bio.unsoed.ac.id

advertisement
II. TELAAH PUSTAKA
Kelenjar mammae merupakan kelenjar kulit khusus (derivat integumen) yang
terletak di dalam jaringan bawah kulit (subkutan). Kelenjar mammae merupakan
kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin ini melepaskan sekresinya ke dalam duktus.
Kelenjar mammae adalah modifikasi dari kelenjar keringat serta mengeluarkan sekret
bertipe apokrin, yaitu hasil sekresi terakumulasi di bawah permukaan sel dan hanya
dapat dilepas dengan pelepasan beberapa sitoplasma apikal sel, serta sel akan
mengulangi siklusnya (Sloane, 2003).
Jaringan utama yang menyusun kelenjar mammae ada dua macam yaitu
parenkim dan stroma. Parenkimnya adalah jaringan kelenjar, sedangkan stromanya
adalah jaringan ikat dan pembuluh darah yang menyelimuti kelenjar. Kelenjar ini
terdiri dari banyak lobi. Tiap lobi terbagi atas banyak lobuli. Antara lobi dan lobuli
terdapat jaringan ikat dan jaringan lemak. Tiap lobuli disusun oleh banyak alveoli.
Alveolus merupakan satuan sekretoris kelenjar mammae yang dilapisi oleh satu baris
tunggal sel-sel epitel yang berbentuk kubus atau kolumnar. Sel alveolus berbentuk
batang, dengan inti di dasar. Ketika aktif mensekresi sitoplasma akan ditempati
lapisan lemak yang akan disekresi (Yatim, 1990).
Kelenjar mammae terdiri dari banyak lobi yang tiap-tiap lobi tersebut
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan jaringan adiposa yang masingmasing memiliki saluran dan bermuara di nipel (papila mammae). Satu lobi diliputi
jaringan interlobular yang mengandung banyak sel lemak. Lemak dan jaringan ikat
tersebut membagi lobi menjadi banyak lobuli. Jaringan ikat intralobular berupa
jaringan ikat longgar, halus dan padat sel. Duktus intralobular bermuara ke dalam
duktus interlobular yang kemudian bersatu membentuk sebuah saluran pelepasan dari
setiap lobus, disebut duktus laktiferus yang bermuara di puncak papila mammae
(Leeson et al., 1986).
bio.unsoed.ac.id
Kelenjar mammae memiliki dua jenis epitelium yaitu luminal dan basal.
Epitelium luminal membentuk saluran dan sekretori alveoli, sedangkan epitelium
basal pada dasarnya terdiri dari sel mioepitel. Kedua jenis epitel dua lapis
membentuk suatu struktur sel epitel sederhana yang tertanam di dalam lemak stroma
(Watson & Khaled, 2008). Pelapis dinding duktus laktiferus dan dinding duktus
interlobularis berupa epitel selapis kuboid yang diselingi oleh sel-sel mioepitel yang
berhimpitan. Dalam jaringan ikat intralobular yang mengelilingi alveoli, terdapat
4
limfosit dan sel plasma. Menjelang akhir kehamilan, populasi sel plasma bertambah.
Sel plasma ini berfungsi mensekresi imunoglobulin (IgA sekretorik) yang
memberikan kekebalan pasif pada bayi yang baru lahir (Junqueira & Carneiro, 1982).
Perkembangan kelenjar mammae baik pada mencit maupun pada manusia
memiliki tiga tahap utama, yaitu pada tahap embrio, pubertas dan dewasa. Pada tahap
embrio, sinyal yang menginduksi pembentukan plakoda mammae dari kulit mulai
membentang. Setelah lahir, perkembangan mammae akan berlanjut sampai masa
pubertas, pada tahap ini duktus memanjang luas diikuti dengan percabangan
sekunder. Tanda perkembangan selama kehamilan membentuk cabang tersier yang
berakhir pada tunas alveolar dan proliferasi yang sangat pesat pada epitel luminal
disertai dengan diferensiasi alveolar (Watson & Khaled, 2008). Selama proses
tersebut berlangsung, stroma dan jaringan adiposa berkurang secara signifikan. Di
samping proses pertumbuhan yang meningkat ini, tidak terlihat tanda-tanda sekresi
air susu sampai akhir kehamilan (Junqueira & Carneiro, 1982). Pada akhir
kehamilan, terjadi proses laktogenik yang disertai dengan terbentuknya protein susu,
whey acidic protein (WAP) dan laktalbumin serta pembentukan bantalan lemak
(Watson & Khaled, 2008).
