BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Self-Compassion
2.1.1. Definisi Self-Compassion
Compassion menyatakan pengakuan dan kejelasan melihat penderitaan orang
lain. Hal tersebut menuntut perasaan kebaikan, perawatan, dan pemahaman bagi
setiap orang yang mengalami kesakitan, sehingga keinginan untuk memperbaiki
penderitaan secara alami muncul. Self-Compassion melibatkan pengakuan terhadap
kondisi manusia yang rapuh dan tidak sempurna. Self-compassion adalah menghibur
diri dan peduli ketika diri sendiri mengalami penderitaan, kegagalan, dan
ketidaksempurnaan. Self-compassion terdiri dari tiga komponen utama, yaitu selfkindness, a sense of common humanity, dan mindfulness (Neff, 2003b). Ketiga
komponen tersebut saling berkaitan dan berkombinasi satu dengan yang lain sehingga
apabila satu komponen tinggi maka yang lain juga tinggi dan menghasilkan selfcompassion yang tinggi.
Self-compassion sangat berbeda dari self-pity. Ketika individu merasa self-pity
(mengasihani diri sendiri), individu menjadi tenggelam dalam masalah mereka dan
lupa bahwa orang lain juga memiliki masalah. Individu menjadi mengabaikan
hubungan dengan orang lain dan bertindak bahwa individu satu-satunya yang
repository.unisba.ac.id
menderita. Mengasihani diri sendiri menekankan perasaan egosentris dan melebihlebihkan kesusahan. Self-compassion memberikan rasa aman dan perlindungan yang
individu inginkan serta memungkinkan untuk melihat pengalaman relasi diri dengan
orang lain tanpa adanya pemisahan.
2.1.2.
Komponen Self-Compassion
2.1.2.1.Self-kindness
Self-kindness adalah kemampuan individu untuk memahami dan menerima
diri apa adanya serta memberikan kelembutan, bukan menyakiti dan menghakimi diri
sendiri, dimana sebagian besar dari individu melihatnya sebagai sesuatu yang normal.
Individu mengakui masalah dan kekurangan tanpa adanya penilaian pada diri,
sehingga individu bisa melakukan apa yang diperlukan untuk membantu dirinya.
Individu tidak bisa selalu mendapatkan apa yang diinginkan dan menjadi diri yang
individu inginkan. Bila kenyataan ini ditolak atau menolak, penderitaan muncul
dalam bentuk stres, frustrasi, dan self-criticism. Ketika kenyataan ini diterima dengan
penuh kebaikan, individu akan menghasilkan emosi positif dari kebaikan dan
perawatan yang membantu mengatasi masalahnya tersebut.
Self-kindness memungkinkan individu untuk merasa aman seperti saat
individu mengalami pengalaman yang menyakitkan (Neff, 2011). Self-kindness
berarti bahwa individu berhenti menghakimi diri terus menerus dan meremehkan
masukan internal bahwa sebagian besar dari individu telah melihatnya seperti biasa.
Hal ini membutuhkan pemahaman individu atas kelemahan dan kegagalan bukan
untuk menghakimi diri sendiri (self-judgement). Self-judgement adalah menilai,
repository.unisba.ac.id
menghakimi,
dan
mengkritik
diri
sendiri.
Dengan
self-kindness,
individu
meringankan dan menenangkan pikiran yang bermasalah, membuat kedamaian
dengan menawarkan kehangatan, kelembutan, dan simpati dari diri kepada diri
sendiri.
2.1.2.2 Common Humanity
Common humanity adalah kesadaran bahwa individu memandang kesulitan,
kegagalan, dan tantangan merupakan bagian dari hidup manusia dan merupakan
sesuatu yang dialami oleh semua orang, bukan hanya dialami diri sendiri. Komponen
mendasar kedua dari self compassion adalah pengakuan terhadap pengalaman
manusia biasa bersama. Pengakuan tersebut saling berhubungan antar kehidupan
individu yang membantu untuk membedakan kasih sayang antara diri sendiri dan
penerimaan diri atau cinta diri.
Saat individu terfokus pada kekurangan tanpa melihat gambaran manusia
yang lebih besar, maka sudut pandang individu cenderung menyempit. Individu
memiliki perasaan yang tidak aman dan merasa tidak cukup. Kesendirian datang dari
perasaan terpisah dari yang lainnya, bahkan hanya berjarak beberapa inci. Maka dari
itu penting untuk mengubah hubungan individu dengan dirinya sendiri dengan
mengakui keterkaitan yang melekat pada individu. Apabila individu dapat dengan
penuh kasih mengingatkan dirinya bahwa kegagalan merupakan bagian dari
pengalaman manusia bersama di saat jatuh, maka pada saat itu menjadi suatu
kebersamaan.
repository.unisba.ac.id
Common humanity mengaitkan kelemahan yang individu miliki dengan
keadaan manusia pada umumnya, sehingga kekurangan tersebut dilihat secara
menyeluruh bukan hanya pandangan subjektif yang melihat kekurangan hanyalah
miliki diri individu. Begitupula dengan masa-masa sulit, perjuangan, dan kegagalan
dalam hidup berada dalam pengalaman manusia pada keseluruhan, sehingga
menimbulkan kesadaran bahwa bukan hanya diri kita sendiri yang mengalami
kesakitan dan kegagalan di dalam hidup.
Salah satu masalah terbesar dengan penilaian individu adalah cenderung
membuat diri merasa terisolasi (self-isolation). Self-isolation adalah individu
berfokus pada kekurangan sehingga tidak dapat melihat apa-apa lagi serta merasa
bahwa diri lemah dan tidak berharga. Ketika individu melihat sesuatu dalam dirinya
yang tidak disukai, maka individu akan merasa orang lain lebih sempurna dari
dirinya. Self-compassion mengakui bahwa tantangan dan kegagalan yang dialami
individu juga dialami oleh setiap orang sehingga membantu individu untuk tidak
merasakan kesedihan dan terisolasi ketika mengalami penderitaan.
2.1.2.3 Mindfulness
Mindfulness adalah melihat secara jelas, menerima, dan menghadapi
kenyataan tanpa menghakimi terhadap apa yang terjadi di dalam suatu situasi.
Individu perlu melihat sesuatu apa adanya, tidak lebih, tidak kurang untuk merespon
terhadap situasi dengan compassion – dan cara yang efektif (Neff, 2011).
