Tugas dan Wewenang

advertisement
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan II
BANK INDONESIA
2015
Laporan Pelaksanaan
2015
Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350
Telp: (62 21) 500131
Fax: (62 21) 3861458
Email: [email protected]
www.bi.go.id
Triwulan II
Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia
www.bi.go.id
Laporan Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang
Bank Indonesia
Triwulan II
2015
Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu
wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2015
Inflasi triwulan II-2015 terjaga. Inflasi inti
tercatat stabil pada level 5,04%
sebagaimana triwulan sebelumnya.
Sedangkan inflasi IHK tercatat
7,26% (yoy),
meningkat dari triwulan
sebelumnya sebesar 6,38% (yoy).
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
Indonesia relatif terjaga, walaupun
mengalami tekanan pada pasar keuangan
yang tercermin dari Indeks SSK
sebesar 0,85,
sedikit mengalami peningkatan
dari 0,67 pada triwulan sebelumnya.
Nilai tukar Rupiah terdepresiasi terhadap
dolar AS dengan volatilitas yang terjaga.
Rupiah terdepresiasi 1,94% (ptp)
dari posisi akhir triwulan sebelumnya,
sejalan dengan pergerakan
mata uang negara lainnya.
Bank Indonesia menempuh
kebijakan moneter yang cenderung
bias ketat untuk menjangkar inflas pada
4±1%
dan senantiasa mendukung
kestabilan makroekonomi.
Transaksi sistem pembayaran berjalan
aman dan lancar, didukung upaya
peningkatan kehandalan penyelenggaraan
sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan
SKNBI sesuai dengan service level.
kisaran sasaran 2015 sebesar
Surplus transaksi modal dan finansial
lebih rendah dari defisit transaksi berjalan,
sehingga Neraca Pembayaran
Indonesia mengalami defisit
Transaksi tunai berjalan lancar,
ditopang pemenuhan kebutuhan
uang kartal dalam jumlah
yang cukup dan layak edar.
2,9 miliar dolar AS.
Cadangan devisa pada akhir
triwulan II-2015 tercatat sebesar
108 miliar dolar AS.
Meski menurun dari triwulan sebelumnya
sebesar 111,6 miliar dolar AS, tetap
Bank Indonesia mengimplementasikan 25
Program Strategis secara cermat guna
mencapai visi
dan misi
Bank Indonesia 2024.
mampu mendukung ketahanan
perekonomian ke depan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
iii
Kata Pengantar
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas rahmat dan karuniaNya Bank Indonesia dapat terus menjalankan tugas dan wewenang yang diberikan sesuai
dengan amanat Undang-Undang. Satu semester yang dapat kami katakan sebagai periode
yang tidak ringan di tahun 2015 ini telah kita jalani bersama. Perekonomian domestik masih
melambat ditengah begitu besarnya tekanan eksternal yang mengemuka.
Sampai dengan triwulan II-2015, harga komoditas masih terus menurun dan belum dapat
mengembalikan laju peningkatan ekspor. Selain itu, dorongan belanja Pemerintah juga
masih terkendala beberapa proses penyesuaian pada perangkat pemerintahan. Oleh
karena itu, berbagai proyek infrastruktur yang dicanangkan dan diharapkan turut serta
menggenjot investasi belum dapat direalisasikan dengan optimal. Di sisi lain, ekspektasi
kenaikan suku bunga Amerika Serikat, dinamika krisis Yunani, dan aksi pelonggaran
moneter oleh Eropa dan Jepang terus menciptakan gejolak di pasar keuangan yang
kemudian memberi tekanan pada nilai tukar Rupiah.
Walaupun demikian, kami mencermati bahwa perkembangan laju inflasi terkendali,
sebagaimana tercermin pada laju inflasi tahun kalender sepanjang semester I–2015 yang
masih berada di bawah 1%. Hal ini memberi keyakinan bagi kami bahwa laju inflasi di akhir
tahun 2015 dapat berada di kisaran sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. Sejalan
dengan itu, upaya-upaya yang konsisten untuk menjaga stabilitas makroekonomi juga
tercermin dari menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus neraca
perdagangan. Dengan keseimbangan eksternal yang lebih terjaga, kami memandang
bahwa perekonomian domestik ke depan dapat tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan.
Terlebih dalam memasuki turbulensi era likuiditas global yang tidak lagi longgar, tentunya
dibutuhkan ketahanan ekonomi domestik yang prima.
Bank Indonesia sepanjang triwulan II-2015 menempuh kebijakan moneter yang tetap
konsisten untuk dapat mengendalikan inflasi sesuai sasarannya dan membawa defisit
neraca transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat bagi perekonomian. Kebijakan
tersebut juga terus diikuti dengan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah. Hasil pemantauan
dan asesmen yang komprehensif atas kondisi pasar keuangan senantiasa menjadi pijakan
kami dalam melakukan stabilisasi nilai tukar yang terukur dan dengan tetap memperhatikan
kecukupan cadangan devisa.
Sebagai upaya mitigasi risiko nilai tukar ditengah pesatnya pertumbuhan utang luar negeri
(ULN) korporasi non-bank, Bank Indonesia juga terus memfasilitasi proses implementasi
ketentuan pengelolaan ULN. Kami menyambut baik atas disepakatinya fasilitas lindung
nilai antara PT. Pertamina (Persero) dan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan
beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kami harap menjadi langkah awal
iv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
yang baik untuk dapat dipedomani oleh perusahaan lainnya. Kami meyakini pentingnya
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan ULN, karena selain sebagai upaya
mitigasi risiko, juga dapat berkontribusi memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Guna memberikan ruang yang lebih luas kepada perbankan untuk mendorong
pembiayaan bagi ekonomi, Bank Indonesia merevisi ketentuan makroprudensial terkait
Giro Wajib Minimum-Loan to Deposit Ratio (GWM-LDR). Penyesuaian dilakukan dengan
mengikutsertakan surat-surat berharga (SSB) sebagai komponen yang diperhitungkan,
dan mengganti istilah LDR menjadi Loan to Funding Ratio (LFR). Relaksasi terhadap
ketentuan Loan to Value Ratio (LTV) juga dilakukan dengan meningkatkan rasio LTV
bagi kredit properti dan menurunkan batas minimal uang muka bagi kredit kendaraan
bermotor. Kebijakan makroprudensial yang lebih akomodatif tersebut diharapkan dapat
memelihara momentum pertumbuhan dan mengantisipasi potensi perlambatan yang
lebih dalam, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko
yang memadai.
Sebagai bentuk komitmen untuk terus meningkatkan keandalan, keamanan dan
kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran tanah air, Bank Indonesia telah
mengimplementasikan Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI) Generasi II yang diharapkan
akan semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transfer dana.
Selain meningkatkan kualitas layanan dengan pembaharuan sistem, aspek perlindungan
konsumen dalam transaksi transfer dana dan kliring juga menjadi fokus pengaturan
yang telah disusun. Disamping itu, sejalan dengan standar internasional dan semangat
meningkatkan efisiensi serta ketahanan pasar modal Indonesia, Bank Indonesia juga
mendukung penuh penggunaan Central Bank Money secara bertahap dalam penyelesaian
dana atas transaksi di pasar modal. Langkah ini adalah bentuk sinergi nyata Bank Indonesia
dengan otoritas terkait untuk memitigasi risiko kredit dan risiko likuiditas yang dapat
mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Triwulan II-2015 ini memang menjadi momentum bagi Bank Indonesia untuk semakin
mempererat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya dalam menjaga
stabilitas perekonomian. Pada Mei 2015, Presiden Republik Indonesia secara langsung
memimpin Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas TPID)
yang dihadiri oleh 432 TPID dari seluruh Indonesia. Disamping koordinasi lintas sektor,
Rakornas TPID juga telah memberikan arahan bagi Pemerintah Daerah untuk secara aktif
menjaga aktivitas distribusi, mengembangkan infrastruktur pertanian, dan mempercepat
pembangunan konektivitas antar daerah. Strategi menjaga stabilitas harga dengan 4K
(ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang
efektif ) juga menjadi komitmen penting bersama yang diharapkan dapat mewujudkan
lingkungan yang mendukung pencapaian inflasi domestik yang rendah dan stabil.
Dengan tekad untuk selalu menjaga kualitas pengelolaan makroekonomi, sejumlah upaya
yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah telah menumbuhkan optimisme atas
prospek perekonomian Indonesia kedepan. Kami menyambut baik revisi outlook rating
Indonesia dari Stable menjadi Positive sekaligus afirmasi rating BB+ oleh Standard and
Poor’s (S&P) yang merefleksikan kredibilitas kebijakan moneter dan sistem keuangan, serta
menggambarkan efektivitas penguatan fiskal Pemerintah yang semakin meningkatkan
kualitas prospek perekonomian nasional. Capaian tersebut kami harap akan memacu kerja
bersama dan mempererat sinergi antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
v
Menutup pengantar singkat ini, kami ingin menyampaikan kembali bahwa segenap
insan Bank Indonesia akan terus mengupayakan yang terbaik bagi terjaganya stabilitas
perekonomian nasional. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, makroprudensial, dan
sistem pembayaran akan senantiasa menempuh kebijakan-kebijakan dengan memegang
teguh amanat yang telah diberikan oleh Undang-Undang. Menyongsong periode dengan
tantangan yang semakin meningkat, mari kita bersama-sama menyatukan langkah guna
mengawal perekonomian menuju Indonesia yang lebih sejahtera.
Jakarta, 31 Agustus 2015
GUBERNUR BANK INDONESIA
Agus D.W. Martowardojo
vi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Daftar Isi
BAB I
Ringkasan
Eksekutif
02
04
1.1. Kinerja Perekonomian
1.2. Kebijakan yang Ditempuh
BAB II
2.1. Inflasi
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Neraca Pembayaran
2.4. Utang Luar Negeri
2.5. Nilai Tukar Rupiah
2.6. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Pasar Valuta Asing
2.6.1. Pasar Uang Rupiah
2.6.2. Pasar Valuta Asing
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan
2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan Industri
Perbankan
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non-Bank
2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.7.4.1. Kinerja Sektor Korporasi
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
2.9. Perkembangan Sistem Pembayaran
2.10. Perkembangan Pengedaran Uang
10
12
16
17
18
19
19
21
22
22
25
25
Perkembangan Kondisi
Makroekonomi, Moneter,
Sistem Keuangan,
Sistem Pembayaran,
dan Pengedaran Uang
Rupiah
25
26
27
28
30
30
31
32
33
36
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
vii
BAB III
Pelaksanaan
Tugas Pokok dan
Wewenang
Bank Indonesia
viii
3.1. Stabilitas Moneter
3.1.1.Kebijakan Moneter
3.1.2.Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
3.1.2.1. Pengelolaan Moneter
3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar
3.1.3.Koordinasi dengan Pemerintah
3.1.4.Pengelolaan Utang Luar Negeri
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk
Mendukung Perumusan Kebijakan
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
3.2.1.Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
3.2.2.Pengembangan Ekonomi Syariah
3.2.3.Pendalaman Pasar Keuangan (Syariah dan Pasar Valas)
3.2.4.Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
3.2.4.1. TabunganKu dan Basic Saving Account (BSA)
dalam rangka mendukung Gerakan
Indonesia Menabung (GIM)
3.2.4.2. Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan
kepada Masyarakat
3.2.4.3. Perluasan Layanan Keuangan Digital (LKD)
3.2.4.4. Perluasan Implementasi Model Government to
Person (G to P) dalam Rangka
Memperluas Implementasi LKD
3.2.4.5. Pengembangan Informasi Keuangan Inklusif
Dalam Rangka Peningkatan Akses Keuangan
3.2.4.6. Penghitungan Indikator Keuangan Inklusif
3.2.5. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
3.2.5.1. Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan dalam Rangka Peningkatan Akses Kredit atau Pembiayaan UMKM
3.2.5.2. Program Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia (KPwDN BI) Dalam Pengembangan UMKM
3.2.5.3. Kerja sama Internasional Terkait Pengembangan UMKM
3.2.6.Pengelolaan Informasi Perkreditan
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
40
40
42
42
44
44
46
46
47
48
49
49
50
52
53
54
55
55
56
56
56
57
57
57
58
59
60
62
63
68
3.4. Kerja Sama Internasional
3.4.1.Kerja Sama Negara G20
3.4.2.Kerja Sama International Monetary Fund (IMF)
3.4.3. Kerja Sama dalam forum Islamic Development Bank (IDB)
3.4.4. Kerja Sama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
3.4.5. Kerja Sama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) + 3
3.4.6. Kerja Sama Bank for International Settlement (BIS)
3.4.7. Kerja Sama Executives’ Meeting East Asia Pacific
Central Banks (EMEAP)
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
3.5.1.Komunikasi Kebijakan
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan
3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan Lembaga Internasional
3.6. Pelaksanaan Program Strategis Bank Indonesia
70
70
73
74
74
75
75
75
76
76
77
79
80
BAB IV
4.1. Tata Kelola Governance
4.2. Manajemen Strategi dan Kinerja
4.3. Manajemen Risiko
4.4. Audit Intern
4.5. Keuangan Intern
4.6. Sistem Informasi
4.7. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
4.8. Aspek Hukum
4.9. Program Sosial Bank Indonesia
86
87
88
90
90
91
92
95
96
Kapabilitas Intern
Bank Indonesia
LAMPIRAN
Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II-2015
1. Peraturan Bank Indonesia
2. Surat Edaran Ekstern
3. Peraturan Dewan Gubernur
Daftar Istilah
Daftar Singkatan
97
98
98
99
100
105
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
ix
Daftar Tabel
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem
Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (%, yoy)
Tabel 2.2. Perkembangan Indeks Saham Regional
Tabel 2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata Suku Bunga Dasar Kredit
Industri Perbankan (%)
Tabel 2.4. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan
Tabel 2.5. Kinerja Korporasi Publik Triwulan I-2014 dan Triwulan I-2015
Tabel 2.6. Nilai Transaksi Pembayaran
Tabel 2.7. Volume Transaksi Pembayaran
Tabel 2.8. Transaksi Transfer Dana Triwulan II-2015
Tabel 2.9. Transaksi Uang Kertas Asing - Travellers Cheque (UKA-TC) Triwulan II-2015
Tabel 2.10. Perkembangan Uang Yang Diedarkan di Masyarakat dan Perbankan
Tabel 2.11. Indikator Pengedaran Uang
BAB III
28
29
31
34
34
35
35
37
38
Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Tabel 3.1. Jumlah Debitur-Fasilitas Triwulan II-2014 – Triwulan II-2015
Tabel 3.2. Permintaan Informasi Debitur Individual Triwulan II 2014 – Triwulan II-2015
x
12
24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
61
61
Daftar Grafik
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem
Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan
Grafik 2.3. Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast (Triwulanan)
Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Grafik 2.5. Penjualan Kendaraan Bermotor
Grafik 2.6. Nilai Tukar Petani Upah Buruh Tani Riil, dan Upah Buruh
Bangunan Riil
Grafik 2.7. Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.8. Indikator Investasi Nonbangunan
Grafik 2.9. Pertumbuhan Kredit Investasi
Grafik 2.10.Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Riil
Grafik 2.11.Pertumbuhan Impor Nonmigas Riil
Grafik 2.12.Neraca Transaksi Berjalan
Grafik 2.13.Neraca Perdagangan
Grafik 2.14.Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Grafik 2.15.Neraca Pembayaran Indonesia
Grafik 2.16.Perkembangan Cadangan Devisa
Grafik 2.17.Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.18.Nilai Tukar Kawasan
Grafik 2.19.Volatilitas Rupiah
Grafik 2.20.Volatilitas Nilai Tukar (Triwulanan)
Grafik 2.21.Perkembangan Transaksi Pasar Uang Antar Bank
Grafik 2.22.Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank
Grafik 2.23.Volume Transaksi Repo (RRH)
Grafik 2.24.Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank dan Repo 1 Bulan
Grafik 2.25.Total Turnover Transaksi Valas Domestik Triwulanan
Grafik 2.26.Rata-rata Harian Transaksi Valas Domestik
Grafik 2.27.Perkembangan Transaksi Valas Domestik Triwulanan
Grafik 2.28.Perkembangan Komposisi Instrumen Transaksi Valas Triwulanan
Grafik 2.29.Yield Obligasi Negara
Grafik 2.30.Volatilitas Yield 20 hari
Grafik 2.31.Perkembangan & Net Flow Asing di Indeks Harga Saham Gabungan
Grafik 2.32.Perkembangan dan Nilai Rata-rata Perdagangan Harian Indeks Harga Saham Gabungan
Grafik 2.33.Perkembangan dan Volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan
10
10
11
11
13
13
13
14
14
14
14
15
15
16
16
16
19
19
19
19
20
20
21
21
21
21
22
22
23
23
24
24
24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
xi
Grafik 2.34. Perkembangan Industri Reksadana
Grafik 2.35. Rasio Non-Performing Loan
Grafik 2.36. Rasio Non-Performing Loan gross per Jenis Penggunaan
Grafik 2.37. Rasio Non-Performing Loan gross per Sektor Ekonomi
Grafik 2.38. Pertumbuhan DPK (yoy)
Grafik 2.39. Komposisi Alat Likuid Perbankan
Grafik 2.40. Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD)
Grafik 2.41. Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan
(data hingga Mei 2015)
Grafik 2.42. Aset dan Investasi Industri Asuransi
Grafik 2.43. Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
Grafik 2.44. Perkembangan Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.45. Rasio Non-Performing Financing (NPF)
Grafik 2.46. Kegiatan Dunia Usaha Tw II-2015
Grafik 2.47. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 2.48. Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya
Grafik 2.49. Non-Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Grafik 2.50. Permintaan Informasi dan Pengaduan Konsumen Sistem Pembayaran ke Bank Indonesia
Grafik 2.51. Pengaduan Konsumen Sistem Pembayaran ke Bank Indonesia
Berdasarkan Instrumen
Grafik 2.52. Permintaan Informasi Sistem Pembayaran ke Bank Indonesia
Berdasarkan Instrumen
Grafik 2.53. Uang yang Diedarkan dan Indeks Penjualan Eceran
Grafik 2.54. Pertumbuhan Uang Yang Diedarkan dan Produk Domestik Bruto Nominal (yoy)
Grafik 2.55. Temuan Uang Rupiah Palsu
25
25
26
26
27
27
27
28
29
29
30
30
31
31
32
33
36
36
36
37
37
38
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
BAB III
Grafik 3.1.Outstanding Operasi Moneter
Grafik 3.2.Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Grafik 3.3.Komposisi Instrumen Operasi Moneter
xii
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
43
43
43
Daftar Gambar
BAB II
Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem
Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Gambar 2.1. Peta Inflasi Daerah Triwulan II-2015 (%, yoy)
Gambar 2.2. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2015
BAB III
11
15
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Gambar 3.1. Siklus Pengawasan Makroprudensial
50
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
xiii
xiv
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB I
Ringkasan Eksekutif
BAB I Ringkasan Eksekutif
1.1. Kinerja Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan II-2015, namun diperkirakan akan
membaik pada triwulan III-2015 dan IV-2015. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2015
tercatat 4,67% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72%
(yoy). Perlambatan ini terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan
konsumsi Pemerintah. Kondisi tersebut disebabkan oleh penyerapan belanja Pemerintah
yang tidak secepat perkiraan, termasuk realisasi proyek infrastruktur, sejalan dengan
reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur). Di sisi lain,
stabilitas makroekonomi masih terjaga sebagaimana tercermin pada defisit transaksi
berjalan yang menurun dan inflasi yang tetap terkendali. Sementara itu, sejalan dengan
tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar rupiah masih mengalami
tekanan depresiasi, yang selanjutnya berpotensi mengganggu stabilitas makroekonomi
yang sampai saat ini masih terjaga.
Inflasi pada triwulan II-2015 tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi
2015, yaitu 4±1%. Pada triwulan II-2015, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai
1,40% (qtq) atau 7,26% (yoy), terutama didorong oleh kelompok volatile food dan
administered prices. Inflasi volatile food tercatat sebesar 2,35% (qtq) atau 8,83% (yoy).
Inflasi volatile food pada triwulan II-2015 didorong oleh kenaikan harga aneka cabai, aneka
daging, dan bawang merah karena terbatasnya pasokan akibat masuknya musim tanam
untuk komoditas tersebut.
Keseimbangan eksternal Indonesia triwulan II-2015 membaik, tercermin dari defisit
transaksi berjalan yang menurun. Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,5 miliar
dolar Amerika Serikat (AS) (2,1% Produk Domestik Bruto/PDB) pada triwulan II-2015, lebih
rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar
9,6 miliar dolar AS (4,3% PDB). Peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang
oleh perbaikan neraca perdagangan nonmigas akibat impor nonmigas yang turun tajam
seiring dengan melambatnya permintaan domestik.
Sementara itu, di tengah pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian,
Transaksi Modal dan Finansial triwulan II-2015 masih mencatat surplus sebesar 2,5 miliar
dolar AS. Namun, surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada periode
yang sama tahun sebelumnya, terutama karena menyusutnya surplus investasi portofolio
dan investasi lainnya yang mengalami defisit. Surplus transaksi modal dan finansial yang
menurun tersebut tidak dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan, sehingga
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2015 mengalami defisit sebesar 2,9 miliar
dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2015
menurun menjadi sebesar 108 miliar dolar AS. Namun demikian, jumlah cadangan devisa
ini masih cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri
Pemerintah selama 6,8 bulan dan masih berada di atas standar kecukupan internasional
sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, terutama dipengaruhi oleh sentimen eksternal.
Pada triwulan II-2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,47% (qtq) ke level Rp13.131
per dolar AS. Sejalan dengan itu, secara point-to-point rupiah terdepresiasi sebesar 1,94%
dan ditutup pada level Rp13.333 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah pada triwulan II
laporan dipengaruhi antisipasi investor atas rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Fund
Rate/FFR), dan Quantitative Easing European Central Bank (ECB), serta dinamika negosiasi
fiskal Yunani. Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang
dan dividen sesuai pola musiman pada triwulan II. Namun, tekanan tersebut tertahan oleh
sentimen positif terkait kenaikan outlook rating Indonesia oleh S&P dari stable menjadi
positif dan meningkatnya surplus neraca perdagangan.
2
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB I Ringkasan Eksekutif
Kondisi sistem keuangan Indonesia relatif terjaga, meski mengalami tekanan terutama
yang berasal dari pasar keuangan. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) tercatat 0,85
pada triwulan II-2015, sedikit mengalami peningkatan dari 0,65 pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, kondisi industri perbankan, lembaga keuangan non-bank, korporasi, dan
rumah tangga tetap terjaga dengan kinerja yang melambat.
Ketahanan permodalan industri perbankan pada triwulan II-2015 tetap terjaga. Rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan (umum) tercatat
sebesar 20,35%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
20,98% namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 19,42%.
Angka CAR yang turun disebabkan oleh peningkatan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan modal industri perbankan, namun
secara umum CAR ini berada jauh di atas ketentuan minimum 8%.
Melambatnya perekonomian berimplikasi terhadap penurunan pertumbuhan kredit
perbankan. Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2015 tercatat sebesar 10,38% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,28% (yoy).
Penurunan penyaluran kredit terjadi pada Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK),
sementara Kredit Modal Kerja (KMK) mengalami kenaikan.
Sejalan dengan masih melambatnya laju pertumbuhan perekonomian domestik, risiko
kredit industri perbankan mulai menunjukkan peningkatan meski masih tercatat pada
level yang rendah. Rasio Non Performing Loan (NPL) gross industri perbankan pada
triwulan II-2015 sedikit meningkat dari 2,40% menjadi 2,56%. Peningkatan NPL gross
yang moderat tersebut diantisipasi dengan upaya perbankan melakukan peningkatan
manajemen risiko dan penyesuaian target pertumbuhan kredit dalam rangka memitigasi
potensi peningkatan risiko kredit yang lebih besar
Kinerja pasar keuangan domestik bervariasi sebagaimana tercermin dari peningkatan yield
Surat Berharga Negara (SBN), peningkatan kinerja reksadana, dan penurunan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Sementara risiko di pasar keuangan terpantau menurun ditandai
dengan turunnya volatilitas yield SBN.
Kinerja sektor korporasi pada triwulan II-2015 terindikasi meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Perkembangan positif tersebut sejalan dengan pertumbuhan
kredit pada sektor korporasi yang meningkat. Kredit pada sektor korporasi pada triwulan
II-2015 tumbuh sebesar 4,72% (qtq) dengan nominal sebesar Rp 1.967,90 triliun.
Sementara Konsumsi Sektor Rumah Tangga (RT) Indonesia pada triwulan II-2015 melemah
dibandingkan triwulan I–2015, namun dengan optimisme terhadap kondisi perekonomian
ke depan yang terjaga.
Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan pada periode laporan tidak
terlepas dari dukungan penyelenggaraan sistem pembayaran yang berlangsung dengan
baik dan lancar.
Hal ini tercermin dari ketersediaan dan kemampuan Sistem Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) sebagai setelmen dana, Bank Indonesia Scripless Securities
Settlement System (BI-SSSS) sebagai setelmen transaksi surat berharga Pemerintah dan
Bank Indonesia, serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) sesuai dengan service
level yang ditetapkan. Di samping itu, ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup
juga mendukung kelancaran transaksi perekonomian.
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik pada
triwulan III-2015 dan IV-2015. Sementara itu, inflasi 2015 diperkirakan akan berada di
kisaran sasarannya sebesar 4±1%. Terkendalinya inflasi sejalan dengan kebijakan moneter
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
3
BAB I Ringkasan Eksekutif
yang konsisten dan koordinasi dengan Pemerintah yang berjalan baik. Di sisi keseimbangan
eksternal, defisit transaksi berjalan diperkirakan terkendali dengan struktur yang lebih baik.
1.2. Kebijakan yang Ditempuh
Untuk menjaga tetap stabilnya kondisi makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia
di tengah terbatasnya pertumbuhan ekonomi domestik dan berlanjutnya ketidakpastian
ekonomi global, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan di bidang moneter,
makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Di bidang moneter, kebijakan secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi
menuju sasarannya yakni 4%±1% pada 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi
berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3% terhadap PDB dalam jangka
menengah. Kebijakan ini ditempuh melalui kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar
sesuai nilai fundamentalnya.
Terkait dengan kebijakan suku bunga, sepanjang triwulan II-2015, Bank Indonesia
mempertahankan suku bunga kebijakannya (BI Rate) sebesar 7,50% dan suku bunga
operasionalnya, yaitu suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility masingmasing pada level 5,50% dan 8,00%.
Sementara terkait dengan nilai tukar, dalam menghadapi tekanan pelemahan nilai tukar
yang bersumber dari faktor eksternal maupun domestik, Bank Indonesia memperkuat
upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Upaya tersebut
termasuk melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) maupun pembelian SBN di
pasar sekunder.
Untuk mendukung agar kebijakan suku bunga yang ditempuh dapat ditransmisikan secara
efektif ke perbankan, pasar keuangan, dan sektor riil, Bank Indonesia melakukan operasi
moneter. Melalui operasi moneter tersebut, likuiditas perbankan pada triwulan laporan
tetap terjaga.
Dalam rangka mendukung tugas Bank Indonesia di bidang moneter, Bank Indonesia
menerbitkan pengaturan mengenai pengaturan dan pengawasan moneter untuk
meningkatkan efektivitas kebijakan moneter, memitigasi risiko di bidang moneter, dan
memastikan ketentuan di bidang moneter dipatuhi oleh semua pihak.
Pendalaman pasar keuangan guna mendukung transmisi kebijakan moneter terus
difokuskan pada peningkatan likuiditas dan instrumen di pasar valas. Untuk mendorong
transaksi lindung nilai dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia memfasilitasi Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dalam menggunakan fasilitas lindung nilai yang disediakan
oleh bank BUMN. Lebih lanjut, Bank Indonesia merelaksasi ketentuan derivatif valas melalui
penyempurnaan ketentuan kewajiban menjaga Posisi Devisa Neto (PDN) Bank Umum,
penyempurnaan pengaturan transaksi Cross Currency Swap, perluasan cakupan underlying
transaksi valas, dan penghapusan persyaratan tenor pembelian valas oleh pihak asing.
Di bidang makroprudensial, Bank Indonesia mengimplementasikan kebijakan
makroprudensial yang akomodatif, guna memperluas sumber-sumber pendanaan
bagi perbankan sekaligus mendukung pendalaman pasar keuangan dan mendorong
penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan perekonomian.
Untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik guna menjaga agar sistem keuangan
tetap stabil, Bank Indonesia menjalankan fungsi surveilans (pemantauan) terhadap sistem
keuangan. Surveilans dilakukan terhadap komponen di dalam sistem keuangan meliputi
4
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB I Ringkasan Eksekutif
lembaga keuangan, pasar keuangan, sektor korporasi, dan rumah tangga. Untuk menunjang
mandatnya sebagai otoritas makroprudensial, Bank Indonesia melakukan stress test sistem
keuangan, penilaian peringkat perbankan (banking industry rating), dan penetapan risikorisiko utama yang perlu menjadi perhatian (risk register). Menindaklanjuti hasil asesmen
tersebut, Bank Indonesia melakukan pemeriksaan kepada beberapa bank terkait dengan
implementasi pengaturan mengenai transaksi valuta asing, pemeriksaan tematik dengan
fokus pada ketahanan likuiditas, serta evaluasi kesiapan perbankan domestik terhadap
penerapan stress test.
Terkait fungsi pengaturan makroprudensial, Bank Indonesia merelaksasi ketentuan
makroprudensial yakni ketentuan Giro Wajib Minimum-Loan to Deposit Ratio (GWM LDR)
dan ketentuan Loan to Value (LTV) Ratio untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), serta
ketentuan pembayaran uang muka (down payment) untuk Kredit Kendaraan Bermotor
(KKB). Melalui relaksasi ketentuan tersebut diharapkan akan mendorong berjalannya
fungsi intermediasi perbankan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,
sekaligus pendalaman pasar keuangan. Selain penyempurnaan ketentuan, Bank Indonesia
juga melakukan penyiapan ketentuan baru terkait tambahan modal, guna mengantisipasi
terjadinya kondisi prosiklikal yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Pengembangan ekonomi syariah juga masih terus dilakukan oleh Bank Indonesia agar
ekonomi syariah dapat berkontribusi lebih optimal dalam pembiayaan pembangunan
sekaligus mendukung kestabilan harga dan sistem keuangan. Terkait dengan hal itu, Bank
Indonesia melanjutkan upaya mendorong pemanfaatan zakat untuk sektor produktif
dan perbaikan tata kelola lembaga sektor sosial bekerjasama dengan institusi terkait di
dalam negeri dan negara Organization of Islamic Cooperation (OIC). Dalam meningkatkan
produktivitas pemberdayaan zakat, Bank Indonesia menjalin kesepakatan pengembangan
ekonomi dan keuangan syariah dengan asosiasi dan mengimplementasikan pilot project
pengembangan bisnis model pemberdayaan dana zakat dan wakaf. Dalam rangka
menciptakan pengelolaan zakat yang sehat, baik dari sisi pengumpulan maupun
pendistribusian, Bank Indonesia menginisiasi penyusunan road map dan standar wakaf
dengan lembaga domestik, serta melanjutkan penyusunan zakat core principles dengan
pelaksanaan 3rd meeting International Working Group. Zakat core principles diharapkan akan
menjadi pedoman umum bagi regulator atau pengelola zakat dalam merumuskan aturan
untuk mengembangkan dan mempersiapkan pengawasan zakat yang efektif.
Untuk mendukung perluasan akses keuangan bagi masyarakat guna mendorong kestabilan
sistem keuangan, Bank Indonesia melakukan berbagai program keuangan inklusif. Untuk
meningkatkan sinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan dalam Gerakan
Indonesia Menabung (GIM), Bank Indonesia mengkaji penyempurnaan fitur TabunganKu
agar terintegrasi dengan tabungan berkarakteristik Basic Saving Account (BSA). Selanjutnya,
dalam rangka perluasan implementasi penggunaan TabunganKu, Bank Indonesia sedang
menjajagi pengembangan model bisnis penyaluran Bantuan Siswa Miskin (BSM) dengan
Kementerian dan lembaga terkait. Untuk meningkatkan literasi keuangan, Bank Indonesia
secara aktif mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya keuangan inklusif, Layanan
Keuangan Digital (LKD), Gerakan Nasional Non-tunai (GNNT), serta perencanaan keuangan
sederhana.
Dalam mendorong kontribusi sektor riil dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
terhadap perekonomian dan stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia melakukan
berbagai penelitian, pengembangan, dan pengaturan guna meningkatkan kapabilitas
UMKM dalam mengakses kredit atau pembiayaan. Untuk meningkatkan kemampuan
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menyusun laporan keuangan yang sederhana, telah
disusun Modul pelatihan Pencatatan Transaksi Keuangan (PTK) bagi UMK pada bidang
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
5
BAB I Ringkasan Eksekutif
usaha tertentu. Dalam rangka lebih mendorong peningkatan akses keuangan kepada
UMKM, Bank Indonesia mengatur penerapan insentif/disinsentif bagi bank umum untuk
menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau pembiayaan kepada UMKM dengan
pangsa minimal 20% secara bertahap.
Bauran kebijakan Bank Indonesia terus diperkuat melalui koordinasi dengan Pemerintah
di tingkat pusat dan daerah dalam rangka pengendalian inflasi, mempercepat stimulus
fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta menjaga stabilitas sistem keuangan
dan makroekonomi. Komitmen bersama dalam menjaga stabilitas harga dan percepatan
pembangunan infrastruktur diperkuat dalam pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional
Tim Pengendalian Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas TPID) VI
yang dipimpin oleh Presiden didampingi Menteri dan pimpinan lembaga terkait. Arah
pengembangan TPID ke depan (Roadmap TPID) diselaraskan dengan arahan Presiden terkait
pengendalian inflasi dan percepatan pemulihan ekonomi domestik. Implementasi program
kerja dan koordinasi pengendalian inflasi daerah yang sinergis dengan pusat diharapkan
dapat mencapai sasaran inflasi nasional yang lebih rendah, yaitu sebesar 4±1% pada
2015-2017 dan 3,5±1% pada 2018. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan koordinasi
dengan kementerian-kementerian terkait untuk memantau kondisi makroekonomi dan
mengidentifikasi risiko ke depan. Melalui koordinasi tersebut, kebijakan moneter, fiskal, dan
sektor riil dapat disinergikan dan saling mendukung satu dengan lainnya guna menjaga
kondisi perekonomian dan sistem keuangan Indonesia tetap kondusif.
Koordinasi juga dilakukan melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK)
yang beranggotakan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Melalui forum tersebut, dilakukan pemantauan
kondisi stabilitas sistem keuangan dan dirumuskan langkah-langkah yang perlu diambil
oleh masing-masing instansi.
Di bidang sistem pembayaran, kebijakan diarahkan untuk mengembangkan industri
sistem pembayaran domestik yang lebih efisien, didukung koordinasi dengan Pemerintah
dan instansi terkait lainnya.
Bank Indonesia masih tetap fokus pada upaya untuk menciptakan sistem pembayaran
yang lancar, aman, dan efisien. Untuk itu, Bank Indonesia melanjutkan pengembangan
infrastruktur pendukung Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Dengan selesainya tahap
akhir pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II, sistem
tersebut telah mulai diimplementasikan pada 5 Juni 2015 dengan baik. Selanjutnya,
penyelenggaraan SKNBI didukung dengan pengaturan mengenai transfer dana dan kliring
berjadwal dan perlindungan nasabah pengguna SKNBI. Sementara itu, untuk memitigasi
risiko kredit dan risiko likuiditas sistem pembayaran yang mungkin timbul dari setelmen
dana transaksi di pasar modal, Bank Indonesia bekerjasama dengan PT. Kustodian Sentral
Efek Indonesia (KSEI) melakukan implementasi tahap pertama terkait penggunaan Central
Bank Money sebagai mekanisme setelmen dana atas transaksi di pasar modal.
Mengacu pada roadmap elektronifikasi retail payment 2015-2024 untuk meningkatkan
transaksi pembayaran secara nontunai, Bank Indonesia bekerjasama dengan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) sedang menyusun kajian pemberian insentif pajak bagi transaksi
nontunai. Selain itu, menindaklanjuti nota kesepahaman dengan Kementerian/Lembaga
untuk meningkatkan transaksi pembayaran Pemerintah secara nontunai, Bank Indonesia
terus melakukan komunikasi dengan beberapa Pemerintah daerah dan berbagai
kementerian/lembaga.
6
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB I Ringkasan Eksekutif
Di bidang pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia berupaya agar kebutuhan uang
Rupiah dalam jumlah yang cukup di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) terpenuhi dan terlayani dengan baik. Terkait pemenuhan kebutuhan uang tunai
menjelang hari raya Idul Fitri, Bank Indonesia meningkatkan layanan kas kepada masyarakat
bekerjasama dengan perbankan. Selain itu, untuk mendukung terwujudnya kedaulatan
Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mendukung tercapainya
kestabilan nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia mengatur pelaksanaan aturan yang telah
diterbitkan pada triwulan sebelumnya mengenai kewajiban penggunaan uang Rupiah di
wilayah NKRI. Sosialisasi dan komunikasi publik mengenai ketentuan tersebut dilakukan
secara intensif di berbagai wilayah Indonesia.
Secara keseluruhan, berbagai respons bauran kebijakan yang ditempuh oleh Bank
Indonesia efektif dalam menjaga kestabilan makroekonomi serta sistem keuangan di
tengah berlangsungnya proses penyesuaian ekonomi domestik.
Menindaklanjuti pencanangan program transformasi Bank Indonesia di 2014, pada triwulan
laporan Bank Indonesia melaksanakan berbagai Program Strategis yang menghasilkan
beberapa deliverables yang ditargetkan untuk memperkuat fungsi strategis dan kapabilitas
Bank Indonesia baru yang maju, kuat, berorientasi ke depan, menghasilkan kebijakan
terbaik, dan merujuk pada praktek-praktek yang terbaik.
Dalam melaksanakan tugas utamanya, Bank Indonesia juga didukung dengan
penyempurnaan berbagai aspek pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia terkait
dengan aspek governance, manajemen strategis, sistem informasi, audit, dan pelaksanaan
fungsi hukum.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
7
BAB I Ringkasan Eksekutif
8
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II
Perkembangan Kondisi
Makroekonomi, Moneter, Sistem
Keuangan, Sistem Pembayaran, dan
Pengedaran Uang Rupiah
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2015 masih mengalami perlambatan, dengan
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Perlambatan ekonomi
terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan investasi dan konsumsi Pemerintah,
serta masih lemahnya kinerja ekspor. Di sisi lain, stabilitas makroekonomi masih terjaga yang
ditunjukkan dengan defisit transaksi berjalan yang menurun dan inflasi yang tetap terkendali.
Sementara itu, sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
rupiah masih mengalami tekanan depresiasi, yang selanjutnya berpotensi mengganggu
stabilitas makroekonomi yang sampai saat ini masih terjaga. Lebih lanjut, stabilitas sistem
keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja
pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas
dan pasar yang cukup terjaga. Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
pada periode laporan tidak terlepas dari dukungan penyelenggaraan sistem pembayaran yang
berlangsung dengan baik dan lancar, serta ketersediaan uang kartal di masyarakat.
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
2.1. Inflasi
Inflasi tetap
terkendali
di tengah
meningkatnya
harga bahan
makanan
menjelang bulan
Ramadhan dan
kenaikan tarif
listrik, harga BBM
dan LPG. Di 2015,
target inflasi
sebesar 4±1%
diperkirakan
dapat tercapai.
Inflasi pada triwulan II-2015 tetap terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi
2015, yaitu 4±1%. Pada triwulan II-2015, inflasi IHK mencapai 1,40% (qtq) atau 7,26% (yoy),
terutama didorong oleh kelompok volatile food dan administered prices (Grafik 2.1 dan
Grafik 2.2).
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
IHK
Inti
Administered Prices
Volatile Food

