peraturan presiden republik indonesia

advertisement
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2008
TENTANG
PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF FINLAND ON THE
PROMOTION AND THE PROTECTION OF INVESTMENT (PERSETUJUAN
ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH
REPUBLIK FINLANDIA MENGENAI PENINGKATAN DAN
PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a.
bahwa di Helsinki, Finlandia, pada tanggal 12 September 2006
Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Agreement
between the Government of the Republic of Indonesia and the
Government of the Republic of Finland on the Promotion and
the Protection of Investments (Persetujuan antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia mengenai
Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal), sebagai hasil
perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia;
b.
bahwa sehubungan dengan itu, perlu mengesahkan Persetujuan
tersebut dengan Peraturan Presiden;
Mengingat:
1.
Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4012);
3.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
4.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN
GOVERNMENT OF THE REPUBLIK OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF
REPUBLIC OF FINLAND ON THE PROMOTION AND THE PROTECTION
INVESTMENTS (PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
PEMERINTAH
REPUBLIK
FINLANDIA
MENGENAI
PENINGKATAN
PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL).
Pasal 1
THE
THE
OF
DAN
DAN
Mengesahkan Agreement between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of the Republic of Finland on the
Promotion and the Protection of Investments (Persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia
Mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal) yang telah
ditandatangani pada tanggal 12 September 2006 di Helsinki,
Finlandia
yang
naskah
aslinya
dalam
Bahasa
Inggris
dan
terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden
ini.
Pasal 2
Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan
Persetujuan dalam Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam
Bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang
berlaku adalah naskah aslinya dalam Bahasa Inggris.
Pasal 3
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, Keputusan Presiden Nomor
82 Tahun 1996 tentang Pengesahan Agreement between the Government
of the Republic of Indonesia and the Government of the
Republic of Finland on the Promotion and the Protection of
Investments (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
95), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 71
TERJEMAHAN TIDAK RESMI
Persetujuan
antara
Pemerintah Republik Indonesia
dan
Pemerintah Republik Finlandia
mengenai
Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia
dalam hal ini selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak",
MENGAKUI perlunya melindungi penanaman modal oleh para penanam
modal salah satu Pihak di wilayah Pihak lainnya berdasarkan
prinsip non diskriminasi;
BERHASRAT untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di antara mereka,
dengan memperhatikan penanaman modal oleh para penanam modal dari
salah satu Pihak pada wilayah Pihak lainnya;
MENGAKUI bahwa perjanjian dari perlakuan yang diberikan pada
penanaman modal dapat mendorong masuknya aliran modal di antara
Para Pihak;
MENYETUJUI bahwa kerangka kerja yang kokoh untuk penanaman modal
akan memberikan kontribusi dalam peningkatan pemanfaatan dari
sumber-sumber ekonomi,
MENGAKUI bahwa ikatan ekonomi
pembangunan yang berkelanjutan;
dan
bisnis
dapat
meningkatkan
MENGAKUI bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi Para Pihak dan memperhatikan ketentuan-ketentuan
Persetujuan ini, Para Pihak memutuskan untuk menandatangani
Persetujuan mengenai peningkatan dan perlindungan Penanaman modal
dan;
TELAH MENYETUJUI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT:
PASAL 1
DEFINISI
Untuk maksud Persetujuan ini :
1.
Istilah "penanaman modal" adalah setiap bentuk aset yang
didirikan atau diperoleh oleh penanaman modal dari salah satu
Pihak di wilayah Pihak lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dari Pihak lain, termasuk, tetapi tidak
terbatas pada:
a.