Menurut Brown&Ryan, (2003), mindfulness adalah menyadari pengalaman
yang terjadi dengan jelas dan sikap yang seimbang sehingga tidak mengabaikan
repository.unisba.ac.id
ataupun merenungkan aspek-aspek yang tidak disukai baik di dalam diri ataupun di
dalam kehidupannya. Mindfulness mengacu pada tindakan untuk melihat pengalaman
yang dialami dengan perspektif yang objektif.
Komponen Mindfulness menjelaskan bahwa individu bersedia menerima
pikiran, perasaan, dan keadaan sebagaimana adanya, tanpa menekan, menyangkal
atau menghakimi. Banyak dari individu tidak suka apa yang dilihatnya ketika
bercermin. Demikian pula, ketika kehidupan berjalan serba salah, individu sering
masuk ke pemecahan masalah tanpa mengakui untuk menghibur diri terhadap
kesulitan yang dihadapi. Sebaliknya, mindfulness diperlukan agar individu tidak
terlalu terindenfikasi dengan pikiran atau perasaan negatif (Bishop et al., 2004).
Mindfulness berlawanan dengan "overidentification”. Overidentification
yakni reaksi ekstrim atau reaksi berlebihan individu ketika menghadapi suatu
permasalahan. Apabila individu memperhatikan ketakutan dan kecemasan daripada
overidentifying, individu menyelamatkan diri dari banyak rasa sakit yang tidak
beralasan. Mindfulness membawa individu kembali ke saat ini dan menyediakan jenis
kesadaran yang seimbang yang membentuk dasar dari Self Compassion.
2.1.3
Korelasi Antar Komponen
Neff (2003b), menawarkan pembahasan apakah seseorang bisa menjadi self-
compassionate tanpa ketiga komponen: self-kindness, mindfulness, dan common
humanity. Compassion, apakah diarahkan pada diri sendiri atau lainnya, tampaknya
harus meliputi ketiga komponen: tersentuh oleh penderitaan, menyadari rasa sakit dan
tidak menghindarinya, dan memiliki perasaan koneksi atau keinginan untuk
repository.unisba.ac.id
meringankan penderitaan. Di sini, akan terfokus pada bagaimana setiap elemen
diperkirakan dapat memperkuat komponen lainnya.
Menurut Curry & Barnard (2011), terdapat kaitan antara ketiga komponen
self-compassion dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Self-kindness dapat
meningkatkan komponen common humanity dan mindfulness. Jika individu
memberikan perhatian, kelembutan, pemahaman, dan kesabaran terhadap kekurangan
dirinya, individu tersebut tidak akan merasa malu karena kekurangannya dan tidak
akan menarik diri dari orang lain (Brown, 1998). Mereka lebih memiliki untuk
mengakui dan tetap berinteraksi dengan orang lain, membagikan hal itu dengan orang
lain, dan mengamati bahwa masih banyak orang lain yang juga melakukan kesalahan.
Self-kindness juga dapat meningkatkan mindfulness pada individu. Selfkindness membuat individu memperhatikan kegagalannya saat ini dan untuk
mengadopsi sudut pandang yang seimbang. Saat individu mengkritik diri secara
berlebihan karena kegagalannya, maka individu tersebut akan terus mengingat
kegagalannya itu sehingga sehingga akan fokus pada masa lalu atau ketakutan bahwa
kegagalan itu akan terjadi di masa depan, dan individu tidak fokus pada kegagalan
yang terjadi saat ini. Hal ini menunjukkan sikap melebih-lebihkan kegagalan atau
mindfulness yang rendah. Terdapat hipotesis bahwa orang-orang yang bersikap baik
kepada dirinya sendiri akan lebih mudah untuk bertahan dalam menghadapi
kekurangannya dengan menyadari hal itu (Neff, 2003).
Komponen common humanity dapat meningkatkan self-kindness dan
mindfulness pada individu. Common humanity dapat meningkatkan derajat selfkindness karena saat individu melihat kegagalan sebagai kejadian yang dialami oleh
repository.unisba.ac.id
semua manusia, individu akan menyadari bahwa saat orang lain mengalami
kegagalan dan tidak mengkritik atau menghakimi orang tersebut, tetapi menghibur
agar tidak terus menerus merasakan kesedihan sehingga individu juga seharusnya
melakukan hal yang sama kepada dirinya sendiri saat menghadapi kegagalan, yaitu
dengan memberikan empati dan kebaikan kepada dirinya sendiri.
Common humanity juga dapat meningkatkan mindfulness karena dengan
menyadari bahwa kegagalan adalah kejadian yang dialami oleh semua manusia,
individu tidak akan menganggap kekurangan mereka sebagai ancaman sehingga
mereka tidak akan menghindari atau melebih-lebihkan kegagalan yang mereka
hadapi.
Mindfulness dapat meningkatkan self-kindness dan common humanity karena
dengan melihat kegagalan secara objektif dapat membuat individu menghindari
pemberian kritik yang berlebihan kepada diri sendiri dan membuat individu
menyadari bahwa semua orang akan mengalami kegagalan. Jika individu melebihlebihkan kegagalan yang dihadapi atau memiliki mindfulness yang rendah maka akan
membuat individu memiliki perspektif yang sempit bahwa hanya dirinya yang
mengalami kegagalan dan membuat dirinya menarik diri dari orang lain.
2.1.4
Faktor yang mempengaruhi Self-Compassion
2.1.4.1 Jenis Kelamin
Penelitian menunjukkan bahwa wanita jauh lebih penuh pemikiran
dibandingkan laki-laki sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua
kali lipat dibandingkan pria (Neff, 2011). Meskipun beberapa perbedaan gender
repository.unisba.ac.id
dipengaruhi oleh peran tempat asal dan budaya. Orang-orang di Barat memiliki
tradisi agama dan budaya yang cenderung memuji pengorbanan diri terutama bagi
perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki sedikit
tingkat lebih rendah dari self-compassion daripada pria, terutama karena perempuan
memikirkan mengenai kejadian negatif di masa lalu. Oleh karena itu, perempuan
menderita depresi dan kecemasan dua kali lebih sering daripada pria.