Perkembangan kelenjar mammae sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan hormon mammotropik plasenta. Estrogen berfungsi
merangsang pertumbuhan duktus laktiferus dengan menambah terbentuknya jumlah
mitosis sel dan menyebabkan terjadinya percabangan. Progesteron berfungsi
merangsang pertumbuhan tubulo-alveolar kelenjar mammae, dan hormon laktogen
plasenta dapat menguatkan efek dari hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium,
prolaktin, tiroksin, insulin, dan hormon pertumbuhan pada perkembangan kelenjar
mammae selama kehamilan (Fahey, 1998). Kelenjar mammae berkembang pesat saat
pubertas, terutama pada wanita, karena adanya pertambahan jaringan lemak dan
jaringan lainnya. Pertumbuhan kelenjar mammae yang sempurna terjadi pada saat
bio.unsoed.ac.id
kehamilan (Leeson et al., 1986).
Hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa kadar progesteron lebih
tinggi daripada estradiol dan oksitosin hingga hari ke-21 kehamilan (Gambar 2.1).
Pada hari ke-6 kehamilan kadar progesteron mengalami peningkatan. Namum,
estradiol dan oksitosin mengalami penurunan. Kadar estradiol menurun hingga hari
ke-8 kehamilan dan meningkat kembali pada hari ke-14 kehamilan serta meningkat
secara drastis menjelang kelahiran. Sebaliknya, kadar prolaktin rendah sejak hari ke5
7 hingga hari ke-21 kehamilan dan meningkat drastis pada saat kelahiran. Kadar
progesteron menurun secara drastis dari hari ke-19 kehamilan hingga kelahiran
(Kenyon, 2014).
Kadar hormon
Tingkat sirkulasi progesteron, estradiol dan prolaktin selama
kehamilan pada tikus
Hari kehamilan
Gambar 2.1. Kadar hormon progesteron, estradiol dan prolaktin selama kehamilan pada tikus
(Kenyon, 2014).
Pubertas
Dewasa virgin
Kehamilan
Laktasi
bio.unsoed.ac.id
Estrogen
progesteron
Prolaktin, progesteron,
laktogen plasenta,
ERBB4 ligands, RANK-L
Progesteron,
prolaktin
Prolaktin, ERBB4
ligands
Gambar 2.2. Perkembangan Kelenjar Mammae pada Mencit (Hennighausen & Robinson,
2005).
6
Kehamilan pada mencit berjalan kurang lebih 21 hari (Malole & Pramono,
1989). Selama kehamilan, kelenjar mammae mengalami perkembangan dan
perubahan morfologi untuk mempersiapkan laktasi. Laktasi memerlukan produksi sel
tertentu yang dapat mensintesis dan mengeluarkan air susu. Pada awal kehamilan
pertumbuhan kelenjar mammae ditandai dengan adanya pertambahan percabangan
duktus laktiferus dan pembentukan tunas alveoli. Rasio epitel: adiposit meningkat
dan pembuluh darah kapiler ditemukan di dalam jaringan ikat disekitar masingmasing alveoli. Selama paruh ke-2 kehamilan, tunas alveoli terus bertambah
sehingga alveoli sudah dapat dibedakan menjadi lobuli. Lobuli akan mensekresikan
air susu selama laktasi. Tahap setelah diferensiasi ini umumnya disebut sebagai fase
pertumbuhan mammae lobuloalveolar. Menjelang akhir kehamilan, alveoli mengisi
sebagian lapisan lemak, pada saat ini kelenjar mampu memproduksi susu. Pada hari
ke-18 kehamilan, sel epitel alveoli memproduksi protein susu dan lemak untuk
persiapan laktasi. Sel epitel bertambah besar karena akumulasi lemak (Richert et al.,
2000).