Benda bergerak dan tidak bergerak atau setiap hak
b.
c.
d.
e.
f.
kekayaan lainnya, seperti hak hipotek, hak gadai, hak
jaminan, pinjaman dan hak-hak serupa lainnya;
Pendapatan yang ditanamkan kembali;
Saham dan efek dalam perusahaan atau penyertaan modal
lainnya dalam perusahaan;
Tagihan atas uang atau hak yang mempunyai nilai
ekonomi;
Hak kekayaan intelektual, termasuk tapi tidak terbatas
pada hak paten, hak cipta, hak merek dagang, indikasi
geografis, hak desain industri, hak desain tata letak
sirkuit terpadu, hak rahasia dagang, dan hak varietas
tanaman, termasuk nama dagang, proses teknik, know how
dan good will;
Konsesi-konsesi yang diberikan oleh hukum, tindakan
administratif atas berdasarkan kontrak dengan instansi
berwenang,
termasuk
hak
usaha
untuk
mencari,
mengembangkan, mengurai atau mengeksploitasi sumber
daya alam,
Penanaman modal yang dilakukan di wilayah salah satu Pihak
oleh setiap entitas hukum dari Pihak tersebut, tetapi yang
sesungguhnya dimiliki oleh para penanam modal dari Pihak
lainnya, wajib dianggap sebagai penanaman modal dari para
penanam modal Pihak berikutnya apabila mereka dibentuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Pihak sebelumnya.
Setiap perubahan bentuk aset yang ditanamkan atau ditanamkan
kembali tidak mempengaruhi sifat aset tersebut sebagai
penanaman modal.
2.
3.
Istilah "penerimaan" adalah jumlah yang dihasilkan dari
penanaman modal dan termasuk yang khusus, meskipun tidak
terbatas pada laba, dividen, bunga, royalti, keuntungan modal
atau pembayaran lainnya yang terkait dengan penanaman modal.
Istilah "penanam modal" adalah :
a.
Dalam hubungan dengan Republik Indonesia
i.
Setiap
orang
perseorangan
yang
memiliki
kewarganegaraan Republik Indonesia
ii. Setiap badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum Republik Indonesia
b.
Dalam hubungan dengan Republik Finlandia
i.
Setiap
orang
perseorangan
yang
memiliki
kewarganegaraan Republik Finlandia sesuai hukum
yang berlaku; atau
ii. Setiap entitas hukum seperti perusahaan, badan
hukum, firma, kemitraan, asosiasi bisnis, lembaga
atau organisasi, yang dibentuk atau didirikan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
Republik
Finlandia
dan
memiliki kantor yang
terdaftar atau pusat administrasi atau tempat
bisnis utama yang berada dalam yurisdiksi Republik
Finlandia, baik untuk mencari keuntungan maupun
tidak, serta memiliki tanggung jawab yang terbatas
maupun tidak.
4.
Isitilah "wilayah" adalah :
a.
Dalam hubungan dengan Republik Indonesia, wilayah
adalah
sebagaimana
ditetapkan
berdasarkan
hukum,
termasuk bagian-bagian landas kontinen dan wilayah laut
yang berbatasan dimana Republik Indonesia memiliki
kedaulatan, hak-hak berdaulat atau yurisdiksi sesuai
dengan
ketentuan-ketentuan
Konvensi
Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut Tahun 1982.
b.
Dalam hubungan dengan Republik Finlandia, wilayah
daratan, perairan pedalaman dan wilayah laut dari Pihak
dan ruang udara di atasnya maupun zona maritim di bawah
wilayah laut, termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya, dimana Pihak tersebut memiliki kedaulatan
atau yurisdiksi berdasarkan hukum nasional yang berlaku
dan hukum internasional.
PASAL 2
PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL
1.
2.
3.
4.
Masing-masing Pihak wajib meningkatkan di wilayah penanaman
modalnya oleh para penanam dari Pihak lain dan wajib,
berdasarkan
peraturan
perundang-undangannya,
mengijinkan
penanaman modal tersebut.
Masing-masing Pihak wajib di wilayahnya memberikan pada
penanaman modal dan penerimaan penanaman modal dari para
penanam modal Pihak lain perlakuan yang adil dan sama serta
perlindungan dan keamanan penuh.