Laki-laki yang ideal menurut budaya adalah kuat dan sempurna sedangkan
perempuan memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan laki-laki di
masyarakat. Laki-laki menggunakan kemarahannya sebagai cara untuk menghindari
rasa
tanggung
jawab
ketika
mereka
dihadapkan
pada
kesulitan
atau
ketidakmampuannya. Kemarahan dengan menyalahkan orang lain membuat mereka
merasa tangguh dan menutupi semua perasaannya yang lemah akibat (Neff, 2011).
Ada banyak bukti dari penelitian yang menunjukkan bahwa wanita cenderung
lebih peduli, empati, dan memberi kepada orang lain daripada pria. Perempuan
disosialisasikan untuk menjadi pengasuh, untuk membuka hati tanpa pamrih kepada
suami, anak-anak, teman, dan orang tua lanjut usia, tetapi perempuan tidak diajarkan
untuk merawat diri mereka sendiri. Wanita akan cenderung menilai diri terusmenerus dalam keyakinan bahwa wanita harus berbuat lebih banyak. Akibatnya
banyak wanita memiliki perasaan yang mendalam bahwa wanita tidak berhak
menjadi penerima perawatan diri.
repository.unisba.ac.id
2.1.4.2 Personality
The Big Five Personality merupakan dimensi dari kepribadian (personality)
yang dipakai untuk menggambarkan kepribadian individu. Berdasarkan pengukuran
yang dilakukan oleh NEO-FFI, ditemukan bahwa self-compassion memiliki
hubungan
dengan
dimensi
neuroticism,
agreebleness,
extroversion,
dan
conscientiousness dari the big five personality. memiliki korelasi yang positif dengan
dimensi
kepribadian
yang
menyenangkan/ramah
(agreeableness)
dan
teliti
(conscientiousness). Seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi
digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, memaafkan
dan penyayang (McCrae & Allik, 2002). Korelasi dengan self compassion terjadi
karena sifat baik, keterhubungan dan keseimbangan secara emosional milik self
compassion terasosiasi dengan kecerdasan untuk menjadi akrab dengan orang lain.
Individu dengan kepribadian conscientiousness, dideskripsikan sebagai orang
yang memiliki kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak,
menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir dan
memprioritaskan tugas (McCrae & Allik, 2002).
The Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima
buah faktor kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.
Kelima
trait
kepribadian
tersebut
adalah
extraversion,
agreebleness,
concientiousness, neurotism, dan openness to experience. McCrae & Costa (1997,
dalam Viya, 2013) telah memberikan pendapat yang sangat kuat, mengisyaratkan
repository.unisba.ac.id
struktur kepribadian Big Five bersifat human universal. Kelima trait dalam The Big
Five Personality adalah sebagai berikut:
1) Extraversion
Extraversion,
atau
bisa
disebut
trait
dominan-patuh
(dominance-
submissiveness). Trait ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian,
dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut
penelitian, individu yang memiliki trait extraversion yang tinggi, akan mengingat
semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan
individu dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga
akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman. Peer group mereka juga
dianggap sebagai orang-orang yang ramah, menyukai keceriaan, affectionate, dan
senang bercakap-cakap.
Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang
tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak
hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki
tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan
juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan
dari hubungan sosial. Individu yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat
lebih cepat berteman daripada individu yang memiliki tingkat extraversion yang
rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup,
tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat extraversion
rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.
2) Agreeableness
repository.unisba.ac.id
Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility yang mengindikasikan
individu yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari
konflik, dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Berdasarkan nilai
survey, individu yang memiliki nilai agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai
individu yang memiliki value suka membantu, pemaaf, dan penyayang. Namun
ditemukan juga, ketika hubungan interpersonal individu yang memiliki tingkat
agreeableness yang tinggi berhadapan dengan konflik, self-esteem mereka akan
cenderung menurun. Selain itu, menghindar secara langsung, sebagai usaha dalam
menyatakan kekuatan untuk memutuskan konflik dengan orang lain merupakan salah
satu ciri dari individu yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi. Sedangkan
orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah, cenderung untuk lebih
agresif dan kurang kooperatif. Individu yang memiliki tingkat agreeableness yang
tinggi memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan keluarga dan jarang
memiliki konflik dengan teman yang berjenis kelamin berlawanan. Individu yang
memiliki agreeableness dan extraversion yang tinggi, berorientasi pada sifat sosial
sehingga hal itu dapat membantu mereka untuk bersikap baik kepada diri sendiri dan
melihat pengalaman yang negative sebagai pengalaman yang dialami semua manusia.
(Neff, 2003).
3) Concientiousness
Concientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will
to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri individu.
Individu yang concientiousness memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang
tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai individu yang
repository.unisba.ac.id
terorganisir
dengan
baik,
tepat
waktu,
dan
ambisius.
Concientiousness
mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak,
menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan
memprioritaskan tugas. Di sisi negatifnya trait kepribadian ini menjadi sangat
perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat concientiousness yang
rendah menunjukkan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
4) Neuroticism
Neuroticism menggambarkan individu yang bertolak belakang dengan
stabilitas emosional dan memiliki masalah dalam hal emosi negatif, seperti rasa
khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil, mereka juga mengubah
perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Individu yang memiliki tingkat
neuroticism yang rendah, cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain
memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga
memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor
yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan,
rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emosional reaktif. Dalam hal ini,
NEO-FFI menjelaskan bahwa semakin tinggi neuroticism, maka semakin rendah
tingkat self-compassion seseorang.
5) Openness to experience
Trait openness mengacu pada bagaimana individu bersedia melakukan
penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Openness mempunyai ciri mudah
bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu
repository.unisba.ac.id
untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran, dan impulsivitas. Individu dengan
tingkat openness yang tinggi digambarkan sebagai individu yang memiliki nilai
imajinasi, pikiran yang luas, dan a world of beauty. Sedangkan individu yang
memiliki openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan
bersama, kemudian nilai openness yang rendah juga menggambarkan pribadi yang
mempunyai pemikiran yang sempit, konservatif, dan tidak menyukai adanya
perubahan. Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreativitas
lebih banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat
agreebleness yang rendah. Individu yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau
terbuka terhadap pengalaman yang lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk
suatu masalah.
