PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF FINLAND ON THE PROMOTION AND THE PROTECTION OF INVESTMENT (PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FINLANDIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di Helsinki, Finlandia, pada tanggal 12 September 2006 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Finland on the Promotion and the Protection of Investments (Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal), sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia; b. bahwa sehubungan dengan itu, perlu mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN GOVERNMENT OF THE REPUBLIK OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF REPUBLIC OF FINLAND ON THE PROMOTION AND THE PROTECTION INVESTMENTS (PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH REPUBLIK FINLANDIA MENGENAI PENINGKATAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL). Pasal 1 THE THE OF DAN DAN Mengesahkan Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Finland on the Promotion and the Protection of Investments (Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia Mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal) yang telah ditandatangani pada tanggal 12 September 2006 di Helsinki, Finlandia yang naskah aslinya dalam Bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 2 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Persetujuan dalam Bahasa Indonesia dengan naskah aslinya dalam Bahasa Inggris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka yang berlaku adalah naskah aslinya dalam Bahasa Inggris. Pasal 3 Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1996 tentang Pengesahan Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Finland on the Promotion and the Protection of Investments (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 95), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 4 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 71 TERJEMAHAN TIDAK RESMI Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Finlandia dalam hal ini selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak", MENGAKUI perlunya melindungi penanaman modal oleh para penanam modal salah satu Pihak di wilayah Pihak lainnya berdasarkan prinsip non diskriminasi; BERHASRAT untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di antara mereka, dengan memperhatikan penanaman modal oleh para penanam modal dari salah satu Pihak pada wilayah Pihak lainnya; MENGAKUI bahwa perjanjian dari perlakuan yang diberikan pada penanaman modal dapat mendorong masuknya aliran modal di antara Para Pihak; MENYETUJUI bahwa kerangka kerja yang kokoh untuk penanaman modal akan memberikan kontribusi dalam peningkatan pemanfaatan dari sumber-sumber ekonomi, MENGAKUI bahwa ikatan ekonomi pembangunan yang berkelanjutan; dan bisnis dapat meningkatkan MENGAKUI bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Para Pihak dan memperhatikan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini, Para Pihak memutuskan untuk menandatangani Persetujuan mengenai peningkatan dan perlindungan Penanaman modal dan; TELAH MENYETUJUI HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT: PASAL 1 DEFINISI Untuk maksud Persetujuan ini : 1. Istilah "penanaman modal" adalah setiap bentuk aset yang didirikan atau diperoleh oleh penanaman modal dari salah satu Pihak di wilayah Pihak lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dari Pihak lain, termasuk, tetapi tidak terbatas pada: a. Benda bergerak dan tidak bergerak atau setiap hak b. c. d. e. f. kekayaan lainnya, seperti hak hipotek, hak gadai, hak jaminan, pinjaman dan hak-hak serupa lainnya; Pendapatan yang ditanamkan kembali; Saham dan efek dalam perusahaan atau penyertaan modal lainnya dalam perusahaan; Tagihan atas uang atau hak yang mempunyai nilai ekonomi; Hak kekayaan