Tidak satu Pihak pun di wilayahnya dapat menghalangi tanpa
alasan yang jelas atau melalui tindakan sewenang-wenang
kegiatan
akuisisi,
perluasan,
operasional,
manajemen,
pemeliharaan, penggunaan, pemakaian dan penjualan atau
penghentian penanaman modal oleh para penanam modal dari
Pihak lainnya.
Masing-masing Pihak bertanggung jawab penuh berdasarkan
Persetujuan ini untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam
Persetujuan ini, dan harus mengambil tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk memastikan pelaksanaannya oleh seluruh
otoritas dalam wilayahnya.
PASAL 3
PERLAKUAN TERHADAP PENANAMAN MODAL
1.
2.
Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam
modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya yang telah
disetujui, suatu perlakuan yang tidak kurang menguntungkan
dari perlakuan yang diberikan kepada para penanam modalnya
Pihak tersebut beserta penanaman modalnya berkaitan dengan
akuisisi, perluasan, operasional, manajemen, pemeliharaan,
penggunaan,
pemakaian
dan
penjualan
atau
penghentian
penanaman modal.
Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam
modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya, perlakuan yang
3.
4.
tidak kurang menguntungkan dari perlakuan yang diberikan
kepada para penanam modal yang mendapat perlakuan yang sama
beserta
penanaman
modalnya
berkaitan
dengan
akuisisi,
perluasan, operasional, manajemen, pemeliharaan, penggunaan,
pemakaian dan penjualan atau penghentian penanaman modal.
Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam
modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya, perlakuan yang
lebih baik daripada perlakuan yang diisyaratkan pada ayat 1
dan ayat 2 dalam Pasal ini, yang manapun yang lebih
menguntungkan bagi para penanam modal atau penanaman modal,
menurut para penanam modal.
Tidak satu Pihak pun yang dapat memerintahkan atau memaksakan
tindakan di dalam wilayahnya terhadap penanaman modal oleh
para penanam modal dari Pihak lainnya, mengenai pembelian
bahan baku, alat-alat reproduksi, operasional, pengangkutan,
pemasaran produknya atau tindakan-tindakan serupa yang
memiliki dampak diskriminatif.
PASAL 4
PENGECUALIAN
Ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini tidak wajib dipahami
sehingga mewajibkan salah satu Pihak untuk memberikan kepada para
penanam modal dan penanaman modal oleh para penanam modal dari
Pihak lainnya dalam hal keuntungan dari perlakuan, preferensi atau
hak istimewa saat ini atau yang akan datang berdasar :
a.
Kawasan
perdagangan
bebas,
kesatuan
kepabeanan,
pasar
bersama, kesatuan ekonomi dan moneter, atau perjanjian
integrasi ekonomi regional yang serupa, termasuk perjanjian
pasar tenaga kerja regional, dimana salah satu Pihak menjadi
atau dapat menjadi Pihak, atau
b.
Persetujuan penghindaran pajak berganda atau perjanjian
dengan negara-negara lain yang berkaitan baik keseluruhan
atau sebagian mengenai perpajakan, atau
c.
Perjanjian Multilateral yang seluruh atau sebagian mengenai
penanaman modal.
PASAL 5
PENGAMBILALIHAN
1.
2.
Penanaman modal oleh para penanam modal dari suatu Pihak di
wilayah
Pihak
lainnya
wajib
tidak
diambilalih,
dinasionalisasi atau dikenakan setiap tindakan lain yang
mempunyai
dampak
setara
dengan
pengambilalihan
atau
nasionalisasi
(selanjutnya
disebut
sebagai
"pengambilalihan"), kecuali untuk suatu maksud kepentingan
umum, berdasarkan prinsip non diskriminasi, dan dilakukan
sesuai dengan hukum, dan dengan ganti rugi yang sesuai,
memadai dan efektif.
Ganti rugi tersebut wajib sesuai dengan jumlah nilai
penanaman
modal
yang
diambilalih
segera
sebelum
pengambilalihan
atau
sebelum
penundaan
pengambilalihan
3.
