BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Landasan Teori
II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond)
II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi
Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang kepada
kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat
obligasi yang di dalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan, termasuk
ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo.
Obligasi (bond) adalah suatu kontrak jangka panjang di mana peminjam dana
setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu
kepada pemegang obligasi (Rodono dan Herni Ali,2010).
Korporasi merupakan suatu badan yang didirikan oleh seorang
individu atau sekelompok individu dengan tujuan untuk mencari keuntungan.
Jadi obligasi korporasi merupakan surat utang jangka panjang secara tertulis
yang dikeluarkan suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan
tujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan tersebut dan issuer
berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal
tertentu.
7
II.1.1.2 Jenis – Jenis Obligasi
Obligasi dikategorikan menjadi beberapa jenis baik berdasarkan
penerbit,
sistem penghitungan imbal hasil maupun
sistem pembayaran
bunga. Beberapa jenis obligasi berdasarkan penerbit (issuer) obligasi yaitu:
1) Government Bond merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah
ataupun skala nasional pada negara tersebut.
2) Municipal Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah
Daerah dengan tujuan untuk mengembangkan pembangunan daerah.
3) Corporate Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu badan
usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung
kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
Jenis-jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga/imbal hasil:
1) Zero coupon bond yaitu obligasi yang bunga dan pokoknya dibayarkan
pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2) Coupon bond yaitu suatu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan
secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbit obligasi.
3) Fixed coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar
bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tetap.
4) Floating coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi
membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tidak
tetap, tingkat bunga tersebut disesuaikan dengan tingkat SBI atau suku
bunga pasar.
8
Beberapa jenis obligasi dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
1) Conventional bonds yaitu surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh
emiten kepada pemegang obligasi yang mana emiten berkewajiban untuk
membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok obligasi pada
saat jatuh tempo.
2) Syariah bonds yaitu surat utang jangka panjang berprinsip syariah yang
diterbitkan kepada pemegang obligasi syariah yang mana emiten
berkewajiban untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah dengan cara bagi hasil/margin/fee serta melunasi pokok obligasi
syariah pada saat jatuh tempo.
II.1.1.3 Keunggulan Obligasi
Perdagangan obligasi semakin meningkat di pasar modal. Terdapat
beberapa alasan bagi perusahaan memilih untuk melakukan pendanaan
melalui obligasi yaitu:
1) Biaya penerbitan obligasi yang lebih murah dibandingkan dengan saham.
2) Pemegang obligasi merupakan pihak ketiga/kreditur, bukan merupakan
pemilik perusahaan yang berarti pemegang obligasi hanya meminjamkan
dananya kepada suatu perusahaan dan pemegang obligasi ini tidak
mempunyai hak suara sehingga tidak dapat mempengaruhi keputusan
bisnis suatu perusahaan.
3) Bunga obligasi merupakan pengurang pajak.
4) Pada saat suku bunga yang rendah, perusahaan akan mendapatkan
investasi obligasi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh investor yang
9
cenderung menanamkan kelebihan dananya pada obligasi di bandingkan
bank.
Terdapat beberapa alasan pula bagi investor yang memilih untuk berinvestasi
dalam bentuk obligasi:
1) Mendapatkan pembayaran bunga yang secara tetap dan teratur.
2) Mendapatkan pengembalian sebesar nilai nominal obligasi pada saat jatuh
tempo.
3) Harapan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan obligasi (capital
gain).
II.1.1.4 Risiko-Risiko Investasi Obligasi
Risiko investasi obligasi adalah suatu ketidakpastian di masa depan
yang mungkin menyebabkan kerugian bagi orang-orang maupun lembaga
yang menempatkan dananya pada obligasi. Meskipun risiko investasi obligasi
tergolong rendah, namun para investor perlu untuk mempertimbangkan
beberapa risiko antara lain:
1) Risiko gagal bayar (Default risk)
Risiko gagal bayar merupakan risiko di mana pihak penerbit obligasi tidak
mampu memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok obligasi pada
saat jatuh tempo. Ini merupakan risiko yang sangat diwaspadai oleh para
investor.
