BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Obligasi Korporasi (Corporate Bond) II.1.1.1 Definisi Obligasi Korporasi Menurut Harmono, obligasi merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang di dalamnya tercantum bunga yang harus dibayarkan, termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo. Obligasi (bond) adalah suatu kontrak jangka panjang di mana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi (Rodono dan Herni Ali,2010). Korporasi merupakan suatu badan yang didirikan oleh seorang individu atau sekelompok individu dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Jadi obligasi korporasi merupakan surat utang jangka panjang secara tertulis yang dikeluarkan suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan tersebut dan issuer berkewajiban untuk membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu. 7 II.1.1.2 Jenis – Jenis Obligasi Obligasi dikategorikan menjadi beberapa jenis baik berdasarkan penerbit, sistem penghitungan imbal hasil maupun sistem pembayaran bunga. Beberapa jenis obligasi berdasarkan penerbit (issuer) obligasi yaitu: 1) Government Bond merupakan surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan untuk kepentingan pemerintah ataupun skala nasional pada negara tersebut. 2) Municipal Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk mengembangkan pembangunan daerah. 3) Corporate Bond merupakan obligasi yang diterbitkan oleh suatu badan usaha yang dijual ke pihak ketiga dengan tujuan untuk mendukung kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Jenis-jenis obligasi berdasarkan sistem pembayaran bunga/imbal hasil: 1) Zero coupon bond yaitu obligasi yang bunga dan pokoknya dibayarkan pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. 2) Coupon bond yaitu suatu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbit obligasi. 3) Fixed coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tetap. 4) Floating coupon bond yaitu obligasi yang mana penerbit obligasi membayar bunga secara periodik dengan tingkat kupon bunga yang tidak tetap, tingkat bunga tersebut disesuaikan dengan tingkat SBI atau suku bunga pasar. 8 Beberapa jenis obligasi dilihat dari segi perhitungan imbal hasil: 1) Conventional bonds yaitu surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh emiten kepada pemegang obligasi yang mana emiten berkewajiban untuk membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok obligasi pada saat jatuh tempo. 2) Syariah bonds yaitu surat utang jangka panjang berprinsip syariah yang diterbitkan kepada pemegang obligasi syariah yang mana emiten berkewajiban untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah dengan cara bagi hasil/margin/fee serta melunasi pokok obligasi syariah pada saat jatuh tempo. II.1.1.3 Keunggulan Obligasi Perdagangan obligasi semakin meningkat di pasar modal. Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan memilih untuk melakukan pendanaan melalui obligasi yaitu: 1) Biaya penerbitan obligasi yang lebih murah dibandingkan dengan saham. 2) Pemegang obligasi merupakan pihak ketiga/kreditur, bukan merupakan pemilik perusahaan yang berarti pemegang obligasi hanya meminjamkan dananya kepada suatu perusahaan dan pemegang obligasi ini tidak mempunyai hak suara sehingga tidak dapat mempengaruhi keputusan bisnis suatu perusahaan. 3) Bunga obligasi merupakan pengurang pajak. 4) Pada saat suku bunga yang rendah, perusahaan akan mendapatkan investasi obligasi yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh investor yang 9 cenderung menanamkan kelebihan dananya pada obligasi di bandingkan bank. Terdapat beberapa alasan pula bagi investor yang memilih untuk berinvestasi dalam bentuk obligasi: 1) Mendapatkan pembayaran bunga yang secara tetap dan teratur. 2) Mendapatkan pengembalian sebesar nilai nominal obligasi pada saat jatuh tempo. 3) Harapan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan obligasi (capital gain). II.1.1.4 Risiko-Risiko Investasi Obligasi Risiko investasi obligasi adalah suatu ketidakpastian di masa depan yang mungkin menyebabkan kerugian bagi orang-orang maupun lembaga yang menempatkan dananya pada obligasi. Meskipun risiko investasi obligasi tergolong rendah, namun para investor perlu untuk mempertimbangkan beberapa risiko antara lain: 1) Risiko gagal bayar (Default risk) Risiko gagal bayar merupakan risiko di mana pihak penerbit obligasi tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok obligasi pada saat jatuh tempo. Ini merupakan risiko yang sangat diwaspadai oleh para investor. Tetapi ada pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan potensi gagal bayar dari penerbit obligasi, yaitu dengan melihat peringkat obligasi korporasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkatnya, semakin kecil 10 risiko gagal bayarnya dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, risiko gagal bayar juga dapat diukur melalui debt to equity ratio. Debt to equity ratio yang semakin kecil menggambarkan risiko gagal bayar yang kecil pula. Meskipun demikian, yang menjadi hal terpenting yaitu integritas dan keterbukaan informasi finansial yang disajikan oleh perusahaan. 