4.
5.
tersebut diketahui oleh publik manapun lebih dahulu. Nilai
tersebut Wajib ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diterima
secara
umum
mengenai
penaksiran,
dengan
memperhatikan antara lain, modal yang ditanamkan, nilai
penggantian, apresiasi, dan penerimaan pada saat itu.
Ganti rugi wajib sepenuhnya dapat direalisasikan dan wajib
dibayar tanpa pembatasan atau penundaan apapun dalam suatu
mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas. Termasuk di
dalamnya tingkat bunga komersial berdasarkan keadaan pasar
untuk mata uang yang dibayarkan sejak tanggal hilangnya hak
atas properti yang diambilalih sampai tanggal pemenuhan
pembayaran.
Apabila suatu Pihak mengambilalih aset perusahaan yang
dibentuk atau didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di
setiap bagian dari wilayahnya, dan dimana para penanam modal
dari Pihak lain yang memiliki saham, Pihak tersebut wajib
memastikan bahwa ketentuan-ketentuan dari ayat 1 Pasal ini
wajib diterapkan pada perpanjangan yang diperlukan untuk
menjamin ganti rugi yang sesuai, memadai dan efektif
berkaitan dengan penanaman modal mereka pada para penanam
modal dari Pihak tersebut yang merupakan pemilik saham-saham
tersebut.
Tanpa
mengabaikan
ketentuan-ketentuan
Pasal
9
dari
Persetujuan ini, penanam modal yang penanaman modalnya
diambilalih tersebut wajib memiliki hak untuk meninjau
kembali yang sesuai mengenai kasusnya dan penaksiran dari
penanaman
modalnya
sesuai
dengan
prinsip-prinsip
yang
ditetapkan dalam Pasal ini, oleh otoritas peradilan atau
otoritas berwenang lainnya dari Pihak tersebut.
PASAL 6
GANTI RUGI
1.
2.
Para penanam modal dari salah satu Pihak, yang penanaman
modalnya di wilayah Pihak lain yang mengalami kerugian
dikarenakan perang, atau konflik bersenjata lainnya, Negara
dalam keadaan darurat, pemberontakan, kerusuhan atau huru
hara di wilayah Pihak yang disebut terakhir, akan diberikan
oleh Pihak yang disebut terakhir tersebut, dengan restitusi,
indemnifikasi, ganti rugi, atau penyelesaian lainnya yang
tidak kurang menguntungkan daripada yang diberikan oleh Pihak
yang disebut terakhir dimaksud kepada para penanam modal dari
negaranya sendiri atau dari Negara yang diberi perlakuan
sama,
yang
manapun,
menurut
penanam
modal,
lebih
menguntungkan.
Tanpa prasangka pada ayat 1 dalam Pasal ini, para penanam
modal dari salah satu Pihak yang berada dalam situasi apapun
sebagaimana merujuk pada ayat tersebut, menderita kerugian di
wilayah Pihak lainnya sebagai akibat dari :
a.
Pengambilalihan penanaman modalnya atau bagian dari
padanya oleh otoritas yang disebut terakhir, atau
b.
Pengrusakan penanaman modalnya atau bagian dari padanya
oleh otoritas yang disebut terakhir, yang tidak
disyaratkan oleh kebutuhan dari situasi tertentu, wajib
diberikan restitusi atau ganti rugi yang sesuai,
memadai dan efektif oleh Pihak yang disebut terakhir
dan dalam hubungannya dengan ganti rugi, harus sesuai
dengan Pasal 5 ayat 2-3 sejak tanggal pengambilalihan
atau
pengrusakan
sampai
dengan
tanggal
pemenuhan
pembayaran.
PASAL 7
TRANSFER BEBAS
1.
2.
3.
4.
5.
Masing-masing Pihak wajib menjamin kepada para penanam modal
dari Pihak lainnya untuk bebas melakukan transfer, masuk dan
keluar wilayahnya, atas penanaman modalnya dan transfer
pembayaran
terkait
dengan
penanaman
modal.
