hubungan antara kepercayaan diri dengan komunikasi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Interpersonal
2.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi berasal dari Bahasa Latin “communicare” yang
berarti
berpartisipasi atau memberitahukan/pertukaran pikiran. Istilah communication
bersumber dari communis, yang berarti sama, maksudnya kesamaan makna. Jadi
komunikasi terjadi bila adanya kesamaan makna, dan sebaliknya bila tidak ada
kesamaan makna, maka komunikasi itu tidak akan berlangsung. Lebih jauh lagi
dijelaskan
pengertian
komunikasi
sebagai
pengalihan
informasi
dari
1
orang/kelompok kepada yang lain, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.
Komunikasi interpersonal merupakan salah satu dari beberapa bentuk kegiatan
komunikasi yang ada. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai
komunikasi interpersonal adalah seperti berikut ini:
Myers dan Myers (1992) menyatakan bahwa komunikasi dengan orang lain
disebut dengan komunikasi interpersonal yang didefinisikan sebagai suatu hubungan
interaksi antara individu dengan lingkungannya yang mencakup orang lain sebagai
teman-teman, keluarga, anak-anak, rekan sekerja dan bahkan orang asing. Keunikan
komunikasi interpersonal adalah suatu hubungan yang timbal balik atau selalu
transaksi antara pemberi dan penerima pesan.
Littlejhon (1999) memberikan definisi komunikasi antar pribadi (interpersonal
comunication) adalah komunikasi antara individu – individu. Agus M. Hardjana (
7
2003) mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua
atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung
dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Menurut Devito, J.A. (1989) yang dikutip oleh Effendi O.U. (1993), komunikasi
interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua
orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika. Pentingnya komunikasi interpersonal di bidang kerja
hasil penelitian Jones (dalam Sutarto, 2000) mengatakan bahwa ternyata alasan
utama para pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya adalah mendapatkan
apresiasi orang lain atas apa yang telah dikerjakannya, yang kedua adalah respek,
kemudian alasan yang ketiga adalah uang. Apresiasi dan respek merupakan alasan
yang lebih penting.
Sedangkan
Taylor,
dkk.
(1986)
mengungkapkan
bahwa
komunikasi
interpersonal terjadi ketika seseorang berkomunikasi secara langsung dengan orang
lain dalam situasi one-to-one atau dalam kelompok-kelompok kecil.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai pengertian komunikasi interpersonal
dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses adanya
timbal balik informasi antara pemberi dan penerima pesan yang mencerminkan
suasana saling keterbukaan, adanya kehangatan serta adanya dukungan selama
terjalinnya komunikasi. Umpan balik ini akan memberikan informasi kepada
individu mengenai dirinya, orang lain dan dunia sekitar.
8
2.1.2. Aspek –aspek Komunikasi Interpersonal
Secara sederhana dapat dikemukakan suatu asumsi bahwa proses komunikasi
interpersonal akan terjadi apabila ada pengiriman menyampaikan informasi berupa
lambang veral maupun non verbal kepada penerima dengan menggunakan medium
suara manusia (human voice), maupun dengan medium. Berdasarkan asumsi ini
maka dapat dikatakan bahwa dalam proses komunikasi interperonal terdapat aspek –
aspek
komunikasi
yang secara integratif
saling berperan sesuai
dengan
karakteristikaspek itu sendiri.aspek – aspek tersebut yaitu ;
Menurut Devito efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima
kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan
segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi
biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk
membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis,
dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.
Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita
berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan,
9
bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap
orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. 55
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang
untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari
sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak
lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di
kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang
yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan
strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
10
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong
orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya
dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi 56 interpersonal
terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting
untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada
berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi
secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang
lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas
dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak samasama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu
yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang
ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai
upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan
untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
11
Apabila aspek-aspek komunikasi interpersonal tersebut digambarkan dalam suatu
bagan atau model, maka akan menunjukan sebuah model komunikasi interpersonal .
model komunikasi ini dimaksudkan untuk mengambarkan secara sederhana
mengenai proses komunikasi interpersonal supaya lebih mudah dipahami.