2) Interest rate risk Selain risiko gagal bayar, juga terdapat risiko naiknya tingkat suku bunga. Pada saat tingkat suku bunga naik, bagi investor yang ingin menjual obligasinya sebelum jatuh tempo akan mengalami kerugian. Karena hubungan antara harga obligasi dan tingkat suku bunga berbanding terbalik. Jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Oleh sebab itu, jika investor menjual obligasinya pada saat suku bunga naik maka investor tersebut mungkin akan menerima hasil penjualan obligasinya tersebut lebih rendah dari pada nilai nominal obligasi tersebut. Hal tersebut biasanya di namakan capital loss. 3) Call risk Untuk obligasi yang berjenis callable bond dapat ditarik kembali oleh perusahaan yang menerbitkannya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Biasanya hal ini dilakukan pada saat tingkat suku bunga turun, kemudian perusahaan akan menggantikan obligasi baru yang tingkat kuponnya lebih rendah dari obligasi yang ditarik. Hal ini menyebabkan potensi untuk memperoleh capital gain menjadi berkurang, karena harga obligasi pasar tidak akan naik terlalu jauh dari call price yang ditetapkan. 11 II.1.2 Yield to Maturity Sebelum berinvestasi dalam obligasi, salah satu faktor yang menjadi pertimbangan investor yang dapat mempengaruhi keputusan investasi yaitu yield yang ditawarkan. Pada mempertimbangkan besarnya yield umumnya, para investor akan yang akan mereka terima dari investasinya. Salah satu faktor yang membuat obligasi korporasi lebih diminati dari pada obligasi pemerintah yaitu obligasi korporasi menawarkan yield yang lebih tinggi. Yield adalah hasil yang akan diterima oleh investor atas penempatan dananya dalam bentuk obligasi. Yield obligasi dibedakan menjadi current yield dan yield to maturity (YTM). Current yield adalah imbal hasil yang akan diterima pemegang obligasi yang dihitung berdasarkan bunga tahunan per harga obligasi. Rumus untuk menghitung current yield adalah: Keterangan : CY = Current Yield C = Coupon Yield (tingkat bunga tahunan yang ditetapkan ketika obligasi diterbitkan) P = Harga obligasi 12 Yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor atas investasi obligasinya apabila investor tersebut memegang obligasi hingga saat jatuh tempo. Rumus yang sering digunakan untuk menghitung nilai yield to maturity adalah: Keterangan: C = Coupon yield R = Redemption value P = Harga pembelian obligasi n = Residual life time II.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Yield to Maturity Obligasi Seperti yang kita ketahui yield to maturity adalah imbal hasil yang akan diterima investor dari investasi obligasi jika investor memegang obligasi tersebut hingga saat jatuh tempo. Berdasarkan teori yang dikemukakan Brigham & Houston terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai yield to maturity antara lain seperti tingkat suku bunga, inflasi, maturitas, peringkat obligasi, debt to equity ratio, kupon bunga. Faktor-faktor yang akan diuji pada penelitian ini yaitu: 13 1) Tingkat inflasi. 2) Tingkat suku bunga. 3) Peringkat obligasi. 4) Debt to equity ratio. II.1.3.1 Tingkat Inflasi Pada umumnya, inflasi didefinisikan sebagai peningkatan harga barang dan jasa secara terus menerus selama jangka waktu tertentu. Menurut Keynes, inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan total masyarakat terhadap barang dan jasa yang melampaui kemampuan produksinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian berasal di tingkat full employment. Dalam hal ini, jika uang yang beredar bertambah banyak maka harga akan naik. Kenaikan harga akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk melakukan berbagai transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini digunakan untuk menekan permintaan untuk investasi dan untuk mengurangi tekanan inflasi. Dari teori yang dikemukakan oleh Keynes, kita dapat menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat inflasi berbanding lurus yang artinya tingkat suku bunga akan naik apabila tingkat inflasi bertambah dan sebaliknya. Para investor biasanya cenderung lebih tertarik untuk melakukan investasi obligasi pada suku bunga yang rendah untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Tingkat inflasi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari variabel-variabel yang ada. Secara khusus, kita akan