Sediaan histologis kelenjar mammae mencit selama kehamilan dan laktasi
berdasarkan hasil penelitian Anderson et al. (2007) menunjukkan adanya
peningkatan pada percabangan duktus laktiferus dan pembentukan tunas alveolar
selama awal kehamilan. Diferensiasi pada tahap ini ditandai dengan peningkatan
sintesis DNA dan proliferasi sel. Pada periode kehamilan hari ke-6 terjadi dengan
perluasan tunas alveolar untuk membentuk unit lobuloalveolar, diikuti dengan
diferensiasi struktur ke dalam struktur pre sekretori. Pada hari ke-12 kehamilan
terjadi peningkatan ukuran secara jelas di bagian epitel dibandingkan dengan bagian
adiposa. Perluasan epitel berlanjut sampai bagian epitel mendominasi selama akhir
kehamilan. Lumen alveoli terlihat jelas pada akhir kehamilan, diisi dengan substansi
protein yang tidak terlihat jelas tetapi dapat mewakili protein susu, glikoprotein
seperti Muc1, laktoferin dan imunoglobulin. Lapisan lemak juga terdapat pada
bio.unsoed.ac.id
sitoplasma sel epitel alveoli sampai batas tertentu dalam lumen. Setelah proses
kelahiran, struktur sekresi lobuloalveolar menjadi lebih jelas sepanjang daerah lumen
dan lapisan sel epitel menjadi lebih mencolok dibanding adiposa. Bantalan lemak
besar yang terdapat pada hari ke-18 kehamilan tidak ada karena telah digantikan oleh
bantalan lemak kecil pada permukaan apikal sel epitel. Meskipun lumen yang
mungkin berisi materi protein ketika itu belum hilang selama tahap fiksasi dan
sectioning, zat warna terlihat pudar daripada selama akhir kehamilan.
7
Gambar 2.3. Perubahan struktur kelenjar mammae mencit selama kehamilan dan laktasi
Keterangan: Kelenjar mammae mencit (a,b) hari ke-6 (P6), (c,d) hari ke-12 (P12),
dan (e,f) hari ke-18 (P18) kehamilan, dan (g,h) hari ke-2 laktasi.
Difiksasi dalam neutral-buffered formalin, pewarnaan dengan
hematoxylin dan eosin.
Kandungan kimia daun pare (M. charantia L.) yang berkhasiat dalam
pengobatan adalah vitamin A, vitamin B, vitamin C, senyawa golongan alkaloid,
saponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat dan karotenoid (Subahar,
2004). Serbuk daun pare yang dimaserasi dengan etanol, menghasilkan ekstrak
etanol yang digunakan untuk pemeriksaan flavonoid. Hasil pemeriksaan unsur kimia
daun pare tersebut menunjukkan adanya besi, kalium, kalsium dan magnesium
(Hernawati, 2011). Ekstrak daun pare juga diketahui mengandung glikosida
kukurbitasin yaitu jenis momordisin (Yasuda et al., 1984).
Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol alami yang terbesar.
Flavonoid mengandung 15 atom karbon sebagai rangka dasarnya yang tersusun
dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat
pada semua tumbuhan hijau sehingga pasti ditemukan pada setiap telaah ekstrak
tumbuhan (Markham, 1988). Selain flavonoid, daun pare juga mengandung alkaloid
dan saponin. Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa,
mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan. Alkaloid memiliki efek hormonal
khususnya efek estrogenik (Zenk & Juenger, 2007). Saponin merupakan larutan
bio.unsoed.ac.id
berbuih dan merupakan steroid atau glikosidatriterpenoid (Rusmiati, 2010). Saponin
mampu meningkatkan aktivitas hormon oksitosin pada sel mioepitel yang terdapat di
sekeliling alveoli dan duktus (Kharisma et al., 2011).
Fitoestrogen termasuk ke dalam golongan flavonoid yang kerjanya sangat
mirip dengan estrogen. Fitoestrogen merupakan sumber estrogen yang berasal dari
tanaman yang merupakan senyawa non steroidal dan mempunyai aktivitas estrogenik
atau dimetabolisme menjadi senyawa yang beraktivitas estrogen (Tsourounis, 2004).
8
Adanya struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen, menimbulkan efek
hormonal khususnya efek estrogenik pada flavonoid. Flavonoid memiliki
kemampuan untuk berikatan dengan reseptor estrogen pada organ yang
perkembangannya dipengaruhi oleh estrogen dan selanjutnya mengaktifkan
transkripsi gen-gen yang diperlukan untuk proliferasi sel pada organ target (Murkies
et al., 1998). Kelenjar mammae merupakan salah satu organ yang perkembangannya
dipengaruhi oleh hormon estrogen (Guyton, 1994).
Hipotesis yang diajukan adalah ekstrak etanol daun pare (M. charantia L.)
berpengaruh terhadap perkembangan kelenjar mammae mencit dengan indikator
struktur dan volume.
bio.unsoed.ac.id
9
Download