intelektual, termasuk tapi tidak terbatas pada hak paten, hak cipta, hak merek dagang, indikasi geografis, hak desain industri, hak desain tata letak sirkuit terpadu, hak rahasia dagang, dan hak varietas tanaman, termasuk nama dagang, proses teknik, know how dan good will; Konsesi-konsesi yang diberikan oleh hukum, tindakan administratif atas berdasarkan kontrak dengan instansi berwenang, termasuk hak usaha untuk mencari, mengembangkan, mengurai atau mengeksploitasi sumber daya alam, Penanaman modal yang dilakukan di wilayah salah satu Pihak oleh setiap entitas hukum dari Pihak tersebut, tetapi yang sesungguhnya dimiliki oleh para penanam modal dari Pihak lainnya, wajib dianggap sebagai penanaman modal dari para penanam modal Pihak berikutnya apabila mereka dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pihak sebelumnya. Setiap perubahan bentuk aset yang ditanamkan atau ditanamkan kembali tidak mempengaruhi sifat aset tersebut sebagai penanaman modal. 2. 3. Istilah "penerimaan" adalah jumlah yang dihasilkan dari penanaman modal dan termasuk yang khusus, meskipun tidak terbatas pada laba, dividen, bunga, royalti, keuntungan modal atau pembayaran lainnya yang terkait dengan penanaman modal. Istilah "penanam modal" adalah : a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia i. Setiap orang perseorangan yang memiliki kewarganegaraan Republik Indonesia ii. Setiap badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia b. Dalam hubungan dengan Republik Finlandia i. Setiap orang perseorangan yang memiliki kewarganegaraan Republik Finlandia sesuai hukum yang berlaku; atau ii. Setiap entitas hukum seperti perusahaan, badan hukum, firma, kemitraan, asosiasi bisnis, lembaga atau organisasi, yang dibentuk atau didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Republik Finlandia dan memiliki kantor yang terdaftar atau pusat administrasi atau tempat bisnis utama yang berada dalam yurisdiksi Republik Finlandia, baik untuk mencari keuntungan maupun tidak, serta memiliki tanggung jawab yang terbatas maupun tidak. 4. Isitilah "wilayah" adalah : a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia, wilayah adalah sebagaimana ditetapkan berdasarkan hukum, termasuk bagian-bagian landas kontinen dan wilayah laut yang berbatasan dimana Republik Indonesia memiliki kedaulatan, hak-hak berdaulat atau yurisdiksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum Laut Tahun 1982. b. Dalam hubungan dengan Republik Finlandia, wilayah daratan, perairan pedalaman dan wilayah laut dari Pihak dan ruang udara di atasnya maupun zona maritim di bawah wilayah laut, termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya, dimana Pihak tersebut memiliki kedaulatan atau yurisdiksi berdasarkan hukum nasional yang berlaku dan hukum internasional. PASAL 2 PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL 1. 2. 3. 4. Masing-masing Pihak wajib meningkatkan di wilayah penanaman modalnya oleh para penanam dari Pihak lain dan wajib, berdasarkan peraturan perundang-undangannya, mengijinkan penanaman modal tersebut. Masing-masing Pihak wajib di wilayahnya memberikan pada penanaman modal dan penerimaan penanaman modal dari para penanam modal Pihak lain perlakuan yang adil dan sama serta perlindungan dan keamanan penuh. Tidak satu Pihak pun di wilayahnya dapat menghalangi tanpa alasan yang jelas atau melalui tindakan sewenang-wenang kegiatan akuisisi, perluasan, operasional, manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemakaian dan penjualan atau penghentian penanaman modal oleh para penanam modal dari Pihak lainnya. Masing-masing Pihak bertanggung jawab penuh berdasarkan Persetujuan ini untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini, dan harus mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memastikan pelaksanaannya oleh seluruh otoritas dalam wilayahnya. PASAL 3 PERLAKUAN TERHADAP PENANAMAN MODAL 1. 2. Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya yang telah disetujui, suatu perlakuan yang tidak kurang menguntungkan dari perlakuan yang diberikan kepada para penanam modalnya Pihak tersebut beserta penanaman modalnya berkaitan dengan akuisisi, perluasan, operasional, manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemakaian dan penjualan atau penghentian penanaman modal. Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya, perlakuan yang 3. 4. tidak kurang menguntungkan dari perlakuan yang diberikan kepada para penanam modal yang mendapat perlakuan yang sama beserta penanaman modalnya berkaitan dengan akuisisi, perluasan, operasional, manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemakaian dan penjualan atau penghentian penanaman modal. Masing-masing Pihak wajib memberikan kepada para penanam modal dari Pihak lain dan penanaman modalnya, perlakuan yang lebih baik daripada perlakuan yang diisyaratkan pada ayat 1 dan ayat 2 dalam Pasal ini, yang manapun yang lebih menguntungkan bagi para penanam modal atau penanaman modal, menurut para penanam modal. Tidak satu Pihak pun yang dapat memerintahkan atau memaksakan tindakan di dalam wilayahnya terhadap penanaman modal oleh para penanam modal dari Pihak lainnya, mengenai pembelian bahan baku, alat-alat reproduksi, operasional, pengangkutan, pemasaran produknya atau tindakan-tindakan serupa yang memiliki dampak diskriminatif. PASAL 4 PENGECUALIAN Ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini tidak wajib dipahami sehingga mewajibkan salah satu Pihak untuk memberikan kepada para penanam modal dan penanaman modal oleh para penanam modal dari Pihak lainnya dalam hal keuntungan dari perlakuan, preferensi atau hak istimewa saat ini atau yang akan datang berdasar : a. Kawasan perdagangan bebas, kesatuan kepabeanan, pasar bersama, kesatuan ekonomi dan moneter, atau perjanjian integrasi ekonomi regional yang serupa, termasuk perjanjian pasar tenaga kerja regional, dimana salah satu Pihak menjadi atau dapat menjadi Pihak, atau b. Persetujuan penghindaran pajak berganda atau perjanjian dengan negara-negara lain yang berkaitan baik keseluruhan atau sebagian mengenai perpajakan, atau c. Perjanjian Multilateral yang seluruh atau sebagian mengenai penanaman modal. PASAL 5 PENGAMBILALIHAN 1. 2. Penanaman modal oleh para penanam modal dari suatu Pihak di wilayah Pihak lainnya wajib tidak diambilalih, dinasionalisasi atau dikenakan setiap tindakan lain yang mempunyai dampak setara dengan pengambilalihan atau nasionalisasi (selanjutnya disebut sebagai "pengambilalihan"), kecuali untuk suatu maksud kepentingan umum, berdasarkan prinsip non diskriminasi, dan dilakukan sesuai dengan hukum, dan dengan ganti rugi yang sesuai, memadai dan efektif. Ganti rugi tersebut wajib sesuai dengan jumlah nilai penanaman modal yang diambilalih segera sebelum pengambilalihan atau sebelum penundaan pengambilalihan 3. 4. 5. tersebut diketahui oleh publik manapun lebih dahulu. Nilai tersebut Wajib ditetapkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diterima secara umum mengenai penaksiran, dengan memperhatikan antara lain, modal yang ditanamkan, nilai penggantian, apresiasi, dan penerimaan pada saat itu. Ganti rugi wajib sepenuhnya dapat direalisasikan dan wajib dibayar tanpa pembatasan atau penundaan apapun dalam suatu mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas. Termasuk di dalamnya tingkat bunga komersial berdasarkan keadaan pasar untuk mata uang yang dibayarkan sejak tanggal hilangnya hak atas properti yang diambilalih sampai tanggal pemenuhan pembayaran. Apabila suatu Pihak mengambilalih aset perusahaan yang dibentuk atau didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di setiap bagian dari wilayahnya, dan dimana para