melihat bagaimana laju 14 inflasi di indonesia. Di bawah ini merupakan data inflasi yang dihimpun dari tahun 2008-2010: Tabel 2.1 : Inflasi Bulan Tahun Tingkat Inflasi Desember 2010 6.96 % November 2010 6.33 % Oktober 2010 5.67 % September 2010 5.80 % Agustus 2010 6.44 % Juli 2010 6.22 % Juni 2010 5.05 % Mei 2010 4.16 % April 2010 3.91 % Maret 2010 3.43 % Februari 2010 3.81 % Januari 2010 3.72 % Desember 2009 2.78 % November 2009 2.41 % Oktober 2009 2.57 % September 2009 2.83 % Agustus 2009 2.75 % Juli 2009 2.71 % Juni 2009 3.65 % Mei 2009 6.04 % April 2009 7.31 % Maret 2009 7.92 % Februari 2009 8.60 % Januari 2009 9.17 % 15 Desember 2008 11.06 % November 2008 11.68 % Oktober 2008 11.77 % September 2008 12.14 % Agustus 2008 11.85 % Juli 2008 11.90 % Juni 2008 11.03 % Mei 2008 10.38 % April 2008 8.96 % Maret 2008 8.17 % Februari 2008 7.40 % Januari 2008 7.36 % Source: Bank Indonesia II.1.3.2 Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga merupakan suatu harga/nilai yang harus dibayar sebesar persentase tertentu dari jumlah pinjaman atas modal utang yang dipinjam. Menurut Brigham dan Houston (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat bunga antara lain yaitu peluang produksi, preferensi waktu konsumsi, risiko dan inflasi. Seperti yang kita ketahui, harga obligasi berlawanan arah dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga cenderung turun maka nilai obligasi akan naik karena orang-orang cenderung memilih untuk menginvestasikan kelebihan dananya pada obligasi dengan harapan untuk mendapatkan imbal hasil yang diinginkan. Jika suku bunga cenderung 16 naik maka harga obligasi akan turun karena para investor lebih memilih menyimpan uang mereka di bank untuk menghindari ketidakpastian dan risiko gagal bayar. Hal ini tidak menguntungkan bagi para investor yang hendak menjual obligasinya pada saat suku bunga naik karena mereka akan menerima hasil penjualan obligasi di bawah nilai nominal yang dimiliki oleh obligasi tersebut. Akan tetapi berbeda dengan investor yang menyimpan obligasinya hingga saat jatuh tempo. Bagi investor yang memegang obligasi hingga jatuh tempo justru meraih keuntungan seiring dengan naiknya suku bunga. Karena dengan meningkatnya suku bunga, kupon bunga yang dibayarkan untuk obligasinya juga meningkat. Sehingga akan menghasilkan yield yang lebih tinggi. II.1.3.3 Peringkat Obligasi Peringkat obligasi merupakan penilaian terhadap kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan independen salah satunya yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Peringkat obligasi ini merupakan hal yang penting bagi para investor untuk menilai dan memproyeksikan tingkat risiko seperti risiko gagal bayar dalam investasi obligasinya. Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar dan sebaliknya. 17 Terdapat beberapa peringkat yang ditetapkan oleh PT. PEFINDO diantaranya adalah: idAAA Peringkat sekuritas utang idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan oleh PEFINDO. Kemampuan penerbit obligasi yang superior untuk memenuhi kewajiban jangka panjang terhadap sekuritas hutang dibandingkan penerbit obligasi indonesia lainnya. idAA Sekuritas utang yang menduduki peringkat idAA memiliki kualitas kredit sedikit lebih rendah dari pada idAAA. Di mana sekuritas utang dengan peringkat idAA ini memiliki kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang yang sangat kuat dibandingkan dengan penerbit obligasi lainnya di indonesia. idA Sekuritas utang yang menduduki peringkat idA mengindikasikan bahwa obligor mempunyai kemampuan yang kuat untuk memenuhi kewajiban jangka panjang dibandingkan obligor lainnya di indonesia. Namun, cukup rentan terhadap perubahan kondisi dan situasi bisnis dan ekonomi yang merugikan. idBBB Sekuritas utang yang menduduki peringkat idBBB menunjukkan parameter jaminan yang memadai dibandingkan dengan obligor indonesia lainnya. Namun, perubahan ekonomi atau kondisi ekonomi yang memburuk akan mengakibatkan pelemahan 18 kapasitas obligor untuk menjamin utang jangka panjangnya. idBB Sekuritas utang yang menduduki peringkat idBB parameter jaminan yang agak lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya di Indonesia. Kapasitas obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sangat rentan terhadap ketidakpastian yang sedang berlangsung seperti kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan. idB Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan jaminan yang lemah dibandingkan dengan sekuritas utang lainnya. Meskipun obligor masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, tetapi setiap perubahan kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang merugikan akan merusak kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. idCCC Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan bahwa sekuritas utang yang tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya dan hanya bergantung pada perbaikan bisnis dan finansial yang menguntungkan. idD Sekuritas utang dengan peringkat idD menandakan sekuritas utang yang gagal bayar. 