2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Pengertian komunikasi interpersonal tersebut tidak terlepas dari adanya faktorfaktor yang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal antara individu. Suranto
(2011)
mengemukakan
12
faktor-faktor
yang
memepengaruhi
komunikasi
interpersonal adalah sebagai berikut :
a)
Toleransi
Toleransi menghendaki adanya kemauan dari masing masing pihak untuk
menghargai dan menghormati perasaan pihak lain. Toleransi menjadi faktor
komunikasi interpersonal, karena disebabakan dengan dikembangkannya sikap
toleran atau tenggang rasa, maka seandainya imbul perbedaan kepentingan
kedua belah pihak dapat saling menghargai, sehingga perebedaan kepentingan
itu tidak berkembang sebagai kendala kebersamaan.
b) Kesempatan-kesempatan yang seimbang
Artinya rasa memperoleh keadilan dari interaksi akan menentukan kadar
hubungan interpersonal. Ketika seseorang merasa memperoleh kesempatan yang
seimbang, peluang yang adil, maka akan mendorong orang tersebut
mempertahankan kebersamaan.
12
c)
Sikap menghargai orang lain
Sikap ini menghendaki adanya pemahaman bahwa setiap orang memilki
martabat. Sikap yang baik untuk mendukung kadar hubungan interpersonal
adalah sikap menghargai martabat orang lain, oleh karaena itu seseorang tidak
boleh melecehkan orang lain,maka dilakukan dengan cara-cara yang santun
contohnya:
 Pengakuan langsung , apabila merasa sepaham dengan orang lain “saya tahu
anda berkata benar”
 Pernyataan perasaan positif”itu gagasan yang sangat bagus”
 Respon yang menjelaskan,”saya dapat menjelaskan masalah ini”
 Respon menghibur,”saya tahu bagaimana perasaan anda”
d) Sikap mendukung, bukan sikap bertahan
Sikap mendukung (sportif) bearti memberikan persetjuan terhadap orang lain.
Sedangkan sikapbertahan, apalagi slah satu pihak lain, maka ada kemungkinan
karakteristikhubungan menjadi renggang.
e)
Sikap terbuka
Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri,mengatakan tentang keadaan
dirinya secara terbuka dan apa adanya. Keterbukaan dalam komunikasi akan
menghilangkan kesalah pahaman dan kecurangan. keadaan seperti inilah yang
akan menciptakan hubungan interpersonal yang baik.
f)
Pemilik bersama atas informasi
Kualitas hubungan intersonal juga dipengaruhi oleh pemilikan bersama atas
informasi. Pemilikan bersama atas informasi dapat dilihat dari aspek”keluasan”
13
dan“ke dalaman”menunjukan keintiman apa
yang dikomunikasi,bahkan
menyangkut persoalan pribadi.
g) Kepercayaan
Kepercayaan adalah perasaan bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam satu
hubungan. Kepercayaan berkaitan berkaitan dengan keteramalan (prediksi),
artinya ketika kita dapat meramalkan bahwa seseorang tidak akan menghianati
dan dapat bekerja sama dengan baik,maka kepercayaan kita pada orang tersebut
lebih besar.
h) Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan, dan
kehangatan. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak
sepakat tentang tingat keakraban yang diperlukan. Hubungan dua orang sahabat
sudah akrab,diwarnai oleh kesepakatan batas-batas keakraban itu. Misalnya
diantara dua orang itu sepakat untuk salain bertukar sepeda motor. Selain
itu,suasanaakarab juga ditunjukkan dengan kesepakatan memanggil satu sama
lain. Ketika berkenalan seseorang memanggil kaka dan sebaliknya pihak teman
memanggil adik namun kalau sudah akrab mereka hanya memanggil adik.
i)
Kesejajaran
Kesejajaran,atau posisi yang sama bagi kedua belah pihak. Keadaan yang
menunjukkan kesejajaran ini, menunjukkan kesejajaran ini, terlihat pada makna
dua pepatah “duduk sama redah berdiri sama tinggi” . “berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing” .tidak ada satu pihak yang mendominasi terhadap pihak
14
lain. Kesejajaran adalah perekat terpeliharanya hubungan interpersonal yang
harmonis, karena dalam kesejajaran itu akan dijunjung tinggi keadilan.