2.1.4.3 Budaya
Hasil penelitian pada negara Thailand, Taiwan, dan Amerika Serikat
menunjukkan bahwa perbedaan latar budaya mengakibatkan adanya perbedaan
derajat self-compassion. Rata-rata level self compassion tertinggi terdapat di Thailand
dan terendah di Taiwan. Hal ini kemungkinan besar dilatarbelakangi oleh perbedaan
budaya secara spesifik yang terjadi dalam tiga budaya tersebut. Thailand merupakan
budaya yang kental dengan ajaran budha, di mana nilai-nilai kasih sayang diterapkan
dalam pengasuhan orangtua dan interaksi sosial sehari-hari. Berlawanan dengan
kondisi tersebut, Taiwan merupakan negara yang sangat terpengaruh dalam ajaran
konfudianisme, di mana budaya malu dan kritik diri ditekankan sebagai hasil dari
kontrol sosial dan orang tua. Amerika yang memiliki level self compassion diantara
repository.unisba.ac.id
Thailand dan Taiwan lebih dipengaruhi oleh keberagaman perhatian terhadap self
compassion itu sendiri. Amerika sedang mengembangkan psikologi positif, meskipun
demikian budaya kritik diri, isolasi diri dan iklim budaya yag kompetitif masih kental
berlaku.
2.1.4.4 Usia
Terdapat beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa self compassion
terasosiasi secara signifikan dengan tingkat usia (Neff & Vonk, 2009). Latar
belakang keterhubungan ini dianalisis oleh Neff berdasarkan teori perkembangan
Erikson. Orang-orang yang telah mencapai tahapan integrity akan lebih menerima
kondisi yang terjadi padanya sehingga dapat memiliki level self compassion lebih
tinggi (Neff, 2011). Tahapan perkembangan integrity dicirikan dengan seseorang
yang dapat melakukan penerimaan diri dengan positif.
2.1.4.5 Kondisi Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama anak mendapatkan pendidikan, oleh
karena itu kondisi keluarga yang harmonis secara teori berpengaruh pada
perkembangan anak dikemudian hari. Neff dan Mc Gehee (dalam Wei et al, 2011)
menyatakan bahwa proses dalam keluarga seperti dukungan keluarga dan sikap orang
tua akan berkontribusi dalam menumbuhkan self compassion. Ketika mengalami
penderitaan, cara seseorang memperlakukan dirinya kemungkinan besar meniru dari
apa yang diperlihatkan orang tuanya. Jika orang tua menunjukkan sikap peduli dan
repository.unisba.ac.id
perhatian, maka sang anak akan belajar untuk memperlakukan dirinya dengan self
compassion. Pengalaman dini didalam keluarga diduga sebagai faktor kunci
perkembangan self compassion pada individu. Neff dan McGehee (2008)
menemukan bahwa kritik dari orang tua dan hubungan orang tua yang penuh dengan
masalah terbukti berkorelasi negative dengan terbentuknya self compassion pada
masa muda. Sebaliknya bagi individu yang merasa diakui dan diterima orang tua
mereka menyatakan bahwa tingkat self compassion nya lebih tinggi daripada yang
tidak.
2.1.5
Manfaat Self-Compassion
1.
Emotional Well Being
Individu yang memiliki tingkat self-compassion yang tinggi terkait dengan
kecemasan dan depresi lebih sedikit (Neff, 2009). Kunci dari self-compassion adalah
kurangnya self-criticism, dan self-criticism dikenal menjadi prediktor penting dari
kecemasan dan depresi (Blatt, 1995). Seseorang yang memiliki self-compassion
menyadari ketika mereka menderita, baik terhadap diri mereka sendiri, dan mengakui
keterhubungan mereka dengan semua orang. (Neff, Kirkpatrick,&Rude, 2007).
Self-compassion dikaitkan dengan kebijaksanaan yang lebih besar dan
kecerdasan emosional (Neff, 2003a, Neff, Rude, & Kirkpatrick, 2007),
menunjukkan bahwa self-compassion merupakan cara yang bijaksana untuk
mengatasi emosi yang sulit. Misalnya, self-compassion terlibat dalam perenungan dan
berpikir penekanan lebih sedikit daripada mereka yang memiliki self-compassion
yang rendah (Neff, 2003a, Neff, Kirkpatrick, & Rude, 2007). Mereka juga
repository.unisba.ac.id
melaporkan memiliki keterampilan mengatasi emosi lebih besar, termasuk kejelasan
mengenai perasaan mereka dan kemampuan yang lebih besar untuk memperbaiki
emosi negatif (Neely, Schallert, Mohammed, Roberts, & Chen, 2009; Neff, 2003a,
Neff, Hseih, & Dejitthirat, 2005).
Self-compassion muncul untuk mendukung keadaan positif yang lebih baik.
Misalnya self-compassion dikaitkan dengan perasaan keterhubungan sosial dan
kepuasan hidup yang penting (Neff, 2003a, Neff, Pisitsungkagarn, & Hseih, 2008).
Hal ini juga terkait dengan perasaan otonomi, kompetensi, dan keterkaitan (Neff,
2003a) menunjukkan bahwa self-compassion membantu memenuhi kebutuhan
psikologis dasar. Deci dan Ryan (1995) berpendapat sangat penting untuk
kesejahteraan. Individu yang memilii Self-compassion cenderung mengalami lebih
banyak kebahagiaan, optimisme, rasa ingin tahu, dan memberikan pengaruh positif
daripada mereka yang tidak memiliki self-compassion (Neff, Rude, & Kirkpatrick,
2007). Dengan membungkus kesakitan seseorang dalam self-compassion, perasaan
positif yang dihasilkan tersebut membantu menyeimbangkan perasaan yang negatif.
2.
Empati
Pommier (2010) dan Neff menyatakan bahwa Self-compassion secara
signifikan terkait dengan kasih sayang, kepedulian empatik terhadap orang lain, dan
altruisme. Individu yang memiliki self-compassion lebih cenderung untuk
mengampuni orang lain yang telah merugikan mereka. Mereka juga menunjukkan
peningkatan keterampilan pengambilan keputusan, sebuah komponen penting dari
kebijaksanaan. Individu yang mengalami peningkatan yang lebih besar dalam self-
repository.unisba.ac.id
compassion menunjukkan pengalaman empati yang lebih besar (Davidson, 2007;
Weibel, 2007).
Self-compassion mengajarkan individu berusaha untuk mencapai untuk alasan
yang sangat berbeda karena kepedulian. Apabila individu benar-benar ingin berbuat
baik kepada dirinya sendiri, individu akan melakukan hal-hal untuk membantu
dirinya menjadi bahagia, seperti mengambil proyek-proyek baru yang menantang
atau belajar keterampilan baru. Self-compassion juga memberikan individu keamanan
yang diperlukan untuk mengakui kelemahan sehingga individu akan mengubahnya
menjadi lebih baik.