Tetapi
ada
pendekatan
yang
dapat
digunakan
untuk
memperkirakan potensi gagal bayar dari penerbit obligasi, yaitu dengan
melihat peringkat obligasi korporasi yang ditetapkan oleh PEFINDO
(Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkatnya, semakin kecil
10
risiko gagal bayarnya dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, risiko gagal
bayar juga dapat diukur melalui debt to equity ratio. Debt to equity ratio
yang semakin kecil menggambarkan risiko gagal bayar yang kecil pula.
Meskipun demikian, yang menjadi hal terpenting yaitu integritas dan
keterbukaan informasi finansial yang disajikan oleh perusahaan.
2) Interest rate risk
Selain risiko gagal bayar, juga terdapat risiko naiknya tingkat suku bunga.
Pada saat tingkat suku bunga naik, bagi investor yang ingin menjual
obligasinya sebelum jatuh tempo akan mengalami kerugian. Karena
hubungan antara harga obligasi dan tingkat suku bunga berbanding
terbalik. Jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun dan
sebaliknya. Oleh sebab itu, jika investor menjual obligasinya pada saat
suku bunga naik maka investor tersebut mungkin akan menerima hasil
penjualan obligasinya tersebut lebih rendah dari pada nilai nominal
obligasi tersebut. Hal tersebut biasanya di namakan capital loss.
3) Call risk
Untuk obligasi yang berjenis callable bond dapat ditarik kembali
oleh perusahaan yang menerbitkannya sebelum obligasi tersebut jatuh
tempo. Biasanya hal ini dilakukan pada saat tingkat suku bunga turun,
kemudian perusahaan akan menggantikan obligasi baru yang tingkat
kuponnya lebih rendah dari obligasi yang ditarik. Hal ini menyebabkan
potensi untuk memperoleh capital gain menjadi berkurang, karena harga
obligasi pasar tidak akan naik terlalu jauh dari call price yang ditetapkan.
11
II.1.2 Yield to Maturity
Sebelum berinvestasi dalam obligasi, salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan investor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yaitu
yield
yang
ditawarkan.
Pada
mempertimbangkan besarnya yield
umumnya,
para
investor
akan
yang akan mereka terima dari
investasinya. Salah satu faktor yang membuat obligasi korporasi lebih
diminati dari pada obligasi pemerintah yaitu obligasi korporasi menawarkan
yield yang lebih tinggi.
Yield adalah hasil yang akan diterima oleh investor atas penempatan
dananya dalam bentuk obligasi. Yield obligasi dibedakan menjadi current
yield dan yield to maturity (YTM). Current yield adalah imbal hasil yang akan
diterima pemegang obligasi yang dihitung berdasarkan bunga tahunan per
harga obligasi. Rumus untuk menghitung current yield adalah:
Keterangan :
CY = Current Yield
C = Coupon Yield (tingkat bunga tahunan yang ditetapkan ketika obligasi
diterbitkan)
P = Harga obligasi
12
Yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor atas
investasi obligasinya apabila investor tersebut memegang obligasi hingga saat
jatuh tempo. Rumus yang sering digunakan untuk menghitung nilai yield to
maturity adalah:
Keterangan:
C = Coupon yield
R = Redemption value
P = Harga pembelian obligasi
n = Residual life time
II.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Yield to Maturity Obligasi
Seperti yang kita ketahui yield to maturity adalah imbal hasil yang
akan diterima investor dari investasi obligasi jika investor memegang obligasi
tersebut hingga saat jatuh tempo. Berdasarkan teori yang dikemukakan
Brigham & Houston terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai yield
to maturity antara lain seperti tingkat suku bunga, inflasi, maturitas, peringkat
obligasi, debt to equity ratio, kupon bunga. Faktor-faktor yang akan diuji
pada penelitian ini yaitu:
13
1) Tingkat inflasi.
2) Tingkat suku bunga.
3) Peringkat obligasi.
4) Debt to equity ratio.