j)
Kontrol atau Pengawasan
Kontrol atau Pengawasan.agar hubungan interpersonal terjaga dengan baik,
maka perlu pengawasan berupa kepedulian. Biasanya kedua belah pihak
bersepakat tentang bentuk-bentuk kontrol. Contoh, dokumen sms pada telepon
seluler secara normatif merupakan dokumen pribadi, sehingga seseorang tidak
etis membaca sms yang ada di telepon seluler temannya. Namun apabila sudah
terjadi kesepakatan menjadi tidak bermasalah. Justru menjadi cara untuk saling
mengontrol. Pola pengontrolan juga perlu kesepakatan.
k) Respon
Respon yaitu ketepatan dalam memberikan tanggapan. Hukum alam mengatakan
kalau ada aksi maka akan ada reaksi. Hukum dalam berkomunikasi,
menyepakati kalau ada pertanyaan maka perlu ada jawaban, lelucon dengan
tertawa, permintaan keterangan dengan kejelasan. Ketika mendapatkan sms atau
pesan perlu di balas. Respon ini bukan untuk pesan-pesan verbal saja, melainkan
dengan respon non verbal juga.
l)
Suasana Emosional
Suasana emosional adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi
sedang berlangsung ditunjukkan dengan ekspresi yang relevan. Misalnya ketika
seseorang mengucapkan selamat atas keberhasilan sahabatnya secara verbal,
maka juga harus didukung oleh ekspresi nonverbal, seperti, senyum bahagia atau
tepukan bahu penuh kebanggaan. Sebaliknya ketika seorang sahabat sedang
15
mengalami penderitaan, maka suasana emosinal yang diperlukan adalah ucapan
motivasi, serta artikulasi pesan verbal artikulasi pesan verbal yang menegaskan
adanya perasaan turut bersedih, serta kesedihan untuk mencari solusi.
Sebagai mahluk sosial,setiap orang merasa perlu berhubungan dengan orang
lain. Sehingga Dari ke 12 faktor tersebut, masing-masing dapat memberikan
pengaruh terhadap kadar hubungan interpesonal secara positif, artinya semkin baik
kualitas faktor-faktor tersebut maka akan semakin baik pula kadar hubungan
interpersonal.
2.2.
Kepercayaan Diri
2.2.1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi untuk
mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui proses belajar
individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam interaksinya, individu
mendapat umpan balik yang dapat berupa reward dan punishment.
Dan kemudian Lauster (1978) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu
sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan – tindakannya, dapat merasa bebas
melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
Kepercayaan diri atau self confidence oleh Bandura (1997) didefinisikan sebagai
suatu keyakinan individu untuk mampu berperilaku sesuai yang diharapkan.
Waterman (1988) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai rasa
kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara efektif, dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
16
Percayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif
maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan
untuk kebahagiaan dirinya. Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa
berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya,
mempertimbangkan berbagai pilihan, serta membuat keputusan sendiri merupakan
perilaku yang mencerminkan percaya diri (Lie, 2003).
Berdasar beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang berfungsi mendorong
individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, bekerja secara
efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab.
2.2.2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Rasa Kepercayaan Diri
Guilford (1959) mengemukakan ciri-ciri orang yang mempunyai rasa percaya
diri adalah:
a.
Merasa yakin terhadap apa yang individu lakukan
b. Merasa dapat diterima oleh kelompoknya
c.
Percaya pada diri sendiri serta memiliki ketenangan sikap (tidak merasa
gugup bila melakukan sesuatu)
Sejalan dengan pendapat Guilford, Lauster (1978) mengatakan ciri-ciri individu
yang memiliki rasa kepercayaan diri diantaranya adalah tidak mementingkan diri
sendiri, cukup toleransi, tidak begitu memerlukan dukungan orang lain, memiliki
17
rasa optimisme dan gembira. Sementara itu Taylor, dkk (1986) mengatakan bahwa
orang yang percaya diri memiliki sikap yang positif pada diri sendiri.
Suryanto (2000) mengatakan bahwa remaja atau orang dewasa yang memiliki
rasa percaya diri yang kuat biasanya populer dalam lingkungan keluarga maupun
pergaulannya. Individu tersebut sering diminta menjadi pimpinan kelompok yang
bersikap mawas diri. Proyeksi ambisinya ke arah keberhasilan, sehingga masa
depannya akan penuh keberhasilan. Rasa percaya diri dapat berpengaruh pada hasil
prestasi belajar, penerimaan oleh lingkungan, penampilan dan budi pekerti.