Pembayaran
tersebut harus meliputi, namun tidak terbatas pada :
a.
modal dasar dan modal tambahan yang ditujukan untuk
memelihara, mengembangkan atau meningkatkan penanaman
modal;
b.
penerimaan;
c.
penerimaan
yang
diperoleh
dari
keseluruhan
atau
sebagian penjualan atau pelepasan penanaman modal,
termasuk penjualan saham;
d.
jumlah yang dibutuhkan untuk pembayaran pengeluaran
yang muncul akibat operasional penanaman modal, seperti
pengembalian
pinjaman,
pembayaran
royalti,
biaya
manajemen, biaya perijinan atau pengeluaran lainnya
yang serupa;
e.
ganti rugi yang dapat dibayar menurut Pasal 5, 6, 8 dan
9;
f.
pendapatan dan remunerasi lainnya dari tenaga kerja
asing dan bekerja yang berkaitan dengan penanaman
modal.
Masing-masing Pihak wajib lebih lanjut memastikan bahwa
transfer-transfer sebagaimana dirujuk pada ayat 1 dalam Pasal
ini wajib dilakukan tanpa pembatasan atau penundaan apapun
dalam mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas yang
dipilih oleh penanam modal dan dalam nilai tukar pasar yang
berlaku pada saat transfer dilakukan pada mata uang yang
ditransfer dan wajib segera ditransfer.
Pembayaran transfer wajib dianggap telah dilakukan tanpa
penundaan
apabila
berakibat
dalam
periode
tersebut
sebagaimana biasanya disyaratkan untuk pemenuhan formalitas
transfer.
Dalam hal ketiadaan pasar valuta asing, nilai tukar yang
digunakan wajib merupakan nilai tukar terakhir untuk
penukaran mata uang ke dalam Special Drawing Rights.
Dalam hal suatu penundaan transfer disebabkan oleh Pihak tuan
rumah, transfer tersebut wajib juga termasuk bunga pada
tingkat komersial berdasarkan nilai tukar pasar untuk mata
uang yang dimaksud sejak tanggal permintaan transfer tersebut
diminta sampai dengan tanggal pemenuhan transfer dan wajib
dibebankan pada Pihak tersebut.
PASAL 8
SUBROGASI
1.
2.
Apabila penanaman modal dari penanam modal dari salah satu
Pihak dipertanggungkan terhadap resiko non komersial, setiap
subrogasi dari penanggung atau penanggung kembali atas
hak-hak dari penanam modal tersebut sesuai syarat-syarat dari
pertanggungan tersebut wajib diakui dengan syarat oleh Pihak
lainnya, namun demikian, penanggung atau penanggung kembali
tersebut wajib tidak diberi hak untuk melakukan hak-hak tidak
lebih dari hak-hak dimana penanam modal tersebut memiliki hak
untuk melakukannya.
Pihak yang melakukan subrogasi wajib memaparkan cakupan dari
pengaturan klaim kepada para penanam modal dari Pihak
lainnya.
PASAL 9
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PENANAM MODAL DAN SUATU PIHAK
1.
2.
3.
4.
Setiap sengketa yang timbul secara langsung dari penanaman
modal antara suatu Pihak dan seorang penanam modal dari Pihak
lainnya seharusnya diselesaikan secara damai antara kedua
pihak yang bersengketa, melalui konsultasi dan negosiasi.
Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan dengan cara
ini, sengketa tersebut atas permintaan penanam modal tersebut
wajib diajukan kepada :
a.
pengadilan-pengadilan
yang
berwenang
dari
Pihak
tersebut di wilayah di mana penanaman modal itu
dilakukan; atau
b.
arbitrase melalui International Centre for Settlement
of
Investment
Disputes
(ICSID),
yang
didirikan
berdasarkan Convention of the Settlement of Investment
Disputes between States and Nationals of other States,
yang ditandatangani di Washington pada tanggal 18 Maret
1965 (untuk selanjutnya disebut "Pusat"), jika Pusat
dapat digunakan; atau
c.
suatu
mahkamah
arbitrase
ad
hoc
yang
dibentuk
berdasarkan peraturan Arbitration Rules of the United
Nations
Commission
on
International
Trade
Law
(UNCITRAL); atau
d.
setiap
mahkamah
arbitrase
ad
hoc
lainnya
yang
sebelumnya telah diterima.
Sekali penanam modal mengajukan sengketa kepada pengadilan
yang berwenang dari Pihak tuan rumah atau kepada salah satu
prosedur arbitrase sebagaimana tertuang pada ayat 2 (b)
sampai dengan 2 (d) dalam Pasal ini, pilihan atas prosedur
tersebut bersifat final.
Setiap proses arbitrase berdasarkan dalam Pasal ini, atas
permintaan
salah
satu
Pihak
yang
bersengketa
wajib
diselenggarakan di suatu negara dimana ia menjadi Pihak pada
Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign
5.
6.
7.
Arbitral Awards (Konvensi New York), yang ditandatangani pada
10 Juni 1958. Klaim yang diajukan untuk proses arbitrase
sebagaimana disebutkan dalam Pasal ini wajib dianggap timbul
dari hubungan atau transaksi komersial untuk maksud-maksud
dari Pasal 1 Konvensi New York.
Masing-masing Pihak dengan ini menyetujui tanpa syarat atas
pengajuan sengketa di antara suatu Pihak dan seorang penanam
modal dari Pihak lainnya melalui proses arbitrase sesuai
dengan Pasal ini.
Tidak satu Pihak pun, dalam hal ini Pihak yang bersengketa,
dapat mengajukan suatu keberatan, pada setiap tahap manapun
dalam proses arbitrase atau untuk pelaksanaan putusan
arbitrase, karena pada kenyataannya bahwa penanam modal, yang
merupakan
pihak
lain
dalam
sengketa,
telah
menerima
indemnifikasi yang mencakup sebagian atau keseluruhan dari
kerugiannya yang timbul dari suatu asuransi.
Putusan bersifat final dan mengikat para pihak yang
bersengketa dan wajib dilaksanakaan sesuai dengan hukum
nasional dari Pihak tersebut yang wilayahnya merupakan tempat
dimana putusan dikeluarkan, oleh otoritas yang berwenang dari
Pihak tersebut pada tanggal yang dicantumkan dalam putusan.
PASAL 10
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PARA PIHAK
1.
2.
3.
4.
5.
Sengketa antara Para Pihak mengenai penafsiran atau penerapan
persetujuan,
ini,
sejauh
mungkin
wajib,
sekiranya
memungkinkan, diselesaikan melalui saluran diplomatik.
Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dalam waktu enam
(6) bulan sejak tanggal dimana salah satu Pihak mengajukan
perundingan, atas permintaan salah satu Pihak sengketa wajib
diajukan kepada Mahkamah Arbitrase.
Suatu Mahkamah Arbitrase wajib dibentuk untuk setiap kasus
dengan cara sebagai berikut. Dalam jangka waktu dua (2) bulan
sejak diterimanya permintaan proses arbitrase, masing-masing
Pihak wajib menunjuk satu anggota Mahkamah. Kedua anggota ini
selanjutnya wajib memilih seorang warga Negara dari suatu
negara ketiga atas persetujuan kedua Pihak menjadi Ketua
Mahkamah. Ketua wajib ditunjuk dalam empat (4) bulan sejak
tanggal penunjukan dua anggota lainnya.
Apabila penunjukan yang diperlukan belum dilaksanakan dalam
jangka waktu sebagaimana disebut pada ayat 3 dalam Pasal ini,
salah satu Pihak, bhila tidak ada perjanjian lainnya, dapat
mengundang Presiden Mahkamah Internasional untuk melakukan
penunjukan yang diperlukan.