penanam modal dari Pihak lain yang memiliki saham, Pihak tersebut wajib memastikan bahwa ketentuan-ketentuan dari ayat 1 Pasal ini wajib diterapkan pada perpanjangan yang diperlukan untuk menjamin ganti rugi yang sesuai, memadai dan efektif berkaitan dengan penanaman modal mereka pada para penanam modal dari Pihak tersebut yang merupakan pemilik saham-saham tersebut. Tanpa mengabaikan ketentuan-ketentuan Pasal 9 dari Persetujuan ini, penanam modal yang penanaman modalnya diambilalih tersebut wajib memiliki hak untuk meninjau kembali yang sesuai mengenai kasusnya dan penaksiran dari penanaman modalnya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam Pasal ini, oleh otoritas peradilan atau otoritas berwenang lainnya dari Pihak tersebut. PASAL 6 GANTI RUGI 1. 2. Para penanam modal dari salah satu Pihak, yang penanaman modalnya di wilayah Pihak lain yang mengalami kerugian dikarenakan perang, atau konflik bersenjata lainnya, Negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, kerusuhan atau huru hara di wilayah Pihak yang disebut terakhir, akan diberikan oleh Pihak yang disebut terakhir tersebut, dengan restitusi, indemnifikasi, ganti rugi, atau penyelesaian lainnya yang tidak kurang menguntungkan daripada yang diberikan oleh Pihak yang disebut terakhir dimaksud kepada para penanam modal dari negaranya sendiri atau dari Negara yang diberi perlakuan sama, yang manapun, menurut penanam modal, lebih menguntungkan. Tanpa prasangka pada ayat 1 dalam Pasal ini, para penanam modal dari salah satu Pihak yang berada dalam situasi apapun sebagaimana merujuk pada ayat tersebut, menderita kerugian di wilayah Pihak lainnya sebagai akibat dari : a. Pengambilalihan penanaman modalnya atau bagian dari padanya oleh otoritas yang disebut terakhir, atau b. Pengrusakan penanaman modalnya atau bagian dari padanya oleh otoritas yang disebut terakhir, yang tidak disyaratkan oleh kebutuhan dari situasi tertentu, wajib diberikan restitusi atau ganti rugi yang sesuai, memadai dan efektif oleh Pihak yang disebut terakhir dan dalam hubungannya dengan ganti rugi, harus sesuai dengan Pasal 5 ayat 2-3 sejak tanggal pengambilalihan atau pengrusakan sampai dengan tanggal pemenuhan pembayaran. PASAL 7 TRANSFER BEBAS 1. 2. 3. 4. 5. Masing-masing Pihak wajib menjamin kepada para penanam modal dari Pihak lainnya untuk bebas melakukan transfer, masuk dan keluar wilayahnya, atas penanaman modalnya dan transfer pembayaran terkait dengan penanaman modal. Pembayaran tersebut harus meliputi, namun tidak terbatas pada : a. modal dasar dan modal tambahan yang ditujukan untuk memelihara, mengembangkan atau meningkatkan penanaman modal; b. penerimaan; c. penerimaan yang diperoleh dari keseluruhan atau sebagian penjualan atau pelepasan penanaman modal, termasuk penjualan saham; d. jumlah yang dibutuhkan untuk pembayaran pengeluaran yang muncul akibat operasional penanaman modal, seperti pengembalian pinjaman, pembayaran royalti, biaya manajemen, biaya perijinan atau pengeluaran lainnya yang serupa; e. ganti rugi yang dapat dibayar menurut Pasal 5, 6, 8 dan 9; f. pendapatan dan remunerasi lainnya dari tenaga kerja asing dan bekerja yang berkaitan dengan penanaman modal. Masing-masing Pihak wajib lebih lanjut memastikan bahwa transfer-transfer sebagaimana dirujuk pada ayat 1 dalam Pasal ini wajib dilakukan tanpa pembatasan atau penundaan apapun dalam mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas yang dipilih oleh penanam modal dan dalam nilai tukar pasar yang berlaku pada saat transfer dilakukan pada mata uang yang ditransfer dan wajib segera ditransfer. Pembayaran transfer wajib dianggap telah dilakukan tanpa penundaan apabila berakibat dalam periode tersebut sebagaimana biasanya disyaratkan untuk pemenuhan formalitas transfer. Dalam hal ketiadaan pasar valuta asing, nilai tukar yang digunakan wajib merupakan nilai tukar terakhir untuk penukaran mata uang ke dalam Special Drawing Rights. Dalam hal suatu penundaan transfer disebabkan oleh Pihak tuan rumah, transfer tersebut wajib juga termasuk bunga pada tingkat komersial berdasarkan nilai tukar pasar untuk mata uang yang dimaksud sejak tanggal permintaan transfer tersebut diminta sampai dengan tanggal pemenuhan transfer dan wajib dibebankan pada Pihak tersebut. PASAL 8 SUBROGASI 1. 