Sebaliknya pada anak yang gagal, rasa percaya dirinya rendah, individu kurang
populer dalam pergaulan, lebih senang mengucilkan diri atau jadi pembuat keributan.
Individu tersebut mengalami kesulitan untuk berperan dalam lingkungan, bahkan
mungkin seolah-olah dikucilkan di lingkungannya. Individu dengan kepercayaan diri
yang rendah tersebut sering bersikap menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
Prestasi akademiknya menurun dan akhirnya menjadi individu yang mudah
mengalami frustasi, agresif, murung dan bingung.
Aziz 1988 (dalam Kumara, 1988) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang
percaya diri diantaranya adalah: merasa tidak aman, ada rasa takut, tidak bebas, raguragu, di hadapan orang lain lidah seperti terkunci, murung, pemalu dan kurang
berani, pengecut, cenderung menyalahkan suasana luar sebagai penyebab masalah
yang dihadapi. Individu yang memiliki rasa percaya diri akan percaya pada
kemampuan yang dimiliki, sanggup bekerja sendiri, bersikap optimis dan dinamis
Sukardi (dalam Eliyawati, 1989).
18
Brennecke dan Amick (1988)menyatakan bahwa orang yang percaya diri tidak
memerlukan orang lain sebagai standar karena dapat menentukan standar sendiri dan
selalu mampu mengembangkan motivasinya karena merasa cukup aman dan tenang
serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan dan kesuksesannya.
Sejalan dengan pendapat Brennecke 1988 (dalam Kumara, 1988) bahwa orang
yang percaya diri mengemukakan bahwa orang yang percaya diri memiliki ciri-ciri
mampu bekerja secara efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan
secara relatif bertanggung jawab serta merencanakan masa depan.
Berdasarkan beberapa ciri individu yang memiliki rasa kepercayaan diri tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki rasa kepercayaan diri adalah
individu yang tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak begitu
memerlukan individu lain, memiliki sense of efficacy pada tugas (dalam arti mampu
untuk bekerja secara efektif yang didukung dengan memiliki kemampuan diri) serta
biasanya populer dalam lingkungan keluarga atau pergaulannya.
2.2.3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Berikut aspek – aspek kepercayaan diri menurut para ahli :
Anthony (Irawati, 2002) mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki
kepercayaan diri meliputi:
a.
Bertanggung jawab berarti mau menerima dan menanggung resiko dari
perbuatannya.
b.
Rasa aman berarti tidak memiliki ketakutan dan kecemasan yang menghambat
kepercayaan dirinya.
19
c.
Harga diri berarti mampu menyadari segala kekurangan dan kelebihan sehingga
tidak memiliki perasaan rendah diri.
d.
Mandiri berarti hidup tidak tergantung pada orang lain dan selalu dapat
mengembangkan atau mengerjakan sesuatu tanpa menunggu bantuan orang lain.
e.
Optimis berarti menyadari kemampuan yang dimiliki dan berusaha untuk
memperoleh yang terbaik dalam kehidupannya.
f.
Tidak mudah putus asa berarti memiliki mental yang kuat untuk dapat
menghadapi hal-hal yang terburuk dan berani mencoba lagi setelah mengalami
kegagalan.
Kemudian menurut Lauster (1997) menjelaskan kepercayaan diri merupakan
suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan – tindakannya, dapat merasa bebas
melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya.orang
yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah :

Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya
bahwa mengerti sungguh sungguh akan apa yang dilakukannya.

Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.

Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala
sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi
atau menurut dirinya sendiri.

Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi konsekuensinya.
20

Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu
kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah,
suatu hal, sesuatu kejadian dengan mengunakan pemikiran yang diterima oleh
akal dan sesuai dengan kenyataan
Berdasar uraian mengenai aspek-aspek kepercayaan diri tersebut dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri yang dimiliki individu adalah
adanya memiliki perasaan aman, yakin pada kemampuan diri sendiri, tidak
mementingkan diri sendiri dan toleran, bertanggung jawab, mandiri serta memiliki
rasa optimis dalam dirinya.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Buss (dalam Kumara, 1988) berpendapat bahwa pembentukan percaya diri
berkaitan dengan pengenalan seseorang terhadap kondisi fisiknya. Waterman (dalam
Kumara, 1988) menyatakan bahwa faktor lingkungan turut berperan dalam
membentuk percaya diri.