Apabila Presiden tersebut adalah seorang warga Negara dari
salah satu Pihak atau sebaliknya apabila Presiden berhalangan
untuk melakukan penunjukan dimaksud, maka anggota Mahkamah
Internasional yang senior berikutnya yang bukan warga Negara
dari salah satu Pihak atau sebaliknya yang tidak berhalangan
untuk melakukan penunjukan tersebut, maka ia wajib diundang
untuk melakukan penunjukan yang diperlukan tersebut.
Mahkamah arbitrase wajib mengambil putusannya berdasarkan
6.
suara terbanyak. Putusan Mahkamah tersebut wajib bersifat
final dan mengikat bagi Kedua Pihak. Masing-masing Pihak
wajib menanggung biaya dari anggota yang ditunjuk oleh pihak
tersebut dan perwakilannya dalam proses arbitrase yang
ditunjuk olehnya dan kuasa-kuasanya pada proses arbitrase.
Kedua Pihak wajib menanggung biaya secara seimbang untuk
Ketua Mahkamah, serta biaya-biaya lainnya. Mahkamah dapat
membuat keputusan yang berbeda mengenai pembagian biaya.
Dalam segala hal lainnya, Mahkamah Arbitrase wajib menentukan
aturan prosedurnya sendiri.
Hal-hal mengenai sengketa sebagaimana dirujuk pada ayat 1
Pasal ini wajib diputuskan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Persetujuan ini, dan prinsip-prinsip hukum internasional yang
berlaku.
PASAL 11
IZIN
1.
2.
Masing-masing
Pihak,
berdasarkan
peraturan
perundang-undangannya, wajib memperlakukan penerapan yang
menguntungkan berkaitan permohonan penanaman modal dan wajib
memberikan izin-izin secara cepat yang dipersyaratkan di
dalam wilayahnya berkaitan dengan penanaman modal oleh para
penanam modal dari Pihak lainnya tersebut.
Masing-masing
Pihak,
berdasarkan
peraturan
perundang-undangannya, wajib memberikan izin masuk dan
tinggal sementara dan memberikan setiap dokumen yang
diperlukan bagi orang perseorangan yang dipekerjakan dari
luar negeri seperti para eksekutif, manajer, para ahli dan
teknisi terkait dengan penanaman modal oleh seorang penanam
modal dari Pihak lain, dan siapapun yang diperlukan untuk
perusahaan, selama orang-orang tersebut terus memenuhi
persyaratan pada ayat ini. Anggota keluarga terdekat dari
personil tersebut juga wajib mendapatkan perlakuan yang sama
terkait dengan izin masuk dan tinggal sementara di wilayah
Pihak tuan rumah.
PASAL 12
PENERAPAN KETENTUAN LAINNYA
1.
2.
Apabila ketentuan hukum salah satu Pihak atau kewajiban
berdasarkan Hukum Internasional, yang telah ada pada saat ini
atau dibentuk kemudian antara Para Pihak sebagai tambahan
atas Persetujuan ini, memuat suatu peraturan, baik yang
bersifat umum maupun spesifik, yang memberikan hak, penanaman
modal yang dibuat oleh para penanam modal dari Pihak lainnya
tersebut untuk suatu perlakuan yang lebih menguntungkan
daripada
yang
diberikan
oleh
Persetujuan
ini,
ketentuan-ketentuan tersebut sepanjang ketentuan tersebut
lebih
menguntungkan
maka
ketentuan
tersebut
yang
diberlakukan.
Masing-masing Pihak wajib memperhatikan setiap kewajiban
lainnya yang mungkin terkait dengan penanaman modal yang
spesifik dari seorang penanaman modal dari Pihak lainnya.