II.1.3.1 Tingkat Inflasi
Pada umumnya, inflasi didefinisikan sebagai peningkatan harga
barang dan jasa secara terus menerus selama jangka waktu tertentu. Menurut
Keynes, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan total masyarakat
terhadap barang dan jasa yang melampaui kemampuan produksinya. Teori ini
mengasumsikan bahwa perekonomian berasal di tingkat full employment.
Dalam hal ini, jika uang yang beredar bertambah banyak maka harga akan
naik. Kenaikan harga akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang
untuk melakukan berbagai transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku
bunga. Hal ini digunakan untuk menekan permintaan untuk investasi dan
untuk mengurangi tekanan inflasi.
Dari teori yang dikemukakan oleh Keynes, kita dapat menyimpulkan
bahwa tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berbanding lurus yang artinya
tingkat suku bunga akan naik apabila tingkat inflasi bertambah dan
sebaliknya. Para investor biasanya cenderung lebih tertarik untuk melakukan
investasi obligasi pada suku bunga yang rendah untuk mendapatkan imbal
hasil yang tinggi.
Tingkat inflasi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari
variabel-variabel yang ada. Secara khusus, kita akan melihat bagaimana laju
14
inflasi di indonesia. Di bawah ini merupakan data inflasi yang dihimpun dari
tahun 2008-2010:
Tabel 2.1 : Inflasi
Bulan Tahun
Tingkat Inflasi
Desember 2010
6.96 %
November 2010
6.33 %
Oktober 2010
5.67 %
September 2010
5.80 %
Agustus 2010
6.44 %
Juli 2010
6.22 %
Juni 2010
5.05 %
Mei 2010
4.16 %
April 2010
3.91 %
Maret 2010
3.43 %
Februari 2010
3.81 %
Januari 2010
3.72 %
Desember 2009
2.78 %
November 2009
2.41 %
Oktober 2009
2.57 %
September 2009
2.83 %
Agustus 2009
2.75 %
Juli 2009
2.71 %
Juni 2009
3.65 %
Mei 2009
6.04 %
April 2009
7.31 %
Maret 2009
7.92 %
Februari 2009
8.60 %
Januari 2009
9.17 %
15
Desember 2008
11.06 %
November 2008
11.68 %
Oktober 2008
11.77 %
September 2008
12.14 %
Agustus 2008
11.85 %
Juli 2008
11.90 %
Juni 2008
11.03 %
Mei 2008
10.38 %
April 2008
8.96 %
Maret 2008
8.17 %
Februari 2008
7.40 %
Januari 2008
7.36 %
Source: Bank Indonesia
II.1.3.2 Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga merupakan suatu harga/nilai yang harus dibayar
sebesar persentase tertentu dari jumlah pinjaman atas modal utang yang
dipinjam. Menurut Brigham dan Houston (2010), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat bunga antara lain yaitu peluang produksi, preferensi
waktu konsumsi, risiko dan inflasi. Seperti yang kita ketahui, harga obligasi
berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga cenderung
turun maka nilai obligasi akan naik karena orang-orang cenderung memilih
untuk menginvestasikan kelebihan dananya pada obligasi dengan harapan
untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan. Jika suku bunga cenderung
16
naik maka harga obligasi akan turun karena para investor lebih memilih
menyimpan uang mereka di bank untuk menghindari ketidakpastian dan
risiko gagal bayar. Hal ini tidak menguntungkan bagi para investor yang
hendak menjual obligasinya pada saat suku bunga naik karena mereka akan
menerima hasil penjualan obligasi di bawah nilai nominal yang dimiliki oleh
obligasi tersebut.
Akan tetapi berbeda dengan investor yang menyimpan obligasinya
hingga saat jatuh tempo. Bagi investor yang memegang obligasi hingga jatuh
tempo justru meraih keuntungan seiring dengan naiknya suku bunga. Karena
dengan meningkatnya suku bunga, kupon bunga yang dibayarkan untuk
obligasinya juga meningkat. Sehingga akan menghasilkan yield yang lebih
tinggi.