3.
Motivation and Personal Growth
Fungsi psikologis lainnya adalah sebagai sumber motivasi. Dukungan positif
dan penuh harapan akan menghasilkan pencapaian tertinggi seseorang. Individu
membutuhkan untuk merasa aman, tenang, dan percaya diri untuk melakukan usaha
yang terbaik. Hal itu yang mendorong dan menumbuhkan keyakinan terhadap orang
lain di sekitarnya ketika menginginkan mereka mencapai hasil yang terbaik. Begitu
juga terhadap diri sendiri, self compassion dapat menguatkan motivasi untuk
mendapatkan pencapaian tertinggi (peak performance). Secara konsisten penelitian
menunjukkan bahwa level kepercayaan diri sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Bandura (1997) mengungkapkan bahwa keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri berkolerasi kositif dengan kemampuan dan keberhasilan
meraih mimpi.
repository.unisba.ac.id
Manfaat lainnya dengan self compassion yang tinggi adalah adanya orientasi
yang lebih tinggi pada pengembangan diri (personal growth). Mereka akan
merancang rencana spesifik untuk meraih tujuan yang ingin dicapai dan membuat
hidup lebih seimbang. Self compassion berperan dalam menumbuhkan mindset
positif. Sebagai contoh, self compassion terkait dengan keterhubungan sosial dan
kepuasan hidup, serta menjadi elemen penting dalam kebermaknaan hidup. Self
compassion juga berasosiasi dengan kemandirian, kompetensi, dan keterkaitan, yang
merupakan konsep dasar untuk atribut yang di sebut oleh Deci &Ryan (1995)
sebagai well being atau kesejahteraan hidup (Neff dalam Leary &Hoyle, 2009).
Selegman & Csikzentmihalyi (dalam Neff et al, 2007) menyatakan bahwa
individu dengan self compassion menunjukkan kekuatan psikologis yang terkait
dengan
perkembangan
psikologi
positif
seperti
kebahagian,
optimisme,
kebijaksanaan, keingintahuan, motivasi bereksplorasi, inisiatif pribadi, dan emosi
positif. Penelitian membuktikan bahwa individu dengan self compassion termotivasi
untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, tetapi bukan disebabkan oleh keinginan
untuk meninggikan citra diri, melainkan lebih disebabkan oleh keinginan untuk
memaksimalkan potensi diri dan kesejahteraan.
2.1.6
Compassion For Others
Menurut Neff, memiliki self compassion untuk diri sendiri tidak berbeda
dengan memiliki compassion dengan orang lain. Untuk memiliki compassion untuk
orang lain, individu harus menyadari bahwa mereka mengalami penderitaan atau
menderita, merespon penderitaan orang lain dan memahami dan menawarkan
repository.unisba.ac.id
kebaikan kepada orang lain ketika mereka mengalami kegagalan atau melakukan
kesalahan, tidak menghakami secara keras.
Neff menemukan individu dengan self compassion mempunyai skor yang
tinggi pada pengukuran umum dari compassionate love, empathy, atau altruism
dibanding individu dengan self compassion rendah. Individu dengan self compassion
rendah biasanya menghakimi diri sendiri secara konstan, tetapi sering tetap
memberikan perhatian kepada orang lain.
Dibanding fokus pada sudut pandang situasi penderitaan diri sendiri yang kita
alami dan membuat diri kita menjadi inadekuat atau takut, sebaiknya kita mengambil
perspektif dari orang lain terhadap diri kita sendiri. Kita merespon dengan kebaikan,
menyadari bahwa hal tersebut merupakan keterbatasan manusia, melihat kekurangan
diri dari perspektif luar, dan berhenti menghakimi diri sendiri secara keras. Penelitian
memperlihatkan bahwa individu dengan self compassion tinggi memesan tempat
dengan mengambil perspektif ketika mereka memandang rendah kegagalan dan
kekurangan dari orang lain. Hal tersebut terjadi secara alami dalam hubungannya
dengan compassion, untuk melihat kondisi manusia secara mutual. Penelitian
memperlihatkan bahwa self compassion merasakan penderitaan orang lain tanpa
menjadi berlebihan ketika mereka menyadari bagaimana kesulitan mereka dalam
perjuangan yang dihadapi, dan dalam prosesnya kita harus kuat, stabil dan resilient
ketika mendukung orang lain dalam menghadapi penderitaannya.
repository.unisba.ac.id
2.1.7
Self Compassion for Care Giver
Menurut Neff (2011) ketika orang tua memiliki anak berkebutuhan khusus,
orang tua berperan sebagai care giver yang memberikan dukungan, kenyamanan, dan
belas kasih untuk orang-orang yang membutuhkan. Tetapi bagaimana mereka peduli
kepada dirinya ketika dihadapkan pada situasi sulit. Di saat berperan sebagai care
giver, maka diperlukan self compassion yang berhubungan dengan energi emosional
di saat melayani orang lain. Selain itu, self compassion dapat melindungi peran
sebagai care giver dari rasa lelah, dan untuk meningkatkan kepuasan perannya
sebagai care giver.
Self compassion sangat penting untuk care giver, bukan hanya karena
membantu untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang dibuatnya tetapi juga
untuk mengakui dan menghibur diri kita sendiri dari kesulitan yang dihadapi sebagai
care giver. Self compassion juga akan membuat diri lebih bahagia dan memiliki
pikiran yang tenang.
2.2.
Alasan Pemilihan Teori
Penelitian ini menggunakan teori Self Compassion dari Neff (2003), karena
Neff merupakan tokoh pelopor dari Self Compassion yang merupakan bagian dari
Psikologi Positif.
2.3
Gagal Ginjal
2.3.1
Definisi Gagal Ginjal
repository.unisba.ac.id
Gagal Ginjal dapat berupa akut atau kronik. Hilangnya fungsi ginjal normal
pada kedua gagal ginjal tersebut mengakibatkan ketidak mampuan tubuh
mempertahankan homeotasis cairan, elektrolit dan asam basa. Jika terjadi gagal ginjal
kronik maka seiring dengan waktu terjadi sekuela lain akibat gangguan fungsional
ginjal. Gejala yang timbul karena berkurangnya fungsi ginjal secara kolektif disebut
sindrom uremik.