PASAL 13
PENERAPAN PERSETUJUAN
Persetujuan ini wajib berlaku untuk semua penanaman modal yang
diberlakukan oleh para penanam modal dari salah satu Pihak di
wilayah Pihak lainnya, baik yang dilakukan sebelum maupun sesudah
berlakunya persetujuan ini, namun wajib tidak berlaku untuk setiap
sengketa mengenai suatu penanaman modal dan klaim terkait
penanaman modal yang timbul sebelum berlakunya Persetujuan ini.
PASAL 14
TRANSPARANSI
1.
2.
Masing-masing Pihak wajib segera mengumumkan, atau sebaliknya
mengumumkan yang diperlukan, hukum, peraturan, prosedur dan
pengaturan
administratifnya
dan
putusan
pengadilannya
mengenai
penerapan
umum,
serta
perjanjian-perjanjian
internasional yang dapat mempengaruhi penanaman modal dari
para
penanam modal dari Pihak lainnya di wilayah Pihak
sebelumnya.
Tidak satu pun dalam Persetujuan ini wajib mensyaratkan suatu
Pihak untuk menyediakan atau memberikan akses terhadap setiap
informasi rahasia dan pribadi, termasuk informasi mengenai
para
penanam
modal
atau
penanaman
modal
tertentu,
pengungkapan dari hal tersebut akan menyebabkan terhalangnya
penegakan hukum atau bertentangan dengan hukumnya yang
melindungi
kerahasiaan
atau
prasangka
yang
sah
dari
kepentingan komersial para penanam modal tertentu.
PASAL 15
KONSULTASI DAN PERUBAHAN
1.
2.
Para pihak, atas permintaan salah satu Pihak, wajib
menyelenggarakan konsultasi untuk maksud meninjau kembali
pelaksanaan
Persetujuan
ini
dan
mempelajari
setiap
permasalahan yang dapat timbul dari Persetujuan ini.
Konsultasi
tersebut
wajib
diselenggarakan
antara
para
otoritas yang berwenang dari Para Pihak di tempat dan waktu
yang disetujui melalui saluran diplomatik.
Persetujuan ini dapat diubah setiap saat, apabila dianggap
perlu, dengan kesepakatan Kedua Pihak dan melalui prosedur
yang sama dengan Persetujuan asli.
PASAL 16
MULAI BERLAKUNYA,
JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN
1.
2.
3.
4.
Persetujuan ini wajib mulai berlaku pada hari ketigapuluh
dari tanggal diterimanya pemberitahuan terakhir dimana Para
Pihak saling memberitahukan bahwa persyaratan konstitusional
mereka untuk pemberlakuan Persetujuan ini telah dipenuhi.
Sejak berlakunya, persetujuan ini menggantikan Persetujuan
antara Pemerintah Republik Finlandia dan Pemerintah Republik
Indonesia mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman
Modal yang dibuat pada tanggal 13 Maret 1996.
Persetujuan ini wajib tetap berlaku untuk jangka waktu lima
belas (15) tahun dan wajib tetap berlaku seterusnya dalam
jangka waktu yang sama sampai salah satu Pihak memberitahukan
kepada pihak yang lain secara tertulis mengenai keinginannya
untuk mengakhiri Persetujuan ini dalam dua belas (12) bulan.
Berkenaan
dengan
penanaman modal yang dilakukan sebelum tanggal pengakhiran
Persetujuan ini, Ketentuan Pasal 1 sampai dengan 15 tetap
berlaku untuk jangka waktu lima belas (15) tahun berikutnya
sejak tanggal pengakhiran Persetujuan ini.
SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, diberi kuasa
penuh, telah menandatangani Persetujuan dibuat rangkap dua di
Helsinki pada tanggal 12 September 2006 dalam Bahasa Inggirs.
Untuk Pemerintah
Republik Indonesia
MARI ELKA PANGESTU
Menteri Perdagangan
Pembangunan Luar Negeri
Untuk Pemerintah
Republik Finlandia
PAULALEH TOMAKA
Menteri Perdangan dan
Catatan Redaksi :
Persetujuan dalam bahasa Inggris tidak dimuat
Download