4,00
2,00
0,00
-2,00
-4,00
-6,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Grafik 2.1
Perkembangan Inflasi Triwulanan
Grafik 2.2
Perkembangan Inflasi Tahunan
Inflasi volatile food tercatat sebesar 2,35% (qtq) atau 8,83% (yoy). Inflasi volatile food pada
triwulan II-2015 didorong oleh kenaikan harga aneka cabai, aneka daging, dan bawang
merah karena terbatasnya pasokan akibat masuknya musim tanam untuk komoditas
tersebut. Sementara kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh kebijakan pembatasan
DOC (Day Old Chicks). Selain itu, kenaikan inflasi volatile food pada triwulan ini juga
didorong oleh peningkatan permintaan bahan pangan sejalan dengan pola musiman
bulan Ramadhan di tengah pasokan yang stabil.
Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 2,53% (qtq) atau 13,14% (yoy). Hal
ini didorong oleh kenaikan tariff adjustment listrik golongan rumah tangga dengan daya di
atas 2200VA, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) (Premium RON 88) pada 28 Maret
2015, kenaikan harga Liquified Petroleum Gas (LPG) 12 kg pada April 2015, serta kenaikan
harga BBM non-subsidi (antara lain Pertamax) pada Juni 2015.
Pada triwulan II-2015, inflasi inti relatif terkendali dan rendah akibat perlambatan ekonomi
domestik dan penurunan harga komoditas global. Inflasi inti tercatat relatif rendah sebesar
0,73% (qtq) atau 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
1,25% (qtq) atau 5,04% (yoy). Terkendalinya inflasi inti selama triwulan II-2015 didorong oleh
penurunan inflasi akibat pelemahan ekonomi domestik dan penurunan harga komoditas
global nonmigas yang dapat mengimbangi dampak tekanan inflasi yang bersumber dari
nilai tukar.
Selain itu, inflasi inti yang relatif terkendali pada triwulan II-2015 turut didukung oleh
ekspektasi inflasi yang juga terkendali. Terkendalinya ekspektasi inflasi tersebut tercermin
pada Consensus Forecast triwulan II-2015 yang menunjukkan sedikit peningkatan
dibandingkan survei pada periode sebelumnya (Grafik 2.3), namun masih berada dalam
10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
kisaran sasaran inflasi. Sementara itu, hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan
Eceran (SPE) 3 bulan yang akan datang menunjukkan penurunan ekspektasi seiring faktor
musiman berlalunya bulan Ramadhan dan Idul Fitri (Grafik 2.4).
7,50
7,00
6,50
6,00


5,50
5,6
5,1
5,00
4,7
Quarterly CF Mar 2015
4,50
4,7
Quarterly CF Jun 2015
4,00
3,50
Quarterly CF Des 2014
I
II
III
4,1
IV
I
II
III
IV
Grafik 2.3
Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast (Triwulanan)
Grafik 2.4
Ekspektasi Harga Pedagang Eceran
Secara spasial, inflasi IHK pada triwulan II-2015 masih cukup tinggi terutama di wilayah
Sumatera dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Wilayah Sumatera mencatat inflasi tahunan
yang paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya, terutama karena tingginya inflasi di
Bengkulu, Kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Lampung. Sementara itu, inflasi di wilayah
KTI yang tertinggi terjadi di Maluku (Gambar 2.1). Secara umum, tekanan inflasi pada
triwulan II-2015 bersumber dari meningkatnya harga komoditas bahan makanan yang
didorong oleh meningkatnya permintaan seiring dengan masuknya bulan Ramadhan.
Inflasi Nasional: 7,26% (yoy)
Gambar 2.1
Peta Inflasi Daerah Triwulan II-2015 (%, yoy)
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
11
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juni 2015, Bank Indonesia memandang
bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% akan dapat dicapai. Ke depan, Bank Indonesia akan
terus mencermati berbagai risiko yang memengaruhi inflasi, khususnya perkembangan
harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices, serta gejolak harga pangan
terkait dengan kemungkinan terjadinya El Nino. Bank Indonesia juga terus memperkuat
koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah, melalui forum Tim
Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) dan Kelompok Kerja Nasional Tim Pemantauan
dan Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID), termasuk langkah-langkah strategis
dalam mengendalikan tekanan harga pangan, terutama dengan memastikan kecukupan
pasokan.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
melambat,
didorong masih
lemahnya
investasi dan
konsumsi
Pemerintah
yang
disebabkan
penyerapan
APBN tidak
secepat
perkiraan. Dari
sisi eksternal,
terbatasnya
ekspor seiring
dengan
pemulihan
ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi melambat pada triwulan II-2015, namun diperkirakan akan
membaik pada triwulan III-2015 dan IV-2015. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2015
tercatat 4,67% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72%
(yoy) (Tabel 2.1). Perlambatan ini terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan
investasi dan konsumsi Pemerintah. Kondisi tersebut disebabkan oleh penyerapan belanja
Pemerintah yang tidak secepat perkiraan, termasuk realisasi proyek infrastruktur, sejalan
dengan reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur). Perilaku
menunggu (wait and see) investor swasta juga mendorong pelemahan investasi bangunan.
Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global
yang belum kuat dan harga komoditas yang masih menurun. Dari sisi spasial, perlambatan
ekonomi terutama dialami oleh wilayah Sumatera dan Kalimantan, dengan beberapa
propinsi berbasis Sumber Daya Alam (SDA) migas tumbuh negatif seperti Riau, Kalimantan
Timur, dan Aceh.
Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (%, yoy)
†‡€€‡






 ­€‚

 

ƒ

 
 
 ƒ
ƒ
 

­€‚


 ƒ 

ƒ



ƒ
­€ ‚
­€‚

  
­€‚
­€ ‚

„…„
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2015 melambat dipengaruhi oleh
daya beli masyarakat yang cenderung menurun. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh
4,68% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,71%
(yoy). Indikasi perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut terlihat pada penjualan
kendaraan bermotor yang masih mengalami kontraksi pada triwulan II-2015 (Grafik 2.5).
Perlambatan konsumsi rumah tangga didorong oleh penurunan daya beli masyarakat
sejalan dengan melemahnya pendapatan yang tercermin dari perkembangan nilai tukar
petani (NTP), upah buruh tani riil, dan upah buruh bangunan riil yang masih terkontraksi
(Grafik 2.6). Selain itu, melambatnya konsumsi rumah tangga sejalan dengan menurunnya
tingkat keyakinan konsumen (Grafik 2.7).
12
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah




Grafik 2.5
Penjualan Kendaraan Bermotor
Grafik 2.6
Nilai Tukar Petani Upah Buruh Tani Riil, dan Upah Buruh
Bangunan Riil


 
Grafik 2.7
Indeks Keyakinan Konsumen
Pada triwulan II-2015 konsumsi Pemerintah tumbuh melambat. Konsumsi Pemerintah
tercatat tumbuh sebesar 2,28% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2015
yang tumbuh sebesar 2,71% (yoy). Perlambatan disebabkan oleh penyerapan belanja
Pemerintah yang tidak secepat perkiraan, khususnya belanja barang, sejalan dengan
reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur).
Pertumbuhan investasi juga tercatat melambat pada triwulan II-2015, terutama didorong
oleh perlambatan kinerja investasi bangunan. Investasi tumbuh melambat dari 4,29% (yoy)
pada triwulan I-2015 menjadi 3,55% (yoy) pada triwulan II-2015. Pertumbuhan investasi
bangunan yang lebih rendah dipengaruhi oleh capaian realisasi infrastruktur Pemerintah
yang masih rendah. Perilaku menunggu (wait and see) investor swasta juga mendorong
pelemahan investasi bangunan. Sementara itu, investasi nonbangunan masih tumbuh
terbatas, tercermin pada investasi mesin yang masih lemah dan penjualan alat berat yang
terkontraksi (Grafik 2.8). Terbatasnya kinerja investasi nonbangunan didorong oleh kinerja
ekspor dan permintaan domestik yang masih lemah. Selain itu, terbatasnya perbaikan
investasi nonbangunan juga sejalan dengan turunnya sentimen bisnis dan pertumbuhan
kredit investasi (Grafik 2.9).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
13
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah





 












­€­
­€‚ƒ
­„
Grafik 2.8
Indikator Investasi Nonbangunan
Grafik 2.9
Pertumbuhan Kredit Investasi
Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas seiring dengan pemulihan ekonomi global
yang belum kuat dan harga komoditas yang masih menurun. Ekspor pada triwulan II-2015
mencatat kontraksi 0,13% (yoy), lebih kecil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(-0,85%, yoy). Perbaikan ekspor yang masih terbatas sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
negara mitra dagang yang lebih rendah dari perkiraan dan harga komoditas ekspor yang
turun semakin dalam. Pertumbuhan ekonomi di AS dan Tiongkok, yang merupakan negara
mitra dagang utama Indonesia, tidak sekuat perkiraan. Sementara itu, harga komoditas
ekspor masih terkontraksi, khususnya harga komoditas tambang (Grafik 2.10).
Merespons permintaan domestik dan eksternal yang lemah, impor mengalami kontraksi
yang cukup dalam pada triwulan II-2015. Impor tercatat mengalami kontraksi sebesar
6,85% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 2,27% (yoy). Penurunan impor didorong oleh rendahnya impor bahan baku
merespons pelemahan permintaan domestik dan eksternal (Grafik 2.11). Sementara itu,
belanja infrastruktur yang masih terbatas membuat impor barang modal masih terkontraksi.
Rendahnya impor barang modal juga didorong oleh kontraksi pada sektor pertambangan
akibat turunnya permintaan eksternal.
30
20
Pertanian
20
0
-10
PDB Ekspor
Total Impor
Nonmigas
-10
Total Ekspor
Nonmigas
Barang
Konsumsi
-20
Barang modal
-30
-30
Pertambangan
Q1
Q2 Q3
Q4
Q1
Q2 Q3
Q4
Grafik 2.10
Pertumbuhan Ekspor Nonmigas Riil
14
Bahan baku
0
-20
-40
PDB Impor
10
Manufaktur
10
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Q1 Q2
-40
Q1
Q2 Q3
Q4
Q1
Q2 Q3
Q4
Grafik 2.11
Pertumbuhan Impor Nonmigas Riil
Q1 Q2
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Secara spasial, perlambatan ekonomi terutama dialami oleh wilayah Sumatera dan
Kalimantan, dengan beberapa propinsi berbasis SDA migas yang tumbuh negatif seperti
Riau, Kalimantan Timur, dan Aceh (Gambar 2.2). Secara agregat, pertumbuhan ekonomi
di Sumatera tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan
dipengaruhi terbatasnya peningkatan kinerja ekspor terkait masih rendahnya harga
komoditas sehingga berdampak pada melemahnya konsumsi rumah tangga. Selain itu,
berlanjutnya kontraksi pertumbuhan di Aceh dan Riau akibat turunnya produksi migas
turut memengaruhi perekonomian Sumatera secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi
di Kalimantan juga melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan
tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja ekspor batubara yang masih terbatas
karena rendahnya harga di pasar global dan melemahnya permintaan Tiongkok, serta
masih terbatasnya penyerapan belanja fiskal daerah. Produksi minyak bumi yang masih
cenderung turun bahkan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur kembali
mengalami kontraksi. Perkembangan ekonomi di hampir seluruh daerah di Jawa secara
agregat juga tumbuh sedikit melambat. Perlambatan ekonomi Jawa terutama bersumber
dari terbatasnya kinerja ekspor manufaktur dan investasi. Sementara itu, perekonomian
berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara keseluruhan membaik dipengaruhi
oleh faktor base effect dari ekspor mineral.1
Gambar 2.2
Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2015
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester II-2015
akan membaik, didukung oleh meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur
dan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. Selain itu, konsumsi diperkirakan
meningkat sejalan dengan ekspektasi pendapatan yg membaik dan dampak pelaksanaan
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Sementara itu, ekspor diprakirakan membaik
secara terbatas seiring dengan belum kuatnya perekonomian negara mitra dagang utama
dan masih rendahnya harga komoditas.
1
Ekspor mineral kembali dapat dilakukan secara terbatas pada Triwulan III-2015 setelah implementasi larangan kebijakan ekspor mineral
yang mulai berlaku pada Januari 2014.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
15
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
2.3. Neraca Pembayaran
Perbaikan
kinerja NPI
tercermin pada
penurunan
defisit transaksi
berjalan ke
tingkat yang
lebih sehat.
Perbaikan
kinerja ditopang
surplus transaksi
modal dan
finansial yang
menurun.
Keseimbangan eksternal Indonesia triwulan II-2015 membaik, tercermin dari defisit transaksi
berjalan yang menurun. Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 4,5 miliar dolar AS (2,1%
PDB) pada triwulan II-2015, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan yang
sama tahun sebelumnya sebesar 9,6 miliar dolar AS (4,3% PDB) (Grafik 2.12). Peningkatan
kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan nonmigas
akibat impor nonmigas yang turun tajam seiring dengan melambatnya permintaan
domestik. Sementara itu, meskipun ekspor nonmigas mengalami penurunan (-5,3%, yoy),
kinerja ekspor nonmigas secara riil mengalami perbaikan, tercermin dari meningkatnya
volume ekspor sebesar 7,7% (yoy). Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas juga
tercatat lebih rendah, didukung oleh menyusutnya impor minyak akibat penurunan
konsumsi bahan bakar minyak (BBM) (Grafik 2.13). Hal ini merupakan dampak positif dari
reformasi subsidi yang telah ditempuh Pemerintah.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa,
didorong oleh menurunnya impor jasa pengangkutan (freight) yang mengikuti turunnya
impor barang. Selain itu, menyusutnya defisit neraca pendapatan primer juga turut
menyumbang perbaikan kinerja transaksi berjalan. Penurunan defisit neraca pendapatan
primer terutama didorong oleh menurunnya pembayaran dividen dan bagian laba
investor asing, seiring dengan berkurangnya kepemilikan asing atas saham domestik dan
melambatnya kinerja korporasi.
12,00
7,00
2,00



 ­€‚ƒ„…ƒ†…
‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡ ‡
Grafik 2.12
Neraca Transaksi Berjalan
-3,00
-8,00
-13,00
Neraca Nonmigas
Neraca Migas
Neraca Perdaganga
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2* Q3* Q4* Q1*Q2**
* angka sementara
** angka sangat sementara
Grafik 2.13
Neraca Perdagangan
Sementara itu, di tengah pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian, transaksi
Modal dan Finansial triwulan II-2015 masih mencatat surplus sebesar 2,5 miliar dolar AS
(Grafik 2.14). Namun, surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada
periode yang sama tahun sebelumnya, terutama karena menyusutnya surplus investasi
portofolio dan investasi lainnya yang mengalami defisit. Penyusutan surplus investasi
portofolio disebabkan oleh net jual asing atas saham domestik dan lebih rendahnya net
beli asing atas surat utang Pemerintah. Sementara investasi lainnya mengalami defisit,
terutama karena menurunnya penarikan pinjaman luar negeri oleh korporasi, sejalan
dengan moderasi perekonomian domestik, di tengah pembayaran pinjaman yang tetap
tinggi sesuai dengan jadwalnya. Selain itu, defisit pada investasi lain juga didorong
oleh meningkatnya penempatan aset sektor swasta pada bank di luar negeri. Di sisi
lain, arus masuk investasi langsung asing masih cukup tinggi, didorong oleh besarnya
16
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
penarikan pinjaman dari pihak afiliasi, yang
mencerminkan masih positifnya persepsi
investor terhadap kondisi fundamental
Indonesia.
Surplus transaksi modal dan finansial yang
menurun tersebut tidak dapat membiayai
sepenuhnya defisit transaksi berjalan,
sehingga Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) triwulan II-2015 mengalami defisit

sebesar 2,9 miliar dolar AS (Grafik 2.15).
Dengan perkembangan tersebut, posisi


cadangan devisa pada akhir Juni 2015
menurun menjadi sebesar US$108,0 miliar.
Grafik 2.14
Namun demikian, jumlah cadangan devisa
Neraca Transaksi Modal dan Finansial
ini masih cukup untuk membiayai kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,8 bulan dan masih berada
di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor (Grafik 2.16). Perkembangan
tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri
Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai
dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung
ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi
Indonesia ke depan.





  


Grafik 2.15
Neraca Pembayaran Indonesia
­  € ‚ƒ ­  € ‚ƒ ­  € ‚ƒ ­  €
Grafik 2.16
Perkembangan Cadangan Devisa
Ke depan, Bank Indonesia memprediksi kinerja transaksi berjalan akan membaik. Namun,
Bank Indonesia tetap mewaspadai risiko terkait kinerja NPI secara keseluruhan dengan
melakukan berbagai penguatan bauran kebijakan sehingga keyakinan terhadap prospek
perekonomian dan stabilitas makroekonomi tetap terjaga.
2.4. Utang Luar Negeri
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan II-2015 tumbuh 6,3% (yoy), lebih
lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 7,9% (yoy). Posisi ULN pada
akhir triwulan II-2015 tercatat sebesar 304,3 miliar dolar AS, terdiri dari ULN sektor publik
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
17
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Sejalan dengan
perlambatan
ekonomi
domestik,
pertumbuhan
ULN menurun
dari triwulan
sebelumnya
terutama pada
sektor swasta.
sebesar 134,6 miliar dolar AS (44,2% dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 169,7
miliar dolar AS (55,8% dari total ULN). Perlambatan pertumbuhan ULN terutama terjadi
pada ULN sektor swasta, dari 13,4% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,7% (yoy).
Dengan perkembangan tersebut, debt service ratio (DSR) atau rasio utang terhadap
pendapatan ekspor sedikit membaik dari 56,9% pada triwulan I-2015 menjadi 56,3% pada
triwulan II-2015.
Berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka
panjang (85,0% dari total ULN). ULN berjangka panjang pada akhir triwulan II-2015
mencapai USD258,7 miliar, tumbuh 8,1% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 9,2% (yoy). ULN berjangka panjang tersebut, terdiri dari ULN sektor
publik USD131,3 miliar (97,6% dari total ULN sektor publik) dan ULN sektor swasta USD127,4
miliar (75,1% dari total ULN swasta). Sementara itu, pertumbuhan ULN berjangka pendek
tercatat sebesar 2,9% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh 0,7% (yoy).
ULN sektor swasta pada akhir triwulan II-2015 terutama terkonsentrasi di sektor keuangan,
industri pengolahan, pertambangan, dan listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat
sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,3%. Pada triwulan II-2015,
pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan, industri pengolahan, dan listrik, gas & air
bersih mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya,
sedangkan ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada triwulan II-2015 sejalan dengan
pertumbuhan perekonomian domestik yang melambat. Bank Indonesia akan terus
memonitor perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan agar
ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa
menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
2.5. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar
Rupiah
mengalami
pelemahan,
dipengaruhi
berbagai
faktor global
yang memicu
penguatan
dolar AS antara
lain rencana
kenaikan suku
bunga AS,
Quantitative
Easing ECB,
serta dinamika
negosiasi fiskal
Yunani.
18
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, terutama dipengaruhi oleh sentimen eksternal.
Pada triwulan II-2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,47% (qtq) ke level Rp13.131
per dolar AS. Sejalan dengan itu, secara point-to-point rupiah terdepresiasi sebesar 1,94%
dan ditutup pada level Rp13.333 per dolar AS (Grafik 2.17).
Tekanan terhadap rupiah pada triwulan II tersebut dipengaruhi antisipasi investor atas
rencana kenaikan suku bunga AS (FFR), dan Quantitative Easing ECB, serta dinamika
negosiasi fiskal Yunani. Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan valas untuk
pembayaran utang dan dividen sesuai pola musiman pada triwulan II-2015. Namun,
tekanan tersebut tertahan oleh sentimen positif terkait kenaikan outlook rating Indonesia
oleh S&P dari stable menjadi positif dan meningkatnya surplus neraca perdagangan.
Selain rupiah, mayoritas mata uang negara peers juga mengalami pelemahan. Pelemahan
rupiah pada triwulan II-2015 relatif lebih rendah dibandingkan Lira Turki, Real Brasil, dan
Rand Afrika Selatan (Grafik 2.18).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah













Grafik 2.17
Nilai Tukar Rupiah








Grafik 2.18
Nilai Tukar Kawasan
Volatilitas rupiah lebih terjaga dibandingkan mayoritas negara peers. Di samping lebih
rendah dari triwulan sebelumnya, volatilitas rupiah pada triwulan II-2015 lebih rendah
dibandingkan dengan volatilitas negara peers seperti Real Brasil, Lira Turki, Rand Afrika
Selatan dan Ringgit Malaysia (Grafik 2.19 dan Grafik 2.20).
40
35
20
15



  ­

Grafik 2.19
Volatilitas Rupiah
Q1-15
Q2-15
25
31,7
30
21,0
21,2 20,5
15,4
10
5
-
YTD-15
17,7
11,8 11,4
13,2 10,3
33,4 21,3 18,5 11,5 11,6
BRL
TRY
8,7
8,8
8,5
9,5
5,0
7,1
5,7
5,7
5,57,2 10,5 7,85,7 5,75,0
ZAR MYR KRW SGD THB
IDR
INR
PHP
Grafik 2.20
Volatilitas Nilai Tukar (Triwulanan)
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa, sejalan dengan reaksi pasar global
terhadap keputusan Tiongkok yang melakukan devaluasi mata uang Yuan, hampir seluruh
mata uang dunia, termasuk Rupiah, mengalami tekanan depresiasi. Rupiah mencatat
pelemahan cukup dalam dan telah berada di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).
Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah dan akan terus berada di pasar
untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya,
sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
2.6. Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Pasar Valuta Asing
2.6.1. Pasar Uang Rupiah
Pasar uang Rupiah pada triwulan II-2015 mengalami perkembangan yang positif. Ratarata harian (RRH) volume transaksi pasar uang Rupiah meningkat sebesar 3,25% dari
triwulan sebelumnya menjadi Rp13,35 triliun/hari. Salah satu faktor yang mendorong
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
19
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Kondisi pasar
uang Rupiah
dan pasar
valuta asing
relatif stabil
seiring dengan
terjaganya
kondisi
likuiditas.
peningkatan tersebut adalah meningkatnya volume transaksi Pasar Uang Antar Bank/
PUAB (uncollateralized).
Rata-rata harian volume transaksi PUAB (uncollateralized) pada triwulan II-2015 meningkat
sebesar 13% (qtq) dari triwulan sebelumnya menjadi Rp12,2 triliun/hari. Peningkatan
volume transaksi terutama terjadi pada tenor lebih dari 1 minggu. Peningkatan volume
transaksi tersebut mengakibatkan pangsa volume transaksi PUAB overnight (ON) tercatat
turun sebesar 5% dari triwulan sebelumnya menjadi sekitar 57%. Perkembangan tersebut
menunjukkan penyesuaian horizon pengelolaan likuiditas pelaku pasar menjadi lebih
panjang dan stabil (Grafik 2.21).
Peningkatan volume transaksi juga diiringi dengan peningkatan rata-rata frekuensi
transaksi PUAB yang meningkat sebesar 10% dari triwulan sebelumnya menjadi 159
transaksi per hari. Sementara itu, jumlah bank pelaku transaksi PUAB pada triwulan laporan
relatif stabil, yaitu sebanyak 97 bank.
Selama triwulan II-2015, pergerakan suku bunga PUAB relatif stabil dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (Grafik 2.22). Sementara itu, suku bunga repo bergerak di kisaran
5,66% untuk tenor overnight dan 5,77% untuk tenor 1 minggu.


Grafik 2.21
Perkembangan Transaksi Pasar Uang Antar Bank


 ­
€  
Grafik 2.22
Perkembangan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank
Rata-rata harian volume transaksi repo pada triwulan II-2015 menurun sebesar 30% dari
triwulan sebelumnya menjadi Rp0,54 triliun/hari, terutama disebabkan oleh menurunnya
volume transaksi repo dengan tenor di bawah 1 bulan. Penurunan volume tersebut
menyebabkan turunnya pangsa volume transaksi repo dengan tenor jangka pendek dari
80% menjadi 66% pada triwulan laporan (Grafik 2.23).
Seiring dengan turunnya volume transaksi, frekuensi transaksi juga tercatat turun sebesar
29% menjadi 165 transaksi pada triwulan laporan. Meskipun transaksi repo mengalami
penurunan volume dan frekuensi, jumlah pelaku yang melakukan transaksi repo relatif
stabil, yaitu sebanyak 24 bank. Sementara itu, pergerakan suku bunga repo pada triwulan
laporan sejalan dengan suku bunga PUAB yang tercatat relatif stabil (Grafik 2.24).
20
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah








Grafik 2.23
Volume Transaksi Repo (RRH)

 ­
  Grafik 2.24
Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank dan Repo 1 Bulan
2.6.2. Pasar Valas
Pada triwulan II-2015, kondisi di pasar valas domestik relatif stabil. Total turnover transaksi
valas tercatat sebesar 205,66 miliar dolar AS, meningkat tipis dari total turnover di triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 204,96 miliar dolar AS (Grafik 2.25). Secara year-on-year,
turnover transaksi valas tercatat tumbuh sebesar 1,64%. Selain itu, peningkatan transaksi
juga tercermin dari rata-rata harian turnover yang naik sebesar 2% dari USD3,30 miliar di
triwulan I-2015 menjadi 3,37 miliar dolar AS di triwulan II-2015 (Grafik 2.26).
4,00
3,50
3,00
2,50
Option
Others
0,17
0,67
0,20
0,19
0,73
0,84
0,92
2,33
2,23
2,23
2,24
Q3
Q4
Q1
Swap
0,18
Forward
0,16
0,65
0,92
2,09
2,28
Q1
Q2
0,16
2,00
1,50
1,00
Spot
0,50
Grafik 2.25
Total Turnover Transaksi Valas Domestik Triwulanan
-
Q2
Grafik 2.26
Rata-rata Harian Transaksi Valas Domestik
Peningkatan transaksi valas pada triwulan II-2015 cenderung didorong oleh peningkatan
transaksi swap dan option. Total turnover transaksi swap naik 7,13% dari 52,3 miliar dolar AS
menjadi USD56 miliar, sementara total turnover transaksi option naik 90,38% dari 4,64 juta
dolar AS menjadi 8,83 dolar AS (Grafik 2.27). Di sisi lain, terjadi penurunan turnover pada
transaksi spot, forward, dan derivatif lainnya. Seiring dengan hal tersebut, porsi turnover
transaksi spot melanjutkan tren penurunan sejalan dengan meningkatnya turnover
transaksi swap semenjak triwulan I-2014.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
21
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Dengan perkembangan tersebut, pangsa transaksi spot mengalami penurunan dari
sebesar 67,56% pada triwulan I-2015 menjadi 66,57% pada triwulan II-2015, sejalan dengan
penurunan pangsa transaksi forward dari 5,96% menjadi 5,70%. Sementara itu, pangsa
transaksi swap naik dari 25,49% menjadi 27,22% (Grafik 2.28).
250,00
200,00
150,00
Spot
Swap
10,61
Forward
9,43
39,20
54,03
9,71
Option
Others
11,73
12,21
11,14
44,06
52,26
43,04
55,98
100,00
50,00
-
125,39
134,55
139,85
142,58
138,47
136,90
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Spot
Grafik 2.27
Perkembangan Transaksi Valas Domestik Triwulanan
5,24%
4,94%
5,62%
5,96%
5,70%
22,19%
26,70%
22,40%
21,70%
25,49%
27,22%
70,97%
66,49%
71,10%
71,88%
67,56%
66,57%
Q1
Q2
Q4
Q1
Q2
5,34%
Swap
Q3
Forward
Option
Others
Grafik 2.28
Perkembangan Komposisi Instrumen Transaksi Valas Triwulanan
Dinamika transaksi valas pada triwulan II-2015 menunjukkan bahwa para pelaku pasar
valas mulai aktif dalam melakukan lindung nilai atas kebutuhan valasnya dengan
menggunakan transaksi derivatif, khususnya menggunakan transaksi swap dan mengurangi
ketergantungan pada transaksi spot untuk memenuhi kebutuhan valasnya.
2.7. Perkembangan Sistem Keuangan
Kondisi sistem keuangan Indonesia relatif terjaga, meski mengalami tekanan terutama
yang berasal dari pasar keuangan. Indeks stabilitas sistem keuangan (SSK) tercatat 0,85
pada triwulan II-2015, sedikit mengalami peningkatan dari 0,65 pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, kondisi industri perbankan, lembaga keuangan non-bank, korporasi, dan
rumah tangga tetap terjaga dengan kinerja yang melambat.
2.7.1. Perkembangan Pasar Keuangan
Terjaganya
kepercayaan
investor
terhadap
kestabilan
perekonomian
Indonesia
tercermin pada
kondisi pasar
keuangan yang
stabil, meskipun
dengan kinerja
yang bervariasi.
22
Pasar keuangan Indonesia pada triwulan II-2015 dalam kondisi stabil, namun memerlukan
kewaspadaan terkait dengan berbagai perkembangan yang terjadi di pasar keuangan
global dan domestik. Dari sisi global, risiko pasar keuangan global dan kawasan Asia
meningkat ditandai dengan rentannya pasar keuangan Tiongkok dan Eropa. Sementara
di domestik, dipengaruhi oleh pembenahan infrastruktur sektor keuangan domestik yang
masih memerlukan waktu.
Pada triwulan laporan, kinerja pasar keuangan domestik bervariasi sebagaimana tercermin
dari peningkatan yield Surat Berharga Negara (SBN), peningkatan kinerja reksadana, dan
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara risiko di pasar keuangan
menurun ditandai dengan turunnya volatilitas yield SBN.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Pada triwulan II-2015, yield SBN meningkat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya pada
semua kelompok tenor. Yield SBN jangka pendek (1-5 tahun) meningkat sebesar 90,54 bps,
tenor menengah (6-10 tahun) meningkat sebesar 90,72 bps dan tenor jangka panjang (1130 tahun) meningkat sebesar 77,88 bps. Meski mengalami peningkatan, risiko di pasar SBN
menurun. Hal ini tercermin dari turunnya volatilitas yield SBN tenor jangka pendek menjadi
16,34% dari 17,87% pada triwulan sebelumnya, tenor jangka menengah sebesar 20,30%
dari 26,85%, dan tenor jangka panjang menjadi 20,65% dari 25,46%.
Meski kondisi pasar keuangan bergerak secara bervariasi, masih terdapat inflows dari
investor asing sebesar Rp34,38 triliun di triwulan II-2015. Inflows berasal dari penempatan di
pasar SBN dan SBI yang masing-masing tercatat sebesar Rp33,66 triliun dan Rp2,41 triliun.
Sementara di pasar saham, terjadi outflow sebesar Rp1,68 triliun. Secara keseluruhan,
inflows investor asing mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencatatkan inflows sebesar Rp46,46 triliun.
Grafik 2.29
Yield Obligasi Negara
45
40
Jangka Pendek
Jangka Menengah
Jangka Panjang
35
30
25
20
15
10
5
0
Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
Grafik 2.30
Volatilitas Yield 20 hari
Kinerja pasar saham pada triwulan laporan mengalami pelemahan diiringi dengan
peningkatan risiko. IHSG menurun 11,02% dari 5518,68 pada akhir triwulan I-2015 menjadi
4910,66 pada akhir triwulan II-2015 (Grafik 2.31). Pelemahan indeks diikuti dengan
penurunan rata-rata perdagangan harian sebesar Rp553,47 miliar dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (Grafik 2.32). Rata-rata perdagangan pada triwulan II-2015 tercatat
sebesar Rp6,04 triliun. Semenatar nilai kapitalisasi triwulan II-2015 sebesar 375 juta dolar
AS menurun sebesar 50 juta dolar AS (-11,87%) dibanding triwulan sebelumnya.
Kinerja pasar saham yang melemah diikuti dengan peningkatan risiko. Volatilitas IHSG
sepanjang triwulan II-2015 rata-rata mencapai 16,28%, meningkat dibandingkan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,61% (Grafik 2.33).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
23
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Grafik 2.31
Perkembangan & Net Flow Asing di Indeks Harga Saham Gabungan
Grafik 2.32
Perkembangan dan Nilai Rata-rata Perdagangan Harian Indeks
Harga Saham Gabungan


 ­ ­
Grafik 2.33
Perkembangan dan Volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan
Dibandingkan dengan negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), pasar
saham Indonesia mencatatkan kinerja terendah. Kinerja tertinggi di kawasan Asia dicapai
oleh pasar saham Tiongkok dan Hongkong ditandai dengan pertumbuhan indeks harga
saham (Tabel 2.2).
Tabel 2.2
Perkembangan Indeks Saham Regional



 
­

€‚
‚‚
­
ƒ
­

„
…†
­‡€
„‚
ˆ„
‰ƒ
‰
Š‚
Šˆ

‹
€‚
‚Œ‚
24
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015


BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Kinerja reksadana pada triwulan laporan
mengalami perkembangan positif (Grafik
2.34). Net Aktiva Bersih (NAB) reksadana
triwulan II-2015 meningkat sebesar 10,46%
dari triwulan sebelumnya dan tumbuh
lebih 5 kali lipat jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Perkembangan ini didukung
oleh pertumbuhan produk reksadana dan unit
penyertaan yang meningkat. Selama triwulan
II-2015, jumlah produk reksadana meningkat
sebesar 19,07%, dan meningkat dibanding
triwulan I-2015 yaitu sebesar 16,86%.
Sementara jumlah unit penyertaan meningkat
2,42%.

Grafik 2.34
Perkembangan Industri Reksadana
2.7.2. Perkembangan Industri Perbankan
2.7.2.1. Ketahanan Permodalan Industri Perbankan
Ketahanan permodalan industri perbankan pada triwulan II-2015 tetap terjaga. Rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) industri perbankan (tanpa syariah) tercatat
sebesar 20,35%, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
20,98% namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2015 yang tercatat sebesar 19,42%.
Angka CAR yang turun disebabkan oleh peningkatan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan modal industri perbankan, namun
secara umum CAR ini berada jauh di atas ketentuan minimum 8%.
2.7.2.2. Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit Industri Perbankan
Melambatnya perekonomian berimplikasi terhadap penurunan pertumbuhan kredit
perbankan. Pertumbuhan kredit pada triwulan II-2015 tercatat sebesar 10,38% (yoy), lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,28% (yoy).
Penurunan penyaluran kredit terjadi pada Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK),
sementara Kredit Modal Kerja (KMK) mengalami kenaikan. KI melambat dari triwulan
I-2015 tumbuh sebesar 13,54% (yoy) menjadi 10,14% (yoy) sejalan dengan penyesuaian
rencana bisnis yang dilakukan korporasi terhadap proyeksi ekonomi ke depan dan profil
risiko kredit yang meningkat.
Sementara itu, pertumbuhan KK turun dari
11,56% (yoy) menjadi 9,92% (yoy) dipengaruhi
oleh penurunan konsumsi masyarakat.
Adapun KMK meningkat dari 9,95% (yoy)
menjadi 10,77% (yoy).
Sejalan dengan masih melambatnya laju
pertumbuhan perekonomian domestik, risiko
kredit industri perbankan mulai menunjukkan
peningkatan meski masih tercatat pada level
yang rendah. Rasio Non Performing Loan
(NPL) gross industri perbankan pada triwulan
II-2015 sedikit meningkat dari 2,40% menjadi
2,56% (Grafik 2.35). Peningkatan NPL gross
Kinerja industri
perbankan tetap
kuat di tengah
perlambatan
perekonomian.
Fungsi
intermediasi
berjalan
lancarmeski
melambat,
didukung
permodalan
yang kuat serta
risiko kredit,
risiko likuiditas,
dan risiko pasar
yang terjaga.
Grafik 2.35
Rasio Non-Performing Loan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
25
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
yang moderat tersebut diantisipasi dengan upaya perbankan melakukan peningkatan
manajemen risiko dan penyesuaian target pertumbuhan kredit dalam rangka memitigasi
potensi peningkatan risiko kredit yang lebih besar. Penyesuaian target kredit ini telah
tercermin pada Survei Perbankan Indonesia dan Rencana Bisnis Bank.
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko kredit terjadi pada kredit produktif
(KMK dan KI) maupun KK. Dibanding triwulan sebelumnya, rasio NPL gross KMK meningkat
dari 2,79% menjadi 2,98%. Sementara rasio NPL gross KI naik dari 2,58% menjadi 2,72%, dan
rasio NPL gross KK naik dari 1,59% menjadi 1,68% (Grafik 2.36).
Berdasarkan sektor ekonomi, kenaikan risiko kredit terjadi pada seluruh sektor ekonomi
dengan level yang bervariasi, kecuali sektor sektor Pertambangan, Pengangkutan dan Jasa
Sosial (Grafik 2.37). Peningkatan rasio NPL gross terjadi pada kredit untuk sektor-sektor
yang memiliki pangsa besar dalam perekonomian, seperti sektor perdagangan, konstruksi
dan industri pengolahan. Untuk mengatasi peningkatan risiko kredit ke depan, Bank
Indonesia terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan risiko kredit perbankan
dan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan. Selain itu, Bank Indonesia dengan
berkoordinasi dengan OJK melakukan evaluasi ketahanan permodalan perbankan dalam
menyerap potensi risiko melalui pelaksanaan stress testing secara berkala.
­
­
­
­
Grafik 2.36
Rasio Non-Performing Loan gross per Jenis Penggunaan
 





Grafik 2.37
Rasio Non-Performing Loan gross per Sektor Ekonomi
2.7.2.3. Perkembangan Likuiditas dan Risiko Likuiditas Industri Perbankan
Di tengah perlambatan ekonomi domestik, sumber likuiditas yang berasal dari Dana Pihak
Ketiga masih mengalami peningkatan pada triwulan II-2015, meski tumbuh melambat.
DPK secara industri tumbuh sebesar 12,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan
I-2015 yang tumbuh sebesar 16,04% (yoy) (Grafik 2.38). Perlambatan pertumbuhan DPK
perbankan terjadi pada komponen Giro dan Deposito, sementara Tabungan meningkat.
Giro dan Deposito tumbuh melambat menjadi 15,87% (yoy) dan 16,39% (yoy) pada
triwulan II-2015 dari 17,66% (yoy) dan 23,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara
itu, pertumbuhan Tabungan sedikit meningkat dari 3,99% (yoy) pada triwulan I-2015
menjadi 4,52% (yoy) pada triwulan II-2015. Pangsa Deposito masih mendominasi struktur
DPK perbankan dibandingkan pangsa Giro dan Tabungan.
26
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Secara keseluruhan, likuiditas industri
perbankan pada triwulan II-2015 sedikit
menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, namun dalam kondisi yang
terjaga. Turunnya likuiditas dipengaruhi oleh
penarikan uang kartal sebagai faktor musiman
menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Alat likuid yang dimiliki oleh perbankan setelah
 ­­€
dikurangi pemenuhan GWM menurun dari
 ­­€
‚ƒ„ „…€
Rp893,64 triliun pada triwulan I-2015 menjadi
Rp820,74 triliun pada triwulan laporan (Grafik
2.39). Selain itu, penurunan kondisi likuiditas
juga ditunjukkan oleh penurunan rasio
Alat Likuid (AL)2 terhadap Non-Core Deposit
Grafik 2.38
(NCD)3 menjadi sebesar 92,50% dibandingkan
Pertumbuhan DPK (yoy)
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 105,05% (Grafik 2.40). Meski demikian, tingkat rasio AL/NCD tersebut masih berada
jauh di atas threshold (50%) sehingga menunjukkan risiko likuiditas perbankan yang masih
terjaga.