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis di mana ginjal tidak lagi
mengekskresi produk-produk limbah metabolisme, biasanya karena hipoperfusi
ginjal. Sindrom ini bisa berakibat azotemia (uremia) yaitu akumulasi produk limbah
nitrogen dalam darah dan oliguria dimana haluarn urine kurang dari 400ml/24 jam.
Menurut penelitian Levinsky dan Alexander (1976), gagal ginjal akut terjadi akibat
penyebab-penyebab yang berbeda. Ternyata 43% dari 2200 kasus gagal ginjal akut
berhubungan dengan trauma atau tindakan bedah, 26% dengan berbagai kondisi
medik, 13% pada kehamilan dan 9% disebabkan nefrotoksin. Penyebab gagal ginjal
akut dibagi dalam kategori pra rena, renal, dan pasca renal.
Gagal Ginjal merupakan kondisi dimana ginjal gagal berfungsi dan fungsinya
hanya 15% dari yang seharusnya. Gagal ginjal merupakan stadium akhir dari
penyakit ginjal kronik. Prevalensi gagal ginjal di Indonesia saat ini sekitar 7%.
Meskipun belum terdapat data akurat mengenai jumlah pasti penderita gagal ginjal
jumlahnya diperkirakan sekitar 10.000 orang, dilihat dari jumlah pasien yang
melakukan terapi pengganti. Tujuannya, untuk mendukung fungsi ginal pasien yang
hanya tersisa 15% sehingga tidak mencukupi untuk aktivitas sehari-hari. Terapi ginjal
pengganti data berupa cuci darah atau transplantasi ginjal.
repository.unisba.ac.id
2.3.2
Definisi Penyakit Gagal Ginjal
Penyakit gagal ginjal merupakan suatu penyakit yang menyerang organ ginjal,
organ yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Penyakit gagal ginjal adalah
penyakit yang disebabkan oleh penurunan atau matinya fungsi organ ginjal yang tidak
lagi mampu bekerja secara optimal dalam menyaring pembunagan elektrolit tubuh,
ketidakmampuan organ ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia
tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau saluran kandung kemih yang
menyimpan urine.
Penyakit gagal ginjal merupakan penyakit yang cukup serius dan kronis,
penyakit gagal ginjal ini timbul karena kemungkinan adanya infeksi atau luka pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal dapat menyerang siap saja terutama lebih
sering hinggap pada mereka yang masih berusia dewasa muda, namun dari
banyaknya kasus penyakit gagal ginjal ini paling banyak hinggap pada mereka yang
berusia lanjut.
Penyebab dari penyakit gagal ginjal itu sendiri dibawa adanya penyakit
lainnya yang berdampak langsung pada organ ginjal. Penyebab lainnya dari penyakit
gagal ginjal umumnya dari konsumsi air mineral yang kurang dari jumlah kebutuhan
tubuh akan cairan, banyak berkemih namun jarang konsumsi air mineral, sehingga
membuat ginjal menjadi kering yang pada akhirnya hanya membuat kerusakan pada
ginjal yang tidak mampu menyeimbangkan zat yang dalam tubuh.
repository.unisba.ac.id
2.3.2.1 Gejala dan Tanda Penyakit Gagal Ginjal
Gejala penyakit ginjal pada awalnya memang tidak begitu terlihat dan akan
terlihat jelas ketika penyakit ginjal telah masuk ke stadium kronis. Penyakit ginjal
jika tidak segera ditangani akan berakibat pada gagal ginjal dimana organ ini tidak
dapat menjalankan fungsinya sebagai organ ekskresi.
Mereka yang terserang gagal ginjal akan menimbulkan gejala seperti mata
bengkak, nyeri pada kaki, nyeri pinggang yang sangat berat dirasakan (kolik), sakit
kencing, sering anyang-anyangan ketika berkemih (air kemih keluar sedikit-sedikit),
air kemih berwarna merah karena bercampur darah, sering berkemih namun jarang
minum. Adapula gejala lainnya karena kelainan urine : protein, sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan bakteri.
2.3.3
Penyembuhan Gagal Ginjal
Penanggulangan gagal ginjal tergantung dari sumber penyebabnya, mereka
yang tervonis menderita gagal ginjal kemudian melakukan upaya pengobatan,
umumnya hanya bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala gagal ginjal berlanjut,
memperkecil terjadinya komplikasi dan faktor risiko dari gagal ginjal serta
memperlambat perkembangan penyakit gagal ginjal. Sebagai contoh, seseorang yang
tervonis gagal ginjal harus melakukan diet menurunkan intake sodium, kalium,
protein dan cairan. Jika terdeteksi adanya penyebab lain yang dari penyakit tertentu,
kemungkinan dokter akan memberikan obat-obatan atau terapi misalnya obat untuk
mengatasi hipertensi, anemia atau mungkin karena kolesterol tinggi.
repository.unisba.ac.id
Seseorang yang sudah tervonis mengalami gagal ginjal harus terus
diperhatikan pada pemasukan dan pengeluaran cairan, untuk mengetahui upaya
pengobatan yang dapat dilakukan secara maksimal. Banyak penderita gagal ginjal
melakukan pengobatan dengan cara cuci darah yang dapat dilakukan secara terusmenerus yang tentunya menghabiskan banyak biaya, cara lainnya yang dapat
dilakukan adalah dengan menjalani operasi pembedahan transplantasi ginjal atau
cangkok ginjal.
2.3.3.1 Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah metode penggantian ginjal dengan cara
pencangkokan ginjal dari orang hidup atau mati kepada pasien. Selain mahal
biayanya, proses transplantasi juga biasanya mengalami beberapa kendala, seperti:
penolakan, infeksi, sepsis, gangguan pada limpa pasca operasi, ketidakseimbangan
elektrolit, dll.