II.1.3.3 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan penilaian terhadap kelayakan suatu
obligasi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan independen salah satunya
yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Peringkat obligasi ini
merupakan hal yang penting bagi para investor untuk menilai dan
memproyeksikan tingkat risiko seperti risiko gagal bayar dalam investasi
obligasinya. Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat
risiko gagal bayar dan sebaliknya.
17
Terdapat beberapa peringkat yang ditetapkan oleh PT. PEFINDO
diantaranya adalah:
idAAA Peringkat sekuritas utang idAAA merupakan peringkat tertinggi
yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan penerbit obligasi
yang superior untuk memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap
sekuritas hutang dibandingkan penerbit obligasi indonesia lainnya.
idAA
Sekuritas utang yang menduduki peringkat idAA memiliki kualitas
kredit sedikit lebih rendah dari pada idAAA. Di mana sekuritas
utang dengan peringkat idAA ini memiliki kemampuan memenuhi
kewajiban jangka panjang yang sangat kuat dibandingkan dengan
penerbit obligasi lainnya di indonesia.
idA
Sekuritas utang yang menduduki peringkat idA mengindikasikan
bahwa obligor mempunyai kemampuan
yang kuat untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang dibandingkan obligor lainnya
di indonesia. Namun, cukup rentan terhadap perubahan kondisi dan
situasi bisnis dan ekonomi yang merugikan.
idBBB
Sekuritas utang yang menduduki peringkat idBBB menunjukkan
parameter jaminan yang memadai dibandingkan dengan obligor
indonesia lainnya. Namun, perubahan ekonomi atau kondisi
ekonomi yang memburuk akan mengakibatkan pelemahan
18
kapasitas obligor untuk menjamin utang jangka panjangnya.
idBB
Sekuritas utang yang menduduki peringkat idBB parameter
jaminan yang agak lemah dibandingkan dengan sekuritas utang
lainnya di Indonesia. Kapasitas obligor untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya sangat rentan terhadap ketidakpastian yang
sedang berlangsung seperti kondisi ekonomi, finansial dan bisnis
yang merugikan.
idB
Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan jaminan yang
lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya. Meskipun
obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjang, tetapi setiap perubahan kondisi ekonomi, finansial
dan bisnis yang merugikan akan merusak kemampuan obligor
untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
idCCC
Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan bahwa
sekuritas utang yang tidak mampu memenuhi kewajiban
finansialnya dan hanya bergantung pada perbaikan bisnis dan
finansial yang menguntungkan.
idD
Sekuritas utang dengan peringkat idD menandakan sekuritas utang
yang gagal bayar.
19
Catatan : Pada peringkat idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan
penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan perbedaan
kekuatan yang relatif dalam kategori penilaian.
II.1.3.4 Debt to Equity Ratio
Sebagian besar perusahaan dalam kegiatan bisnisnya bergantung pada
pembiayaan melalui modal pemiliknya dan juga pembiayaan melalui utang.
Oleh karena itu, para investor perlu memperhatikan leverage ratio dalam
sebuah perusahaan. Leverage ratio merupakan salah satu cara untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Leverage ratio yang paling umum salah satunya yaitu debt to
equity ratio. Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan
proporsi dari modal entitas dan utang yang digunakan untuk membiayai aset
suatu entitas. Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai apakah aset suatu
bisnis lebih banyak dibiayai oleh utang ataukah modal entitas. Sehingga, debt
to equity ratio dapat dirumuskan menjadi:
Para investor obligasi yang berkehendak untuk mempertahankan
obligasinya hingga saat jatuh tempo dihadapkan dengan risiko gagal bayar.
Oleh karena itu, menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya melalui debt to equity ratio menjadi sangat
penting untuk menilai risiko gagal bayar pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo. Ada beberapa cara untuk menganalisis kinerja perusahaan
menggunakan debt to equity ratio yaitu:
20
1) Dengan membandingkan debt to equity ratio suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Akan tetapi, cara ini kurang efektif karena
perusahaan yang mempunyai ukuran lebih besar atau kegiatan bisnis
yang membutuhkan capital expenditure yang lebih besar akan memiliki
pembiayaan utang yang lebih tinggi.