Grafik 2.39
Komposisi Alat Likuid Perbankan

 ­€ ‚ƒ„ €­€
Grafik 2.40
Alat Likuid dan Non-Core Deposit (NCD)
2.7.2.4. Perkembangan Suku Bunga Industri Perbankan dan Risiko Pasar
Selama triwulan II-2015, perkembangan suku bunga simpanan perbankan berada dalam
tren menurun sejalan dengan penurunan ekspansi kredit perbankan dan kondisi likuiditas
yang mencukupi. Sementara itu, suku bunga kredit relatif stabil (Grafik 2.41).
Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada triwulan II-2015 sebesar 7,76%, turun dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 8,31%. Sementara rata-rata suku suku bunga kredit
tercapat sebesar 12,98%, tidak jauh berbeda dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar
12,99%.
2
3
Alat Likuid terdiiri dari Kas, Penempatan pada BI, Giro Wajib Minimum, dan excess reserve.
Non Core Deposit mencakup 30% Giro + 30% Tabungan + 10% Deposito.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
27
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah



Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada
triwulan I-2015 sebesar 8,31%, turun 27 bps
dari triwulan sebelumnya. Berbeda dengan
suku bunga deposito, rata-rata suku bunga
kredit perbankan pada triwulan laporan
meningkat menjadi 12,99%, naik 4 bps dari
triwulan IV-2014 yang tercatat 12,95%. Jika
dilihat per segmen, rata-rata suku bunga KMK
dan KK pada triwulan I-2015 masing-masing
naik sebesar 2 bps dan 11 bps dari triwulan IV2014. Adapun rata-rata suku bunga KI turun 4
bps dari triwulan sebelumnya.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang
merupakan dasar bagi bank dalam penetapan
suku bunga kredit cenderung menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan SBDK pada triwulan laporan terjadi pada
seluruh segmen meliputi korporasi, ritel, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan non-KPR.
Secara triwulanan, SBDK segmen Korporasi mengalami peningkatan, sementara SBDK
lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada segmen KPR yaitu dari
sebesar 11,00% pada triwulan II-2015 (Tabel 2.3).
Grafik 2.41
Suku Bunga Kredit dan Deposito 1 Bulan (data hingga Mei 2015)
Tabel 2.3
Perkembangan Nilai Rata-Rata Suku Bunga Dasar Kredit Industri Perbankan (%)
Seluruh Sampel
Segmen
Kredit
2012
Mar
2013
2014
2015
Mar'15Jun'15
(qtq)
Jun'14Jun'15
(yoy)
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Sep
Des
Mar
Jun
Korporasi 9,86
9,81
9,75
9,69
9,53
9,65
10,08
10,64
10,59
10,68
10,94
10,91
10,73
10,75
0,02
0,07
Ritel
11,23
11,08
11,03
11,14
10,91
11,03
11,28
11,72
11,89
12,05
12,12
12,19
12,09
12,07
(0,02)
0,02
KPR
10,61
10,50
10,45
10,41
10,33
10,37
10,63
10,83
11,13
11,14
11,19
11,21
11,07
11,00
(0,07)
(0,14)
Non-KPR 11,05
10,99
10,67
10,65
10,62
10,59
11,06
11,55
11,92
11,98
11,99
12,06
11,91
11,87
(0,04)
(0,11)
2.7.3. Perkembangan Institusi Keuangan Non-Bank
Kinerja institusi
keuangan nonbank terjaga
didukung
kelancaran
fungsi
intermediasi
sebagaimana
tercermin pada
penyaluran
pembiayaan
yang
meningkat.
28
Penyaluran pembiayaan ekonomi melalui institusi keuangan non-bank mengalami
peningkatan selama triwulan II-2015 jika dibandingkan dengan triwulan I-2015.
Menurunnya penyaluran kredit melalui perbankan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi emiten korporasi untuk memperoleh pendanaan baru melalui pasar
modal (Tabel 2.4).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Tabel 2.4
Perkembangan Penyaluran Pembiayaan
 


‚
­
ƒ
ƒ
…
ƒ
ƒ„
ƒ
ƒ




















































 


€† €


… 

 



‚… ‚



 ‡


‚‡ 


 ­


 

­ €


…­ 


 


­‚ ‡


†


‚‡ ‚



 Kinerja industri asuransi pada triwulan II-2015 menunjukkan sedikit penurunan
dibandingkan dengan triwulan I-2015. Total aset industri asuransi menurun sebesar
Rp10,27 triliun (-1,30%) menjadi sebesar Rp777,29 triliun (Grafik 2.42). Penurunan aset
asuransi tersebut seiring dengan penurunan kinerja pada produk-produk investasi yang
ditempatkan antara lain dalam saham dan beberapa instrumen lainnya di pasar modal.
Kondisi ini tidak terlepas dari kinerja pasar saham yang melemah pada triwulan II-2015.
Sementara itu ditinjau dari efisiensi, kinerja asuransi mengalami perbaikan. Hal ini
dicerminkan dari rasio Klaim Bruto terhadap Premi Bruto yang menurun dari triwulan
sebelumnya, yaitu dari 75,82% menjadi 67,70% (Grafik 2.43).

Grafik 2.42
Aset dan Investasi Industri Asuransi

Grafik 2.43
Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
29
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Pada industri Perusahaan Pembiayaan (PP), kondisi perekonomian yang melambat
berdampak terhadap pertumbuhan pembiayaan. Pembiayaan pada triwulan II-2015
tumbuh sebesar 0,03% (qtq) atau sebesar Rp0,09 triliun, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2015 sebesar 1,00% (qtq) atau sebesar Rp3,67 triliun. Dari
sisi komponen, Pembiayaan Konsumen masih mendominasi yakni 67,38% dari total
pembiayaan perusahaan pembiayaan, dan diikuti Sewa Guna Usaha dengan pangsa
sebesar 67,38% dan 29,98% (Grafik 2.44).
Meski pertumbuhannya melambat, kualitas pembiayaan pada triwulan laporan membaik.
Posisi Non Performing Financing (NPF) pada akhir triwulan II-2015 mengalami penurunan
menjadi 1,44% dibandingkan akhir triwulan I-2015 yang sebesar 1,55% (Grafik 2.45).
Terjaganya kualitas pembiayaan tersebut didukung oleh pengelolaan penyaluran
pembiayaan yang berhati-hati sesuai kebijakan yang dikeluarkan otoritas terkait termasuk
kebijakan Down Payment (DP) pembiayaan kendaraan bermotor.

 Grafik 2.44
Perkembangan Perusahaan Pembiayaan
Grafik 2.45
Rasio Non-Performing Financing (NPF)
Dari sisi sumber dana, pendanaan PP pada triwulan II-2015 didominasi pinjaman dalam
negeri dan diikuti pinjaman luar negeri, surat berharga, dan modal dengan porsi masingmasing sebesar 38,68%, 34,52%, 15,82%, dan 10,99% terhadap total pendanaan.
Kinerja sektor
korporasi
membaik seiring
dengan
meningkatnya
pertumbuhan
kredit. Di sisi
lain, kinerja
sektor rumah
tangga menurun
seiring masih
melambatnya
perekonomian,
namun dengan
optimisme yang
terjaga.
30
Pada akhir triwulan II-2015, terdapat 43 PP yang memiliki ULN dengan total outstanding
Rp120,26 triliun. Diantara 43 PP tersebut, terdapat tujuh PP yang lebih dari 20% kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh bank dengan total outstanding ULN sebesar Rp14,40 triliun.
Untuk memitigasi risiko nilai tukar, sebagian PP telah melakukan hedging sehingga risiko
rambatannya (contagion risk) terhadap bank yang menjadi induknya relatif terbatas.
2.7.4. Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan Rumah Tangga)
2.7.4.1. Kinerja Sektor Korporasi
Kinerja sekor korporasi pada triwulan II-2015 terindikasi meningkat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia menginformasikan
membaiknya kinerja tersebut, tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar
11,90%, lebih tinggi dari triwulan I-2015 sebesar 4,83%4 (Grafik 2.46).
4
Saldo Bersih Tertimbang adalah hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya. Saldo Bersih adalah selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
“meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Perkembangan positif tersebut sejalan dengan
pertumbuhan kredit pada sektor korporasi
yang meningkat. Kredit pada sektor korporasi
pada triwulan II-2015 tumbuh sebesar
4,72% (qtq) dengan posisi nominal sebesar
Rp1.967,90 triliun. Pertumbuhan tersebut
meningkat dibandingkan periode triwulan
I-2015 yang tumbuh negatif sebesar 0.36%
(qtq). Tingkat rasio NPL gross sektor korporasi
juga terjaga pada level 2,55%, dibawah
batasan NPL yang perlu diwaspadai (5%).

 ­

€‚ ƒ­
„…†…„‡
Perlambatan
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan imbasnya pada kinerja
Grafik 2.46
profitabilitas sektor korporasi. Hal ini tercermin
Kegiatan Dunia Usaha Tw II-2015
dari indikator utama kinerja korporasi seperti
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Inventory Turn Over, dan solvabilitas yang
menurun, serta tingkat utang (Debt to Equity Ratio) yang meningkat pada beberapa sektor
perekonomian (Tabel 2.5).
Tabel 2.5
Kinerja Korporasi Publik Tw I-2014 dan Tw I-2015







­


ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆˆ
ˆ

ˆ
ˆ
ˆ
ˆ

ˆ

ˆ
ˆ
ˆ

ˆ
ˆ
ˆ
ˆ

ˆ
ˆˆ
ˆ
ˆ
ˆ


ˆ
ˆˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
€‚
ƒ



„
…†
‡ˆ
‰
…†
‡ˆ
Š

‹
2.7.4.2. Kinerja Sektor Rumah Tangga
Hasil Survei Konsumen - Bank Indonesia
mengidentifikasi bahwa melemahnya kinerja
sektor RT terutama disebabkan oleh rendahnya
penyerapan tenaga kerja baru sebagai dampak
dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Optimisme konsumen terhadap kondisi
ekonomi 6 bulan mendatang menunjukkan
pelemahan terutama disebabkan oleh
perkiraan ketersediaan lapangan kerja serta
penghasilan yang menurun. Di sisi lain,
Konsumsi Sektor Rumah Tangga (RT) Indonesia
pada triwulan II-2015 melemah dibandingkan
triwulan I-2015, namun dengan optimisme
terhadap kondisi perekonomian ke depan
yang terjaga.


 

­

€‚ƒ

Grafik 2.47
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
31
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah

konsumen masih menunjukkan optimism
dalam melakukan kegiatan usaha 6 bulan
mendatang, dengan semakin banyak proyek
pembangunan infrastruktur yang dilakukan
oleh Pemerintah dan perkiraan tingkat inflasi
yang terkendali (Grafik 2.47).
Ditinjau dari penyerapan kredit, kredit
perbankan ke sektor RT pada triwulan II-2015
mencapai Rp865,20 triliun atau tumbuh 2,40%

(qtq). Pertumbuhan kredit RT tersebut sedikit
meningkat dibandingkan triwulan I-2015
yaitu sebesar 1,46% (qtq). Sebagian besar
kredit terutama untuk keperluan pemilikan
Grafik 2.48
perumahan (40,78%) dan multiguna (40,28%),
Komposisi Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Jenisnya
kemudian diikuti oleh kredit Kendaraan
bermotor (14,37%), kredit RT lainnya (4,33%) serta kredit pemilikan peralatan RT (0,25%)
(Grafik 2.48)
Meski meningkat, pertumbuhan kredit RT disertai dengan meningkatnya risiko kredit
sektor RT yang ditandai dengan meningkatnya rasio NPL gross dari 1,67% pada triwulan
I-2015 menjadi 1,75% pada triwulan II-2015. Namun demikian, rasio NPL gross seluruh jenis
penggunaan kredit sektor RT masih terkendali di bawah 5%.
2.8. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
Penyaluran
kredit UMKM
masih melambat
dibandingkan
periode
sebelumnya,
dipengaruhi
oleh permintaan
barang dan
jasa yang
menurun akibat
perlambatan
perekonomian.
Penyaluran kredit UMKM pada triwulan II-2015 mencapai Rp746,6 triliun atau 19,7%
dari total kredit perbankan. Pertumbuhan kredit UMKM pada Triwulan II-2015 masih
mengalami perlambatan sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada kredit perbankan.
Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM dipengaruhi oleh masih rendahnya permintaan
kredit masyarakat karena belum membaiknya kondisi usaha debitur serta pembatasan
penyaluran kredit baru yang dilakukan oleh bank untuk menekan kecenderungan
peningkatan NPL.
Perlambatan kredit UMKM didorong oleh kredit Usaha Mikro yang tumbuh menjadi 9,2%
(yoy) pada triwulan II-2015 dari 34,1% pada triwulan I-2015. Perlambatan juga terjadi pada
kredit Usaha Menengah yang tumbuh menjadi 7,5% (yoy) dari 18,2% pada triwulan I-2015.
Sedangkan kredit Usaha Kecil tumbuh meningkat menjadi 3,5% (yoy) dari -1,5% (yoy) pada
triwulan I-2015.
Dilihat dari sektor ekonomi, perlambatan kredit UMKM pada triwulan II-2015 terutama
didorong oleh perlambatan kredit pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta
Industri Pengolahan yang masing-masing tumbuh 9,1% dan 7,3% (yoy) dibandingkan
pertumbuhan triwulan I-2015 masing-masing sebesar 12,6% dan 17,1% (yoy).
Penyaluran kredit UMKM belum merata, terkonsentrasi pada sektor Perdagangan Besar
dan Eceran (51,1%), dan diserap di wilayah pulau Jawa (57,6%) yang menjadi pusat
perekonomian nasional. Dari sisi penerima kredit, sebagian besar kredit UMKM disalurkan
kepada Usaha Mikro yang mencapai 84,4% dari total penerima kredit UMKM, diikuti Usaha
Kecil (12,4%) dan Usaha Menengah (3,2%).
32
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Kinerja kredit UMKM pada triwulan II-2015
memburuk dengan NPL sebesar 4,83%,
dibandingkan triwulan I-2015 sebesar 4,43%.
Peningkatan NPL kredit UMKM dipengaruhi
oleh masih belum pulihnya kondisi usaha
debitur yang ditandai dengan penurunan
kemampuan bayar debitur. Selain itu,
rendahnya kualitas asesmen dan monitoring
kredit UMKM oleh bank turut mempengaruhi
peningkatan NPL. Pemburukan NPL terjadi
pada seluruh segmen usaha, namun
pendorong utama berasal dari pemburukan
NPL kredit Usaha Menengah menjadi 4,61%
pada triwulan II-2015 dari 4,12% pada triwulan
I-2015. Sementara, rasio NPL kredit UMKM
Usaha Mikro dan Kecil mencapai 3,75% dan
6,08% (Grafik 2.49)



Grafik 2.49
Non-Performing Loan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.9. Perkembangan Sistem Pembayaran
Secara umum, penyelenggaraan sistem pembayaran selama triwulan II-2015 berlangsung
dengan baik dan lancar. Hal ini tercermin dari ketersediaan dan kemampuan Sistem Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) sebagai setelmen dana, Bank Indonesia
Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) sebagai setelmen transaksi surat berharga
Pemerintah dan Bank Indonesia, serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
sesuai dengan service level yang ditetapkan.
Pada triwulan II–2015, nilai transaksi sistem pembayaran mengalami penurunan sebesar
Rp2.007,11 triliun (5,07%), sementara volume transaksi meningkat sebesar 124,75 juta
transaksi (9,96%). Penurunan nilai transaksi terutama disebabkan oleh menurunnya nilai
transaksi BI-RTGS, sedangkan peningkatan volume transaksi didorong oleh peningkatan
transaksi SKNBI (Tabel 2.6 dan Tabel 2.7).
Nilai transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS turun sebesar
2,74% yaitu dari Rp28.879,17 triliun menjadi Rp28.089,25 triliun. Penurunan nilai transaksi
disebabkan oleh menurunnya volume transaksi transaksi pengelolaan moneter. Sementara
volume transaksi meningkat sebesar 3,66% dari 2,81 juta transaksi menjadi 2,92 juta
transaksi. Peningkatan volume transaksi disebabkan oleh peningkatan transaksi masyarakat
melalui instrumen nontunai.
Transaksi sistem
pembayaran
Bank Indonesia
dan industri
berjalan aman
dan lancar.
Penggunaan
instrumen
non-tunai di
masyarakat
terus meningkat
sejalan dengan
bertambahnya
instrumen dan
dukungan
infrastruktur.
Penurunan nilai transaksi pada periode laporan juga terjadi pada transaksi yang dilakukan
melalui BI-SSSS. Tercatat terjadi penurunan nilai transaksi 14,87% yaitu dari Rp8.758,28
triliun pada triwulan I-2015 menjadi Rp7.455,86 triliun pada triwulan laporan. Adapun
volume transaksi BI-SSSS mengalami peningkatan sebesar 1,67% (0,76 ribu transaksi)
menjadi 46,36 ribu transaksi.
Sementara itu, transaksi yang dilakukan melalui SKNBI juga mengalami penurunan nilai
transaksi namun mengalami peningkatan dari sisi volume. Nilai transaksi SKNBI tercatat
menurun sebesar 1,44% yaitu dari Rp732,49 triliun menjadi Rp743,01 triliun, yang terutama
dipengaruhi oleh transaksi kliring debit. Adapun volume transaksi SKNBI meningkat
2,76% dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 27,12 juta transaksi menjadi 27,87
juta transaksi. Peningkatan volume transaksi SKNBI sebagian besar terjadi pada transaksi
transfer kredit antar peserta kliring.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
33
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Penyelenggaraan transaksi sistem pembayaran yang aman dan lancar juga terjadi pada
sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh industri. Hal ini tercermin dari tidak adanya
gangguan yang signifikan dalam penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
Kartu (APMK) dan Uang Elektronik pada triwulan II-2015.
Transaksi APMK mengalami peningkatan baik secara nominal maupun volume transaksi.
Nilai transaksi APMK meningkat sebesar 6,14% sedangkan volume transaksi meningkat
sebesar 5,35% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan nilai dan volume transaksi
juga terjadi pada instrumen kartu kredit dan kartu ATM/debet. Berdasarkan proporsi, kartu
ATM/debet menyumbang sebesar 93,08% dan 92,43% untuk peningkatan nilai dan volume
transaksi APMK tersebut.
Tabel 2.6
Nilai Transaksi Pembayaran
‡ˆ…„‰Š‹






 ­
€
‚ 
ƒ
­
ƒ„ƒ
ƒ„…
…
† €‚ƒ„
„



…
„

‡ˆ‰

Š‡ˆ‰
††
ˆ‰
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‰
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‰
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‹
ˆ‹
††
Š
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Š
Š
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Š
Œ
Œ
Œ

Š
Š
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Š
Š
Œ
Œ
Œ
Œ
Œ
Š
Œ
Œ
Œ
Š
Ž„ ‘’‚Ž’‚ƒ
Tabel 2.7
Volume Transaksi Pembayaran
Volume (Ribu Transaksi)
2014
Transaksi Sistem
Pembayaran Non Tunai
Q-I
Q-II
Q-III
BI-RTGS
- Pengelolaan Moneter
- Pemerintah
- Masyarakat
- Pasar Modal
- Valas
- PUAB
- Lain-lain
BI-SSSS
SKNBI
Debet
- Cek
- Bilyet Giro
- Warkat Debet Lainnya
Kredit
APMK
- Kartu Kredit
- Kartu ATM dan ATM/Debet
Uang Elektronik
Total
4.526,01
18,23
137,38
3.967,10
15,73
16,34
19,12
352,10
32,92
25.179,21
10.012,06
877,50
8.928,40
206,16
15.167,15
992.728,89
61.867,08
930.861,82
36.827,86
1.059.294,88
4.471,34
16,47
134,65
3.940,49
19,96
26,75
20,50
312,53
38,69
26.786,05
10.544,29
903,27
9.436,60
204,43
16.241,76
1.068.963,66
64.241,35
1.004.722,31
44.245,79
1.144.505,53
4.519,95
17,91
134,76
3.974,12
20,36
28,17
19,58
325,06
35,57
27.102,83
9.884,04
863,58
8.818,46
202,00
17.218,79
1.110.647,44
64.236,65
1.046.410,79
51.642,32
1.193.948,10
Sumber data: EDW SP dan EDW LKPBU
34
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Q-IV
4.579,95
19,13
148,19
3.990,52
23,96
30,11
17,70
350,35
49,04
28.585,47
10.233,27
915,28
9.116,73
201,25
18.147,64
1.154.251,56
66.681,81
1.087.569,76
69.557,61
1.257.023,63
Total 2014
18.097,25
71,74
554,97
15.872,22
80,01
101,37
76,90
1.340,03
156,22
107.653,56
40.673,66
3.559,63
36.300,19
813,85
66.775,34
4.326.591,55
257.026,88
4.069.564,67
202.273,57
4.654.772,15
2015
naik/(turun)
Q-I
Q-II
QtQ
2.814,82
17,95
141,47
2.328,44
28,62
33,69
19,62
245,04
45,60
27.120,50
9.725,46
873,25
8.651,77
200,44
17.395,05
1.142.496,21
65.662,44
1.076.833,76
80.265,97
1.252.743,10
2.917,79
17,55
136,21
2.439,37
25,63
33,84
20,48
244,72
46,36
27.868,97
9.459,81
840,02
8.434,42
185,37
18.409,16
1.203.569,01
70.286,39
1.133.282,61
143.092,96
1.377.495,09
102,98
(0,40)
(5,26)
110,94
(2,99)
0,15
0,86
(0,32)
0,76
748,47
(265,64)
(33,22)
(217,35)
(15,06)
1.014,11
61.072,80
4.623,95
56.448,85
62.826,99
124.751,99
YoY
(1.553,55)
1,08
1,56
(1.501,12)
5,67
7,09
(0,02)
(67,81)
7,67
1.082,92
(1.084,48)
(63,25)
(1.002,18)
(19,05)
2.167,39
134.605,35
6.045,05
128.560,30
98.847,17
232.989,56
% naik/(turun)
QtQ
3,66%
-2,21%
-3,72%
4,76%
-10,46%
0,45%
4,38%
-0,13%
1,67%
2,76%
-2,73%
-3,80%
-2,51%
-7,52%
5,83%
5,35%
7,04%
5,24%
78,27%
9,96%
YoY
-34,74%
6,54%
1,16%
-38,09%
28,38%
26,52%
-0,11%
-21,70%
19,83%
4,04%
-10,28%
-7,00%
-10,62%
-9,32%
13,34%
12,59%
9,41%
12,80%
223,40%
20,36%
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Untuk transaksi uang elektronik, selama triwulan II-2015 mengalami peningkatan
instrumen sebanyak 8,20 juta instrumen atau 7,42% dari posisi akhir triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan bertambahnya instrumen, nilai dan volume transaksi juga menunjukan
pertumbuhan positif yaitu masing-masing sebesar Rp598 miliar (71,25%) dan 62,83 juta
transaksi (78,27%).
Disamping menyelenggarakan sistem pembayaran Bank Indonesia, Bank Indonesia
juga merupakan regulator bagi Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank (TD BB) dan
Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB). Pada
triwulan laporan, terjadi peningkatan pada nominal dan volume transaksi Penyelenggara
TD BB masing-masing sebesar Rp4,03 triliun (29,71%) dan 0,93 juta transaksi (16,92%).
Transaksi transfer dana didominasi oleh transaksi pengiriman uang dalam negeri. Nilai
dan volume transaksi tersebut masing-masing mencapai 50,65% dan 69,65% dari nilai dan
volume transaksi secara keseluruhan (Tabel 2.8).
Tabel 2.8
Transaksi Transfer Dana Triwulan II-2015
 ­€‚ƒ„ …ƒ
Nilai transaksi jual/beli Uang Kertas Asing (UKA) dan pembelian Traveler’s Cheque (TC) pada
triwulan II-2015 mengalami peningkatan sebesar Rp1,22 triliun atau naik sebesar 2,29%
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Tabel 2.9). Peningkatan ini didominasi oleh
mata uang USD, AUD, dan EUR sebagai akibat penurunan nilai tukar Rupiah terhadap mata
uang lain dan musim liburan yang jatuh pada bulan Juni.
Tabel 2.9
Transaksi Uang Kertas Asing - Travellers Cheque (UKA-TC) Triwulan II-2015
 ­€ ­€‚ƒ
Sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia juga memperhatikan aspek
perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran. Bank Indonesia mendorong industri
sistem pembayaran menindaklanjuti pengaduan nasabah, serta memfasilitasi pengaduan
nasabah. Pada triwulan II-2015 Bank Indonesia menerima 414 pengaduan dan 9.115
permintaan informasi jasa sistem pembayaran (Grafik 2.50). Jumlah pengaduan mengalami
penurunan sebanyak 330 pengaduan (44%), sedangkan permintaan informasi jasa sistem
pembayaran mengalami peningkatan sebesar 7.382 permintaan (426%). Permintaan
informasi meningkat signifikan sehubungan dengan terbitnya pengaturan mengenai
kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI5.
5
Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 dan Surat Edaran Ekstern No. 17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
35
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah


­€
‚ƒƒ
„€…†
…†‡ˆ„
‰
Grafik 2.50
Permintaan Informasi dan Pengaduan Konsumen Sistem
Pembayaran ke Bank Indonesia
Grafik 2.51
Pengaduan Konsumen Sistem Pembayaran ke Bank Indonesia
Berdasarkan Instrumen
ƒ† Œƒ
“””

”“†“


­€‚
ƒ
„……

†
‚€‡ˆ­
†‰
Š‹
†Œ
Ž‘
†’
Žˆ­ˆŽ­ˆˆ‘…­•†‰
Grafik 2.52
Permintaan Informasi Sistem Pembayaran ke Bank Indonesia
Berdasarkan Instrumen
UYD meningkat
dibandingkan
periode
sebelumnya
untuk
memenuhi
kebutuhan
uang kartal di
masyarakat
menjelang hari
raya Idul Fitri.
36
Pengaduan konsumen jasa sistem pembayaran ke Bank Indonesia pada triwulan II-2015
didominasi oleh instrumen kartu kredit sebanyak 295 pengaduan (71%), diikuti oleh transfer
dana sebanyak 42 (10%), dan kartu ATM/debet sebanyak 41 pengaduan (9,9%) (Grafik
2.51). Sementara itu, permintaan informasi terkait jasa sistem pembayaran didominasi
oleh pertanyaan seputar kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI sebanyak 7.509
permintaan (82%), penyediaan dan/atau penyetoran uang sebanyak 977 permintaan
(11%), dan transfer dana sebanyak 148 permintaan (1,6%) (Grafik 2.52).
2.10. Perkembangan Pengedaran Uang
Uang Yang Diedarkan (UYD) pada akhir triwulan II-2015 mencapai Rp506,6 triliun, naik
Rp44,0 triliun atau 9,5% dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar Rp462,6 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan UYD mencapai 9,0% (yoy) yang
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 diperkirakan relatif
sama dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.54). Sementara itu, pertumbuhan Indeks
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Penjualan Eceran (IPE)6 diperkirakan mencapai 18,5% (yoy) atau melambat dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 19,7% (Grafik 2.53). Meningkatnya UYD
disebabkan oleh tingginya permintaan uang tunai menjelang hari raya Idul Fitri, yang
tercermin dari kenaikan IPE produk makanan dan minuman, peralatan informasi dan
komunikasi, serta perlengkapan rumah tangga lainnya.
Grafik 2.53
Uang Yang Diedarkan dan Indeks Penjualan Eceran
Grafik 2.54
Pertumbuhan Uang Yang Diedarkan dan Produk Domestik Bruto
Nominal (yoy)
Berdasarkan komponen UYD, uang kartal di luar sistem perbankan (currency outside
Bank/CoB) tercatat sebesar Rp409,9 triliun dengan pangsa 80,9%. Sementara persediaan
kas perbankan (Cash in Vault/CiV) sebesar Rp96,7 triliun dengan pangsa 19,1%. Pangsa
CiV mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,4%, yang
dipengaruhi oleh kecenderungan bank meningkatkan persediaan kas untuk memenuhi
permintaan uang tunai menjelang hari raya Idul Fitri (Tabel 2.10).
Tabel 2.10
Perkembangan Uang Yang Diedarkan di Masyarakat dan Perbankan


Dari sisi pecahan, sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan uang kecil menjelang hari
raya Idul Fitri, komposisi pecahan uang kertas Rp20.000 ke bawah tercatat sebesar 11,2%
atau meningkat dibandingkan komposisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
10,0%. Sebaliknya komposisi pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 mengalami penurunan
dari 90,0% pada triwulan I-2015 menjadi 88,8% pada triwulan laporan.
6
Indeks Penjualan Eceran (IPE) adalah angka indeks yang dihitung dari hasil survei terhadap sekitar 650 pengecer sebagai responden
dengan metode purpose sampling di 10 kota yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwekerto, Makassar, Manado,
Banjarmasin, dan Denpasar. Data IPE Mei 2015 angka sementara dan Juni 2015 angka perkiraan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
37
BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, Sistem Pembayaran, dan Pengedaran Uang Rupiah
Peningkatan UYD selama triwulan II-2015 juga tercermin dari aliran bersih uang rupiah dari
Bank Indonesia ke perbankan (net outflow) sebesar Rp44,0 triliun. Aliran uang rupiah dari
Bank Indonesia ke perbankan (outflow) tercatat sebesar Rp148,1 triliun, sementara aliran
uang rupiah dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) tercatat sebesar Rp104,2 triliun
(Tabel 2.11).
Dalam rangka clean money policy, pada triwulan II-2015 Bank Indonesia melakukan
pemusnahan uang rupiah yang tidak layak edar (UTLE) sebesar Rp33,4 triliun. Jumlah
pemusnahan UTLE tersebut lebih rendah 18,3% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp40,9 triliun. Meskipun secara nominal jumlah uang yang dimusnahkan
menurun, rasio pemusnahan terhadap inflow meningkat dari 29,0% pada triwulan
I-2015 menjadi 32,1% pada triwulan laporan. Hal tersebut antara lain dipengaruhi oleh
menurunnya jumlah inflow pada triwulan laporan.
Persediaan uang rupiah di Bank Indonesia selama triwulan II-2015 tetap terjaga dengan
baik. Hal ini tercermin dari kemampuan kas Bank Indonesia untuk menjaga kebutuhan
penarikan perbankan dan masyarakat yaitu rata-rata 5,4 bulan outflow pada akhir triwulan
II-2015, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar rata-rata 5,7 bulan
outflow.
Tabel 2.11
Indikator Pengedaran uang
‡„…ˆ



‡„…
Š
Š
ƒ„€„

†€
†„€ˆ
…ˆ‡€ƒ
ƒ‡€…
‚€­

……‡€
­ƒ€­
­…€ˆ

 €„
…‚‚€

…ƒ €ˆ
 †€‚
ƒ‡†€ƒ

…ƒˆ€„

­†€‚
 ‡€‚

‚‡€‚

ƒ€„

…„€­

 ­€‚
ƒ„‚€‚
…†€…
…„€‡
ˆ„€„
‡„€†‰

…‡‚€­‰
…€ˆ

 € ‰

‚ƒ€†‰
‡†€‚

‡…€‚‰
†€‚‰
‡‡€‚

‡ˆ€‚‰
€ƒ‰
‡­€ 
…†€­‰
†€ˆ‰
ˆ„€ 
ˆ…€…‰

…‡€‡‰
„€­

‡­€„‰

…†€ˆ‰
ˆˆ€

ˆ‡€…‰

…ˆ€­‰
Grafik 2.55
Temuan Uang Rupiah Palsu
38
‡„…ƒ
†€„

ƒ„„€„

…ƒ„€­

†‚€‚

ˆ‚€ˆ
ˆ€ …‚ˆ€‚
…€ˆ

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan
ke Bank Indonesia selama triwulan II-2015
tercatat sebanyak 40.814 lembar (Grafik 2.55).
Laporan tersebut diterima Bank Indonesia
dari perbankan dan masyarakat, serta hasil
penyidikan Kepolisian RI. Rasio temuan uang
palsu pada periode laporan adalah sebesar 15
lembar per satu juta UYD, meningkat dari rasio
tahun 2014 yang tercatat sebesar 9 lembar
per satu juta UYD. Berdasarkan pecahannya,
97,8% dari uang palsu yang ditemukan adalah
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000.
BAB III
Pelaksanaan Tugas Pokok dan
Wewenang Bank Indonesia
Pada triwulan II-2015, untuk menjaga tetap stabilnya kondisi makroekonomi dan sistem
keuangan Indonesia di tengah perlambatan ekonomi, Bank Indonesia menempuh bauran
kebijakan di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Kebijakan diarahkan
untuk mengendalikan inflasi menuju sasarannya yakni 4%±1% pada 2015 dan 2016, serta
mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sehat. Bank Indonesia juga akan
meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan
defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan dengan baik. Selain
itu, Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan sistem keuangan secara menyeluruh serta
menjaga kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang beredar.
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1. Stabilitas Moneter
Pada triwulan II-2015, bauran kebijakan Bank Indonesia secara konsisten tetap diarahkan
pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi, di tengah berlanjutnya ketidakpastian
ekonomi global, serta menjaga pertumbuhan ekonomi melalui implementasi kebijakan
makroprudensial yang akomodatif. Selain itu, Bank Indonesia juga terus memperkuat
bauran kebijakan melalui koordinasi dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan
mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia
juga mendukung upaya Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mempercepat realisasi
anggaran, termasuk proyek-proyek infrastruktur, dan melanjutkan berbagai kebijakan
struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
Berbagai langkah strategis yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia hingga triwulan
II-2015 berdampak pada masih tetap terjaganya stabilitas moneter, sebagaimana tercermin
pada indikator makroekonomi dan efektivitas kebijakan moneter berikut ini.