19 Catatan : Pada peringkat idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan perbedaan kekuatan yang relatif dalam kategori penilaian. II.1.3.4 Debt to Equity Ratio Sebagian besar perusahaan dalam kegiatan bisnisnya bergantung pada pembiayaan melalui modal pemiliknya dan juga pembiayaan melalui utang. Oleh karena itu, para investor perlu memperhatikan leverage ratio dalam sebuah perusahaan. Leverage ratio merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Leverage ratio yang paling umum salah satunya yaitu debt to equity ratio. Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang menunjukkan proporsi dari modal entitas dan utang yang digunakan untuk membiayai aset suatu entitas. Rasio ini biasanya digunakan untuk menilai apakah aset suatu bisnis lebih banyak dibiayai oleh utang ataukah modal entitas. Sehingga, debt to equity ratio dapat dirumuskan menjadi: Para investor obligasi yang berkehendak untuk mempertahankan obligasinya hingga saat jatuh tempo dihadapkan dengan risiko gagal bayar. Oleh karena itu, menganalisis kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya melalui debt to equity ratio menjadi sangat penting untuk menilai risiko gagal bayar pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Ada beberapa cara untuk menganalisis kinerja perusahaan menggunakan debt to equity ratio yaitu: 20 1) Dengan membandingkan debt to equity ratio suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Akan tetapi, cara ini kurang efektif karena perusahaan yang mempunyai ukuran lebih besar atau kegiatan bisnis yang membutuhkan capital expenditure yang lebih besar akan memiliki pembiayaan utang yang lebih tinggi. 2) Dengan membandingkan data historis. Membandingkan debt to equity ratio periode sekarang dengan beberapa tahun lalu. Apakah debt to equity ratio tetap sama dengan tahun sebelumnya ataukah meningkat atau juga menurun. Meningkatnya debt to equity ratio mengindikasikan meningkatnya persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang dan begitu pula sebaliknya. 3) Membandingkan dengan rata-rata industri. Rata-rata industri untuk debt to equity rasio berkisar 1.5% hingga 2%. Apabila debt to equity ratio dalam sebuah perusahaan lebih dari 2% menandakan perusahaan sangat riskan terhadap gagal bayar. II.2 Pustaka Acuan Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa jurnal, penelitian sebelumnya sebagai acuan diantara lain yaitu: Judul Penelitian Nama Peneliti Analisis Faktor- Edward. SS, 2008 Hasil Penelitian 1) Tingkat bunga berpengaruh Faktor yang positif terhadap harga Berpengaruh obligasi dan berpengaruh terhadap Perubahan signifikan terhadap yield to 21 maturity obligasi. Hasil Harga Obligasi penelitian ini menyatakan bahwa rating obligasi tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap coupon rate obligasi. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Brigham & Houston yang menyatakan bahwa obligasi dengan rating tinggi akan memberikan coupon rate yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang ratingnya lebih rendah. How Sovereign is Francis A Longstaff, Hasil penelitiannya yaitu obligasi Sovereign Credit Risk Jun Pan, Lasse H. di bawah investment grade atau Pedersen dan obligasi yang memiliki tingkat Kenneth J. risiko lebih tinggi akan Singleton, 2011 menawarkan yield obligasi yang lebih tinggi. Pengaruh Tingkat Hadiasman Ibrahim, Berdasarkan pengujian yang Suku Bunga, 2008 dilakukan, hasil penelitian adalah Peringkat Obligasi, sebagai berikut: 22 1) Adanya pengaruh Ukuran Perusahaan dan Debt to Equity signifikan positif antara Ratio terhadap Yield tingkat suku bunga terhadap to Maturity Obligasi yield to maturity obligasi. 2) Terdapat pengaruh Korporasi di Bursa Efek Indonesia signifikan negatif peringkat Periode Tahun 2004- obligasi terhadap yield to 2006 maturity obligasi. 3) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap yield to maturity obligasi. 4) Debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Investor Sentiment Subhankar Nayak, Hasil penelitiannya yaitu investor and Corporate Bond 2010 cenderung menginvestasikan Liquidity dananya pada obligasi ataupun saham yang memiliki risiko yang lebih rendah. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nanik Indarsih, 2013 Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Terdapat pengaruh positif Rating, Likuiditas dan antara tingkat suku bunga Maturitas terhadap SBI terhadap yield to 23 maturity obligasi. Yield to Maturity 2) Rating tidak berpengaruh Obligasi terhadap yield to maturiy obligasi. 