2.3.3.2 Terapi Ginjal (Hemodialisis/Cuci Darah)
Hemodialisis atau cuci darah adalah sebuah prosedur medis yang
menggunakan mesin khusus (mesin dialisis) untuk menyaring produk limbah dari
darah dan mengembalikan kandungan normal darah. Frekuensi tindakan Hemodialisis
bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata pasien gagal
ginjal menjalani 2-3 kali dalam seminggu sedangkan lama pelaksanaan Hemodialisis
paling sedikit empat sampai lima jam. Pasien yang telah menjalani hemodialisis akan
terus menerus melakukan Hemodialisis secara rutin untuk menyambung hidupnya.
repository.unisba.ac.id
Menjalani Hemodialisis bukanlah perkara yang mudah. Selain membutuhkan waktu
yang rutin dan biaya yang tidak murah, hemodialisis juga cukup memberikan rasa
sakit pada saat dijalani pasien, akan tetapi dengan menjalani hemodialisis ini
berpengaruh besar terhadap kesehatan pasien. Memang tidak bertujuan untuk
menghilangkan sakit gagal ginjal secara langsung. Namun demi kelangsungan hidup
pasien, karena tidak menjalani hemodialisis akan berdampak buruk bagi
kelangsungan hidup pasien.
2.4
Kerangka Pikir
Setiap orang tua memiliki harapan tersendiri bagi anaknya. Bagi sebagian
besar orang tua, melihat anaknya tumbuh sehat seperti kebanyakan anak-anak lainnya
adalah salah satu harapan yang ingin mereka wujudkan. Namun perjalanan hidup
seseorang tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, tak sedikit
orang tua yang harus menerima kenyataan jika anaknya divonis terkena sebuah
penyakit kronis, salah satunya penyakit gagal ginjal.
Penyakit gagal ginjal merupakan penyakit yang cukup serius dan kronis,
Penyakit gagal ginjal menyerang organ ginjal, organ yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Seseorang yang terkena penyakit ini memiliki ginjal yang gagal
berfungsi dan fungsinya hanya 15% dari yang seharusnya.. Penyakit gagal ginjal
dapat menyerang siapa saja terutama lebih sering hinggap pada mereka yang masih
berusia dewasa muda, namun dari banyaknya kasus penyakit ini paling banyak
hinggap pada mereka yang berusia lanjut. Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit
terminal dan apabila tidak mendapatkan terapi yang tepat dan sesuai maka akan
repository.unisba.ac.id
menyebabkan suatu keadaan yang disebut uremical statel syndrome uremic yang
berujung pada kematian.
Berada pada kenyataan jika anaknya divonis penyakit tersebut dirasakan
sebagai suatu penderitaan (suffering) bagi orang tua khususnya ibu, karena sebagai
orang tua, ibu adalah care giver bagi anak-anaknya. Ketika anak terkena penyakit
gagal ginjal dalam sebuah keluarga maka dirasakan perubahan yang drastis dalam
keluarga tersebut. Beban kehidupan akan terasa menjadi berat, baik dalam hal waktu
maupun finansial, karena anak akan menderita penyakit tersebut seumur hidup dan
dapat beresiko kematian jika tidak diupayakan kesembuhannya melalui terapi
pengganti ginjal atau yang biasa disebut Hemodialisis.
Dalam menghadapi kenyataan anaknya menderita penyakit gagal ginjal,
terdapat berbagai reaksi yang diberikan oleh ibu dari pasien gagal ginjal yang
menjalani Hemodialisis di RSUD Al Ihsan. Respon dan perilaku yang dimunculkan
oleh ibu terhadap kesulitan yang sedang dialaminya ditujukan tidak hanya kepada diri
sendiri tetapi juga ditujukan kepada anak dalam hal perawatan dan perhatian yang
berkaitan dengan Self Compassion. Self Compassion adalah memberikan pemahaman
dan kebaikan kepada diri sendiri ketika mengalami kegagalan, membuat kesalahan,
ataupun mengalami penderitaan dengan tidak menghakimi diri sendiri dan tidak
mengkritik diri sendiri dengan berlebihan atas ketidaksempurnaan, kelemahan dan
kegagalan yang dialami diri sendiri. Serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman
yang dialami semua manusia dan tidak menghindari kesalahan atau kegagalan yang
dialami (Neff, 2003). self compassion memiliki 3 komponen yaitu self kindness,
common humanity, dan mindfulness.
repository.unisba.ac.id
Dalam menjalankan peran sebagai ibu dari anak yang sakit, terdapat ibu yang
menilai jika penyakit yang diderita anaknya adalah ujian dari Allah SWT sehingga
mereka dengan lapang dada menerima kondisi tersebut. Ibu menyadari bahwa Allah
akan memberi kekuatan dan kemampuan untuk melewati ujian yang diberikan,
sehingga ibu tetap terus berusaha mengupayakan kesembuhan anaknya serta tetap
sabar memberikan perawatan dan perhatian kepada anaknya dalam menjalani
Hemodialisis, meskipun terkadang ibu dalam kondisi yang lelah (Self Kindness).
Berbanding terbalik dari perilaku tersebut terdapat beberapa ibu yang meratapi
penyakit anaknya dan menganggap jika penyakit tersebut adalah kegagalannya dalam
merawat anak (Self Judgment).
Beberapa ibu lainnya menyadari jika keadaan yang dihadapi saat ini adalah
bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui. Ibu menganggap jika anak-anaknya
tidak sendirian dan masih banyak anak-anak lain yang kurang beruntung. Ibu
menyadari masih banyak orang tua yang bernasib sama sepertinya atau mungkin
bernasib lebih buruk daripada penyakit yang diderita oleh anaknya. Sehingga ibu
lebih menjadi bersemangat untuk merawat dan mengupayakan pengobatan untuk
kesembuhan anaknya (Common Humanity). Namun terdapat juga ibu yang merasa
tidak mampu menghadapi kondisi anaknya. Bahkan ibu merasa paling sengsara dan
menilai kehidupan orang tua lain jauh lebih beruntung dan bahagia (Isolation).
Beberapa ibu tidak membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain. Ibu
menyadari meskipun anaknya menderita penyakit namun setiap anak memiliki
kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, termasuk anaknya. Ibu juga meyakini
bahwa anaknya berhak mendapatkan kesempatan yang sama seperti anak-anak
repository.unisba.ac.id
lainnya misalnya dalam pendidikan maupun pergaulan. Perilaku tersebut merupakan
gambaran dari mindfulness. Akan tetapi, masih terdapat sebagian kecil ibu yang
membanding-bandingkan kondisi anaknya dengan kondisi anak lain pada umumnya.
Ibu menganggap penyakit yang diderita anak berlangsung seumur hidup sehingga
anaknya sulit memperoleh kesempatan yang sama seperti kebanyakan anak-anak
lainnya (Overidentification).