 
­€‚ €

€
­€

 
­‚
€
ƒ
 

­
„„…
ƒ
 
­
  …      ­
 
 ­€
†‡
„…
ˆ‰€


ƒ
­Šƒ
‹ŠŒ

 ƒ€‰
€…­…„­ 
 ‡Ž
­
‚ ƒ„
…†
‘…
ƒ
‘
ƒ
Œƒ
‰
 
ƒ­
3.1.1. Kebijakan Moneter
Respons
kebijakan
moneter secara
konsisten
diarahkan untuk
mengendalikan
inflasi menuju
ke sasarannya
yakni 4±1%
pada 2015 dan
2016, serta
mendukung
transaksi
berjalan ke
arah yang lebih
sehat.
40
Kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia pada triwulan II-2015 masih sejalan
dengan stance kebijakan yang telah ditempuh pada triwulan sebelumnya, yakni menjaga
agar inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi 4±1% di 2015 dan 2016, serta mengarahkan
defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3% terhadap PDB
dalam jangka menengah. Kebijakan tersebut juga sejalan dengan upaya menjaga stabilitas
makroekonomi di tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global dan terbatasnya
pertumbuhan ekonomi domestik.
Pertumbuhan ekonomi global masih memperlihatkan kecenderungan yang bias ke bawah
dari perkiraan semula, di tengah pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian.
Kecenderungan bias ke bawah tersebut terutama disebabkan oleh perkiraan ekonomi
AS yang tidak setinggi perkiraan semula dan ekonomi Tiongkok yang masih melambat.
Sebaliknya perekonomian Eropa mulai membaik, ditopang oleh permintaan domestik yang
meningkat di tengah bergulirnya krisis Yunani. Di pasar keuangan global, ketidakpastian
kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS, ketidakpastian krisis Yunani, serta
anjloknya harga saham di Tiongkok menunjukkan bahwa risiko di pasar keuangan global
masih tinggi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sementara di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 masih
terbatas dan diprakirakan baru akan kembali meningkat pada triwulan III-2015. Konsumsi
rumah tangga masih lemah seiring dengan tingkat keyakinan konsumen yang menurun.
Selain itu, realisasi belanja Pemerintah juga masih rendah, baik di pusat maupun daerah.
Di sisi lain, pertumbuhan ekspor masih terbatas, sejalan dengan perkembangan ekonomi
global yang masih kurang kondusif dan harga komoditas internasional yang masih rendah.
Sebagai respons terhadap tantangan eksternal dan domestik tersebut, sepanjang triwulan
II-2015 Bank Indonesia memutuskan untuk menerapkan kebijakan moneter yang menjaga
stabilitas makroekonomi, yaitu dengan mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% dengan
suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%. Keputusan
dipertahankannya BI Rate sepanjang bulan April hingga Juni 2015 tersebut sejalan dengan
upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada sasaran inflasi 4±1% di 2015 dan 2016, serta
mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Pada triwulan II-2015 Bank Indonesia juga terus memperkuat langkah-langkah dalam
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat
mendukung stabilitas makroekonomi dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat
dan berkesinambungan. Bank Indonesia masih melanjutkan langkah-langkah yang telah
ditempuh pada triwulan sebelumnya, yakni melalui langkah intervensi di pasar valas serta
pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Ke depan, Bank Indonesia
terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat
mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, Bank Indonesia
juga terus mengoptimalkan penggunaan cadangan devisa. Terkait hal tersebut, Bank
Indonesia telah mengatur Pedoman Pelaksanaan Penetapan Jumlah Kecukupan Cadangan
Devisa7 yang terkait dengan berlakunya pengaturan sebelumnya mengenai pengelolaan
cadangan devisa8. Ketentuan pelaksanaan tersebut mengatur alternatif pendekatan
(metodologi) perhitungan dan jumlah kecukupan cadangan devisa yang telah dibuat
sebagai acuan dalam penetapan strategi pengelolaan cadangan devisa. Kebijakan
pengelolaan cadangan devisa ini terus dilanjutkan selama triwulan II-2014 dalam rangka
mengupayakan agar cadangan devisa tetap tersedia dalam jumlah yang dianggap
cukup oleh Bank Indonesia dan dikelola secara optimal agar dapat dipergunakan untuk
melaksanakan kebijakan moneter.
Bank Indonesia juga telah menerbitkan pengaturan mengenai pengaturan dan
pengawasan moneter9. Peraturan tersebut diterbitkan dalam rangka mendukung
tugas Bank Indonesia di bidang moneter yang perlu dibarengi dengan pengaturan
dan pengawasan di bidang moneter agar kestabilan moneter dapat terjaga, kebijakan
moneter dapat lebih efektif, risiko di bidang moneter dapat dicegah dan dikurangi, dan
ketentuan di bidang moneter dapat dipastikan untuk dipenuhi oleh setiap pihak baik
orang perseorangan dan korporasi serta baik bank maupun non-bank.
Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia
cukup efektif dalam mendukung terkendalinya proses penyesuaian ekonomi selama
triwulan II-2015. Hal ini tercermin dari terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan, meskipun pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2015 masih terbatas di
tengah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global. Stabilitas makroekonomi yang masih
7
8
9
Surat Edaran Bank Indonesia No.17/1/Intern/2015 tanggal 8 Januari 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Kecukupan
Cadangan Devisa.
Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 16/6/PDG/2014 tanggal 10 November 2014 tentang Pengelolaan Cadangan Devisa.
Peraturan Bank Indonesia No. 17/8/PBI/2015 tanggal 29 Mei 2015 tentang Pengaturan dan Pengawasan Moneter.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
41
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
terjaga ditunjukkan dengan perbaikan defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2015 yang
diperkirakan akan lebih baik dari prakiraan sebelumnya yaitu 2,5% dari PDB, atau lebih baik
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9% dari PDB. Selain itu, berdasarkan
perkembangan inflasi sampai dengan Juni 2015, Bank Indonesia memandang bahwa target
inflasi 2015 sebesar 4±1% akan dapat dicapai. Sementara itu, nilai tukar relatif terkendali
meskipun masih mengalami depresiasi seiring penguatan dolar AS terhadap hampir semua
mata uang dunia. Selain itu, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s
(S&P) merevisi outlook rating Indonesia dari Stable menjadi Positive Outlook dan sekaligus
mengafirmasi rating pada BB+. Faktor utama yang mendukung perubahan outlook adalah
perbaikan kerangka (framework) kebijakan yang telah berhasil meningkatkan kredibilitas
kebijakan moneter dan sistem keuangan. Outlook rating dari S&P tersebut merupakan
pengakuan atas ketahanan perekonomian Indonesia sebagai hasil koordinasi kebijakan
yang telah ditempuh oleh otoritas perekonomian, meskipun terdapat tekanan baik
domestik maupun global.
Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia juga telah menyelesaikan proses evaluasi dan
penyempurnaan kerangka kebijakan moneter terkait dengan transmisi kebijakan moneter.
Kajian mengenai transmisi bauran kebijakan moneter telah diterbitkan dalam bentuk
Working Paper setelah melalui proses review oleh editorial board. Penyelesaian dan publikasi
kajian tersebut diharapkan akan dapat bermanfaat dalam memperkuat pelaksanaan
kerangka kerja kebijakan moneter Bank Indonesia.
Kajian lainnya yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia terkait dengan kebijakan
moneter meliputi Analisis Triangular Trade dan Rantai Nilai di Asia di Era Komunitas Ekonomi
ASEAN 2015, Analisis Spillover Kebijakan Moneter, serta pengembangan model ARIMBI
(Aggregate Rational Inflation – Targeting Model for Bank Indonesia). Ketiga kajian tersebut
telah melewati proses Seminar Hasil Penelitian pada triwulan laporan.
Sementara terkait dengan kebijakan ekonomi daerah, Bank Indonesia masih
melanjutkan pelatihan Growth Diagnostic terkait dengan kajian “Identifikasi Kendala
Kritikal Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia dalam Rangka Penyusunan
Strategi Pertumbuhan Nasional (Growth Diagnostic)”. Pelatihan Growth Diagnostic telah
dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 6-10 April 2015, dilanjutkan dengan pelaksanaan
serangkaian Focus Group Discussion di Jakarta pada tanggal 22-24 April 2015. Menyusul
pelatihan tersebut, Kantor Perwakilan Wilayah (KPw) Banten telah mempresentasikan
hasil Growth Diagnostic tahap awal pada tanggal 28 April 2015. Sementara itu, pelatihan
lanjutan model CGE (Computable General Equilibrium) juga telah dilaksanakan pada
tanggal 25-29 Mei 2015.
Bank Indonesia
mengoptimalkan
pelaksanaan
operasi moneter
melalui OPT dan
standing facilities,
untuk mencapai
sasaran
operasional
dan memenuhi
likuiditas
perbankan
secara seimbang.
42
3.1.2. Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar
Dalam rangka penguatan pengelolaan moneter dan nilai tukar, Bank Indonesia melanjutkan
penyerapan surplus likuiditas harian di sistem perbankan. Di samping itu, Bank Indonesia
senantiasa menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya.
3.1.2.1. Pengelolaan Moneter
Pengelolaan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga
pergerakan sasaran operasional kebijakan moneter sekaligus memenuhi likuiditas
perbankan secara seimbang. Bank Indonesia mengelola likuiditas perbankan tersebut
melalui operasi moneter (OM), yaitu dengan melakukan operasi pasar terbuka (OPT) dan
standing facilities (SF).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pada triwulan II-2015, posisi instrumen OM BI turun sebesar 28% dari triwulan sebelumnya
menjadi Rp241,24 triliun. Penurunan ini terjadi pada hampir seluruh instrumen OM, antara
lain Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI), Sertifikat Bank Indonesia/Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBI/S), Deposit Facility / Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (DF/S)
dan FX Swap masing-masing sebesar 49%, 24%, 19% dan 7% yang terutama disebabkan
adanya penurunan likuiditas di pasar secara permanen sebagai dampak dari stabilisasi
nilai tukar rupiah dan peningkatan permintaan likuiditas rupiah terkait pola musiman
Ramadhan. Sedangkan instrumen Reverse Repo (RR) SBN mengalami peningkatan sebesar
31% dibanding triwulan sebelumnya. Pergerakan suku bunga instrumen OM di triwulan
II-2015 cenderung stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun jauh lebih
rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Grafik 3.1
Outstanding Operasi Moneter
Grafik 3.2
Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter
Berdasarkan komposisinya, instrumen OM pada triwulan II-2015 masih didominasi oleh
penempatan pada SF, yaitu Deposit Facility (DF) dan FASBIS sebesar 31% dari total posisi
OM. Posisi DF-FASBIS tersebut meningkat tipis dari triwulan sebelumnya yang sebesar 30%.
Sementara itu proporsi instrumen SDBI, SBI-SBIS, RR SBN, dan FX Swap adalah masingmasing sebesar 15%, 18%, 15% dan -21%.
Grafik 3.3
Komposisi Instrumen Operasi Moneter
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
43
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.2.2. Pengelolaan Nilai Tukar
Bank Indonesia
melakukan
stabilisasi nilai
tukar di pasar
domestik secara
terukur sesuai nilai
fundamentalnya,
guna mendukung
terjaganya
stabilitas
makroekonomi
dan sistem
keuangan.
Kebijakan pengelolaan nilai tukar Bank Indonesia bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai
tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Dalam pelaksanaannya Bank Indonesia dapat
melakukan intervensi valas di pasar domestik.
Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia melakukan stabilisasi nilai tukar seiring dengan kuatnya
tekanan pelemahan Rupiah yang berasal dari faktor global maupun domestik. Tekanan
pelemahan rupiah dari global terutama disebabkan oleh broad appreciation USD. Selain itu,
tekanan terhadap rupiah pada triwulan II laporan juga dipengaruhi oleh antisipasi investor
atas rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR), dan Quantitative Easing ECB,
serta dinamika negosiasi fiskal Yunani. Di sisi lain, tekanan pelemahan rupiah dari domestik
disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan defisit transaksi berjalan.
Sentimen negatif tersebut menambah tekanan pelemahan rupiah di tengah meningkatnya
permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen sesuai pola musiman pada triwulan
II-2015. Namun, tekanan tersebut tertahan oleh sentimen positif terkait kenaikan outlook
rating Indonesia oleh S&P dari stable menjadi positif dan meningkatnya surplus neraca
perdagangan. Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia telah dan akan terus
berada di pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai
fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan
sistem keuangan. Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada
langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya
ketidakpastian perekonomian global, dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di
pasar uang Rupiah maupun pasar valuta asing.
3.1.3. Koordinasi dengan Pemerintah
Penguatan
koordinasi
dengan
Pemerintah
difokuskan
pada sinergi
pengendalian
inflasi daerah
khususnya
menjelang
Ramadhan dan
percepatan
pembangunan
infrastruktur
pangan dan
distribusi.
44
Pada triwulan II-2015, kegiatan koordinasi pengendalian inflasi yang dilakukan Bank
Indonesia dengan Pemerintah di tingkat pusat maupun daerah difokuskan pada
upaya mempercepat pembangunan terkait infrastruktur pangan yang penting guna
meningkatkan kapasitas produksi, yang pada gilirannya dapat mendukung terjaganya
stabilitas harga. Selain itu, upaya untuk membenahi efisiensi pengelolaan logistik pangan
dan rantai distribusi juga menjadi perhatian.
Koordinasi dengan Pemerintah juga dilakukan melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi
Nasional Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas TPID) VI pada 27 Mei
2015 di Jakarta guna merumuskan arah strategi pengendalian inflasi di daerah. Rakornas
tersebut mengangkat tema Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung
Stabilitas Harga Melalui Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Pembenahan Tata
Niaga di Daerah. Rakornas VI TPID dipimpin langsung oleh Presiden RI dengan didampingi
sejumlah Menteri dan pimpinan lembaga terkait, yakni Menko Perekonomian, Menko
Kemaritiman, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri
ESDM, dan Menteri Perhubungan. Rakornas kali ini juga turut dihadiri oleh pimpinan
lembaga penegak hukum yakni Kapolri, Jaksa Agung, dan Ketua KPK. Jumlah TPID yang
menghadiri Rakornas VI TPID mencapai 432 TPID dari 34 provinsi dan 398 kabupaten/kota.
Jumlah TPID ini meningkat cukup tinggi jika dibandingkan Rakornas tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan semakin kuatnya komitmen bersama Pemerintah di tingkat pusat
dan daerah dengan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga guna mendukung
tercapainya inflasi ke level yang lebih rendah dan stabil.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Terdapat tiga hal yang menjadi kesepakatan Rakornas VI TPID, yaitu: (i) mempertegas
komitmen daerah dalam menjaga stabilitas harga dengan mewujudkan strategi 4K
(Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi
yang efektif ), (ii) melakukan percepatan pembangunan infrastruktur dan mewujudkan
kedaulatan pangan di daerah. Upaya tersebut dilakukan melalui kemudahan perizinan,
optimalisasi alokasi APBD, dan melakukan pengawasan intensif pada distribusi sarana
produksi pertanian, dan merealisasikan pembenahan rantai distribusi, (iii) melakukan
penajaman langkah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
anggaran.
Selain itu, Presiden RI juga menegaskan pentingnya koordinasi lintas sektor dalam upaya
memastikan tercapainya sasaran inflasi nasional yang lebih rendah, yaitu sebesar 4±1%
pada tahun 2015-2017 dan 3,5±1% pada 2018. Sejalan dengan roadmap pengendalian
inflasi yang disusun di tingkat pusat maupun daerah, diharapkan program kerja dan
koordinasi pengendalian inflasi di daerah dapat lebih bersinergi dengan pusat sehingga
target yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Selanjutnya, menindaklanjuti penyusunan roadmap pengendalian inflasi dan arahan
Presiden pada Rakornas TPID, telah disusun roadmap pengendalian inflasi yang
diintegrasikan dengan arahan Presiden. Beberapa arahan Presiden terkait pengendalian
inflasi volatile food menjadi topik bahasan dalam Rapat TPI/Pokjanas TPID, antara lain:
(i) kewajiban membentuk TPID dan mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
stabilisasi harga; (ii) perlunya kecermatan dalam mengindentifikasi komoditas yang
memiliki pengaruh besar dalam mendorong inflasi; dan (iii) pemberian dukungan penuh
bagi percepatan pembangunan infrastruktur pangan serta infrastruktur distribusi.
Selain memberikan arahan khusus kepada Pemerintah Pusat dan Daerah terkait
pengendalian inflasi pangan, Presiden juga memberikan arahan untuk mempercepat
pemulihan ekonomi dalam negeri yang sejalan dengan upaya pengendalian inflasi inti
dan administered prices yakni: (1) Pemerintah Daerah agar mendorong dan memberikan
peluang yang sebesar-besarnya untuk berkembangnya industrialisasi di daerah; serta (2)
agar Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah mendorong percepatan realisasi APBN
dan APBD secara tepat dan efektif guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi, serta secara
konsisten menempuh kebijakan reformasi energi.
Terkait dengan dengan kegiatan koordinasi stabilisasi harga, serangkaian pembahasan
dengan Pemerintah telah dilakukan baik dalam kaitannya dengan Rancangan Peraturan
Presiden (Perpres) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan
Barang Penting maupun yang secara khusus untuk menghadapi Hari Besar Keagamaan
Nasional (HBKN). Beberapa masukan yang disampaikan terkait rancangan Perpres
mencakup aspek legal maupun aspek substantif.
Dalam jangka pendek, guna menghadapi atau mengantipasi tekanan inflasi di bulan
Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2015 yang berlangsung pada triwulan
II-2015, peran koordinasi TPID juga terus diperkuat. Berbagai langkah ditempuh di pusat
dan daerah untuk dapat memastikan terjaganya stabilitas harga antara lain melalui
menjaga ketersediaan pasokan, meningkatkan kerjasama antar daerah, mengefektifkan
pemantauan/monitoring di lapangan serta kerja sama dengan pihak terkait, mempercepat/
menjamin kelancaran distribusi, mengendalikan tarif angkutan, menyediakan informasi
pangan, memperkuat komunikasi masyarakat, membentuk pos pengaduan, memperkuat
koordinasi provinsi-kabupaten/kota dan mempercepat realisasi Anggaran Penerimaan
dan Belanja Daerah (APBD). Langkah-langkah tersebut, merupakan pengembangan dari 4
langkah strategis pengendalian inflasi (4K).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
45
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri
Bank Indonesia
memantau
perkembangan
ULN untuk
memitigasi
risiko terhadap
perekonomian,
serta memastikan
pembayaran
ULN Pemerintah
yang aman,
akurat, dan tepat
waktu.
Untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia secara berkala melakukan
pemantauan perkembangan utang luar negeri (ULN) Indonesia. Pemantauan dilakukan
baik terhadap ULN sektor publik maupun ULN swasta. Posisi ULN Indonesia akhir triwulan
II-2015 tercatat sebesar 304,3 miliar dolar AS. ULN tersebut terdiri dari ULN sektor publik
sebesar 134,6 miliar dolar AS (44,2% dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 169,7
miliar dolar AS (55,8% dari total ULN).
Bank Indonesia menatausahakan penarikan ULN Pemerintah baik untuk membiayai
proyek tertentu maupun untuk membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pengelolaan portofolio utang
dan pembayaran ULN Pemerintah yang jatuh waktu. ULN Pemerintah yang ditatausahakan
Bank Indonesia terdiri dari pinjaman multilateral, bilateral, komersial, fasilitas kredit ekspor
serta global bond.
Penarikan ULN Pemerintah untuk pembiayaan defisit APBN dilakukan melalui transfer
langsung ke Rekening Kas Umum Negara (RKUN). Sedangkan penarikan ULN Pemerintah
untuk pembiayaan proyek dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (i) pembayaran langsung,
(ii) melalui rekening khusus, (iii) pembukaan letter of credit (L/C) dan (iv) pembiayaan
pendahuluan.
Total penarikan ULN Pemerintah yang ditatausahakan Bank Indonesia pada triwulan II-2015
mencapai 2,2 miliar dolar AS. Penarikan tersebut terutama didominasi oleh penerbitan
Sukuk Global sebesar 2,0 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, yang dicatat sebagai ULN
Pemerintah (dibeli oleh non-residen) adalah sebesar 1,8 miliar dolar AS.
Realisasi pembayaran ULN Pemerintah pada triwulan II-2015 tercatat sebesar 3,1 miliar dolar
AS. Pembayaran ULN Pemerintah dilaksanakan berdasarkan perintah pembayaran dari
Kementerian Keuangan sesuai rencana pembayaran yang diperoleh dari data administrasi
ULN Pemerintah.
Kebijakan
penerimaan
DHE pada bank
devisa diterapkan
secara efektif
sebagaimana
tercermin pada
peningkatan
pangsa DHE,
meskipun
dengan nilai yang
menurun seiring
perlambatan
ekonomi.
46
Aspek utama dalam pembayaran ULN Pemerintah adalah terlaksananya pembayaran cicilan
pokok dan bunga yang aman, akurat dan tepat waktu. Hal ini penting karena berpengaruh
terhadap reputasi Bank Indonesia dan Republik Indonesia dalam memenuhi kewajiban
kepada pihak lender. Oleh karena itu, Bank Indonesia harus dapat menjamin ketersediaan
valuta asing yang diperlukan Pemerintah sesuai dengan valuta pinjaman yang harus
dibayarkan. Untuk mendukung kinerja pembayaran ULN yang aman, akurat dan tepat
waktu serta menjaga akurasi data realisasi pembayaran ULN Pemerintah, setiap bulan
dilakukan rapat koordinasi rekonsiliasi data realisasi pembayaran antara Bank Indonesia
dengan Pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan.
3.1.5. Penerimaan Devisa Hasil Ekspor
Perkembangan kebijakan penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) pada triwulan II-2015
menunjukkan peningkatan yang dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014.
Hal tersebut tercermin dari kenaikan pangsa penerimaan DHE pada bank devisa dalam
negeri sampai dengan April 2015 yang mengalami kenaikan dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya, yaitu dari 90,07% menjadi 94,09%. Kontribusi utama penerimaan
DHE ditopang lima komoditas utama yaitu batubara (coal), minyak sawit (palm oil), produk
tekstil (textile product), alat-alat listrik (electrical appliances) dan produk kimia (chemical
products).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Penerimaan DHE pada bank devisa dalam negeri menunjukkan penurunan seiring dengan
perlambatan ekonomi dan penurunan harga komoditas ekspor. Hal ini tercermin dari
penurunan nominal aliran DHE ke bank devisa dalam negeri sebesar 11.306 juta dolar AS
pada April 2014 menjadi 9.256 juta dolar AS pada April 2015. Namun demikian, kebijakan
pemantauan penerimaan DHE cukup efektif dalam menarik dana DHE yang disimpan di
luar negeri sejalan dengan penurunan aliran DHE yang diterima melalui bank di luar negeri
dari sebesar 1.153 juta dolar AS pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi
sebesar 493 juta dolar AS pada April 2015 atau pangsanya turun dari 9,3% menjadi 5,1%.
Dari sisi kepatuhan eksportir, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengawasan terhadap
kepatuhan eksportir terhadap ketentuan DHE. Untuk eksportir yang tidak memenuhi
ketentuan, Bank Indonesia mengenakan sanksi administratif berupa denda dan selanjutnya
sanksi penangguhan pelayanan ekspor. Pada triwulan II-2015, jumlah eksportir yang
dikenakan sanksi administratif berupa denda tercatat 305 eksportir, mengalami kenaikan
3,75% dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 294 eksportir. Namun demikian jumlah
eksportir yang dikenakan sanksi penangguhan mengalami penurunan dari 60 eksportir
pada triwulan I-2015 menjadi 25 eksportir pada triwulan II-2015. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 21 eksportir telah dibebaskan dari sanksi penangguhan atas pelayanan ekspor.
Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan DHE, Bank Indonesia
senantiasa berkoordinasi dengan instansi terkait antara lain Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Migas, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Perdagangan,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan asosiasi terkait. Dalam rangka
meningkatkan kualitas pelaporan DHE serta menyelesaikan berbagai kendala dalam
pemenuhan ketentuan DHE yang dihadapi pelapor, Bank Indonesia telah melaksanakan
edukasi dan coaching clinic kepada eksportir dan bank di 16 kota di seluruh wilayah
Indonesia.
3.1.6. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan
Kebijakan
Dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan untuk mendukung perumusan
kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, mengumpulkan data dan informasi
ekonomi, keuangan dan moneter, menyusun laporan/analisis, serta menyelenggarakan
berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan sektor
riil.
Bank Indonesia secara rutin menyelenggarakan berbagai survei untuk mengetahui kondisi
terkini sektor riil dan sektor keuangan. Beberapa survei yang secara rutin dilakukan oleh
Bank Indonesia antara lain adalah Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE),
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei
Perbankan (SBank), Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME), dan Survei Investasi
Asing Langsung. Selain survei, Bank Indonesia juga melakukan in-depth interview melalui
kegiatan Liaison kepada pelaku bisnis utama (keybusiness persons) untuk memperoleh
informasi dan pandangan pelaku bisnis utama terhadap kondisi perekonomian terkini dan
ke depan.
Bank Indonesia
melakukan
berbagai
jenis survei di
sektor riil dan
keuangan, serta
mempublikasikan
data statistik
NPI, PII, ULN, dan
cadangan devisa
sesuai standar
internasional.
Selain melakukan survei-survei yang bersifat rutin, Bank Indonesia juga melakukan survei
bertopik khusus yaitu Survei Khusus Sektor Riil (SKSR). Selama triwulan I-2015 dan II-2015,
isu terkini di sektor riil yang digali melalui SKSR adalah Perkembangan dan Akses Keuangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Penerbitan
Uang Pecahan di atas Rp100.000. Dalam rangka meningkatkan kualitas survei, Bank
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
47
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Indonesia juga melakukan penyempurnaan pengembangan cakupan pelaksanaan SHPR di
pasar sekunder wilayah Medan dan Semarang. Selain itu Bank Indonesia juga memperluas
cakupan Perkembangan Properti Komersial di wilayah Medan, Semarang dan Surabaya
yang telah dimulai pada triwulan I-2015.
Di bidang analisis statistik, pada triwulan II-2015 Bank Indonesia telah menyusun beberapa
analisis antara lain, analisis sektor moneter dan finansial berupa analisis Perkembangan
Uang Primer, Uang Beredar dan faktor yang mempengaruhi antara lain perkembangan
dana, kredit, dan suku bunga, analisis Financial Account and Balance Sheet yang menjelaskan
keterkaitan antar sektor institusi domestik (Bank Sentral, Perbankan, Pemerintah, Instansi
Keuangan Non-Bank/IKNB, Korporasi non-Finansial, dan Rumah Tangga) dan dengan luar
negeri dengan menggunakan instrumen finansial, serta analisis sektor fiskal.
Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
publikasi statistik sektor eksternal baik melalui edukasi secara langsung maupun
dengan memberikan penjelasan melalui media massa. Pada Mei 2015, Bank Indonesia
menyelenggarakan pelatihan wartawan di Manado mengenai laporan Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) dan talkshow melalui Bloomberg TV mengenai perkembangan NPI triwulan
I-2015. Sementara pada Juni 2015, diadakan pelatihan mahasiswa di Malang mengenai
laporan NPI dan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia, serta talkshow melalui Berita
Satu TV mengenai perkembangan Utang Luar Negeri posisi akhir April 2015.
Di sektor eksternal, pada triwulan II-2015, Bank Indonesia telah mempublikasikan data
statistik NPI triwulan I-2015 (Mei 2015) dan statistik PII Indonesia triwulan I-2015 (Juni 2015)
beserta laporan lengkapnya yang menjelaskan secara komprehensif perkembangan sektor
eksternal. Selain itu, Bank Indonesia juga mempublikasikan Statistik Utang Luar Negeri
Indonesia (SULNI) untuk data periode Februari - April 2015, serta data posisi cadangan
devisa periode Maret s.d. Mei 2015
3.2. Stabilitas Sistem Keuangan
Mencermati kondisi pelemahan ekonomi dan kinerja industri keuangan, Bank Indonesia
menempuh beberapa kebijakan makroprudensial di triwulan II-2015. Selain itu, Bank
Indonesia juga terus berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk menjaga kestabilan
sistem keuangan Indonesia.
Berbagai upaya dan langkah kebijakan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia hingga
triwulan II-2015 mampu meminimalisir potensi risiko di sektor keuangan, sebagaimana
terefleksi pada indikator kestabilan sistem keuangan berikut ini.
Indikator Kinerja Utama
(IKU)
Target
Pencapaian
Triwulan II-2015


 
­

€
€
­‚‚‚€
 ƒ€ ­ €
ƒ
ƒ
„

­
­… ­
­­ƒ ƒ­
­
­­
…
­
­
­
10
48
Rata-rata Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) termasuk indeks pembentuknya meliputi Indeks Stabilitas Institusi Keuangan (ISIK) dan
Indeks Stabilitas Pasar Keuangan (ISPK).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.1. Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
Dalam melaksanakan mandat sebagai otoritas makroprudensial, Bank Indonesia melakukan
fungsi pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Melalui fungsi tersebut, Bank
Indonesia berupaya untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan dan memitigasi
risiko sistemik di sistem keuangan.
3.2.1.1. Pengaturan Makroprudensial
Kegiatan pengaturan makroprudensial di triwulan II-2015 difokuskan pada proses
perumusan dan penyempurnaan pengaturan. Sebelumnya, pada bulan Juni 2015 Bank
Indonesia telah melakukan penyesuaian kebijakan makroprudensial terkait dengan kredit
dalam ketentuan Loan to Value/Financing to Value dan Uang Muka untuk Kredit Kendaraan
Bermotor (Ketentuan LTV/FTV dan Uang Muka)11 serta ketentuan mengenai Giro Wajib
Minimum (GWM).
Pada triwulan laporan Bank Indonesia juga melakukan penyiapan ketentuan terkait
dengan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional dan Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek Syariah bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dipersiapkan pula
kerangka kebijakan makroprudensial dan penyempurnaan protokol manajemen krisis
Bank Indonesia. Pada periode yang sama, Bank Indonesia juga telah memulai pembahasan
mengenai countercyclical buffer.
Penyempurnaan terhadap Ketentuan LTV/FTV dan Uang Muka bertujuan untuk mendorong
berjalannya fungsi intermediasi perbankan melalui pelonggaran terhadap ketentuan
perkreditan khususnya di sektor properti dan kendaraan bermotor. Bentuk pelonggaran
yang diberikan yaitu meningkatkan rasio LTV/FTV untuk kredit properti dan menurunkan
uang muka untuk kredit kendaraan bermotor. Disisi lain, Bank Indonesia menyadari bahwa
pelonggaran tersebut juga berpotensi meningkatkan eksposur risiko kredit. Oleh karena
itu, sebagai langkah pencegahan agar pelonggaran rasio LTV/FTV tidak meningkatkan
potensi risiko kredit atau pembiayaan perbankan, maka implementasi pelonggaran rasio
LTV/FTV juga dikaitkan dengan pemenuhan rasio kredit bermasalah atau rasio pembiayaan
bermasalah. Dalam hal ini pelonggaran rasio LTV/FTV hanya dapat diberikan bila rasio
kredit bermasalah atau rasio pembiayaan bermasalah dari bank secara gross kurang dari
jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bank Indonesia
merelaksasi
ketentuan
makroprudensial
untuk
mendorong
penyaluran
kredit sekaligus
pendalaman
pasar keuangan,
serta menyiapkan
ketentuan yang
memperkuat
aspek
kehati-hatian.
Penyempurnaan terhadap ketentuan GWM bertujuan untuk mendorong fungsi intermediasi
sekaligus pendalaman pasar keuangan melalui pemberdayaan surat-surat berharga
yang diterbitkan bank. Penyempurnaan ketentuan dilakukan khususnya terhadap GWM
Loan to Funding Ratio (GWM LFR) dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang
diterbitkan bank sebagai komponen pendanaan (funding) selain Dana Pihak Ketiga (DPK).
Untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor UMKM, kebijakan GWM LFR juga dikaitkan
dengan kebijakan insentif dan disinsentif untuk Bank dalam penyaluran kredit ke sektor
UMKM. Selain itu, ketentuan GWM saat ini juga mengatur pemenuhan kewajiban GWM
untuk berbagai kondisi seperti pada saat hari libur fakultatif di beberapa daerah tertentu,
bank dalam kondisi melakukan merger atau konsolidasi, bank yang melakukan perubahan
kegiatan usaha menjadi bank umum syariah, dan bank yang mendapat izin melakukan
kegiatan usaha dalam valuta asing.
Terkait ketentuan Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek/Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek
Syariah (FPKP/FPJPS), penyempurnaan ditujukan untuk meningkatkan aspek kehati-hatian
11
Peraturan Bank Indonesia No.17/10/PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015 tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value untuk Kredit
atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
49
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dalam proses pemberian FPJP/FPJPS kepada bank dan mengatur koordinasi antara Bank
Indonesia dengan OJK. Mekanisme koordinasi tersebut penting agar kedua instansi dapat
melaksanakan kerja sama secara efektif dalam menangani bank yang mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek akibat mismatch dalam memenuhi kewajibannya.
Agar dapat menjalankan peranannya secara optimal, Bank Indonesia juga melakukan
pembenahan dan konsolidasi melalui penyempurnaan ketentuan internal. Hal ini antara
lain sebagai tindak lanjut dari penerbitan peraturan Bank Indonesia mengenai pengaturan
dan pengawasan makroprudensial12.
Terkait penyempurnaan aturan protokol manajemen krisis, hal ini merupakan tindak lanjut
perubahan struktur organisasi Bank Indonesia paska-pengalihan tugas pengaturan dan
pengawasan bank secara mikroprudensial kepada OJK.
Pengaturan tambahan modal berupa countercyclical buffer merupakan pengaturan yang
relatif baru. Ketentuan ini ditujukan agar bank dapat mengantisipasi terjadinya kondisi
prosiklikal yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
3.2.1.2. Pengawasan Makroprudensial
Bank Indonesia
melakukan
surveilans dan
stress test guna
mengantisipasi
potensi risiko
sistemik di
sistem
keuangan,
didukung
koordinasi
dengan OJK
khususnya
dalam
pemeriksaan
bank.
Pengawasan makroprudensial merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia
terhadap sistem keuangan untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong
fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, serta meningkatkan efisiensi sistem
keuangan dan akses keuangan.
Pengawasan makroprudensial dilakukan melalui surveillance terhadap sistem keuangan,
dan jika diperlukan dilakukan pemeriksaan terhadap bank dan lembaga lainnya yang
memiliki keterkaitan dengan bank. Secara umum, siklus pengawasan makroprudensial
dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:










Gambar 3.1
Siklus Pengawasan Makroprudensial
12
50
Peraturan Bank Indonesia No.16/11/PBI/2014 tanggal 1 Juli 2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Surveilans dilakukan dalam rangka monitoring, identifikasi dan asesmen terhadap potensi
risiko sistemik yang mungkin timbul di sistem keuangan. Monitoring terhadap potensi risiko
sistemik dilakukan terhadap elemen-elemen di dalam sistem keuangan, seperti lembaga
keuangan, pasar keuangan, korporasi, rumah tangga, maupun kondisi makroekonomi
yang dikaitkan dengan siklus keuangan. Dari hasil monitoring akan diidentifikasi pemicu
risiko sistemik, antara lain melalui beberapa indikator deteksi dini (early warning indicator)
yang mencerminkan kondisi stabilitas sistem keuangan, serta kemungkinan transmisinya
ke elemen sistem keuangan. Selanjutnya, dilakukan asesmen/analisis terhadap potensi
risiko sistemik dengan berbagai tools seperti bottom up stress test, penetapan peringkat
untuk menilai kerentanan industri perbankan (banking industry rating) dengan fokus pada
Bank-bank tertentu yang apabila mengalami tekanan berpotensi menimbulkan risiko
sistemik (Domestic Systemically Important Bank/D-SIB), dan penetapan risiko-risiko utama
yang perlu menjadi perhatian (risk register).
Berdasarkan hasil surveilans, apabila dipandang perlu, Bank Indonesia akan melakukan
pemeriksaan makroprudensial berupa pemeriksaan tematik maupun kepatuhan.
Pemeriksaan tematik merupakan pemeriksaan untuk menilai atau meneliti lebih lanjut
kondisi dan praktek yang dilakukan bank yang berdasarkan hasil surveilans memiliki
potensi risiko sistemik yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Adapun
pemeriksaan kepatuhan merupakan pemeriksaan untuk menilai dan meyakini bahwa
praktek yang dilakukan bank sesuai dengan ketentuan makroprudensial (compliance
based). Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap SIB dan/atau bank lainnya yang berpotensi
memberikan dampak sistemik, termasuk perusahaan induk, perusahaan afiliasi, dan
perusahaan anak dari bank, apabila perusahaan-perusahaan dimaksud dinilai memberikan
eksposur risiko yang signifikan terhadap bank atau berdampak sistemik.
Selanjutnya, berdasarkan hasil pengawasan makroprudensial, Bank Indonesia
dapat memberikan rekomendasi dan/atau sanksi kepada bank. Hasil pengawasan
makroprudensial juga dapat menjadi bahan rekomendasi dalam perumusan kebijakan
Bank Indonesia. Dalam hal terdapat hasil pengawasan makroprudensial yang terkait
dengan kewenangan otoritas lain, Bank Indonesia akan menyampaikan rekomendasi hasil
pengawasan makroprudensial kepada otoritas lain yang juga berwenang terhadap fungsi/
peran stabilitas sistem keuangan
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia melakukan beberapa kegiatan terkait dengan
pengawasan makroprudensial antara lain:
1. Analisa harian, mingguan, bulanan dan triwulanan atas kondisi likuiditas perbankan,
market activity, pelaksanaan fungsi intermediasi dan risiko kredit, risiko pasar, tingkat
efisiensi dan resiliensi industri perbankan, serta analisa keterkaitan (interconnectedness)
antara bank dan Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB).
2.Pengembangan sistem informasi surveilans sistem keuangan dan pengawasan
makroprudensial, dalam rangka deteksi dini (early warning indicator) atas kondisi suatu
bank dan sistem keuangan.
3.Pengembangan tools yang digunakan dalam pengawasan makroprudensial, seperti
stress test individual D-SIB (bottom up stress test) dengan memperhatikan karakteristik
bisnis (business model) yang dimiliki oleh D-SIB dan kerentanan (vulnerability) DSIB
terhadap dampak guncangan yang berasal dari kondisi makro ekonomi (macro shocks).
Proses pengembangan tersebut dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan
kesiapan sistem pelaporan bank, tingkat kedalaman data (data granularity), dan
kesesuaian metodologi stress test yang dapat mencerminkan model bisnis individual
D-SIB.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
51
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
4. Pelaksanaan pengembangan kompetensi sumber daya manusia di bidang pengawasan
makroprudensial, dalam bentuk pendidikan sertifikasi makroprudensial secara
berkelanjutan.
5. Pemeriksaan terhadap beberapa bank terkait dengan implementasi ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing. Selain itu telah dilakukan
pula pemeriksaan tematik likuiditas dengan fokus pada ketahanan likuiditas, serta
evaluasi atas kesiapan perbankan domestik terhadap penerapan macro bottom up
stress test.
6. Koordinasi dengan otoritas lain khususnya OJK terkait dengan pertukaran informasi
hasil pengawasan maupun rencana pemeriksaan lembaga keuangan.
7. Aktif terlibat dalam rapat koordinasi Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
(FKSSK) dalam rangka persiapan dan implementasi Protokol Manajemen Krisis.
3.2.2. Pengembangan Ekonomi Syariah
Bank Indonesia
terus menjalin
kerja sama
nasional dan
internasional
dalam
pengembangan
ekonomi dan
keuangan
syariah dan
perbaikan tata
kelola lembaga
sosial melalui
standarisasi
zakat dan wakaf.
Komitmen Bank Indonesia untuk mengembangkan perekonomian syariah masih terus
dipertahankan dalam batas-batas kewenangan Bank Indonesia, paska pengalihan tugas
pengaturan dan pengawasan perbankan ke OJK. Keterlibatan Bank Indonesia dalam
perekonomian Syariah tidak saja bertujuan untuk meningkatkan kontribusi ekonomi
syariah dalam perekonomian nasional, namun juga mempertimbangkan keterkaitan
perannya dengan tugas Bank Indonesia untuk mendukung kestabilan harga dan stabilitas
sistem keuangan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengembangkan ekonomi
syariah adalah dengan mendorong perbaikan tata kelola lembaga sektor sosial melalui
penyusunan Zakat Core Principles dan Wakaf Core Principles, serta membantu merumuskan
arah pengembangan pengelolaan Wakaf ke depan. Peran serta Bank Indonesia dalam
perbaikan tata kelola lembaga sektor sosial bertujuan agar pengelolaan dana zakat dan
Wakaf yang sangat besar dapat bermanfaat di dalam mendukung perekonomian nasional,
baik melalui perluasan akses keuangan (financial inclusion), pemanfaatan dana murah
untuk pemberdayaan UMK, maupun untuk pengelolaan asset-aset produktif yang kelak
akan menjadi underlying asset bagi penerbitan Sukuk dalam rangka pendalaman pasar
keuangan syariah.
Upaya pemanfaatan zakat untuk sektor produktif akan membantu dalam pemecahan
tingkat konsentrasi pada sekelompok pihak tertentu melalui penciptaan basis debitur
institusi keuangan yang lebih luas. Tingkat konsentrasi yang menyebar akan mempersempit
terjadinya peluang instabilitas dalam sistem keuangan sehingga secara keseluruhan dapat
membantu kestabilan sistem keuangan. Dampak zakat dan wakaf tidak hanya terbatas
pada penciptaan stabilitas sistem keuangan, namun berdampak juga dalam penciptaan
stabilitas harga melalui perluasan basis produksi yang akan mendorong tersedianya supply
produksi dalam jumlah yang semakin besar dan akan berpengaruh terhadap inflasi. Selain
itu, penyediaan supply yang memadai akan membantu memperkecil impor khususnya
komoditi primer, sehingga turut membantu dalam menjaga kondisi neraca pembayaran,
yang pada akhirnya akan membantu terjaganya nilai tukar yang akan berdampak pada
stabilitas harga.
Upaya untuk mengelola zakat bagi perekonomian tersebut juga sejalan dengan inisiatif
yang dilakukan oleh lembaga internasional. Terkait hal ini, Islamic Development Bank
sedang mengembangkan suatu kerangka kerja (framework) untuk menilai kesehatan suatu
52
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
sistem keuangan di satu negara, yang dikenal dengan Islamic Financial Sector Assessment
Program (IFSAP). Dalam IFSAP ini, sektor zakat turut dipertimbangkan untuk menilai kondisi
sistem keuangan suatu negara.
Beberapa kegiatan pengembangan ekonomi syariah yang dilaksanakan pada triwulan
II-2015 antara lain menjalin kesepakatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah
dengan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), penyusunan road map dan standar
wakaf dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI), pelaksanaan workshop incentive based contract
and asset liability management yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas (capacity
buidling) SDM di bidang ekonomi dan keuangan syariah dalam mengembangkan bisnis
model yang tepat untuk masing-masing jenis kegiatan ekonomi, serta pelaksanaan pilot
project pengembangan bisnis model dengan pemberdayaan dana zakat dan wakaf.
Lebih lanjut, pada triwulan II-2015, Bank Indonesia terus menjalin kerjasama dengan
lembaga internasional untuk menyusun standar zakat internasional (zakat core principles)
dengan mengadakan pertemuan ke-3 working group on Zakat core principles. Kegiatan
ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan dengan otoritas zakat beberapa negara
Organization of Islamic Cooperation (OIC) seperti Malaysia, Singapore, Pakistan, Indonesia,
Sudan, Afrika Selatan, dan Saudi Arabia yang dirintis sejak tahun 2014. Zakat core
principles diharapkan akan menjadi pedoman umum bagi regulator atau pengelola zakat
dalam merumuskan aturan, atau perangkat infrastruktur lainnya. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan dan mempersiapkan pengawasan zakat yang efektif, sehingga tercipta
pengelolaan zakat yang sehat, baik dari sisi pengumpulan maupun pendistribusian.
Konsep akhir Zakat core principles yang merupakan hasil dari pertemuan ke-3 ini, telah
dikirimkan kepada pihak IRTI-IDB untuk melalui proses Shariah Review, untuk memastikan
bahwa Zakat Core Principles yang telah disusun telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
3.2.3. Pendalaman Pasar Keuangan (Syariah dan Pasar Valuta Asing)
Upaya pendalaman pasar keuangan guna mendukung transmisi kebijakan moneter dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi terus dilakukan oleh Bank Indonesia. Upaya
mendorong pendalaman pasar valuta asing (valas) difokuskan pada peningkatan likuiditas
dan variasi instrumen di pasar valas. Hal ini diharapkan dapat berkontribusi secara positif
terhadap upaya pengelolaan risiko nilai tukar oleh pelaku ekonomi khususnya melalui
transaksi lindung nilai.
Tuntutan terhadap upaya peningkatan manajemen risiko nilai tukar oleh pelaku ekonomi
dengan eksposur valas yang cukup besar, semakin tinggi di tengah ketidakpastian
ekonomi global yang berdampak pada peningkatan fluktuasi nilai tukar. Tidak hanya
itu, penerapan transaksi lindung nilai turut bermanfaat bagi ketahanan perekonomian
nasional. Beberapa lembaga negara penegak hukum telah menyepakati bahwa
konsekuensi biaya yang ditimbulkan dari transaksi lindung nilai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) bukan merupakan kerugian negara, sepanjang transaksi tersebut dilakukan
secara konsisten, konsekuen dan akuntabel sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya.
Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia memfasilitasi PT. Perusahaan Listrik Negara
(Persero) dan PT. Pertamina (Persero) melakukan penandatanganan fasilitas lindung nilai
(forex line) dengan 3 Bank Persero, yakni PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Penandatanganan
fasilitas oleh kedua BUMN tersebut diharapkan dapat memicu peningkatan penggunaan
transaksi lindung nilai oleh BUMN lainnya dan korporasi swasta dalam pengelolaan risiko
nilai tukar.
Bank Indonesia
mendorong
peningkatan
transaksi
derivatif dengan
memfasilitasi
kesepakatan
lindung nilai
BUMN,
merelaksasi
pengaturan di
pasar valas, serta
meningkatkan
likuiditas
transaksi
derivatif. Di
pasar syariah,
Bank Indonesia
menyempurnakan
pengaturan PUAS.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
53
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan penggunaan transaksi lindung nilai
oleh pelaku ekonomi, Bank Indonesia melakukan sejumlah relaksasi ketentuan di pasar
valas terkait transaksi derivatif valas yang dilakukan baik oleh pihak domestik maupun
pihak asing melalui penerbitan aturan13. Pokok penyempurnaan ketentuan ini adalah
memperluas cakupan underlying yang dapat digunakan dalam bertransaksi valas. Khusus
transaksi valas yang dilakukan oleh pihak domestik, perluasan cakupan underlying
meliputi pemberian kredit/pembiayaan untuk kegiatan perdagangan dan investasi
sebagai underlying. Peningkatan likuiditas transaksi derivatif juga turut dilakukan melalui
upaya menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan valas di pasar derivatif. Hal
ini dilakukan melalui penghapusan persyaratan tenor terpendek bagi pihak asing dalam
pembelian valas. Area lain yang dilakukan adalah melalui penyempurnaan pengaturan
transaksi Cross Currency Swap (CCS).
Tidak hanya dari sisi pelaku ekonomi, Bank Indonesia turut melakukan penyempurnaan
pengaturan transaksi valas di sisi perbankan sebagai lembaga intermediasi di pasar valas. Hal
ini bertujuan untuk mendukung tercapainya peningkatan likuiditas dan variasi instrumen
di pasar valas secara optimal. Bank Indonesia melakukan relaksasi ketentuan di pasar valas,
dengan menyempurnakan ketentuan kewajiban menjaga Posisi Devisa Neto (PDN) Bank
Umum setiap 30 menit melalui penerbitan aturan14. Melalui ketentuan tersebut, Bank
Indonesia menghapuskan kewajiban PDN 30 menit oleh bank. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan ruang gerak yang memadai bagi perbankan dalam mengelola eksposur valas
dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang handal.
Pada akhirnya penyempurnaan ini diharapkan dapat mendorong terciptanya likuiditas dan
efisiensi pasar valas domestik yang sehat.
Selanjutnya, pada tanggal 27 April 2015, Bank Indonesia menerbitkan aturan mengenai Pasar
Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)15. Penerbitan aturan tersebut dilakukan
untuk mendorong percepatan pendalaman pasar keuangan syariah. Penyempurnaan
pengaturan PUAS ini sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk mendukung ketahanan
industri keuangan syariah, termasuk perbankan syariah. Melalui aturan tersebut Bank
Indonesia berupaya untuk menambah alternatif pemenuhan kebutuhan likuiditas
perbankan syariah melalui transaksi surat berharga syariah dengan cara penjualan surat
berharga syariah dengan janji membeli kembali (repurchase agreement) atau disebut juga
dengan Transaksi Repo dengan prinsip syariah. Melalui pengaturan Repo Syariah ini, maka
jenis transaksi yang dapat dilakukan oleh bank syariah bertambah, melengkapi instrumen
syariah yang sudah tersedia sebelumnya, yaitu Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank
(SIMA) dan Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah (SiKA).
Dalam kerangka
strategi nasional
keuangan
inklusif, Bank
Indonesia
melaksanakan
berbagai
program
perluasan akses
keuangan
melalui sinergi
dengan instansi
terkait dan
implementasi
LKD.
54
3.2.4. Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion)
Sebagai bagian dari upaya mendorong kestabilan sistem keuangan, Bank Indonesia
melaksanakan program keuangan yang inklusif. Program ini bertujuan untuk memperluas
akses masyarakat terhadap pemanfaatan produk dan jasa keuangan, yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang merata dan
berkelanjutan.
13
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/6/PBI/2015 tanggal 29 Mei 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/16/
PBI/2014 Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Domestik dan PBI No.17/7/PBI/2015 tanggal 29 Mei
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/17/PBI/2014 Tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara
Bank Dengan Pihak Asing.
14 Peraturan Bank Indonesia No. 17/5/PBI/2015 tanggal 29 Mei 2015 Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/
PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum.
15 Peraturan Bank Indonesia No. 17/4/PBI/2015 tanggal 27 April 2015 Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.2.4.1. TabunganKu dan Basic Saving Account (BSA) dalam rangka mendukung
Gerakan Indonesia Menabung (GIM)
Menindaklanjuti yang kegiatan telah dilakukan Bank Indonesia pada triwulan I-2015
untuk menyempurnakan fitur TabunganKu, pada triwulan laporan Bank Indonesia tengah
menyusun kajian penyempurnaan fitur TabunganKu yang bersinergi dan terintegrasi
dengan tabungan berkarakteristik Basic Saving Account (BSA).
Saat ini, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan telah
mengembangkan produk tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat unbanked,
berupa tabungan “murah”. TabunganKu dan tabungan berkarakteristik BSA merupakan
program yang mendukung pelaksanaan pilar ke-5 dari Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI), yakni membuka saluran distribusi guna meningkatkan fungsi intermediasi
perbankan dalam rangka keuangan inklusif.
Penyusunan kajian ini dipandang perlu untuk melakukan sinergi dan integrasi antara
TabunganKu dengan tabungan berkarakteristik BSA agar dapat menjadi produk bersama
antara Bank Indonesia, OJK, dan perbankan guna mengurangi jumlah unbanked people.
Diharapkan dengan adanya produk “murah” tersebut dapat mendukung Gerakan
Indonesia Menabung (GIM), karena masyarakat dapat menyimpan uangnya di bank tanpa
khawatir saldo tabungannya berkurang karena tingginya biaya administrasi, bahkan tetap
memperoleh bunga tabungan dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Selanjutnya, dalam rangka perluasan implementasi penggunaan TabunganKu, telah
dilakukan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Keuangan, PT. Bank Mandiri dan PT. Bank Negara Indonesia mengenai usulan model bisnis
penyaluran Bantuan Siswa Miskin (BSM) ke depan dan rencana pembahasan kendala
penyaluran BSM pada high level meeting Bank Indonesia dengan kementerian atau lembaga
terkait.
3.2.4.2. Perluasan Pelaksanaan Edukasi Keuangan kepada Masyarakat
Dalam rangka implementasi SNKI pilar ke-1, untuk meningkatkan literasi keuangan, Bank
Indonesia senantiasa melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat luas. Selama
triwulan II, telah dilaksanakan berbagai kegiatan edukasi keuangan, baik terkait keuangan
inklusif secara umum, Layanan Keuangan Digital (LKD), Gerakan Nasional Non-tunai
(GNNT), serta perencanaan keuangan sederhana termasuk gerakan menabung.
Edukasi tersebut telah dilaksanakan di 19 lokasi, dengan rincian sbb:
1. Training of Trainer (ToT) kepada Muslimat NU : 2 lokasi
2. Uji coba modul edukasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) : 1 lokasi
3. Edukasi keuangan kepada enumerator Survei Keuangan Inklusif : 10 lokasi
4. Sosialisasi Elektronifikasi : 2 lokasi
5. Sosialisasi Layanan Keuangan Digital (LKD) : 4 lokasi
Selain program edukasi keuangan reguler diatas, Bank Indonesia telah menyelesaikan
Survei Keuangan Inklusif 2015 secara nasional. Survei tersebut terdiri dari 2 bagian yaitu
Survei Edukasi Keuangan Inklusif dan Survei Keuangan Inklusif. Survei edukasi keuangan
inklusif bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi dan menganalisis tingkat edukasi keuangan
inklusif (awareness, knowledge, attitude dan behaviour); (2) memperoleh gambaran
kebutuhan, permasalahan dan harapan masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan
dan penggunaan atas produk dan jasa keuangan tersebut; (3) mengukur tingkat literasi
keuangan yang dapat dibandingkan dengan negara lain.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
55
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Sedangkan survei Keuangan Inklusif bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menganalisis
tingkat keuangan inklusif di Indonesia mencakup dimensi access, usage dan quality; dan
(2) untuk memperoleh baseline data yang dipergunakan sebagai dasar acuan tingkat
keuangan inklusif di Indonesia.
Berdasarkan survei tersebut, telah disusun laporan Survei Edukasi Keuangan Inklusif.
Kedepan, hasil survei keuangan inklusif tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk:
1. Penyusunan strategi edukasi keuangan inklusif.
2. Penyusunan materi edukasi dan tools monitoring.
3. Penyusunan dan penetapan Key Performance Indicator (KPI) Keuangan Inklusif di
Indonesia.
3.2.4.3. Perluasan Layanan Keuangan Digital (LKD)
Dalam rangka perluasan LKD, pada triwulan II-2015, Bank Indonesia tengah melakukan
penyempurnaan pengaturan dalam rangka perluasan LKD melalui agen individu khususnya
perluasan penyelenggaraan LKD oleh Bank Non-Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4.
Untuk mendukung penerapan aspek interoperability dalam LKD, Bank Indonesia telah
melakukan pertemuan dengan Penerbit Uang Elektronik dari industri telekomunikasi dan
perbankan untuk membahas tahapan dan standarisasi interoperability. Selain itu, telah
dilakukan workshop mengenai implementasi interoperability di Indonesia bekerjasama
dengan GSMA (Global System for Mobile Communications Association), yang merupakan
asosiasi internasional operator telekomunikasi, khususnya operator telekomunikasi yang
bergerak di bidang teknologi Global System for Mobile (GSM).
Dari sisi data, berdasarkan laporan bank penyelenggara LKD periode Mei 2015,
menunjukkan bahwa jumlah agen LKD adalah sebanyak 33.056 agen dan nasabah
pemegang uang elektronik dalam rangka LKD adalah sebanyak 1.029.980 nasabah.
3.2.4.4. Perluasan Implementasi Model Government to Person (G to P) dalam
Rangka Memperluas Implementasi LKD
Pada triwulan laporan, Bank Indonesia telah menusun laporan hasil implementasi G to P
tahap pertama tahun 2015. Dalam laporan tersebut telah disampaikan bahwa penyaluran
bantuan Pemerintah tahap pertama masih dilakukan secara tunai, karena belum diperoleh
pemenang pada proses lelang yang dilakukan Kementerian Sosial sehingga penyaluran G
to P melalui LKD belum dapat dilaksanakan.
Selanjutnya mempertimbangkan bahwa penyaluran bantuan Pemerintah memerlukan
koordinasi dari Kementerian/Lembaga terkait, telah dilakukan pertemuan intensif dengan
Kementerian Sosial, Kementerian Keuangan, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Nasional, dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) untuk
membahas rencana penyaluran G to P berikutnya secara non-tunai. Saat ini Bank Indonesia
juga tengah menyusun alternatif bisnis model penyaluran G to P menggunakan LKD.
3.2.4.5. Pengembangan Informasi Keuangan Inklusif Dalam Rangka Peningkatan
Akses Keuangan
Dalam rangka meminimalisir hambatan informasi untuk mendukung peningkatan akses
keuangan, Bank Indonesia tengah menyelesaikan pengembangan Sistem Informasi
Keuangan Inklusif (SIKI).
56
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Untuk lebih mengoptimalkan sistem dan data yang ada, saat ini tengah dilakukan
penyusunan usulan bisnis model yang mendorong optimalisasi pemanfaatan data e-KTP,
data yang bersumber dari TNP2K dan BPS dalam rangka perluasan akses keuangan, serta
usulan bisnis model Sistem Informasi Petani (SIP) untuk diintegrasikan dengan Sistem
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS).
3.2.4.6. Penghitungan Indikator Keuangan Inklusif
Dalam rangka penyusunan SNKI yang mencakup juga penghitungan indikator keuangan
inklusif, telah disusun laporan yang menyampaikan hasil koordinasi antar Kementerian
dan Lembaga yang memiliki program peningkatan keuangan inklusif. Selain itu telah
dilakukan pengelolaan data dan monitoring program untuk merumuskan indikator serta
tolok ukur (benchmark) yang digunakan. Selanjutnya, Bank Indonesia akan menyusun
laporan indikator keuangan inklusif nasional serta Indeks Inklusi Keuangan nasional dan
breakdown per Provinsi.
3.2.5. Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
Pentingnya kontribusi sektor riil dan UMKM terhadap perekonomian dan stabilitas
sistem keuangan, mendorong Bank Indonesia untuk turut aktif memperkuat sektor riil
dan memberdayakan UMKM. Upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan penelitian,
pengembangan klaster komoditas ketahanan pangan, dan kegiatan lain yang ditujukan
untuk meningkatkan kapabilitas pelaku usaha dan mendorong perbankan menyalurkan
kredit kepada UMKM.
3.2.5.1. Penelitian, Pengembangan, dan Pengaturan dalam Rangka Peningkatan
Akses Kredit atau Pembiayaan UMKM
Bank Indonesia melakukan berbagai penelitian, pengembangan, dan pengaturan guna
meningkatkan kapabilitas UMKM dalam mengakses kredit atau pembiayaan. Selama
periode triwulan II-2015, telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain:
a. Penyelesaian Modul Pencatatan Transaksi Keuangan (PTK) bagi Usaha Mikro dan Kecil
Dalam rangka meningkatkan kemampuan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam
menyusun laporan keuangan yang sederhana, Bank Indonesia bekerjasama dengan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), telah berhasil menyusun Modul pelatihan Pencatatan
Transaksi Keuangan (PTK) bagi UMK yang dilengkapi dengan bidang usaha yang
spesifik pada sektor-sektor ekonomi yaitu: Sektor Pertanian, Sektor Manufaktur, Sektor
Jasa, dan Sektor Perdagangan. Dengan pedoman dan modul yang telah tersusun
sebagai bahan pelatihan, diharapkan UMK dapat menyusun laporan keuangan yang
terstandar dan sistematis yang mampu menggambarkan kondisi keuangan pada
masing-masing bidang usahanya, sehingga membantu lembaga keuangan terutama
lembaga pembiayaan bank dan non-bank dalam menganalisis kemampuan keuangan
UMK untuk memperoleh kredit mikro dan kecil.
Bank Indonesia
mendorong
peningkatan
akses keuangan
kepada UMKM
melalui
pengaturan
insentif dan
disinsentif
bagi bank
umum untuk
menyalurkan
kredit kepada
UMKM.
b. Skema pembiayaan pertanian dengan konsep pembiayaan rantai nilai (value chain
financing)
Sebagai tindak lanjut dari penelitian tentang skema pembiayaan pertanian dengan
konsep pembiayaan rantai nilai (value chain financing) yang telah dilakukan tahun 2014,
Bank Indonesia melakukan pilot project pembiayaan pertanian dengan skema tersebut.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
57
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pilot project bertujuan untuk mengimplementasikan model pembiayaan pertanian
dengan konsep pembiayaan rantai nilai pada komoditas pangan dan hortikultura,
yaitu: beras, cabai merah, dan bawang merah, sehingga diketahui faktor utama
keberhasilan (key success factor) model pembiayaan rantai nilai pertanian tersebut
agar dapat diterapkan dalam skala yang lebih luas, serta memberikan rekomendasi
bagi Pemerintah dan perbankan dalam menerapkan kebijakan pembiayaan sektor
pertanian. Dalam rangka pelaksanaan pilot project tersebut pada Triwulan II-2015, telah
dilakukan pertemuan antar lembaga pelaku usaha di wilayah proyek, yaitu: Tasikmalaya
(cabai merah), Indramayu (beras), Majalengka (bawang merah), dan Brebes (bawang
merah) dalam rangka membangun kesadaran dan komitmen pelaku rantai nilai.
c. Penyempurnaan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
Bank Indonesia
mendorong
pengembangan
klaster komoditas
pangan dan
unggulan daerah,
serta
mengembangkan
wirausaha
melalui
peningkatan
sinergi dalam
mengembangkan
program
inkubator bisnis.
Dalam rangka lebih mendorong peningkatan akses keuangan kepada UMKM, Bank
Indonesia pada Triwulan II-2015 telah menerbitkan aturan16. Aturan tersebut antara lain
mengatur penerapan insentif/disinsentif bagi bank umum untuk menyalurkan dananya
dalam bentuk kredit atau pembiayaan kepada UMKM dengan pangsa minimal 20%
secara bertahap. Dalam penyempurnaan PBI tersebut, pencapaian rasio kredit UMKM
dikaitkan dengan insentif berupa pelonggaran Giro Wajib Minimum Loan to Funding
Ratio (GWM LFR) dan pemberian insentif kepada bank-bank yang menyalurkan kredit
UMKM berupa penyediaan pelatihan bagi Pejabat Kredit/Account Officer (AO) UMKM
Bank, pelatihan bagi UMK, fasilitasi Pemanfaatan Pemeringkatan Kredit (Credit Rating)
untuk UKM, dan publikasi keberhasilan bank, serta pemberian penghargaan (Award)
kepada Bank.
3.2.5.2. Program Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia (KPwDN BI)
Dalam Pengembangan UMKM
1. Program Klaster BI
Salah satu upaya Bank Indonesia dalam mengendalikan laju inflasi adalah melalui penguatan
klaster. Program pengembangan klaster ini berbasis komoditas ketahanan pangan atau
komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi. Sampai dengan triwulan II-2015, Bank
Indonesia telah mengembangkan 131 klaster yang tersebar di seluruh Indonesia, 96
klaster diantaranya merupakan klaster ketahanan pangan (63 klaster komoditi pertanian,
31 klaster komoditi peternakan, dan 2 klaster komoditi perikanan). Total UMKM yang
dibina adalah sebanyak 7.869 unit dan total penyaluran kredit sebesar Rp18,6 miliar. Lima
komoditas utama yang dikembangkan dalam program klaster yang dilaksanakan oleh 43
KPwDN tersebut terdiri dari komoditi padi, sapi, cabai, bawang merah, dan jagung.
Selanjutnya untuk mendukung pengendalian harga cabai yang cenderung meningkat pada
akhir tahun, Bank Indonesia mendukung Gerakan Tanam Cabai Musim Kemarau (GTCK)
yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian di wilayah Kupang, Pontianak, Tasikmalaya, dan
Ternate. Selain empat wilayah tersebut, gerakan ini diperluas ke klaster cabai binaan Bank
Indonesia di KPwDN BI Provinsi. Sulawesi Selatan, KPwDN BI Provinsi. Bangka Belitung, dan
KPwDN BI Jember.
2. Program Pengembangan Wirausaha Bank Indonesia
Pada tahun 2015, program pengembangan wirausaha diarahkan pada upaya untuk
mendorong dan mempercepat pertumbuhan wirausaha melalui peningkatan sinergi
16
58
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 17/12/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015 tentang Perubahan atas PBI No.14/22/PBI/2012 tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
dengan stakeholders (Kementerian, lembaga/instansi) terkait dengan fokus pada
pengembangan program inkubator bisnis.
Menindaklanjuti Nota Kesepahaman mengenai upaya Peningkatan Kemandirian Ekonomi
Pondok Pesantren, Bank Indonesia bersama Kementerian Agama telah merumuskan
kerangka acuan kerja pemberdayaan ekonomi pondok pesantren dan program kerja
yang akan diimplementasikan. Cakupan kegiatan utamanya meliputi pengembangan
program wirausaha melalui pengembangan inkubasi bisnis, edukasi pencatatan transaksi
keuangan, dan peningkatan penggunaan layanan non-tunai. Pada triwulan II-2015, telah
dilakukan pemetaan terhadap pesantren yang akan bertindak sebagai lokasi pilot project
pemberdayaan ekonomi pondok pesantren. Pesantren tersebut berada pada wilayah
Provinsi Bengkulu, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Maluku
Utara.
Sementara itu, sebagai tindak lanjut Nota Kesepahaman dengan Kementerian Hukum
dan HAM, telah dilaksanakan program pengembangan kewirausahaan bagi warga binaan
pemasyarakatan serta peningkatan kapasitas dan perubahan mindset bagi pegawai
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Sampai dengan triwulan II-2015, implementasi
program peningkatan kemandirian narapidana dan klien pemasyarakatan tersebut telah
dilaksanakan di Lapas klas II A Pontianak, Lapas klas II A Palangkaraya, Lapas Klas II A Serang,
Lapas di wilayah KPwDN Jambi, dan Lapas di wilayah KPw Sulawesi Tenggara (Kendari).
Terkait program pengembangan wirausaha, pada triwulan laporan, Bank Indonesia telah
melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholders terkait (Kementerian,
Akademisi, dan Praktisi/Profesional) untuk mendorong pemahaman tentang pentingnya
mengembangkan ekosistem kewirausahaan di Indonesia.
3.2.5.3. Kerja sama Internasional Terkait Pengembangan UMKM
Sebagai bentuk komitmen Bank Indonesia dalam mendukung pengembangan akses dan
kapabilitas UMKM, Bank Indonesia juga aktif dalam berbagai fora internasional yang fokus
pada pengembangan UMKM, khususnya peningkatan akses keuangan atau akses kredit
bagi UMKM.
Pada Triwulan II-2015, Bank Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam beberapa kegiatan
antara lain:
a. Rangkaian kegiatan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
terkait Financial Literacy & Education, termasuk untuk UMKM di Paris, Perancis, pada
5-7 Mei 2015. Pada kesempatan ini Bank Indonesia berpartisipasi dalam pembahasan
program financial literacy untuk wirausaha dan UMKM. Terkait hal ini akan dilakukan
survei di masing-masing negara anggota OECD dan negara undangan untuk
mendapatkan pedoman dan stocktaking program dan kebijakan financial literacy untuk
UKM dan wirausaha. Selain itu, pada “3rd Meeting of the Technical Committee of the OECD
INFE”, Indonesia, diwakili oleh OJK dan Bank Indonesia, masing-masing menyampaikan
presentasi mengenai program literasi keuangan yang dilakukan oleh masing-masing
instansi.
Di tingkat
regional, Bank
Indonesia
melaporkan
hasil penelitian
mengenai
penerapan
credit rating
bank dan UKM
di ASEAN.
b. “The 36th ASEAN SMEWG and Related Meetings” di Bangkok, Thailand, pada 18-22 Mei
2015. ASEAN SMEWG merupakan working group yang dibentuk oleh 10 negara ASEAN
yang bekerja sama dengan lembaga donatur dan sektor swasta untuk memastikan
pengembangan UKM di kawasan ASEAN. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia
diwakili oleh Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
59
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Luar Negeri, Bank Indonesia, dan Universitas Indonesia. Bank Indonesia menyampaikan
presentasi laporan hasil penelitian proyek Developing an ASEAN Benchmark for SME
Credit Rating Methodology. Presentasi dimaksud meliputi manfaat credit rating (baik
untuk bank maupun UKM), persyaratan yang harus dipenuhi untuk implementasi
credit rating di suatu wilayah, tantangan, dan rekomendasi yang diharapkan. Hasil
penelitian telah diterima oleh seluruh negara ASEAN dan pihak Japan-ASEAN Intgration
Fund (JAIF) yang merupakan sponsor penelitian. Selanjutnya, hasil penelitian akan
ditindaklanjuti dengan action lines pada Strategic Action Plan for SME Development (SAP
SMED) periode 2016-2025 yaitu Development of Information System for SME Credit Rating
dengan strategic goal : Increase Access to Finance.
c. “The 4th AFI SME Finance Working Group (AFI SMEFWG) Meeting”, di Kuala Lumpur,
Malaysia, pada tanggal 25-27 Mei 2015. Forum AFI SMEFWG merupakan working group
yang bertujuan untuk mendorong akses keuangan UMKM dan peer learning program,
khususnya terkait SME finance policy and regulatory issues. Bank Indonesia berperan
sebagai salah satu co-chair dalam AFI SMEFWG bersama dengan perwakilan dari
Afrika Selatan dan Bangladesh. Agenda yang dibahas dalam pertemuan antara lain
SME Finance Data Indicators, SME Finance Glossary, SME Finance Policy Catalogue, dan
Guideline Note on Role of Central Banks in SME Finance sebagai deliverables AFI SMEFWG.
d. “Forum The 8th Regional Comprehensive Economic Partnership Trade Negotiating
Committee (8th RCEP-TNC) and Related Meetings/Side Events”, di Kyoto, Jepang pada
tanggal 11-13 Juni 2015. RCEP TNC merupakan perjanjian Free Trade Area (FTA) yang
dibentuk dengan tujuan menciptakan suatu perjanjian liberalisasi yang modern,
komprehensif, dan berkualitas tinggi, yang akan mendukung dan mendorong
pertumbuhan ekonomi, pembangunan, dan integrasi di antara negara ASEAN dan
negara mitra (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, serta India).
Dalam RCEP TNC meeting ke-8 tersebut, Bank Indonesia merupakan salah satu delegasi
Indonesia bersama dengan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional,
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan Kementerian Luar Negeri. Sebagai delegasi,
Bank Indonesia memberi kontribusi pemikiran yang terkait dengan tugas Bank Indonesia
termasuk untuk kepentingan pengembangan UMKM. Pada kesempatan tersebut, Bank
Indonesia dan Bappenas juga melakukan diskusi informal terkait pengembangan
UMKM dengan perwakilan Ministry of Economy, Trade and Industry, Government of Japan
antara lain untuk kemungkinan kerjasama pengembangan UMKM di negara ASEAN,
khususnya dari aspek access to finance. Jepang akan menjajaki bantuan yang dapat
diberikan Jepang, misalnya melalui cross-country guarantee/re-guarantee.
Pemanfaatan
informasi kredit
Bank Indonesia
terus meningkat
sejalan dengan
peningkatan
jumlah debitur
dan fasilitas
kredit, guna
menjaga
pertumbuhan
kredit yang
sehat.
60
3.2.6. Pengelolaan Informasi Perkreditan
Sistem Informasi Debitur (SID) merupakan sebuah sistem yang mengelola data perkreditan
dari lembaga keuangan. Data perkreditan adalah data mengenai pengelolaan kredit yang
diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat baik perorangan maupun badan
usaha. Dalam hal ini, terminologi kata “kredit” tidak hanya terbatas pada kredit dalam
arti hutang/pinjaman (loan), namun keseluruhan kewajiban keuangan yang timbul dari
seorang debitur terhadap lembaga keuangan yang diantaranya meliputi Pinjaman, Bank
Garansi, Letter of Credit (LC).
Pengelolaan data perkreditan tersebut dalam SID dimaksudkan untuk menyediakan
informasi track record debitur dalam mengelola kredit yang dimilikinya. Selanjutnya,
informasi track record tersebut digunakan oleh lembaga keuangan untuk menilai dan
menganalisa calon debitur yang mengajukan kredit. Berdasarkan hasil analisa tersebut,
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
lembaga keuangan akan menentukan apakah calon debitur tersebut layak untuk diberikan
fasilitas kredit atau tidak, berdasarkan dari profil risiko dan faktor pertimbangan lainnya.
Pengelolaan lebih lanjut data perkreditan dapat memberikan dampak positif bagi
lembaga keuangan, diantaranya adalah peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam proses
pengelolaan kredit. Dengan ragam informasi perkreditan yang disediakan, lembaga
keuangan dapat memberikan kredit kepada debitur dengan tingkat bunga dan jenis
agunan yang berbeda antara satu debitur dengan debitur yang lain. Bahkan, apabila
diyakini bahwa calon debitur memiliki rekam jejak yang baik dalam pengelolaan kredit dan
memiliki risiko yang rendah, lembaga keuangan dapat tidak mewajibkan debitur untuk
menyediakan agunan sebagai jaminan atas kreditnya. Selain itu, lembaga keuangan akan
dengan lebih mudah melakukan kontrol dan antisipasi terhadap potensi terjadinya gagal
bayar dari seorang debitur melalui analisa terhadap data perkreditan yang ada, sehingga
hal tersebut dapat mengurangi dampak risiko kerugian bagi lembaga keuangan.
Selain itu, data perkreditan juga bermanfaat untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi lembaga Pemerintah diantaranya Bank Indonesia, OJK, KPK, Kepolisian, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Kementerian Hukum dan HAM, dan
lain-lain. Khusus bagi Bank Indonesia, beberapa tugas dan fungsi yang didukung oleh
data perkreditan mencakup pada penentuan kebijakan dan kontrol terhadap pelaksanaan
kebijakan di bidang moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran. Beberapa kebijakan
yang telah ditetapkan diantaranya adalah penentuan Probability of Default (PD), kebijakan
Loan to Value (LTV) pada kredit perumahan dan kendaraan bermotor, serta pembatasan
jumlah kepemilikan kartu kredit.
Sampai dengan triwulan II-2015, jumlah lembaga keuangan yang tercatat sebagai pelapor
dalam SID adalah 118 Bank Umum, 1.372 Bank Perkreditan Rakyat, dan 28 Lembaga
Keuangan Non-Bank (LKNB). Data perkreditan yang dilaporkan secara rutin setiap bulan
oleh pelapor dari lembaga keuangan sepanjang triwulan tersebut mencapai sejumlah
84,6 juta data debitur dan 189,34 juta rekening fasilitas. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan sebesar 2,21% (qtq) atau 6,05% (yoy) untuk data debitur dan meningkat
sebesar 3,09% (qtq) atau 13,27% (yoy) untuk jumlah rekening fasilitas (Tabel 3.1).
Tabel 3.1
Jumlah Debitur-Fasilitas Triwulan II 2014 – Triwulan II-2015

Sejalan dengan semakin bertambahnya data jumlah debitur dan rekening fasilitas yang
dikelola dalam SID, terdapat pula peningkatan jumlah pemanfaatan informasi perkreditan
Informasi Debitur Individual/IDI) oleh lembaga keuangan. Jumlah permintaan IDI pada
triwulan II-2015 yang mencapai 11,65 juta permintaan, meningkat sebesar 33,10%
(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau meningkat sebesar 12,08% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (Tabel 3.2). Peningkatan
Tabel 3.2
Permintaan Informasi Debitur Individual Triwulan II 2014 – Triwulan II-2015
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
61
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
jumlah permintaan IDI tersebut memiliki korelasi positif terhadap peningkatan jumlah
debitur dan peningkatan jumlah fasilitas kredit. Peningkatan jumlah permintaan informasi
perkreditan tersebut juga mencerminkan tingkat pentingnya informasi perkreditan bagi
lembaga keuangan dalam pengelolaan manajemen risiko perkreditan guna menjaga
pertumbuhan kredit yang sehat.
Kemudian sebagai tindak lanjut rencana pengembangan Sistem Informasi Perkreditan
Nasional (SIPNAS) Bank Indonesia berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan dalam
beberapa aspek pengembangan. Koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan dilakukan
mengingat adanya kebutuhan terkait dengan data perkreditan oleh Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal ini, Bank Indonesia memerlukan data perkreditan
untuk mendukung tugas dan fungsinya di bidang Moneter, Makroprudensial, dan Sistem
Pembayaran, sedangkan Otoritas Jasa Keuangan memerlukan data tersebut untuk
mendukung fungsinya di bidang Mikroprudensial.
Dalam rangka proses perizinan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) yang
akan beroperasi di Indonesia, OJK akan menjalankan proses perizinan tersebut dengan
tetap berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Dalam hal ini, Bank Indonesia memiliki
kepentingan untuk memastikan bahwa LPIP yang akan beroperasi telah siap secara
teknis dan administratif guna memperoleh data dari Bank Indonesia. Selanjutnya, OJK
akan menerbitkan surat perizinan bagi LPIP tersebut. Sampai dengan tahun pertengahan
2015, terdapat 3 (tiga) calon LPIP yang telah memperoleh izin prinsip dari OJK dan sedang
mempersiapkan untuk pengajuan izin usaha.
Dalam rangka pengembangan aspek sistem informasi, Bank Indonesia akan selalu
berkoordinasi dengan OJK untuk mengembangkan sistem informasi perkreditan yang
andal dan berkualitas baik. Tahap pengembangan sistem informasi ini telah dimulai oleh
OJK dan ditargetkan untuk dapat diimplementasikan pada tahun 2017. Selanjutnya, guna
mendukung operasional sistem informasi ini, Bank Indonesia akan mendukung penyediaan
data historis yang selama ini dikelola SID oleh Bank Indonesia.
3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang
Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan dalam upaya menjaga sistem pembayaran
nasional yang lancar, aman, dan efisien. Bank Indonesia terus berupaya agar penggunaan
instrumen pembayaran non-tunai di masyarakat semakin meningkat, antara lain melalui
pencanangan Gerakan Nasional Non-tunai (GNNT).
Sementara itu, kebijakan pengelolaan uang Rupiah tetap difokuskan pada pemenuhan
kebutuhan uang rupiah dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
kondisi uang yang layak edar, dan penyediaan yang tepat waktu.
Berbagai upaya dan langkah kebijakan yang telah dilakukan Bank Indonesia hingga
triwulan II-2015 mampu menjaga kelancaran sistem pembayaran guna menopang transaksi
perekonomian, sebagaimana tercermin pada indikator pengelolaan sistem pembayaran
dan peningkatan perannya terhadap perekonomian berikut ini.
62
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia


 ­€‚ƒ
„
…„
† ‡
††down­
ˆ‰€‚ƒŠ ††
vendor back-up …
‘…‰Š’ Internet Payment, Mobile Payment
”‚Œ…Ž
‚‹Œ…Ž
“
‘ ”ˆ…Ž

…“ ‘…­ …
­€‚ƒ„
‚‹… Ž …Ž…
‘‰•Ž delivery channel
Electronic Data Capture’Ž–mobilephone banking †  “ ­ — …Š ”
  ŠŽ…
„˜
…™ ‰
Š… ˜
„…
ˆ‚­‚
„ ‚ƒ
outflow
 ‚­‚
 ƒ
„ outflow