2. Apabila penanaman modal dari penanam modal dari salah satu Pihak dipertanggungkan terhadap resiko non komersial, setiap subrogasi dari penanggung atau penanggung kembali atas hak-hak dari penanam modal tersebut sesuai syarat-syarat dari pertanggungan tersebut wajib diakui dengan syarat oleh Pihak lainnya, namun demikian, penanggung atau penanggung kembali tersebut wajib tidak diberi hak untuk melakukan hak-hak tidak lebih dari hak-hak dimana penanam modal tersebut memiliki hak untuk melakukannya. Pihak yang melakukan subrogasi wajib memaparkan cakupan dari pengaturan klaim kepada para penanam modal dari Pihak lainnya. PASAL 9 PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PENANAM MODAL DAN SUATU PIHAK 1. 2. 3. 4. Setiap sengketa yang timbul secara langsung dari penanaman modal antara suatu Pihak dan seorang penanam modal dari Pihak lainnya seharusnya diselesaikan secara damai antara kedua pihak yang bersengketa, melalui konsultasi dan negosiasi. Apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan dengan cara ini, sengketa tersebut atas permintaan penanam modal tersebut wajib diajukan kepada : a. pengadilan-pengadilan yang berwenang dari Pihak tersebut di wilayah di mana penanaman modal itu dilakukan; atau b. arbitrase melalui International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID), yang didirikan berdasarkan Convention of the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States, yang ditandatangani di Washington pada tanggal 18 Maret 1965 (untuk selanjutnya disebut "Pusat"), jika Pusat dapat digunakan; atau c. suatu mahkamah arbitrase ad hoc yang dibentuk berdasarkan peraturan Arbitration Rules of the United Nations Commission on International Trade Law (UNCITRAL); atau d. setiap mahkamah arbitrase ad hoc lainnya yang sebelumnya telah diterima. Sekali penanam modal mengajukan sengketa kepada pengadilan yang berwenang dari Pihak tuan rumah atau kepada salah satu prosedur arbitrase sebagaimana tertuang pada ayat 2 (b) sampai dengan 2 (d) dalam Pasal ini, pilihan atas prosedur tersebut bersifat final. Setiap proses arbitrase berdasarkan dalam Pasal ini, atas permintaan salah satu Pihak yang bersengketa wajib diselenggarakan di suatu negara dimana ia menjadi Pihak pada Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign 5. 6. 7. Arbitral Awards (Konvensi New York), yang ditandatangani pada 10 Juni 1958. Klaim yang diajukan untuk proses arbitrase sebagaimana disebutkan dalam Pasal ini wajib dianggap timbul dari hubungan atau transaksi komersial untuk maksud-maksud dari Pasal 1 Konvensi New York. Masing-masing Pihak dengan ini menyetujui tanpa syarat atas pengajuan sengketa di antara suatu Pihak dan seorang penanam modal dari Pihak lainnya melalui proses arbitrase sesuai dengan Pasal ini. Tidak satu Pihak pun, dalam hal ini Pihak yang bersengketa, dapat mengajukan suatu keberatan, pada setiap tahap manapun dalam proses arbitrase atau untuk pelaksanaan putusan arbitrase, karena pada kenyataannya bahwa penanam modal, yang merupakan pihak lain dalam sengketa, telah menerima indemnifikasi yang mencakup sebagian atau keseluruhan dari kerugiannya yang timbul dari suatu asuransi. Putusan bersifat final dan mengikat para pihak yang bersengketa dan wajib dilaksanakaan sesuai dengan hukum nasional dari Pihak tersebut yang wilayahnya merupakan tempat dimana putusan dikeluarkan, oleh otoritas yang berwenang dari Pihak tersebut pada tanggal yang dicantumkan dalam putusan. PASAL 10 PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA PARA PIHAK 1. 