Brian White, Richard Little & Michael Smith. (2001). Issues in World Politics. New York : Palgrave. Burchill, Scott and Linklater, Andrew. (1996). Theories of International Relations. New York : St. Martin’s Press. Inc. Deutch, Karl W. (1978). The Analysis of Internastional Relations. New Jersey : PrenticeHall Inc. Jackson, Robert and Sorensen, George. (2005). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Morissan, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor : Ghalia Indonesia. May Rudy, Teuku. (1993). Teori, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung : Angkasa. Mas’oed, Mochtar. (1990). Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES. Nurudin. (2001). Komunikasi Propaganda. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Soeprapto, R. (1997). Hubungan Internasional, Sistem, Interaksi dan Perilaku. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. ~ 15 ~