“““
„
†
”
 ŠŽ…
„…­€‚ƒ ‡
„

  Ž‰ ‡ ˆ‚
‚
…™ ‰
Š… …­€‚ƒ ƒ “ … ­€‚ƒ
†„
outflow ‚ƒoutflow„ † ­ƒˆ 3.3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran
Guna menjaga dan meningkatkan keamanan, efisiensi dan kelancaran sistem pembayaran,
pada triwulan II-2015, Bank Indonesia terus memperkuat infrastruktur sistem pembayaran
antara lain dengan penyiapan sistem pendukung setelmen dana dan surat berharga. Selain
itu, Bank Indonesia juga terus berusaha menjaga kepentingan nasional terkait jasa sistem
pembayaran dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen jasa sistem
pembayaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, pada triwulan II-2015, Bank Indonesia melaksanakan
berbagai kegiatan sebagai berikut:
1. Pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II
Untuk meningkatkan keandalan, keamanan dan kelancaran operasional sistem
pembayaran, Bank Indonesia melakukan pengembangan Sistem BI-RTGS/BI-SSSS
Generasi II sebagai infrastruktur setelmen dana dan surat berharga. Sampai dengan
triwulan II-2015, telah dilakukan Industrial Test dengan Working Group Sistem BI-RTGS/
BI-SSSS Generasi II, serta pelatihan kepada Peserta Sistem BI-RTGS/BI-SSSS Generasi
II terkait operasional penggunaan aplikasi BI-SSSS Generasi II dan Bank Indonesia
Electronic Trading Platform (BI-ETP).
Bank Indonesia
memperkuat
infrastruktur
sistem
pembayaran
dan memperluas
akses
penggunaan
instrumen
pembayaran
non-tunai,
dengan tetap
mengedepankan
aspek
perlindungan
konsumen.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
63
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
2. Pengembangan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Generasi II
Pada triwulan II-2015, terdapat dua kegiatan utama yang dilakukan meliputi:
a. Industrial Test
Industrial test merupakan rangkaian uji coba yang dilaksanakan untuk memastikan
bahwa sistem yang dikembangkan berfungsi sepenuhnya di lokasi Data Center (DC)
dan Disaster Recovery Center (DRC) Bank Indonesia, di Bank Peserta Kliring, serta
dapat memenuhi kebutuhan dalam skala operasional sesuai dengan parameter
yang ditetapkan. Kegiatan industrial test SKNBI Generasi II dibagi menjadi dua bagian,
yaitu end-to-end test dan simulation test. Pelaksanaan simulation test melibatkan
KPwDN Bank Indonesia dan Peserta yang berada di Kantor Cabang dengan tujuan
untuk melakukan simulasi pertukaran warkat. Selama industrial test, sampai dengan
sebelum implementasi, telah diselenggarakan IT clinic untuk membantu bank-bank
yang masih memiliki permasalahan dalam menjalankan aplikasi dimaksud.
b. Implementasi SKNBI Generasi II
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia diimplementasikan pada 5 Juni 2015 dan
secara umum kegiatan operasional sejak awal hingga akhir hari dapat berjalan
dengan baik untuk semua layanan (Layanan Transfer Dana dan Layanan Kliring
Warkat Debet). Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh Peserta (138 Peserta termasuk
Bank Indonesia) dan seluruh Kantor Koordinator Pertukaran Warkat Debit (KPWD).
Selanjutnya untuk meningkatkan performa SKNBI, telah dilakukan penyempurnaan
aplikasi di Sistem Peserta Kliring (SPK) dan Sentral Sistem Kliring (SSK) dan dilakukan
sosialisasi kepada seluruh Peserta SKNBI.
3.Penggunaan Central Bank Money (CeBM) untuk Setelmen Dana Transaksi di Pasar
Modal
Pada triwulan II-2015, telah dilakukan soft launching implementasi penggunaan Central
Bank Money dalam mekanisme setelmen dana atas transaksi di pasar modal tahap
pertama. Secara bertahap, bank kustodian melakukan penyelesaian dana dengan
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), terkait dengan transaksi pasar modal
dalam Rupiah melalui Sistem BI-RTGS. Soft launching ini diikuti dengan peresmian
implementasi penggunaan Central Bank Money pada akhir triwulan II-2015.
4. Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal
melalui SKNBI
Guna memberikan perlindungan nasabah dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank
Indonesia menerbitkan aturan mengenai perlindungan nasabah dalam transaksi
transfer dana dan kliring17. Pengaturan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan
dari aturan mengenai penyelenggaraan transfer dana dan kliring18.
5. Penerbitan Aturan dan Ketentuan Pelaksanaan Penyelenggaraan Transfer Dana
dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia
Bank Indonesia senantiasa berusaha memberikan layanan terbaik dalam
penyelenggaraan sistem pembayaran Bank Indonesia. Hal ini tercermin dari
implementasi pengembangan SKNBI Generasi II dengan dasar hukum aturan Bank
17 Surat Edaran Bank Indonesia No.17/14/DPSP tanggal 5 Juni 2015 tentang Perlindungan Nasabah Dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan
Kliring Berjadwal Melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
18 Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/2015 tanggl 29 Mei 2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank
Indonesia.
64
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Indonesia mengenai transfer dana dan kliring berjadwal oleh Bank Indonesia19.
Ketentuan tersebut diterbitkan sebagai aturan pelaksanaan atas aturan sebelumnya
yang terkait20. Materi pengaturan dalam aturan pelaksanaan mencakup empat layanan
dalam SKNBI yaitu: (i) Layanan Transfer Dana, (ii) Layanan Kliring Warkat Debit, (iii)
Layanan Pembayaran Reguler, dan (iv) Layanan Penagihan Reguler.
6. Perubahan Aturan Pelaksanaan Daftar Hitam Nasional Penarik Cek/Bilyet Giro
Kosong
Bank Indonesia menyempurnakan penyelenggaraan SKNBI antara lain dengan
mengubah layanan kliring warkat debet yang semula desentralisasi menjadi sentralisasi.
Dengan adanya penyempurnaan tersebut dilakukan perubahan aturan pelaksanaan21.
Pokok perubahan pada aturan tersebut meliputi:
a. Mekanisme penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro yang dilakukan Bank melalui kliring;
b. Perubahan alamat korespondensi atas pendaftaran Kantor Pusat Daftar Hitam
Nasional dan permohonan pembatalan penolakan Cek dan/atau Bilyet Giro kosong
kepada Bank Indonesia selaku Penyelenggara; dan
c. Perubahan rujukan pengaturan mengenai alasan penolakan Bilyet Giro.
7. Perluasan Penggunaan Nontunai
Dalam rangka pelaksanaan roadmap elektronifikasi untuk meningkatkan transaksi
pembayaran secara nontunai, selama triwulan II, telah dilakukan beberapa kegiatan
sebagai berikut:
a.Penyusunan roadmap elektronifikasi retail payment
Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan roadmap elektronifikasi retail
payment. Road map dimaksud akan diimplementasi melalui program elektronifikasi
secara bertahap dalam kurun waktu 2015 s.d. 2024.
b.Pelaksanaan roadmap elektronifikasi dalam rangka meningkatkan transaksi
pembayaran secara nontunai
Dalam rangka mendukung implementasi program elektronifikasi yang dituangkan
pada road map elektronifikasi, Bank Indonesia telah menyusun mapping sebaran
perangkat EDC pada merchant dan kesiapan infrastruktur pendukung transaksi nontunai. Berdasarkan hasil mapping tersebut saat ini tengah disusun kajian insentif
pajak bagi transaksi nontunai bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas
Kementerian/Lembaga terkait program elektronifikasi dan keuangan inklusif,
sampai dengan triwulan laporan telah dilakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman (NK) atau Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan delapan Kementerian/
Lembaga yaitu: Kementerian Ketenagakerjaan, OJK, BNP2TKI, Dirjen Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Ditjen Pajak, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (NK
dan PKS), serta dengan Muslimat Nahdlatul Ulama.
19
Surat Edaran Bank Indonesia No.17/13/DPSP tanggal 5 Juni 2015 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank
Indonesia.
20 Peraturan Bank Indonesia No.17/9/PBI/2015 tanggal 29 Mei 2015 Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank
Indonesia.
21 Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
65
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
c. Mapping bisnis proses transaksi pembayaran Pemerintah
Sampai dengan triwulan II-2015, Bank Indonesia telah melakukan penyusunan
16 bisnis model (11 Kementerian dan lima Pemerintah Daerah) dalam rangka
pengembangan elektronifikasi pembayaran Pemerintah. Sebagai tindak lanjut NK/
PKS dengan Kementerian/Lembaga terkait serta kajian bisnis model untuk transasi
pembayaran Pemerintah, selama triwulan II-2015 telah dilakukan:
1) Knowledge sharing implementasi elektronifikasi pembayaran Pemerintah di
Pemerintah Kota Bandung untuk implementasi Bandung Smart Card.
2) FGD dengan Kementerian/Lembaga terkait dalam rangka mendorong
elektronifikasi transaksi Person to Government (P2G).
3) Pendalaman kajian mapping bisnis model pada lima Kementerian.
4) Penyampaian hasil pemetaan bisnis model untuk transaksi pembayaran
Pemerintah kepada lima Pemerintah Daerah untuk ditindaklanjuti oleh masingmasing Pemerintah Daerah dengan penyusunan roadmap dengan KPwDN
setempat.
8. Ketentuan Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI
Untuk mendukung terwujudnya kedaulatan Rupiah di wilayah NKRI, Bank Indonesia
telah menerbitkan aturan mengenai kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia22. Pengaturan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan
atas aturan sebelumnya23. Pokok-pokok pengaturan yang diatur dalam aturan
pelaksanaan dimaksud antara lain meliputi penjelasan lebih rinci ketentuan kewajiban
penggunaan Rupiah dan pengecualian kewajibannya, kewajiban pencantuman harga
barang dan/atau jasa dalam Rupiah, pengawasan atas kepatuhan terhadap penggunaan
Rupiah di wilayah NKRI, dan tata cara pengenaan sanksi.
9. Pembentukan Forum Sistem Pembayaran Indonesia
Dalam rangka mendukung penyelenggaraan dan pengembangan sistem pembayaran
di Indonesia yang lancar, aman, efisien dan andal, telah dipersiapkan pembentukan
Forum Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI). Pembentukan FSPI diharapkan dapat
meningkatkan koordinasi dan harmonisasi kebijakan, pengaturan dan program kerja
tiap kementerian dan otoritas, serta memberikan kesempatan bagi industri untuk
berkoordinasi dengan kementerian dan otoritas. Pada periode laporan telah dilakukan
roadshow level teknis ke Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, OJK dan
Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka memberikan gambaran awal
terkait pembentukan FSPI dengan penyerahan Term of References dan Charter FSPI
kepada masing-masing institusi.
10.Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Dunia Maya di Bidang Sistem
Pembayaran
66
Bank Indonesia bekerjasama dengan Kepolisian mengadakan seminar dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kejahatan dunia maya di bidang sistem pembayaran.
Seminar tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan peningkatan
22
23
Surat Edaran No. 17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 perihal Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
keamanan dalam rangka memitigasi risiko atas tindak kejahatan di bidang Sistem
Pembayaran. Seminar dihadiri oleh instansi dan asosiasi terkait serta penyelenggara
jasa sistem pembayaran.
11.Upaya Pemberantasan Gesek Tunai
Gesek tunai (Gestun) adalah penarikan dana tunai dengan menggunakan kartu kredit
di merchant seolah-olah melakukan transaksi belanja. Praktik Gestun secara ketentuan
dilarang dalam aturan Bank Indonesia24. Sebagai upaya pemberantasan gestun,
Bank Indonesia memfasilitasi Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan
Asosiasi Kartu Kredit (AKKI) bersinergi dalam mendorong pemberantasan transaksi
gestun. Hal ini tertuang dalam Nota Kesepahaman Penutupan Pedagang (Merchant)
Penarikan Gesek Tunai pada tanggal 12 Juni 2015. Terkait NK tersebut, Bank Indonesia
telah melaksanakan media briefing pada 19 Juni 2015 untuk mensosialisasikan nota
kesepahaman dan menegaskan dukungan Bank Indonesia terhadap upaya bank
penerbit dan acquirer untuk memonitor, meminta klarifikasi, serta mengedukasi para
merchant dan nasabah terkait pemberantasan gesek tunai.
12.Edukasi dan Sosialisasi Instrumen Pembayaran Nontunai dan Perlindungan
Konsumen
Dalam rangka memperkenalkan masyarakat pada instrumen pembayaran nontunai
dan perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran, Bank Indonesia secara aktif
melaksanakan edukasi dan sosialisasi di berbagai kegiatan seperti Bank Indonesia Car
Free Day. Selain itu, edukasi dan sosialisasi juga dilakukan melalui kerja sama dengan
lembaga lain melalui partisipasi pada berbagai acara dan kegiatan seperti Jelajah
Nontunai (Kompasiana), Perayaan Hari konsumen Nasional Kementerian Perdagangan,
dan Ekspedisi Nusantara Jaya (Kemenko Maritim). Melalui edukasi dan sosialisasi
yang terus dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepercayaan
masyarakat terhadap instrumen pembayaran nontunai serta perlindungan konsumen
yang pada akhirnya dapat meningkatkan transaksi nontunai Indonesia.
13.Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Untuk meningkatkan keamanan, kelancaran, kendalan dan efisiensi dalam
penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesia sebagai otoritas sistem
pembayaran melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran.
Adapun obyek pengawasan meliputi sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia maupun yang diselenggarakan oleh industri seperti Penyelenggara
APMK, Uang Elektronik, Transfer Dana Bukan Bank (TD BB), dan Kegiatan Usaha Pedagang
Valuta Asing (KUPVA BB). Pengawasan dilakukan dengan cara pemeriksaan langsung
(onsite) dan pemeriksaan tidak langsung (offsite) melalui laporan yang disampaikan.
Secara umum, hal yang menjadi ruang lingkup pemeriksaan penyelenggara sistem
pembayaran adalah kepatuhan pada ketentuan, penerapan prosedur (termasuk
penerapan program Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
(PPT), pengendalian internal), dan kesehatan perusahaan. Pada triwulan II-2015, telah
dilakukan kegiatan pengawasan terhadap penyelenggara APMK, penyelenggara TD
dan KUPVA BB. Selain itu, pada periode laporan telah dilakukan juga pemeriksaan
bersama (joint audit) dengan PPATK terhadap KUPVA BB yang dilakukan terhadap satu
KUPVA BB di Bandung dan enam di Jakarta. Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap
KUPVA BB yang memiliki jumlah transaksi tinggi.
24 Peraturan Bank Indonesia No. 11/11/2009 sebagaimana diubah dengan PBI No. 14/2/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
67
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.3.2. Kebijakan Pengelolaan Uang
Bank Indonesia
memenuhi
peningkatan
kebutuhan
uang Rupiah
menjelang
Ramadhan,
melalui kerja
sama distribusi
dan layanan kas.
Selain itu, untuk
mendorong
penggunaan
Rupiah di
wilayah NKRI,
Bank Indonesia
mengatur
pelaksanaannya
disertai
komunikasi
secara intensif
kepada publik.
Kebijakan pengelolaan uang rupiah diarahkan untuk mencapai tiga pilar, yaitu (i)
ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya, (ii) distribusi dan pengolahan uang
yang aman dan optimal, serta (iii) layanan kas yang prima.
Selama triwulan II-2015, implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar pertama
adalah:
a. Kerja sama pencetakan uang Rupiah tahun 2015 dengan Perusahaan Umum
Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri)
Pada 2015, Bank Indonesia menempatkan pesanan cetak uang Rupiah ke Perum
Peruri sebanyak Rp319,2 triliun terdiri dari Rp318,0 triliun atau 9,3 miliar lembar uang
kertas dan Rp1,1 triliun atau 1,6 miliar keping uang logam. Pada triwulan II-2015, telah
terealisasi rencana cetak sebesar Rp72,3 triliun, terdiri dari Rp72,0 triliun (2,4 miliar
lembar) uang Rupiah kertas dan Rp327,8 miliar (432,0 juta keping) uang Rupiah logam.
Dengan demikian, selama semester I-2015 rencana cetak telah terealisasi Rp170,5 triliun
atau 105,5% dari rencana cetak pada periode yang sama.
b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium terhadap Uang Rupiah yang Diduga Palsu dan
Pemberian Keterangan Ahli dalam Tindak Pidana Rupiah Palsu
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap uang Rupiah
yang diduga palsu yang disampaikan kepada Kepolisian Republik Indonesia. Hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut menjadi salah satu alat bukti di pengadilan dalam
persidangan tindak pidana kasus pemalsuan uang Rupiah. Selain itu, Bank Indonesia
juga memberikan keterangan ahli uang Rupiah pada kasus tindak pidana pemalsuan
uang Rupiah.
Pada triwulan II-2015, Kantor Pusat Bank Indonesia telah melakukan delapan kali
pemeriksaan laboratorium terhadap uang Rupiah yang diduga palsu atas permintaan
Polri dan memberikan delapan kali keterangan ahli dalam penanganan tindak pidana
kasus pemalsuan uang Rupiah oleh Kepolisian RI.
c. Sosialisasi dan Edukasi Publik mengenai Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR)
Selama triwulan II-2015, Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) telah melakukan 15 kegiatan
sosialisasi ciri keaslian uang Rupiah di beberapa wilayah Indonesia, antara lain Bogor,
Bangka Belitung, Cepu, Makassar, Banjarmasin, Kupang, Papua Barat, serta di wilayah
Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan tersebut diikuti oleh peserta dari berbagai kelompok
masyarakat/instansi, antara lain Hakim, Kepala Unit Reserse Kepolisian RI, guru dan
pelajar, serta masyarakat umum. Kegiatan sosialisasi kepada Hakim di Banjarmasin
merupakan kerjasama Bank Indonesia dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Mahkamah
Agung RI. Kegiatan sosialisasi CIKUR kepada masyarakat dan perbankan juga dilakukan
oleh seluruh kantor Bank Indonesia di daerah.
Implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar kedua adalah sebagai berikut :
a. Distribusi uang ke satuan kerja kas Bank Indonesia
68
Distribusi uang dilakukan ke KPBI, 11 KPwDN-BI sebagai Depo Kas yang akan
melanjutkan distribusi ke KPwDN-BI dibawah area distribusinya, serta 4 KPw DN BI
lainnya. Selama triwulan laporan, realisasi pengiriman uang Rupiah mencapai Rp115,7
triliun dalam berbagai pecahan, terdiri Rp84,3 triliun untuk memenuhi kecukupan
persediaan kas KPwDN-BI dan Rp31,4 triliun untuk KPBI.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
b. Distribusi Kerja Sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
di bidang jasa angkutan terkait distribusi uang
Kerja sama dalam rangka distribusi uang dilakukan dengan PT. Kereta Api Indonesia, PT.
PELNI, dan PT. Silkargo untuk menyediakan armada transportasi secara reguler, berupa
kereta api, kapal penumpang, dan kapal barang untuk mendukung kelancaran kegiatan
distribusi Rupiah ke seluruh Indonesia.
Implementasi kebijakan dalam rangka mencapai pilar ketiga adalah sebagai berikut:
a. Layanan kas Keliling di tempat keramaian, seperti pasar, stasiun Kereta Api,
pameran
Kegiatan ini berupa penukaran uang pecahan besar menjadi uang pecahan kecil
dan uang rusak/cacat/lusuh dengan uang layak edar. Selama triwulan laporan, telah
dilakukan 777 kegiatan kas keliling dengan total jumlah penukaran sebesar Rp485,8
miliar. Frekuensi kegiatan kas keliling tersebut, meningkat sebesar 154 kegiatan dari
623 kegiatan pada triwulan sebelumnya dengan nilai penukaran Rp421,3 miliar.
b. Layanan Kas Titipan
Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan di daerah yang sulit atau belum
terjangkau oleh layanan Bank Indonesia namun memiliki aktivitas ekonomi yang cukup
tinggi (blank spot area), membuka layanan Kas Titipan. Sampai dengan akhir triwulan
II-2015, Bank Indonesia telah bekerjasama dengan 12 bank umum sebagai bank
pengelola dengan membuka 31 Kas Titipan pada perbankan yang tersebar di wilayah
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua. Jumlah kantor bank
sebagai anggota Kas Titipan mencapai 277 kantor.
Penarikan uang oleh bank pengelola Kas Titipan selama triwulan II-2015 tercatat Rp11,3
triliun, naik Rp5,4 triliun (91,9%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp5,9
triliun), yang terutama dipengaruhi oleh faktor seasonal periode Ramadhan tahun 2015.
Selain pemenuhan kebutuhan uang tunai di wilayah NKRI, Bank Indonesia juga mendorong
implementasi Peraturan Bank Indonesia tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di wilayah
NKRI, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Penggunaan mata uang Rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI, merupakan bentuk
dari penegakan kedaulatan negara, serta dukungan terhadap upaya menjaga stabilitas
nilai mata uang Rupiah dan stabilitas perekonomian secara makro.
Pada tanggal 1 Juni 2015, Bank Indonesia telah menerbitkan aturan mengenai kewajiban
penggunaan Rupiah di wilayah NKRI25. Ketentuan ini merupakan pedoman teknis dari
aturan payung sebelumnya26.
Sosialisasi dan komunikasi publik mengenai ketentuan tersebut dilakukan secara intensif di
berbagai wilayah Indonesia. Kantor Pusat Bank Indonesia juga membuka layanan Call Center
pada setiap hari kerja, serta klinik konsultasi pada setiap Selasa dan Kamis. Sejak layanan
Call Center dibuka pada 1 April 2015 sampai dengan 30 Juni 2015, tercatat 7.305 telepon/
email dari stakeholders yang telah dilayani, dan 400 perusahaan yang telah mengikuti klinik
konsultasi. Selain itu, telah dilakukan pula kegiatan sosialisasi kepada perbankan seluruh
Indonesia (118 bank), berbagai Kementerian/Lembaga Negara, serta Asosiasi Usaha.
25
26
Surat Edaran No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
69
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan kerja sama dengan Kepolisian RI untuk
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dilakukan penandatanganan Pokok-Pokok
Kesepahaman (PPK) terkait dengan Kewajiban Penggunaan Rupiah, Pengawalan dan
Pengamanan, Pengawasan Badan Usaha Jasa Pengawalan (Cash in Transit/CiT), Kejahatan
di bidang Sistem Pembayaran, dan Penanggulangan Pemalsuan Uang Rupiah. PPK tersebut
merupakan pedoman teknis pelaksanaan Nota Kesepahaman (NK) antara Bank Indonesia
dan Kepolisian RI pada tahun 2014 di tingkat daerah. Sampai dengan triwulan II-2015,
penandatanganan PPK telah dilakukan di 11 Provinsi yaitu Sumatera Utara, Kepulauan
Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Bali, Sulawesi Tengah,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Bank Indonesia
berperan aktif
dalam berbagai
fora kerja sama
internasional
antara lain
dengan fokus
pada upaya
mendukung
stabilitas
ekonomi
dan sistem
keuangan
di tengah
ketidakpastian
global.
3.4. Kerjasama Internasional
3.4.1. Kerjasama Negara G20
Sepanjang triwulan II-2015, Bank Indonesia telah melaksanakan beberapa kegiatan terkait
keanggotaan Indonesia dalam forum G20. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri pertemuan
tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, pertemuan Working Group, serta
pertemuan tingkat Deputi Menteri Keuangan dan Deputi Gubernur Bank Sentral. Selain
itu, BI juga telah melakukan diseminasi dan koordinasi lintas instansi terkait dengan G20
Growth Strategy. Kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka kerjasama negara G20 adalah
sebagai berikut:
a.Pertemuan G20 tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral di
Washington D.C, AS, 16 – 17 April 2015
Dinamika dan hasil pertemuan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
(i) Kondisi Perekonomian Global. Para Gubernur dan Menteri Keuangan negara G20
menekankan pentingnya policy coordination mengingat perekonomian global masih
dihadapkan pada berbagai tantangan. Sejumlah negara juga menggarisbawahi
pentingnya pengembangan Global Financial Safety Net. Terkait hal tersebut, Bank
Indonesia mengingatkan potensi risiko vulnerabilitas pasar keuangan yang akan
berdampak pada gejolak nilai tukar, terutama di negara emerging. Bank Indonesia
juga berpandangan bahwa koordinasi kebijakan global perlu ditingkatkan dan
terus melanjutkan kebijakan reformasi struktural.
(ii) Framework for Strong, Sustainable and Balanced Growth. G20 menegaskan
kembali perannya dalam meningkatkan confidence dan mengurangi vulnerabilities
melalui implementasi kebijakan makroekonomi dan reformasi struktural yang
efektif dalam upaya meningkatkan global demand dan potential growth. G20 akan
mengimplementasikan kebijakan fiskal yang fleksibel dengan tetap menjaga
rasio utang terhadap PDB. Di sisi moneter, penetapan kebijakan perlu dilakukan
secara hati-hati dan terukur serta harus dapat dikomunikasikan dengan jelas untuk
meminimalisir negative spillovers. Bank Indonesia menyampaikan kebijakan yang
telah dilakukan Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan pada satu sisi,
dan pada sisi lain telah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
(iii)Investasi dan Infrastruktur. Para Gubernur dan Menteri Keuangan menekankan
pentingnya kebijakan untuk peningkatan ekosistem investasi, mendorong efisiensi
investasi infrastruktur dan mendukung perluasan kesempatan pembiayaan bagi
pelaku usaha termasuk UMKM. Mempertimbangkan pentingnya peran swasta
dalam investasi infrastruktur, G20 akan melanjutkan upaya penguatan capacity
building, menjalankan model Public Private Partnership (PPP).
70
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
(iv)Reformasi IMF. G20 menyatakan kekecewaan dengan tertundanya the 2010 IMF
Quota and Governance Reforms meski sejumlah negara menyampaikan apresiasi
atas upaya AS untuk meratifikasi 2010 reforms. G20 juga meminta IMF agar segera
mengambil langkah sementara untuk menjembatani gap quota share dari 2010
reform. Indonesia menyampaikan dukungan terhadap upaya mempercepat
penerapan The 2010 Reforms, termasuk melalui langkah interim jika diperlukan, dan
perlunya memulai persiapan 15th General Quota Review, antara lain dengan mulai
melakukan review formula kuota.
(v)Regulasi Sektor Keuangan. G20 menegaskan kembali komitmen untuk
memperkuat sistem keuangan global. Beberapa isu yang diangkat terkait
penguatan sistem keuangan diantaranya penyelesaian Total Loss Absorbing
Capacity (TLAC), penyelesaian higher loss absorbency requirements for global
systemically important insurances oleh International Association of Insurance
Supervisors, penyelesaian kriteria untuk mengidentifikasi sekuritisasi yang simple,
transparan dan comparable oleh BCBS – IOSCO27, serta isu shadow banking. Bank
Indonesia kembali menyampaikan permintaan agar International Organizations
(IOs) memperhatikan kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh Emerging Market
and Developing Countries (EMDCs) dalam implementasi reformasi tersebut sehingga
dapat memberi penilaian yang lebih akurat atas compliance EMDCs.
(vi)Sistem Perpajakan Internasional. G20 berkomitmen untuk mengambil langkah
lebih lanjut dalam upaya pencapaian sistem perpajakan internasional yang adil dan
modern melalui penyelesaian the G20/OECD Base Erosion and Profit Shifting (BEPS)
Action Plan.
b. Pertemuan G20 Framework Working Group di Roma, 28-29 Mei 2015
Dinamika dan hasil pertemuan mencakup beberapa hal sebagai berikut:
(i) Terkait dengan kondisi ekonomi global, IMF menyampaikan outlook pertumbuhan
ekonomi global yang masih melambat dan tidak merata. Upside risks masih
bersumber dari harga minyak yang rendah meskipun sudah mulai bergerak naik.
Sementara, sentimen dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan, potensi
secular stagnation dan inflasi yang rendah di negara maju, geopolitik dan apresiasi
USD dengan skala yang besar merupakan downside risks.
(ii) IMF juga menyampaikan hasil analisa dampak dari Quantitative Easing (QE) yang
dilakukan oleh Euro Area yang pada intinya dapat berdampak pada peningkatan
investasi dan konsumsi di kawasan Eropa. Hal ini diharapkan juga akan berdampak
positif pada pertumbuhan ekonomi global. Terkait dengan hal tersebut, Indonesia
menyampaikan masukan bahwa dampak QE yang dilakukan oleh Euro Area
terhadap perekonomian Indonesia saat ini masih relatif terbatas karena belum ada
tendensi peningkatan aliran modal dari Euro Area ke Indonesia secara signfikan.
(iii)Pada peer review untuk Adjusted Growth Strategy (AGS), Indonesia menyampaikan
presentasi mengenai review terhadap kebijakan makroekonomi yang disampaikan
oleh negara anggota G20. Secara umum disampaikan pandangan bahwa dengan
memperhatikan tantangan perekonomian global saat ini yang kian meningkat,
negara anggota G20 harus mempertimbangkan dengan seksama policy trade-off
yang dihadapi dalam mengimplementasikan bauran antara kebijakan nilai tukar,
moneter, fiskal maupun makroprudensial. Indonesia juga menekankan pentingnya
upaya koordinasi global yang berkelanjutan untuk menciptakan iklim perekonomian
global yang kondusif.
27
Basel Committee on Banking Supervision (“BCBS”) and the International Organization of Securities Commissions (“IOSCO”).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
71
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
(iv)Adapun hasil review OECD dan World Bank terhadap AGS adalah sbb:
a. OECD berpendapat bahwa ada 5 area dalam prioritas Going for Growth (GfG)
yang belum dicakup dalam Brisbane Growth Strategies dan seharusnya dapat
diakomodasi oleh AGS, yaitu: labor policy, public sector efficiency, tax, support for
agriculture and Product Market Regulation.
b. World Bank menilai ada beberapa negara Emerging Market Economies (EMEs)
yang masih kurang responsif dalam mengatasi policy gaps yang dihadapi, yaitu
Tiongkok, Saudi Arabia, Afrika Selatan dan Turki (Low Responsiveness). Sementara
Indonesia bersama Brazil, India dan Meksiko termasuk dalam kategori MediumHigh.
c. Selanjutnya World Bank menyampaikan review umum terhadap AGS
negara EMEs. Adapun Indonesia dianggap sudah memperkuat komitmen
infrastrukturnya dengan langkah konkrit dan pembiayaan yang lebih jelas.
Namun Indonesia masih perlu merumuskan kebijakan yang lebih konkrit dalam
bidang tenaga kerja dan kompetisi. Selain itu World Bank juga menyampaikan
beberapa policy gaps yang perlu menjadi perhatian Indonesia, yaitu:
dukungan perbaikan regulasi dan manajemen investasi publik, penghapusan
proteksionisme dalam perdagangan dan investasi serta reformasi pasar tenaga
kerja.
(v) Sebagai wujud pertanggungjawaban publik dan kredibilitas G20, maka Framework
Working Group (FWG) akan melakukan Accountability Assessment yang akan
dilaporkan pada Leaders Summit pada November 2015.
c. Pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara
G20, di Bodrum, Turki, 15-16 Juni 2015
Dinamika dan hasil pertemuan adalah sebagai berikut:
(i) Perekonomian Global. Secara umum disepakati beberapa hal untuk menjadi solusi
bersama, yaitu: (1) perlunya clear and well calibrated communication, (2) perlunya
mendorong structural reform, (3) perlunya penerapan kebijakan lain di masingmasing negara untuk meningkatkan confidence akan outlook yang lebih baik.
(ii) Terkait dengan scenario analysis ekonomi global, Bank Indonesia menyampaikan
usulan analisa dampak perubahan Fed Fund Rate, penguatan USD dan volatilitas di
bond market kepada pertumbuhan jangka pendek dan jangka panjang, dampak
komitmen di Framework for Strong, Sustainable Growth (FSSBG) untuk meningkatkan
pertumbuhan dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta collective action
yang perlu dilakukan oleh G20 untuk mendorong pertumbuhan jangka pendek
dan jangka panjang.
(iii)Untuk memastikan pencapaian collective growth, G20 juga dapat melakukan
penyesuaian strategi jika diperlukan (adjusted growth strategy) dengan
memperhatikan kondisi perekonomian terkini dan mendorong pertumbuhan
inklusif. Sejumlah Deputi menekankan perlunya menjaga komposisi fiskal yang
sehat dan untuk itu diharapkan pertemuan bulan September membahas trade off
antara kebutuhan konsolidasi dan kebutuhan stimulus mengemuka dalam upaya
mendorong pertumbuhan yang lebih kuat.
(iv)Investasi dan Infrastruktur. Pentingnya kolaborasi antara Investment and
Infrastructure Working Group (IIWG) dengan Global Infrastructrue Hub (GIH) yang
didirikan di Australia serta Global Infrastructure Facilities (GIF) dari World Bank
72
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Group. Selain itu, juga ditekankan pentingnya memperhatikan kualitas investasi
sebagai wujud deliberasi G20, serta pengembangan PPP Model untuk peningkatan
pembiayaan pembangunan infrastruktur.
(v) Regulasi Sektor Keuangan. Secara umum dibahas agenda reformasi sektor
keuangan global yang akan menjadi deliverable pada Antalya Summit. Terkait hal
tersebut, Indonesia dan World Bank menyoroti salah satu agenda building resilient
financial institution mengenai revisi kerangka risiko kredit pendekatan standar
oleh Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) yang dianggap memiliki
kompleksitas serta analisa dampak dari revisi kerangka kebijakan tersebut terhadap
emerging economies.
(vi)Bilateral Meeting dengan Bank Sentral Turki (CBRT). Bank Indonesia telah
melakukan pertemuan dengan Bank Sentral Turki (CBRT) untuk membicarakan
upaya peningkatan kerjasama antara kedua bank sentral. Kerjasama tersebut dalam
bentuk Policy Dialogue (exchange of information), capacity building program dan joint
research/joint seminar.
d. Kegiatan Seminar dan Focus Group Discussion G20 di Yogyakarta, 7-8 Mei 2015
Dinamika kegiatan yang berlangsung adalah sebagai berikut:
(i) Kegiatan bertujuan untuk melakukan diseminasi perkembangan isu dan keterlibatan
Indonesia di forum G20, serta mendapatkan masukan dari lintas instansi dan
akademisi terkait dengan penyusunan Cetak Biru G20 dan Adjusted Growth Strategy.
(ii) Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pelaksanaan seminar: “Peningkatan Peran
Indonesia dalam Forum G20 untuk Mendorong Perekonomian Nasional dan
Membawa Aspirasi Negara Berkembang”; Expert Group Discussion pada Draft
Cetak Biru Indonesia di G20: Perspektif dan Masukan Akademisi; serta Focus Group
Discussion: G20 Comprehensive Growth Strategies.
3.4.2. Kerja Sama International Monetary Fund (IMF)
Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia telah melaksanakan beberapa kegiatan terkait
keanggotaan Indonesia dalam IMF. Salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan yaitu
menghadiri rangkaian pertemuan IMF-WB Spring Meeting pada April 2015. Selain itu pada
triwulan laporan juga terdapat IMF Staff Visit, Kunjungan Deputy Managing Director IMF dan
Pembahasan Quota Formula.
a)Rangkaian pertemuan yang terdiri dari Joint Meeting IMF-WB SEAVG, Early
Warning Exercise IMFC dan IMFC Plennary Meeting menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
•
Perlunya peningkatan potensial dan actual growth serta mendukung upaya
pencapaian tujuan pertumbuhan global yang kuat, seimbang sekaligus berfokus
pada upaya perluasan lapangan kerja.
•
Menyambut baik program Catastrophe Containment and Relief (CCR) Trust yang
digagas oleh IMF termasuk dukungan kepada negara terdampak Ebola.
•
Menyampaikan keprihatinan terhambatnya upaya reformasi kuota IMF.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
73
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
B)IMF Staff Visit dalam rangka persiapan Article IV Mission di Indonesia
IMF melakukan staff visit ke Indonesia pada Juni 2015 dalam rangka surveillance sebelum
pelaksanaan Article IV Consultation28 yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015.
Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk melihat perkembangan makroekonomi dan
prospek jangka pendek; perkembangan fiskal dan implementasi tata kelola anggaran
Pemerintah yang sehat, termasuk modalitas pembiayaan infrastruktur; perkembangan
sektor keuangan dan swasta serta progres reformasi legislasi sektor keuangan; dan
melakukan pembahasan awal terkait masalah struktural yang akan dibahas secara lebih
mendalam pada Article IV Consultation di akhir tahun.
C)Pembahasan Quota Formula – Data Update
IMF pada bulan Juni 2015 menyusun paper mengenai quota formula update yang
menyampaikan perhitungan kuota dengan menggunakan data terkini, yaitu data tahun
2013 dibandingkan dengan simulasi sebelumnya yang menggunakan data tahun 2012.
Hasil dari perhitungan tersebut menghasilkan terjadinya pergeseran pangsa kuota
EMDC meningkat sebesar 1,3% sehingga pangsa kuota EMDC menjadi 48,7%.
Bank Indonesia masih melihat pentingnya kelanjutan upaya untuk memperbaiki
formula kuota dengan pertimbangan bahwa perbaikan formula kuota tidak hanya
untuk meningkatkan pangsa kuota EMDC, namun pada prinsipnya bertujuan untuk
memperolah formula kuota yang dapat merepresentasikan peran relatif masing-masing
negara anggota dalam perekonomian global.
3.4.3. Kerja Sama dalam forum Islamic Development Bank (IDB)
Pertemuan tahunan IDB Group 1436 H pada Juni 2015, memiliki arti penting mengingat
pertemuan menjadi langkah awal dalam rangka persiapan Indonesia menjadi tuan rumah
bagi pelaksanaan annual meeting IDB tahun 2016, serta melakukan bilateral meeting
dengan IDB dalam membahas beberapa agenda, seperti rencana peluncuran Zakat Core
Principles (ZCP), pembentukan International Islamic Inclusive Financial Service Board (IIFSB),
pembentukan Mega Islamic Infrastructure Bank atau World Islamic Investment Bank (WIIB) di
Jakarta, dan lainnya.
3.4.4. Kerja Sama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Sektor keuangan ASEAN dipandang merupakan salah satu bagian yang terpenting dari
ASEAN Economic Community (AEC). Terkait dengan hal tersebut menindaklanjuti mandat
Pemimpin ASEAN tentang penyusunan AEC Vision Post-2015, visi integrasi sektor keuangan
ASEAN paska 2015 (ASEAN Financial Integration Vision Post-2015) telah diintegrasikan
kepada ASEAN Attendant Document (ASEAN AD).
Selanjutnya, ASEAN memandang bahwa seluruh visi yang diartikulasikan dalam ASEAN
Economic Community Blueprint 2015 (AEC Blue print 2015) masih sangat relevan. Untuk itu,
kerangka kerja baru yang mencakup rencana 10 tahun kedepan (new 10-year framework
of AEC 2025) disusun berdasarkan AEC Blueprint yang saat ini berlaku yang terdiri dari
pilar-pilar kebijakan tingkat ASEAN yang saling terkait yaitu: (i) Highly Integrated and
Cohesive Economy; (ii) Competitive, Innovative and Dynamic ASEAN; (iii) Enhancing Economic
28Kegiatan bilateral surveillance IMF di setiap negara yang dilakukan satu tahun sekali. Misi ini bertujuan untuk melakukan asesmen terhadap
kebijakan moneter, fiskal dan nilai tukar, serta risiko kerentanan yang muncul dari volatilitas aliran modal, disamping juga isu kelembagaan
dan struktural di negara yang bersangkutan.
74
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Connectivity and Sectoral Integration; (iv) Resilient, Inclusive and People-Oriented, PeopleCentred ASEAN; and (v) a Global ASEAN. Seluruh pilar ini menjadi landasan bagi ASEAN
untuk bergerak kedepan menuju pencapaian visi pasca 2015.
3.4.5. Kerja Sama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) + 3
Kerja sama ASEAN+3 masih terus difokuskan pada upaya penguatan resiliensi kawasan
dalam menghadapi risiko ketidakpastian global yang masih berlanjut. Dalam triwulan
II-2015, upaya ini antara lain dilakukan melalui penguatan ASEAN+3 Macroeconomy and
Research Office (AMRO) sehingga siap menjadi organisasi internasional. Terkait hal ini,
penandatanganan AMRO Agreement telah selesai dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober
2014 (back-to-back dengan IMF-World Bank Annual Meeting) di Washington DC, Amerika
Serikat.
Selanjutnya, penguatan AMRO dilakukan melalui peningkatan kapasitas organisasi AMRO
antara lain melalui penyelesaian AMRO Strategic Business Plan (AMRO SBP) dimana Bank
Indonesia berkontribusi dominan dalam memberikan sumbangan pemikiran. Selain itu,
telah disetujui perangkat organisasi AMRO yang terdiri dari 1 (satu) orang Direktur, 2 (dua)
orang Deputi Direktur, dan 1 (satu) orang Chief Economist.
3.4.6. Kerja Sama Bank for International Settlement (BIS)
Pada triwulan II-2015, BIS menitikberatkan pandangan para Gubernur bank sentral negaranegara emerging tentang kesiapannya menghadapi kemungkinan dampak negatif dari
normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju.
Selanjutnya BIS memberi penekanan pada pentingnya reformasi regulasi keuangan di
negara-negara anggota, mengingat melalui hasil kajiannya, BIS memandang bahwa
reformasi regulasi keuangan global akan memiliki manfaat berupa sistem keuangan
yang lebih aman, pergeseran hubungan harga aset dengan suku bunga kebijakan, dan
penurunan aktivitas arbitrase di pasar uang.
3.4.7. Kerja Sama Executives’ Meeting East Asia Pacific Central Banks (EMEAP)
Isu ekonomi dan keuangan di EMEAP yang mengemuka pada triwulan II-2015 adalah
masih belum meratanya pertumbuhan ekonomi dunia dan divergensi kebijakan moneter
di advanced economies yang berdampak pada peningkatan volatilitas global, meski
dipandang bahwa fundamental ekonomi negara anggota EMEAP dinilai masih cukup kuat.
Lebih lanjut, kawasan juga perlu mewaspadai risiko pada sektor keuangan akibat adanya
peningkatan interconnectedness antar perbankan di kawasan sebagai dampak regulatory
reforms yang mendorong perbankan negara maju, khususnya Eropa, mengurangi financing
di kawasan.
Dampak reformasi regulasi OTC derivatives market (OTC DM) di kawasan juga masih menjadi
perhatian EMEAP pada triwulan II-2015. Reformasi regulasi OTC DM sebagai implikasi dari
Global Financial Crises (GFC) 2008, khususnya yang diterapkan oleh negara maju, dipandang
mempengaruhi aktivitas institusi keuangan di kawasan EMEAP.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
75
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan
3.5.1. Komunikasi Kebijakan
Komunikasi
kebijakan Bank
Indonesia di
bidang moneter
dilaksanakan
untuk
membentuk
ekspektasi pasar
dalam rangka
pencapaian
inflasi dan
stabilitas
nilai tukar.
Sementara
komunikasi
kebijakan
di bidang
stabilitas sistem
keuangan
dan sistem
pembayaran
dilaksanakan
untuk
mendukung
efektivitas
implementasi
kebijakan.
Secara umum, komunikasi kebijakan Bank Indonesia bertujuan untuk menunjang efektivitas
kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia agar kebijakan Bank Indonesia dapat
dipahami dan diterima oleh masyarakat. Seiring perkembangan teknologi dan pergeseran
demografi di Indonesia saat ini, Bank Indonesia menyelaraskan strategi komunikasi.
Komunikasi yang sebelumnya dilakukan satu arah (one way communication), kini dilakukan
dua arah secara proaktif. Bank Indonesia berinisiatif untuk melakukan dialog, diskusi, dan
penyebaran informasi mengenai kebijakannya sejak dini dan terencana melalui berbagai
jalur komunikasi yang dimiliki, mulai dari media tradisional hingga media sosial.
Media mainstream yang digunakan antara lain berupa surat kabar (pemuatan advertorial/
display terkait kebijakan), televisi (talk show, iklan layanan masyarakat), radio (talk show,
iklan, pengumuman). Sementara itu, penggunaan media sosial antara lain melalui
pemanfaatan twitter, youtube, flipboard, flickr. Website Bank Indonesia juga terus
dikembangkan dari segi konten, desain dan layout untuk memenuhi kebutuhan informasi
seluruh pemangku kepentingan.
Optimalisasi komunikasi Bank Indonesia dilakukan pula dengan pengembangan instrumen
komunikasi, antara lain infografis dan videografis. Infografis adalah representasi data dan
informasi dalam bentuk visualisasi grafis yang menarik dan mudah dimengerti. Infografis
disusun untuk mempermudah pemahaman khususnya masyarakat umum terhadap materi
kebijakan yang sarat dengan muatan ekonomi. Adapun videografis adalah visualisasi
dalam bentuk animasi. Selain itu, beberapa instrumen komunikasi lainnya disusun dengan
memanfaatkan channel yang ada, antara lain video liputan dan live tweet.
Peningkatan pelayanan langsung kepada masyarakat juga terus dilakukan. Pelayanan
melalui contact center Bank Indonesia (BICARA 131) selama triwulan II-2015 tercatat
sebanyak 25.346 permohonan informasi melalui media telepon, Visitor Center, datang
langsung (walk-in), surat maupun melalui email. Dari hasil Customer Satisfaction Index yang
dilakukan kepada 3.293 sampel (Visitor Center, Email dan Telepon), hasilnya menunjukkan