2. 3. 4. 5. Sengketa antara Para Pihak mengenai penafsiran atau penerapan persetujuan, ini, sejauh mungkin wajib, sekiranya memungkinkan, diselesaikan melalui saluran diplomatik. Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dalam waktu enam (6) bulan sejak tanggal dimana salah satu Pihak mengajukan perundingan, atas permintaan salah satu Pihak sengketa wajib diajukan kepada Mahkamah Arbitrase. Suatu Mahkamah Arbitrase wajib dibentuk untuk setiap kasus dengan cara sebagai berikut. Dalam jangka waktu dua (2) bulan sejak diterimanya permintaan proses arbitrase, masing-masing Pihak wajib menunjuk satu anggota Mahkamah. Kedua anggota ini selanjutnya wajib memilih seorang warga Negara dari suatu negara ketiga atas persetujuan kedua Pihak menjadi Ketua Mahkamah. Ketua wajib ditunjuk dalam empat (4) bulan sejak tanggal penunjukan dua anggota lainnya. Apabila penunjukan yang diperlukan belum dilaksanakan dalam jangka waktu sebagaimana disebut pada ayat 3 dalam Pasal ini, salah satu Pihak, bhila tidak ada perjanjian lainnya, dapat mengundang Presiden Mahkamah Internasional untuk melakukan penunjukan yang diperlukan. Apabila Presiden tersebut adalah seorang warga Negara dari salah satu Pihak atau sebaliknya apabila Presiden berhalangan untuk melakukan penunjukan dimaksud, maka anggota Mahkamah Internasional yang senior berikutnya yang bukan warga Negara dari salah satu Pihak atau sebaliknya yang tidak berhalangan untuk melakukan penunjukan tersebut, maka ia wajib diundang untuk melakukan penunjukan yang diperlukan tersebut. Mahkamah arbitrase wajib mengambil putusannya berdasarkan 6. suara terbanyak. Putusan Mahkamah tersebut wajib bersifat final dan mengikat bagi Kedua Pihak. Masing-masing Pihak wajib menanggung biaya dari anggota yang ditunjuk oleh pihak tersebut dan perwakilannya dalam proses arbitrase yang ditunjuk olehnya dan kuasa-kuasanya pada proses arbitrase. Kedua Pihak wajib menanggung biaya secara seimbang untuk Ketua Mahkamah, serta biaya-biaya lainnya. Mahkamah dapat membuat keputusan yang berbeda mengenai pembagian biaya. Dalam segala hal lainnya, Mahkamah Arbitrase wajib menentukan aturan prosedurnya sendiri. Hal-hal mengenai sengketa sebagaimana dirujuk pada ayat 1 Pasal ini wajib diputuskan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Persetujuan ini, dan prinsip-prinsip hukum internasional yang berlaku. PASAL 11 IZIN 1. 2. Masing-masing Pihak, berdasarkan peraturan perundang-undangannya, wajib memperlakukan penerapan yang menguntungkan berkaitan permohonan penanaman modal dan wajib memberikan izin-izin secara cepat yang dipersyaratkan di dalam wilayahnya berkaitan dengan penanaman modal oleh para penanam modal dari Pihak lainnya tersebut. Masing-masing Pihak, berdasarkan peraturan perundang-undangannya, wajib memberikan izin masuk dan tinggal sementara dan memberikan setiap dokumen yang diperlukan bagi orang perseorangan yang dipekerjakan dari luar negeri seperti para eksekutif, manajer, para ahli dan teknisi terkait dengan penanaman modal oleh seorang penanam modal dari Pihak lain, dan siapapun yang diperlukan untuk perusahaan, selama orang-orang tersebut terus memenuhi persyaratan pada ayat ini. Anggota keluarga terdekat dari personil tersebut juga wajib mendapatkan perlakuan yang sama terkait dengan izin masuk dan tinggal sementara di wilayah Pihak tuan rumah. PASAL 12 PENERAPAN KETENTUAN LAINNYA 1. 