Sebuah artikel di surat kabar Pikiran Rakyat oleh Evie Lirpandhari (16-8-1998)
menyatakan faktor penyebab timbulnya rendah diri yang mengakibatkan rasa tidak
percaya diri, misalnya:
1.
Perlakuan keluarga yang keras, yang lebih banyak mencela daripada memuji.
2.
Kurangnya pergaulan, sejak kecil tidak pernah bergaul dengan orang lain.
Misalnya karena lingkungan rumah terpencil.
21
3.
Sejak kecil sudah salah memilih teman (salah pergaulan) lebih banyak bergaul
dengan teman yang tidak sebaya, sehingga menyerap nilai-nilai sosial yang tidak
sesuai dengan usia.
4.
Selalu mempunyai rasa ingin menyaingi (mengungguli) orang lain (iri-dengki),
terutama dari segi materi dan penampilan, padahal kemampuan dirinya tidak
memungkinkan.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat
konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri
untuk menampilkan suatu reaksi (David O. Sears, dkk, edisi ke-2).
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi percaya diri bersumber dari dalam dan dari luar individu.
Faktor-faktor dalam diri adalah:
a.
Jenis kelamin
Instone, dkk. (1983) menyatakan bahwa perempuan tingkat percaya dirinya lebih
rendah daripada laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena perempuan lebih
cenderung memakai perasaan tidak berdaya daripada laki-laki dan perempuan
kurang memiliki usaha untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.
b.
Harga diri
Semakin kuat tingkat harga diri, semakin kita berani mengambil arah tertentu
yang kita putuskan sendiri, semakin pula kita dapat bertoleransi dengan
perbedaan yang ada pada pihak lain.
22
c.
Kondisi fisik
(Jawa Pos, 31-1-2001) mengemukakan yang membuat remaja kurang percaya
diri, ternyata kebanyakan mengatakan karena merasa punya kekurangan dalam
hal tampilan fisiknya. Entah itu kurang tinggi (vertically challenged), atau
horizontally traubled (terlalu gemuk). Dari penyebab tidak percaya diri karena
kekurangan fisiknya sekitar 33,9 % (dari responden 420 siswa SMA, SMK dan
perguruan tinggi).
d.
Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri
diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi
sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang
memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
Faktor dari luar individu adalah:
a.
Lingkungan
Kurang pergaulan membuat diri kurang pandai menyesuaikan diri dalam
pergaulan. Tidak percaya diri disebabkan lingkungan sekitar 23,5% dari 420
siswa responden SMA, SMK dan perguruan tinggi
b.
Persahabatan
Semakin luas lingkup persahabatan individu makin kaya kehidupan sosialnya.
Hasil polling deteksi (Jawa Pos, 31-01-2001) menunjukkan kalau sebagian besar
responden memilih untuk mengungkapkan rasa tidak percaya diri ke orang lain
(67 %). Karena merasa bahwa teman dekat lebih memahami dan dapat
memberikan bantuan (solusi).
23
c.
Pendidikan
Semakin tinggi tingkat keahlian pendidikan/pengetahuan semakin tinggi tingkat
kepercayaan diri dan penghargaan individu terhadap orang lain (David O. Sears,
dkk. edisi 2, 1988).
2.2.5. Usaha-usaha guna membangun Kepercayaan Diri
Dari artikel Evie Lirpandhani (Pikiran Rakyat, 16-8-1998) yang harus dilakukan
para remaja untuk meraih prestasi dengan percaya diri adalah:
a). Usahakan selalu bersyukur akan karunia Tuhan pada diri kita. Karunia fisik,
psikis, materi akan lebih baik, bila kita sering-sering menengok kaum yang tidak
beruntung, misalnya cacat fisik, gila, miskin dan lain-lain.
b). Belajar menyukai apa yang ada pada diri sendiri. Amati penampilan dirimu
dalam setiap kesempatan, dan temukan penampilanmu yang terbaik, yang dapat
membuatmu merasa percaya diri.
c). Tumbuhkan terus sikap menyenangi penampilan diri sendiri. Kita akan
menghargai diri sendiri dan berpikir positif tentang penampilan sendiri.
d). Bersihkan hati dari sikap iri, dengki dan cemburu pada orang lain. Setiap
manusia punya faktor positif dan kebaikan yang khas masing-masing, jangan
sibuk mencari-cari kelemahan orang lain karena itu akan menghalangi kita
menemukan kelebihan diri sendiri.