bahwa 94,6% responden menyatakan puas terhadap pelayanan BICARA. Meningkatnya
layanan kepada masyarakat tercermin dari keberhasilan Contact Center Bank IndonesiaBICARA 131 meraih penghargaan tertinggi untuk kategori korporat sebagai The Best
Operation di ajang kompetisi The Best Contact Center Indonesia 2015, dengan perolehan
medali platinum.
Selain komunikasi langsung dengan masyarakat umum, komunikasi yang lebih intens
dan terarah dengan pengamat ekonomi, akademisi, pelaku pasar keuangan, Pemerintah
juga dilakukan untuk sosialisasi kebijakan sekaligus memperoleh masukan dari pemangku
kepentingan. Komunikasi dengan Pemerintah dan lembaga negara lainnya terus diperkuat
untuk menciptakan sinergi kebijakan.
Di bidang moneter, salah satu komunikasi kebijakan utama yang dilakukan adalah
mengenai tingkat suku bunga kebijakan (BI Rate), sebagai hasil Rapat Dewan Gubernur
(RDG) bulanan. Pengumuman tingkat suku bunga disertai pula dengan analisis
perkembangan perekonomian terkini serta prospek perekonomian di masa mendatang,
yang menjadi latar belakang pertimbangan penentuan BI Rate. Hasil RDG disajikan secara
popular dalam publikasi infografis di media cetak nasional, media sosial dan website Bank
Indonesia.
Selain komunikasi mengenai BI Rate, Bank Indonesia juga mengkomunikasikan langkahlangkah pengendalian inflasi kepada Pemerintah dalam Rapat Koordinasi Nasional Tim
76
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Pengendalian Inflasi Daerah (Rakornas TPID) VI yang dipimpin langsung oleh Presiden RI
pada 27 Mei 2015. Selain itu, Bank Indonesia juga mengkomunikasikan hasil koordinasi
Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendorong ekonomi maritim pada 25 Mei 2015 di
Ambon.
Dalam rangka mendorong penerapan hedging (lindung nilai), Bank Indonesia melakukan
sosialisasi mengenai penyempurnaan ketentuan transaksi valuta asing dan posisi devisa
netto. Selain itu, Bank Indonesia juga mendorong penerapan hedging oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) melalui sosialisasi kesepakatan hedging yang sukses dilakukan oleh
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT. Pertamina dengan perbankan.
Bank Indonesia juga mendorong sosialisasi mengenai revisi outlook rating Indonesia
dari Stable menjadi Positive oleh Standard and Poor’s (S&P) pada 21 Mei 2015. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan sentimen positif investor kepada Indonesia.
Dalam rangka mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan Bank Indonesia di bidang
moneter, Bank Indonesia mengembangkan beberapa program komunikasi kreatif, antara
lain lomba infografis dengan tema Laporan Perekonomian Indonesia 2014 dan Video
Youtube Competition dengan tema Inflasi. Program tersebut disambut dengan antusias
oleh masyarakat yang ditunjukkan dengan tingginya partisipasi masyarakat pada lomba
tersebut.
Di bidang stabilitas sistem keuangan, sosialisasi terkait pelonggaran kebijakan
makroprudensial yakni penyesuaian besaran uang muka kredit properti dan kendaraan
menjadi salah satu fokus komunikasi kebijakan Bank Indonesia pada triwulan II-2015.
Selain itu, pada triwulan ini Bank Indonesia juga melaksanakan launching Kajian Stabilitas
Keuangan No. 24. Kajian tersebut mengemukakan perkembangan kondisi sistem keuangan
Indonesia, respons kebijakan Bank Indonesia dan arah ke depan.
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan Bank Indonesia di
bidang makroprudensial/stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia juga merilis Statistik
Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) yang akan diterbitkan setiap triwulan.
Di bidang sistem pembayaran, komunikasi difokuskan pada kebijakan Kewajiban
Penggunaan Rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sosialisasi
dilakukan secara masif baik melalui metode above the line maupun below the line.
Komunikasi melalui media massa dilakukan melalui konferensi pers, media briefing, maupun
pemasangan iklan/advertorial di media cetak. Komunikasi dengan stakeholders melalui
pertemuan langsung baik dengan Pemerintah dan pelaku usaha dilakukan beberapa kali
untuk meningkatkan pemahaman sekaligus untuk mendapatkan masukan dalam rangka
meningkatkan efektivitas kebijakan. Sosialisasi bersama dengan Kepolisian Republik
Indonesia dalam penegakan aturan di bidang sistem pembayaran juga dilakukan. Selain
itu, Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi terkait implementasi Sistem Kliring Nasional
Generasi II yang mulai berjalan 5 Juni 2015.
3.5.2. Edukasi Kebanksentralan
Dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang ilmu
kebanksentralan sebagai landasan guna membangun pemahaman tentang peran dan
fungsi bank sentral kepada stakeholders Bank Indonesia, Bank Indonesia melaksanakan
berbagai kegiatan edukasi kebanksentralan yang mencakup pengajaran kepada kalangan
akademisi, serta pelaksanaan seminar dan diskusi terfokus dengan profesional yang
melibatkan lintas instansi baik domestik maupun internasional dalam rangka sharing hasil
riset dan diskusi isu terkini di bidang kebanksentralan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
77
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
Dalam rangka mengembangkan ilmu kebanksentralan sekaligus meningkatkan perhatian
akademisi terhadap pentingnya stabilitas makroekonomi nasional di tengah tantangan
ekonomi dan keuangan global, Bank Indonesia menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah
Antar Perguruan Tinggi-Campus Knowledge Competition (CKC) 2015. Setelah diumumkannya
lomba tersebut melalui website Bank Indonesia pada triwulan I-2015, peneliti mulai dapat
mengirimkan karya-karya tulisnya yang belum pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah
baik di dalam maupun di luar negeri hingga triwulan II-2015, sebelum memasuki masa
seleksi dan penjurian naskah.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman di kalangan akademisi mengenai kelembagaan
bank sentral dan kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan,
dan sistem pembayaran, Bank Indonesia melaksanakan 17 program pengajaran (dosen
tamu) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis di sejumlah universitas yang telah menandatangani
Nota Kesepahaman Bersama bidang Pengembangan Edukasi Kebanksentralan.
Selain edukasi kepada kalangan akademisi di perguruan tinggi, Bank Indonesia juga
menyelenggarakan program edukasi kebanksentralan kepada Guru SMA/SMK. Sepanjang
April-Juni 2015, telah diselenggarakan 2 (dua) Lokakarya Kebanksentralan Guru SMA/SMK
Bidang Studi Ekonomi di provinsi Flores, Palembang, Kalimantan Barat, Kendari, Sulawesi
Tenggara, dan wilayah Jabodetabek. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat meneruskan
pemahaman yang diperoleh kepada siswa-siswi anak didik masing-masing.
Program peningkatan pengetahuan di kalangan profesional dilakukan melalui Bank
Indonesia Central Banking Courses (BI-CBC) 2015. Workshop Financial Programming and
Policies (FPP) diselenggarakan di dua tempat yakni Palangka Raya dan Pekanbaru. Workshop
bertujuan meningkatkan capacity building para regional economists dalam rangka
memahami keterkaitan antar sektor riil, sektor fiskal, sektor moneter dan sektor eksternal.
Program diadopsi dari pelatihan IMF di berbagai negara terkait dengan proses penyusunan
financial program secara sistematis dan pengambilan kebijakan yang komprehensif dan
terukur dengan menggunakan berbagai instrumen kebijakan.
Selain itu, Bank Indonesia bersama dengan the United Nations-The Economic and Social
Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) menyelenggarakan seminar Economic
and Social Survey of Asia and the Pacific 2015 pada 20 Mei 2015 yang memaparkan hasil
survei indeks multidimensi pertumbuhan yang mencakup dimensi ekonomi, sosial, dan
lingkungan pembangunan. Indeks tersebut dapat menjadi masukan untuk melakukan
review kebijakan dan memantau kemajuan pertumbuhan yang inklusif. Secara umum, UNESCAP memaparkan potensi pertumbuhan ekonomi di Asia Pasifik khususnya Indonesia,
yang menghadapi kendala baik terkait infrastruktur, ketergantungan pada komoditas
ekspor, maupun masalah sosial dan kependudukan. Untuk menjamin pertumbuhan
berkesinambungan, pertumbuhan ekonomi berkualitas tidak hanya mengejar tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun juga pemerataan pendapatan dan peningkatan
kualitas sumber daya termasuk manusia sebagai modal dasar pembangunan ekonomi.
Dalam meningkatkan pemahaman mengenai kondisi perekonomian nasional, Bank
Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional “Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat
Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi” pada 30 April 2015
di Semarang. Dalam rangka merekam sejarah perjalanan perekonomian nasional dan
meningkatkan pemahaman publik, dalam seminar tersebut diluncurkan pula Buku “Sejarah
Bank Indonesia periode VII: Indonesia Menghadapi Globalisasi Keuangan”. Buku tersebut
merupakan serial perkembangan kelembagaan bank sentral, kebijakan moneter, kebijakan
perbankan, penyelenggaraan sistem pembayaran serta perkembangan kondisi global dan
Indonesia selama periode 2004 hingga 2011.
78
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.5.3. Komunikasi dengan Investor dan Lembaga Internasional
Salah satu kegiatan utama Investor Relation Unit (IRU) pada Triwulan II-2015 adalah
pelaksanaan asesmen tahunan lembaga rating Standard and Poor’s (S&P) sebagai satusatunya lembaga yang belum memberikan peringkat layak investasi (investment grade)
kepada Indonesia. Dalam asesmennya, Indonesia dinilai telah berhasil melakukan
perbaikan dalam beberapa aspek sehingga S&P memberikan perbaikan outlook rating
Indonesia dari stable menjadi positive. Beberapa aspek dimaksud antara lain adalah
perbaikan framework kebijakan yang berhasil meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter
dan sistem keuangan. Hal ini dipandang akan berdampak kepada prospek pertumbuhan
ekonomi dan ketahanan eksternal. Revisi outlook yang diberikan oleh S&P mencerminkan
adanya kemungkinan peningkatan rating Indonesia ke peringkat investment grade dalam
waktu 12 bulan ke depan. S&P bahkan mengindikasikan adanya peluang untuk melakukan
review kembali atas rating Indonesia dalam 6 (enam) bulan kedepan, khususnya setelah
persetujuan APBN 2016 serta melihat perkembangan implementasi berbagai program
reformasi struktural terutama pengeluaran belanja modal Pemerintah.
Sejumlah kegiatan lain dalam rangka meningkatkan persepsi positif perekonomian
Indonesia juga dilaksanakan oleh IRU, baik dalam bentuk investor briefing, investor
conference call, dan non-deal roadshow selama periode laporan. IRU telah melaksanakan
investor briefing untuk memberikan update atas kondisi perekonomian terkini dan respon
kebijakan otoritas kepada Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Macquarie, dan
perwakilan Pemerintah Kanada di Singapura. IRU juga secara rutin melakukan pengkinian
data dan informasi ekonomi Indonesia melalui website IRU dalam kerangka diseminasi
informasi kepada stakeholders IRU (lembaga rating, investor, dan opinion maker).
Sementara itu, Investor Conference Call dengan tema “Indonesian Recent Economic
Development QI-2015, Policy Update and 2015 Outlook” juga telah dilaksanakan pada
Mei 2015. Pelaksanaan conference call memperoleh respon sangat positif ditandai dengan
tingginya jumlah peserta yang mencapai 145 investor baik dari kawasan Asia maupun
Eropa dan diharapkan mampu meningkatkan market confidence pelaku pasar internasional
terhadap ekonomi Indonesia.
Bank Indonesia juga menjadi bagian dari delegasi RI pada Non-Deal Roadshow (NDR) dalam
rangka update informasi kepada investor Sukuk di Timur Tengah, investor potensial yang
diharapkan membeli obligasi Pemerintah Indonesia berdenominasi Yen (Samurai Bond),
serta investor potensial di kawasan Eropa berturut-turut pada awal April serta awal dan
akhir Mei 2015.
Upaya peningkatan persepsi positif terhadap perekonomian Indonesia oleh IRU juga
melibatkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri (KPwLN) yang berada di
London, New York, Singapura dan Tokyo. Sepanjang triwulan II-2015 seluruh KPwLN telah
melaksanakan sejumlah kegiatan hubungan investor khususnya dengan lembaga rating
dan investor utama. Seluruh KPwLN juga telah melaksanakan pertemuan dengan sejumlah
investor utama yang memegang surat-surat berharga Pemerintah Indonesia serta dengan
mitra strategis lain di wilayah kerjanya.
Sepanjang triwulan II-2015 beberapa concern utama yang dapat diidentifikasi terkait
kegiatan hubungan investor a.l. (i) perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan
I-2015 dan outlook pertumbuhan ekonomi pada 2015, (ii) pelemahan nilai tukar dan
dampaknya kepada inflasi dan perekonomian secara umum, (iii) ketergantungan ekonomi
Indonesia pada pergerakan harga komoditas, (iv) rendahnya penyerapan APBN pada
triwulan I-2015 termasuk untuk implementasi program infrastruktur; (v) perkembangan
implementasi berbagai program reformasi struktural, dan (vi) penerapan ketentuan Bank
Indonesia terkait kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
79
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
3.6. Pelaksanaan Program Strategis Bank Indonesia
Bank Indonesia
mengimplementasikan dan
memantau
progress
pelaksanaan 25
Program
Strategis secara
intensif dan
terukur, sesuai
target yang
telah disepakati.
Sebagai tindak lanjut pencanangan program transformasi Bank Indonesia pada 2014 untuk
mencapai Visi Bank Indonesia 2024, dilaksanakan 25 program strategis Bank Indonesia.
Perkembangan program-program strategis tersebut pada triwulan II-2015 adalah sebagai
berikut:
1. Program Strategis #1: Merumuskan kerangka kerja yang terkoordinasi antara kebijakan
Moneter (termasuk kebijakan nilai tukar), kebijakan makroprudensial, serta kebijakan
sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah
Program strategis ini bertujuan untuk: (i) meningkatkan koordinasi kebijakan moneter,
makroprudensial serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah dan (ii)
memastikan kejelasan komunikasinya untuk meningkatkan kredibilitas kebijakan Bank
Indonesia di mata stakeholders. Dalam rangka memperkuat kerangka kerja kebijakan
Bank Indonesia yang terkoordinasi, telah disetujui pokok-pokok pengaturan tentang (i)
Visi, Misi dan Strategi Bank Indonesia, dan (ii) Strategi Kebijakan Utama Bank Indonesia.
Selanjutnya, dalam rangka memperkuat kerangka kerja kebijakan moneter,
makroprudensial dan sistem pembayaran telah diterbitkan Peraturan Bank Indonesia
tentang Pengaturan dan Pengawasan Moneter serta telah diselesaikan kajian tentang
kecukupan cadangan devisa dan potensi trade off nilai tukar sebagai dasar penyusunan
rekomendasi kebijakan.
2. Program Strategis #2: Mengembangkan strategi operasional untuk kerangka kebijakan
moneter dan kerangka kebijakan makroprudensial
Program strategis ini bertujuan untuk memastikan implementasi kebijakan moneter
dan makroprudensial Bank Indonesia yang kuat. Penguatan operasi moneter dilakukan
melalui (i) koordinasi penyusunan desain strategi operasi moneter, sejalan dengan
kerangka kebijakan moneter dan penguatan pengelolaan ekses likuiditas di sistem
perbankan, dan (ii) pemetaan cakupan pengawasan pengaturan moneter dan pasar
uang dalam rangka penyusunan framework surveillance guna memantau implementasi
pengaturan moneter.
Untuk mendukung penguatan operasi moneter dan penyusunan framework
surveillance, telah dilakukan pemetaan cakupan pengawasan pengaturan pasar uang.
Sementara dalam rangka penguatan stabilitas nilai tukar, telah dilakukan review strategi
pengelolaan nilai tukar.
3. Program Strategis #3: Memperkuat proses pengambilan keputusan dan komunikasi
kebijakan
80
Tujuan program strategis ini untuk menyempurnakan proses pengambilan keputusan
di Bank Indonesia sehingga dapat menghasilkan kebijakan bank sentral yang lebih
efektif serta untuk memperkuat komunikasi kebijakan moneter Bank Indonesia. Dalam
rangka memperkuat transparansi komunikasi kebijakan dan memastikan konsistensi
pesan kebijakan untuk membangun kredibilitas telah dilaksanakan kegiatan sebagai
berikut: (i) mempublikasikan Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) untuk
stakeholder eksternal, (ii) publikasi pidato Anggota Dewan Gubernur (ADG) dalam
dua bahasa di situs www.bi.go.id, (iii) kesepakatan perolehan dan/atau pertukaran
data dengan PT. Bursa Efek Indonesia dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia guna
memperkuat informasi data keuangan emiten dan transaksi keuangan di pasar modal
dan (iv) laporan pelaksanaan komunikasi kebijakan yang dilakukan ADG setiap bulan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
4. Program Strategis # 4: Mengembangkan National and Regional Financial Balance Sheet
Program Strategis ini bertujuan untuk menyediakan nasional dan regional balance sheet
serta indikator financial imbalances untuk menganalisa likuiditas, financial imbalances,
dan risiko sistemik intersektoral nasional dan regional. Kegiatan yang telah dilakukan,
meliputi: (i) pemetaan kebutuhan data, (ii) penyusunan konsep dan metodologi financial
imbalances (iii) penguatan kapabilitas internal terkait Sistem Informasi dengan konsep
dari Australian Bureau of Statistics (ABS), dan (iv) terlaksananya pelatihan mengenai
pengenalan konsep dan metodologi, serta petunjuk teknis praktis.
5. Program Strategis #5: Membangun Center of Excellence di area pengawasan institusi
keuangan dan penyelenggara jasa Sistem Pembayaran
Program Strategis ini bertujuan untuk membangun pengawasan yang komprehensif,
terarah, dan efisien serta monitoring terhadap risiko sistemik yang diprioritaskan.
Dalam rangka membangun pengawasan yang komprehensif, terarah, dan efisien serta
monitoring terhadap risiko sistemik prioritas, telah diselesaikan : (i) model Probalility of
Default dan Loss Given Default khusus Domestic Systemically Important Bank, (ii) modul
pengawasan makroprudensial level 2-3, (iii) Standard of Procedure (SOP) dan Pelaksanaan
Pendidikan Pengawasan Makroprudensial level 2, (iv) kesepahaman pedoman dan SOP
Pemeriksaan Tematik Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, ( (iv) implementasi
Bank Industry Rating untuk memperkuat pengawasan off site.
6. Program Strategis #6: Memperbaiki Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan
Tujuan program strategis ini untuk memperkuat perencanaan dan kesiapan Bank
Indonesia dalam memastikan keberlangsungan tugas operasional Bank Indonesia
pada saat insiden/bencana, pemulihan kegiatan dan proses penyelenggaraan kegiatan
sebagaimana kondisi normal. Pada periode laporan telah dilakukan penyempurnaan
pokok-pokok pengaturan Manajemen Kelangsungan Kegiatan (MKT). Hal ini bertujuan
untuk menjaga kelangsungan tugas kritikal dalam kondisi normal, kondisi siaga insiden,
dan kondisi insiden.
7. Program Strategis #7: Optimalisasi Kapasitas Percetakan Uang
Program strategis ini bertujuan untuk memastikan pasokan uang layak edar yang stabil,
dengan denominasi dan waktu yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat di seluruh
Indonesia. Sampai dengan semester I-2015, telah disepakati rencana perbaikan proses
bisnis percetakan uang di Perusahaan Percetakan Negara Republik Indonesia dan Bank
Indonesia, serta kajian dalam rangka penyusunan model bisnis untuk mengoptimalkan
kapasitas cetak uang di Indonesia.
8. Program Strategis #8: Mengembangkan sentralisasi jaringan distribusi uang (cash
distribution network)
Program strategis ini bertujuan untuk mengembangkan jaringan distribusi uang dan
layanan kas yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia untuk menjamin
ketersediaan uang rupiah yang berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Dalam rangka
penyempurnaan Masterplan Centralized Cash Network Planning (CCNP) sampai dengan
semester I-2015, telah dilakukan riset terkait model bisnis dan evaluasi pengembangan
jaringan distribusi uang dan layanan kas, serta rekomendasi jalur distribusi uang.
9. Program Strategis #9: Memperkuat manajemen risiko, governance dan pengendalian
intern
Program strategis ini bertujuan untuk memperkuat implementasi governance,
manajemen risiko, dan pengendalian intern Bank Indonesia guna meningkatkan
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
81
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan. Untuk memperkuat proses
implementasi governance, manajemen risiko, dan pengendalian intern, kegiatan yang
telah dihasilkan antara lain : (i) persetujuan atas pokok-pokok pengaturan Governance
Bank Indonesia, (ii) Peraturan Dewan Gubernur tentang Manajemen Risiko Bank
Indonesia, dan (iii) risk management guideline (RMG) sebagai dasar pengelolaan risiko.
10.Program Strategis #10: Memperkuat kantor regional
Program strategis ini bertujuan untuk melakukan transformasi Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwDN) menjadi unit terdepan Bank Indonesia
terutama dalam memahami ekonomi daerah dan memberikan advis terkait isu-isu
ekonomi kepada Pemerintah Daerah. Sampai dengan semester I-2015, telah dilakukan
pembukaan KPw Provinsi DKI Jakarta.
11.Program Strategis #11: Meningkatkan strategi internasional Bank Indonesia untuk
menjalankan peran kepemimpinan di regional
Program strategis ini bertujuan untuk memperkuat strategi kebijakan internasional
Bank Indonesia untuk mendukung kebijakan utama Bank Indonesia dan kepentingan
ekonomi Indonesia, serta meningkatkan kepemimpinan Bank Indonesia di kawasan.
Dalam rangka penguatan strategi kebijakan internasional Bank Indonesia, telah
disetujui: (i) pokok-pokok pengaturan kerangka kebijakan internasional Bank Indonesia,
(ii) mekanisme koordinasi Regional Investor Relation Unit (RIRU) dan Global Investor
Relation Unit (GIRU) yang menyempurnakan peran keterlibatan internasional Bank
Indonesia baik di regional maupun di dunia internasional.
12.Program Strategis #12: Memperkuat mekanisme protokol manajemen krisis
Program strategis ini bertujuan untuk memitigasi ketidakseimbangan sistem keuangan
dan risiko sistemik melalui kebijakan antar institusi yang efektif dan selaras (melalui
penguatan mekanisme manajemen krisis). Sampai dengan semester I-2015, kegiatan
yang telah dilakukan adalah: (i) perumusan pokok-pokok pengaturan crisis management
protocol (CMP) dan pinjaman likuiditas jangka pendek (PLJP), (ii) penyampaian secara
mingguan, one page analysis (OPA) terkait CMP nilai tukar kepada Forum Koordinasi
Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dan (iii) evaluasi pelaksanaan koordinasi BI-OJK.
13.Program Strategis #13: Mempercepat pendalaman pasar keuangan
Program strategis ini bertujuan untuk meningkatkan kedalaman dan tingkat likuiditas
pasar keuangan Indonesia. Sampai dengan semester I-2015, untuk menyusun rencana
jangka panjang pengembangan pasar keuangan untuk 10 tahun ke depan, draft
awal penyempurnaan blueprint pengembangan pasar keuangan telah diselesaikan.
Sementara untuk memperkuat infrastruktur pasar keuangan, Bank Indonesia
mengeluarkan beberapa ketentuan dan melakukan berbagai upaya pengembangan
pasar uang. Pengembangan tersebut dilakukan antara lain dengan menyempurnakan
ketentuan Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR), dan ketentuan repo syariah untuk
pasar uang syariah.
14.Program Strategis #14: Mengembangkan perekonomian syariah melalui penguatan
koordinasi antar lembaga
82
Program strategis ini bertujuan untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi dan
Keuangan syariah di Indonesia. Sampai dengan semester I-2015, telah diperoleh
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
kesepahaman terkait peran masing-masing instansi sesuai roadmap dan arsitektur
keuangan syariah. Mendukung hal tersebut, perumusan grand design awal
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia telah diselesaikan.
15.Program Strategis #15: Mendorong keuangan Inklusif dan elektronifikasi instrumen
pembayaran
Program strategis ini bertujuan untuk mewujudkan keuangan inklusif yang terarah,
efisien, dan sinergis secara menyeluruh melalui pemanfaatan teknologi, inovasi produk
dan saluran distribusi. Selain itu program strategis ini bertujuan untuk mendorong
transaksi keuangan secara elektronik kepada masyarakat secara luas terutama kepada
unbanked people dan UMKM. Dalam upaya implementasi roadmap elektronifikasi serta
mewujudkan keuangan inklusif dan mendorong transaksi keuangan secara elektronik,
telah disusun pokok penyempurnaan ketentuan terkait pengembangan model bisnis
Layanan Keuangan Digital (LKD) dan bisnis model Government to People (G to P) yang
menggunakan LKD. Selain itu, dengan adanya Memoraundum of Understanding
antara Bank Indonesia dengan delapan lembaga dan usulan rekomendasi penerbitan
Peraturan Presiden tentang pelaksanaan strategi nasional keuangan inklusif, diharapkan
program ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak sehingga masyarakat
dapat menikmati jasa sistem keuangan.
16.Program Strategis #16: Mengembangkan National Payments Gateway (NPG) dan
Platform Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP)
Program strategis ini bertujuan untuk menyediakan interkoneksi dan akses untuk
semua instrumen pembayaran dan menciptakan pelayanan terpadu untuk bill
presentment dan payment. Kegiatan utama program strategis ini meliputi tahapan
proses pengembangan NPG hingga siap diimplementasikan. Sampai dengan semester
I-2015, tengah disusun conceptual design NPG yang antara lain mencakup framework,
infrastruktur, dan policy option.
17.Program Strategis #17: Membangun Bank Indonesia Academy
Program strategis ini bertujuan untuk mewujudkan pusat pendidikan, riset dan
pengembangan kepemimpinan dalam bidang kebanksentralan, ekonomi dan keuangan
yang berkelas dunia. Untuk mewujudkan pusat pendidikan, riset dan pengembangan
kepemimpinan dalam bidang kebanksentralan, ekonomi dan keuangan yang berkelas
dunia, telah dilakukan soft launching BI Institute.
18.Program Strategis #18: Mengembangkan Strategi Perencanaan Sumber Daya Manusia
(SDM) dan Rekrutmen
Program strategis ini bertujuan untuk membangun strategi perencanaan dan rekrutmen
yang terintegrasi. Sampai dengan semester I-2015, telah dilaksanakan rekrutmen
tenaga spesialis yang selaras dengan framework perencanaan SDM.
19.Program Strategis #19: Menyusun jalur karir baru, pergerakan talenta, sistem penilaian
jabatan (job grading system) yang selaras dengan sistem remunerasi
Program strategis ini bertujuan untuk menyusun jalur karir, pergerakan talenta, dan
sistem penilaian jabatan (job grading system) dan kaitannya terhadap sistem remunerasi.
Sampai dengan semester I-2015, telah disusun (i) sistem jalur karir baru untuk pegawai
Bank Indonesia dari entry level sampai dengan jabatan karir tertinggi di Bank Indonesia
serta (ii) konsep awal rekomendasi sistem grading.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
83
BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia
20.Program Strategis #20: Menyempurnakan sistem manajemen kinerja Bank Indonesia
Program strategis ini bertujuan untuk menyempurnakan sistem manajemen kinerja
pegawai khususnya di 3 area performance management yaitu: goal setting (penetapan
IKI/Indikator Kinerja Individual), performance feedback, dan performance appraisal.
Sampai dengan semester I-2015, telah dilakukan penyusunan mekanisme penilaian
kinerja, pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan performance dialogue, coaching, career
counseling dan performance appraisal kepada line manager.
21.Program Strategis #21: Membangun Leadership Engine Bank Indonesia dan Talent
Management Bank Indonesia
Program strategis ini bertujuan untuk memperkuat pengembangan profesional
khususnya pada aspek kompetensi teknis, kompetensi perilaku, dan kepemimpinan
para pegawai yang berpotensi di level menengah ke atas untuk memenuhi kebutuhan
SDM di posisi krusial (critical position). Sampai dengan semester I-2015, telah dilakukan
identifikasi kandidat yang berpotensi untuk diikutkan dalam pilot program leadership
engine dan talent management.
22.Program Strategis #22: Melakukan Reorganisasi di Seluruh Satuan Kerja Berdasarkan
Roadmap Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia (AFSBI)
Program strategis ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi, memperkuat
tata kelola, dan menyelaraskan dengan strategi, termasuk dalam rangka pendalaman
kemampuan dan kapabilitas. Sampai dengan semester I-2015, telah dilakukan
penyempurnaan organisasi tahap II.
23.Program Strategis #23: Memanfaatkan Big Data Untuk Mendukung Proses Pengambilan
Keputusan di Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan
Program strategis ini bertujuan untuk memperkuat proses pengambilan keputusan di
sektor moneter dan stabilitas sistem keuangan melalui penggunaan big data dalam
rangka perbaikan kualitas data dan proses analisis. Peningkatan kapabilitas sumber
daya manusia terkait pengembangan big data terus dilakukan dengan pelaksanaan
workshop dan knowledge sharing.
24.Program Strategis#24: Pengembangan Information System Enterprise Architecture dan
Roadmap, Reorganisasi Departemen Pengelolaan Sistem Informasi, dan Implementasi
Proyek Sistem Informasi Strategis
Program strategis ini bertujuan untuk: (i) memiliki information system enterprise
architecture yang ramping dengan jumlah aplikasi sekitar 30 sistem dengan kapabilitas
yang “best-in-class”, dan (ii) memiliki kapabilitas pengelolaan data dan layanan yang
excellent dalam mendukung riset, pengambilan kebijakan, dan operasional. Sampai
dengan semester I-2015 telah dilakukan : (i) analisa proses bisnis untuk seluruh proses
sistem keuangan Bank Indonesia (SKBI), (ii) term of reference (ToR) user requirement
Human Resource Information System (HRIS), (iii) business and technical solution serta
penyusunan TOR data warehouse.
25.Program Strategis #25: Penguatan Governance dalam proses sistem informasi
84
Program strategis ini bertujuan memperkuat governance dalam proses sistem informasi.
Sampai dengan semester I-2015, telah disusun pedoman/SOP pengembangan
kapabilitas (power workshop) dan pelaksanaannya bagi pegawai yang akan bertindak
sebagai demand manager dan super user.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV
Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Dalam rangka mendukung terwujudnya akuntabilitas pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia
yang berlandaskan tata kelola organisasi yang baik, selama triwulan II-2015, Bank Indonesia
melaksanakan berbagai kegiatan strategic support yang berpegang pada prinsip-prinsip
akuntabilitas dan transparansi kepada publik.
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
4.1. Tata Kelola (Governance)
Selain
meningkatkan
akuntabilitas
pelaksanaan
tugas ADG
Ex-Officio,
Bank Indonesia
memperkuat
tata kelola
secara
menyeluruh
melalui
penyiapan
ketentuan
implementasi
tata kelola dan
penguatan
komitmen
SDM dalam
menjunjung
etika dan aturan
yang berlaku.
Untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia secara
efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, Bank Indonesia secara konsisten menerapkan
tata kelola (governance) dalam berbagai aspek pengelolaan organisasi. Sesuai prinsip
governance Bank Indonesia, pelaksanaan tugas Bank Indonesia berlandaskan pada asas
independensi, akuntabilitas, dan transparansi.
Dalam memenuhi aspek akuntabilitas Bank Indonesia sesuai Undang-Undang, pada
triwulan II-2015 Bank Indonesia telah menyampaikan Laporan Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Bank Indonesia Triwulan I-2015 kepada DPR-RI dan Pemerintah. Melengkapi
penyampaian laporan dimaksud, Bank Indonesia juga memberikan penjelasan langsung
kepada DPR-RI terhadap berbagai kebijakan yang terkait dengan kewenangan Bank
Indonesia.
Dalam rangka memperkuat mekanisme pelaksanaan tugas dan akuntabilitas Anggota
Dewan Gubernur (ADG) yang memangku jabatan ex-officio di lembaga lain, Bank Indonesia
telah menerbitkan pedoman mengenai pelaksanaan tugas ADG Ex-Officio29. Pedoman
tersebut mengatur mengenai (i) mekanisme penunjukan ADG Ex-Officio, (ii) tugas dan
wewenang ADG Ex-Officio, (iii) hak dan kewajiban ADG Ex-Officio, (iv) mekanisme kerja ADG
Ex-Officio, dan (v) unit kerja pendukung ADG Ex-Officio di Bank Indonesia. Pedoman ini akan
digunakan sebagai acuan bagi ADG Ex-Officio dalam melakukan koordinasi, kerja sama, dan
harmonisasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan instansi khususnya yang berkaitan
erat dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, antara lain Otoritas Jasa Keuangan dan
Lembaga Penjamin Simpanan.
Sementara itu, penerapan dan penegakan governance di Bank Indonesia ditujukan untuk
menghasilkan output secara efektif dan efisien dengan cara-cara yang memenuhi aturan
perundang-undangan, memerhatikan standar praktek yang umum, dan sesuai ekspektasi
stakeholders terhadap akuntabilitas dan transparansi. Untuk meningkatkan implementasi
governance sebagai bagian dari program transformasi guna mencapai visi 2024, Bank
Indonesia telah menetapkan pokok-pokok pengaturan Tata Kelola (Governance) Bank
Indonesia untuk selanjutnya diterbitkan sebagai ketentuan Bank Indonesia. Sebagai
pedoman/acuan bagi penerapan dan penegakan governance di Bank Indonesia, pengaturan
tersebut menetapkan kerangka kerja (framework) yang mengintegrasikan seluruh elemen
tata kelola mencakup pondasi awal hingga tujuan akhir yang akan dicapai, serta penjabaran
aturannya dalam pedoman umum (guideline) untuk memandu penerapan dan penegakan
tata kelola Bank Indonesia agar sejalan dengan prinsip tata kelola.
Sesuai pedoman umum governance yang telah disusun, komitmen Bank Indonesia
terhadap penerapan dan penegakan tata kelola antara lain direfleksikan dengan panduan
etika dan perilaku yang diberlakukan bagi seluruh sumber daya manusia Bank Indonesia
tanpa pengecualian. Guna mengintegrasikan pengaturan kode etik dan menyelaraskan
pengaturan etika dan perilaku terhadap Nilai-nilai Strategis Bank Indonesia yang baru, serta
mengacu pada standar praktek umum, Bank Indonesia telah menyempurnakan pokokpokok pengaturan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Bank Indonesia untuk selanjutnya
diterbitkan sebagai ketentuan Bank Indonesia. Aturan etika dan perilaku tersebut
diperlukan untuk menghindarkan perilaku tidak etis yang berpotensi menimbulkan risiko
reputasi, hukum, dan mempengaruhi kredibilitas lembaga. Pengaturan tersebut juga
sejalan dengan program transformasi Bank Indonesia untuk menciptakan sumber daya
manusia Bank Indonesia yang berkinerja tinggi, berintegritas, jujur, dan profesional.
29
86
Peraturan Dewan Gubernur No. 17/5/PDG/2015 tanggal 9 Juli 2015 tentang Pelaksanaan Tugas Anggota Dewan Gubernur Ex-Officio.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Guna menjaga dan meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia sebagai lembaga yang
berkinerja tinggi, bersih, dan menjunjung etika, diperlukan peningkatan kepatuhan pegawai
dalam melaksanakan tugas sesuai ketentuan yang berlaku. Guna mengikutsertakan peran
masyarakat dan pegawai di lingkungan Bank Indonesia, Bank Indonesia telah menetapkan
pokok-pokok pengaturan Whistle Blowing System Bank Indonesia (WBS-BI) untuk
selanjutnya diterbitkan sebagai ketentuan Bank Indonesia. WBS-BI merupakan sistem
pelaporan pelanggaran yang memungkinkan setiap orang baik internal maupun eksternal
untuk melaporkan adanya dugaan kecurangan, pelanggaran hukum dan etika, serta
perilaku menyimpang lainnya yang dilakukan oleh sumber daya manusia Bank Indonesia.
Melengkapi rangkaian penyempurnaan aturan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Bank
Indonesia serta penyusunan aturan WBS-BI, diperlukan penyesuaian pengaturan disiplin
pegawai. Pengaturan tersebut mengatur mengenai mekanisme dan tata cara penegakan
serta pertanggungjawaban dalam hal terjadi pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
serta pelanggaran sistem dan prosedur kerja Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia
telah menetapkan pokok-pokok pengaturan Disiplin Bank Indonesia untuk selanjutnya
diterbitkan sebagai ketentuan Bank Indonesia. Melalui pengaturan disiplin yang berlaku
secara menyeluruh, Bank Indonesia mendorong tegaknya aturan yang telah ditetapkan
dan sekaligus memberikan kepastian hukum serta keadilan bagi setiap pegawai dan
Anggota Dewan Gubernur.
Dalam memenuhi aspek transparansi, Bank Indonesia menginformasikan berbagai aspek
mengenai pelaksanaan tugas dan kebijakannya secara langsung kepada masyarakat antara
lain melalui publikasi laporan dan siaran pers di website Bank Indonesia.
4.2. Manajemen Strategis dan Kinerja
Mengacu pada arah strategis dan rencana kerja Bank Indonesia yang telah ditetapkan
oleh Dewan Gubernur pada 2014, seluruh Satuan Kerja Bank Indonesia melaksanakan
program kerja dengan dukungan sumber daya intern untuk mencapai sasaran kinerja
yang telah disepakati. Pada triwulan II-2015 dilakukan serangkaian kegiatan monitoring
dan pengendalian atas kinerja Bank Indonesia secara keseluruhan dan kinerja masingmasing Satuan Kerja yang dinilai melalui indikator kinerja utama (IKU). Selain monitoring
pelaksanaan program kerja dan anggaran oleh masing-masing Satuan Kerja, dilakukan
pula review secara berkala terhadap pelaksanaan tugas dan kinerja seluruh Satuan
Kerja oleh Anggota Dewan Gubernur. Untuk meningkatkan eksekusi rencana kerja Bank
Indonesia yang ditetapkan secara tahunan, pelaksanaan review difokuskan untuk mencari
alternatif solusi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi dalam implementasi
program kerja. Pemantauan realisasi anggaran program kerja satuan kerja juga dilakukan
untuk memastikan bahwa penyerapan anggaran sesuai dengan Anggaran Tahunan Bank
Indonesia (ATBI). Pelaksanaan review secara lebih intensif diterapkan terhadap 25 Program
Strategis Bank Indonesia oleh Program Management Office (PMO). Keseluruhan proses
pemantauan tersebut pada akhirnya ditujukan untuk memastikan bahwa rencana kerja
yang telah disusun dapat dilaksanakan secara tepat, terukur dan terfokus guna mendukung
program transformasi untuk mencapai visi Bank Indonesia 2024.
Bank Indonesia
mengevaluasi
dan
mengendalikan
pelaksanaan
rencana kerja
2015 untuk
memastikan
pelaksanaan
program kerja
dan anggaran
sesuai ATBI guna
mewujudkan
Visi 2024.
Dengan penyesuaian siklus tahunan Sistem Perencanaan, Anggaran dan Manajemen
Kinerja Bank Indonesia (SPAMK) Bank Indonesia guna mewujudkan perencanaan yang
berkesinambungan, proses perencanaan program kerja dan anggaran Bank Indonesia 2016
dilakukan dalam Rapat Kerja Tahunan (RKT) yang akan dilaksanakan pada bulan Juli 2015
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
87
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
sebelum penyampaian rencana Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2016 kepada
DPR RI. Pada triwulan II-2015, proses program kerja, anggaran, dan rencana investasi oleh
satuan kerja telah mulai dilakukan dengan mengacu kepada Arahan Tahunan GBI (ATGBI).
4.3. Manajemen Risiko
Bank Indonesia
melakukan
pemantauan
dan
pengendalian
risiko strategis
dan operasional
yang meliputi
risiko pasar,
kredit, dan
likuiditas, pada
level yang
sesuai dengan
risk appetite
Bank Indonesia.
Bank Indonesia terus melakukan penguatan peran dan fungsi manajemen risiko secara
terintegrasi untuk menjaga kredibilitas kebijakan, kesinambungan keuangan, serta
efisiensi dan efektivitas proses bisnis Bank Indonesia. Penerapan manajemen risiko Bank
Indonesia diawali dengan penguatan organisasi melalui integrasi fungsi manajemen
risiko yang mencakup fungsi manajemen risiko strategis lembaga, fungsi manajemen
risiko pengelolaan devisa, fungsi manajemen risiko pengelolaan moneter, serta fungsi
koordinator manajemen keberlangsungan tugas (business continuity management).
Penerapan fungsi manajemen risiko strategis lembaga dilakukan berdasarkan
penyempurnaan terhadap kerangka kerja manajemen risiko Bank Indonesia yang
mengacu kepada best practises pengelolaan risiko sebagaimana Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO).
Pelaksanaan kerangka kerja manajemen risiko antara lain dilakukan melalui penyusunan
Risk Appetite Statement (RAS), penetapan metodologi Key Risk Indicators (KRIs), dan
diseminasinya kepada satuan kerja di Bank Indonesia. Pada triwulan II-2015, RAS telah
selesai disusun untuk memperoleh persetujuan Dewan Gubernur. Sementara, untuk
penyusunan KRI saat ini dalam tahap identifikasi sekaligus penetapan batasan threshold.
Penguatan organisasi fungsi manajemen risiko masih akan terus ditingkatkan sampai akhir
tahun 2015. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tujuan manajemen risiko dalam mendukung
kredibilitas kebijakan, kesinambungan keuangan, serta efektivitas dan efisiensi proses
bisnis Bank Indonesia.
Penerapan fungsi manajemen risiko pengelolaan devisa dilaksanakan antara lain
mencakup manajemen risiko pasar, manajemen risiko kredit, manajemen risiko likuiditas,
dan manajemen risiko operasional. Pada manajemen risiko pasar, mitigasi risiko dilakukan
dengan menetapkan batasan-batasan eksposur risiko nilai tukar dan risiko suku bunga.
Batasan ditetapkan berdasarkan alokasi mata uang beserta deviasinya, batasan tracking
error (TE), dan batasan durasi. Selain itu, juga dilakukan pengukuran Value at Risk (VaR) agar
memberikan gambaran risiko pasar secara menyeluruh dengan analisa skenario dan stress
testing untuk mengantisipasi tail risk di pasar keuangan.
Sepanjang triwulan II-2015, profil risiko pasar pengelolaan devisa cukup terjaga. Hal ini
tercermin dari pergerakan TE dan VaR yang relatif stabil dalam batasan yang diperkenankan
sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Pada manajemen risiko kredit, mitigasi risiko dilakukan dengan menetapkan batasanbatasan eksposur risiko kredit meliputi risiko gagal bayar (default) dan risiko penurunan
peringkat kredit (credit rating downgrade). Adapun batasan ditetapkan antara lain meliputi
batasan minimum credit rating, batasan issuer dan counterparty. Pemantauan perkembangan
issuer dan counterparty dilakukan secara rutin guna mengantisipasi potensi timbulnya
risiko kredit. Pada triwulan II-2015, profil risiko kredit issuer relatif terjaga dengan weighted
average rating portofolio internal berada pada level AA+. Sementara itu, profil risiko kredit
counterparty masih relatif terjaga dengan komposisi credit rating counterparty sebagian
besar masih berada pada level A.
88
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Pada manajemen risiko likuiditas, mitigasi risiko dilakukan dengan menetapkan batasanbatasan eksposur risiko likuiditas yang meliputi risiko aset liability mismatch dan risiko
liquidity shrinkage. Adapun batasan yang ditetapkan antara lain meliputi batasan remaining
life, batasan minimum issue size, dan batasan maksimum penempatan per issuance per
jenis issuer. Selain itu, secara rutin dilakukan pemantauan profil risiko likuiditas melalui
parameter Liquidity Cost Score (LCS) dan High Quality Liquid Asset (HQLA). Pada periode
laporan, profil risiko likuiditas relatif terjaga sebagaimana tercermin dari maturity profile
dengan jumlah aset jatuh tempo sebagian besar berjangka pendek yaitu di tahun 2015,
2016, dan 2017.
Pada manajemen risiko operasional, mitigasi risiko dilakukan dengan menetapkan
batasan-batasan eksposur risiko operasional. Adapun batasan yang ditetapkan antara
lain meliputi batasan maksimum nominal transaksi pengelola portofolio, serta batasan
jumlah transaksi pengelola portofolio. Untuk itu, pengujian dilakukan secara rutin guna
memastikan kehandalan sistem pemantauan kepatuhan (compliance manager) yang
digunakan pada tahap pre-trade checking oleh pengelola portofolio. Sejak tahun 2015, risk
& control self assessment (RCSA) dilakukan satuan kerja pengelola devisa secara triwulanan.
Hasil pengujian terhadap sistem compliance manager dan RCSA menunjukkan profil risiko