2. Apabila ketentuan hukum salah satu Pihak atau kewajiban berdasarkan Hukum Internasional, yang telah ada pada saat ini atau dibentuk kemudian antara Para Pihak sebagai tambahan atas Persetujuan ini, memuat suatu peraturan, baik yang bersifat umum maupun spesifik, yang memberikan hak, penanaman modal yang dibuat oleh para penanam modal dari Pihak lainnya tersebut untuk suatu perlakuan yang lebih menguntungkan daripada yang diberikan oleh Persetujuan ini, ketentuan-ketentuan tersebut sepanjang ketentuan tersebut lebih menguntungkan maka ketentuan tersebut yang diberlakukan. Masing-masing Pihak wajib memperhatikan setiap kewajiban lainnya yang mungkin terkait dengan penanaman modal yang spesifik dari seorang penanaman modal dari Pihak lainnya. PASAL 13 PENERAPAN PERSETUJUAN Persetujuan ini wajib berlaku untuk semua penanaman modal yang diberlakukan oleh para penanam modal dari salah satu Pihak di wilayah Pihak lainnya, baik yang dilakukan sebelum maupun sesudah berlakunya persetujuan ini, namun wajib tidak berlaku untuk setiap sengketa mengenai suatu penanaman modal dan klaim terkait penanaman modal yang timbul sebelum berlakunya Persetujuan ini. PASAL 14 TRANSPARANSI 1. 2. Masing-masing Pihak wajib segera mengumumkan, atau sebaliknya mengumumkan yang diperlukan, hukum, peraturan, prosedur dan pengaturan administratifnya dan putusan pengadilannya mengenai penerapan umum, serta perjanjian-perjanjian internasional yang dapat mempengaruhi penanaman modal dari para penanam modal dari Pihak lainnya di wilayah Pihak sebelumnya. Tidak satu pun dalam Persetujuan ini wajib mensyaratkan suatu Pihak untuk menyediakan atau memberikan akses terhadap setiap informasi rahasia dan pribadi, termasuk informasi mengenai para penanam modal atau penanaman modal tertentu, pengungkapan dari hal tersebut akan menyebabkan terhalangnya penegakan hukum atau bertentangan dengan hukumnya yang melindungi kerahasiaan atau prasangka yang sah dari kepentingan komersial para penanam modal tertentu. PASAL 15 KONSULTASI DAN PERUBAHAN 1. 2. Para pihak, atas permintaan salah satu Pihak, wajib menyelenggarakan konsultasi untuk maksud meninjau kembali pelaksanaan Persetujuan ini dan mempelajari setiap permasalahan yang dapat timbul dari Persetujuan ini. Konsultasi tersebut wajib diselenggarakan antara para otoritas yang berwenang dari Para Pihak di tempat dan waktu yang disetujui melalui saluran diplomatik. Persetujuan ini dapat diubah setiap saat, apabila dianggap perlu, dengan kesepakatan Kedua Pihak dan melalui prosedur yang sama dengan Persetujuan asli. PASAL 16 MULAI BERLAKUNYA, JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN 1. 2. 3. 4. Persetujuan ini wajib mulai berlaku pada hari ketigapuluh dari tanggal diterimanya pemberitahuan terakhir dimana Para Pihak saling memberitahukan bahwa persyaratan konstitusional mereka untuk pemberlakuan Persetujuan ini telah dipenuhi. Sejak berlakunya, persetujuan ini menggantikan Persetujuan antara Pemerintah Republik Finlandia dan Pemerintah Republik Indonesia mengenai Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal yang dibuat pada tanggal 13 Maret 1996. Persetujuan ini wajib tetap berlaku untuk jangka waktu lima belas (15) tahun dan wajib tetap berlaku seterusnya dalam jangka waktu yang sama sampai salah satu Pihak memberitahukan kepada pihak yang lain secara tertulis mengenai keinginannya untuk mengakhiri Persetujuan ini dalam dua belas (12) bulan. Berkenaan dengan penanaman modal yang dilakukan sebelum tanggal pengakhiran Persetujuan ini, Ketentuan Pasal 1 sampai dengan 15 tetap berlaku untuk jangka waktu lima belas (15) tahun berikutnya sejak tanggal pengakhiran Persetujuan ini. SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini, diberi kuasa penuh, telah menandatangani Persetujuan dibuat rangkap dua di Helsinki pada tanggal 12 September 2006 dalam Bahasa Inggirs. Untuk Pemerintah Republik Indonesia MARI ELKA PANGESTU Menteri Perdagangan Pembangunan Luar Negeri Untuk Pemerintah Republik Finlandia PAULALEH TOMAKA Menteri Perdangan dan Catatan Redaksi : Persetujuan dalam bahasa Inggris tidak dimuat