Para ahli memberikan teknik-teknik membangkitkan rasa percaya diri yaitu :
a). Berani menerima tanggung jawab
Gerald Kushel, Ed. D., direktur The Institute of Effective, pernah mengadakan
penelitian terhadap sejumlah manajer. Dari penelitian tersebut, Kushel
24
menyimpulkan bahwa ia menemukan sifat terpenting yang dimiliki oleh hampir
semua manajer yang memiliki kinerja tinggi. Jadi rasa tanggung jawab
mendorong mereka untuk tampil sempurna tanpa peduli pada hambatan apapun
yang menghadang.
b). Kembangkan nilai positif. Jalan menuju kepercayaan diri akan semakin cepat
manakala kita mengembangkan nilai-nilai positif pada diri sendiri. Menurut
Psikolog Robert Anthony, salah satu cara mengembangkan nilai-nilai positif
adalah dengan menghilangkan ungkapan-ungkapan yang mematikan dan
menggantinya dengan ungkapan-ungkapan kreatif.
c). Bacalah potensi diri
Karena sangat banyak potensi yang dimiliki tanpa disadari, sehingga tidak
berhasil digali.
d). Berani mengambil resiko
Sebab daripada menyerah pada rasa takut alangkah lebih baik belajar mengambil
resiko yang masuk akal, cari dukungan sebanyak mungkin. Orang yang gagal
adalah orang yang tak pernah mencoba.
e). Tolaklah saran negatif
Sebagian dari orang yang ada di sekitar individu mungkin berpikiran negatif
yang akan melunturkan rasa percaya dirinya.
f). Ikuti saran positif
Rasa percaya diri merupakan sifat “menular” artinya jika individu dikelilingi
oleh orang-orang yang memiliki cara pandang positif, bersemangat optimis, dan
25
sebagainya, maka individu memiliki kecenderungan untuk meniru sifat tersebut,
carilah lingkungan yang bisa memotivasi untuk sukses.
g). Jadikan keresahan sebagai kawan
Daripada menyia-nyiakan energi untuk kecemasan yang sia-sia, lebih baik
menghadapi tantangan itu secara tegas dan efektif. Selanjutnya kepercayaan diri
akan bertambah dengan memperkokoh ibadah dan doa, karena doa dan ibadah
dapat mengundang pertolongan Tuhan dengan keyakinan pertolongan dari
Tuhan akan meningkatkan percaya diri.
2.3. Kajian yang relevan
Hasil penelitian Siska, Sudardjo, dan Esti (UGM), pada mahasiswa Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi (UKRIM) menghasilkan koefisien korelasi
sebesar r = -0,725 dengan P < 0,01 yang berarti ada hubungan yang negatif
signifikan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal. Berarti semakin
rendah kepercayaan diri, maka semakin tinggi komunikasi interpersonalnya, dan juga
sebaliknya. .Hasil penelitian lain yang relevan adalah dengan hasil penelitian
Hermadi Fajar arifin dengan judul penelitian pengaruh kepercayaan diridengan
komunikasi interpersonal yaitu dengan koefisien regresi 0.572 , dengan p< 0.05
(2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Jawa Pos tahun 2001 tentang percaya diri,
menunjukkan bahwa setengah dari responden yang berjumlah 420 siswa SMA /
SMK dan Perguruan Tinggi mengaku pernah mengalami rasa rendah diri disebabkan
kekurangan dalam hal tampilan fisiknya yaitu sekitar 33,9 % karena perbedaan cara
berfikir, 24,3 % dan yang ketiga karena faktor lingkungan 23,5 %.
26
2.4.Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah
Berdasarkan beberapa penemuan di atas maka peneliti mengajukan hipotesis ada
hubungan yang siginifikan antara kepercayaan diri dengan komunikasi interpersonal
pada siswa SMA Negeri Kertek I X1 Wonosobo.
27
Download