3) Tidak terdapat pengaruh antara likuiditas terhadap yield to maturity obligasi. Inflasi dan Tingkat Asih Widajati, 2009 1) Hasil penelitian ini Bunga terhadap menyatakan bahwa tidak Harga Obligasi terdapat hubungan dan Negara Ritel pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi dengan tingkat suku bunga SBI. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Irving Fisher yang menyatakan bahwa dalam waktu jangka pendek tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga. 2) Korelasi antara variabel inflasi dan harga obligasi melalui tingkat suku bunga SBI lemah atau tidak ada 24 hubungan yang signifikan. Analisis Pengaruh Teguh Gunawan Tingkat suku Bunga Nasher, 2011 1) Terdapat pengaruh searah yang signifikan antara SBI, Exchange Rate, tingkat suku bunga SBI, Ukuran Perusahaan, exchange rate dan debt to Debt to Equity Ratio equity ratio terhadap yield dan Bond Rating obligasi korporasi. 2) Terdapat pengaruh yang terhadap Yield Obligasi Korporasi di tidak signifikan antara Indonesia ukuran perusahaan terhadap yield obligasi korporasi. 3) Terdapat hubungan yang berlawanan antara bond rating dan yield obligasi korporasi. Analisis Pengaruh Lidya Kristina, 2010 1) Tingkat suku bunga SBI, Tingkat Suku Bunga, tingkat inflasi, maturitas Tingkat Inflasi, dan peringkat obligasi tidak Growth, Maturitas berpengaruh terhadap yield dan Peringkat to maturity. Obligasi terhadap 2) Growth memiliki hubungan Yield to Maturity dan pengaruh negatif yang Obligasi pada signifikan terhadap yield to Perusahaan yang maturity. Terdaftar di Bursa 25 Efek Indonesia Tahun 2006-2008 Kajian Yield to Riska Ayu Hapsari, Maturity Obligasi 2013 1) Good Corporate Governance (GCG), ukuran pada Perusahaan perusahaan dan debt to Korporasi equity ratio secara simultan berpengaruh terhadap yield to maturity. 2) Secara parsial hanya ukuran perusahaan dan debt to equity ratio yang berpengaruh signifikan, sedangkan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. II.3 Hipotesis Dari penjelasan di atas dapat kita rumuskan hipotesis sebagai berikut : 1) Tingkat suku bunga dan inflasi berbanding lurus yang artinya jika tingkat inflasi naik maka tingkat suku bunga juga akan naik dan sebaliknya. Jadi hipotesinya adalah: Ha1 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga. Ho1 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap tingkat suku bunga. 26 2) Tingkat suku bunga dan yield obligasi berbanding lurus yang artinya semakin rendah tingkat suku bunga semakin rendah juga yield to maturity yang akan di dapatkan dan semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi pula yield to maturity yang akan didapatkan oleh investor. Sehingga perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ha2 = terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. Ho2 = tidak terdapat pengaruh antara tingkat suku bunga terhadap yield to maturity obligasi. 3) Meningkatnya inflasi akan menyebabkan suku bunga naik, jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun. Sedangkan, harga obligasi dan yield obligasi berbanding terbalik. Jika harga obligasi naik maka yield obligasi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Sehingga, hipotesisnya dapat dirumuskan: Ha3 = terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity obligasi melalui tingkat suku bunga. Ho3 = tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap yield to maturity obligasi melalui tingkat suku bunga. 4) Peringkat obligasi merupakan penilaian kelayakan suatu obligasi yang ditetapkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Semakin tinggi peringkat obligasi maka semakin rendah tingkat risiko gagal bayar pada saat obligasi jatuh tempo. Maka hipotesisnya yaitu: Ha4 = terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. 27 Ho4 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara peringkat obligasi terhadap yield to maturity obligasi. 5) Debt to equity ratio yang tinggi menunjukkan sebagian besar aset suatu entitas dibiayai oleh utang. Hal ini menandakan tingginya risiko suatu perusahaan tidak dapat membayar kewajiban jangka panjang pada saat jatuh tempo. Hipotesisnya yaitu: Ha5 = terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap yield to maturity obligasi. Ho5 = tidak terdapat pengaruh signifikan antara debt to equity ratio terhadap yield to maturity obligasi. Dari landasan teori dan perumusan hipotesis di atas dapat digambarkan sebuah kerangka pemikiran seperti gambar 2.1: Tingkat Inflasi (X1) Tingkat Suku Bunga (Y1) Yield to Maturity (YTM) (Y2) DER (X3) Bond Rating (X2) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 28