2) Dengan membandingkan data historis. Membandingkan debt to equity
ratio periode sekarang dengan beberapa tahun lalu. Apakah debt to equity
ratio tetap sama dengan tahun sebelumnya ataukah meningkat atau juga
menurun.
Meningkatnya
debt
to
equity
ratio
mengindikasikan
meningkatnya persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang
dan begitu pula sebaliknya.
3) Membandingkan dengan rata-rata industri. Rata-rata industri untuk debt
to equity rasio berkisar 1.5% hingga 2%. Apabila debt to equity ratio
dalam sebuah perusahaan lebih dari 2% menandakan perusahaan sangat
riskan terhadap gagal bayar.
II.2 Pustaka Acuan
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa jurnal, penelitian
sebelumnya sebagai acuan diantara lain yaitu:
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Analisis Faktor-
Edward. SS, 2008
Hasil Penelitian
1) Tingkat bunga berpengaruh
Faktor yang
positif terhadap harga
Berpengaruh
obligasi dan berpengaruh
terhadap Perubahan
signifikan terhadap yield to
21
maturity obligasi. Hasil
Harga Obligasi
penelitian ini menyatakan
bahwa rating obligasi tidak
berpengaruh signifikan
negatif terhadap coupon
rate obligasi. Hasil
penelitian ini bertentangan
dengan teori Brigham &
Houston yang menyatakan
bahwa obligasi dengan
rating tinggi akan
memberikan coupon rate
yang lebih kecil
dibandingkan dengan
obligasi yang ratingnya
lebih rendah.
How Sovereign is
Francis A Longstaff,
Hasil penelitiannya yaitu obligasi
Sovereign Credit Risk
Jun Pan, Lasse H.
di bawah investment grade atau
Pedersen dan
obligasi yang memiliki tingkat
Kenneth J.
risiko lebih tinggi akan
Singleton, 2011
menawarkan yield obligasi yang
lebih tinggi.
Pengaruh Tingkat
Hadiasman Ibrahim,
Berdasarkan pengujian yang
Suku Bunga,
2008
dilakukan, hasil penelitian adalah
Peringkat Obligasi,
sebagai berikut:
22
1) Adanya pengaruh
Ukuran Perusahaan
dan Debt to Equity
signifikan positif antara
Ratio terhadap Yield
tingkat suku bunga terhadap
to Maturity Obligasi
yield to maturity obligasi.
2) Terdapat pengaruh
Korporasi di Bursa
Efek Indonesia
signifikan negatif peringkat
Periode Tahun 2004-
obligasi terhadap yield to
2006
maturity obligasi.
3) Ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh
signifikan negatif terhadap
yield to maturity obligasi.
4) Debt to equity ratio
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap yield to
maturity obligasi.
Investor Sentiment
Subhankar Nayak,
Hasil penelitiannya yaitu investor
and Corporate Bond
2010
cenderung menginvestasikan
Liquidity
dananya pada obligasi ataupun
saham yang memiliki risiko yang
lebih rendah.
Pengaruh Tingkat
Suku Bunga SBI,
Nanik Indarsih, 2013 Hasil dari penelitian ini yaitu:
1) Terdapat pengaruh positif
Rating, Likuiditas dan
antara tingkat suku bunga
Maturitas terhadap
SBI terhadap yield to
23
maturity obligasi.
Yield to Maturity
2) Rating tidak berpengaruh
Obligasi
terhadap yield to maturiy
obligasi.
3) Tidak terdapat pengaruh
antara likuiditas terhadap
yield to maturity obligasi.
Inflasi dan Tingkat
Asih Widajati, 2009
1) Hasil penelitian ini
Bunga terhadap
menyatakan bahwa tidak
Harga Obligasi
terdapat hubungan dan
Negara Ritel
pengaruh yang signifikan
antara variabel inflasi
dengan tingkat suku bunga
SBI. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan teori
Irving Fisher yang
menyatakan bahwa dalam
waktu jangka pendek
tingkat inflasi berpengaruh
positif terhadap tingkat
suku bunga.
2) Korelasi antara variabel
inflasi dan harga obligasi
melalui tingkat suku bunga
SBI lemah atau tidak ada
24
hubungan yang signifikan.