Berbagai macam reaksi yang ditunjukkan oleh para ibu mengindikasikan
komponen-komponen dari self compassion. Ketiga komponen tersebut saling
berkaitan satu sama lain, sehingga apabila satu komponen tinggi maka komponen
yang lain juga tinggi dan menghasilkan self compassion yang tinggi. Berdasarkan
penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, ibu yang memiliki self compassion
tinggi akan menjalankan perannya sebagai care giver dengan baik, karena memiliki
self compassion dalam diri dapat berpengaruh pada perawatan dan pengasuhan ibu
terhadap anak.
Dalam menjalankan perannya sebagai care giver, perilaku yang ditampilkan
oleh ibu dari pasien Hemodialisis di RSUD Al Ihsan Bandung berbeda-beda.
Beberapa ibu mengantar dan menemani anaknya menjalani terapi hemodialisis dan
bertanya pada perawat yang ada disana mengenai perkembangan kondisi anaknya, ibu
juga mencari informasi lebih banyak mengenai penyakit anaknya sehingga dapat
memberikan perawatan yang tepat pada anak dan dapat mengupayakan penyembuhan
anak, sedangkan saat berada dirumah ibu selalu merawat dan memperhatikan kondisi
anaknya agar sang anak tidak merasa putus asa dalam menghadapi penyakitnya.
repository.unisba.ac.id
Selain itu ibu juga terus berusaha mengumpulkan biaya atau membagi penghasilan
suami untuk pengobatan anaknya agar anak dapat rutin mengikuti Hemodialisis demi
keberlangsungan hidupnya. Namun tidak semua ibu menampilkan perilaku tersebut,
terdapat pula ibu yang tidak mengantarkan dan menemani anaknya menjalani
Hemodialisis. Ada ibu yang sekedar mengantarkan kemudian meninggalkan anaknya
mengikuti Hemodialisis sendirian dan baru menjemput anaknya kembali setelah
terapi Hemodialisis selesai dilakukan. Tak jarang anak diantarkan dan ditemani oleh
saudaranya seperti kakak atau adiknya. Sehingga ibu tidak pernah menanyakan
kondisi anak pada perawat.
Self Compassion dalam diri setiap individu dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh Personality atau
kepribadian
yang
melatarbelakangi
individu
menampilkan
perilaku
yang
menunjukkan Self Compassion. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh NEOFFI, ditemukan bahwa self-compassion memiliki hubungan dengan dimensi
neuroticism, agreebleness, extroversion, openness dan conscientiousness dari the big
five personality. Faktor selanjutnya adalah Gender atau jenis kelamin yang
mempengaruhi ketahanan dan pengontrolan emosi saat menghadapi kesulitan,
Menurut Neff, individu yang berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki Self
Compassion rendah disbanding laki-laki. Karena perempuan lebih cenderung
mengkritik diri sendiri atas keadaan yang dihadapi. Tetapi perempuan juga cenderung
lebih empati, mudah membuka hati untuk orang lain tanpa pamrih namun menjadi
tidak peduli terhadap diri sendiri. Selain itu yang menjadi faktor internal berikutnya
adalah Usia. Menurut Neff, berdasarkan teori perkembangan dari Erikson, orang-
repository.unisba.ac.id
orang yang telah mencapai tahapan integrity akan lebih menerima kondisi yang
terjadi padanya sehingga dapat memiliki level self compassion lebih tinggi. Tahapan
perkembangan integrity dicirikan dengan seseorang yang dapat melakukan
penerimaan diri dengan positif.
Faktor eksternal yang mempengaruhi Self Compassion antara lain meliputi
Kebudayaan. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa budaya yang diterapkan
akan mempengaruhi derajat self compassion dalam diri seseorang. Keberagaman
budaya mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berindak yang mencakup
individualism dan collectivism. Seseorang yang lebih memilih bertindak secara
individual cenderung memiliki Self Compassion rendah sedangkan seseorang yang
lebih memilih bertindak dengan saling berbagi dengan orang lain cenderung memiliki
self Compassion yang tinggi. Faktor eksternal berikutnya adalah Kondisi keluarga,
dimana keluarga merupakan kelompok sosial pertama tempat seseorang belajar
sehingga perilaku yang ditampilkan orang tua dijadikan anak sebagai acuan untuk
menghadapi permasalahan hidupnya.
Faktor-faktor tersebutlah yang membedakan derajat self compassion dalam
diri seseorang. self compassion nantinya akan berpengaruh pada perilaku yang
ditampilkan ibu dalam menjalankan perannya sebagai care giver bagi anaknya yang
sakit.
repository.unisba.ac.id
Skema Berpikir
-
(Suffering)
Anak menderita penyakit gagal
ginjal
Anak harus menjalani terapi
Hemodialisis/cuci darah
Rutin membiayai pengobatan
anak
Mengantarkan dan menemani
anak mengikuti terapi HD
IBU
Faktor yang mempengaruhi :
- Personality (extraversion,
agreeblenes, conscientiousness,
neuroticism & openness)
- Usia
- Kondisi Keluarga
- Budaya
Self Kindness
Common
Humanity
1. Ibu menyadari
jika penyakit
yang diderita
anak sebagai
ujian dari Allah
SWT.
2. Ibu menerima
dengan lapang
dada kondisi
anaknya.
3. Ibu sabar dalam
memberikan
perawatan kepada
anak.
4. Ibu terus
mengupayakan
kesembuhan
anaknya dengan
mengikutkan anak
menjalani terapi
Hemodialisis.
1. Ibu menyadari
jika masih
banyak orang tua
lain yang
bernasib sama
seperti mereka.
2. Ibu meyakini
bahwa anaknya
tidak sendirian
karena terdapat
anak lain yang
mengalami
kondisi yang
sama.
3. Ibu dapat berbagi
dengan orang tua
lain dan mereka
merasa bahwa
ada orang tua
lain yang
ternyata lebih
menderita
daripada dirinya.
Mindfulness
1. Ibu tidak
membandingbandingkan
kondisi anaknya
dengan anak lain.
2. Ibu menilai jika
setiap anak
memiliki potensi
dan kemampuan
masing-masing
termasuk
anaknya.
3. Ibu meyakini
meskipun sedang
sakit, anaknya
tetap berhak
memperoleh
kesempatan yang
sama seperti
kebanyakan anak
lainnya.
repository.unisba.ac.id
Download