operasional yang terjaga aman.
Penerapan fungsi manajemen risiko moneter dilaksanakan melalui pemantauan
kepatuhan kegiatan operasi moneter, pembelian SBN pasar sekunder, transaksi valas non
lelang, dan pemantauan terhadap portofolio SBN BI. Pemantauan kepatuhan dilakukan
guna mendukung kesesuaian antara kegiatan operasi moneter dengan ketentuan berlaku
yang mengatur agar risiko operasional dapat diminimalkan. Upaya mitigasi risiko tersebut
berupa pemantauan terhadap transaksi pembelian SBN di pasar sekunder30, transaksi
valas terhadap rupiah yang dilakukan secara non lelang terutama spot, dan transaksi valas
melalui lelang seperti Term Deposit valas konvensional dan syariah, serta FX Swap USD/IDR.
Hasil pemantauan pada triwulan II-2015 menunjukkan bahwa seluruh transaksi operasi
moneter telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mitigasi risiko kredit dilakukan melalui pemantauan secara harian meliputi penetapan
counterparty, penetapan limit counterparty, dan evaluasi transaksi. Untuk mengantisipasi
risiko pasar, pemantauan portofolio SBN BI dilakukan melalui monitoring harga pasar
seri SBN yang dimiliki BI. Portofolio SBN BI cenderung dimiliki sampai jatuh waktu karena
digunakan sebagai instrumen operasi moneter yaitu reverse repo SBN. Dengan kepemilikan
sampai jatuh waktu, kerugian SBN telah tercermin dalam yield pada saat SBN tersebut dibeli,
dimana yield lebih rendah dibanding kupon. Namun untuk kehati-hatian, mitigasi risiko
pasar tetap dilakukan melalui pemantauan secara harian meliputi monitoring Marking to
Market (MTM), Value at Risk (VAR), durasi SBN, dan porsi kepemilikan maksimal terhadap
SBN.
Penerapan fungsi koordinator manajemen keberlangsungan tugas dilakukan melalui
penyusunan kebijakan prinsipil dan strategis untuk memastikan kesinambungan
penyelesaian tugas kritikal Bank Indonesia. Penentuan tugas kritikal dilakukan berdasarkan
business impact analysis (BIA) terhadap seluruh tugas yang dimiliki oleh Bank Indonesia.
Dari seluruh tugas dimaksud diperoleh 12 (dua belas) tugas kritikal yang harus dijaga
kesinambungannya untuk memenuhi kebutuhan stakeholder baik internal maupun
eksternal.
30 Pemantauan terhadap pembelian SBN di pasar sekunder dimaksudkan untuk meminimalkan munculnya risiko pasar dan risiko
operasional. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pembelian SBN oleh Bank Indonesia dilakukan sebagai instrumen kebijakan yaitu bagian
dari stabilisasi nilai tukar melalui mitigasi tekanan jual SBN di pasar sekunder.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
89
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Guna menjaga kesinambungan pelaksanaan tugas yang dimandatkan oleh UndangUndang kepada BI, telah disusun bussiness continuity management (BCM) secara sistimatis
mengacu pada best practice yaitu proses Plan-Do-Check-Act (PDCA). Proses PDCA
diyakini dapat menjamin pelayanan kepada stakeholder secara terus menerus dengan
meminimalkan terjadinya gangguan signifikan sesuai waktu yang disepakati antara BI
dengan satuan kerja.
4.4. Audit Intern
Untuk
memastikan
kepatuhan
terhadap
prosedur dan
aturan, Bank
Indonesia
melakukan audit
intern terhadap
12 satuan kerja
di berbagai
bidang tugas
Bank Indonesia.
Fungsi audit intern di Bank Indonesia mengacu pada standar International Professional
Practices Framework (IPPF) yang dikeluarkan oleh The Institute of Internal Auditors (IIA).
Kegiatan fungsi audit intern tersebut meliputi audit dan konsultansi yang ditujukan
untuk mengevaluasi dan memberikan rekomendasi atas efektivitas pelaksanaan proses
governance, proses manajemen risiko, dan proses pengendalian dalam mencapai tujuan
Bank Indonesia. Audit dilakukan terhadap kegiatan operasional Bank Indonesia, sedangkan
konsultansi audit dilakukan dalam proses pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan
guna meningkatkan pengendalian dan governance.
Pada triwulan II-2015, telah dilakukan audit pada 12 satuan kerja Bank Indonesia di
kantor pusat dan daerah. Obyek audit yang dilakukan meliputi (i) bidang moneter, yaitu
pengelolaan cadangan devisa, pelaksanaan survei perekonomian, pelaksanaan kegiatan
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah, pengembangan UMKM, pengelolaan
rekening Pemerintah, (ii) bidang stabilitas sistem keuangan, yaitu pelaksanaan surveillance
terhadap lembaga keuangan, (iii) bidang sistem pembayaran, yaitu operasional
pengelolaan kas, dan (iv) bidang manajemen intern, yaitu penyelesaian kredit Bank
Indonesia, pengelolaan logistik, penatausahaan aset, dan keuangan intern. Hasil temuan
audit tersebut segera ditindaklanjuti perbaikannya oleh satuan kerja dan menjadi umpan
balik untuk penyempurnaan peraturan/kebijakan.
Dalam rangka tetap menjaga mutu pelaksanaan fungsi audit intern, kegiatan audit
intern secara terus menerus dilakukan asesmen secara periodik oleh konsultan ekstern
independen. Sejauh ini hasil asesmen terhadap kegiatan audit intern menunjukkan
kesesuaian terhadap standar yang berlaku global. Di sisi lain, kepada para auditor intern
secara teratur diberikan pembekalan dan penyegaran keterampilan dan pengetahuan
yang relevan dengan audit intern dan hal-hal yang menjadi concern bank sentral.
4.5. Keuangan Intern
Sebagai wujud
akuntabilitas
keuangan,
Bank Indonesia
kembali
memperoleh
opini terbaik
“Wajar Tanpa
Pengecualian”
atas audit
LKTBI 2014
yang dilakukan
oleh BPK RI.
90
Pelaksanaan kebijakan manajemen keuangan intern diarahkan dalam upaya meningkatkan
good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia guna
mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, sistem pembayaran,
dan stabilitas sistem keuangan.
Secara umum, kondisi keuangan Bank Indonesia hingga triwulan II-2015 terjaga, baik
dari aspek modal, penerimaan, maupun pengeluaran. Rasio modal Bank Indonesia
tercatat sebesar 9,20% atau melampaui target minimum sebesar > 3,00%. Rasio modal
tersebut telah meningkat sebesar 1,46% dibandingkan posisi Desember 2014. Surplus
Bank Indonesia (sebelum pajak) mencapai Rp34,763 miliar atau 63,09% dibanding
surplus (sebelum pajak) 2014 yang sebesar Rp55.099 miliar. Besarnya surplus tersebut
terutama dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dari selisih kurs transaksi valuta asing
dan pendapatan bunga masing-masing sebesar 65,15% dan 28,19% dari total penerimaan.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Sedangkan dari sisi beban, pelaksanaan kebijakan moneter masih mendominasi sebesar
59,84% dari keseluruhan beban pengeluaran Bank Indonesia.
Sesuai Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2015 yang telah ditetapkan, Bank
Indonesia merealisasikan, memantau realisasi, dan mengendalikan anggaran dalam rangka
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan tetap berlandaskan pada prinsip transparansi,
efektivitas, dan kepatutan. Hingga triwulan II-2015, realisasi ATBI Pengeluaran Operasional
mencapai Rp3.834 miliar (94,16% dari RPPB atau 46,79% dari rencana), sedangkan realisasi
ATBI Pengeluaran Kebijakan mencapai Rp16.870 miliar (68,98% dari RPPB atau 34,04%
dari rencana). Sementara itu, realisasi Rencana Investasi tercatat sebesar Rp188.250 juta,
70,92% dari RPPB atau 12,30% dari rencana.
Sebagai bentuk pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan Bank Indonesia, Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) melakukan audit terhadap Laporan
Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI). Proses audit LKTBI 2014 telah diselesaikan
pada Mei 2015 dengan opini terbaik, yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)31. Opini
WTP yang diperoleh secara berkesinambungan selama 12 tahun terakhir mencerminkan
kesungguhan dan komitmen Bank Indonesia untuk senantiasa transparan dan akuntabel.
Selanjutnya, LKTBI Tahun 2014 tersebut telah dipublikasikan kepada masyarakat melalui
media massa dan website Bank Indonesia.
Berbagai program kerja dalam rangka mendukung sustainabilitas, transparansi, dan
akuntabilitas keuangan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Melanjutkan implementasi Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (KAKBI)
sebagai standar akuntansi keuangan bank sentral dan melakukan komunikasi secara
intensif dan berkesinambungan kepada stakeholders. Sejalan dengan KAKBI, saat ini
sedang dilakukan penyusunan ketentuan pelaksanaan akuntansi lindung nilai (hedge
accounting) dan kerja sama penelitian dengan Sout East Asian Central Banks (SEACEN)
mengenai pelaporan keuangan bank sentral di kawasan ekonomi SEACEN.
2. Penyempurnaan konsep Asset and Liabilities Management (ALMA) Bank Indonesia telah
mencapai tahapan penyusunan framework implementasi dan penetapan metodologi
pengukuran ALMA sebagai early warning bidang keuangan Bank Indonesia.
3.Implementasi capital budgeting di Bank Indonesia telah dilakukan sebagai upaya
peningkatan governance dalam proses penyusunan Rencana Investasi Bank Indonesia
2016. Capital budgeting tersebut digunakan untuk menganalisis usulan Rencana
Investasi baru yang bernilai di atas Rp10 miliar.
4.6. Sistem Informasi
Pada triwulan II-2015, pelaksanaan fungsi Sistem Informasi (SI) difokuskan untuk mendukung
5 tema Program Transformasi Bank Indonesia yakni: Policy Excellence; Outstanding Execution;
Institusional Leadership; Motivated Organization dan State of The Art Technology.
Transformasi di bidang Sistem Informasi ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan
teknologi dan pendekatan mutakhir secara inovatif. Beberapa program yang akan dilakukan
meliputi penerapan teknologi big data guna mendukung proses pengambilan keputusan,
penyusunan end state Information System Architecture dan implementasi proyek SI strategis,
serta perbaikan tata kelola (governance) SI.
31
Surat BPK RI Nomor: 39/S/IV-XV/04/2015 tanggal 30 April 2015 perihal Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Tahunan Bank
Indonesia Tahun 2014.
Bank Indonesia
mengarahkan
transformasi
sistem
informasi untuk
mendukung
proses
pengambilan
keputusan,
implementasi
proyek strategis,
serta penguatan
arsitektur dan
governance
sistem informasi.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
91
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
Pada triwulan II-2015 telah disusun berbagai pedoman terkait perencanaan program kerja,
penyusunan kebutuhan user, dan pengelolaan vendor (vendor management). Selain itu,
telah dimulai penyusunan kebutuhan penerapan teknologi big data dan pengembangan
proyek strategis seperti sistem manajemen sumber daya manusia, sistem keuangan Bank
Indonesia, sistem treasury, dan datawarehouse.
Dukungan SI juga dilakukan melalui pengembangan treasury (DC) dan Disaster Recovery
Center (DRC) guna melengkapi DC yang telah dimiliki saat ini agar kualitas ketersediaan
layanan SI dapat dijaga. Terkait hal itu, pada triwulan laporan telah dimulai proses migrasi
aplikasi dari DC lama ke DC baru.
Selain dukungan pada pelaksanaan program transformasi BI, SI juga memiliki peranan
yang cukup besar dalam mendukung pelaksanaan tugas/operasional di Bank Indonesia.
Pada periode laporan, telah diselesaikan pengembangan aplikasi survei perbankan,
sistem informasi monitoring ekspor, dan pengembangan sistem pelaporan harian bank
umum. Di sektor Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) telah dikembangkan aplikasi terkait
fungsi makroprudensial dan fungsi pendalaman pasar keuangan. Sementara itu, untuk
mendukung pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia juga sedang mengembangkan
beberapa sistem informasi kredit UMKM.
Dukungan SI di sektor Sistem Pembayaran (SP) dilakukan melalui pengembangan aplikasi
baik untuk mendukung sistem pembayaran non-tunai maupun tunai. Pada triwulan II2015 telah dilakukan implementasi Sistem Kliring Nasional Generasi 2. Sistem ini telah
menggunakan teknologi terkini dan mengadopsi proses bisnis terkini sehingga diharapkan
dapat memberikan layanan transfer dana yang lebih realibel dibandingkan sistem lama.
Sementara itu pengembangan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) Generasi II telah
mencapai tahap pengujian yang melibatkan industri selaku peserta layanan RTGS. Sistem
RTGS Generasi II ini direncanakan dapat diimplementasikan pada triwulan III-2015.
Di sektor Manajemen Intern, telah dilakukan pengembangan aplikasi yang bertujuan
untuk meningkatkan tata kelola Bank Indonesia yang lebih baik seperti aplikasi Whistle
Blower System (WBS). Pengembangan sistem keuangan Bank Indonesia terus dilakukan dan
diharapkan dapat diimplementasikan secara bertahap hingga tahun 2017. Sementara itu,
untuk mengoptimalkan SDM yang dimiliki Bank Indonesia, saat ini juga tengah dilakukan
penyempurnaan terhadap sistem manajemen sumber daya manusia.
Sesuai Arsitektur
Fungsi Strategis
Bank Indonesia
yang baru,
penyempurnaan
organisasi
dilakukan
dengan
pembentukan
BI Institute,
KPwDN Provinsi
DKI Jakarta, dan
fungsi Whistle
Blowing System.
92
Selain memberikan dukungan atas pelaksanaan tugas/operasional, SI juga menerapkan
inovasi dalam rangka meningkat efisiensi dan efektivitas pekerjaan seperti penerapan
metode file sharing dan kolaborasi yang aman pada berbagai rapat. Selain itu penerapan wifi
diperluas di seluruh area kerja guna meningkatkan kemudahaan penyelesaian pekerjaan.
Keseluruhan perangkat SI dilindungi perangkat pengamanan guna meminimalkan
terjadinya kebocoran informasi rahasia kepada pihak yang tidak berwenang.
4.7. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia
Terkait dengan penyempurnaan organisasi Bank Indonesia, pada triwulan II-2015 telah
dilakukan penyempurnaan Fungsi dan Organisasi antar lain berupa: Pendirian Institut
Bank Indonesia, Pembukaan Kantor Perwakilan Provinsi DKI Jakarta, Pembentukan
fungsi Whistle Blowing System dan investigasi pelanggaran kode etik dan kode perilaku
Bank Indonesia, Penyempurnaan organisasi terkait pengelolaan operasional kliring
dalam rangka mendukung implementasi Sistem Kliring Nasional Generasi II. Selain
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
itu, juga telah dilakukan pemetaan isu dan desain awal rancangan penyempurnaan
organisasi seluruh satuan kerja di Bank Indonesia tahun 2015.
b. Pemenuhan dan Pengembangan SDM
Pemenuhan SDM secara internal dilakukan melalui pelaksanaan seleksi promosi
pegawai melalui Staf Development Program (SDP) tahun 2015. Sementara untuk
pemenuhan kebutuhan SDM melalui jalur eksternal dilakukan melalui tahapan
penyusunan rekomendasi jumlah (skenario perhitungan) kebutuhan SDM kedalam
desain perencanaan SDM serta rekrutmen untuk pemenuhan kebutuhan sebagai
dampak Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia. Di sisi pengembangan SDM,
sampai dengan triwulan II-2015 telah dilaksanakan kegiatan pengembangan SDM yang
meliputi 6 (enam) area pengembangan yaitu (1) On Boarding; (2) Leadership Development
Program (LDP); (3) Competency Development Program (CDP); (4) Program Tugas Belajar
(PTB); (5) Attachment/Technical Assistance and Assignment Program; dan (6) Coaching
dan Mentoring Program, serta pengembangan pegawai atas inisiatif organisasi (BI-Wide)
dan Kerja sama Internasional.
1. On Boarding
Merupakan program pengembangan yang ditujukan bagi calon pegawai baru yang
akan bekerja di Bank Indonesia. Pada periode laporan telah dilakukan program On
Boarding sebagai berikut:
-
Pelatihan dan pembekalan bagi calon pegawai Asisten Kasir sebanyak 84 orang.
- Pelatihan dan pembekalan bagi calon pegawai Kasir Yunior sebanyak 225
orang.
- Pendidikan calon pegawai setingkat Pelaksana Yunior, Pelaksana Yunior,
Pelaksana Yunior-Sekretaris dan Asisten Satpam untuk KPw DKI Jakarta
sebanyak 8 orang.
2. Leadership Development Program (LDP)
Merupakan Program Pengembangan Kepemimpinan pegawai Bank Indonesia.
Pada triwulan II-2015, pelaksanaan LDP dalam proses yakni berupa Sekolah Staf
dan Pimpinan Bank Indonesia (SESPIBI) bagi pegawai yang akan di promosikan
menduduki jabatan sebagai Direktur; Program Kepemimpinan Bank Indonesia
(PKBI) bagi pegawai yang akan di promosikan menduduki jabatan Deputi Direktur
dan Asisten Direktur.
3. Competency Development Program (CDP)
Merupakan Program Meningkatkan Kompetensi bagi pegawai Bank Indonesia baik
yang bersifat In House Training (IHT) maupun Peningkatan Mutu dan Ketrampilan
(PMK) retail. Sampai dengan triwulan II-2015 telah dilaksanakan CDP sebagai
berikut:
-
Sebanyak 54 kelas pelatihan IHT yang diikuti oleh 1.820 orang pegawai (KP dan
KPw BI),
-
Sebanyak 333 pegawai dengan level Staf s.d Deputi Direktur telah mengikuti
kegiatan Peningkatan Mutu dan Keterampilan (PMK).
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
93
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
4. Program Tugas Belajar (PTB)
Merupakan program pengembangan pegawai melalui beasiswa penuh Bank
Indonesia kepada pegawainya yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang
Master (S2) dan Doktor (S3). Sampai dengan triwulan II-2015, jumlah pegawai yang
saat ini tengah mengikuti Program Tugas Belajar (PTB) adalah: 9 pegawai yang masih
menjalani pendidikan S2 Dalam Negeri; 46 pegawai menjalani S2 luar negeri; serta
13 pegawai masih menjalani studi S3 luar negeri. Sementara itu, jumlah pegawai
yang mengikuti PTB-Atas Inisiatif Sendiri sejak 2013 hingga Juni 2015 tercatat
sebanyak 30 orang untuk jenjang S2 dan 4 orang untuk jenjang S3.
5. Attachment/Technical Assistance and Assignment Program
Sampai dengan triwulan II-2015, pegawai yang mengikuti attachment dan technical
assistance tercatat 28 pegawai. Jumlah pegawai penugasan dilembaga lain tercatat
sebanyak 15 orang yaitu 1 orang pegawai di International Monetary Fund/IMF, 13
orang pegawai di Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan/PPATK dan 1
orang pegawai di ASEAN+3 Macroeconomic Research Office/AMRO.
6. Coaching, Counseling and Mentoring
Program coaching dan counseling secara rutin dilakukan kepada para pegawai
khususnya dari Line Manager kepada bawahannya. Sampai dengan triwulan II-2015
telah dilaksanakan 3 gelombang pelatihan Coaching, Mentoring for Performance
Dialogue untuk 89 pegawai dengan level Manejer s.d Asisten Direktur. Sementara
itu, pelatihan Mentoring bagi pegawai setingkat Asisten Direktur s.d Deputi Direktur
telah diikuti oleh sebanyak 126 pegawai.
7. Pengembangan Pegawai Atas Inisiatif Organisasi (BI-Wide)
Sampai dengan triwulan II-2015 telah dilakukan pengembangan pegawai atas
inisiatif organisasi (BI-Wide) berupa pelatihan Pra Purnabakti bagi pegawai yang
akan memasuki usia pensiun kepada 169 pegawai.
8. Seminar Internasional
Sampai dengan triwulan II-2015 telah dilaksanakan 7 kegiatan seminar Internasional,
bekerja sama dengan The SEACEN Center, Bundesbank dan Departemen Stabilitas
Sistem Keuangan (DSSK).
c. Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia
94
Pelaksanaan program internalisasi Nilai-Nilai Strategis (NNS) Bank Indonesia untuk
tahap awareness telah selesai dilakukan, sebagaimana tercermin dari hasil survey pada
bulan Juni yang menunjukkan nilai indeks pemahaman yang melebihi target yakni
mencapai nilai indeks 5,07 dari skala 6 (target sebesar 4,5).
Tahap internalisasi selanjutnya, yaitu tahap implementasi ke dalam perilaku pegawai dan
aktivitas kerja sehari-hari. Disain Change Program Generik “135”, yaitu One Information
a Day, Three R- Better-Faster-Cheaper, dan Five Minutes Before, telah dipertajam untuk
semakin mendorong penerapan NNS ke dalam perilaku sehari-hari (living the values).
Program perubahan juga telah dipertajam untuk semakin mendorong peran Pimpinan
Satuan Kerja selaku Change Leader, untuk menjadi contoh terdepan (role model) dan
teladan perubahan. Selama triwulan II-2015, telah dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
1. Workshop Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia untuk memberikan
pembekalan teknis Change Management, Komunikasi Persuasif dan pemanfaatan
media komunikasi kreatif kepada Change Coordinators dan Change Agents.
2. Survey Tingkat Internalisasi NNS dilakukan secara online yang melibatkan 2.048
orang responden dari seluruh satuan kerja Kantor Pusat, Kantor Perwakilan Dalam
Negeri dan Luar Negeri.
3. Kegiatan komunikasi internal melalui media cetak internal yang mengangkat
topik mengenai penguatan peranan Performance Dialogue untuk memacu kinerja
pegawai dalam transformasi Bank Indonesia.
4. Melakukan kegiatan talkshow dan bedah buku terkait SDM yaitu mengenai motivasi
dan kreativitas.
5. Mengadakan kegiatan Leadership Forum yang mengangkat nilai-nilai kepemimpinan
Bapak Rachmat Saleh dari bukunya Legacy Sang Legenda.
6. Melaksanakan kegiatan sosialisasi Change Program dalam rangka mendukung
program strategis Motivated Organization.
7. Pembuatan beberapa konten komunikasi Change Program berupa video film
pendek dan video animasi untuk sosialisasi tentang Change Program generik 135
dan Perubahan Mindset Kritikal.
4.8. Aspek Hukum
Pelaksanaan fungsi hukum di Bank Indonesia dimaksudkan agar setiap kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan operasional Bank Indonesia dapat senantiasa memenuhi aspek
governance, serta sejalan dengan prinsip hukum dan peraturan perundang-undangan.
Untuk memperkuat posisi Bank Indonesia dalam perspektif hukum, proses perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan serta kegiatan operasional Bank Indonesia
didukung oleh opini/advis hukum. Guna memberikan kontribusinya dalam pembangunan
hukum nasional, Bank Indonesia terlibat aktif dalam penyiapan perundang-undangan
yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dalam hal terdapat permasalahan
hukum, Bank Indonesia menempuh proses litigasi dan alternative dispute resolution/ADR,
dengan dukungan penelitian hukum dan pemberian bantuan hukum kepada pelaksana
tugas kedinasan Bank Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan badan
hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan yang digunakan sebagai landasan
hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Untuk mendukung pelaksanaan
tugas Bank Indonesia secara efektif, Bank Indonesia menerbitkan produk hukum terutama
dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Dewan Gubernur (PDG), Surat
Edaran Bank Indonesia (SE) Ekstern dan Intern. Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia telah
mengeluarkan beberapa peraturan baik yang berlaku untuk pihak eksternal maupun
pihak internal, yang berjumlah 40 peraturan (sebagaimana terlampir), yang terdiri atas
9 Peraturan Bank Indonesia (PBI), 2 Peraturan Dewan Gubernur (PDG), 12 Surat Edaran
Ekstern (SE Ekstern), dan 17 Surat Edaran Intern (SE Intern).
Bank Indonesia
menghasilkan 40
ketentuan yang
terdiri dari 9 PBI,
12 SE Ekstern, 2
PDG, dan 17 SE
Intern di bidang
moneter, sistem
keuangan,
sistem
pembayaran,
dan kapabilitas
intern.
Dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia secara efektif guna merespons
tantangan perekonomian global dan domestik terkini, pelaksanaan tugas Bank Indonesia
perlu didukung oleh peraturan perundang-undangan. Bank Indonesia senantiasa
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
95
BAB IV Kapabilitas Intern Bank Indonesia
berpartisipasi dalam penyusunan Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang (RUU),
dan rancangan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan
tugas Bank Indonesia. Beberapa pembahasan RUU yang terkait langsung dengan Bank
Indonesia antara lain RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan, RUU Perbankan, dan RUU
Bank Indonesia.
Dalam rangka koordinasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan, Bank Indonesia
juga menjadi anggota Panitia Antar Kementerian untuk pembahasan RUU tentang Bea
Materai dan RUU Pembatasan Transaksi Penggunaan Uang Kartal. Sedangkan partisipasi
Bank Indonesia dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pada triwulan
II-2015 antara lain adalah RPP tentang Tata Cara Penyampaian Data dan Informasi oleh
Instansi dan/atau Lembaga Swasta serta RPP Perlindungan Data Elektronik Strategis.
4.9. Program Sosial Bank Indonesia
Sesuai tema
PSBI,
dilaksanakan
122 program
di seluruh
wilayah
Indonesia
yang meliputi
pertanian
terintegrasi,
komoditas
unggulan, dan
ketahanan
pangan, serta
kepedulian
sosial.
Bank Indonesia melaksanakan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dalam rangka
mewujudkan kepedulian sosial kepada lingkungannya. Tema PSBI tahun 2015 yaitu
“Mendorong Pembangunan Ekonomi yang Kuat, Berkesinambungan dan Inklusif” dengan
empat sub tema yaitu (i) Pertanian Terintegrasi, (ii) Komoditi Unggulan, (iii) Ketahanan
Pangan serta (iv) Komunitas Kebanksentralan dan Literasi Keuangan. Selain program yang
bersifat strategis tersebut, Bank Indonesia juga melaksanakan PSBI Kepedulian Sosial untuk
merespon kebutuhan sosial masyarakat, dengan cakupan di bidang pendidikan, musibah
dan bencana alam, keagamaan, kebudayaan, lingkungan hidup dan kesehatan.
Pada triwulan II-2015, Bank Indonesia melaksanakan 122 program di berbagai wilayah
Indonesia dengan anggaran sebesar Rp16.273.968.000,-. Sesuai sub tema PSBI, program
yang dilaksanakan terdiri dari (i) 30 program Pertanian Terintegrasi, (ii) 38 program
Komoditas Unggulan, dan (iii) 54 program Ketahanan Pangan.
Selain pelaksanaan program sesuai sub tema PSBI, pada triwulan laporan Bank Indonesia
juga melaksanakan PSBI Kepedulian Sosial di seluruh wilayah Indonesia. Program tersebut
sebagian besar disalurkan di bidang keagamaan. Program lainnya disalurkan di bidang
pendidikan di luar beasiswa, kesehatan, musibah dan bencana alam, serta kebudayaan.
Bantuan yang diberikan antara lain dalam bentuk pengembangan sarana dan prasarana
fisik penunjang gedung maupun kegiatan penyuluhan atau bantuan lainnya.
Sampai dengan triwulan II-2015, realisasi anggaran PSBI masih relatif rendah, yaitu sebesar
34,7% dari total anggaran Rp93,7 miliar. Rendahnya penyerapan anggaran tersebut
sejalan dengan siklus pelaksanaan PSBI pada semester I-2015 yang diawali dengan tahap
perencanaan/survei dan/atau pengikatan komitmen, terutama untuk program yang
bersifat strategis dan memiliki anggaran yang besar. Sementara itu, pelaksanaan PSBI dan
anggarannya mulai dilaksanakan pada semester II-2015.
Sementara itu, untuk mendukung peran PSBI dalam pengembangan ekonomi dan
peningkatan pengetahuan serta pemahaman masyarakat mengenai Bank Indonesia,
telah dicanangkan tiga program champion, yaitu (i) Indonesia Cerdas, (ii) Pemberdayaan
Perempuan, dan (iii) Indonesia Terang. Program Indonesia Cerdas 2015 menargetkan
pembentukan 100 BI Corner di berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Program
Pemberdayaan Perempuan dilaksanakan melalui Program Pemberdayaan Wirausaha Mikro
dan Youthpreneur dan Program Urban Farming yang saat ini dalam proses penjajakan
dengan pihak terkait. Program Indonesia Terang dilakukan melalui pemanfaatan energi
terbarukan (renewable energy) untuk mendorong produktivitas di wilayah perbatasan dan
terdepan.
96
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Lampiran
Produk Hukum Bank Indonesia
Triwulan II - 2015
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
97
1. PERATURAN BANK INDONESIA
No
Nomor PBI
Tanggal
Perihal
1
17/4/PBI/2015
27 April 2015
Pasar Uang AntarBank Berdasarkan Prinsip Syariah
2
17/5/PBI/2015
29 Mei 2015
Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum
3
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/16/PBI/2014 Tentang 17/6/PBI/2015
29 Mei 2015
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Domestik
4
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/17/PBI/2014 Tentang 17/7/PBI/2015
29 Mei 2015
Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Asing
5
17/8/PBI/2015
29 Mei 2015
Pengaturan dan Pengawasan Moneter
6
17/9/PBI/2015
29 Mei 2015
Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia
7
17/10/PBI/2015
18 Juni2015
Rasio Loan To Value Atau Rasio Financing To Value Untuk Kredit Atau Pembiayaan Properti Dan Uang Muka Untuk Kredit Atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor
8
17/11/PBI/2015
25 Juni 2015
9
17/12/PBI/2015
25 Juni 2015
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan valuta Asing
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2. SURAT EDARAN EKSTERN
No
Nomor SE
Tanggal
1
17/7/DPM
14 April 2015
Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang
2
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/23/DPM tanggal 24 17/8/DPM
20 Mei 2015
Desember 2014 perihal Operasi Pasar Terbuka
3
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/13/DPM tanggal 24 Juli 17/9/DPM
20 Mei 2015
2014 perihal Tata Cara Penempatan Berjangka (Term Deposit) Syariah dalam Valuta Asing
4
17/10/DKMP
29 Mei 2015
Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
5
17/11/DKSP
1 Juni 2015
Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
6
17/12/DPSP
5 Juni 2015
Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong
7
17/13/DPSP
5 Juni 2015
Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh bank Indonesia
8
17/14/DPSP
5 Juni 2015
Perlindungan Nasabah dalam Pelaksanaan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
9
Perubahan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/14/DPM Perihal Transaksi 17/15/DPM
12 Juni 2015
10
17/16/DPM
12 Juni 2015
Valuata Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Domestik
Perubahan Surat Edaran Bank Indonesia No.16/15/DPM perihal Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing
11
Perhitungan Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valutas Asing 17/17/DKMP
26 Juni 2015
12
98
Perihal
17/18/DKEM
30 Juni 2015
Bagi Bank Umum Konvensional
Perubahan atas Surat Edaran Nomor 16/24/DKEM tanggal 30 Desember 2014 perihal Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Nonbank
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
3. PERATURAN DEWAN GUBERNUR
No
Nomor PDG
Tanggal
Perihal
1
17/3/PDG/2015
24 April 2015
Manfaat Pensiun Pegawai Bank Indonesia
2
17/4/PDG/2015
15 Mei 2015
Tunjangan Akhir Masa Jabatan Bagi Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
99
Daftar Istilah
Administered prices:
Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur
Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif tenaga listrik.
BI Rate
:
Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada
publik.
Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement (BI-RTGS)
:
Bank Indonesia Real-Time Gross Settlement, merupakan sistem transfer
dana secara elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi
secara individual.
Bank Indonesia – Scripless Securities :
Settlement System (BI-SSSS)
Cadangan Devisa
100
Bank Indonesia – Scripless Securites Settlement System, merupakan
sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya
dan penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan terhubung
langsung antara Peserta, Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
:
Cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat
pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka,
wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada
pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar
negeri.
Capital Adequacy Ratio:
Rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian
yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Countercyclical Buffer:
Tambahan modal yang berfungsi untuk mengantisipasi kerugian apabila
terjadi pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan sehingga
berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Dana Pihak Ketiga
:
Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Defisit Transaksi Berjalan
:
Kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan
jasa daripada ekspor, atau selisih antara defisit/surplus pada neraca
perdagangan dengan defisit/surplus pada neraca jasa-jasa.
Deposit Facility:
Fasilitas penempatan dana perbankan di Bank Indonesia dalam rangka
operasi moneter.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Devisa Hasil Ekspor
:
Devisa yang diterima eksportir dari hasil kegiatan ekspor.
Emerging Market:
Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat
yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar keuangan dan
industrialisasi.
Financial Inclusion/(Keuangan:
Inklusif)
Pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau untuk bagian
segmen masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem :
Keuangan
Forum yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi antar lembaga
dalam memelihara stabilitas sistem keuangan guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta memperkuat
ketahanan dalam menghadapi gejolak ekonomi. Lembaga yang menjadi
anggota forum dimaksud yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia,
Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa Keuangan.
Giro Wajib Minimum
:
Jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.
Gross Domestic Product (Produk
Domestik Bruto)
:
Indikator ekonomi yang mencerminkan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara
dalam jangka waktu tertentu.
Hedging:
Penggunaan instrumen derivatif atau instrumen keuangan lainnya untuk
melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair
value) aset atau kewajiban.
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan :
Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan
yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan
membantu mengidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.
Inflasi:
Keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat
sehingga berdampak pada menurunnya daya beli. Terdapat dua jenis
sumber inflasi, yaitu inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya (costpush) dan inflasi karena meningkatnya permintaan (demand-pull).
Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK)
:
Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen,
yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan
masyarakat luas.
Inflasi Inti
:
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti diperoleh dari
angka inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan
administered prices.
Inflation Targeting Framework:
Kerangka kebijakan moneter forward-looking yang secara transparan dan
konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke
depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan kepada publik.
Investment Grade:
Peringkat layak investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
101
:
Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi Pasar Uang Antar Bank
di Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR.
Kliring:
Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di
satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan
suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan
(clearing).
Layanan Keuangan Digital (LKD)
:
Kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan yang dilakukan
melalui kerja sama dengan pihak ketiga serta menggunakan sarana dan
perangkat teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam rangka
keuangan inklusif.
Lender of The Last Resort:
Salah satu fungsi utama bank sentral dalam menjaga stabilitas sistem
perekonomian yakni dengan pemberian kredit atau pembiayaan
kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang
disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.
Lending Facility:
Fasilitas penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank dalam
rangka operasi moneter.
Loan to Deposit Ratio (LDR)
:
Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank
umum.
Likuiditas:
Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi
segera dalam waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid
apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta lancar yang lebih
besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity).
Makroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem
keuangan secara keseluruhan.
Mikroprudensial:
Pendekatan regulasi keuangan yang terkait dengan pengelolaan lembaga
keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan
usahanya.
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) :
Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing,
dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan
item-item finansial.
Neraca Transaksi Berjalan
:
Bagian dari neraca pembayaran yang mencatat lalu lintas barang dan
jasa suatu negara.
Non-Performing Loan (NPL)
:
Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet.
Non-Performing Financing (NPF):
Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank
syariah.
Jakarta Interbank Offered Rate
(JIBOR)
102
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
:
Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka
pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku
Bunga (Standing Facilities).
Pasar Uang Antar Bank (PUAB O/N) :
Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar
Bank Konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).
Repurchase Agreement (Repo)
:
Transaksi penjualan instrumen keuangan antara dua belah pihak yang
diikuti dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan
di kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas instrumen
keuangan yang sama dengan harga tertentu yang disepakati.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
:
Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
:
Sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring
kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional.
Stress test:
Estimasi potensi kerugian terhadap eksposur kredit dan likuiditas yang
dihasilkan dari beberapa skenario perubahan harga dan volatilitas.
Surat Utang Negara (SUN)
:
Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan
masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
berlaku.
Surat Berharga Negara (SBN)
:
Surat berharga yang terdiri dari Surat Utang Negara dalam mata uang
Rupiah dan Surat Berharga Negara Syariah dalam mata uang Rupiah
yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Swap:
Transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai
(spot) dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka yang
dilakukan secara simultan dengan pihak yang sama dan pada tingkat
premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal
transaksi dilakukan.
Systemically Important Bank:
Suatu bank yang karena ukuran aset, modal, kewajiban, dan luas jaringan,
atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan, serta keterkaitan dengan
sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagaian atau
keseluruhan bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional
maupun finansial, apbila bank tersebut mengalami gangguan atau gagal.
Tim Pemantauan dan Pengendalian :
Inflasi Daerah
Tim lintas instansi yang melakukan pemantauan perkembangan
inflasi daerah dan mengidentifikasi berbagai permasalahan terkait
pengendalian inflasi.
Transaksi Reverse Repo:
Transaksi pembelian Surat Berharga oleh peserta Operasi Pasar Terbuka
(OPT) dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh
peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
Uang Kartal
Uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank
Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah
Republik Indonesia.
Operasi Moneter
:
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
103
104
Uang Kartal yang Diedarkan
:
Uang yang berada di masyarakat dan di khasanah perbankan.
Wajar Tanpa Pengecualian
:
Pendapat wajar tanpa pengecualian, diberikan auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian
yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta pengungkapan
memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu
organisasi, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Volatile Food :
Komponen inflasi IHK yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau
faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun
internasional.
Yield:
Imbal hasil.
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
Daftar Singkatan
ADG
: Anggota Dewan Gubernur
AFSBI
: Arsitektur Fungsi Strategis Bank Indonesia
APMK
: Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
ASEAN
: The Association of Southeast Asian Nations
ATBI
: Anggaran Tahunan Bank Indonesia
ATM
: Anjungan Tunai Mandiri
BI
: Bank Indonesia
BI-RTGS
: Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement
BI-SSSS
: Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System
BPS
: Badan Pusat Statistik
bps:
Basis Point
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
CAR:
Capital Adequacy Ratio
CIKUR
: Ciri Keaslian Uang Rupiah
DF:
Deposit Facilities
DHE
: Devisa Hasil Ekspor
DPK
: Dana Pihak Ketiga
DPR RI
: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
D-SIB
: Domestic Sistemically Important Bank
DSR:
Debt Service Ratio
DXY
: US Dollar Index
ECB:
European Central Bank
EMEAP
: Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks
FASBIS
: Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
FKSSK
: Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
FPJP
: Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
FSPI
: Forum Sistem Pembayaran Indonesia
GDP:
Gross Domestic Product
GNNT
: Gerakan Nasional Non-Tunai
GWM
: Giro Wajib Minimum
IDB
: Islamic Development Bank
IDI
: Informasi Debitur Individual
IHK
: Indeks Harga Konsumen
IHSG
: Indeks Harga Saham Gabungan
IKNB
: Industri Keuangan Non Bank
IKU
: Indikator Kinerja Utama
IMF
: International Monetary Fund
IRU:
Investor Relations Unit
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
105
ITF:
Inflation Targeting Framework
JIBOR
: Jakarta Interbank Offered Rate
KI
: Kredit Investasi
KK
: Kredit Konsumsi
KMK
: Kredit Modal Kerja
KPR
: Kredit Perumahan Rakyat
KPwDN BI
: Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia
KPwLN BI
: Kantor Perwakilan Luar Negeri Bank Indonesia
KUPVA BB
: Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank
LDR:
Loan to Deposit Ratio
LKD
: Layanan Keuangan Digital
LKNB
: Lembaga Keuangan Non Bank
LKTBI
: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
LTV: Loan to Value
MRBI
: Manajemen Risiko Bank Indonesia
NAB
: Nilai Aktiva Bersih
NKRI
: Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPI
: Neraca Pembayaran Indonesia
NPL:
Non Performing Loan
OIC
: Organization of Islamic Cooperation
OJK
: Otoritas Jasa Keuangan
OM
: Operasi Moneter
OPT
: Operasi Pasar Terbuka
PBI
: Peraturan Bank Indonesia
PDB
: Produk Domestik Bruto
PDG
: Peraturan Dewan Gubernur
Perum Peruri
: Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PIHPS
: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
PLN
: Pinjaman Luar Negeri
PP
: Perusahaan Pembiayaan
PSBI
: Program Sosial Bank Indonesia
PTD BB
: Penyelenggara Transfer Dana Bukan Bank
PUAB O/N
: Pasar Uang Antar Bank Overnight
qtq:
quarter to quarter
RDG
: Rapat Dewan Gubernur
Repo:
Repurchase Agreement
ROA:
Return on Asset
ROE:
Return on Equity
SBI
: Sertifikat Bank Indonesia
SBIS
: Sertifikat Bank Indonesia Syariah
SBN
: Surat Berharga Negara
SDBI
: Sertifikat Deposito Bank Indonesia
SE
: Surat Edaran
SF:
Standing Facilities
SHPR
: Survei Harga Properti Residensial
106
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
SID
: Sistem Informasi Debitur
SK
: Survei Konsumen
SKBI
: Sistem Keuangan Bank Indonesia
SKDU
: Survei Kegiatan Dunia Usaha
SKNBI
: Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
SKSR
: Survei Khusus Sektor Riil
SNKI
: Strategi Nasional Keuangan Inklusif
SOP:
Standard Operating Procedure
SSK
: Stabilitas Sistem Keuangan
SULNI
: Statistik Utang Luar Negeri Indonesia
SUSPI
: Statistik Utang Sektor Publik Indonesia
TD
: Term Deposit
TMF
: Transaksi Modal dan Finansial
TPI
: Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi
TPID
: Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah
UKM
: Usaha Kecil dan Menengah
ULE
: Uang Layak Edar
ULN
: Utang Luar Negeri
UMKM
: Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UTLE
: Uang Tidak Layak Edar
UU
:Undang-Undang
UYD
: Uang Kartal yang Diedarkan
Valas
: Valuta Asing
yoy:
year on year
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II-2015
107
Download