Analisis Pengaruh
Teguh Gunawan
Tingkat suku Bunga
Nasher, 2011
1) Terdapat pengaruh searah
yang signifikan antara
SBI, Exchange Rate,
tingkat suku bunga SBI,
Ukuran Perusahaan,
exchange rate dan debt to
Debt to Equity Ratio
equity ratio terhadap yield
dan Bond Rating
obligasi korporasi.
2) Terdapat pengaruh yang
terhadap Yield
Obligasi Korporasi di
tidak signifikan antara
Indonesia
ukuran perusahaan terhadap
yield obligasi korporasi.
3) Terdapat hubungan yang
berlawanan antara bond
rating dan yield obligasi
korporasi.
Analisis Pengaruh
Lidya Kristina, 2010
1) Tingkat suku bunga SBI,
Tingkat Suku Bunga,
tingkat inflasi, maturitas
Tingkat Inflasi,
dan peringkat obligasi tidak
Growth, Maturitas
berpengaruh terhadap yield
dan Peringkat
to maturity.
Obligasi terhadap
2) Growth memiliki hubungan
Yield to Maturity
dan pengaruh negatif yang
Obligasi pada
signifikan terhadap yield to
Perusahaan yang
maturity.
Terdaftar di Bursa
25
Efek Indonesia Tahun
2006-2008
Kajian Yield to
Riska Ayu Hapsari,
Maturity Obligasi
2013
1) Good Corporate
Governance (GCG), ukuran
pada Perusahaan
perusahaan dan debt to
Korporasi
equity ratio secara simultan
berpengaruh terhadap yield
to maturity.
2) Secara parsial hanya ukuran
perusahaan dan debt to
equity ratio yang
berpengaruh signifikan,
sedangkan GCG tidak
berpengaruh signifikan
terhadap yield to maturity.
II.3 Hipotesis
Dari penjelasan di atas dapat kita rumuskan hipotesis sebagai berikut :
1) Tingkat suku bunga dan inflasi berbanding lurus yang artinya jika tingkat
inflasi naik maka tingkat suku bunga juga akan naik dan sebaliknya. Jadi
hipotesinya adalah:
Ha1 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga.
Ho1 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga.
26
2) Tingkat suku bunga dan yield obligasi berbanding lurus yang artinya semakin
rendah tingkat suku bunga semakin rendah juga yield to maturity yang akan
di dapatkan dan semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi pula
yield to maturity yang akan didapatkan oleh investor. Sehingga perumusan
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ha2 = terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity
obligasi.
Ho2 = tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to
maturity obligasi.
3) Meningkatnya inflasi akan menyebabkan suku bunga naik, jika suku bunga
naik maka harga obligasi akan turun. Sedangkan, harga obligasi dan yield
obligasi berbanding terbalik. Jika harga obligasi naik maka yield obligasi
akan turun dan begitu pula sebaliknya. Sehingga, hipotesisnya dapat
dirumuskan:
Ha3 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity obligasi
melalui tingkat suku bunga.
Ho3 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity
obligasi melalui tingkat suku bunga.
4) Peringkat obligasi merupakan penilaian kelayakan suatu obligasi yang
ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi
peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar pada saat
obligasi jatuh tempo. Maka hipotesisnya yaitu:
Ha4 = terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap yield to
maturity obligasi.
27
Ho4 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap
yield to maturity obligasi.
5) Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan sebagian besar aset suatu
entitas dibiayai oleh utang. Hal ini menandakan tingginya risiko suatu
perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka panjang pada saat jatuh
tempo. Hipotesisnya yaitu:
Ha5 = terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap yield to maturity
obligasi.
Ho5 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara debt to equity ratio terhadap
yield to maturity obligasi.
Dari landasan teori dan perumusan hipotesis di atas dapat
digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti gambar 2.1:
Tingkat
Inflasi
(X1)
Tingkat
Suku
Bunga (Y1)
Yield to
Maturity
(YTM) (Y2)
DER
(X3)
Bond
Rating (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
28
Download